• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI MORAL PEMENTASAN DRAMA AH, MATJAM-MATJAM MAOENJA KARYA MOLIERE SERTA KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH KAJIAN DRAMA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI MORAL PEMENTASAN DRAMA AH, MATJAM-MATJAM MAOENJA KARYA MOLIERE SERTA KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH KAJIAN DRAMA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR BAGAN...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ... ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ...8

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian... 9

F. Anggapan Dasar ... 10

G. Definisi Operasional...11

BAB II. PEMENTASAN DRAMA, SEMIOTIK, NILAI MORAL, DAN BAHAN AJAR A. Drama...13

1. Definisi Drama...13

2. Unsur-unsur Drama...4

3. Unsur-unsur Pementasan Drama...20

B. Semiotik...24

1. Pengertian Semiotik...24

2. Semiotik Pementasan Drama...27

C. Nilai Moral...38

(2)

2. Definisi Nilai Moral...40

D. Bahan Ajar...49

1. Pengertian Bahan Ajar...49

2. Jenis-jenis Bahan Ajar...51

3. Kriteria Penyusunan Bahan Ajar...60

4. Tahap-tahap Penyajian Bahan Ajar...66

BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 69

B. Teknik Pengumpulan Data... 70

C. Sumber Data penelitian...77

D. Teknik Analisis Data...78

E. Alur Penelitian ...79

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sinopsis ...81

B. Analisis Data...82

1. Kajian Semiotik Pementasan Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere...82

a. Analisis Aspek Cerita Pementasan Drama Ah, Matjam-Matjam Maoenja Karya Moliere...82

b. Analisis Aspek Pertunjukan pada Pementasan Drama Ah, Matjam-Matjam Maoenja Karya Moliere ...131

2. Kajian Nilai Moral Pementasan Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere...139

C. Pembahasan...143

1. Kajian Semiotik dan Nilai Moral Pementasan Drama Ah, Matjam-Matjam Maoenja Karya Moliere sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama...143

(3)

3. Implementasi Kajian Semiotik dan Nilai Moral Pementaasan Drama

Ah, Matjam-Matjam Maoenja Karya Moliere sebagai Bahan Ajar

Mata Kuliah Kajian Drama...186

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan...191

B. Saran...197

DAFTAR PUSTAKA...198

LAMPIRAN ... 202

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra

mempunyai kekhususan dibandingkan dengan prosa dan puisi. Kekhususan drama

ini terletak pada adanya tahap setelah pembacaan naskah drama, yaitu penampilan

drama di atas panggung yang disaksikan oleh penonton. Drama menjadi hidup

setelah diinterpretasikan di atas panggung oleh sutradara dan pemain melalui

pementasan.

Memahami drama yang merupakan gambaran kehidupan sama dengan

memahami kehidupan sehingga rasa toleransi dan tepa selira tetap terjalin.

Dewasa ini, banyak terjadi tindakan kriminal yang merugikan orang lain.

Tindakan merugikan orang lain merupakan tindakan yang tidak toleransi dan tidak

tepa selira. Sikap toleransi dan tepa selira pada peserta didik dapat ditingkatkan

dengan membuka pikiran mereka dengan melihat fenomena dan fakta yang terjadi

melalui melihat pementasan drama. Dengan melihat pementasan drama, pikiran

seseorang dapat terbuka tentang kehidupan pada kenyataannya karena drama

merupakan gambaran kehidupan nyata.

Pementasan drama merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan

tempat merangsang toleransi dan tepa selira serta dapat dijadikan sebagai refleksi

(5)

manfaat menonton drama apabila penonton benar-benar memahami drama. Oleh

karena itu, pengajaran drama diajarkan di sekolah maupun di perguruan tinggi

karena mempunyai dampak langsung bagi pembelajar, seperti yang diungkapkan

Rahmanto (2005: 24),

...pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan, diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Secara umum, lebih lanjut dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa sastra mempunyai

dampak positif pada diri seseorang baik puisi, prosa, maupun drama. Dalam hal

ini, penulis akan menyoroti salah satu karya sastra saja, yaitu drama. Hal tersebut

dilakukan karena drama lebih mudah dipetik nilai moral yang terkandung dalam

ceritanya dan tinggi nilai pendidikannya. Hal tersebut sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Rahmanto (2005: 89) yang menyatakan bahwa selain mudah

disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masyarakat segala umur, drama juga

mengandung niali pendidikan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengajar

diharapkan dapat membuat bahan ajar yang dapat membuat pembelajar

(6)

Pada pembelajaran drama, khususnya drama konvensional harus

menggunakan bahan ajar yang tepat agar wawasan mahasiswa dapat berkembang.

Bahan ajar yang tepat pada mata kuliah kajian drama harus menggunakan

pementasan drama yang ideal dengan materi pengkajian yang tepat. Pementasan

drama yang ideal untuk digunakan dalam bahan ajar adalah pementasan drama

yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sesuai dengan latar belakang

budaya pembelajar, dan sesuai dengan kematangan psikologi pembelajar. Selain

itu, pementasan drama yang dijadikan sebagai bahan ajar harus pementasan yang

dimainkan oleh pemain drama atau komunitas teater yang berpengalaman karena

pemberian tontonan drama kepada peserta didik akan mempengaruhi pola pikir

peserta didik mengenai drama, khususnya bagi peserta didik yang belum pernah

menonton dan mengenal drama dengan baik. Sesuai dengan pernyataan tersebut,

Rahmanto (2005: 96) mengungkapkan bahwa untuk memperkenalkan drama

kepada peserta didik, sebaiknya mereka diajak melihat suatu pementasan drama

yang baik karena pementasan drama yang kurang baik dapat merusak nilai drama

dan bahkan dapat merusak minat. Jadi, jelas terlihat bahwa keempat hal yang telah

diuraikan harus terdapat dalam bahan ajar.

Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

merupakan drama yang menarik dan ideal untuk dijadikan bahan ajar karena

penggunaan bahasanya mudah dipahami, ceritanya sesuai dengan latar belakang

pembelajar, sesuai dengan kematangan jiwa pembelajar, serta dimainkan oleh

salah satu grup teater di Bandung, yaitu Studiklub Teater Bandung (STB) yang

(7)

STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama baik di dalam maupun luar

negeri sejak tahun 1958.

Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere menceritakan tentang

bagaimana gaya berbicara dan bergaul orang kalangan atas dan mengisahkan

kedua orang gadis yang selalu mempunyai berbagai macam keinginan untuk

mendapat pasangan. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam pementasan

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

Penggunaan kata-kata dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam

Maoenja karya Moliere penuh dengan kiasan yang sarat makna. Banyak tanda

yang digunakan pada pementasan tersebut. Pengkajian semiotik pada pementasan

drama tersebut sangat penting agar dapat diketahui makna yang lebih mendalam

yang terdapat dalam pementasan tersebut. Banyak terdapat kata-kata yang sarat

makna yang tidak hanya berfungsi sebagai kata dalam pementasan drama tersebut,

tetapi kata berfungsi sebagai tanda mengenai sesuatu yang lebih mendalam dari

kata tersebut.

Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sangat

baik digunakan sebagai sumber belajar dalam mata kuliah Kajian Drama. Dari

pementasan ini, diharapkan mahasiswa Universitas Negeri Medan dapat mengkaji

semiotik dan nilai moral pada drama.

Peneliti berpikir bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia perlu mengkaji semiotik dan nilai moral dalam pementasan drama

(8)

dan wawancara pada beberapa mahasiswa dan alumni Universitas Negeri Medan,

peneliti berpikir pengkajian yang dilakukan masih kurang variatif dan mendalam.

Pada mata kuliah Kajian Drama, mahasiswa hanya ditugasi mengkaji struktur

naskah drama, lalu mahasiswa ditugasi untuk membuat naskah drama dan

mementaskannya. Menurut peneliti, tidak hanya naskah yang perlu dikaji,

pementasan drama juga perlu dikaji karena drama itu tidak hanya naskah, tetapi

juga pementasannya. Selain itu, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa

Indonesia akan menjadi guru bahasa Indonesia yang akan mengajarkan materi

drama salah satunya.

Drama dipelajari mulai dari SMP sampai SMA. Hal tersebut

dideskripsikan dalam Standar Kompetensi SMP kelas VIII semester I yang

mengharapkan siswa mampu mengapresiasi pementasan drama dan kelas IX

semester 2 yang berisi siswa mampu mengungkapkan tanggapan terhadap

pementasan drama, sedangkan SMA mempelajari pementasan drama kelas XI

semester 1 dengan Standar Kompetensi siswa mampu memahami pementasan

drama.

Oleh karena itu, wawasan yang didapat seorang mahasiswa sebagai calon

guru dengan mengkaji struktur saja tentunya tidak cukup. Mahasiswa perlu

melakukan kajian yang lebih dalam lagi berupa semiotik. Pemahaman terhadap

suatu drama secara mendalam dapat dilakukan dengan mengkaji semiotik karena

banyak tanda yang terdapat dalam drama. Hal ini juga sejalan dengan yang

diungkapkan Turner (Dahana, 2001: 8) bahwa dalam simbol-simbol artistik yang

(9)

makna efektif, fungsional, juga pragmatik. Berdasarkan pendapat tersebut,

diketahui bahwa banyak simbol yang terkandung dalam pementasan drama. Tidak

hanya sekedar kata saja yang mengandung makna, tetapi juga artistik

mengandung makna tersendiri.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan video pementasan drama sebagai

alat yang dikaji karena pementasan drama secara langsung belum tentu dapat

dikaji karena harus mengikuti waktu-waktu pertunjukan yang dilakukan di Taman

Budaya Sumatera Utara. Sementara, perkuliahan terus berjalan dan sulit untuk

mengondisikan waktu kalau harus menonton pertunjukan drama yang dapat

dijadikan bahan ajar.

Pengkajian pementasan drama yang dilakukan sebaiknya diterapkan pada

pementasan drama yang dianggap sudah memadai sebagai bahan ajar. Selain itu,

untuk tahap pembelajaran, dengan melihat video maka akan mempermudah

mahasiswa untuk memahami cara menganalisis secara langsung daripada

menonton pertunjukan secara langsung.

Penelitian mengenai semiotik juga pernah dilakukan oleh Permadi dengan

judul tesis “Telaah Semiotis Naskah Drama Putu Wijaya sebagai Alternatif Bahan

Ajar dalam Pembelajaran Drama di Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian tersebut mengkaji semiotik yang terdapat

dalam naskah drama Putu Wijaya yang nantinya akan digunakan sebagai bahan

ajar. Peneliti tersebut merasa perlu mengkaji semiotik naskah drama putu Wijaya

(10)

Penelitian mengenai nilai moral dalam sastra pernah dilakukan oleh

Jumani dengan judul tesis Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Rubrik

“Bujang Besaot” Surat kabar Bangka Pos dan pemanfaatannya sebagai Alternatif

bahan Ajar Sastra di SMA. Pada penelitian tersebut peneliti mengkaji struktur dan

nilai moral yang terdapat pada pantun untuk dijadikan bahan ajar sastra di SMA.

Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka penulis

mengangkat suatu topik yang dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk

tesis yang diberi judul “Kajian Semiotik dan Nilai Moral Pementasan Drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karya Moliere serta Kemungkinan Pemanfaatannya

sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama Jurusan Pendidikan Bahasa

Indonesia Di Universitas Negeri Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian menjadi jelas dan terarah dalam menentukan data-data yang

dibutuhkan jika ruang lingkup penelitian diuraikan. Berdasarkan pendapat

tersebut, permasalahan dalam topik penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Mahasiswa mengkaji drama menggunakan pendekatan objektif, pendekatan

ekspresif, pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, dan pendekatan

interdisipliner saja, padahal banyak sekali tanda yang terdapat dalam

pementasan drama.

2. Mahasiswa sebagai calon guru tidak menganggap penting tanda-tanda yang

digunakan dalam pementasan drama, padahal mereka akan mengajarkan

(11)

3. Mahasiswa kurang peka terhadap sekitar sehingga sikap egois karena

kurangnya sikap saling memahami antar sesama.

C. Pertanyaan Penelitian

Pada tesis ini, penelitian hanya difokuskan pada kajian semiotik pada

simbol yang digunakan dalam drama, serta kajian nilai moral yang terkandung

dan ingin disampaikan oleh pengarang kepada penonton.

Bertitik tolak dari masalah tersebut, masalah penelitian secara khusus

dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah aspek-aspek semiotik yang terkandung pada pementasan

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere?

2. Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karya Moliere?

3. Bagaimanakah penyusunan bahan ajar mata kuliah Kajian Drama di Jurusan

Pendidikan Bahasa Indonesia dengan menggunakan hasil analisis kajian

semiotik dan nilai moral pada pementasan drama?

4. Bagaimanakah respons mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Negeri Medan terhadap bahan ajar mata kuliah Kajian Drama

berupa video pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja dan handout

pengkajian pementasan drama?

(12)

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan,

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan aspek-aspek semiotik yang terkandung pada pementasan

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pementasan drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

3. Menyusun bahan ajar mata kuliah Kajian Drama di Jurusan Pendidikan

Bahasa Indonesia dengan menggunakan hasil analisis kajian semiotik dan nilai

moral pada pementasan drama.

4. Mengetahui respons mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Negeri Medan terhadap bahan ajar mata kuliah Kajian Drama

berupa video pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja dan handout

pengkajian pementasan drama.

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini memiliki banyak manfaat, baik manfaat

teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan teoretis untuk diaplikasikan dan

dikembangkan dalam pembelajaran kajian drama yang akan dilaksanakan di

(13)

memberikan sumbangan positif terhadap perkembangan keilmuan, khususnya

dalam bidang drama.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi

dosen mata kuliah Kajian Drama sebagai bahan ajar dalam pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas. Peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat untuk

menambah wawasan mahasiswa dalam mengkaji drama.

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini memiliki anggapan dasar yang merupakan dugaan awal

sebagai berikut.

1. Pemahaman terhadap pementasan drama akan lebih baik jika dapat

mengetahui makna pada pementasan tersebut dengan mengkajinya secara

semiotik.

2. Pementasan drama mengandung nilai-nilai moral dalam kehidupan pada

masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai refleksi kehidupan.

3. Pengajaran pementasan drama akan lebih bermakna jika mahasiswa dapat

mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, tidak hanya sekedar

(14)

G. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki definisi operasional yang dapat diuraikan sebagai

berikut.

1. Kajian Semiotik adalah penelaahan tanda-tanda yang terdapat dalam

pementasan drama yang mempunyai makna tertentu. Semiotik yang terdapat

dalam drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere dapat digali

berdasarkan dua aspek, yaitu aspek cerita (sintaksis, semantik, dan pragmatik)

dan aspek pementasan dengan mengkaji ikon spasial, ikon relasional, dan ikon

metafora

2. Kajian nilai moral adalah analisis nilai baik atau buruk yang terkandung dalam

pementasan drama yang ingin disampaikan oleh penulis naskah dan berguna

bagi kehidupan manusia. Nilai moral ini dapat berupa nilai-nilai dalam

kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam karya sastra. Nilai moral yang

akan dianalisis dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya

Moliere antara lain: sikap saling menghormati, kesetiakawanan, kasih sayang

orang tua kepada anak, sikap sopan santun, dan kejujuran.

3. Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere adalah

pertunjukan yang ditonton oleh banyak orang yang berisi dialog mengenai

kehidupan masyarakat. Pementasan ini dimainkan oleh Studiklub Teater

Bandung (STB) yang merupakan grup teater tertua di Bandung yang masih

eksis dan terus berkarya. STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama

(15)

4. Bahan ajar mata kuliah Kajian Drama adalah bahan atau materi yang akan

diajarkan kepada mahasiswa pada mata kuliah Kajian Drama agar standar

kompetensi yang diinginkan tercapai. Bahan ajar yang digunakan harus sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa. Pemilihan bahan ajar untuk mahasiswa juga

harus mempertimbangkan bahasa dalam bahan ajar, psikologi, dan latar

belakang budaya. Bahan ajar juga harus menarik minat mahasiswa karena hal

tersebut dapat membuat mahasiswa dapat mengingat lebih lama materi yang ia

pelajari. Materi yang dapat menarik minat adalah materi yang baru bagi

mahasiswa sehingga ia lebih antusias untuk mempelajarinya. Tujuan

pembelajaran akan tercapai jika minat siswa terhadap materi lebih baik, begitu

juga sebaliknya, tujuan pembelajaran akan sulit tercapai jika minat siswa

kurang terhadap bahan ajar. Minat yang diperoleh ini akan terlihat dari sikap

siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan, bertanya jika tidak tahu yang

akan menghasilkan kerja sama, dan memperhatikan pembelajaran saat sedang

(16)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Metode dan teknik penelitian yang tepat sangat mempengaruhi hasil

penelitian yang diperoleh. Pada bab III akan dibahas mengenai metode penelitian,

teknik pengumpulan data, sumber data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik

analisis data.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif karena dalam penelitian ini bertujuan menggambarkan dan memaparkan

isi dari objek yang akan diteliti. Menurut Best (Sukardi, 2009: 157), metode

deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Pada metode deskriptif

objek penelitian digambarkan secara sistematis sesuai dengan fakta yang ada

tanpa adanya kontrol dan manipulasi.

Penelitian ini hanya mendeskripsikan semiotik dan nilai moral yang

terdapat dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

Pendeskripsian semiotik bertujuan mendeskripsikan makna yang terdapat dalam

pementasan tersebut agar dipahami secara menyeluruh dan analisis nilai moral

dilakukan untuk mengetahui nilai moral yang terdapat dalam pementasan drama

(17)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 224), tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan instrumen sebagai berikut.

1. Teknik dokumentasi

Syamsuddin dan Vismaia (2009: 108) menjelaskan bahwa teknik

dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber nonmanusia.

Sumber ini terdiri atas dokumen dan rekaman. Pada penelitian ini, peneliti

mengumpulkan data berupa rekaman pementasan drama Ah, Matjam-matjam

Maoenja karya Moliere yang digarap oleh Studiklub Teater Bandung, naskah

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere yang disadur oleh Studiklub

Teater Bandung, dan silabus pada mata kuliah Kajian Drama.

2. Teknik Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2011: 192), “Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Kuesioner

merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dapat digunakan untuk

melihat respons dari responden.

Pada penelitian ini, peneliti akan menyebarkan angket kepada mahasiswa

(18)

angket tersebut, peneliti mendapat gambaran mengenai ketepatan penggunaan

bahan ajar yang digunakan oleh peneliti.

Angket yang diberikan kepada mahasiswa merupakan pengembangan dari

[image:18.595.111.516.237.742.2]

kisi-kisi angket sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket Pendapat Mahasiswa

terhadap Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama

Masalah Tujuan Aspek yang

diukur

Indikator Nomor

soal Apakah pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere dapat digunakan sebagai bahan ajar mata kuliah Kajian Mengetahui penggunaan pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sebagai bahan ajar mata kuliah Kajian Drama di Penggunaan pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sebagai bahan ajar mata kuliah Kajian Drama

1. Bahasa

a. Penggunaan kosa

kata, ungkapan/

kiasan dalam

menuangkan ide

b. Hubungan antar

kalimat

2. Kematangan jiwa

(psikologi)

a. Menarik minat

b. Sesuai dengan

kebutuhan

mahasiswa

c. Pemahaman

1

2

3

4 dan 5

(19)

Drama di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan? Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan. situasi

d. Mempengaruhi

pengambilan

keputusan

e. Daya ingat

f. Kemauan

mengerjakan tugas

3. Latar belakang budaya 7

8

9

10

Berdasarkan kisi-kisi tersebut maka peneliti mengembangkan pernyataan

[image:19.595.110.517.110.744.2]

angket untuk mengetahui respons mahasiswa sebagai berikut.

Tabel 3.2

Angket Pendapat Mahasiswa

terhadap Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama

No. Pernyataan S TS

1. Saya memahami ungkapan yang terdapat dalam pementasan

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

2. Penggunaan kalimat dalam pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karya Moliere dapat dipahami

3. Penggunaan video pementasan drama Ah, Matjam-matjam

Maoenja karya Moliere dalam pembelajaran merupakan tontonan

(20)

4. Mengkaji pementasan drama dengan menggunakan kajian

semiotik dan nilai moral merupakan materi yang menarik

5. Mengkaji pementasan drama dengan menggunakan kajian

semiotik membuat saya lebih memahami pementasan drama

6. Saya senang menganalisis nilai moral pementasan drama karena

membuat saya memahami nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari

7. Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

mempengaruhi saya dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari

8. Mengkaji pementasan drama dengan menganalisis aspek cerita,

aspek pertunjukan, dan nilai moral mudah dipahami dan diingat

9. Saya senang menganalisis drama dengan menggunakan kajian

semiotik karena saya dapat memahami pementasan drama dengan

lebih baik

10. Cerita kehidupan dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam

Maoenja karya Moliere dekat dengan kehidupan sekitar saya

3. Teknik observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengkaji semiotik dan nilai moral pada pementasan drama Ah, matjam-matjam

Maoenja Karya Moliere. Untuk melakukan pengamatan dalam menkaji semiotik

pada pementasan drama peneliti menggunakan kisi-kisi kajian semiotik sebagai

(21)
[image:21.595.104.520.192.662.2]

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kajian Semiotik Pementasan Drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere

Masalah Tujuan Aspek yang

dianalisis Indikator Bagaimanakah makna semiotik yang terkandung pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere? Mengetahui makna semiotik yang terkandung pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

1. Aspek cerita

2. Aspek

pertunjukan

a. Sintaksis

- Skema aktan

- Struktur fungsional

b. Semantik

- Tokoh

- Latar

- Tema

c. Pragmatik

- Hubungan Komunikasi

- Fungsi bahasa

- Ragam bahasa

a. Ikon spasial

- Visual

- Gerak

- Audio

b. Ikon relasional

- Visual

- Gerak

- Audio

c. Ikon metafora

Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti mengembangkan pedoman kajian

semiotik pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sebagai

(22)
[image:22.595.119.509.190.691.2]

Tabel 3.4

Pedoman Kajian Semiotik Pementasan Drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere

No. Aspek yang dianalisis

Indikator yang dianalisis

Hasil

analisis Keterangan

1. Aspek cerita a. Sintaksis

- Skema aktan

- Struktur

fungsional

b. Semantik

- Tokoh

- Latar

- Tema

c. Pragmatik

- Hubungan

Komunikasi

- Fungsi bahasa

- Ragam bahasa

2. Aspek pertunjukan a. Ikon spasial

- Visual

- Gerak

- Audio

b. Ikon relasional

- Visual

- Gerak

- Audio

(23)

Selain mengkaji semiotik, peneliti juga mengkaji nilai moral dengan

[image:23.595.118.509.245.628.2]

kisi-kisi kajian nilai moral sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Kajian Nilai Moral Pementasan Drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere

Masalah Tujuan Aspek yang

dianalisis Indikator Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere? Mengetahui nilai moral yang terkandung pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

Nilai moral yang

terkandung di

dalam pementasan

drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja

karya Moliere.

1. Sikap saling

menghormati

2. Kesetiakawanan

3. Kasih sayang

orang tua

kepada anak

4. Sikap sopan

santun

5. Kejujuran

Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti membuat pedoman kajian nilai

moral pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sebagai

(24)
[image:24.595.112.512.192.625.2]

Tabel 3.6

Pedoman Kajian Nilai Moral Pementasan Drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere

No. Indikator yang dianalisis Hasil Analisis Keterangan

1. Sikap saling menghormati

2. Kesetiakawanan

3. Kasih sayang orang tua

kepada anak

4. Sikap sopan santun

5. Kejujuran

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah pementasan drama dan naskah

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere. Alasan penulis memilih

pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere karena isi cerita

pada pementasannya sangat menarik dan mengandung nilai moral. Selain itu,

drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere merupakan drama saduran

dari Studiklub Teater Bandung (STB). STB merupakan teater tertua di Bandung

yang masih eksis dan telah memperoleh penghargaan Museum Rekor Dunia

Indonesia sebagai kelompok teater modern pertama dan tertua yang masih eksis

pentas. STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama baik di dalam maupun

(25)

Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere merupakan drama

Prancis yang disadur dan disutradarai oleh salah satu anggota STB, yaitu IGN.

Arya Sanjaya yang sudah bertahun-tahun aktif di STB. Arya Sanjaya sudah

menyutradarai beberapa drama, antara lain “Panji Koming” karya Saini KM,

“Malam Terakhir” karya Yukio Mishima, “Sangkuriang” karya Utuy T. Sontani,

“Kereta Api Bumel” karya Volker Ludwig, ”Inspektur Jenderal” karya Nikolai

Gogol, “Kavia sang Natha” karya Rio Kishida, dan “Serat Sarwa Satwa” karya

Arya Sanjaya.

Penyaduran yang dilakukan oleh Arya Sanjaya dengan menyadur nama

tokoh, tempat, waktu, dan kebudayaan pada drama. Penyaduran dari latar

belakang Prancis menjadi latar belakang Indonesia dilakukan agar drama tersebut

terasa lebih dekat bagi penonton di Indonesia. Ada beberapa dialog yang diubah,

walaupun tidak sepenuhnya. Pengubahan atau penyaduran dialog dari naskah asli

ke naskah saduran dilakukan karena dialog-dialog tersebut kurang sesuai jika

digunakan di Indonesia mengingat keadaan dan kebiasaan masyarakat Indonesia

yang berbeda dengan keadaan dan kebiasaan masyarakat Prancis.

D. Teknik Analisis Data

Bogdan (Sugiyono, 2010: 244) menyatakan bahwa “Data analysis is the

process of systematically searching and arranging the interview transcripts,

fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own

understanding of them and to enable you to present what you have discovered to

(26)

penelitian. Melalui menganalisis data yang diperoleh dari teknik pengumpulan

data yang digunakan maka objek penelitian dapat ditafsirkan sehingga dapat

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Hasil analisis yang diperoleh dari

teknik pengumpulan data dapat dipresentasikan berdasarkan apa yang ditemukan

pada data yang telah dikumpulkan.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan cara

untuk melakukan proses analisis data yang diperoleh dari dokumentasi, observasi,

dan angket. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian, data dianalisis

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan aspek cerita dan aspek pertujukan dalam pementasan drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

2. Mengelompokkan tanda-tanda yang diperoleh dalam pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

3. Menganalisis tanda yang sudah dikelompokkan sehingga menghasilkan

penafsiran yang dapat dipahami.

4. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan nilai moral dalam pementasan drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere.

5. Menyusun hasil analisis atau hasil pengkajian.

E. Alur Penelitian

Alur penelitian adalah langkah-langkah dalam melakukan penelitian.

Langkah-langkah dalam penelitian sangat penting karena langkah tersebut

(27)

Langkah-langkah tersebut dibuat agar penelitian lebih sistematis. Adapun alur

penelitian ini dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut.

Bagan 3.1

Alur Penelitian

Video Pementasan Drama

Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

Kajian Semiotik

Penyusunan Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama Analisis Teks Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere Analisis Pementasan Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere Aspek cerita Aspek Pertunjukan

Hasil Analisis Peneliti

Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama di

Universitas Negeri Medan (Implementasi Bahan Ajar)

Kajian Nilai Moral

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sastra mempunyai dampak positif pada diri seseorang baik puisi, prosa,

maupun drama seperti yang diungkapkan Rahmanto (2005: 24) menyatakan,

...pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan, diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Secara umum, lebih lanjut dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam.

Oleh karena itu, pengajar diharapkan dapat membuat bahan ajar yang

dapat membuat pembelajar memahami sastra yang ia baca, dengar, maupun

tonton. Pada pembelajaran drama, khususnya drama konvensional harus

menggunakan bahan ajar yang tepat agar wawasan mahasiswa dapat berkembang.

Bahan ajar yang tepat pada mata kuliah kajian drama harus menggunakan

pementasan drama yang ideal dengan materi pengkajian yang tepat. Pementasan

drama yang ideal untuk digunakan dalam bahan ajar adalah pementasan drama

yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sesuai dengan latar belakang

budaya pembelajar, dan sesuai dengan kematangan psikologi pembelajar, selain

(29)

komunitas teater yang berpengalaman. Jadi, keempat hal tersebut harus ada dalam

bahan ajar.

Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

merupakan drama yang menarik dan ideal untuk dijadikan bahan ajar karena

penggunaan bahasanya mudah dipahami, ceritanya sesuai dengan latar belakang

pembelajar, sesuai dengan kematangan jiwa pembelajar, serta dimainkan oleh

salah satu grup teater di Bandung, yaitu Studiklub Teater Bandung (STB) yang

merupakan grup teater tertua di Bandung yang masih eksis dan terus berkarya.

STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama baik di dalam maupun luar

negeri sejak tahun 1958.

Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sangat

baik digunakan dalam mata kuliah kajian drama. Dari pementasan ini, diharapkan

mahasiswa Universitas Negeri Medan dapat mengkaji semiotik dan nilai moral

pada drama.

Peneliti berpikir bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia perlu mengkaji semiotik dan nilai moral dalam pementasan drama

karena pada saat peneliti melakukan observasi awal di Universitas Negeri Medan

dan wawancara pada beberapa mahasiswa dan alumni Universitas Negeri Medan,

peneliti berpikir pengkajian yang dilakukan masih kurang variatif dan mendalam.

Pada mata kuliah Kajian Drama, mahasiswa hanya ditugasi mengkaji struktur

naskah drama, lalu mahasiswa ditugasi untuk membuat naskah drama dan

(30)

pementasan drama juga perlu dikaji karena drama itu tidak hanya naskah, tetapi

juga pementasannya. Selain itu, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa

Indonesia akan menjadi guru bahasa Indonesia yang akan mengajarkan materi

drama salah satunya. Drama dipelajari mulai dari SMP sampai SMA. Hal tersebut

dideskripsikan dalam Standar Kompetensi SMP kelas VIII semester I yang

mengharapkan siswa mampu mengapresiasi pementasan drama dan kelas IX

semester 2 yang berisi siswa mampu mengungkapkan tanggapan terhadap

pementasan drama. Sedangkan SMA mempelajari pementasan drama kelas XI

semester 1 dengan Standar Kompetensi siswa mampu memahami pementasan

drama.

Oleh karena itu, wawasan yang didapat seorang mahasiswa sebagai calon

guru dengan mengkaji struktur saja tentunya tidak cukup. Mahasiswa perlu

melakukan kajian yang lebih dalam lagi berupa semiotik. Pemahaman terhadap

suatu drama secara mendalam dapat dilakukan dengan mengkaji semiotik karena

banyak tanda yang terdapat dalam drama. Hal ini juga sejalan dengan yang

diungkapkan Turner (Dahana, 2001: 8) bahwa dalam simbol-simbol artistik yang

dimunculkan oleh sebuah panggung pertunjukan dimungkinkan munculnya

makna efektif, fungsional, juga pragmatik. Berdasarkan pendapat tersebut,

diketahui bahwa banyak simbol yang terkandung dalam pementasan drama. Tidak

(31)

Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere memiliki

8 buah aktan dengan 43 fungsi yang terdiri atas fungsi pengirim 8 buah, fungsi

objek 8 buah, fungsi penerima 8 buah, fungsi subjek 8 buah, fungsi pembantu 8

buah, dan fungsi penentang 3 buah.

Tokoh dalam Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere terdapat

sembilan orang tokoh, yaitu: Raden Jaka Sambada, Raden Rangga Kusumah,

Chandra Asih, Otih Kartika, Panji Rumiang, Kelana Abiseka, Hartawan

Kartawana, Mansoor dan Pemain Biola.

Asih dan Otih merupakan tokoh sentral dalam pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karena setiap alur cerita yang tergambar dalam drama

tersebut selalu ada kaitannya dengan Asih dan Otih baik kehadirannya secara

langsung dalam cerita maupun hanya berupa perbincangan saja.

Asih dan Otih memiliki karakter yang sama. Mereka merupakan dua orang

gadis yang sombong dan selalu bersikap sesuai dengan keinginan mereka tanpa

memperdulikan orang lain. Mereka selalu bersikap sesukanya dan selalu ingin

dianggap sebagai wanita kelas atas.

Jaka Sambada dan Rangga Kusumah merupakan dua orang bangsawan

yang sensitif, gampang tersinggung, dan pendendam. Hal tersebut terlihat dari

keinginan mereka untuk membalas dendam karena penolakan yang dilakukan oleh

Asih dan Otih pada diri mereka yang membuat mereka merasa terganggu batinnya

karena penolakan cinta yang mereka alami.

Kartawana yang merupakan ayah Asih dan juga paman Otih merupakan

(32)

menjodohkan Asih dan Otih dengan bangsawan tanpa memperdulikan pendapat

mereka. Hal ini terlihat dari sikapnya yang tanpa kompromi dan memutuskan

secara sepihak dan memaksa Asih dan Otih untuk menerima keinginannya.

Latar tempat pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya

Moliere hanya beranda rumah Hartawan Kartawana. Semua peristiwa yang terjadi

hanya beranda rumah saja. Tidak ada tempat lain yang digunakan sebagai latar

tempat pementasan drama tersebut. Hartawan Kartawa merupakan orang kaya di

tempatnya. Oleh karena itu, beranda rumah tersebut digambarkan sebagai beranda

yang luas.

Pementasan drama Ah, Matjamn-matjam Maoenja karya Moliere bercerita

tentang penolakan cinta yang disebabkan kemauan yang macam-macam sehingga

menimbulkan dendam dari pihak yang ditolak. Penolakan cinta dapat dijadikan

tema dalam drama tersebut karena semua peristiwa yang terjadi dari

pembalasan-pembalasan dendam karena adanya penolakan cinta yang dilakukan oleh dua

orang gadis bernama Asih dan Otih.

Banyak fungsi bahasa yang terdapat dalam pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja Karya Moliere ada enam bagian, yaitu fungsi ekspresif,

konatif, puitik, fatik, referensial dan metalingustik.

Ikon-ikon yang terdapat dalam pementasan drama tersebut melambangkan

kehidupan feodalisme kaum borjuis menggambarkan tentang kehidupan

bangsawan dan kehidupan yang ingin memperoleh kesenangan dengan caranya

sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Gambaran tersebut juga sama dengan

(33)

Pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere

mengandung beberapa nilai moral, antara lain: sikap saling menghormati,

kesetiakawanan, kasih sayang orang tua kepada anak, sikap sopan santun, dan

kejujuran. Nilai moral tersebut dibutukan oleh setiap orang alam bersikap,

khususnya oleh mahasiswa.

Penggunaan kajian drama dan nilai moral dalam pengkajian pementasan

drama dalam mata kuliah Kajian Drama menerima respon positif dari mahasiswa

saat digunakan sebagai bahan ajar. Ada 94% dari jumlah keseluruhan yang diberi

angket menyatakan bahwa handout yang diberikan menarik dan 6% menyatakan

tidak menarik. Hanya saja respon terhadap video pementasan drama Ah,

Matjam-matjam Maoenja karya Moliere tidak sebesar respon dari handout yang diberikan.

Hanya 66% mahasiswa yang menganggap pementasan drama tersebut sebagai

tontonan yang menarik, sisanya 34% lagi menyatakan tidak menarik. Dari hasil

angket yang diberikan kepada mahasiswa dapat diambil kesimpulan bahwa bahan

ajar yang diberikan peneliti mungkin untuk dijadikan sebagai bahan ajar pada

mata kuliah Kajian Drama.

Penelitian ini memberi makna yang mendalam pada peneliti karena

peneliti banyak belajar untuk menjadi lebih baik lagi baik dari segi ilmu maupun

mental yang selama ini dialami peneliti. Banyak hal positif dan pelajaran yang

(34)

B. Saran

Pengkajian drama dengan menggunakan kajian semiotik dan nilai moral

tepat untuk digunakan dalam mata kuliah kajian drama karena dapat membantu

mahasiswa memahami drama, sehingga ketika mahasiswa membuat naskah drama

akan menjadi naskah yang sarat makna. Pengkajian pementasan drama sebaiknya

dilakukan dalam mata kuliah Kajian Drama, sehingga pengayaan materi pada

mata kuliah tersebut terlaksana.

Penelitian ini masih berupa usulan tanpa menggunakan model tertentu

dalam implementasinya, sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan

menggunakan model yang tepat. Bahan ajar ini juga hanya berupa deskripsi dan

praktek pada lapangan saja. Jadi, bisa dilakukan penelitian lanjutan dengan

menggunakan metode eksperimen yang memberikan tes dan dapat melihat

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (1990). Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa

Aston, E & George S. (1991). Theatre as Sign-System: a Semiotics of Text and Performance. New York: Routledge

Belawati, T., dkk. (2006). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Dahana, R. P. (2001). Ideologi Politik dan Teater Modern Indonesia. Magelang: Indonesiatera

Danesi, M. (2010). Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Eco, U. (2009). Teori Semiotika. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS

Finnegan, R. (1992). Oral Poetry. Bloomington and Indianapolis: First Midland Book Edition

Hasanuddin. (2009). Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa

(36)

Jumani. (2009). Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Rubrik “Bujang Besaot” Surat Kabar Bangka Pos dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Komarudin, A. (2011). Moral Sumber Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia

Kosasih. (1999). Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Kosasih. (2003). Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Jakarta: Yrama Widia

Majid, A. (2008). Perencanasn Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Miskawaih, Ibn. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak (terjemahan). Bandung: Mizan

Nunan, D. (2000). Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. New York: Prentice Hall

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Permadi, R. Y. (2005). Telaah Semiotis Naskah Drama Putu Wijaya sebagai Alternatif Bahan Ajar dalam Pembelajaran Drama di Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Jalasutra:Yogyakarta.

(37)

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press

Rahmanto, B. (2005). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius

Ratna, N. K. (2010). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Semi, M. A. (1998). Anatomi sastra. Padang: Angkasa Raya

Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudijono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Akasara

Sumardjo, J. (1993). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Syamsuddin & Vismaia S. D. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

(38)

Waluyo, H. J. (2001). Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya

Wiyanto, A. (2005). Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo

Ya’kub. (1991). Etika Islam, Pendidikan Akhlak Karimah (Suatu Pengantar). Bandung: Dipinogoro

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Pendapat Mahasiswa
Tabel 3.2 Angket Pendapat Mahasiswa
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

makhram (Saudara mukhrim) 18 menurut penulis merupakan sebuah faktor utama yang menyebabkan ketimpangan gender yang terjadi di dalam ranah politik internasional

Apakah kadar teofilin dan efedrin HCl pada sediaan tablet memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014 yang ditentukan dengan metode spektrofotometri secara

Dari berbagai definisi perataan laba diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perataan laba secara keseluruhan merupakan suatu tindakan akuntansi yang dirancang dan dilakukan oleh

Kemudian, dalam waktu yang disediakan itulah, pemain harus secepatnya menemukan bagian yang

Pada sebuah sistem reaksi paralel, selektivitas sebuah produk atau hasil reaksi dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara banyaknya mol produk reaksi yang diinginkan/diharapkan

membawa tanda pengenal, bagi Perusahaan yang tidak menghadiri Klarifikasi hasil evaluasi ini dianggap menerima seluruh hasil keputusan Pokja ULP perihal hasil penawaran

yang berlangsung dalam sistem batch bervolume-tetap, waktu paruh (half-life) reaksi (t½) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh reaksi tersebut agar konsentrasi reaktannya

Definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregeted ) untuk menyajikan informasi guna