• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN STUNTING

N/A
N/A
Erisa Ayuningtias

Academic year: 2023

Membagikan "SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN STUNTING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN STUNTING

Dosen Pembimbing : Ns. Retno P.,S.Kep.,M.Kep

Pembimbing Lahan : Ns. Tuti Hariyana, S.Kep

Disusun Oleh :

1. Wiwin Kiky W. 2314901101 2. Putri Lesmana 2314901057 3. Rara Suci A. 2314901059 4. Regina Novita S 2314901060 5. Erisa Ayuningtiyas 2314901021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM PROFESI NERS TAHUN AKADEMIK 2023/2024

(2)

SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Stunting

Sasaran : Orang Tuan dan Anak Hari/ Tanggal : Kamis / 24 Agustus 2023 Waktu : 9.30 – 10.15 (30 menit) Tempat : Wilayah Karang Anyar

I. Tujuan Penyuluhan

 Tujuan Umum

Setelah mendapat penyuluhan diharapkan peserta dapat mengetahui tentang pencegahan stunting.

 Tujuan Khusus

Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :

 Peserta dapat menjelaskan pengertian stunting

 Peserta dapat menjelaskan dampak stunting

 Peserta dapat menjelaskan penyebab stunting

 Peserta dapat menjelaskan cara mencegah stunting

 Peserta dapat menjelaskan pencegahan stunting II. Materi Penyuluhan

 Terlampir III. Metode

 Ceramah

 Tanya jawab IV. Media

 Leaflet

 Lembar balik

(3)

V. Pengorganisasian

Pembimbing klinik : Ns. Tuti Hariyana, S.Kep Pembimbing Akademik : Ns. Retno P.,S.Kep.,M.Kep

Penyaji : Putri Lesmana

Moderator : Erisa Ayuningtiyas Fasilitator : Regina Novita Sari

Rara Suci Ariyati Dokumentator : Wiwin Kiky Wulandari Job Description

1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara

2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan 3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam

diskusi

4. Dokumentator: Mendokumentasikan jalannya penyuluhan

VI. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1 3 menit Pembukaan

a) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam

b) Memperkenalkan diri c) Menjelaskan tujuan dari

penyuluhan

d) Menyebutkan materi yang akan diberikan

e) Menyampaikan kontrak waktu

Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh moderator

2 15 menit Pelaksanaan

Penyampaian materi oleh pemateri : a) Menggali pengetahuan peserta

tentang stunting

b) Menjelaskan pengertian tentang stunting

c) Menyebutkan dampak stunting d) Menyebutkan penyebab

stunting

e) Menyebutkan cara mencegah stunting

Mendengarkan dan memberi umpan balik terhadap materi yang disampaikan

(4)

f) Menjelaskan tentang pencegahan stunting 3 5 menit Tanya jawab

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami

Mengajukan pertanyaan

4 4 menit Evaluasi

Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab

Menjawab pertanyaan

5 3 menit Penutup

a) Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan

b) Ucapan terimakasih c) Salam penutup

Mendengarkan dengan seksama dan menjawab salam

VII. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi struktur

a) Peserta hadir di tempat penyuluhan

b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Posyandu 2. Evaluasi proses

a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar 3. Evaluasi hasil

Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus

(5)

MATERI PENYULUHAN KONSEP DASAR STUNTING A. PENGERTIAN STUNTING

Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur- anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).

Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.

(6)

internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umu

Berdasarkan lamanya maka stunting dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Stunting akut adalah stunting yang berlangsung kurang dari 14 hari

2. Stunting kronis/persisten adalah stunting yang berlangsung lebih dari 14 hari B. PENYEBAB

1. Adanya infeksi bakteri & virus pada saluran cerna meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.

coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

2. Makanan dan Minuman yang tidak sehat

a. Makanan Contoh: Makanan yang tidak dicuci bersih, makanan yang

terkontaminasi oleh debu, lalat, kecoa Makanan yang sudah basi atau beracun.

b. Minuman Contoh: Mengonsumsi air minum yang dimasak tidak terlalu lama, menggunakan air minum yang tercemar, menggunakan botol susu yang kurang bersih

3. Lingkungan yang kumuh atau kotor.

4. Perilaku, contoh : tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil, tidak membuang tinja disembarang tempat.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Buang air besar lebih dari 3x / hari dengan konsistensi cair.

2. Penderita merasa haus, mulut dan lidah kering, tulang pipi menonjol, mata cekung, ubun- ubun tampak cekung pada bayi.

(7)

3. Kulit perut bila dicubit kembali keasal berlangsung pelan dan lambat.

4. Nafsu makan menurun, muntah, muka tampak pucat 5. Cengeng, gelisah dan demam cukup tinggi

D. DERAJAT DEHIDRASI STUNTING

1. STUNTING TANPA DEHIDRASI Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita stunting. Tanda-tandanya:

 Balita tetap aktif

 Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa

 Mata tidak cekung

 Turgor kembali segera

2. STUNTING DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita stunting.

Tanda-tandanya:

 Gelisah atau rewel

 Mata cekung

 Ingin minum terus/rasa haus meningkat

 Turgor kembali lambat

3. STUNTING DEHIDRASI BERAT Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita stunting. Tanda-tandanya:

 Lesu/lunglai, tidak sadar

 Mata cekung

 Malas minum

 Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

E. PENULARAN STUNTING PADA ANAK TERJADI DENGAN CARA 4F 1. Feces (tinja)

Feces adalah ampas pembuangan makanan dari pencernaan tubuh yang berisi kotoran dan kuman penyakit. Maka dari itu setelah buang air besar, sangat diwajibkan untuk orang tua membiasakan pada anak-anak untuk mencuci tangannya dengan sabun antiseptik hingga benar-benar bersih.

2. Finger (jari)

Sudah bukan hal aneh lagi jika anak-anak kecil sangat suka memasukkan jarinya ke dalam mulut. Pada saat itulah kemungkinan besar virus, kuman, bakteri, parasit, dan micro–organisme yang menempel pada jari anak masuk ke dalam tubuh.

(8)

3. Fly (lalat)

Lalat banyak hinggap di tempat-tempat kotor seperti tumpukan sampah. Setelah hinggap di tumpukan sampah, lalat juga senang hinggap pada makanan. Makanan yang tidak ditutup dan dihinggapi oleh lalat dapat memicu terjadinya perpindahan sumber penyakit dari sampah ke makanan.

4. Food (makanan)

Makanan atau susu yang sudah terlalu lama terkena udara sudah tercemar dengan parasit yang tidak terlihat mata. Begitu pula dengan makanan yang dimasak kurang matang dan makanan yang disimpan dalam wadah yang tidak higienis menjadi penyebab stunting pada anak kecil.

F. PENCEGAHAN STUNTING PADA ANAK

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah

1. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di luar rumah

2. Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalt

3. Kebersihan lingkiungan untuk menghindarkan adanya lalat 4. Makanan harus selalu tertutup

5. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli makanan di tempat jajanan yang terbuka

6. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit stunting selain air harus bersih juga harus dimasak

7. Pada anak yang minum dari botol (dot), botol harus dicuci dan dimasak (rebus) setiap mau digunakan

8. Pada ibu menyusui sebelum menyusui bayinya, mencuci tangan terlebih dahulu

G. PENATALAKSANAAN DIRUMAH

1. Rencana Terapi A : Penangana Stunting dirumah a. BERI CAIRAN TAMBAHAN

(9)

 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian

 Jika anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan

 Jika anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)

AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT. BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ML) UNTUK DIGUNAKAN DIRUMAH

a. Cuci tangan sebelum menyiapkan b. Siapkan 1 gelas (200 cc) air matang c. Gunting ujung pembungkus oralit

d. Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air tersebut e. Aduk hingga bubuk oralit larut

f. Siap untuk diminum

TUNJUKKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK

ORALIT/CAIRAN LAIN YANG HARUS DIBERIKAN SETIAP KALI ANAK BAB :

 Sampai umur 1 tahun : 50 – 100ml setiap kali BAB

 Umur 1-5 tahun : 100 – 200ml setiap kali BAB Katakan pada ibu :

 Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas

 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat

 Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai stunting berhenti

b. BERI OBAT ZINC

Zat gizi zinc dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat regenerasi sel yang rusak. Penelitian telah membuktikan bahwa pada anak stunting, pemberian zinc dapat menurunkan keparahan stunting 2-3 bulan berikutnya, bahkan

(10)

dapat meningkatkan selera makan anak.

Pastikan semua anak yang menderita stunting mendapatkan tablet zink kecuali bayi muda

Cara pemberian tablet zink

 Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut kurang lebih 30 detik), segera berikan pada anak

 Apabila anaka muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh

 Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh, meskipun stunting sudah berhenti

 Bila anak menderita stunting dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum atau makan Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun stunting sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI

 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari

 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari

c. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN 1. Berikan ASI sesuai keinginan bayi

2. Berikan makanan keluarga yang bervariasi seperti makanan hewani dan buah-buahan yang kaya vitamin A serta sayuran

3. Berikan ¾ mangkuk sampai 1 mangkuk setiap makan (1 mangkuk = 250 ml)

4. Berikan 3-4 kali setiap hari

5. Tawari 1 atau 2 kali makanan selingan antara waktu makan. Anak akan memakannya jika lapar

6. Lanjutkan memberi makan anak dengan pelan-pelan dan sabar. Dorong anak untuk makan tapi jangan memaksa

(11)

d. KAPAN HARUS KEMBALI

Nasihati ibu untuk kembali segera jika : BAB anak bercampur darah, dan anak malas untuk minum.

 Jika anak stunting persisten maka kunjungan ulangnya 3 hari

 Jika anak stunting dehidrasi ringan / sedang, jika tidak ada perbaikan maka kunjungan ulangnya 3 hari

 Stunting tanpa dehidrasi, jika tidak ada perbaikan kunjungan ulangnya yaitu 3 hari

2. Rencana Terapi B : Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit Berikasn oralit di klinik sesuai anjuran selama periode 3 jam

Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun Berat Badan

Jumlah cairan

< 6 kg 6-10 kg 400-700

10-12 kg 12-19 kg

900-1400

200-400 700-900

TENTUKAN DAN SEJUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (kg) X 75 ml Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui

 Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas

 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

TUNJUKKAN CARA PEMBERIAN ORALIT

 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.

 Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat

 Lanjutkan ASI selama anak mau

BERI TABLET ZINC SELAMA 10 HARI, KECUALI BAYI MUDA SETELAH 3 JAM

 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya

 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

(12)

 Mulailah memberi makan anak

JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI

 Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah

 Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan

 Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A

 Jelaskan 4 aturan perawatan oralit dirumah 1) Beri cairan tambahan

2) Beri tablet Zinc selama 10 hari 3) Lanjutkan pemberian makan 4) Kapan harus kembali

(13)

3. Rencana Terapi C : Penangana Dehidrasi berat dengan cepat Dapatkah saudara memberi cairan intravena??

Tidak Ya

Lanjutkan kebawah 1) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan. Beri 100m/kgBB cairan RL (ringer laktat), jika tidak tersedia gunakan Naclyang dibagi sebagai berikut :

Umur Pemebrian Pemberian pertama 30 selanjutnya 70 ml/kg selama : ml/kg selama : Bayi (> 28 hari – 1 jam 5 jam

<12 bulan

Anak (12 bulan -5 30 menit 2 ½ jam tahun

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat

3) Beri oralit (±5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan berianak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.

4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam . nilai dehidrasinya. Kemudian pilih rencana terapi yang cocok

Apakah ada fasilitas cairan intravana yang terdekat (dalam 30 menit)?

Tidak Ya

1) Rujuk segera untuk pengobatan intravena

2) Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan

Apakah saudara telah dilatih menggunakan pipa orogstrik unutk rehidrasi?

Tidak Ya

(14)

1) Mulailah melakukan rehiddrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik : beri 20 ml/kg/jam (total120 ml/kg)

2) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam

 Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat

 Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena

3) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A,B,C) unutk melanjutkan penanganan

CATATAN : Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan

pemberian cairan oralit per oral

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2019. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta. Depkes RI KemenKes RI. 2011. Buletin Situasi Stunting di Indonesia. Jakarta. KemenKes RI

KemenKes RI. 2011. Panduan Sosialisasi tatalaksana stunting balita. Jakarta. KemenKes RI

Referensi

Dokumen terkait