• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU MELALUI LESSON STUDY PADA MATERI BAHAN KIMIA TAMBAHAN UNTUK MAKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU MELALUI LESSON STUDY PADA MATERI BAHAN KIMIA TAMBAHAN UNTUK MAKANAN"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU

MELALUI

LESSON STUDY

PADA MATERI BAHAN

KIMIA TAMBAHAN UNTUK MAKANAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

oleh Azmi Izati 4001409045

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi

Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan” disusun berdasarkan hasil penelitian

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis diberikan izin dan kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Bahan ajar IPA Terpadu

melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kemudahan administrasi untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan segala fasilitas dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Sri Mantini Rahayu, M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Niken Subekti, M.Si., selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Parmin, M.Pd., selaku penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah SMP N 3 Muntilan yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.

7. Sarjono, S.Pd., selaku guru Biologi SMPN 3 Muntilan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Bisri, selaku pegawai TU Prodi Pendidikan IPA yang telah membantu dalam hal administrasi.

9. Bapak Sokhirun dan Ibu Mustanginah tercinta dengan seluruh pengorbanannya yang selalu memberikan dorongan, dukungan serta do’a kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

v

11. Sahabat-sahabatku mahasiswa Pendidikan IPA rombel 2 angkatan 2009 dan teman-teman kost Trihidayati 3 yang telah membantu, mengingatkan dan memberikan semangat.

12. Siswa kelas VIII E dan VIII G SMP N 3 Muntilan tahun ajaran 2012/2013 yang membantu selama proses penelitian.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang terkait. Amin.

Semarang, Agustus 2013 Penulis

(6)

vi

ABSTRAK

Izati, A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan. Skripsi, Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Sri Mantini Rahayu, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. Niken Subekti, S.Si, M.Si

Kata Kunci: Bahan Ajar, IPA Terpadu, Lesson study.

(7)

vii

ABSTRACT

Izati, A. The Development of Integrated Science Teaching Material through the Implementation of Lesson Study in the Learning Material of Food Artificial Chemical Substances. Thesis, Science Education Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Semarang State University. The advisors: Dra. Sri Mantini Rahayu, M.Si. and Dr. Niken Subekti, S.Si, M.Si.

Keywords: Integrated Science, Learning Material, Lesson Study

The preliminary study in SMPN 3 Muntilan showed that the integrated science learning has not been applied in that school. The basic competence of science learning was not integrated, and there was no teaching material which could be used on the learning process. The first step of the preparation of the teaching material was the integration of basic competence of science learning by implementing the lesson study which was aimed to develop the teachers’ profession to overcome the students’ failure in learning the food artificial chemical substances. The research design was research and development. Three important steps of the process were the validation of the teaching material, followed by the application of the materials on the learning process. The research showed that the teaching material was appropriate and therefore it could be used on the learning process. The use of the teaching material had affected the

students’ average score, in that 86% of the students reached the minimum mastery

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... iv

Abstrak ... vi

Abstrack ... vii

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 4

2.1.1 Bahan Ajar ... 4

2.1.2 Pembelajaran IPA Terpadu ... 5

2.1.3 Lesson Study dalam Pembelajaran IPA ... 6

2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 8

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu, Tempat Penelitian dan Materi Pembelajaran ... 9

3.2 Rancangan Penelitian ... 9

3.3 Prosedur Penelitian ... 11

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 12

3.4.1 Metode Dokumentasi ... 12

3.4.2 Metode Tes ... 12

(9)

ix

3.5 Intrumen Penelitian ... 12

3.5.1 Analisis Bahan Ajar ... 12

3.5.2 Analisis Lesson study ... 14

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 15

4.1.1 Validasi Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 15

4.1.2 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lesson Study ... 17

4.2 Pembahasan ... 19

4.2.1 Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu ... 20

4.2.2 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lesson Study ... 27

5. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Isi Bahan Ajar ... 4

2. Model Pembelajaran IPA Terpadu ... 5

3. Hasil Uji Kalayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Isi ... 15

4. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Penyajian ... 15

5. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Kebahasaan ... 16

6. Hasil Tanggapan Guru IPA Terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu... 16

7. Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu ... 17

8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 18

9. Hasil Kinerja Guru dalam Pembelajaran Lesson Study... 18

10. Hasil Angket Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Lesson Study ... 18

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 35

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 42

3. Hasil Uji Kelayakan Isi terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 50

4. Hasil Uji Kelayakan Penyajian terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 55

5. Hasil Uji Kelayakan Kebahasaan terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 60

6. Format Kisi-Kisi Soal ... 66

7. Soal Ulangan Harian ... 68

8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Uji Skala Kecil Kelas VIII E SMP N 3 Muntilan ... 75

9. Rekapitulasi Tanggapan Siswa Uji Skala Kecil Terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan Kelas VIII E SMP N 3 Muntilan ... 78

10. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Uji Skala Besar Kelas VIII G SMP N 3 Muntilan ... 81

11. Rekapitulasi Tanggapan Siswa Uji Skala Besar Terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan SMP N 3 Muntilan ... 85

12. Rekapitulasi Tanggapan Guru IPA Terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu melalui Lesson Study pada Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 88

13. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru dalam Persiapan Pembelajaran Lesson Study ... 91

14. Rekapitulasi Angket Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Lesson study ... 94

15. Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa pada Pembelajaran Lesson Study Kelas VIII G SMP N 3 Muntilan ... 97

16. Bahan Ajar IPA Terpadu Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan ... 103

17. Dokumentasi Penelitian ... 104

18. Surat Ijin penelitian dari FMIPA UNNES ... 106

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Tsanawiyah sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Trianto, 2007). Substansi pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan IPA terpadu. IPA sebagai mata pelajaran hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan antara Biologi, Fisika, Kimia serta Bumi dan Semesta. Hal yang demikian itu dimaksudkan agar siswa dapat mengenal kebulatan IPA sebagai ilmu (Listyawati, 2012).

Penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP N 3 Muntilan diperoleh hasil bahwa pembelajaran IPA belum diberikan secara terpadu. Proses pembelajaran yang berlangsung masih terpisah antara Fisika, Biologi, Kimia, Bumi dan Semesta. Fenomena ini terjadi karena belum adanya pengintegrasian Kompetensi Dasar IPA di SMP sehingga belum ada bahan ajar IPA yang terpadu yang dapat digunakan. Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Majid, 2012).

(14)

2

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dikembangkan bahan ajar IPA terpadu melalui lesson study yang sesuai dengan kriteria standar kelayakan buku teks dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang mampu membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang perlu mendapat pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana kelayakan bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan yang dikembangkan melalui lesson study sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa ?

b. Apakah bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan mampu membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal ?

1.3

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengembangkan bahan ajar IPA terpadu melalui lesson study pada materi bahan kimia tambahan untuk makanan yang sesuai dengan kriteria standar kelayakan buku teks.

b. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

1.4

Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi siswa

a. Siswa lebih mudah memahami pelajaran IPA terpadu secara utuh. b. Siswa memperoleh referensi tambahan yang dapat digunakan sebagai

sumber belajar. 1.4.2 Manfaat bagi guru

(15)

3

b. Guru memperoleh pengalaman cara pembuatan acuan serta pembuatan inovasi terbaru lesson study selama diskusi kelompok yang dibentuk dalam tahapan lesson study.

1.4.3 Manfaat bagi sekolah

Sekolah memiliki bahan ajar baru yang dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri.

1.4.4 Manfaat bagi penulis

(16)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Bahan Ajar

Sungkono (2009) menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai Standar Kompetensi yang telah ditentukan. Majid (2009) menyatakan bahwa bahan ajar mampu membantu siswa untuk dapat mempelajari suatu kompetensi atau Kompetensi Dasar secara runtun dan sistematis sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Sholahuddin (2011) menyatakan bahwa bahan ajar digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, baik berupa bahan tertulis seperti hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, wallchart, maupun bahan tidak tertulis seperti video/film,VCD, radio, kaset, CD audio, foto, gambar, CD interaktif berbasis computer dan internet. Depdiknas (2004) mengklasifikasikan isi bahan ajar meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dijelaskan pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Klasifikasi Isi Bahan Ajar

No Jenis Pengertian

1. Fakta Mudah dilihat, menyebutkan nama, jumlah dan bagian-bagiannya.

2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi dan ciri-ciri khusus. 3. Prinsip Penerapan dalil, hukum, rumus, (diawali dengan jika...,

maka ...).

(17)

5 2.1.2 Pembelajaran IPA Terpadu

Trianto (2007) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis, tersusun secara teratur dan berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam. Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), menyatakan bahwa IPA terpadu diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA terpadu perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.

Nuroso et al. (2010) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola pengintegrasi materi atau tema. Berdasarkan pola tersebut, terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang sering digunakan, yaitu :

Tabel 2. Model Pembelajaran IPA Terpadu

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

Model keterhubungan (connected) Pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan, satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Siswa mempunyai gambaran yang lebih komprehensif dari beberapa aspek tertentu mereka pelajari secara mendalam.

Bidang studi masih terpisah dan nampak tidak ada hubungan meskipun hubungan-hubungan itu telah disusun secara terperinci.

Model jaring laba-laba (webbeb)

Pembelajaran terpadu yang dimulai dengan menentukan tema atau materi.

Penyeleksian tema sesuai dengan minat siswa sehingga mampu memotivasi siswa.

Sulit menemukan tema Model keterpaduan (integrated) Dimulai dengan identifikasi konsep, ketrampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu .Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran.

Hubungan antar bidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar

Tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan.

(18)

6

2.1.3 Lesson Study dalam Pembelajaran IPA

Lewis (2002) menyatakan lesson study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang, yaitu jugyou yang berarti pengajaran/pembelajan dan kenkyuu yang berarti penelitian/kajian. Lesson study/jugyou kenkyuu adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi keprofesionalan guru secara sistematis yang bertujuan untuk menjadikan proses pembelajaran lebih baik dan efektif.

Amri et al. (2010) menyatakan bahwa Lesson study bukan suatu metode atau strategi pembelajaran melainkan kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Prihantoro (2011) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis lesson study di Indonesia merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas tiga tahap pokok, yaitu :

a. Perencanaan (Plan)

Parmin et al. (2009) menyatakan bahwa tujuan kegiatan perencanaan adalah merancang suatu proses pembelajaran IPA yang dapat dibelajarkan oleh guru untuk siswa, sehingga proses pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Kegiatan awal dari tahap perencanaan adalah merancang pembuatan bahan ajar IPA terpadu dan penyusunan lembar observasi lesson study yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan tingkah laku siswa selama proses belajar-mengajar. Pembuatan bahan ajar IPA terpadu diawali dengan pengintegrasian

a. Perencanaan (Plan)

b. Pelaksanaan (Do) c. Refleksi (See)

(19)

7

Kompetensi Dasar bidang kajian IPA yang saling berhubungan. Hasil pengintegrasian Kompetensi Dasar tersebut, ditentukan tema atau materi yang tepat untuk judul bahan ajar IPA terpadu tersebut.

b. Pelaksanaan (Do)

Prihantoro (2011) menyatakan bahwa tahapan pelaksanaan merupakan penerapan rancangan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Salah seorang guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan pembelajaran yang disusun, sedangkan guru lain berperan sebagai observer. Observer bertugas mengamati kondisi yang terjadi selama pembelajaran, antara lain bagaimana sikap dan penerimaan yang ditunjukkan siswa dalam pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan observer, selanjutnya akan dibahas dalam tahapan refleksi (See). c. Refleksi (See)

Tahap refleksi, guru model dan observer mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Observer menyampaikan hasil pengamatan selama proses pembelajaran yang telah berlangsung, terutama menyangkut kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Hal yang penting dari tahapan ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah berlangsung untuk diperbaiki sehingga dapat digunakan pada pembelajaran berikutnya (Amri et al. 2010).

(20)

8

2.2

Kerangka Berpikir Penelitian

a. Proses pembelajaran belum terpusat pada siswa.

b. Kurangnya ketepatan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. c. Hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal.

Perlu dikembangkannya bahan ajar IPA dengan menterpadukan tiga kajian IPA, yaitu :

a. Fisika : materi energi

b. Biologi : makanan dan kandungannya.

c. Kimia : bahan kimia buatan dan alami pada makanan

Bahan ajar IPA terpadu diterapkan melalui pembelajaran lesson study pada materi bahan kimia tambahan untuk makanan.

Bahan ajar IPA Terpadu melalui lesson study mampu membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

(21)

9

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Waktu, Tempat Penelitian dan Materi Pembelajaran

Penelitian dilaksanakan di SMP N 3 Muntilan. Uji skala kecil menggunakan delapan siswa kelas VIII E dan seluruh siswa kelas VIII G sebagai uji skala besar. Materi yang akan digunakan adalah bahan kimia tambahan untuk makanan.

3.2

Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan adalah Research and Development (R&D). Sugiyono (2009) menyatakan Research and Development merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk yang berupa bahan ajar IPA terpadu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Terdapat dua batasan pada metode penelitian ini, yaitu Research yang berarti penelitian. Tahapan ini dimulai dari pengumpulan data yang berupa angket kelayakan bahan ajar, angket respon guru dan siswa mengenai bahan ajar. Hasil data dari pengumpulan angket tersebut dapat menunjukkan tingkat kelayakan bahan ajar. Batasan yang kedua adalah Development, berarti proses pengembangan bahan ajar IPA terpadu diawali dengan analisis Kompetensi Dasar yang saling berhubungan antar bidang kajian IPA. Kompetensi Dasar yang saling berhubungan, akan diintegrasikan sehingga membentuk sebuah tema atau materi. Berdasarkan tema atau materi tersebut, dapat disusun bahan ajar IPA terpadu.

(22)

10

Gambar 3. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (Sumber: Sugiyono, 2009)

1. Penelitian dan pengumpulan data.

Pengumpulan berbagai informasi mengenai buku IPA yang digunakan selama proses pembelajaran.

2. Perencanaan.

Penentuan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar yang akan diintegrasikan serta pembuatan draf bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan.

3. Pengembangan produk.

Pembuatan bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan.

4. Validasi produk tahap I.

Hasil dari pengembangan produk, selanjutnya akan divalidasi menggunakan acuan penskoran Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Validator yang bertugas adalah dosen ahli pangan yang menilai komponen isi bahan ajar, guru IPA SMP N 2 Pekalongan menilai komponen penyajian, dan dosen ahli kebahasaan yang akan menilai komponen kebahasaan.

Penelitian dan

pengumpulan data Perencanaan

Pengembangan produk

Revisi produk tahap II

Revisi produk tahap I

Validasi produk tahap I

Uji coba skala kecil

(23)

11 5. Revisi produk tahap I.

Perbaikan produk yang telah divalidasi oleh validator. 6. Validasi produk tahap II.

Penilaian produk yang telah melalui tahap revisi I. Validator yang bertugas adalah guru IPA SMP N 3 Muntilan yang akan menilai komponen isi, guru IPA SMP N 13 Pekalongan akan menilai komponen penyajian dan guru IPA SMP N 3 Muntilan menilai komponen kebahasaan.

7. Revisi produk tahap II.

Pengkajian kekurangan dari hasil validasi tahap II. 8. Uji coba skala kecil.

Uji coba dilakukan dengan menyerahkan bahan ajar IPA terpadu kepada delapan siswa kelas VIII E kemudian dilakukan kegiatan pembelajaran. Siswa dipilih secara acak berdasarkan prestasi belajar yang diperoleh selama ini.

9. Revisi produk tahap III.

Penyerahan hasil uji skala kecil untuk di evaluasi menggunakan instrumen penilaian. Validator disini adalah guru IPA SMP N 3 Muntilan.

10. Uji coba skala besar.

Produk yang telah direvisi, selanjutnya diterapkan dalam uji coba skala besar. Uji coba ini diikuti oleh seluruh siswa kelas VIII G.

11. Produksi massal.

Produk yang telah dinyatakan layak dan efektif, maka akan diproduksi secara massal.

3.3

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian, mencangkup : 1. Observasi di SMP N 3 Muntilan. 2. Penentukan subjek penelitian.

3. Pembuatan instrumen penilaian bahan ajar. 4. Pengembangan bahan ajar.

5. Pembuatan instrumen penilaian lesson study.

(24)

12

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi, untuk memperoleh informasi siswa dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada di sekolah. Informasi tersebut dapat berupa nama siswa maupun nilai hasil ulangan.

3.4.2 Metode Tes

Tes adalah alat yang digunakan untuk mengetahui sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi, 2002). Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa SMP N 3 Muntilan.

3.4.3 Metode Angket

Angket yang telah dibuat meliputi angket tanggapan guru dan siswa terhadap bahan ajar IPA terpadu, lembar observasi kinerja guru dalam lesson study, angket guru dan siswa selama pembelajaran lesson study. Hasil nilai dari angket-angket tersebut, akan menunjukkan kelayakan bahan ajar serta persentase lesson study yang telah diterapkan.

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, instrumen penilaian kelayakan bahan ajar IPA terpadu, angket tanggapan guru dan siswa tentang bahan ajar IPA terpadu, lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran lesson study, angket siswa pada pembelajaran lesson study, dan angket guru terhadap pembelajaran lesson study. Instrumen dan angket yang digunakan telah divalidasi oleh validator sehingga layak untuk digunakan.

3.5.1 Analisis Bahan Ajar

a. Instrumen kelayakan bahan ajar

(25)

13 Keterangan:

N : Σ persentase aspek k : ∑ nilai dari aspek

Nk : ∑ nilai yang harus di capai

Berdasarkan rumus di atas, kriteria yang diperoleh untuk diterapkan dalam bahan ajar adalah :

Sangat layak : 83,5% - 100% Layak : 64% - 83% Cukup layak : 44,5% - 63% Tidak layak : 25% - 44%

b. Angket tanggapan guru dan siswa terhadap bahan ajar.

Hasil angket tanggapan guru dan siswa dihitung dalam tabulasi data kemudian jawaban dimasukkan sesuai skornya yaitu sangat setuju (SS) skor 4, setuju (S) skor 3, tidak setuju (TS) skor 2 dan sangat tidak setuju (STS) skor 1. Hasil total dari masing-masing aspek kemudian dikuantifikasikan mencari persentase aspek (N) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P% : Persentase skor n : Total skor

Nk : Total skor yang harus dicapai

Kriteria yang diperoleh untuk diterapkan dalam bahan ajar adalah :

Skor ≤ 30% : tidak baik

Skor 31% - 60% : cukup baik Skor 61% - 80% : baik

Skor ≥ 81% : sangat baik

3.5.2 Analisis Lesson Study

(26)

14 Keterangan :

P% : Persentase skor n : Total skor

Nk : Total skor yang harus dicapai

Persentase dari rumus tersebut menunjukkan kenaikan/penurunan persentase proses pembelajaran dari pertemuan pertama ke pertemuan berikutnya.

b. Angket siswa pada pelaksanaan pembelajaran lesson study

(27)

15

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Validasi Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Materi Bahan Kimia Tambahan untuk Makanan

a. Validasi kelayakan bahan ajar IPA terpadu oleh validator komponen isi, penyajian dan kebahasaan

Hasil uji kelayakan bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen isi, komponen penyajian, dan komponen kebahasaan. Hasil penilaian validator pada komponen isi tersaji dalam Tabel 3, sementara itu data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Isi

No. Pakar Kriteria Kelayakan

Validasi tahap I Validasi tahap II

1. Validator I 87,5% (Sangat layak) -

2. Validator II - 95,8% (Sangat layak)

Tabel 3 menunjukkan kelayakan komponen isi yang dinilai oleh dosen pengampu mata kuliah bahan pangan dan guru IPA SMP N 3 Muntilan termasuk dalam kategori sangat layak. Hasil penilaian validator pada komponen penyajian tersaji dalam Tabel 4 dan data selengkapnya pada Lampiran 4.

Tabel 4. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Penyajian

No. Pakar Kriteria Kelayakan

Validasi tahap I Validasi tahap II 1. Validator I 89,1 % (Sangat layak) -

2. Validator II - 98,4% (Sangat layak)

(28)

16

Tabel 5. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu Komponen Kebahasaan

No. Pakar

Kriteria Kelayakan Validasi tahap I Validasi tahap II

1. Validator I 78,3% (Layak) -

2. Validator II - 90% (Sangat layak)

Validasi tahap I dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris IPA dengan perolehan kriteria layak, sedangkan validasi tahap II dilakukan oleh guru IPA SMP N 3 Muntilan dengan kriteria sangat layak untuk komponen kebahasaan terhadap bahan ajar IPA terpadu. Hasil rekapitulasi validasi bahan ajar menunjukkan bahwa bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan termasuk dalam kategori sangat layak.

b. Tanggapan Guru IPA terhadap Bahan Ajar IPA Tepadu

Angket tanggapan guru diisi oleh dua validator yaitu, guru IPA SMP N 3 Muntilan. Hasil tanggapan guru IPA terhadap bahan ajar IPA terpadu tersaji dalam Tabel 6 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 6. Hasil Tanggapan Guru IPA terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu No

. Pakar Kriteria Kelayakan

1. Penilai bahan ajar IPA terpadu 90% (Sangat layak) 2. Penilai bahan ajar IPA terpadu 92,5% (Sangat layak)

Hasil tanggapan guru IPA terhadap bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan menunjukkan bahwa bahan ajar sangat layak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar.

c. Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu

(29)

17

Tabel 7. Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa terhadap Bahan Ajar IPA Terpadu

No. Pernyataan Kriteria Kelayakan

Uji skala kecil Uji skala besar 1. Bahan ajar IPA Terpadu menarik

untuk dipelajari. 94% (Sangat baik) 91% (Sangat baik) 2. Gambar-gambar yang terdapat

dalam bahan ajar IPA Terpadu mudah untuk dipahami.

81% (Sangat baik) 84% (Sangat baik) 3. Informasi tambahan yang terdapat

dalam bahan ajar IPA Terpadu mampu menambah wawasan.

84% (Sangat baik) 86% (Sangat baik) 4. Materi yang terdapat dalam bahan

ajar IPA Terpadu mudah untuk dipahami.

84% (Sangat baik) 84% (Sangat baik) 5. Istilah-istilah dalam bahan ajar IPA

Terpadu mudah dipahami. 81% (Sangat baik) 80% (Baik) 6. Bahasa dalam bahan ajar IPA

Terpadu mudah dipahami. 84% (Sangat baik) 80% (Baik) 7. Materi bahan kimia buatan untuk

makanan pada bahan ajar IPA Terpadu dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan.

81% (Sangat baik) 91% (Sangat baik)

8. Bahan ajar IPA Terpadu mampu

meningkatkan minat belajar. 78% (Baik) 84% (Sangat baik) 9. Bahan ajar IPA Terpadu mampu

meningkatkan hasil belajar IPA. 72% (Baik) 88% (Sangat baik) 10. Bahan ajar IPA Terpadu sangat

bermanfaat untuk menambah wawasan.

75% (Baik) 92% (Sangat baik)

Rerata 82% (sangat baik) 86% (Sangat baik)

4.1.2 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lesson study

a. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa terbagi menjadi dua, yaitu nilai tes dan nilai praktikum. Tabel 8 menunjukkan rekapitulasi hasil belajar siswa, sementara itu data

(30)
[image:30.595.116.512.109.210.2]

18 Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No. Data kelas Uji skala

kecil

Uji skala besar

1. Jumlah siswa 8 29

2. Rerata nilai tes 81 85

3. Rerata nilai praktikum 92 97

4. Jumlah nilai tes yang mencapai KKM 7 25

5. Target nilai praktikum yang mencapai KKM 8 29 b. Hasil pembelajaran lesson study

1) Kinerja guru dan angket guru dalam pembelajaran lesson study

Penilaian kinerja guru dalam pembelajaran lesson study meliputi beberapa aspek, yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup, sedangkan penilaian angket guru meliputi proses pembelajaran yang tidak mengacu pada kegiatan pembelajaran yang tercantum di dalam RPP. Masing-masing penilaian dilakukan oleh observer. Tabel 9 menunjukkan persentase penilaian kinerja guru dengan data selengkapnya terdapat pada Lampiran 13, sedangkan Tabel 10 menunjukkan persentase penilaian angket guru dengan data selengkapnya terdapat pada Lampiran 14.

Tabel 9. Hasil Kinerja Guru dalam Pembelajaran Lesson Study N

o. Pertemuan % Kinerja Guru

1. Pertemuan 1 pembelajaran lesson study 75% 2. Pertemuan 2 pembelajaran lesson study 91%

[image:30.595.112.513.637.686.2]

Hasil rekapitulasi kinerja guru menunjukkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru model mengalami kenaikan persentase pada pertemuan berikutnya. Penilaian berikutnya adalah angket guru dalam pembelajaran lesson study.

Tabel 10. Hasil Angket Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Lesson Study

No. Pertemuan % Kinerja Guru

(31)

19

2) Angket siswa pada pelaksanaan pembelajaran lesson study

[image:31.595.117.518.197.310.2]

Hasil pengamatan yang dilakukan observer pada pertemuan I dan pertemuan II terdapat pada Tabel 11, sementara itu data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pada Pembelajaran Lesson Study

No. Pernyataan

% Kegiatan siswa Pertemuan

1 2

1. Siswa selalu membawa bahan ajar IPA Terpadu. 90% 100% 2. Siswa yang aktif bertanya dalam proses pembelajaran. 59% 83%

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru. 59% 72%

4. Siswa merespon pertanyaan guru. 55% 90%

5. Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. 86% 100%

4.2

Pembahasan

Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini adalah bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan. Materi di dalam bahan ajar merupakan hasil keterpaduan tiga kajian IPA, yaitu Fisika dengan materi energi, Biologi dengan materi makanan dan kandungannya, dan Kimia dengan materi bahan kimia buatan dan alami pada makanan. Bahan ajar yang dikembangkan sudah melalui proses validasi, yaitu validasi tahap I dan validasi tahap II. Validasi tersebut dilakukan oleh enam validator yang menilai komponen isi, komponen penyajian dan komponen kebahasaan.

(32)

20 4.2.1 Kelayakan Bahan Ajar IPA Terpadu

Bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan merupakan bahan ajar yang sudah melalui dua tahap penilaian, yaitu validasi tahap I dan validasi tahap II. Proses penilaian ini sesuai dengan pernyataan Sekarwinahyu et al. (2009) yaitu dalam proses pengembangan suatu produk, perlu dilakukan penilaian evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu bahan ajar, sehingga hasil evaluasi akan memperlihatkan hasil yang lebih baik.

Validasi tahap I dilakukan oleh validator komponen isi, komponen penyajian dan komponen kebahasaan. Validator tahap I juga memberikan saran mengenai bahan ajar. Saran yang diberikan oleh validator menjadi bahan perbaikan penulis untuk memperbaiki bahan ajar menjadi lebih baik. Perbaikan bahan ajar yang berdasarkan pada saran sesuai dengan pernyataan Sutardi (2010) yaitu, saran yang diberikan oleh validator dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan penulis untuk memperbaiki bahan ajar menjadi lebih baik. Bahan ajar yang telah direvisi kemudian akan divalidasi kembali oleh valiator II. Hasil penilaian validasi tahap II menunjukkan bahwa bahan ajar mengalami kenaikan persentase kelayakan.

Hasil penilaian kelayakan bahan ajar menunjukkan bahwa bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan termasuk dalam kriteria sangat layak. Deskripsi aspek dari kelayakan ini sesuai dengan kriteria kelayakan bahan ajar berdasarkan instrumen kelayakan bahan ajar dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Berikut ini merupakan pembahasan mengenai komponen kelayakan bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan.

a. Komponen isi bahan ajar IPA terpadu

(33)

21

sesuai pada bahan ajar. Berdasarkan saran tersebut, maka penulis memperbaiki kata-kata yang tertulis di dalam bahan ajar sehingga pada validasi tahap II terjadi kenaikan skor pada aspek keluasan materi bahan kimia tambahan untuk makanan, keakuratan konsep materi bahan kimia tambahan untuk makanan, keterkaitan konsep dengan materi yang tercantum pada bahan ajar dan kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu IPA (Lampiran 3).

Penilaian terhadap aspek keluasan materi bahan kimia tambahan untuk makanan mengalami kenaikan skor, yaitu skor tiga pada validasi tahap I dan skor empat pada validasi tahap II. Keluasan materi bahan kimia tambahan untuk makanan merupakan penggambaran seberapa banyak materi yang dimasukkan kedalam materi pembelajaran. Kedalaman materi dapat diawali dengan menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertera pada RPP dan bahan ajar IPA terpadu. Standar Kompetensi tersebut adalah memahami bahan kimia buatan untuk makanan yang kemudian akan dijabarkan pada Kompetensi Dasar. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kedalam materi yang tertulis pada bahan ajar sesuai dengan tata cara pengembangan bahan ajar berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar Direktorat Pembinaan SMA (2010).

Keakuratan konsep bahan ajar mengalami kenaikan skor pada validasi tahap I dengan skor tiga dan tahap II dengan skor empat. Instrumen kelayakan bahan ajar dari BSNP menyatakan bahwa keakuratan konsep merupakan penyajian materi yang tidak keluar dari konsep yang telah ditentukan. Pernyataan ini sesuai dengan materi yang ada pada bahan ajar IPA terpadu yaitu hubungan energi kimia dengan makanan yang sehat bagi tubuh. Materi ini menjelaskan mengenai jenis-jenis energi, namun energi yang paling dekat dengan makanan adalah energi kimia.

(34)

22

dengan memperbaharui materi menggunakan jurnal dan buku-buku yang relevan. Hasil validasi tahap II menunjukkan skor pada aspek kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu IPA mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut dikarenakan materi yang disajikan di dalam bahan ajar sudah sesuai dengan perkembangan ilmu IPA. Perbaikan yang dilakukan oleh penulis untuk memperbaharui materi sesuai dengan isi makalah dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2011) mengenai pedoman penulisan bahan ajar, yaitu untuk mengembangkan materi bahan ajar, diperlukan sumber bahan atau referensi yang memadai, sehingga uraian materi menjadi lebih komprehensif, mendalam dan sesuai dengan perkembangan ilmu IPA terkini.

Kelayakan isi suatu bahan ajar menunjukkan materi yang tercantum di dalam bahan ajar harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan (Tatminingsih et al. 2011). Pernyataan ini sesuai dengan isi bahan ajar IPA terpadu yang dikembangkan berdasarkan buku IPA, buku ensiklopedia sebagai buku tambahan dan jurnal-jurnal yang memperkuat isi dari bahan ajar tersebut. Penilaian terhadap isi bahan ajar meliputi pemaparan materi yang luas, keakuratan materi, kemutakhiran dan materi yang tertulis dalam bahan ajar mampu menumbuhkan keingintahuan siswa. Isi suatu bahan ajar disajikan secara naratif yang berfungsi untuk merangsang tumbuhnya pengalaman belajar siswa.

b. Komponen penyajian bahan ajar IPA terpadu

Hasil penilaian yang dilakukan oleh validator komponen penyajian menunjukkan 89,1% bahan ajar termasuk dalam kategori sangat layak pada validasi tahap I dan 98,4% dengan kategori sangat layak pada validasi tahap II (Tabel 4). Hasil penilaian yang dilakukan oleh validator komponen penyajian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan skor pada aspek kelogisan penyajian materi bahan kimia tambahan untuk makanan, keruntunan konsep IPA terpadu, materi yang disampaikan berpusat pada siswa, materi yang dicantumkan mampu melibatkan siswa secara langsung dan evaluasi (Lampiran 4).

(35)

23

bahan perbaikan penulis untuk mengubah bahan ajarnya menjadi lebih baik sehingga mampu meningkatkan persentase kalayakan bahan ajar. Penulis memperbaiki tatanan sajian materi menjadi lebih sistematis dan runtun. Hasil perbaikan yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan pernyataan Martin (2012) yaitu pola penyajian suatu bahan ajar akan dinilai baik apabila materi tersaji secara konsisten, sistematis dan runtun, sehingga mampu membantu siswa dalam memahami isi bahan ajar.

Konsep bahan ajar IPA terpadu yang disajikan secara urut memperoleh skor tiga pada validasi tahap I dan empat pada validasi tahap II. Konsep yang tertulis di dalam bahan ajar harus mudah dipahami oleh siswa, disajikan dengan contoh-contoh dan ilustrasi yang tepat sehingga dapat memperjelas pemaparan konsep. Natali et al. (2012) menyatakan bahwa keberadaan ilustrasi mampu menerangkan informasi yang tertulis di dalam bahan ajar, sehingga siswa mampu memahami materi secara mendalam. Ilustrasi yang tersaji di dalam bahan ajar IPA terpadu berasal dari internet.

Materi yang tertulis di dalam bahan ajar tersaji dari materi yang mudah ke materi yang sukar dan materi yang sederhana ke kompleks. Konsep yang disajikan secara urut mampu mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada materi pelajaran. Penyajian bahan ajar ini sesuai dengan pernyataan Saleh (2011) yaitu penyajian isi bahan ajar disajikan sedemikian rupa sehingga jelas untuk dipahami. Siswa memulai memahami materi yang telah diketahui kemudian dikembangkan melalui cara siswa sendiri, yang akhirnya siswa dapat memahami materi yang lebih kompleks.

(36)

24

partisipatif yang memotivasi siswa terlibat secara mental dan emosional dalam pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Perbedaan skor yang terakhir adalah aspek evaluasi, skor tiga pada validasi tahap I dan skor empat pada validasi tahap II. Kenaikan skor dipengaruhi oleh adanya saran yang diberikan oleh validator ketika menilai bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan. Validator I memberikan saran untuk menambahkan evalusi pada bahan ajar sehingga mampu menambah wawasan dan meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan saran tersebut, maka penulis melakukan perbaikan terhadap bahan ajar. Perbaikan yang dilakukan penulis adalah menambah evalusi berupa kegiatan pratikum. Perbaikan ini sesuai dengan pernyataan Qomari (2008) yaitu evaluasi merupakan salah satu komponen pokok yang selalu ada dalam pembelajaran dengan adanya evaluasi mampu meningkatkan pemahaman siswa.

c. Kelayakan kebahasaan bahan ajar IPA terpadu

Penilaian terhadap komponen kebahasaan pada validasi tahap I dan tahap II yang dilakukan oleh validator menunjukkan bahwa 78,3% bahan ajar termasuk dalam kategori layak dan 90% pada validasi tahap II dengan kategori sangat layak (Tabel 6). Kenaikan persentase dan kategori kelayakan ini dipengaruhi oleh adanya saran dari validator. Validator I menyatakan bahwa struktur kalimat yang digunakan pada bahan ajar belum sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan, maka penulis melakukan perbaikan terhadap tata tulis yang digunakan di dalam bahan ajar.

Penggunaan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan sesuai dengan pernyataan Nugroho (2007) yaitu tulisan ilmiah harus ditulis menggunakan bahasa yang formal, bahasa yang formal merupakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan mampu mewakili isi pesan yang disampaikan oleh bahan ajar.

(37)

25

harus tepat, istilah-istilah yang digunakan harus baku, dan ketertautan kalimat dalam satu alenia (Lampiran 5).

Aspek ketepatan bahasa pada bahan ajar IPA terpadu mengalami peningkatan skor pada validasi tahap I dengan skor dua dan tahap II dengan skor tiga. Ketepatan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang ada pada materi sudah mengacu pada kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketepatan ejaan yang tertulis pada bahan ajar juga mengalami kenaikan nilai, yaitu skor dua pada validasi tahap I dan skor tiga pada validasi tahap II. Ketepatan ejaan mengacu pada pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, contoh kata-kata sakarin pada bahan ajar ditulis dengan sakarin bukan sacarin. Ketepatan ejaan yang digunakan di dalam bahan ajar sesuai dengan pernyataan Rifai (2011) menyatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia telah dibakukan seperangkat kemudahan untuk dimanfaatkan dalam penyusunan karya tulis yang efektif.

d. Angket tanggapan guru dan siswa terhadap bahan ajar IPA terpadu Penilaian terhadap bahan ajar juga dilakukan oleh guru dan siswa. Penilaian tersebut berupa pengisian checklist pada kolom skor. Berikut ini adalah penjabaran isi angket guru dan siswa.

1) Angket guru

(38)

26

Bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan merupakan bahan ajar yang menjelaskan tiga kajian IPA sekaligus sehingga banyak menggunakan istilah-istilah IPA. Istilah-istilah yang tercantum dalam bahan ajar mudah dipahami sehingga mampu membantu siswa dalam memahami isi bahan ajar. Pemahaman siswa diperkuat dengan adanya rancangan kegiatan ilmiah. Rancangan kegiatan tersebut berupa judul, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan dan simpulan.

2) Angket siswa

Hasil rekapitulasi tanggapan siswa pada uji skala kecil dan uji skala besar menunjukkan bahwa bahan ajar IPA terpadu sangat menarik dan mudah dipahami untuk digunakan dalam proses pembelajaran (Tabel 7). Ketertarikan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah gambar-gambar yang terdapat pada bahan ajar mudah dipahami dan menarik, informasi yang terdapat dalam bahan ajar mampu menambah wawasan, istilah-istilah IPA yang tercantum dalam bahan ajar dapat dipahami siswa dengan baik dan bahan ajar IPA terpadu juga mampu membantu siswa untuk mencapai hasil belajar IPA yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal. Hasil rekapitulasi siswa sesuai dengan Direktorat Pembinaan SMK (2008) yaitu tersedianya contoh dan ilustrasi mampu mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

Angket tanggapan siswa terdiri dari sepuluh pernyataan dengan empat pilihan jawaban. Terdapat perbedaan kriteria pada uji skala kecil dan uji skala

besar yang terletak pada aspek “istilah-istilah dalam bahan ajar mudah dipahami

dan aspek bahasa dalam bahan ajar mudah dipahami”, pada uji skala kecil, kedua

(39)

27

4.2.2 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lesson Study

Hasil belajar adalah objek penilaian yang pada hakikatnya menilai tentang penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Isi rumusan tujuan intruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010). Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi tes hasil belajar produk yang berupa nilai tes evaluasi, tes hasil belajar psikomotorik yang berupa nilai praktikum dan tes hasil belajar proses yang berupa pengamatan yang dilakukan observer lesson study siswa dalam pembelajaran IPA terpadu. Soal tes hasil belajar produk yang digunakan adalah tes pilihan ganda dan tes hasil belajar proses berupa respon siswa selama proses pembelajaran. Respon siswa tersebut dinilai oleh observer yang tergabung dalam kelompok lesson study.

Hasil tes produk kelas VIII E menunjukkan bahwa 88% nilai tes siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan 86% hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan minal pada uji skala besar yaitu kelas VIII G (Tabel 8). Uji skala besar dilaksanakan pada kelas VIII G dengan membandingkan nilai kelas VIII G yang menggunakan bahan ajar dan kelas VIII G yang tidak menggunakan bahan ajar IPA terpadu. Rekapitulasi nilai tes siswa yang menggunakan bahan ajar menunjukkan nilai rerata tes adalah 85 dengan 86% nilai siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan kelas yang tidak menggunakan bahan ajar IPA terpadu mempunyai nilai rerata tes sebesar 75 dengan ketuntasan 72%.

Jumlah persentase ketuntasan nilai siswa menunjukkan bahwa siswa mampu memahami materi pelajaran dengan menggunakan bahan ajar IPA terpadu selama proses pembelajaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ekawarna (2007) yaitu bahan ajar yang telah direvisi sebanyak dua kali, kemudian diuji cobakan kepada mahasiswa, hasil perhitungan nilai tes mahasiswa menunjukkan bahwa bahan ajar yang telah dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

(40)

28

dan diamati, serta didiskusikan secara bersama agar pembelajaran berikutnya menjadi lebih efektif (Aryulina, 2010). Pembelajaran IPA diawali dengan pembentukan kelompok lesson study dan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk menjadi guru model. Tahap kedua adalah pelaksanaan (do), anggota kelompok yang tidak menjadi guru model akan menjadi observer untuk mengamati proses pembelajaran. Observer mengamati kinerja guru dalam persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru model didepan kelas dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Suratno (2012) menyatakan bahwa kegiatan kolaborasi antara guru model dan observer mampu meningkatkan praktek pengajaran. Peningkatan pengajaran terjadi karena adanya komunitas belajar antara guru model dan observer yang terbentuk selama kegiatan lesson study.

Hasil penilaian observer terhadap kinerja guru mengalami kenaikan persentase pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, yaitu 75% pada pertemuan pertama dan 91% pada pertemuan kedua (Tabel 9). Salah satu penyebab terjadinya kenaikan persentase adalah adanya kenaikan skor pada aspek penyampaian tujuan pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran sangat baik dilakukan oleh guru, karena dengan adanya penyampaian tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran diharapkan dapat menarik minat siswa atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Penyampaian tujuan pembelajaran secara khusus diharapkan dapat dicapai oleh semua siswa pada akhir pembelajaran, sehingga siswa akan menyadari pengetahuan dan manfaat setelah mempelajari pokok bahasan tersebut (Jarot, 2011). Rancangan suatu pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila mengandung tiga komponen yaitu tujuan pengajaran, materi pelajaran, dan evaluasi keberhasilan.

(41)

29

suasana kelas lebih aktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asril (2010) yaitu tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa dengan kondisi belajar yang optimal, sehingga siswa mampu belajar secara optimal dengan suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian lesson study tidak hanya menilai guru, kegiatan siswa selama proses pembelajaran juga diamati oleh observer.

Pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh empat observer. Masing-masing observer mengamati dua kelompok siswa. Selama proses pengamatan dilakukan, observer berdiri disamping kedua kelompok dengan tidak mengganggu proses pembelajaran. Setiap siswa akan menempelkan nomor absennya diatas meja yang sesuai dengan posisi tempat duduknya. Hasil pengamatan observer terhadap siswa menunjukkan bahwa pernyataan pada lembar pengamatan siswa yang bernilai positif akan mengalami kenaikan persentase pada pertemuan berikutnya, begitu pula sebaliknya, pernyataan yang bernilai negatif, maka persentasenya akan turun pada pertemuan berikutnya (Tabel 11). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2012) yaitu hasil observasi terhadap aktivitas siswa uji coba pertemuan berikutnya memperlihatkan adanya peningkatan.

Kegiatan siswa yang mengalami kenaikan persentase pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua diantaranya adalah keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru dan siswa memperhatikan penjelasan guru. Salah satu tugas guru adalah menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk terpusat dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Pemusatan perhatian siswa dilakukan dengan cara memberikan tugas rumah. Pemberian tugas rumah bertujuan agar siswa membaca kembali materi yang ada di dalam bahan ajar sehingga pada pertemuan berikutnya siswa sudah memahami isi bahan ajar dan memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Peningkatan pemahaman siswa mampu mendorong siswa untuk lebih aktif bertanya kepada guru sehingga nilai belajar siswa meningkat.

(42)

30

memperlihatkan kelemahan guru dalam proses pembelajaran. Rasyid (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelemahan guru dalam mengajar, diantaranya adalah; 1) kegiatan guru untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa. Guru harus mampu mempertahankan dan meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran sampai proses pembelajaran berakhir, dan 2) Kurangnya pemahaman guru mengenai ilmu teknologi. Perkembangan ilmu yang semakin maju menyebabkan siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media, sehingga guru harus mampu mengetahui berbagai macam informasi.

(43)

31

BAB 5

PENUTUP

5.1

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut :

a. Hasil penilaian validator terhadap bahan ajar IPA terpadu materi bahan kimia tambahan untuk makanan sangat layak untuk digunakan sebagai sumber belajar siswa di SMP N 3 Muntilan.

b. Siswa mampu mencapai hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 dengan adanya bahan ajar IPA terpadu melalui lesson study pada materi bahan kimia tambahan untuk makanan.

5.2

Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar IPA terpadu dengan materi yang berbeda.

(44)

32

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S & Khoiru, I. 2010. Proses Pembelajaran kreatif dan Inovatif dalam Kelas. ISBN: 978-602-8470-66-7. Jakarta : Prestasi Pustaka: 51-61.

Aryulina, D. 2010. Penerapan Lesson Study pada Microteaching Bagi Calon Guru Biologi. Forum Kependidikan. ISSN: 0215-9392. Vol. 30. No. 1: 14-19. Asril, Z. 2010. Microteaching. ISBN: 978-979-769-291-9. Jakarta: Raja Grafindo

Persada: 1-182.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: 149-156.

Depdiknas. 2004. Pedoman Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: 1-32.

Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan: 1-30.

Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: 1-35.

Direktorat Pembinaan SMK. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: 1-35.

Ekawarna. 2007. Mengembangkan Bahan Ajar Mata Kuliah Permodalan Koperasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa. Makara, Sosial Humaniora. ISSN: 1693-6701. Vol. 11. No. 1: 42-47.

Elliott, J. 2012. Developing a Science of Teaching Through Lesson Study. International Journal for Lesson and Learning Studies. ISSN: 2046-8253. Vol. 1. No. 2: 108-125 pp.

Jarot, S. 2011. Strategi Pembelajaran Akutansi. Semarang: CV. Ghyyas Putra. ISBN: 978-979-051-177-4: 27-75.

Lewis, C. 2002. Does Lesson study Have a Future in the United States?. Nagoya Journal of Education and human Development. ISSN: 1573-3327. Vol. 1. No. 1: 1-40 pp.

Listyawati, M. 2012. Pengembangan perangkat pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Journal of Innovative Science Education. ISSN: 2252-6412. Vol. 1. No. 1: 61-69.

(45)

33

Martin, P. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Science Entrepreneurship Berbasis Hasi Penelitian untuk Mendukung Program Kreatifitas Mahasiswa. Jurnal Penelitian Pendidikan. ISSN: 1978-8304. Vol. 29. No. 2: 101-108.

Natali, A & Lakoro, R. 2012. Perencanaan Buku Ilustrasi Sejarah Musik Keroncong. Jurnal Teknik Pomits. ISSN: 2301-9271. Vol. 1. No. 1: 1-6. Nugroho, D. 2007. Gaya dan Tata Tulis Artikel Ilmiah. Jurnal Pendidikan

Inovatif. ISSN: 0216-1303. Vol. 2. No. 2: 64-67

Nuroso & Siswanto. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. Journal of Education IKIP PGRI Semarang. ISSN: 2086-2407. Vol. 1. No. 1: 35-46.

Parmin & Aminah. 2009. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA dengan Lesson Study di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Penelitian Pendidikan. ISSN: 1978-8304. Vol. 26. No. 2: 163-167.

Parmin & Sudarmin. 2013. Strategi Belajar Mengajar IPA. ISBN: 978-602-18553-3-1. Semarang: CV Swadaya: 71-81.

Prihantoro, C.R. 2011. Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Model Lesson Study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. ISSN: 1693-3029. Vol. 17. No. 1: 100-108.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidika dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK). 2011. Pedoman Teknis Penyusunan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: 1-70.

Qomari, R. 2008. Model-Model Evaluasi Pendidikan. Jurnal Pemikiran Alaternatif Pendidikan. ISSN: 1410-7325. Vol. 13. No. 2: 173-188.

Rahayu, P & Miswadi. 2012. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Base melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. ISSN: 2252-6412. Vol. 1. No. 1: 63-70.

Rasyid, M. 2008. Optimalisasi Peran Guru dalam Proses Transformasi Pengetahuan dengan Menggunakan Media Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan. ISSN: 1858-344X. Vol. 11. No. 1: 55-68.

Rifai, M. 2011. Pegangan gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan. ISBN: 979-420-366-1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press: 1-179.

(46)

34

Saleh. 2011. Model Bahan Ajar Matematika Smp Berbasis Realistic Mathematics Education untuk Mengembangkan Kemahiran Matematika. Jurnal Exacta. ISSN: 412-3617. Vol. IX. No. 1: 45-50.

Sekarwinahyu & Rahayu. 2009. Kajian Terhadap Kualitas Bahan Ajar Non Cetak Program S1 Pendidikan Biologi dalam Pembelajaran Interaktif SPJJ. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. ISSN: 1411-304x. Vol. 10. No. 1: 38-50.

Sholahuddin, A. 2011. Pengembangan Buku Ajar Kimia Kelas X Berbasis Reduksi Didaktik: Uji Kelayakan di SMA N Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Kebudayaan. ISSN: 1412-565X. Vol. 17. No. 2: 166-177.

Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. ISBN: 979-514-000-0. Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 22-34.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. ISBN: 979-8433-64-0. Bandung : ALFABETA: 4-311.

Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. ISBN: 979-526-467-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Sungkono. 2009. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses Implementasi Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran. ISSN: 1979-0449. Vol. 5, No. 1: 49-62.

Suratno. 2012. Lesson Study in Indonesia: an Indonesia University of Education Experience. International Journal for Lesson and Learning Studies. ISSN: 2046-8253. Vol. 1. No. 3: 196-215 pp

Sutardi. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Berbasis SPEADSHEET untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Berkomunikasi Ilmiah. Proceeding Pertemuan Ilmiah XXIV Jateng & DIY. ISSN: 0853-0823, Semarang, 10 April 2010: 168-179.

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. ISBN: 979-421-082-x. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 1-353.

Tatminingsih. 2011. Kualitas Suplemen Bahan Ajar CetakProgram Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Berdasarkan Persepsi Mahasiswa di UPBJJ-UT Jakarta, Serang, dan Bandung). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. ISSN: 1411-304x. Vol. 12. No. 2: 109-119.

(47)

35

Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMPN 3 Muntilan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas : VIII/2

Materi : Bahan kimia tambahan untuk makanan Alokasi Waktu : 4 X 40’

Stansar Kompetensi : Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan

Materi Bidang

kajian Kompetensi Dasar Indikator Kegiatan Pembelajaran

Alat dan

Bahan Sumber Belajar Bahan

kimia tambahan untuk makanan

Fisika 5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek skill Mengidentifikasi peranan energi dalam kehidupan

a. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. b. Guru memperlihatkan

media pembelajaran tentang contoh

penggunaan energi dalam kehidupan kepada siswa. c. Siswa memperhatikan

media pembelajaran yang diperlihatkan oleh guru.

Animasi orang berlari, orang sedang bersepeda

Bahan ajar IPA terpadu. Karim, S. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: JePe Press Media Utama.

http://www.youtube.com/watch ?v=58eFNxlLr5s

(diakses pada tanggal 11 februari 2013)

Aspek kognitif

a. Guru memperlihatkan media pembelajaran materi energi.

(48)

36 Mendefinisikan

pengertian energi

b. Siswa memperhatikan media pembelajaran dan mencatat materi yang penting tentang energi. c. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk berargumen tentang energi berdasarkan media yang dilihat siswa. d. Siswa perwakilan

kelompok mewakili kelompoknya untuk menyampaikan pendapat tentang energi berdasarkan media pembelajaran energi. http://www.youtube.com/watch ?v=xJxibLnL2sA

(diakses pada 11 februari 2013)

Aspek proses Mengamati bentuk-bentuk energi

a. Guru memberi contoh bentuk-bentuk energi kepada siswa

menggunakan media video pembelajaran. b. Siswa memperhatikan

video bentuk-bentuk energi.

c. Guru bersama siswa berdiskusi tentang penerapan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.

d. Siswa dengan dibimbing guru berdiskusi tentang

(49)

37

bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. Aspek afektif Menentukan bentuk energi yang berhubungan dengan makanan

a. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat tentang bentuk energi yang berhubungan dengan makanan.

b. Siswa mengemukakan pendapat tentang bentu-bentuk energi yang berhubungan dengan makanan dengan bimbingan guru. Biologi 1.4 Mendiskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Aspek skill Memilih energi yang berhubungan dengan makanan

a. Guru meminta perwakilan siswa untuk lari-lari kecil didalam kelas.

b. Perwakilan siswa maju kedepan kelas dan berlari-lari kecil.

c. Guru meminta perwakilan siswa yang sudah berlari-lari kecil untuk

mengambil roti dan dimakan.

d. Siswa mengambil roti dan dimakan.

e. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai

(50)

38

hubungan lari-lari dengan makanan.

f. Siswa menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Aspek kognitif Mengidentifikasi karakteristik makanan yang sehat bagi tubuh

a. Guru meminta kepada siswa untuk

mendefinisikan pengertian makanan yang sehat bagi tubuh.

b. Siswa mendefinisikan pengertian makanan yang sehat bagi tubuh dengan bimbingan guru.

Aspek proses Mengenal zat gizi yang terkandung didalam makanan

a. Guru memperlihatkan media pembelajaran (video) kepada siswa tentang zat gizi yang terkandung didalam makanan.

b. Siswa memperhatiakn video yang ditayangkan oleh guru.

c. Guru meminta kepada siswa menyimpulkan manfaat zat gizi bagi tubuh.

d. Siswa menyimpulkan manfaat zat gizi tubuh berdasarkan tayangan video dengan bimbingan

(51)

39 guru. Aspek sikap Menentukan hubungan makanan dengan bahan kimia tambahan untuk makanan

a. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpendapat tentang hubungan makanan dengan bahan kimia tambahan pada makanan. b. Siswa mengemukakan

pendapat tentang hubungan makanan dan bahan kimia tambahan untuk makanan.

Kimia

4.3 Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan. Aspek proses Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan

a. Guru membimbing siswa mendiskusikan jenis-jenis bahan kimia tambahan untuk makanan.

b. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan

dibimbing oleh guru tentang bahan kimia tambahan untuk makanan. c. Guru memperlihatkan

kepada siswa video tentang dampak

penggunaan bahan kimia tambahan untuk makanan yang tidak sesuai dengan peraturan.

d. Siswa memperhatikan video mengenai damapak penggunaan bahan kimia

(52)

40

tambahan yang tidak sesuai dengan peraturan.

Aspek kognitif Menyebutkan perbedaan bahan kimia tambahan kimia untuk makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh

a. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi tentang perbedaan bahan kimia tambahan untuk makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh.

b. Siswa melakukan diskusi mengenai perbedaan bahan kimia tambahan untuk makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh dengan bimbingan guru.

Aspek skill Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan yang sehat dan tidak sehat dengan praktikum

a. Guru membimbing siswa melakukan praktikum untuk mengetahui perbedaan bahan kimia alami dan buatan. b. Siswa melakukan

praktikum perbedaan pewarna buatan dan pewarna alami dengan didampingi oleh guru. c. Guru membimbing siswa

mengamati hasil praktikum dan

mendiskusikan hasilnya. d. Perwakilan kelompok

(53)

41 Aspek sikap

Menunjukkan makanan yang mengandung boraks

a. Guru membimbing siswa dalam melakukan

praktikum tentang uji boraks pada beberapa makanan.

b. Siswa melakukan

praktikum uji coba boraks dengan didampingi oleh guru.

c. Guru membimbing siswa mendiskusikan hasil praktikum.

d. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil praktikum.

Alat : Mortar, alu, saringan Bahan : Bakso, kunyit, tahu.

Muntilan, 2013 Mengetahui

Guru IPA Praktikan

Sarjono, S.Pd Azmi Izati

(54)

42 Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMPN 3 Muntilan

Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas/semester : VIII/2

Materi : Bahan kimia tambahan untuk makanan Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

Memahami bahan kimia buatan untuk makanan. B. Kompetensi Dasar dan indikator

1. Fisika

Kompetensi dasar :

Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator :

a. Mengidentifikasi peranan energi dalam kehidupan. b. Mendefinisikan pengertian energi.

c. Mengamati bentuk-bentuk energi.

d. Menentukan bentuk energi yang berhubungan dengan makanan. 2. Biologi

Kompetensi dasar :

Mendiskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Indikator :

a. Memilih energi yang berhubungan dengan makanan.

b. Mengidentifikasi karakteristik makanan yang sehat bagi tubuh. c. Mengenal zat gizi yang terkandung didalam makanan.

(55)

43 3. Kimia

Kompetensi dasar :

Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan.

Indikator :

a. Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan.

b. Menyebutkan perbedaan bahan kimia tambahan kimia untuk makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh.

c. Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan yang sehat dan tidak sehat dengan praktikum.

d. Menunjukkan makanan yang mengandung boraks. C. Tujuan Pembelajaran

1. Pertemuan pertama Siswa mampu :

a. Mengidentifikasi peranan energi dalam kehidupan. b. Mendefinisikan pengertian energi.

c. Mengamati bentuk-bentuk energi.

d. Menentukan bentuk energi yang berhubungan dengan makanan. e. Memilih energi yang berhubungan dengan makanan.

f. Mengidentifikasi karakteristik makanan yang sehat bagi tubuh. g. Mengenal zat gizi yang terkandung didalam makanan.

h. Menentukan hubungan makanan dengan bahan kimia tambahan untuk makanan. 2. Pertemuan kedua

Siswa mampu :

a. Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan.

b. Menyebutkan perbedaan bahan kimia tambahan kimia untuk makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh.

c. Mengidentifikasi bahan kimia tambahan untuk makanan yang sehat dan tidak sehat dengan praktikum.

(56)

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Isi Bahan Ajar
gambaran yang lebih
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 3. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development         (Sumber: Sugiyono, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Olga kokee olevansa suomalainen negatiivisten suomalaisten piirteiden (masentuneisuus ja pihiys) kautta. Nämä stereotyyppiset ominaisuudet tuovat esille sen, miten

Dalam pelatihan tenaga gizi desa dalam rangka pelaksanaan program tenaga gizi pendamping masyarakat miskin dan terasing di Sulawesi Selatan. Dalam pelatihan tenaga

Berdasarkan hasil wawancara dengan Masyarakat Dayak Randu batang pinang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan seperti jembatan, tiang panjat pinang yang digunakan pada perayaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cacing yang ditemukan pada ikan kerapu tikus ( Cromileptes altivelis ) pada Karamba Jaring Apung di Perairan Laut

Dalam proses pengembangan kompetensi bagi guru SMP Abulyatama Aceh Besar, kepala sekolah tentu banyak memiliki kendala atau permasalahn terumata dalam memposisikan dirinya

1972 dalam Sahat h petani justru jar (Sahat dan k memperbaiki ndonesia, dapat yakan mikro, secara in vitro menarik dari aryadi et al ., pada tanaman h berupa umbi lor and

Hasil analisa air limbah outlet industri crumb rubber semua perusahaan memenuhi baku mutu parameter Nitrogen total yang ditentukan dan aman untuk dibuang ke badan air..

Kelahiran Koperasi yang didasari oleh adanya penindasan dan kemiskinan yang terjadi pada masyarakat kalangan bawah (buruh) di dalam sistem kapitalisme yang berkembang pesat