EVALUASI PENGGUNAAN INDEKS RESIKO KEGANASAN
PADA PENAPISAN NEOPLASMA OVARIUM
SEBELUM OPERASI
DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
TESIS
OLEH :
EDWARD SUGITO MANURUNG
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H.ADAM MALIK
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, Sp.OG(K)
dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), Sp.OG (K)
PENYANGGAH :
Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, Sp.OG (K)
dr. M. Oky Prabudi, Sp.OG
dr. David Luther Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG.
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam
Magister
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat kasih dan karunia-Nya penulisan tesis magister ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh magister keahlian dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“ Evaluasi Penggunaan Indeks Resiko Keganasan Pada Penapisan Neoplasma Ovarium Sebelum Operasi di Rumah Sakit H. Adam Malik
Medan”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H
(CTM&H), SpA.(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Prof. dr. Gontar Siregar, SpPD, KGEH, yang telah memberikan
Klinis dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran
USU Medan.
2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; dr. Fidel Ganis Siregar, SpOG., Sekretaris
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Henri Salim
Siregar, SpOG.K, Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Tala, SpOG.K, Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan;
yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
Program Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi.
3. Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG.K selaku pembimbing tesis saya, yang
telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam
melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya
bersama dengan dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG.K yang telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,
dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai bersama Dr. dr. Sarma N
Lumbanraja, SpOG.K; dr. David Luther, M.Ked(OG), SpOG ; dan dr. M
Oky Prabudi, SpOG selaku penyanggah dan nara sumber yang penuh
dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk
membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga
4. Terima Kasih kepada dr. Risman F Kaban , SpOG selaku pembimbing Referat Mini Magister saya yang berjudul “Wound Dehiscence post
sectio caesarea”
5. dr. Hotma Partogi Pasaribu, M.Ked(OG) SpOG. selaku Bapak Angkat yang
telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat-nasehat
yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama
pendidikan.
6. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing saya dalam penyelesaikan uji statistik tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik
saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih
membalas budi baik guru-guru saya tersebut.
8. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan
Magister Kedokteran di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
9. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan Magister
10. Kepada dr. Ika Sulaika, dr. H. Edi Rizaldi, dr. Hotbin purba, dr. Kiko
Marpaung, dr. Erwin Edi Sahputra Harahap, dr. Abdur Rohim Lubis, dr.
Ricca Puspita rahim, M.Ked(OG), dr. M. Rizal sangadji, dr. Julita adriani
Lubis, dr. Novrial, dr. M. Wahyu Wibowo, dr. Ivo Fitrian C, M.Ked(OG), dr.
Ray christy Barus, dr. Nureliani Amni, dr. Fifianti Putri Adela, dr. Hiro
Hidaya Danial Nasution dr. Anindita Novina, M.Ked(OG), saya
menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan
selama ini serta kebersamaan kita selama pendidikan Magister
Kedokteran.
11. Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa
yang telah diberikan selama ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya
sampaikan kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang dan terkasih,
Ayahanda Alm. Bonar.T Manurung dan Ibunda K.Rosmery Sitorus, yang
telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan
penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik
dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada saya
selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya
sampaikan kepada Bapak Mertua Kol(purn). dr. Jarudi Sinaga, SpP dan Ibu
memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti
pendidikan Magister Kedokteran ini.
Buat Istriku yang tercinta dan tersayang, dr. Irena Lolu P Sinaga, SpP dan
anakku terkasih Sarah Cindy Abigael Manurung tiada kata lain yang bisa
saya sampaikan selain rasa terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat,
pengorbanan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan
Magister Kedokteran ini.
Kepada kakak-kakakku, abang-abangku dan adikku tercinta dan keluarga
terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya
ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………... i
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR………... ix
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
ABSTRAK………... x
BAB I. PENDAHULUAN ………... 1
I.1. Latar Belakang…...………... 1
I.2. Rumusan Masalah……...…... ……….…………... 3
I.3. Tujuan Penelitian……...…. ………... 3
1.3.1. Tujuan Umum... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 3
I.4. Manfaat Penelitian…...…... ………...…………... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 5
2.1. Kanker Ovarium……….………...………... 5
2.2. Klasifikasi Kanker Ovarium...………... 5
2.2.1. Histopatologi... ……... 5
2.3. Etiologi dan Patogenesis...………... 6
2.4. Diagnosis Kanker Ovarium... ……... 7
2.5.Skrining Pada Kanker Ovarium...………... 7
2.5.1. Ultrasound…...………... 8
2.5.2. Cancer Antigen 125 (Ca 125)... ……... 8
2.5.3. Human Epidydimis Protein-4 (HE-4)...……... 9
2.5.4. Risk of Ovarian Malignancy Algorithm...……... 10
2.6. Indeks Risiko Keganasan Pada Kanker Ovarium... 10
BAB III. METODE PENELITIAN………... 15
3.1. Rancangan Penelitian……….…...………... 15
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian………... 15
3.3. Objek Penelitian……….………...………... 15
3.4. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi...…………... 15
3.5. Batasan Operasional...……... 16
3.6. Alur Penelitian... 19
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN…... 20
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN…... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Area under curve (AUC), sensitivitas dan spesifitas ROMA dan
RMI (cut off 200) sebagai alat diagnostik tumor ovarium epitel
10
Tabel 2.3 Perbedaan IRK 1,2 dan 3... 11
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien berdasarkan Histopatologi... 20
Tabel 4.2. Paparan Diagnosis Histologi pada pasien dengan neoplasma
ovarium...
22
Tabel 4.3. Paparna Diagnosis Dugaan Jinak (IRK<250), namun Histologi
Ganas ...
24
Tabel 4.4. Paparan Diagnosis Ganas (>250) namun hasil Histologi Jinak... 25
Tabel 4.5. Tabel Silang Kelompok Neoplasma epitel ovarium Jinak dan
Ganas berdasarkan Kadar Ca 125...
26
Tabel 4.6. Tabel Silang Kelompok Neoplasma Epitel Ovarium Jinak dan
Ganas Berdasarkan Status Menopause...
27
Tabel 4.7. Tabel Silang Kelompok Neoplasma Epitel Ovarium Jinak dan
Ganas berdasarkan Gambaran USG...
28
Tabel 4.8 Tabe Silang Skor IRK 3 (standard penapisan onkologi di RS H
Adam Malik Medan) dengan Standard Baku Histopatologi...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan histopatologi... 6
Gambar 4.9 Hasil ROC IRK 3 dengan standard Baku Histopatologi... 13
Gambar 4.10 Hasil ROC IRK 4 dengan Standard baku Histopatologi... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 LEMBAR PENGESAHAN ETIKA PENELITIAN…...…...38
Lampiran 2 ANALISIS STATISTIK... 39
EVALUASI PENGGUNAAN INDEKS RESIKO KEGANASAN PADA PENAPISAN NEOPLASMA OVARIUM
SEBELUM OPERASI DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
Edward Manurung, M. Fauzie Sahil, Deri Edianto, Sarma Lumbanraja, Oky Prabudi, David Luther
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera - RSUP H. Adam Malik Medan
Abstrak
LATAR BELAKANG: Di RS H Adam Malik Medan, telah digunakan IRK sebagai metode untuk penapisan sebelum operasi ginekologi untuk menentukan kemungkinan neoplasma ovarium tersebut jinak atau ganas, yakni sejak dilakukan penelitian tentang IRK oleh Joshimin (2010). Namun evaluasi yang dilakukan pada beberapa kasus operasi ditemukan ketidak sesuaian antara praduga IRK terhadap keganasan dengan hasil histopatologi.
METODE PENELITIAN: Data rekam medik semua pasien yang telah dioperasi sejak diberlakukannya skrining keganasan neoplasma ovarium dengan menggunakan IRK dikumpulkan dievaluasi dengan uji komparasi, ditentukan karakteristik, perbedaan berdasarkan kadar ca 125, USG dan IRK3 dengan titik potong yang lama, selanjutnya sensitifitas dan spesifitas IRK 3 dan 4 yang baru ditentukan berdasarkan ttik potong yang baru.
HASIL: Dari total 384 kasus yang dievaluasi, diperoleh kasus tumor ovarium jinak berdasarkan histopatologi sebanyak 237 kasus dan tumor ovarium ganas 147 kasus. Berdasarkan karakteristik pasien tumor ovarium, sebagian besar pada kelompok umur 40 – 64 tahun (52,6%), belum pernah melahirkan (42,2%), usia menarche umumnya pada kelompok umur 12 - 16 tahun (92,9%), secara histopatologi terbanyak dengan jenis neoplasma jinak adalah adenoma ovarii musinosum sebanyak 64 kasus (27,12%) dan neoplasma ganas yang terbanyak adalah adenocarsinoma serosum sebanyak 45 kasus (30,61%). Berdasarkan gambaran grafik ROC, IRK3 mempunyai area under the curve
0,802 yang relatif sama dengan area under the curve IRK4 sebesar 0,808. Berdasarkan hasil uji diagnostik, IRK3 mempunyai sensitivitas 75,5% dan spesifisitas 73,9% pada nilai cut off point 238,07 yang juga relatif sama dengan IRK4 yaitu mempunyai sensitifitas 73,5% dan spesifitas 72,2% pada nilai cut off point 532,8
KESIMPULAN: IRK 3 masih dapat dipakai sebagai alat skrining neoplasma ovarium dengan cut off point 238,07, sensitifitas 73,5 dan spesifitas 72,2. IRK 3 dan 4 memiliki spesifitas dan sensitifitas relatif sama dalam membedakan neoplasma ovarium jinak dan ganas.
EVALUATION OF THE USE OF INDEX RISK SCREENING MALIGNANCY IN NEOPLASMS OF THE OVARY
BEFORE OPERATION IN THE FIELD DR H ADAM MALIK Edward Manurung, M. Fauzie Sahil, Deri Edianto, Sarma Lumbanraja,
Oky Prabudi, David Luther
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine Universitas Sumatera - Dr H. Adam Malik Medan
Abstract
BACKGROUND: In the H Adam Malik Hospital in Medan, IRK has been used as a method for screening before gynecological surgery to determine the possibility of ovarian neoplasms are benign or malignant, since done research on the IRK by Joshimin (2010). But the evaluation was conducted in some cases surgery found discrepancies between IRK presumption against malignancy with histopathology results.
METHODS: Data from medical records of all patients who had surgery since the introduction of screening malignant ovarian neoplasms using IRK collected was evaluated by comparison test, determined characteristics, differences based on levels of ca 125, ultrasound and IRK3 with the old crossover point, then the sensitivity and specificity of IRK 3 and 4 newly determined based ttik new pieces.
RESULTS: Of the total 384 cases were evaluated, acquired cases of benign ovarian tumors based on histopathology of 237 cases and 147 cases of malignant ovarian tumors. Based on the characteristics of the ovarian tumor patients, mostly in the age group 40-64 years (52.6%), had never given birth (42.2%), age of menarche is generally in the age group 12-16 years (92,9%), the highest histopathologic with the type of ovarian neoplasms benign adenoma musinosum are as many as 64 patients (27.12%) and malignant neoplasms that most are adenocarsinoma serosum much as 45 cases (30,61%). Based on the above chart, ROC, IRK3 having an area under the curve 0.802 which is relatively similar to the area under the curve of 0.808 IRK4. Based on the results of diagnostic tests, IRK3 had a sensitivity of 75.5% and a specificity of 73.9% at a cut off point 238.07 are also relatively similar to IRK4 which has a sensitivity of 73.5% and a specificity of 72.2% at a cut off point of 532,8.
CONCLUSION: IRK 3 can still be used as a screening tool in ovarian neoplasms 238,07 cut off point, the sensitivity and specificity of 73,5% and 72.2. IRK 3 and 4 have the same relative specificity and sensitivity in differentiating benign and malignant ovarian neoplasms.
EVALUASI PENGGUNAAN INDEKS RESIKO KEGANASAN PADA PENAPISAN NEOPLASMA OVARIUM
SEBELUM OPERASI DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN
Edward Manurung, M. Fauzie Sahil, Deri Edianto, Sarma Lumbanraja, Oky Prabudi, David Luther
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera - RSUP H. Adam Malik Medan
Abstrak
LATAR BELAKANG: Di RS H Adam Malik Medan, telah digunakan IRK sebagai metode untuk penapisan sebelum operasi ginekologi untuk menentukan kemungkinan neoplasma ovarium tersebut jinak atau ganas, yakni sejak dilakukan penelitian tentang IRK oleh Joshimin (2010). Namun evaluasi yang dilakukan pada beberapa kasus operasi ditemukan ketidak sesuaian antara praduga IRK terhadap keganasan dengan hasil histopatologi.
METODE PENELITIAN: Data rekam medik semua pasien yang telah dioperasi sejak diberlakukannya skrining keganasan neoplasma ovarium dengan menggunakan IRK dikumpulkan dievaluasi dengan uji komparasi, ditentukan karakteristik, perbedaan berdasarkan kadar ca 125, USG dan IRK3 dengan titik potong yang lama, selanjutnya sensitifitas dan spesifitas IRK 3 dan 4 yang baru ditentukan berdasarkan ttik potong yang baru.
HASIL: Dari total 384 kasus yang dievaluasi, diperoleh kasus tumor ovarium jinak berdasarkan histopatologi sebanyak 237 kasus dan tumor ovarium ganas 147 kasus. Berdasarkan karakteristik pasien tumor ovarium, sebagian besar pada kelompok umur 40 – 64 tahun (52,6%), belum pernah melahirkan (42,2%), usia menarche umumnya pada kelompok umur 12 - 16 tahun (92,9%), secara histopatologi terbanyak dengan jenis neoplasma jinak adalah adenoma ovarii musinosum sebanyak 64 kasus (27,12%) dan neoplasma ganas yang terbanyak adalah adenocarsinoma serosum sebanyak 45 kasus (30,61%). Berdasarkan gambaran grafik ROC, IRK3 mempunyai area under the curve
0,802 yang relatif sama dengan area under the curve IRK4 sebesar 0,808. Berdasarkan hasil uji diagnostik, IRK3 mempunyai sensitivitas 75,5% dan spesifisitas 73,9% pada nilai cut off point 238,07 yang juga relatif sama dengan IRK4 yaitu mempunyai sensitifitas 73,5% dan spesifitas 72,2% pada nilai cut off point 532,8
KESIMPULAN: IRK 3 masih dapat dipakai sebagai alat skrining neoplasma ovarium dengan cut off point 238,07, sensitifitas 73,5 dan spesifitas 72,2. IRK 3 dan 4 memiliki spesifitas dan sensitifitas relatif sama dalam membedakan neoplasma ovarium jinak dan ganas.
EVALUATION OF THE USE OF INDEX RISK SCREENING MALIGNANCY IN NEOPLASMS OF THE OVARY
BEFORE OPERATION IN THE FIELD DR H ADAM MALIK Edward Manurung, M. Fauzie Sahil, Deri Edianto, Sarma Lumbanraja,
Oky Prabudi, David Luther
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine Universitas Sumatera - Dr H. Adam Malik Medan
Abstract
BACKGROUND: In the H Adam Malik Hospital in Medan, IRK has been used as a method for screening before gynecological surgery to determine the possibility of ovarian neoplasms are benign or malignant, since done research on the IRK by Joshimin (2010). But the evaluation was conducted in some cases surgery found discrepancies between IRK presumption against malignancy with histopathology results.
METHODS: Data from medical records of all patients who had surgery since the introduction of screening malignant ovarian neoplasms using IRK collected was evaluated by comparison test, determined characteristics, differences based on levels of ca 125, ultrasound and IRK3 with the old crossover point, then the sensitivity and specificity of IRK 3 and 4 newly determined based ttik new pieces.
RESULTS: Of the total 384 cases were evaluated, acquired cases of benign ovarian tumors based on histopathology of 237 cases and 147 cases of malignant ovarian tumors. Based on the characteristics of the ovarian tumor patients, mostly in the age group 40-64 years (52.6%), had never given birth (42.2%), age of menarche is generally in the age group 12-16 years (92,9%), the highest histopathologic with the type of ovarian neoplasms benign adenoma musinosum are as many as 64 patients (27.12%) and malignant neoplasms that most are adenocarsinoma serosum much as 45 cases (30,61%). Based on the above chart, ROC, IRK3 having an area under the curve 0.802 which is relatively similar to the area under the curve of 0.808 IRK4. Based on the results of diagnostic tests, IRK3 had a sensitivity of 75.5% and a specificity of 73.9% at a cut off point 238.07 are also relatively similar to IRK4 which has a sensitivity of 73.5% and a specificity of 72.2% at a cut off point of 532,8.
CONCLUSION: IRK 3 can still be used as a screening tool in ovarian neoplasms 238,07 cut off point, the sensitivity and specificity of 73,5% and 72.2. IRK 3 and 4 have the same relative specificity and sensitivity in differentiating benign and malignant ovarian neoplasms.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker ovarium adalah keganasan ginekologi ke dua yang sering ditemui
di negara-negara maju, namun kanker ovarium merupakan penyebab kematian
kelima karena keganasan pada wanita.1 Diperkirakan sebanyak 22.280 kasus baru akan didiagnosis dan sekitar 15.500 kematian akan terjadi karena kanker
ovarium di Amerika Serikat pada tahun 2012.2 Penelitian oleh Tjindarbumi dan Mangunkusumo (2002) menyebutkan bahwa kanker ovarium merupakan
keganasan ke tiga yang sering ditemui pada wanita di Indonesia (829 kasus
baru dan meliputi 7,77% dari seluruh kanker pada wanita).3
Massa pelvis merupakan tantangan yang unik bagi ahli ginekologi.
Diagnosis yang akurat massa pelvis sebelum dilakukan eksplorasi kavum pelvis
melalui laparotomi atau laparoskopi masih menjadi tantangan tersendiri bagi
ahli ginekologi. Pengetahuan apakah neoplasma ovarium bersifat jinak atau
ganas memungkinkan perencanaan untuk penatalaksanaan yang optimal.4,5,6. Pembedahan sitoreduksi yang agresif memerlukan kemampuan dan
pengalaman yang spesifik dari ahli bedah. Metode untuk melakukan
diskriminasi tumor ovarium preoperatif yang lebih baik akan memungkinkan
penatalaksanaan yang tepat dan adekuat.4,5
Akurasi diagnostik variabel demografi, sonografi dan biokimia secara
tunggal untuk penggunaan klinis tidaklah efektif. Indeks risiko keganasan (IRK)
dikembangkan oleh Jacobs et al. pada tahun 1990 dan direkomendasikan
penggunaannya untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas. IRK
merupakan model diagnostik pertama yang mengkombinasikan data demografi,
sonografi dan biokimia dalam penatalaksanaan pasien dengan tumor ovarium.
IRK merupakan produk dari skor menopause (M), ultrasonografi (U), dan nilai
absolut kadar serum CA-125.5,7
Indeks risiko keganasan dikembangkan oleh Jacobs et al. yang disebut
1996 yang disebut IRK 2. Pada tahun 1999, Tingulstad et al. kembali
melakukan modifikasi IRK yang kemudian disebut IRK 3. Yamamoto et al. pada
tahun 2009 mengembangkan IRK terbaru dengan menambahkan parameter
ukuran tumor (S), yang dinamakan IRK 4.1,5,6,8
Beberapa penelitian retrospektif dan prospektif tentang validasi keempat
versi IRK telah dilakukan pada berbagai penelitian klinis. Nilai titik potong
untuk IRK 1-3 adalah 200 dan untuk IRK 4 adalah 450. Nilai titik potong
tersebut menunjukkan diskriminasi yang terbaik antara tumor ovarium jinak dan
ganas, dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.5 Walaupun pada beberapa penelitian menemukan nilai titik potong yang berbeda. Yamamoto et
al. (2009) dalam penelitian tentang keempat versi IRK mendapatkan bahwa
akurasi IRK 4 lebih baik dibandingkan IRK 1, IRK 2 dan IRK 3, dengan
sensitivitas 86,8%, spesifisitas 91%, nilai praduga positif 63,5%, nilai praduga
negatif 97,5%, dan akurasi 90,4%.9
Sampai saat ini belum ditemukan metode skrining baku untuk keganasan
ovarium, dimana memberikan hasil skrining yang konsisten diberbagai institusi.
Namun diakui indeks risiko keganasan merupakan sistem penilaian sederhana
yang dapat diaplikasikan dalam praktik klinis..
Di RS H Adam Malik Medan, telah digunakan IRK sebagai metode untuk
penapisan sebelum operasi ginekologi untuk menentukan kemungkinan tumor
ginekologi tersebut jinak atau ganas, yakni sejak dilakukan penelitian tentang
IRK oleh Joshimin (2010). Pada penelitian beliau digunakan rumus IRK 3
terhadap 50 orang pasien, dimana ditemukan nilai titik potong IRK adalah 250,
dengan sensifitas 78,6% dan spesifitas 93,1%. Namun, evaluasi yang dilakukan
pada beberapa kasus operasi ditemukan ketidak sesuaian antara praduga IRK
terhadap keganasan dengan hasil histopatologi. Untuk itu dilakukan penelitian
ini untuk mengevaluasi apakah penggunaan IRK tersebut masih relevan atau
tidak. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab apakah penggunaan indeks
resiko keganasan pada penapisan neoplasma ovarium masih relevan atau
1.2. Rumusan Masalah
Evaluasi preoperatif tumor ovarium masih menjadi tantangan bagi ahli
ginekologi. Sistem penilaian seperti indeks risiko keganasan direkomendasikan
untuk digunakan dalam praktik klinis untuk evaluasi preoperatif pasien-pasien
dengan tumor ovarium sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat
dan meningkatkan luaran pada wanita dengan kanker ovarium. Dalam
penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian: Dalam penerapan IRK di RS H
Adam Malik Medan, bagaimana keakuratan penerapan IRK tersebut dalam
mendeteksi tumor ganas dibandingkan dengan hasil histopatologi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi penerapan Indeks resiko keganasan (IRK) dengan
cut off point 250 dalam membedakan tumor ovarium jinak dan ganas sebelum operasi di RS H Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui sebaran histopatologi neoplasma ovarium, baik ganas maupun jinak di RS H Adam Malik Medan
- Untuk mengetahui perbedaan neoplasma jinak dan ganas berdasarkan kadar ca 125, variabel USG dan status menopause dengan
pemeriksaan baku histopatologi. Nilai cut off point ditetapkan sesuai dengan standard yang baku dipakai di RS H Adam Malik Medan.
- Untuk mengetahui akurasi penggunaan IRK 3 (yang digunakan selama ini) di RS H Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data dalam penerapan metode penapisan untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas
preopeartif yang selama ini telah dilakukan di RS H Adam Malik
Medan.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar acuan evaluasi subbagian Ginekologi Onkologi dalam penerapan penggunaan indeks
risiko keganasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker Ovarium
Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan
ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya.
Kanker ovarium biasanya bersifat asimtomatik hingga pasien-pasien seringkali
baru didiagnosis pada stadium lanjut dan telah terjadi metastasis. Sekitar lebih
dari dua per tiga kasus kanker ovarium didiagnosa pada stadium lanjut. Kanker
ovarium di antara kanker ginekologi lainnya mempunyai rasio fatalitas terhadap
kasus yang tinggi. Risiko seorang wanita untuk menderita kanker ovarium
sepanjang hidup adalah sekitar 1.4% dan risiko kematian karena kanker
ovarium sepanjang hidup hampir mencapai 1%.10,11
Tumor ovarium epithelial meliputi lebih dari 60% neoplasma ovarium
dan lebih dari 90% dari tumor ovarium ganas. Neoplasma epitelial berasal dari
permukaan sel mesotel dan terdiri dari beberapa tipe. Kistadenokarsinoma
serosum ovarium merupakan tumor ovarium ganas yang sering ditemui,
meliputi sekitar 75-80% dari seluruh kanker ovarium epitel. Neoplasma ini
ditemukan bilateral pada 40-60% kasus, dan 85% berkaitan dengan
penyebaran ekstraovarium pada saat didiagnosis. Lebih dari 50% tumor
ovarium serosum membesar dengan diameter mencapai 15 cm.11
2.2 Klasifikasi kanker ovarium 2.2.1. Histopatologik
Kanker ovarium dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan jaringan asalnya,
yaitu epithelium carcinoma, germ cell carcinoma, sex cord-stromal carcinoma,
dan metastasis dari tempat lain. Epithelium carcinoma merupakan jenis yang
terbanyak sekitar 90% dari kanker ovarium. Di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta, dari semua kanker epitel tersebut, jenis serosum (44%) paling sering
endometrioid (10,26%), clear cell (5,13%) dan mixed epthelial tumor
(0,85%).10,12 Kanker yang bermetastasis ke ovarium kebanyakan berasal dari uterus, tuba fallopii, ovarium kontralateral atau peritoneum pelvis.12
Kanker ovarium dapat menyebar melalui penyebaran lokal, invasi
limfatik, implantasi intraperitoneal, penyabaran hematogen atau penyebaran
melalui diafragma. Penyebaran intrapeitoneal adalah yang paling banyak
terjadi, sedangkan penyebaran hematogen paling jarang terjadi.12
Gambar 2.1. Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan histopatologi.16
2.3 Etiologi dan Patogenesis
Penelitian tentang etiologi kanker ovarium sebagian besar masih
merupakan hipotesa yang belum teruji secara epidemiologis dan belum dapat
dinyatakan sebagai penyebab pasti terjadinya kanker ovarium tersebut.
1. Teori inflamasi, teori ini menduga karsinogenesis terjadi akibat inflamasi
seperti PID.
2. Teori Incessant ovulation, menyatakan trauma berulang selama ovulasi
mengakibatkan pajanan epitel permukaan ovarium dapat mengakibatkan
terjadinya proses malignansi pada ovarium.14.
3. Teori gonadotropin, diduga kadar gonadotropin yang tinggi berkaitan
dengan lonjakan yang terjadi selama proses ovulasi dan hilangnya
gonadal negative feedback pada menopause dan kegagalan ovarium
prematur dapat memegang peranan penting dalam perkembangan dan
progresi kanker ovarium14
4. Genetika, kanker ovarium pada keluarga dikaitkan dengan mutasi
BRCA1, BRCA2 atau syndroma mismatch DNA repair gen human
nonpoposis colon cancer (HNPCC, Lynch type II). Juga dilaporkan
terdapat hubungan antara kanker ovarium dengan Li-Fraumini sindrom
yang terjadi karena mutase P53.13,14,15
2.4. Diagnosis Kanker Ovarium
Tumor ovarium secara klinis direpresentasikan sebagai massa di adneksa
yang meliputi sejumlah kondisi baik jinak maupun ganas. Prosedur diagnostik
preoperatif yang dapat membedakan apakah neoplasma ovarium bersifat jinak
atau ganas dapat membantu dalam merencanakan penatalaksanaan yang
optimal.13 Diagnosis kanker ovarium memerlukan tindakan laparotomi eksplorasi.12,13 Dugaan keganasan preoperatif dapat menjadi panduan ahli ginekologi untuk melakukan rujukan ke bagian onkologi ginekologi untuk
penatalaksanaan yang tepat dan pembedahan yang optimal.13
2.5. Skirining Pada kanker Ovarium
Beberapa metode diagnostik untuk mendiagnosis tumor ovarium telah
dilaporkan, seperti ultrasonografi abdominal dan transvaginal, ultrasonografi
signifikansi yang lebih baik dalam membedakan tumor ovarium jinak dan
ganas.13
Metode diagnostik preoperatif yang baik adalah yang memiliki sensitivitas
tinggi (kemungkinan hasil tes positif pada individual yang memiliki penyakit
tersebut) dan spesifisitas tinggi (kemungkinan hasil tes negatif pada individu
yang tidak memiliki penyakit tersebut).14
Hingga saat ini belum ditemukan metode penapisan yang dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya diagnosa keganasan
diperoleh dari penemuan massa pelvis pada pemeriksaan rutin yang
selanjutnya diikuti pembedahan. Namun penemuan pada stadium I secara
konvensional hanya sekitar 20%. Berikut adalah pendekatan telah dievaluasi
untuk mendeteksi pada skrining kanker ovarium:
2.5.1. Ultrasound
Ultrasonografi transvaginal telah terbukti lebih unggul dibandingkan
transabdominal dalam mendeteksi massa panggul. Pada studi yang dilakukan
pada 66.620 wanita, dilakukan operasi terhadap 565 pasien untuk mendeteksi
45 kanker ovarium. Dinyatakan sensitifitas pada stadium awal 78%, namun
spesifitas pada stadium awal hanya 10%. Penambahan penggunaan doppler
ultrasound menunjukkan hasil yang tidak konsisten antara sebagian besar
penelitian, walaupun penggunaan 3D dopler menunjukkan hasil peningkatan
sensifitas dan spesfitas.15,16
2.5.2. Cancer Antigen 125 (Ca 125)
Adalah suatu hibridoma, merupakan determnan antigen yang
digambarkan oleh monoklonal antibodi dan mempunyai berat molekul >200 kD,
berbentuk glikoprotein.15,16
Ca 125 dihasilkan oleh epitel kanker ovarium, namun secara alami
kadar Ca 125 dapat juga ditemukan pada kasus inflamasi atau iritasi pada
jaringan kavum abdomen. Pada kondisi endometriosis, kelainan hepar seperti
sirosisi hepatis dan hepatitis, penyakit radang panggul dan pangkreas dapat
Ca 125 meningkat pada 50%-60% pasien kanker epitel stadium I dan
90% pada kanker ovarium stadium II. Kadar Ca 125 saja tanpa kurang adekuat
untuk dijadikan skrining kanker ovarium pada populasi dengan resiko sedang
dan rendah, namun spesifitas akan meningkat jika pemeriksaan diikuti dengan
ultrasonografi.15
2.5.3. Human Epidydimis Protein-4 (HE4)
HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti
4-disulfida (whey acidic four-disulfide core/WFDC) yang bersifat tripsin-inhibitor. HE-4 pertama kali diidentifikasi dari epitel duktus epididimis pria bagian distal
yang merupakan protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan
sperma.19,20
HE-4 diekspresikan juga di jaringan normal termasuk epitel traktus
reproduksi. Peningkatan kadar HE4 dalam satuan picomole (pM) dapat ditemukan pada tumor jinak ginekologi lainnya, tumor paru dan jaringan
normal dengan kadar HE-4 yang bervariasi 0 sampai lebih dari 500 pM
(Tabel 2.3). Pada kanker ovarium, HE4 diover-ekspresikan 93% pada epitel
tumor ovarium s erous. wanita sehat 94,4% menunjukkan kadar HE4 <150 pM 21,22
Beberapa studi yang telah menggunakan HE4 sebagai tumor marker
untuk menapis tumor ovarium epitel jinak dan ganas menunjukkan nilai cut off
point yang berbeda. Studi oleh Moore et al (2009) memperoleh nilai cut off
point HE4 sebesar 70 pM dengan sensitivitas 79,6% dan spesifisitas 66%.
Pada tahun 2010, Kettlety et al di Swedia menggunakan cut off point HE4 140 pM dengan sensitivitas 98,1% dan spesifisitas 48,8%. Studi oleh
Mulawardhana P di Surabaya (2011) menggunakan cut off point HE4 150pM menunjukkan sensitivitas 76,47 % dan spesifisitas 80%. Studi oleh Ali A
2.5.4. Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA)
Suatu penemuan baru novelty oleh Moore et al., tahun 2009, berupa alat diagnostik yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya yaitu risk of ovarian malignancy algorithm (ROMA) yang efektif digunakan untuk mendeteksi risiko keganasan kanker ovarium saat stadium awal berdasarkan status menopause
pre atau post menopause.18,24
Saat ini, upaya untuk membedakan tumor ovarium epitel jinak dan
ganas cukup menjadi tantangan bagi para peneliti dan klinisi. Hal ini
berhubungan dengan penanganan yang akan diberikan serta prognosis pasien
dengan kanker ovarium. Risiko keganasan sebelumnya berupa risk of malignancy index (RMI) (Jacob et al, 1990) dinilai dengan menggunakan kombinasi pemeriksaan ultrasonografi dan kadar antigen kanker CA-125
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan ROMA
(Tabel 2.2) 18
Tabel 2.2. Area under curve (AUC), sensitivitas dan spesifisitas ROMA dan RMI (cut off 200) sebagai alat diagnostik tumor ovarium epitel
Adapun ROMA menggunakan serum antigen kanker CA-125 yang
dikombinasikan dengan human epididymis protein-4 (HE-4). Alat diagnostik ini baru-baru ini juga diteliti oleh Van Gorp et al., pada tahun 2010 digunakan
sebagai alat skrining pada tumor ovarium epitel, hasilnya ROMA mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi dibandingkan RMI dengan nilai
cut off 200(Tabel 2.2). 18,25 .
2.6. Indeks Risiko Keganasan pada Kanker Ovarium
Jacobs et al, 1990, mengemukakan suatu Indeks Risiko Kegananasan
(IRK) berdasarkan kadar CA 125 serum, status menopause dan temuan USG,
jinak dan ganas. Karakteristik USG yang digunakan adalah berdasarkn adanya
(a) kista multilokuler, (b) massa solid (c) metastasis (d) asites (e) lesi bilateral.
Massa yang simpel (U=0); massa semi komplek (U=1); massa komplek (U=3)
untuk nilai dari USG. IRK dihitung dengan penambahan skor ‘1’ untuk status
premenopause dan skor ‘3’ untuk status menopause (M), dikalikan skor dari
USG dan nilai absolut dari kadar CA 125: U x M x CA 125. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, beliau memperoleh nilai titik potong skor IRK 200. Hasil
tersebut dibandingkan dengan pemeriksaan baku emas pemeriksaan
histopatologi mempunyai sensitivitas dan spesifisitas 85,4% dan 96,9%.7
Indeks resiko keganasan tersebut ternyata masih kurang memuaskan,
sehingga Tingulstad et al pada tahun 1996 melakukan analisa ulang dan
mengemukakan indeks risiko keganasan yang dikenal dengan IRK 2 dan tahun
1999 dimodifikasi kembali menjadi IRK 3. Perbedaan di antara ketiga IRK
tersebut terletak pada perbedaan skor hasil pemeriksaan ultrasonografi dengan
karakteristik yang sama dan skor status menopause. Berdasarkan hasil
penelitian Tingulstad, diperoleh titik potong terbaik pada skor IRK 2 dan IRK 3
tersebut pada skor 200. Pada IRK 2 ditemukan sensifitas dan spesifitas 79,9%
dan 79,6%, sedangkan IRK 3 ditemukan sensitifitas dan spesifitas 71% dan
92%. 15
Tabel 2.3. Perbedaan IRK 1,2 dan 315 M
Status Menopause
U
Skor Ultrasonografi
IRK 1 M = 1, jika belum menopause
M = 3, jika sudah menopause
U = 0, jika karakteristik (-)
U = 1, jika ada 1 karakteristik
U = 3, jika ada ≥2 karakteristik
IRK 2 M = 1, jika belum menopause
M = 4, jika sudah menopause
U = 1, jika ada ≤1 karakteristik
U = 4, jika ada ≥2 karakteristik
IRK 3 M = 1, jika belum menopause
M = 3, jika sudah menopause
U = 1, jika ada ≤1 karakteristik
U = 3, jika ada ≥2 karakteristik
Indeks Resiko Keganasan 1,2 dan 3 tersebut dipakai dengan rumus:
Yamamoto et al. pada tahun 2009 mengembangkan IRK terbaru dengan
menambahkan parameter ukuran tumor (S), yang dinamakan IRK 4. Indeks
Resiko Keganasan menurut Yamamoto et al. dihitung berdasarkan rumus:9
U: Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan karakteristik sebagai berikut :
• Kista ovarium multilokuler
• Komponen solid pada tumor ovarium
• Lesi bilateral
• Asites
• Adanya bukti metastase intraabdomen Nilai U = 1, jika dijumpai ≤ 1 karakteristik USG.
Nilai U = 4, jika dijumpai > 2 dari karakteristik USG.
M: Status Menopause
Nilai M = 1, jika premenopause.
Nilai M = 4, jika pascamenopause.
S: Ukuran Tumor (diameter tunggal yang terbesar) Nilai S = 1, jika ukuran tumor < 7 cm.
Nilai S = 2, jika ukuran tumor > 7 cm.
Serum CA 125: kadar serum antigen kanker CA 125 yang diukur dengan metode immunoassay dalam satuan U/ml.
Yamamoto et al. (2009) dalam penelitian tentang keempat versi IRK
mendapatkan bahwa akurasi IRK 4 lebih baik dibandingkan IRK 1, IRK 2
dan IRK 3, dengan sensitivitas 86,8%, spesifisitas 91%, nilai praduga
positif 63,5%, nilai praduga negatif 97,5%, dan akurasi 90,4%.9
Penelitian yang dilakukan oleh Park et al (2012) terhadap 541 pasien,
dengan mengevaluasi keempat IRK tersebut menemukan bahwa ROC
membedakan tumor ganas dan jinak preoperasi (0,9233, 0,9132, 0,9151
dan 0,9263). Namun jika dibandingkan dengan pemeriksaan tunggal (Ca
125, status menopause dan USG) secara terpisah akan memiliki
perbedaan signifikansi yang bermakna.5
Penelitian oleh Joshimin Foead (2010) terhadap 50 pasien, yang
dilakukan di RS H. Adam Malik Medan dengan menggunakan IRK 3,
menemukan titik Potong terbaik pada skor IRK 275, dengan sensifitas 78,6
dan spesifitas 91,3%, Penelitian lain yang dilakukan oleh Meity Elvina
(2013) terhadap 56 orang pasien, yang juga dilakukan di RS H. Adam
Malik Medan menggunakan IRK 3, menemukan titik potong 201, dengan
sensifitas dan spesifitas 71,4% dan 72,1%.17,18
2.7. Kerangka Konsep
Neoplasma ovarium
USG
DEFINITIF JINAK DEFINITIF GANAS
LAPARATOMI
HISTOPATOLOGI
Kadar CA 125 ROMA HE - 4 IRK 1,2,3, atau
4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
retrospektif. Untuk mengevaluasi penggunaan indeks resiko keganasan (IRK) 3 digunakan uji komparasi. Sedangkan untuk mendapatkan spesifitas dan
sensitifitas indeks resiko keganasan (IRK) 3 dan 4 dengan data yang ada
digunakan uji diagnostik. Analisis antar variabel dilakukan dengan metode
analisis univariat, bivariat dan uji diagnostik.
3.2. Waktu dan Tempat penelitian
Tempat penelitian di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam
Malik Medan, 1 april 2013 hingga 31 juni 2013
3.3. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah data rekam medik dengan diagnosa neoplasma
ovarium bulan Desember 2010 hingga 31 April 2013 pasien yang dioperasi ole
sub divisi onkologi dan ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Yang menjadi kriteria inklusi penelitian ini adalah:
1. Pasien yang didiagnosa neoplasma ovarium
2. Indikasi operasi bukan inadekuat staging atau interval debulking pada
kasus keganasan ovarium.
3. Operasi dilakukan di RSU Adam Malik pada periode waktu sejak
diberlakukannya sistem IRK sebagai skrining neoplasma ovarium.
Sedangkan kriteria eksklusi paenelitian ini adalah:
3.5. Batasan Operasional
• Tumor Ovarium (neoplasma ovarium)
Definisi : Tumor atau neoplasma ovarium adalah massa atau jaringan baru (abnormal) yang terbentuk pada ovarium, mempunyai
bentuk dan sifat yang berbeda dari sel jaringan asalnya.
Alat Ukur : pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang (histopatologi dan laboratorium)
Cara Ukur : penegakan diagnosis tumor ovarium Skala Ukur: skala nominal (variabel kategorik)
• Tumor Ovarium jinak
Definisi : Tumor ovarium yang neoplastik atau proliferatif, meliputi beberapa jenis tumor ovarium; kista ovarium simpleks, kistadenoma ovari serosum, kistadenoma ovari musinosum, kista endometrioid, kista dermoid.
Alat Ukur : pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang (histopatologi dan laboratorium)
Cara Ukur : penegakan diagnosis tumor ovarium Skala Ukur: skala nominal (variabel kategorik)
• Kanker Ovarium Epitelial (epithelial ovarian carcinoma/EOC)
Definisi : Suatu bentuk tumor ovarium malignan (kanker ovarium) yang berasal dari sel epitel permukaan ovarium (sekitar
90%).
Alat Ukur : pemeriksaan penunjang (histopatologi dan laboratorium) Cara Ukur : penegakan diagnosis tumor ovarium epitel dari hasil
pemeriksaan histopatologi.
Skala Ukur: skala nominal (variabel kategorik)
• Serum CA125
Definisi : serum antigen kanker CA 125 yang diukur dengan metode immunoassay dalam satuan U/ml. Dianggap
prediktif terhadap keganasan ovarium jika kadarnya
meningkat tiga kali lipat dari nilai normal .
Cara Ukur : pemeriksaan dengan ELISA
Skala Ukur: kadar dalam satuan U/ml (skala ratio/variabel numerik)
• Menopause
Definisi : Periode tidak mendapat haid selama 12 bulan berturut. Alat Ukur : Kalender dalam tahun
Cara Ukur : Anamnesis
Skala Ukur: Belum menopause atau sudah menopause (skala nominal /variabel kategorik)
• Serum Ca 125
Definisi : Serum antigen kanker Ca 125, spesimen darah vena yang diukur dengan immuoassay untuk mendeteksi
kanker ovarium.
Alat Ukur : Metode ELISA di Laboratorium Patologi Klinik RSHAM Cara Ukur : Pemeriksaan metode immunoassay
Skala Ukur: kadar dalam satuan U/ml (skala ratio/variable numerik, cut
off value 35 U/ml)
• Indeks Risiko Keganasan 3
Definisi : Indeks yang digunakan untuk penapisan tumor ovarium epitel jinak dan ganas, yang telah diuji reabilitiasnya secara oleh jacob et al.
Alat ukur : kadar serum CA 125 dan ultrasonografi. Cara ukur : IRK 3 diperoleh dengan rumus:
U : Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan karakteristik sebagai berikut:
Kista ovarium multilokuler
Komponen solid pada tumor ovarium Lesi bilateral
Asites
Untuk IRK 3, Nilai U = 1 jika, jika dijumpai salah satu saja dari
karakteristik USG. dan 3, jika dijumpai > 2 dari karakteristik USG.
M : Status Menopause
Untuk IRK 3, Nilai M = 1 jika belum menopause dan 3 jika post
menopause
Serum CA 125 : kadar serum antigen kanker CA 125 yang diukur dengan metode immunoassay dalam satuan U/ml.
• Indeks Risiko Keganasan 4
Definisi: Indeks yang digunakan untuk penapisan tumor ovarium epitel jinak dan ganas, yang telah diuji reabilitiasnya secara oleh
Yammamato et al.
Alat ukur : kadar serum CA 125 dan ultrasonografi. Cara ukur : IRK 4 diperoleh dengan rumus:
U : Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan karakteristik sebagai berikut:
Kista ovarium multilokuler
Komponen solid pada tumor ovarium Lesi bilateral
Asites
Adanya bukti metastase intraabdomen
Untuk IRK 4, Nilai U = 1 jika ditemukan ≤ 1 karakteristik, dan 4 jika
ditemukan ≥ 2 karakteristik
M : Status Menopause
Untuk IRK 4, Nilai M = 1 jika belum menopause dan 4 jika sudah
menopause.
Serum CA 125 : kadar serum antigen kanker CA 125 yang diukur dengan metode immunoassay dalam satuan U/ml.
Ukuran Massa: ukuran massa yang diukur berdasarkan diameter terbesar dari USG atau pengukuran pasca operasi. Ukuran massa
hanya dipakai pada IRK 4.
Nilai S = 1, jika ukuran tumor < 7 cm
Nilai S = 2, jika ukuran tumor ≥ 7 cm
3.6. Alur Penelitian
Data Rekam Medik yang memenuhi kriteria penelitian
Data karakteristik sampel: -Status menopause
-Ultrasonografi -Kadar CA 125
Tumor Ovarium Ganas
Analisis data Tumor Ovarium Jinak
IRK 1, 2, 3 dan 4
Tumor Ovarium Jinak
Tumor Ovarium Ganas
Tumor Ovarium Jinak
Tumor Ovarium Ganas Laparatomi
Dan Histopatologi
Laparatomi Surgical Staging
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien
tumor ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sejak
diberlakukannnya kebijakan tentang penggunaan indeks resiko keganasan
sebagai alat penapisan neoplasma ovarium yaitu Desember 2010 hingga 31
April 2013.
Dari total pasien yang akan dioperasi, terdapat 520 kasus yang akan
dioperasi atas indikasi neoplasma ovarium, dimana 466 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi. Pasien yang tidak masuk kriteria inklusi 23 kasus adalah non
neoplasma ovarium (mioma uteri 8 kasus, infeksi tuba dan proses radang
spesifik tuberkulosis 11 kasus, non hodgkin 1 kasus, leiomiosarkoma 2 kasus
dan ca mesenterium 1 kasus) dan dari total 466 kasus tersebut, 82 kasus di
eksklusikan karena data tidak lengkap. Dari total 384 kasus yang dievaluasi,
diperoleh kasus dugaan ganas berdasarkan IRK sebanyak 173 kasus dan
dugaan jinak berdasarkan IRK sebanyak 211 kasus. Setelah dikonfirmasi
dengan histopatologi, dari 173 kasus yang diduga ganas, terdapat 66 (38,15%)
kasus yang ternyata jinak dan defenitif ganas 107 (61,85%). Dan dari 210
kasus yang diduga jinak, ternyata pada pemeriksaan histopatologi terdapat 40
Berikut diagram selengkapnya data kasus penelitan ini:
Grafik 3: Alur Hasil penelitian
Gambaran karakteristik pasien dan analisa antar variabel dapat dilihat
pada tabel-tabel di bawah ini.
520 kasus
operasi a/i susp neoplasma ovarium
23 kasus
non neoplasma ovarium
466 kasus
memenuhi kriteria inklusi
384kasus
data dapat dianalisa
IRK: 173 susp ganas
Histopatologi:
107 (61,85 %) ganas
Histopatologi:
66 (38,15 %) jinak
IRK: 211 susp jinak
Histopatologi:
40 ( 19,04%) ganas
Histopatologi:
171 (80,95%) jinak 82 kasus
data tidak lengkap
31 kasus,
Interval debulking, relaparatomi, post operasi
4.1. Tabel Karakteristik Pasien berdasarkan Histopatologi
Usia menarche (tahun)
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
dengan tumor ovarium pada kelompok umur 40 – 64 tahun (65,3%) diikuti
dengan kelompok umur 20 -39 tahun dan paling sedikit pada kelompok umur ≥
65 tahun. Berdasarkan pemeriksaan histopatologi, tumor ovarium ganas
terbanyak pada kelompok umur 40 – 64 tahun yaitu 96 kasus (65,3%).
.Berdasarkan karakteristik paritas, pasien tumor ovarium sebagian besar
belum pernah melahirkan 162 kasus (42,2%). Berdasarkan histopatologi, tumor
ovarium jinak dan ganas juga sebagian besar paritas 0. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa ovulasi merupakan salah satu faktor resiko neoplasma varium,
dimana proses ovulasi dan repair epitel ovarium menyebabkan ovarium rentan
untuk mengalami metaplasia dan apa akhirnya dapat menyebabkan
malignansi.15
Karakteristik berdasarkan usia menarche, pasien tumor ovarium
umumnya pada kelompok umur 12 - 16 tahun (92,9%). Berdasarkan
pemeriksaan histopatologi, tumor ovarium ganas dan jinak terbanyak pada
pasien dengan kelompok umur 12 – 16 tahun.
Kepustakaan menyatakan bahwa menarche dini berhubungan dengan
kejadian kanker ovarium, dan semakin bertambahnya usia akan meningkatkan
resiko kanker ovarium
Gambaran hasil pemeriksaan histopatologi dari pasien tumor ovarium
Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan
histopatologi terbanyak dengan jenis neoplasma jinak adalah adenoma ovarii
musinosum sebanyak 64 kasus (27,12%) dan yang persentase terkecil adalah
jenis carcinoid ovarium sebanyak 2 kasus (0,85%) sedangkan neoplasma
ganas yang terbanyak adalah adenocarsinoma serosum sebanyak 45 orang
(30,61%) dan persentase terkecil adalah Brenner tumor maligna, Struma ovarii
maligna, dan Granulosa sel tumor masing-masing 0,68%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sharon et al, terhadap 105 pasien
neoplasma jinak, dan 58 neoplasma ganasmenemukan sebagian hitopatologi
adalah cystadenfibroma, serosa cystadenoma dan dermoid. Sedangkan
neoplasma ganas sebagian besar adalah cystadenocarcinoma disusul oleh
cystadenofibroma musinosum.6
4.3. Tabel silang Kelompok Neoplasma epitel ovarium Jinak dan Ganas berdasarkan Kadar Ca 125
KADAR CA125 HISTOPATOLOGI
Nilai p
GANAS JINAK
≥ 35 N 131 85
% (89,1%) (35,9%) 0.0001
<35 N 16 152
% (10,9%) (64,1%)
Total N 147 237
% (100,0%) (100,0%)
Tabel diatas menunjukkan bahwa kadar Ca 125 ≥ 35 U/ml dengan
persentase terbanyak pada pasien tumor ganas 131 kasus (89,1%). Namun
pada jinak juga ditemukan sebanyak 85 pasien (35,9%). Secara statistik
tumor jinak dan ganas dengan cut off point kadar Ca 125 35 U/ml (p<0,05),
dengan sensitifitas 89,11 dan spesifitas 64,13
Penelitian yang dilakukan oleh Elvina M (2012) menggunakan cut off point
65 U/ml. Peneliti menggunakan cut off point sesuai standard baku yang lazim
dipakai untuk ca 125 yaitu 35 u/ml.17
4.4. Tabel Silang Kelompok Neoplasma epitel ovarium Jinak dan Ganas berdasarkan status Menopause
Status menopause Histopatologi Ganas
Histopatologi Jinak
Nilai p
N % N %
Menopause 77 52,4 60 25,3 0,0001
Non menopause 70 47,6 177 74,7
Total 147 100 237 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tumor jinak lebih banyak dijumpai
pada belum menopause yaitu 177 kasus (74,7%) sedangkan persentase tumor
ganas terbanyak pada pasien yang telah mengalami menopause 77 kasus
(52,4%). Secara statistik dengan uji Chi-square menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara tumor jinak dan ganas berdasarkan status
menopause (p<0,05).
Hal ini sesuai dengan teori yang menunjukkan insidensi malignansi
4.5. Tabel Silang Kelompok Neoplasma epitel ovarium Jinak dan Ganas berdasarkan Gambaran USG
GAMBARAN USG HISTOPATOLOGI
Nilai p
GANAS JINAK
≥2 N 106 93
% (72,1) (39,2) 0,001
< 2 N 41 144
% (27,9) (60,8)
Total N 147 237
% (100,0) (100,0)
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase tumor jinak lebih banyak
dijumpai pada pasien dengan gambaran USG <2 variabel 144 kasus (60,8%)
sedangkan persentase tumor ganas terbanyak pada pasien yang mempunyai
gambaran USG ≥ 2 variabel 106 kasus(72,1%). Secara statistik dengan uji
Chi-square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tumor jinak dan
ganas berdasarkan gambaran USG (p<0,05).
Penelitian yang dilakukan terhadap 565 pasien menemukan bahwa hasil
penelitian berdasarkan USG sangat variatif dan tidak konsisten, tergantung
pada operator, stadium dan alat.15,16
4.6. Tabel Silang Skor IRK 3 (standard penapisan onkologi di RS. H Adam Malik Medan) dengan Standard Baku Histopatologi
SKOR IRK 3 HISTOPATOLOGI
Nilai p
GANAS JINAK
≥250 N 108 69
% (73,5) (29,1) 0,001
<250 N 39 168
% (26,5) (70,9)
Total N 147 237
Tabel diatas menunjukkan bahwa tumor jinak mempunyai persentase
tertinggi pada skor IRK 3 <250 (69,0%) sedangkan pada pasien tumor ganas
skor IRK3 ≥ 250 lebih banyak 108 kasus (73,8%). Secara statistik dengan uji
Chi-square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tumor jinak
dan ganas dengan cut off point skor IRK3 = 250 (p<0,05), dengan sensitiftas
dan spesifitas masing masing berdasarkan data yang ada adalah 73,47% dan
70,88%.
4.9. Hasil ROC IRK 3 dengan Standard Baku Histopatologi
Area Under the Curve Test Result Variable(s):IRK3
Area Std. Error Asymptotic Sig.
Asymptotic 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
4.10. Hasil ROC IRK 4 dengan Standard baku Histopatologi
Area Under the Curve
Test Result Variable(s):IRK4
Area Std. Errora Asymptotic Sig.b
Asymptotic 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
.808 .023 .000 .763 .852
Berdasarkan gambaran grafik ROC, IRK3 mempunyai area under the
curve 0,802 yang relatif sama dengan area under the curve IRK4 sebesar
0,808. Berdasarkan hasil uji diagnostik, IRK3 mempunyai sensitivitas 75,5%
dan spesifisitas 73,9% pada nilai cut off point 238,7 yang juga relatif sama
dengan IRK4 yaitu mempunyai sensitivitas 73,5% dan spesifitas 72,2% pada
mempunyai probabiliti yang relatif sama untuk menegakkan diagnosa maupun
menyingkarkan tumor ovarium ganas.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dilakukan oleh
Joshimin Fuad (2010), dimana kadar IRK 3 dengan cut off point 250, sensitifitas
78,6 dan spesifitas 91,3%. Sedangkan Elvina M, terhadap 52 orang pasien
menemukan cut off point 201 dan sensitifitas 71,4% dan spesifitas 82,1%.17,18
Penggunaan ukuran sebagai penambahan penapisan dalam IRK 4
belum pernah dilakukan di RS HAM, namun dari penelitian yang dilakukan oleh
Yamamoto et al (2009) terhadap 253 pasien neoplasma ovarium dengan cut off
point 450 didapatkan sensitifitas 86,8% dan Spesifitas 91,0%.9 Penelitian
tersebut menyatakan bahwa akurasi IRK 4 lebih baik dibandingkan IRK 1,2 dan
3, tidak sesuai dengan penelitian ini, dimana akurasi IRK 3 dan IRK 4 dalam
skrining neoplasma ovarium tidak berbeda. Penelitian ini sesuai dengan
penelitan Park JW et al yang dilakukan terhadap 547 pasien, dimana ditemukan
tidak terdapat perbedaan akurasi IRK 3 dan 4 dalam skrining neoplasma
ovarium.5
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya penelitian ini
merupakan data retrospektif, sehingga pengambilan informasi sangat subjektif,
pengambilan informasi dan pencatatan rekam medik tidak seragam.
Keterbatasan lain adalah pemeriksaan Ultrasonografi dan histopatologi
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Sebagian besar gambaran histopatologi neoplasma ovarium ganas
adalah adenokarsinoma ovarium serosum, sedangkan neoplasma
ovarium jinak sebagian besar adalah adenoma ovarii musinosum.
2. Dari uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara neoplasma ovarium jinak dan ganas berdasarkan
kadar Ca125 pada cut off point 35 U/ml, status menopause, gambaran
USG, skor IRK3 pada cut off point 250.
3. Sensifitas IRK 3 dengan cut off point 250 adalah 73,47% sedangkan
spesifitas adalah 70,88%
4. Berdasarkan gambaran grafik ROC, IRK3 mempunyai area under the
curve 0,802 yang relatif sama dengan area under the curve IRK4 sebesar
0,808. Berdasarkan hasil uji diagnostik, IRK3 mempunyai sensitivitas
75,5% dan spesifisitas 73,9% pada nilai cut off point 238,7 yang juga
relatif sama dengan IRK4 yaitu mempunyai sensitifitas 73,5% dan
5.2.Saran
Nilai IRK3 dengan cut off point 238,7 dapat digunakan dalam skrining
neoplasma ovarium dengan nilai sensitivitas 75,5% dan spesifisitas 73,9%,
dengan catatan terdapat kemungkinan untuk kesalahan praduga ganas
DAFTAR PUSTAKA
1. Ashrafgangooei T, Rezaeezadeh M. Risk off Malignancy Index in
Preoperative Evaluation off Pelvic Masses. Asian Pacific Journal off
cancer Prevention 2011, vol. 12; p 1727-1730.
2. Cancer Facts & Figures 2012. American Cancer Society Inc.
3. Putri HMAR, Suryantara B, Putra K, Trirahmanto A, Kusumanto A. Risk off
Malignancy Index off Ovarian Cancer Patients in Dr. Sardjito Hospital,
Yogyakarta. Indonesian Journal off Obstetrics and Gynecology 2010, vol.
34, p 131-135.
4. Bouzari Z, et al. Risk off Malignancy Index as an Evaluation off
Preoperative Pelvic Mass. Caspian J Intern Med 2011, vol. 4; p 331-335.
5. Park JW, et al. Four Risk off Malignancy Indices in Evaluation off Pelvic
Masses. Korean Journal off Obstetrics and Gynecology 2012, vol. 9; p
636-643.
6. Clarke SE, et al. Risk off Malignancy Index in the Evaluation
7. Ulusoy S et al. The risk off malignancy index in discrimination off adnexal
masses. International Journal Off Gynecology and Obstetrics 96, 189-191.
10-23-2006.
8. Bouzari Z, et al. Comparison off Three Malignancy Risk Indices and CA
125 in the Preoperative Evaluation off Patients with Pelvic Massess. BMC
Research Notes 2011, vol. 4; p 1-4.
9. Yamamoto Y, et al. Comparison off Four Malignancy Risk Indices in the
Preoperative Evaluation off Patients with Pelvic Masses. European Journal
off Obstetrics and Gynecology Reproduction Biology 2009, vol. 2.
10. Hacker NF. Ovarian Cancer. In: Berek & Hacker’s Gynecologic Oncology.
5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
11. DeCherney AH, et al. Premalignant and Malignant Disorders off the
Ovaries and Oviducts. In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
12. Boy B. Kanker Ovarium. In: Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB, editors.
Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. 1st ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006: 468-90.
13. Torres JCC, et al. Risk of Malignancy Index in Preoperative Evaluation off
Clinically Restricted Ovarian Cancer. Sao Paulo Med J 2002, vol. 3; p
72-76.
14. Myers ER et al. Management of Adnexal Mass. Evidence
Report/Technology Assessment. 6 A.D.
15. Berek SJ, Bast RC. Ovarian cancer in: editor Donald W kufe et al. Holland
Frei Cancer Medicine 6th ed Bc Dekker inc 2008.
16. Disaia, Cresman. Clinical Gynecologic Oncology. Mosby Elsevier. 7 th ed. 2007:313-360
17. Joshimin GJ MF, Dina S. Indeks Risiko Keganasan untuk Memprediksi
kanker Ovarium di di RSUP. H. Adam Malik Medan – Tesis .2010, p 16-27.
18. Elvina M, Dina S, Siregar MFG. Perbandingan Efektifitas Risk of Ovarian
Malignancy Algorithm (ROMA) dengan Risk of Malignancy Index (RMI)
untuk membedakan tumor ovarium epitel jinak dan ganas di RSUP H.
Adam Malik Medan, tesis 2013.
19. Kirchhoff C. Molecular characterization of epididymal proteins. Rev Reprod
1998;3:8 6-95
20. Hellstrom I, Raycraft J, Hayden-Ledbetter M, Ledbetter JA, Schummer M,
McIntosh M, Drescher C, Urban N, Hellstrom KE (2003) The HE4 (WFDC2)
protein is a biomarker for ovarian carcinoma. Cancer Res 63: 3695 – 3700
21. Bingle L, Singleton V, Bingle C D. The put ative ovarian tumour marker
gene H E4 (WF D C2), is expressed in normal tissues and undergoes
complex alternative splicing to yield multiple protein isofforms. Oncogene
2002;21:276 8-2773
22. Galgano MT, Hampton G M, Frierson H F Jr. Comprehensive analysis off
HE-4 expression in normal and malignant human tissues. Mod Pathol
2006;19:8 47-853
23. Akbar A, Dina S. Serum Human Epidydimis-4 sebagai prediktor neoplasma
ovarium jinak dan ganas di RSUP H. Adam Malik Medan, Tesis
24. Moore RG, McMeekin DS, Brown AK, DiSilvestro P, Miller MC, Allard WJ,
Gajewski W, Kurman R, Bast RC, Skates SJ (2009) A novel multiple
marker bioassay utilizing HE4 and CA125 for the prediction off ovarian
cancer in patients with a pelvic mass. Gynecol Oncol 112: 40 – 46
25. Van Gorp T, Daemen A, Cadron I, et al. Validation off the risk of ovarian
malignancy algorithm (ROMA) using HE4 and CA125 in an independent
prospective study. 2010. 16th International Meeting of the European
Society of Gynaecological Oncology in Belgrade, Serbia
26. Bedaiway MA, Falcone T. Laboartory testing for endometriosis. Clinica
LAMPIRAN 2. ANALSIS STATISTIK
Kat_umur * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
ganas jinak Total
Kat_umur <20 Count 7 26 33
% within Jenis_Tumor 4.8% 11.0% 8.6%
20 -39 Count 37 100 137
% within Jenis_Tumor 25.2% 42.2% 35.7%
40 - 64 Count 96 106 202
% within Jenis_Tumor 65.3% 44.7% 52.6%
>65 Count 7 5 12
% within Jenis_Tumor 4.8% 2.1% 3.1%
Total Count 147 237 384
% within Jenis_Tumor 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 20.787a 3 .000 .000
Likelihood Ratio 21.270 3 .000 .000
Fisher's Exact Test 20.900 .000
N of Valid Cases 384
a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is Kat_Paritas * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
ganas jinak Total
Kat_Paritas .00 Count 53 109 162
% within Jenis_Tumor 36.1% 46.0% 42.2%
1.00 Count 16 23 39
% within Jenis_Tumor 10.9% 9.7% 10.2%
2.00 Count 16 33 49
% within Jenis_Tumor 10.9% 13.9% 12.8%
3 - 4 Count 30 35 65
% within Jenis_Tumor 20.4% 14.8% 16.9%
>4 Count 32 37 69
% within Jenis_Tumor 21.8% 15.6% 18.0%
Total Count 147 237 384
% within Jenis_Tumor 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.524a 4 .163 .164
Fisher's Exact Test 6.531 .163
N of Valid Cases 384
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,93. Kat_Usia_menar * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,53.
Kadar_CA1255 * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
Continuity Correctionb 27.933 1 .000
Likelihood Ratio 32.003 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 384
Menopause * Jenis_Tumor Crosstabulation
Continuity Correctionb 27.791 1 .000
Likelihood Ratio 28.747 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 384
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 52,45. b. Computed only for a 2x2 table
Gbr_USG * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
Continuity Correctionb 37.952 1 .000
Likelihood Ratio 40.311 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 384
SkorIRK3 * Jenis_Tumor Crosstabulation
Jenis_Tumor
ganas jinak Total
SkorIRK3 <250 Count 39 168 207
% within Jenis_Tumor 26.5% 70.9% 53.9%
>249 Count 108 69 177
% within Jenis_Tumor 73.5% 29.1% 46.1%
Total Count 147 237 384
% within Jenis_Tumor 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 71.837a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 70.063 1 .000
Likelihood Ratio 74.000 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 384
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 67,76. b. Computed only for a 2x2 table
Area Under the Curve Test Result Variable(s):IRK3
Area Std. Error Asymptotic Sig.
Asymptotic 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
,802 ,023 ,000 ,757 ,847
1647.0000 .354 .068
Area Under the Curve
Test Result Variable(s):IRK4
Area Std. Errora Asymptotic Sig.b
Asymptotic 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Coordinates of the Curve Test Result Variable(s):IRK4