• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

M

I

MEMENG

INDONES

D FAKU

I

GARUHI

SIA DI K

BRAM

DEPARTE ULTAS EK INSTITUT

ALIRAN

KAWASAN

AGUSTI

EMEN ILM KONOMI

T PERTA BOGO

2013

N EKSPO

N ASEAN

IAN ZAH

MU EKON DAN MA ANIAN BO

OR 3

R ALAS

N DAN C

HRO

NOMI ANAJEME OGOR

KAKI

HINA

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Bram Agustian Zahro

(4)

Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China. Dibimbing oleh IDQAN FAHMI.

Alas kaki merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia. Adanya persetujuan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) diharapkan mampu meningkatkan dayasaing produk alas kaki Indonesia di pasar Asia Tenggara dan China. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing produk alas kaki Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor alas kaki Indonesia. Penelitian ini menggunakan Gravity Model dengan metode data panel, mencakup lima negara tujuan ekspor Indonesia tahun 2000-2011. Variabel bebas yang digunakan adalah (Gross Domestic Product) GDP Indonesia, GDP negara tujuan, jarak ekonomi, nilai tukar riil rupiah serta dummy

pemberlakuan ACFTA. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode

Revealed Comparative Advantages (RCA) untuk menganalisis dayasaing produk alas kaki Indonesia. Nilai RCA menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia berdayasaing tinggi baik di pasar Asia Tenggara maupun pasar dunia. Aliran ekspor alas kaki Indonesia dipengaruhi oleh GDP riil Indonesia dan GDP nominal negara tujuan, dan nilai tukar riil rupiah.

Kata Kunci: Alas kaki, Ekspor, ACFTA, RCA, Gravity Model, Data Panel.

ABSTRACT

BRAM AGUSTIAN ZAHRO. Analysis of Competitiveness and the Factors Affecting Indonesian Footwear Exports in the ASEAN Region and China. Supervised by IDQAN FAHMI.

Footwear is one of the leading export commodities of Indonesia. Agreement of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) is expected to improve the competitiveness of Indonesian footwear in Southeast Asia and China markets. The purpose of this research is to analyze the competitiveness of Indonesian footwear and analyze the factors affecting Indonesian footwear exports to China and Southeast Asia countries. This research use a Gravity Model with panel data method, covering five countries export destination from 2000 to 2011. Independent variables used are GDP of Indonesia, GDP of the destination countries, the economic distances, the real exchange rate of rupiah and dummy implementation of ACFTA. In addition, this research also uses Revealed Comparative Advantages (RCA) method to analyze the competitiveness of Indonesian footwear. The value of RCA shows that Indonesian footwear has high competitiveness both in the markets of Southeast Asia as well as world markets in total. Indonesian footwear exports flow is influenced by real GDP of Indonesia, nominal GDP of the destination country, and the real exchange rate of rupiah.

(5)

MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR ALAS KAKI

INDONESIA DI KAWASAN ASEAN DAN CHINA

BRAM AGUSTIAN ZAHRO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Nama : Bram Agustian Zahro

NIM : H14090028

Disetujui oleh:

Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. Pembimbing

Diketahui oleh:

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen

(8)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia di Kawasan ASEAN dan China”, ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing alas kaki Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah banyak memberikan bantuan, semangat serta doa bagi penulis, yaitu:

1. Kedua orangtua tercinta, yaitu Bapak Margis Sugianto, S.Pd. dan Ibu Supartin S.Pd. serta adik saya Sari Almira Margis yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, doa, dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini. Semoga ini menjadi persembahan yang membanggakan untuk kalian.

2. Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, saran, motivasi dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt. M.Si selaku dosen pengui utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, S.E. M.Sc. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

5. Teman-teman satu bimbingan yaitu Manda Kumoro, Marsha Dewi Putri dan Gibran Ganesha atas kritik, saran dan motivasi yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman, sahabat, sekaligus saudara yakni Deny Erika, Rizza Adya, Robert Zenri, Febri Yuniansyah, Indra Much dan F. Gandi Rama yang selalu membuat penulis bahagia, tersenyum dan termotivasi.

7. Sahabat yang saya cintai Puspita Mega, Meiyora, Farhana, Yeni, Farrah, Friska, Risma, Ida Bagus, Ardhi, Jajang, Fahmi, Widy, Adrian, Bronson, Taufik, Rheza, Fuad, Kunto, Rizky, Chula dan seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46 atas kerjasama, kritik, saran, bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Rumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 6 

Manfaat Penelitian 6 

Ruang Lingkup 6 

TINJAUAN PUSTAKA 7

METODOLOGI PENELITIAN 14 

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 

SIMPULAN DAN SARAN 31 

Simpulan 31 

Saran 31 

DAFTAR PUSTAKA 33 

LAMPIRAN 35

RIWAYAT HIDUP 44

(10)

Tahun 2000 (miliar rupiah), 2008-2011 2 2. Sepuluh Negara Tujuan Ekspor Terbesar Alas Kaki Indonesia 3 3. Presentase Perubahan Nilai Ekspor dan Impor Alas Kaki Indonesia 4

4. Jenis dan Sumber Data 14

5. Nilai RCA Alas Kaki 6 Negara di Pasar Internasional 19 6. Nilai RCA dan Indeks RCA Alas Kaki Indonesia 21 7. Kontribusi Ekspor Alas Kaki Indonesia di Negara Tujuan 21 8. Nilai RCA Alas Kaki China, Malaysia, Thailand, Singapura

dan Vietnam di Pasar Indonesia 24

9. Hasil Estimasi Gravity Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia

dengan Metode Fixed Effect 26

10.Hasil Uji Normalitas Model 27

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah Tenaga Kerja Antar Sektor per Agustus 2012 1 2. Perkembangan Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Negara Tujuan

Utama di Kawasan Asia Tenggara dan China 5 3. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional 7

4. Alur Kerangka Pemikiran 12

5. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 16 6. Share Ekspor Alas Kaki China, Malaysia, Singapura, Thailand,

Vietnam dan Indonesia terhadap Total Ekspor Seluruh Produk 18 7. Rata- rata Kontribusi China, Vietnam, Indonesia, Malaysia,

Thailand dan Singapura terhadap Total Ekspor Alas Kaki Dunia 19 8. Perkembangan Nilai RCA Alas Kaki 6 Negara di Pasar Internasional 20 9. Share Ekspor Alas Kaki Indonesia terhadap Total Ekspor Seluruh

Produk ke China, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam 22 10.Perkembangan Nilai RCA Alas Kaki Indonesia di Kawasan Asia

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Analisis Dayasaing Produk Alas Kaki Indonesia dengan

Metode RCA periode 2000-2011 36

2. Hasil Analisis Dayasaing Produk Alas Kaki Negara Pesaing

di Pasar Indonesia dengan Metode RCA periode 2000-2011 38 3. Variabel dalam Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia 40 4. Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Fixed Effect

Cross Section SUR dan White Cross Section Covarience 42

5. Hasil Pengujian Chow Test 42

6. Hasil Uji Normalitas 43

(12)
(13)

Perd sangat pen salah satu satu negar

Sumber : BPS G uksi suatu b keunggulan p negara m

n negaranya ah satu sekt dustri. Sekt penting dala

n ke tahun 08 sektor . Namun ko dari total P

jumlah ten sektor perd dustri juga m bagi produ

ngkan deng

S, 2013 (diolah) Gambar 1. an tetapi saa

iap negara enciptakan unia yang te

negara mem

or yang tid tor industri am pertumb n peran sek industri m ontribusi se PDB Indon naga kerja dagangan, d mempunyai uknya, seh gan negara l

)

Jumlah Ten at ini persai dituntut un

l pada zama n dan pemb

ng pertumbu erlepas dari

miliki keter Suatu ne n melakukan f di negara t n bantuan

dak terlepas merupakan yang besar dan sektor j

i keunggula hingga aka

ain.

naga Kerja A ingan antar ntuk memili oduk. Selain

iptakan efe iri dibagi m 35% omi suatu ne an antar neg

alam sumb g kurang gan dengan alvatore, 19 n untuk d

yai peranan a dan merup egara. Tida gara. Hal ter berdaya ma n salah sat duk Domest ri terus men ng 26.78%

tri menurun ain itu, sek bersama ti asa yang da an lain yaitu an semakin

Antar Sekto negara dal iki inovasi n itu setiap fektivitas da menjadi dua

%

2%

gangan inte tu sektor y tik Bruto (P

ngalami pe dari tota n pada tahu ktor indust iga sektor l apat dilihat u mampu m n mengunt

or per Agust lam sektor i dan dayasa p negara ju an efisiens a yaitu ind Pe al seluruh un 2011 me tri juga m

lain yaitu s pada Gamb menciptakan

tungkan ap

tus 2012 industri sem aing yang t uga memer

embaga Keuan

(14)

industri non-migas. Pada Tabel 1 memperlihatkan nilai PDB sektor industri Indonesia Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 tahun 2008-2011.

Tabel 1. Nilai PDB Sektor Industri Indonesia Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (miliar rupiah), 2008-2011

No Lapangan Usaha miliar rupiah

2008 2009 2010 2011

1. Industri Migas 47 662.7 46 934.9 47 199.3 46 757.8

Pengilangan Minyak Bumi 20 972.0 21 083.6 21 346.5 21 459.7

Gas Alam Cair 26 690.7 25 851.3 25 852.5 25 298.1 2. Industri Non-Migas 510 101.7 523 167.6 549 935.6 587 024.1

Makanan, Minuman dan Tembakau 139 921.9 155 620.2 159 947.2 174 566.7

Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 50 994.0 51 299.9 52 206.2 56 131.1 Kayu dan Produk Lainnya 20 335.8 20 055.0 19 359.7 19 427.4

Produk Kertas dan Percetakan 25 477.2 27 092.4 27 544.7 27 930.3

Produk Pupuk, Kimia dan Karet 68 389.6 69 514.2 72 782.0 75 657.5

Produk Semen dan Penggalian 15 990.7 15 908.9 16 255.6 17 424.1

Logam Dasar Besi dan Baja 8 044.7 7 702.0 7 885.6 8 915.2

Peralatan, Mesin dan Alat Transportasi 177 178.3 172 085.1 189 947.9 202 892.0 Industri Lainnya 3 769.5 3 889.9 4 006.7 4 709.8

TOTAL 557 764.4 570 102.5 597 134.9 633 781.9

Sumber: BPS, 2013

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor industri menjadi penyumbang PDB terbesar dengan kontribusi Rp. 557.76 triliun pada tahun 2008 atau sekitar 26.78% dari total seluruh PDB Indonesia dimana 24.5% berasal dari industri non-migas dan sisanya, 2.28% berasal dari industri migas. Pada tahun 2011 sektor industri menyumbang sebesar Rp. 634.24 triliun atau 25.75% dari total PDB Indonesia dimana industri migas menyumbang 1.9% dan industri non-migas menyumbang lebih dari 23%. Hal ini menunjukkan bahwa industri non-migas masih menjadi sektor terbesar penyumbang PDB Indonesia. Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa presentase kontribusi sektor industri mengalami penurunan dari tahun 2008-2011 namun nilainya semakin meningkat.

Salah satu subsektor industri non-migas yang memiliki pasar yang potensial baik domestik maupun luar negeri adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Khususnya alas kaki, merupakan komoditas yang menguntungkan untuk diperdagangkan karena setiap orang membutuhkan alas kaki dalam kegiatannya sehari-hari. Alas kaki juga merupakan salah satu dari 10 komoditas ekspor utama Indonesia (Kementerian Perdagangan, 2012). Asia Tenggara merupakan pasar potensial untuk pemasaran produk alas kaki dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Namun untuk mampu bersaing, Indonesia juga harus mampu meningkatkan dayasaing produknya dengan tetap memperhatikan kualitas serta harga yang kompetitif dibandingkan produk serupa dari negara lain.

(15)

kaki Indonesia. Tabel 2 memperlihatkan 10 negara terbesar tujuan ekspor produk alas kaki Indonesia.

Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Ekspor Alas Kaki Indonesia, 2008-2012

No Negara juta US$

2008 2009 2010 2011 2012

1. Thailand 353.76 280.17 488.55 448.62 950.61

2. Saudi Arabia 269.28 124.76 251.52 372.87 599.42

3. Jepang 384.00 265.25 378.01 445.69 521.24

4. Malaysia 303.29 198.35 251.26 222.95 403.96

5. Singapura 168.66 96.18 151.48 207.14 320.18

6. UEA 134.32 30.54 53.07 90.42 133.34

7. Australia 31.09 11.80 11.07 21.25 115.31

8. Brasil 64.45 71.94 79.71 69.46 113.92

9. Vietnam 85.46 42.96 57.02 63.79 78.13

10. China 25.68 46.46 38.76 52.84 76.74

Lainnya 572.04 421.11 547.31 706.84 1 035.87

TOTAL 1 820.03 1 126.62 1 760.48 1 995.07 3 312.89

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Thailand masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar produk alas kaki Indonesia dengan nilai US$ 353.76 juta pada tahun 2008 dan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2012 menjadi US$ 950.61 juta. Selain Thailand, pasar produk alas kaki Indonesia yang terbesar di kawasan Asia Tenggara juga terdapat di Malaysia, Singapura dan Vietnam. Beberapa negara tujuan ekspor terbesar diantaranya adalah Saudi Arabia, Jepang, UEA, Australia dan Brasil.

Namun saat ini muncul sebuah kesepakatan antar negara-negara ASEAN

(Association of Southeast Asian Nation) dan China yang membahas tentang

liberalisasi perdagangan dimana tercantum dalam ACFTA (ASEAN-China Free

Trade Area). ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota

ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan (Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010). ACFTA sendiri resmi diberlakukan mulai 1 Januari 2010. ACFTA tentu memberikan banyak peluang bagi industri alas kaki Indonesia dimana salah satunya adalah dapat meningkatkan pemasaran produk di China dan negara-negara ASEAN. Selain itu, hal ini akan mempermudah arus investasi masuk ke Indonesia dan juga transfer teknologi dari negara anggota sehingga menjadikan proses produksi industri alas kaki di Indonesia akan semakin efisien dan memiliki dayasaing yang lebih tinggi di pasar internasional. Namun di sisi lain ACFTA juga menyebabkan produk serupa dari negara ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dengan harga yang semakin murah.

(16)

menyebabkan produsen enggan untuk berproduksi sehingga ekspor produk alas kaki Indonesia menurun dan pada akhirnya akan mengakibatkan dayasaing produk Indonesia yang semakin rendah di pasar internasional.

Adanya negara lain yang juga merupakan pengekspor alas kaki, maka Indonesia mempunyai tantangan agar dapat bersaing di pasar internasional, khususnya Asia Tenggara sebagai dampak pemberlakuan ACFTA. Kemampuan memproduksi alas kaki merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk memenuhi permintaan ekspor ke negara tujuan. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aliran ekspor alas kaki Indonesia, maka Indonesia dapat meningkatkan dayasaingnya agar dapat meraih pangsa pasar alas kaki yang lebih besar.

Rumusan Masalah

Adanya liberalisasi pasar pada era perdagangan bebas saat ini, maka Indonesia dituntut untuk dapat meningkatkan dayasaingnya agar dapat bertahan dan bersaing di pasar internasional. Produksi alas kaki yang meningkat dari tahun ke tahun diharapkan dapat mendorong ekspor yang lebih besar ke negara tujuan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa alas kaki mempunyai potensi besar untuk menjadi produk unggulan ekspor Indonesia.

Kawasan ASEAN dan China memiliki potensi yang besar untuk pasar produk alas kaki semua negara dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.5 miliar jiwa. Dengan berlakunya ACFTA akan memberikan dampak yang lebih baik untuk dayasaing produk alas kaki Indonesia karena adanya pos tarif yang dihilangkan. Namun hal ini sekaligus memberi tantangan bagi Indonesia dimana juga harus bersaing dengan negara ASEAN lainnya dan juga China. Apabila Indonesia kalah bersaing, maka akan semakin banyak produk alas kaki impor yang memenuhi pasar Indonesia dan akan mengganggu industri alas kaki khususnya industri rumahan. Tabel 3 memperlihatkan presentase perubahan nilai ekspor dan impor alas kaki sebelum dan sesudah diberlakukannya ACFTA.

Tabel 3. Presentase Perubahan Nilai Ekspor dan Impor Produk Alas Kaki Indonesia, 2007-2011

Tahun Nilai Ekspor (juta US $)

% Perubahan

Nilai Impor (juta US $)

% Perubahan

Net Ekspor (juta US $)

% Perubahan

2007 1 567.05 59.08 1 507.97

2008 1 828.44 16.68 96.84 63.89 1 731.60 14.82

2009 1 688.35 -7.66 73.96 -23.62 1.614.39 -6.76

2010 2 428.72 43.85 120.26 62.60 2 308.46 42.99

2011 3 227.01 32.86 159.11 32.30 3 067.90 32.89

Sumber: Kementerian Perdagangan, 2013 (diolah)

(17)

sedangkan serta dumm ekspor ala lain pihak,

faktor, yait ggara dan C

menterian Perda , nilai tukar my pemberl as kaki Indo

njadi pertim menerapkan s

kan uraian d aimana pen i Indonesia ara pesaing a saja fakto onesia ke ne

2008

n ekspor al e yang sama

potensi un tu kualitas es produksi ungkinan be hingga pro ih lagi seja kin banyak

ustri alas ka or alas kaki

hina,

2008-agangan, 2013 ( mbangan Ek a di Kawasa meningkatka

Indonesia asar interna uan utama hailand, Ma

oditi alas k h pada perd

-faktor yan tujuan yait r riil rupiah lakuan ACF onesia ke n mbangan u

strategi yan di atas, maka

ngaruh keb di kawasan di pasar do or-faktor yan

egara tujuan 2009

as kaki kua a tahun sebe ntuk menge yang masih

yang belum esar dapat m

duk terseb ak diberlaku

di pasar da aki dalam n Indonesia d -2012.

(diolah)

kspor Alas K an Asia Ten an peranan a

a harus m ng diduga m

tu GDP no h, jarak eko FTA. Denga negara tujua untuk menin ng tepat dala a permasala

artal III 201 elumnya. embangkan h rendah, d m efisien. A menyebabka

but tidak ukannya A alam negeri negeri. Pada

di 5 negara

Kaki Indon nggara dan C

alas kaki ag meningkatka an berbagai an menjadi ngkatkan ek am menghad ahan dalam

FTA terhad nggara dan

garuhi alira 2011

12 hanya mmeningkat 7

alas kaki desain prod Apabila hal an rendahny

esia ke Neg China

gar dapat b n dayasain ak pember ndonesia di

ietnam dan teristik yan esia dengan uhi aliran e ara tujuan e nesia denga faktor terse menarik un kspor alas dapi ACFTA

penelitian i dap dayasa China sert

an ekspor p 2012

terkendala duk yang ku

ini terjadi t ya dayasaing tahan di an menyeba akan menga

memperlih ma pada kaw

gara Tujuan

bersaing di ngnya di ekspor alas ekspor, GD an negara tu ebut, maka a ntuk diteliti

(18)

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dayasaing produk alas kaki Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan China sebagai dampak pemberlakuan ACFTA.

2. Menganalisis dayasaing produk alas kaki negara pesaing di pasar domestik. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor produk alas

kaki Indonesia ke negara tujuan utama.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja industri alas kaki serta mampu menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi ACFTA.

2. Memberikan informasi kepada para pelaku usaha yang bergerak di bidang industri alas kaki sebagai penerima dampak adanya pemberlakuan ACFTA. 3. Menambah khasanah literatur mengenai studi industri alas kaki di Indonesia

sehingga dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat.

Ruang Lingkup

(19)

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Perdagangan Internasional

Dalam era globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu negara saja, melainkan antar negara. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh pihak-pihak antar kedua negara atau lebih, dimana dapat dilakukan oleh perorangan maupun pemerintah. Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan ekspor impor suatu negara yang menjadi salah satu komponen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Peningkatan ekspor menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan internasional, diantaranya adanya perbedaan permintaan dan penawaran antar negara. Perbedaan in terjadi karena : (a) tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan karena faktor alam negara tersebut tidak mendukung, seperti letak geografis dan sumberdaya alam serta (b) perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efisien (Lestari, 2011).

Panel A Panel B Panel C Negara P Negara Q

Px/Py Px/Py Px/Py

SQ

P3 A” P3 A’

Ekspor SP E* S

P2 B*

B E B’ E’

P1 A* Impor

DP D DQ

0 X X X

Sumber: Salvatore, 1997

Gambar 3. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional

Gambar 3 menggambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q. DP

dan SP adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara P sedangkan DQ

dan SQ adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara Q. Gambar 3

menunjukkan adanya kondisi harga yang lebih besar dari P1 menyebabkan negara

P akan mengalami kelebihan penawaran dari komoditi X (alas kaki), sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh Panel B mengalami peningkatan.

Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka negara Q

(20)

mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X tersebut dari negara yang mengalami kelebihan produksi, yaitu negara P.

Berdasarkan harga relatif P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan akan

sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya pedagangan internasional antara negara P dan Negara Q tingkat harga berada pada titik P2 dan

mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan tersebut, maka negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksi yang ditunjukkan oleh garis B dan E.

Sementara itu karena tingkat harga domestik Negara Q berada pada P3,

maka negara Q akan mengimpor kekurangan produksinya sebesar garis B’ dan E’. Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pda tingkat harga P2

akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E* (Panel B). Kurva S dan D pada Panel B menunjukkan tingkat penawaran dan permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat keseimbangan, kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan kuantitas yang diminta oleh Negara Q (Salvatore, 1997).

Konsep Daya Saing

Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat diidentikkan dengan produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total factor productivity).

Dalam pasar yang semakin mengglobal, keberhasilan pelaku usaha suatu negara sangat ditentukan oleh dayasaing. Dayasaing global pada dasarnya berhubungan dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah atau berkualitas baik. Biaya produksi berhubungan dengan harga faktor-faktor input. Selain itu keunggulan dalam daya saing dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantages) merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan absolut Adam Smith yang dikemukakan oleh David Ricardo. David Ricardo dalam Salvatore (2007) mengatakan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa dengan biaya yang lebih murah daripada negara lain.

(21)

Teori Keunggulan Kompetitif

Teori Keunggulan Kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidak perlu dijadikan penghambat karena pada dasarnya dapat diperjuangkan dengan berbagai usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter, 1990). Ada empat faktor penentu keunggulan dayasaing suatu negara yang tekenal dengan sebutan

Porter’s Diamond Theory yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri

penunjang dan industri terkait, serta strategi, struktur, dan pesaing. Selain itu ada dua faktor tambahan yaitu faktor kesempatan yang dapat menciptakan kondisi untuk meningkatkan daya saing karena berada di luar kontrol perusahaan dan pemerintah serta faktor pemerintah.

Konsep ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara

negara-negara ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan, dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian diantara anggota ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China. Pemberlakuan ACFTA dilakukan bertahap sejak tahun 2004, bergantung pada jenis komoditas.

Salah satu manfaat adanya persetujuan ACFTA ini adalah terbukanya pasar ekspor produk Indonesia ke China dengan tarif yang diturunkan. Adanya tarif yang diturunkan menyebabkan harga produk Indonesia di pasar China maupun negara anggota ASEAN menjadi lebih murah dan memiliki dayasaing yang tinggi. Selain itu ACFTA juga akan meningkatkan arus investasi asing asal China dan negara-negara ASEAN ke Indonesia dan juga terbukanya transfer teknologi antara pelaku bisnis di kedua negara. Selain menciptakan manfaat yang baik, ACFTA juga memberikan tantangan untuk Indonesia di antaranya adalah (1) Indonesia harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi sehingga dapat bersaing dengan produk China; (2) menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka meningkatkan dayasaing; serta (3) meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).

Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun 2010 bagi ASEAN 6 dan China, serta tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Vietnam dan Myanmar. Penurunan tarif dalam kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Early Harvest Program (EHP)

2. Normal Track

3. Sensitif Track

a) Sensitive List (SL)

(22)

Jarak Ekonomi Jarak Geografis x ∑ GDP riil negara jGDP riil a j

Konsep Gravity Model

Dalam ukuran ekonomi, Gravity Model adalah model yang melihat perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antarnegara. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini pertama kali diterapkan oleh Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963) untuk meneliti aliran perdagangan internasional. Keduanya mengembangkan persamaan pertama tentang Gravity Model melalui spesifikasi terhadap total ekspor sebagai fungsi PDB dan jarak diantara negara yang melakukan perdagangan (Deardoff, 1998). Gravity Model disusun oleh beberapa variabel utama untuk mengetahui aliran perdagangan antarnegara. Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam Gravity Model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh jarak maka akan semakin mahal biaya transportasi dan nilai ekspor akan semakin rendah. Adapun jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut:

negar

log log log log

log log

Penggunaan jarak ekonomi ini disebabkan jarak geografis antar ibukota negara Indonesia dengan negara pesaing tidak berubah konstan. Oleh karena itu, kondisi tersebut tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap aliran ekspor, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Hafni, 2011). Selain variabel jarak ekonomi, variabel populasi penduduk juga menjadi variabel yang penting dalam Gravity Model. Populasi merupakan jumlah penduduk suatu wilayah. Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam perdagangan. Semakin banyak jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, ceteris paribus (Lipsey, 1995).

Bentuk umum dari Gravity Model dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut:

dimana Xij merupakan nilai ekspor dari negara i menuju negara j, GDP adalah

nilai gross domestic product dari masing-masing negara, sedangkan τij

menunjukkan biaya perdagangan di antara kedua negara serta distance adalah jarak geografi antar kedua negara dan digunakan sebagai proksi biaya perdagangan (Shepherd, 2012).

Penelitian Terdahulu

(23)

n

tari (2011) melakukan penelitian mengenai analisis dayasaing produk

kukan penelitian mengenai analisis dayasaing dan

faktor-Kerangka Pemikiran

Alas kaki merupakan salah satu dari sepuluh produk ekspor utama

ngan adanya ACFTA menyebabkan hambatan perdagangan antar data OLS faktor yang berpengaruh nyata adalah harga ekspor, harga barang substitusi, GDP riil perkapita, nilai tukar riil rupiah, serta dummy kesepakatan ACFTA. Pemberlakuan program ACFTA menyebabkan penurunan ekspor wood Indonesia ke negara China dan Malaysia. Hal ini dikarenakan peningkatan ekspor

wood Indonesia belum mampu menyaingi kuantitas dan kualitas dari negara

pengekspor wood lainnya. Sedangkan pemberlakuan program ACFTA menyebabka peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di negara Singapura. Selain itu dummy kesepakatan ACFTA juga tidak berpengaruh signifikan, hal ini diduga karena implikasinya hanya dapat dilihat dalam jangka panjang.

Les

ekspor alas kaki Indonesia di pasar Amerika Serikat periode 2000-2009. Analisis yang digunakan adalah analisis RCA (Revealed Comparative Advantages) dan analisis CMS (Constant Market Share). Dari hasil analisis RCA, menunjukkan bahwa nilai RCA selalu positif dan di atas satu, hal ini menunjukkan produk alas kaki Indonesia mempunyai daya saing yang cukup baik di pasar Amerika Serikat. Tetapi jika dibandingkan dengan nilai RCA China yang sama-sama positif dan di atas satu, menunjukkan kecenderungan nilai RCA Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

Hafni (2011) mela

faktor yang memengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia. Data yang digunakan adalah data panel dari 6 negara dengan periode dari tahun 2001-2009, sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Intra-Industry Trade (IIT) dan Gravity Model. Variabel yang diduga memengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, popolasi negara tujuan, nilai tukar riil, dan jarak ekonomi. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa empat variabel memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor pisang Indonesia yaitu variabel GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, populasi negara tujuan dan nilai tukar riil. Sedangkan satu variabel yang memilik pengaruh negatif adalah variabel jarak ekonomi.

Indonesia. Selain itu ASEAN dan China juga mempunyai populasi penduduk yang sangat besar sehingga menjadi pasar yang sangat potensial baik untuk produk alas kaki Indonesia. Namun sebagian besar industri alas kaki Indonesia masih dalam kapasitas produksi kecil atau rumahan, sehingga biaya produksinya kurang efisien.

Apalagi de

(24)

Oleh karena itu, untuk dapat bersaing di pasar internasional, produk alas kaki Indonesia harus tetap berdayasaing tinggi.

Namun ACFTA juga menyisakan masalah yang tidak kalah besar. Selain terbukanya akses pasar ke negara lain, Indonesia juga harus membuka pasarnya untuk produk dari negara lain. Walaupun nilai impor alas kaki Indonesia tidak sebesar nilai ekspor, namun proporsi kenaikan impor lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan ekspor. Apabila hal ini tidak diantisipasi, ditakutkan produk-produk alas kaki China dan negara ASEAN lain akan semakin memenuhi pasar Indonesia dan akan mematikan industri-industri alas kaki dalam negeri. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor alas kaki Indonesia sehingga pihak-pihak terkait mampu menerapkan strategi yang tepat untuk tetap mampu bersaing baik di pasar internasional.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing produk ekspor alas kaki di pasar China, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura dengan menghitung nilai RCA. China, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura adalah lima negara yang menjadi pesaing produk alas kaki Indonesia di kawasan ASEAN. Selanjutnya, untuk dapat menganalisis aliran ekspor alas kaki ke Indonesia maka digunakan metode Gravity Model. Faktor-faktor yang akan diteliti antara lain GDP nominal negara tujuan ekspor, GDP riil Indonesia, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara pesaing, jarak ekonomi antara Indonesia dengan lima negara tersebut, dan

dummy pemberlakuan ACFTA. Gambar lengkap mengenai kerangka pemikiran

penelitian ini terdapat pada Gambar 4.

ACFTA memengaruhi dayasaing akibat hambatan tarif yang

diturunkan Faktor yang

memengaruhi aliran ekspor alas

kaki Indonesia

Nilai ekspor dan impor alas kaki meningkat setiap

tahun

Gravity Model

Implikasi Kebijakan

Dayasaing alas kaki indonesia di kawasan ASEAN dan China (RCA) Variabel

1. GDP negara tujuan 2. GDP riil Indonesia 3. Nilai tukar rupiah 4. Jarak ekonomi 5. Dummy ACFTA

Kawasan ASEAN dan China menjadi pasar potensial produk alas

kaki Indonesia

(25)

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini berupa dugaan tanda variabel-variabel yang memengaruhi aliran ekspor alas kaki ke Indonesia. Berikut adalah hipotesis penelitian yang digunakan :

1. GDP nominal negara China, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Thailand diduga berpengaruh positif terhadap aliran ekspor produk alas kaki Indonesia. Hal ini karena GDP merepresentasikan tingkat daya beli penduduk suatu negara.

2. GDP riil Indonesia diduga memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor produk alas kaki Indonesia. GDP juga menunjukkan kemampuan atau kapasitas suatu negara untuk memproduksi suatu barang.

3. Nilai tukar riil rupiah (depresiasi rupiah) diduga memiliki pengaruh positif terhadap aliran ekspor produk alas kaki Indonesia

4. Jarak ekonomi diduga memiliki pengaruh negatif terhadap aliran ekspor alas kaki Indonesia.

5. Dummy pemberlakuan ACFTA diduga memiliki pengaruh positif terhadap

(26)

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data tersebut adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, World

Bank, United Nations Commodity and Trade (UN COMTRADE), dan World

Integrated Trade and Solution (WITS). Adapun data yang digunakan adalah data panel yang menggabungkan time series 2000-2011 dan data cross section lima negara yaitu China, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura. Adapun data yang digunakan terlampir dalam Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3.

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data

No. Data yang digunakan Sumber 1. Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke lima

negara tujuan dan dunia, 2000-2011

UN COMTRADE (wits.worldbank.org) 2. Nilai impor alas kaki Indonesia dari lima

negara dan dunia, 2000-2011

UN COMTRADE (wits.worldbank.org)

3.

Nilai total ekspor alas kaki Indonesia, China, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Singapura, 2000-2011

UN COMTRADE (wits.worldbank.org)

4. Jarak geografis antara Indonesia dengan lima

negara asal pesaing alas kaki Indonesia www.timeanddate.com 5. GDP riil Indonesia dan GDP nominal negara

tujuan 2000-2011 www.worldbank.org 6. Nilai tukar riil rupiah (Rupiah/mata uang

negara pesaing) www.oanda.com

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengolahan kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan Gravity

Model. Pemilihan model panel data dilakukan karena dapat menyediakan

informasi yang banyak untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teori serta peneliti dapat menggunakan panel data untuk menganalisis masalah yang tidak dapat diatasi jika hanya menggunakan time series saja atau cross section saja. Sedangkan untuk menganalisis dayasaing dilakukan dengan analisis Revealed

Comparative Advantages (RCA).

Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA)

(27)

RCA X XW W

Adapun variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti persamaaan berikut:

Indeks RCA RCARCA

Dimana:

RCA = tingkat dayasaing komoditi j dari negara i

Xij = nilai ekspor komoditi j dari negara i pada tahun ke t (US$)

Xit = nilai total ekspor seluruh komoditi negara i pada tahun ke t (US$)

Wj = nilai ekspor komoditi j dari dunia tahun ke t (US$)

Wt = nilai total ekspor komoditi dari dunia tahun ke t (US$)

j = komoditi t = tahun ke-t i = negara

Jika nilai RCA lebih dari satu, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang diekspor. Sedangkan jika nilai RCA kurang dari satu, makan negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang di ekspor (Balassa dalam Seymen dan Utkulu, 2004). Sedangkan Indeks RCA merupaan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun lalu. Rumus Indeks RCA adalah sebagai berikut:

Dimana:

RCAt = Nilai RCA tahun ke-(t)

RCAt-1 = Nilai RCA tahun sebelumnya

Nilai Indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor alas kaki Indonesia di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun lalu (Khan dan Batra, 2005).

Analisis Gravity Model dengan Data Panel

Menurut Nachrowi dkk dalam Hafni (2011), model data panel ialah suatu model ekonometrika yang mengkombinasikan data time series dengan data cross section. Implikasi yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah hasil estimasi dari model data panel lebih efisien karena jumlah observasi lebih banyak. Selain itu, penggunaan model data panel juga dapat mengurangi efek bias seiring dengan meningkatnya derajat bebas (degree of freedom).

Menurut Hsiao (2003) Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel adalah:

1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section.

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas di antara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien.

3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series.

4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model prilaku (behavioural models) yang kompleks.

(28)

Dalam analisis data panel terdapat tiga macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect), dan model efek acak (random effect).

Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Diagram pengujian statistik untuk memilih model yang digunakan dapat diperlihatkan pada Gambar 5 berikut ini:

Fixed Effect Random Effect Pooled Least Square

Hausmann Test

LM Test Chow Test

Gambar 5. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

1. Chow Test

Chow test atau yang biasa disebut pengujian F statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model yang terbaik menggunakan model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

H0 = Model Pooled Least Square

H1 = Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap Hipotesa Nol (H0) adalah dengan menggunakan

F-satistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:

FN ,NT N K ESSESS NT N KESS ⁄ N 1

Dimana:

ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,NT-N-K) jika nilai Chow Statistik (Stat) hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

2. Hausmann Test

Hausmann test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih untuk menggunakan model fixed effect atau model random effect. Seperti yang telah diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat bebas dengan memasukkan variabel dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Dalam Hausmann test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 = Model Random Effect

(29)

m β b M M β b

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausmann dan

membandingkan dengan Chi-Square. Statistik Hausmann dirumuskan sebagai berikut:

dimana β adalah vektor untuk statistik variabel fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan fixed

effect model dan M1 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect model.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis dan studi empiris yang disesuaikan dengan fakta di beberapa negara serta berbagai alternatif spesifikasi model yang telah dicoba dengan tetap mempertimbangkan berbagai asumsi yang menjadi acuan dalam model data panel, maka variabel yang diduga memengaruhi aliran ekspor alas kaki ke Indonesia adalah GDP nominal negara tujuan, GDP riil Indonesia, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan, jarak ekonomi antara Indonesia dan negara tujuan, dan dummy pemberlakuan ACFTA. Variabel-variabel yang akan diteliti tersebut apabila dinyatakan dalam persamaan maka akan menjadi :

LNEXit = α + β1 LNGDPjt + β2 LNGDPINDt + β3 LNJEit + β4 LNERit

+ β5 ACFTAt + µit

dimana :

EXjt =Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara tujuan tahun ke-t

(US$)

GDPjt = GDP nominal negara tujuan pada tahun t (US$)

GDPINDt = GDP riil Indonesia pada tahun t (US$)

JEit = Jarak ekonomi antara Indonesia dan negara tujuan (km)

ERit = Nilai tukar riil rupiah (Rupiah/mata uang negara i)

ACFTAt = Dummy pemberlakuan ACFTA

µit = error term

α = intersep

(30)

HASIL DAN

N PEMBA

AHASAN

Analisiis Dayasainng

  mun sejak t 1% dari to na juga me ara pengek na terhadap

tal ekspor n share eks

n salah satu alas kaki ter tahun 2007, otal ekspor erupakan sa

spor alas k p total eks seluruh pro spor alas ka

u produk un rhadap total , share eksp

seluruh pr alah satu p kaki terbesa spornya me

oduk China aki 6 negar

ggulan eksp l ekspor Ind

por alas kak roduk Indo

as kaki dun namun sha golong kec ngat besar. p total eksp

sia. Hal ini miliki

rata-a menurun erti halnya nia. China are ekspor il, hal ini

Gambar 6 por seluruh

Sumbe

er: UN COMTR Gamba

Pada Gam g paling tin ifikan pada wa Vietnam agangan de upakan tiga

dari total p gara terhad gekspor terb 1. Namun k 6% pada ta m total eksp yumbang 2

nesia masih nam menyu esar ketiga

0

RADE, 2013 (d ar 6. Shar Thai Selur mbar 6 terli

nggi di tah a tahun 200 m cukup men engan nega a negara ter perdagangan dap total ek besar alas ka kontribusi C ahun 2011. por alas kak

7.01%. Nam h berada di usul China

di dunia d ihat bahwa hun 2007 d kspor alas k aki dengan k China cende

Nilai ini h ki dunia den

mun secara i bawah Ch dan Indon dengan

rata-2008 20

Alas Kaki Ch am dan Ind

Vietnam m dan 2008.

dengan tah industri ala Selain itu,

gekspor alas

memiliki sh Namun ke hun 2011. H

as kaki mer China, Vie s kaki dun mbar 7 memp

. Terlihat b rata-rata 41. urun dengan

ara dengan daan hanya dari tahun 2 n sumbanga gai negara p

ibusi sebesa

10 201

C

ysia, Singap adap Total E

hare ekspor emudian tur Hal ini me reka untuk m etnam dan nia dengan perlihatkan run sangat enunjukkan

melakukan Indonesia lebih dari n kontribusi na menjadi ahun 2000-enyumbang

Indonesia a Indonesia kontribusi Kemudian r alas kaki

(31)

2000-2011 alas kaki perannya kurang dar

1. Thailand dunia sebe dalam total ri 1%.

juga cukup sar 5.36%. ekspor alas

p besar meny Sementara s kaki dunia

yumbang ko a Malaysia

a dengan m

ontribusi da dan Singap masing-masin

alam total ek pura sangat

ng menyum dasarkan h rsama Thail an kompara

dan Singap arena hasil g berarti da

nal. Tabel atif alas k pura tidak m

perhitunga ayasaing ala

5 menunj Vietnam d

A Alas Kak nesia di Pas

Malaysia

busi China, M donesia, terh an nilai RC

as kaki Ma jukkan nila dan Indones

ki China, Ma ar Internasi hadap Total

(Revealed donesia men ka di pasar

eunggulan k CA kedua n alaysia dan ai RCA al sia di pasar

alaysia, Sin ional tahun

a Thailand komparatif p negara terse

onal tahun 2

(32)

daya g menurun, b

entara itu paratif alas 1 walaupun g artinya d ara yang tid rata nilai R mperlihatkan

nasional.

el 5 terliha g tinggi di udian Indon a 4.2147. Ti bahkan pad Thailand kaki di pas pada tahun dayasaing p dak memilik da tahun 201

juga tergo sar internas n 2010 dan produknya ki keunggul a negara ter

angan nilai

Vietnam me nasional den an rata-rata asaing produ 11 nilai RC olong nega ional denga 2011 nilai rendah. M uk alas kak CA alas kaki ara yang m

an nilai 3.26 RCA Thail alaysia dan atif di pasar 84 dan 0.1 as kaki en

ara yang m ata nilai RC A 11.5114 ki China me i China han memiliki k 658 pada ta land kurang CA sebesar dan China emiliki tren nya 0.8977. keunggulan ahun 2000-g dari satu, ra menjadi onal karena

Gambar 8 gan nilai rata isar antara land berkis ara terakhir ra 2.0504-3 wa dayasain land dan Si RCA produ

RADE, 2012 (d 8. Perk

Thai Inter

aing Alas K timasi RCA njukkan bah

li untuk pas Indonesia b n nilai RCA a-rata sebes

1.6617-18.3 sar antara

adalah Vie 38.556 deng ng produk a

ingapura m uk alas kaki

diolah) hwa nilai R sar Malaysia alas kaki Ind memiliki keu

i Indonesia

Nilai RCA A apura, Vietn

hun 2000-2

nesia China, Ma RCA produk a pada tahu ara 22.6821 di Malaysia Di Singapu an nilai rata 6085 deng gan nilai RC ata sebesar

donesia di p unggulan ko

dapat diliha

Alas Kaki C nam dan Ind

011

alaysia, Sin k alas kaki I un 2009 dan -45.3596 de a berkisar a ura nilai RC a-rata RCA at pada Tab

China, Mala donesia di P

gapura, Th Indonesia s n 2010. Di C

engan nilai antara 0.849 CA alas kaki sebesar 5.2 a 6.5616. aki Indones Hal ini me a, Vietnam, ang sangat el 6.

hailand dan selalu lebih China nilai RCA rata-91-27.9995

(33)

Tabel 6. Nilai RCA dan Indeks RCA Alas Kaki Indonesia di Kawasan Asia Tenggara dan China (2000-2011)

Tahun

Pasar China Pasar Malaysia Pasar Singapura Pasar Thailand Pasar Vietnam

RCA Indeks

RCA RCA

Indeks RCA RCA

Indeks RCA RCA

Indeks

RCA RCA

Indeks RCA

2000 22.6666 - 8.7377 - 2.8349 - 10.1304 - 5.0590 - 2001 24.2695 1.0707 27.9995 3.2044 3.0212 1.0657 13.6085 1.3433 11.1941 2.2127 2002 23.7487 0.9785 1.9583 0.0699 1.8964 0.6277 6.0540 0.4449 33.0539 2.9528 2003 22.7582 0.9583 1.5759 0.8047 2.2311 1.1765 3.9496 0.6524 7.0271 0.2126 2004 22.6821 0.9967 3.3269 2.1111 6.4146 2.8750 7.8947 1.9989 13.9150 1.9802 2005 28.8746 1.2730 3.3954 1.0206 13.5125 2.1065 5.5706 0.7056 2.0584 0.1479 2006 29.5245 1.0225 3.2542 0.9584 18.3199 1.3558 4.4519 0.7992 19.0399 9.2500 2007 33.2243 1.1253 2.0528 0.6308 7.0497 0.3848 4.7026 1.0563 26.5915 1.3966 2008 24.7547 0.7451 1.6415 0.7996 2.0908 0.2966 5.3945 1.1471 3.7763 0.1420 2009 41.6215 1.6814 0.9900 0.6031 1.8764 0.8975 4.7641 0.8831 12.7765 3.3834

Setelah Pemberlakuan ACFTA

2010 45.3596 1.0898 0.8491 0.8576 1.6617 0.8856 5.7649 1.2101 12.0587 0.9438 2011 34.5484 0.7617 1.6338 1.9241 2.0303 1.2218 6.4530 1.1194 38.5560 3.1974

Sumber : UN COMTRADE, 2012 (diolah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dan 2009 nilai RCA alas kaki Indonesia mengalami tren yang menurun di semua negara. Hal ini disebabkan adanya krisis global 2008 yang melanda seluruh dunia sehingga permintaan produk ekspor Indonesia mengalami penurunan, termasuk produk alas kaki. Hal ini menyebabkan dayasaing produk alas kaki Indonesia turun.

Akan tetapi sejak diberlakukannya kebijakan ASEAN-China Free Trade

Area (ACFTA) pada tahun 2010, nilai ekspor alas kaki Indonesia mengalami

kenaikan yang cukup tinggi di China dan Thailand. Hal ini disebabkan karena melalui kebijakan ACFTA seluruh hambatan perdagangan termasuk tarif mulai diturunkan bahkan dihapuskan, sehingga harga produk alas kaki Indonesia menjadi lebih murah dan juga dengan adanya krisis global yang telah berakhir menyebabkan permintaan produk alas kaki Indonesia meningkat. Tabel 7. menunjukkan kontribusi ekspor alas kaki Indonesia terhadap total impor alas kaki di negara tujuan tahun 2005-2011

Tabel 7. Kontribusi Nilai Ekspor Alas Kaki Indonesia di Negara Tujuan

No. Tahun persen (%)

China Malaysia Singapura Thailand Vietnam

1. 2005 40.28 13.10 52.93 14.92 3.92

2. 2006 39.49 12.30 68.53 12.13 42.96

3. 2007 47.58 8.86 28.13 13.22 57.36

4. 2008 34.09 7.64 8.41 16.52 8.09

5. 2009 61.87 5.25 7.83 13.75 28.24

6. 2010 73.17 4.72 7.34 18.17 27.14

7. 2011 66.80 9.99 10.24 21.03 81.18

(34)

meng gi berada d

nesia meny por oleh Ch h kecil dari a tahun 201

tu yang sam

er: UN COMTR Gamba

Sejak di Indonesia k China ikut

nesia di Ch urunan nilai

or produk I ifikan karen

uk alas ka ngkatan nila g turun pada dan terus n aikan ekspo Indonesia d akin tinggi. ruh produk pai dengan RCA alas k

l penerapan urunan di M CA kembali

kin memilik meningkat. ngkat pada gara pesaing Malaysia, S i meningka

ebih dari 7 n nilai eksp oduk Indon ra Indonesia

ilai RCA pr Singapura d at. Sement ng yang kua an di China 0 namun turu

g produk ala ini diseba 70% dari por produk a nesia ke Ch a mengeksp

roduk alas k dan Vietnam

tara di pas at dimana te a, nilai RC un cukup b as kaki Indo abkan karen seluruh pro alas kaki Ch hina yaitu h por US$ 52

kaki Indone m, namun p

sar Thailan erlihat dari CA produk

esar pada ta onesia mem

na produk oduk alas hina ke Indo hanya US$ 2.93 juta pa

esia sempat pada tahun nd produk

nilai RCA alas kaki ahun 2011. mang paling alas kaki kaki yang onesia jauh

17.18 juta ada periode

0

RADE, 2012 (d ar 9. Shar Selur Thai i berlakukan

ke China se juga menj hina, pada i RCA ini d Indonesi. Na na nilai RC aki Indones

ai ekspor al a tahun 200 naik pada ta or yang lebi

di Vietnam Selain itu s Indonesia k 2010 yang kaki indone 001 2002 200

diolah) re Ekspor A

ruh Produk land dan Vi nnya kebija emakin men

adi faktor tahun 201 disebabkan amun penur CA masih sia masih m

las kaki Ind 08, kembali ahun 2011 ih dari 100%

semakin m share ekspo ke Vietnam

terlihat pa esia terus m

3 2004 2005

Alas Kaki In Indonesia k runan nilai di atas satu memilik ke or alas kaki m terus meng

ada Gambar mengalami p

2006 2007 2

donesia terh ke China, M 00-2011 TA pada tah

ningkatan n ndorong pen kembali tur

adinya peni RCA ini tid u yang me eunggulan k a terjadi di V

tahun 2010 ai ekspor se yebabkan da yang terlihat i Indonesia galami kena r 9.. Hal ini peningkatan 2008 2009 20

hadap Total Malaysia, Sin

hun 2010, e nilai ekspor ningkatan n run pada ta

ingkatan se dak terlalu b engindikasik komparatif Vietnam. N 0 sebesar U ebesar US$ aya saing p t dari nilai terhadap to aikan dari t i juga meng n. Data perk 010 2011

ekspor alas r Indonesia nilai RCA ahun 2011. eluruh total

berdampak kan bahwa

(35)

nilai RCA Gambar 1

A produk a 0.

alas kaki IIndonesia ddi lima neggara pesainng tersaji ddalam

0 di pasar In lima nega 2011.

N COMTRADE, bar 10. Perk

Asia mentara itu dan Singapu

donesia nai US$ 5.92 ju

duk alas ka

hare produ

kuan ACFT meningkat d or alas kak nyebabkan

rendah pad ekspor Indo makin turun

ini disebab a memiliki ina dan Vie ndonesia pa ara pengeksp

, 2012 (diolah) kembangan a Tenggara u peningkata

ura pada tah ik menjadi uta pada tah

aki Indones uk alas ka TA memilik

dari tahun 2 ki Indonesia

dayasaing da tahun 20

onesia ke Si dari 1.876 bkan karena

ura jauh leb pun memili nggulan kom

Alas Kaki N nilai RCA li

memiliki p iki nilai RC

nilai RCA etnam yang ada tahun 20 por terbesar

Nilai RCA dan China an nilai eks hun 2010 da

US$ 3.25 hun 2011. N sia sempat aki Indones

ki dampak 2009-2011. a justru sem produk ala 010. Pada ingapura na 64 pada tah a proporsi pe bih tinggi d iki tren yang mparatif yan

Negara Pes ima negara perbedaan CA di atas sa

di bawah memilik ke 000-2011. T r produk al

A Alas Kaki tahun 2000 spor alas ka

an 2011. Di juta dari t Namun pada

as kaki Ind tahun 201 aik menjadi hun 2009 m

eningkatan dari pada pe g menurun, ng dilihat da

saing di Pa pesaing pro yang cuku atu, sement satu. Hal i eunggulan k Tabel 8 men las kaki ke

Indonesia d -2011 aki juga terj

i Malaysia ahun sebelu a tahun 200

ri satu. Hal laysia keci at baik dim a di Singapu unkan nilai donesia di 0 setelah i US$ 3.63 j menjadi 1.6

total ekspo eningkatan produk ala ari nilai RC

sar Domes oduk alas k up jauh. Ha tara Malaysi ini mengind komparatif p nyajikan dat

Indonesia d

di Kawasan

jadi di Mala pada tahun umnya dan 9 dan 2010 l ini diakib il. Di Tha mana nilai ura, pening RCA Indo pasar Sing diberlakuka juta namun 6617 pada t or seluruh pr ekspor alas as kaki Indo A yang ma

tik

kaki Indone anya China ia, Thailand dikasikan b produk alas ta nilai RCA dari tahun 2 Pasar Chin

Pasar Mal

Pasar Sing

Pasar Tha

(36)

Tabel 8. Nilai RCA dan Indeks RCA Alas Kaki China, Malaysia, Thailand, Singapura dan Vietnam di Pasar Indonesia (2007-2011)

Tahun

China Malaysia Singapura Thailand Vietnam

RCA Indeks

RCA RCA

Indeks RCA RCA

Indeks RCA RCA

Indeks

RCA RCA

Indeks RCA

2000 4.0658 - 0.0024 - 0.2071 - 0.1171 - 0.2643 - 2001 6.2933 1.5479 0.0063 2.6620 0.6911 3.3369 0.3076 2.6261 1.6195 6.1272 2002 7.1902 1.1425 0.3910 62.3087 0.3292 0.4763 0.0011 0.0035 0.4649 0.2870 2003 5.8270 0.8104 0.2173 0.5557 0.1646 0.5001 0.0176 16.2022 0.4903 1.0547 2004 9.3149 1.5986 0.5026 2.3127 0.3549 2.1559 1.0873 61.9210 1.1700 2.3863 2005 7.8246 0.8400 0.5013 0.9975 0.5120 1.4428 0.5145 0.4732 2.8491 2.4351 2006 6.9713 0.8910 0.1120 0.2233 0.0811 0.1583 1.8059 3.5097 6.8345 2.3989 2007 6.6493 0.9538 0.0812 0.7249 0.0086 0.1060 1.2909 0.7148 10.4330 1.5265 2008 6.3253 0.9513 0.0236 0.2903 0.0267 3.1080 1.3930 1.0791 27.5098 2.6368 2009 5.6706 0.8965 0.0643 2.7276 0.0106 0.3959 1.3842 0.9937 13.7057 0.4982

Setelah Pemberlakuan ACFTA

2010 5.2023 0.9174 0.1152 1.7924 0.0092 0.8697 0.1955 0.1413 21.4559 1.5655 2011 4.2382 0.8147 0.2069 1.7963 0.0062 0.6752 0.0000 0.0000 23.6541 1.1025

Sumber : UN COMTRADE, 2012 (diolah)

Dari Tabel 8 terlihat bahwa negara yang memiliki nilai RCA paling tinggi untuk produk alas kaki di pasar Indonesia adalah Vietnam dengan nilai rata-rata RCA sebesar 9.2043, jauh lebih besar dari China yang merupakan pengekspor produk alas kaki terbesar ke Indonesia dengan rata-rata 6.2977. Vietnam merupakan salah satu negara produsen alas kaki terbesar di ASEAN. Dengan penduduk yang cukup banyak dan bahan baku yang murah serta teknologi produksi yang cukup maju, Vietnam mempunyai biaya produksi yang efisien sehingga memiliki dayasaing yang tinggi di pasar internasional. Nilai ekspor produk alas kaki Vietnam ke pasar Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu US$ 2.11 juta pada tahun 2009. Sejak ACFTA diberlakukan, nilai ekspor alas kaki Vietnam ke Indonesia menjadi semakin tinggi yaitu US$ 5.45 juta pada tahun 2010 dan US$ 8.71 juta pada tahun 2011. Kenaikan ini lebih dari 100% dari tahun 2009 hingga tahun 2011 dan hal ini tentu membahayakan industri alas kaki dalam negeri karena produk alas kaki Vietnam semakin banyak di pasar domestik, meskipun masih kalah dibandingkan dengan China. Sejak diberlakukannya ACFTA, nilai RCA Vietnam di Indonesia terus mengalami peningkatan, hal ini disebabkan pertumbuhan nilai ekspor alas kaki Vietnam yang sangat tinggi. Sejak diberlakukannya ACFTA, nilai RCA produk alas kaki China semakin menurun, hal ini juga terlihat dari nilai impor produk alas kaki China yang turun dari US$ 23.65 juta pada tahun 2010 menjadi US$17.18 juta pada tahun 2011. Walaupun mengalami penurunan, produk alas kaki China masih memiliki keunggulan komparatif karena nilai RCA yang masih di atas satu.

(37)

bahwa da rendah. H yang keci sehingga u upah, biay akan mena pasar alas mengalam kaki dunia mi penuruna kasikan bah idak memil .

roduk alas disebabkan ra industri

ja alas kaki produk ala ga jual. Den khususnya an sejak dib hwa dengan liki keunggu

kaki Singa n karena Si

alas kaki m i di Singap as kaki di S ngan harga j

Indonesia. berlakukann n adanya A

ulan kompa

apura di In ingapura m merupakan ura menjad ingapura m jual yang ti Nilai RCA nya ACFTA ACFTA mak aratif produk

ndonesia m memiliki pop industri ya di mahal. D menjadi ting inggi sulit u

kedua nega A pada tahu ka Thailand k alas kaki

menjadi sem pulasi pend ang padat k Dengan mah

gi dan tentu untuk bersai n nilai eksp ada tahun bkan Thailan

a itu Malay ai ekspor pr 10. Peningk

i US$ 86.19 ningkatan n A produk a keunggulan kembangan da Gambar

land menga oduk alas k por Thailand 2011. Penu nd tidak me ysia mengal roduk alas k katan ini jug 9 ribu pada nilai ekspor alas kaki m n komparatif urunan ini emiliki keun lami dampa kaki kereka ga sangat s tahun 2009 r Malaysia mereka di

tentunya s nggulan kom ak positif d a ke Indone signifikan k 9 menjadi U

ini juga m pasar Indo kan nilai RC egara pesain

n diberlaku nesia. Hal u pada tahu sangat sign mparatif di dengan berl

a masih dib Indonesia

is Faktor y

an ekspor

, 2012 (diolah) kembangan ailand, Sing 00-2011

yang Meme

alas kaki k n dengan me

n Nilai RCA gapura dan V

engaruhi A

ke Indonesi enggunakan

A Alas Kaki Vietnam di P

Aliran Eksp

a dari Chin n Gravity M

China, Mal Pasar Indon

or Alas Ka

na, Vietnam Model. Vari

laysia, nesia tahun

(38)

yang digunakan adalah GDP nominal negara tujuan (GDPjt), GDP riil Indonesia

(GDPINDt), jarak ekonomi negara pesaing ke Indonesia (JEit), nilai tukar riil

rupiah (ERit), dan dummy pemberlakuan ACFTA (ACFTAt). Sedangkan variabel

dependennya adalah nilai ekspor (EXit) produk alas kaki Indonesia Dalam

pengolahan data sudah ditetapkan untuk menggunakan metode efek tetap (fixed

effect) dikarenakan adanya cross section effect yang dapat diketahui jika

menggunakan metode tersebut. Data yang dialisis adalah data panel yang merupakan gabungan antara data time series dan cross section.

Pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji chow maka metode yang terbaik adalah fixed effect untuk model aliran ekspor produk alas kaki Indonesia dan tidak dapat menggunakan Hausmann Test karena model penelitian ini tidak dapat menggunakan metode random effect dikarenakan jumlah cross section kurang dari jumlah variabel yang diamati.

Hasil Estimasi Model Aliran Ekspor Produk Alas Kaki Indonesia Setelah dilakukan regresi data, diperoleh estimasi persamaan yaitu:

LNEXit = -220.83 + 5.210 LNGDPjt + 4.209 LNGDPINDt - 0.273 LNJEit

+ 2.590 LNERit + 0.108 ACFTAt + µit

Tabel 9. Hasil Estimasi Gravity Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia dengan metode fixed effect

Variable Coefficient Prob.

GDP nominal negara tujuan 5.210898*** 0.0000

GDP riil Indonesia 4.209123*** 0.0009

Jarak ekonomi - 0.273270** 0.5917

Nilai tukar rill rupiah 2.590200 ** 0.0123

Dummy ACFTA 0.108103 0.5112

Fixed Effect (Cross)

China -14.15750 Malaysia -2.98762 Singapura -4.89473 Thailand 1.23298 Vietnam 20.80686

Weighted Statistics

R-square 0.859142 Sum square resid 58.0819 Prob (F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 1.6897

Unweighted Statistics

R-square 0.86306 Durbin-Watson stat 1.3794 Sum square resid 23.88722

Sumber : Lampiran 4.

Catatan : *** signifikan pada taraf nyata 1 persen ** signifikan pada taraf nyata 5 persen

Uji Asumsi Model

1. Uji Multikolinearitas

(39)

sempurna (Juanda, 2007). Adanya multikolinearitas dapat disebabkan oleh nilai R2 yang tinggi tetapi variabel independennya banyak yang tidak signifikan. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai probabilitas dan matrik kolerasi antar variabel (lampiran 7). Pada model aliran ekspor alas kaki Indonesia nilai R2 yang tinggi yaitu 0.85914 dan ada tiga variabel bebas yang signifikan dan dua variabel yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa model terbebas dari multikolinearitas. Nilai R2 ini menunjukkan bahwa 85.91% keragaman variabel dependen yang terdapat dalam model dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen di luar model.

2. Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil estimasi pada model aliran ekspor alas kaki Indonesia terlihat bahwa Residual Sum Square pada Weight Statistic (RSSW) lebih besar dari

Residual Sum Square pada Unweighted Statistic (RSSU), yaitu 58.0819 >

23.8872. Hal ini sudah menunjukkan bahwa model penelitian ini sudah terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Dengan mengetahui bahwa jumlah cross section sebanyak 5, jumlah time series sebanyak 12, jumlah observasi sebanyak 60, jumlah variabel independen sebanyak 3, dan α sebesar 5% maka diperoleh nilai Durbin-Watson tabel dengan DL sebesar 1.4083 dan DU

sebesar 1.7671. Dengan mengetahui Durbin-Watson stat sebesar 1.6897 (Tabel 9) berada dalam selang DU<DW<4-DU sehingga dinyatakan bahwa tidak dapat

disimpulkan ada permasalahan autokorelasi atau tidak dalam estimasi persamaan model panel. Akan tetapi model ini telah menggunakan metode GLS Weights

Cross-Section SUR. Metode ini mengoreksi masalah autokorelasi dan masalah

heteroskedastisitas, sehingga masalah-masalah tersebut langsung dapat diabaikan. Dengan demikian, model estimasi regresi data panel ini telah terbebas dari masalah autokorelasi.

4. Uji Normalitas

Pada data panel, normal atau tidaknya error terms dapat dilihat dari nilai probabilitas yang terdapat pada histogram-normality test. Jika nilai probabilitas >

α, maka error terms menyebar normal (Lampiran 6). Dari pengujian model didapatkan hasil bahwa probabilitas Jarque-Bera lebih besar daripada α (0.364317 > 0.05) dan nilai probabilitas juga lebih besar daripada α (0.833469 > 0.05). Dengan demikian, model aliran ekspor alas kaki Indonesia ini sudah memiliki error terms yang menyebar normal.

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Model

Model Jarque-Bera Probability Model Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia 0.364317 0.833469

Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Alas Kaki Indonesia 1. GDP nominal negara tujuan

Gambar

Gambar 1.    G
Tabel 1.       Nilai PDB Sektor Industri Indonesia Atas Dasar Harga Konstan tahun
Tabel 2. Sepuluh Negara Tujuan Ekspor Alas Kaki Indonesia, 2008-2012
Gambar 4.   Alur Kerangka Pemikiran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori-teori diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh positif kebiasaan menghafal Juz 30 Al- Qur‟an terhadap konsentrasi belajar pada siswa

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendiskripsikan peningkatan partisipasi siswa secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kemandirian anak usia dini adalah seorang anak yang memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan

atau bagian-bagian cembung ( buledan ) yang menggunakan motif tumbuhan dan hewan yang distilasi dengan bentuk sulur-suluran atau lunglungan. Terdapat bentuk

Ketepatan ejaan yang digunakan di dalam bahan ajar sesuai dengan pernyataan Rifai (2011) menyatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia telah dibakukan seperangkat

stress fisik maupun stress mental yang disebabkan oleh lawan, kawan bermain, penonton, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Berdasarkan apa yang telah dibahas

Menganalisis kelengkapan informasi dan keakuratan kode pada dokumen rekam medis pasien rawat inap dalam penentuan tarif biaya pasien BPJS yang akan dikeluarkan di RSUD

Industri kimia dasar adalah industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan jadi, seperti industri kertas, industri semen, industri