• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI

KABUPATEN BOGOR

SULKHAN MASRURI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Sulkhan Masruri

(4)

ABSTRAK

SULKHAN MASRURI. Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Kebutuhan konsumsi kedelai di Indonesia sebagian besar diambil dari impor. Menjadikan banyak pihak terkena dampak akan ketergantungan produk impor tersebut sehingga banyak yang tidak mampu lagi menjalankan usahanya dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, juga mengidentifikasi lingkungan internal, dan eksternalnya. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi, dan merumuskan program kegiatannya. Dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor belum menjalankannya dengan baik. Dari 10 koridor yang ada, terdapat 8 koridor yang negatif. Strategi yang dihasilkan melalui matriks SWOT yaitu strategi promosi untuk meningkatkan penjualan, membuat outlet penjualan kedelai di wilayah, membuat unit usaha simpan pinjam, mengembangkan sistem pelayanan kepada anggota, mengembangkan kemampuan karyawan, meningkatkan manajemen pengendalian persediaan, dan menerapkan budaya analisis serta sistem informasi manajemen yang terpadu. Dari strategi yang telah dihasilkan kemudian dirumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan arsitektur strategi. Kata kunci: arsitektur strategi, KOPTI Kabupaten Bogor, revitalisasi, SWOT

ABSTRACT

SULKHAN MASRURI. Revitalization Strategy Formulation of KOPTI Bogor Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Soybean consumption in Indonesia are mostly extracted from imports. Makes many affected parties dependence of imported products so many are no longer able to run their business properly. The purpose of this study is to identify the conditions KOPTI Bogor regency and corridor view of the principle of co-operative, also identified the internal environment, and external. In addition, this study also aims to formulate alternative cooperative revitalization strategies, and formulate a program of activities. Viewed from the cooperative principle and the corridor, KOPTI Bogor regency not run properly. Of the 10 existing corridor, there is a negative 8 corridor. The resulting strategy through SWOT matriks is promotional strategies to increase sales, make soybean sales outlets in the region, making the savings and loan business unit, develop a system of services to members, develop employee skills, improve inventory control management, and cultural implement analysis as well as an integrated management information system. Of the strategies that have been produced then formulated a program of activities that can be used to revitalize KOPTI Bogor regency by using architecture strategies.

(5)

.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI

KABUPATEN BOGOR

SULKHAN MASRURI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor Nama : Sulkhan Masruri

NIM : H34104030

Disetujui oleh

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambil tema mengenai strategi revitalisasi yang dilaksanakan selama bulan November 2012 sampai Januari 2013, dengan judul Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Lukman M Baga. MA.Ec selaku dosen pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang senantiasa membimbing penulis sebagai wali akademik. Selain itu, penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak Endang Maulana, Bapak Sukaeri, Bapak Rikamto selaku pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, dan Bapak Khoirul Aziz yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan informasi, dan saran dalam penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Bunda, Adik, dan seluruh keluarga atas dukungan dan doa yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan sukses selalu untuk teman-teman Agribisnis Alih Jenis 1 khususnya teman satu bimbingan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Studi Empiris Mengenai Kedelai 5

Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi 6

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Manajemen Strategis 7

Proses Manajemen Strategis 7

Koridor dan Prinsip Koperasi 7

Revitalisasi 8

Arsitektur Strategi 8

Kerangka Pemikiran Operasional 9

METODE PENELITIAN 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Jenis dan Sumber Data 11

Metode Pengolahan Data 13

Metode Deskriptif 13

Analisis Matriks SWOT 13

GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR 14

Sejarah dan Perkembangan 14

Visi, Misi dan Tujuan 15

Program Strategis 16

Struktur Organisasi 16

Wilayah Kerja 19

Kegiatan Usaha 19

(10)

Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor 21

Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor 27

Analisis Lingkungan Eksternal 27

Identifikasi Peluang dan Ancaman 30

Analisis Lingkungan Internal 33

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan 38

Formulasi Strategi 40

SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

RIWAYAT HIDUP 49

DAFTAR TABEL

Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012 1 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011 2

Jenis dan sumber data 12

Matriks SWOT 13

Koridor koperasi KOPTI Kabupaten Bogor 27

Hasil analisis lingkungan eksternal 31

Hasil analisis lingkungan internal 38

Matriks SWOT KOPTI Kabupaten Bogor 41

Strategi dan rencana kegiatan 45

DAFTAR GAMBAR

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protein merupakan salah satu sumber gizi yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, bahkan kebutuhan tersebut cenderung meningkat setiap tahun. Kedelai merupakan sumber gizi protein nabati utama yang telah lama dikenal dan digunakan, baik sebagai konsumsi rumah tangga maupun sumber bahan baku industri dalam beragam produk makanan.

Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai yang tinggi ini mengharuskan produksi tanaman kedelai juga meningkat. Berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri terus dilakukan dengan implementasi berbagai program. Pada tahun 2004, diadakan program bangkit kedelai, program peningkatan produktivitas, dan perluasan areal tanam yang diharapkan mampu melakukan swasembada kedelai di tahun-tahun mendatang. Data produksi tanaman kedelai dari tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012a Tahun Luas panenb Produksic 2007 459 116 592 534 2008 590 956 775 710 2009 722 791 974 512 2010 660 823 907 031 2011 622 254 851 286 2012 * 566 693 779 741

Keterangan : ( * ) Angka ramalan

a

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) (diolah); bhektar; cton

Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa setiap tahun produksi kedelai tingkat nasional mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah produksi kedelai mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2010 sampai 2012 mulai mengalami penurunan produksi. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) selama tahun 2002 hingga tahun 2012, produksi kedelai di dalam negeri mencapai rekor tertinggi 974 512 ton pada tahun 2009. Sementara produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 592 534 ton.

Menurut laporan tahunan FAO, penurunan jumlah produksi ini disebabkan karena semakin banyak pembangunan yang mengakibatkan lahan tanam kedelai berkurang. Selain itu, terdapat kesenjangan teknologi, serangan hama penyakit, fluktuasi harga, kredit usahatani yang kecil, dan belum terjalin kerjasama antar instansi dengan baik. Permasalahan yang ada mengakibatkan pasokan kedelai dalam negeri tidak mampu mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai yang sangat besar.

(12)

fluktuatif yang selama 10 tahun terakhir belum pernah mencapai 1 juta ton sehingga 60% kebutuhan kedelai selama ini di dapat dari impor yang dipasok dari Amerika Serikat diikuti Kanada, China, Ukraina, dan Malaysia (Suswono 2012). Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan impor kedelai di Indonesia tahun 2005-2011.

Tabel 2 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011a Tahun Kebutuhanb Imporb

2005 1 969 391 1 166 640

2006 1 992 038 1 100 985 2007 2 014 947 1 422 413 2008 2 038 119 1 262 409 2009 2 061 557 1 087 045 2010 2 646 326 1 739 295 2011 2 939 272 2 087 986 a

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) (diolah); bton

Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa setiap tahun kebutuhan akan impor kedelai terus meningkat. Akan tetapi penurunan jumlah impor pernah terjadi pada tahun 2008 dan tahun 2009 karena terjadi lonjakan harga kedelai pada tahun tersebut. Hal ini mengakibatkan industri pembuatan tahu dan tempe di dalam negeri menurun. Permintaan impor kedelai kembali naik pada tahun 2010 tercatat kebutuhan impor mencapai 1 739 juta ton, dan pada tahun 2011 mencapai 2 juta ton. Jumlah ini masih diperkirakan bertambah lagi pada tahun 2012. Kebutuhan akan kedelai impor banyak diserap untuk pembuatan tahu dan tempe sehingga menjadikan industri yang satu ini begitu bergantung kepada kedelai impor.

Saat ini, harga kedelai di Indonesia mengalami peningkatan, dari sekitar Rp5 800 tahun lalu, kini telah mencapai Rp6 800 bahkan hampir Rp9 000 per kg (Disperindag 2012). Harga kedelai yang terus mengalami perubahan tentu menjadi permasalahan bagi industri pengolahan kedelai, terlebih industri tahu dan tempe yang memiliki kebutuhan kedelai cukup banyak. Kenaikan harga kedelai ini dapat mempengaruhi harga jual produk kepada konsumen akhir sehingga harga produk akan ikut meningkat karena kebutuhan akan kedelai untuk industri juga sangat tinggi.

Pulau Jawa memiliki jumlah industri pengolahan kedelai yang tinggi dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Pulau Jawa sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta sehingga jumlah industri tersebar di berbagai bagian daerah tersebut. Jawa Barat menurut Deptan (2011) menunjukkan produktifitas kedelai yang mendominasi di Pulau Jawa mencapai 15.74 ku/ha.

(13)

sendiri memiliki jumlah pengrajin yang menggunakan olahan kedelai seperti tempe sekitar 80% dan tahu 20% (KOPTI Kabupaten Bogor 2012).

Bagi pengrajin tahu dan tempe ketersediaan bahan baku kedelai merupakan faktor penentu akan kelangsungan usaha. Berbagai hal akan di tempuh para pengrajin untuk mendapat jaminan akan ketersediaan bahan baku kedelai. Berawal dari kebutuhan akan ketersediaan kedelai, para pengrajin tahu dan tempe membentuk suatu wadah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan pokok baik di bidang teknis produksi maupun di bidang permodalan yang dihadapi selama ini. Wadah tersebut adalah koperasi, yang merupakan suatu lembaga berbadan hukum yang didirikan secara sukarela atas kesamaan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, social, dan budaya melalui pengawasan yang demokratis. KOPTI Kabupaten Bogor tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mengatur tentang perkedelaian, karena KOPTI Kabupaten Bogor berperan langsung sebagai perantara pasokan kedelai dari importir dengan para anggota koperasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut.

Perumusan Masalah

Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu yang berada di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, KOPTI Kabupaten Bogor dalam memenuhi kebutuhan anggota akan bahan baku kedelai hampir 90% diambil dari impor disebabkan produksi kedelai di dalam negeri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Semenjak dibuat kebijakan mengenai BULOG yang tidak lagi menangani impor kedelai, saat itu juga komoditi kedelai sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar dimana pasokan kedelai mulai diimpor melalui asosiasi importir kedelai yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha besar, diantaranya yaitu PT Cargil Indonesia, PT Gerbang Cahaya Utama, PT Alam Agri Perkasa, dan PT Cita Bhakti Mulia.

Akibat ketergantungan terhadap produk kedelai impor yang sangat besar, KOPTI Kabupaten Bogor menghadapi berbagai kondisi seperti fluktuasi harga kedelai yang tidak menentu, kebijakan tentang impor kedelai yang berubah-ubah, dan para anggota KOPTI Kabupaten Bogor juga sangat peka terhadap harga. Secara langsung maupun tidak langsung harga kedelai yang ada di pasaran akan mempengaruhi aktifitas usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Terutama keaktifan anggota akan berpengaruh pada usaha pengolahan tempe dan tahu milik anggota KOPTI Kabupaten Bogor. Selama ini, para anggota KOPTI Kabupaten Bogor lebih memilih membeli kedelai di luar koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor bersaing ketat dengan pedagang-pedagang pasar atau toko-toko grosir yang ada di Kabupaten Bogor.

(14)

Dalam kondisi persaingan yang begitu ketat dengan para penyalur kedelai di Kabupaten Bogor, KOPTI Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya penyalur kedelai yang berbentuk koperasi. Bentuk koperasi ini seharusnya menjadi kekuatan tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor dalam menjalankan usaha, karena terdapat ikatan khusus bagi anggota di dalam Koperasi. Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan sumber terkait, diketahui bahwa fluktuasi harga yang sering terjadi mengakibatkan jumlah anggota aktif KOPTI Kabupaten Bogor mengalami penurunan.

Pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor mengungkapkan dari 1 373 orang anggota hanya 60 orang saja yang aktif, serta terdapat banyak hal yang mengindikasikan bahwa KOPTI kabupaten Bogor sudah tidak memposisikan organisasi maupun usahanya sesuai dengan jatidiri koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak berjalan dengan baik sesuai prinsip dan koridor koperasi yang ada. Selain itu, sekitar 50% pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor belum bergabung pada KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, walaupun jumlah pengrajin belum terdata secara pasti, namun pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor meyakini kondisi tersebut.

Indikasi penurunan jumlah anggota aktif dan tidak berjalannya fungsi KOPTI Kabupaten Bogor sebagai koperasi secara optimal serta adanya peluang pasar yang belum dimasuki oleh KOPTI Kabupaten Bogor di tengah situasi persaingan yang sangat ketat, menunjukan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor harus melakukan langkah-langkah strategis. Langkah strategis digunakan untuk merevitalisasi koperasi sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang diharapkan akan berujung pada peningkatan ekonomi usaha anggota KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri. Langkah strategis ini harus dimulai dengan mengidentifikasi KOPTI dari prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor, dan dilanjutkan pada perumusan strategi yang efektif bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa rumusan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi KOPTI dilihat dari prinsip dan koridor koperasi?

2) Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha KOPTI Kabupaten Bogor?

3) Alternatif strategi apa yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor untuk merevitalisasi koperasi?

4) Program kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi.

(15)

3. Merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi yang dapat diterapkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.

4. Merumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Masukan strategis bagi KOPTI Kabupaten Bogor.

2. Referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan perkedelaian dan produk turunan kedelai serta kebijakan perkoperasian di Indonesia.

3. Media belajar serta referensi bagi civitas akademika untuk melakukan penelitian lanjutan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dikhususkan untuk mengidentifikasi KOPTI Kabupaten Bogor dari prinsip dan koridor koperasi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor sehingga menghasilkan perencanaan strategi dan program kegiatan terbaik untuk KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri.

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris Mengenai Kedelai

(16)

Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi

Erwin (2008) menganalisis strategi pengembangan usaha koperasi produksi susu yang memiliki tujuan untuk merumuskan strategi terbaik dalam mengembangkan usaha koperasi. Perumusan strategi ini, dimulai dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja koperasi. Selanjutnya merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi terbaik. Maktriks IE digunakan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja koperasi. Analisis SWOT digunakan untuk membuat alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi faktor internal dan eksternal koperasi. Pada penelitian di koperasi produksi susu pemilihan strategi terbaik dari alternatif startegi yang telah dibuat dalam analisis SWOT menggunakan analisis QSPM. Hasilnya, strategi terbaik untuk pengembangan koperasi produksi susu Bogor ialah strategi meningkatkan produksi susu dengan kualitas yang sesuai standar.

Dharmanthi (2009) menganalisis strategi pengembangan usaha pada PRIMKOPTI Kota Bogor. Tujuan dari strategi ini ialah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, menentukan posisi bersaing perusahaan dan merumuskan alternatif strategi untuk menentukan strategi terbaik. Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasilnya, berbagai strategi yang dirumuskan di dalam analisis matriks SWOT dipetakan dalam suatu rentang waktu ke dalam rancangan arsitektur strategi.

Sari (2006) mengenai rancangan arsitektur strategik divisi sarden PT Sumber Yalasamudra, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tujuan dari analisis ini ialah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi terbaik untuk perusahaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah analisis matrik IFE, matrik EFE, Matrik IE, matrik SWOT, QSPM, dan arsitektur strategi. Hasilnya berbagai strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis matriks SWOT dan dipilih 20 prioritasnya berdasarkan analisis QSPM direntangkan dalam suatu peta arsitektur strategi.

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Manajemen Strategis

Menurut David (2003), Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan (formulasi), pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang, dan mengevaluasi serta pengendalian untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Pada dunia bisnis, manajemen strategis umumnya dikenal dengan istilah perencanaan strategis. Proses Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis terdiri atas 3 tahap yaitu: 1. Tahap formulasi strategi

Cakupan dalam penelitian ini ialah pada tahap formulasi strategi. Tahap formulasi strategi atau tahap perencanaan strategi untuk sebuah perusahaan merupakan tahap awal dari proses manajemen strategis. Pada tahap formulasi strategi terdiri dari tahap mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Untuk melihat tahap perencanaan strategi KOPTI Kabupaten Bogor sebelumnya dilihat terlebih dulu kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dari aspek prinsip dan koridor koperasi.

2. Tahap implementasi strategi

Pada tahap implementasi strategi atau tahap pelaksanaan, mensyaratkan penetapan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang diformulasikan dapat dijalankan. Kesuksesan implementasi strategi tergantung dari kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah ada tetapi tidak diimplementasikan tidak akan memiliki arti apapun.

3. Tahap evaluasi strategi

Tahap terakhir ialah tahap evaluasi strategi. Tiga tahap dasar dalam evaluasi strategi ialah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi tersebut, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif.

Koridor dan Prinsip Koperasi

(18)

Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam prakteknya. Prinsip-prinsip yang merupakan jantung dari koperasi tidak independen dari Prinsip-prinsip satu dengan prinsip yang lainnya sehingga saling terikat secara halus. Jika salah satu diabaikan, maka keseluruhan akan menjadi berkurang. Koperasi tidak dapat dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu diantara prinsip-prinsip yang ada, akan tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi secara benar mentaati prinsip-prinsip tersebut sebagai satu keseluruhan.

Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA tahun 1995 terdapat 7 prinsip yaitu : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka

2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis 3. Partisipasi ekonomis anggota

4. Otonomi dan kebebasan

5. Pendidikan, pelatihan dan informasi 6. Kerjasama antar-koperasi

7. Kepedulian terhadap komunitas

Pemberian koridor dalam koperasi diharapakan mampu menghindarkan koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis idiologi yang akan membuat koperasi dikembangkan jauh dari jati dirinya. Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya 3 krisis tersebut, maka dirumuskan koridor-koridor koperasi sebagai berikut:

1. Promosi anggota-anggota yang berhasil 2. Bisnis dengan bukan anggota

3. Struktur modal

4. Kepemimpinan koperasi 5. Partisipasi anggota

6. Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari disintegrasi 7. Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer

8. Merjer

9. Sistem koperasi yang terintegrasikan 10. Federasi

Revitalisasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, revitalisasi adalah proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi adalah menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Kata vital sendiri mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya, revitalisasi dapat merupakan proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu menjadi penting dan perlu sekali.

Arsitektur Strategi

(19)

Gary Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategi merupakan strategi yang bersifat bentangan (stretch strategy). Menurut Yoshida (2006), analisis arsitektur strategi dilakukan untuk membuat implementasi dari strategi-strategi yang didapatkan dari hasil analisis Matriks SWOT. Seluruh strategi tersebut dipetakan dalam blue print strategy, yaitu strategi yang memiliki jadwal waktu agar pelaksanaan dari strategi-strategi tersebut dapat berkesinambungan dan mencapai sasaran dalam waktu yang sudah ditentukan.

Bentuk arsitektur strategi lebih mudah untuk dipahami karena strategi yang akan dijalankan dijabarkan dalam bentuk gambar. Selain itu, dengan adanya arsitektur strategi, perubahan dan konsekuensi yang harus dilakukan sehubungan dengan strategi yang dipilih dapat lebih mudah dipahami. Teknik penggambarannya tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan susunan strategi.

Kerangka Pemikiran Operasional

Tahu dan tempe merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa produsen tahu dan tempe berperan besar dalam peningkatan gizi masyarakat. Akan tetapi produsen tahu dan tempe di Indonesia rata-rata masih berskala kecil sehingga untuk memperkuat kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kedelai maupun terhadap konsumen, maka para produsen tersebut perlu bergabung dalam sebuah wadah koperasi. Produsen tahu dan tempe di Kabupaten Bogor bergabung dalam wadah KOPTI Kabupaten Bogor. Saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Permasalahan ini dimulai semenjak tercipta kebijakan pemerintah mengenai impor kedelai yang merubah sistem tataniaga kedelai dari monopoli BULOG menjadi pasar bebas.

Pada saat monopoli BULOG, koperasi sangat diuntungkan karena memiliki disparitas harga dengan harga pasar dan stabil. Namun pada era pasar bebas seperti sekarang ini, tataniaga kedelai di Indonesia masih sangat tergantung pada pasokan impor sehingga harga kedelai menjadi sangat fluktuatif. Adanya fluktuasi harga kedelai impor, menyebabkan terjadinya perubahan kebijakan yang menyangkut tentang impor kedelai. Kebijakan-kebijakan yang ada hanya solusi sesaat sehingga muncul berbagai pemasalahan lain seperti indikasi penurunan loyalitas anggota akibat tuntutan ekonomi serta situasi persaingan sebagai distributor kedelai menjadi sangat ketat. Kondisi ini menjadikan KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu menjalankan usaha dengan baik sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang ada.

(20)

membuat strategi terbaik bagi KOPTI Kabupaten Bogor dan program kegiatan yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor

Masalah perdagangan

kedelai

Permintaan kedelai pengolahan tempe dan tahu

Evaluasi kinerja KOPTI saat ini

Perumusan strategi Revitalisasi

Prinsip dan Koridor Koperasi Peran KOPTI

sebelum reformasi

Evaluasi Eksternal Evaluasi Internal

Alternatif strategi dan rencana

kegiatan

(21)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di KOPTI Kabupaten Bogor yang beralamat di Jalan Cilendek Raya No 27, Bogor. Pemilihan tempat tersebut, didasarkan pada pertimbangan kebutuhan KOPTI Kabupaten Bogor untuk mengatasi permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal. Adapun pengambilan data penelitian ini, dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam Penelitian ini terdiri dari data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan berstruktur, yang sebelum dilakukan wawancara telah dibuat terlebih dahulu untuk dijawab oleh narasumber yang berkompeten. Penentuan responden dari penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden tersebut berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pihak-pihak tersebut adalah pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, serta pihak-pihak terkait dan orang-orang yang mengetahui mengenai permasalahan kedelai yaitu ketua Diskopperindag Kabupaten Bogor.

(22)

Tabel 3 Jenis dan sumber dataa

Rincian data Jenis data Sumber data

Gambaran umum 4. Penelitian dan pengembangan atau survey Primer dan

sekunder

Pengurus 5. Evaluasi internal dan eksternal Primer dan

sekunder

(keadaan umum perekonomian Indonesia, fluktuasi harga, tingkat inflasi, pola konsumsi, kondisi perekonomian negara lain, impor kedelai, produksi dalam negeri)

Primer dan

(subsidi, peraturan ekspor-impor atau kebijakan)

(Perkembangan teknologi produksi kedelai saat ini)

(Persaingan perusahaan sejenis, bargaining position pemasok dan pembeli)

Primer dan sekunder

Lembaga terkait, literatur

Perumusan alternatif strategi Primer Subjektif dan pihak berkompeten

a

(23)

Metode Pengolahan Data

Metode Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa mendatang (Nazir 2005). Analisis deskriptif ini digunakan untuk mempertajam analisis yang dilakukan, membantu memahami masalah yang diteliti serta memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI dilihat dari aspek prinsip dan koridor koperasi serta mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari KOPTI Kabupaten Bogor sehingga dapat menggambarkan kondisi riil KOPTI Kabupaten Bogor.

Analisis Matriks SWOT

Analisis Matriks SWOT merupakan analisis yang dipakai dalam menyusun faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) sebagai alat pencocokan untuk mengembangkan 4 tipe strategi yaitu SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Tabel 4 Matriks SWOTa

Faktor-faktor internal Faktor-faktor

Eksternal

Kekuatan (Strengths –S) Kelemahan (Weakness –W)

Peluang (Opportunities – O)

Strategi SO Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi WO Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang Ancaman

(Threats - T)

Strategi ST Gunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Strategi WT Minimalkan kelemahan dan

hindari ancaman

a

(24)

GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR

Sejarah dan Perkembangan

KOPTI Kabupaten Bogor berdiri sejak tanggal 2 November 1980. Semenjak KOPTI Kabupaten Bogor berdiri, dalam 1 tahun kepengurusan telah mengalami 3 kali pergantian pengurus tanpa laporan pertanggungjawaban dan serah terima. Pada tanggal 11 November 1981, KOPTI Kabupaten Bogor mengadakan reorganisasi total dengan menyusun kepengurusan baru. Pada tanggal 18 Juni 1983 melalui Surat Keputusan Kantor Wilayah Koperasi Jawa Barat, Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai badan hukum dengan Nomor 7848/BH/DK-10/9. Akta pendirian ini ditandatangani oleh H. Ahmad Chairy, Sukhaeri, Daud dan Sutarman.

KOPTI Kabupaten Bogor melakukan daftar ulang pada tanggal 7 Juli 1997 dengan Nomor 7848/BH/PAD/KWK-10/VII/97 yang ditandatangani oleh M. Suroto, Sukatma, H. M Sobirin, dan Dunaryo. SIUP KOPTI Kabupaten Bogor bernomor 517/106/PM/B/DISPERINDAGKOP. KOPTI Kabupaten Bogor juga mempunyai dokumen-dokumen kelengkapan organisasi yang lain, seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Kota Bogor dengan Nomor 10.04.2.52.00334. NPWP dari Direktorat Jendral Pajak KPP Bogor Nomor 01.241.682.2.404.000. Status Kepemilikan Tanah dengan Sertifikat HGB Nomor 21 dari Kantor BPN Kabupaten Bogor. IMB dari Bupati Bogor Nomor 644.2/48/PU/1994 dan Izin Gangguan Tempat Usaha Bukan Perusahaan Industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor Nomor 503.45.269 tahun 2008.

Maksud KOPTI Kabupaten Bogor didirikan karena mengingat hal-hal sebagai berikut:

1. Teknis produksi pengrajin tempe tahu masih tradisional mengakibatkan produksi yang dihasilkan di bawah standar dan jangkauan pemasaran, serta hasil produksi juga sangat terbatas.

2. Lemahnya posisi tawar menawar para pengrajin dalam pengadaan bahan baku serta tidak adanya kepastian harga, karena kedelai sebagai bahan baku di dapat dari pasar bebas. Kondisi pengadaan bahan baku seperti ini, menyebabkan pengrajin sebagai produsen selalu dipihak yang dirugikan dan akibatnya setiap keuntungan yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi sangat minimal. 3. Sebagai produsen, kemampuan permodalan pengrajin pada umumnya sangat

kecil dalam mempertahankan kelangsungan usaha.

Dengan demikian, KOPTI Kabupaten Bogor hendak menyatukan potensi dari para anggota sehingga kesejahteraan anggota KOPTI Kabupaten Bogor dapat meningkat. KOPTI Kabupaten Bogor berdiri menyangkut beberapa kepentingan, yaitu:

1. Kepentingan pengrajin adalah memberikan kepastian usaha dan jaminan kelangsungan hidup usaha dari ancaman kebangkrutan.

2. Kepentingan masyarakat adalah memberikan hasil produksi yang berkualitas tinggi.

(25)

negara yang tergolong ekonomi lemah menjadi suatu gerakan yang mempunyai identitas dan berdedikasi serta spesialisasi.

Pada awal berdiri, yaitu pada tahun 1980-an, KOPTI Kabupaten Bogor masih banyak menemui hambatan sehingga kurang mendapat perhatian dari pengusaha tempe dan tahu. KOPTI Kabupaten Bogor masih dianggap kurang mampu memberikan manfaat bagi para pengrajin. Akan tetapi, pada tahun 1990-an menjadi masa-masa kejaya1990-an bagi KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pengelolaan koperasi yang semakin matang dan membaik, serta mendapat bantuan dari Badan Urusan Logistik (BULOG) yang menyalurkan alokasi kedelai impor ke KOPTI Kabupaten Bogor. Pada saat itu, para pengusaha tempe tahu menjadi tertarik dan mulai mendaftarkan diri menjadi anggota. Melalui BULOG, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan menyangkut impor kedelai seperti stabilitas harga, distribusi, dan penimbunan komoditi pangan utama. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi sangat terbantu atas keberadaan BULOG. KOPTI Kabupaten Bogor juga mendapatkan harga kedelai dibawah harga pasar sehingga kesejahteraan para anggota koperasi pun terjamin.

Berbagai program peningkatan kesejahteraan anggota yang disetujui melalui rapat anggota tahunan telah dilakukan dalam perkembangan KOPTI Kabupaten Bogor. Program-program tersebut antara lain program beasiswa untuk anak anggota, pemberian pengobatan secara gratis, penyediaan paket sembako gratis, merehabilitasi tempat tinggal dan tempat produksi, memberikan bantuan permodalan bagi anggota, program pemberangkatan ke tanah suci bagi anggota. Selain itu masih banyak prestasi yang ditorehkan untuk anggota KOPTI Kabupaten Bogor.

Akan tetapi, semenjak impor kedelai melalui BULOG dihentikan, KOPTI Kabupaten Bogor menjadi salah satu pelaku usaha yang paling terkena dampak dari kebijakan tersebut. Program-program yang ada tidak dapat berjalan lancar yang mengakibatkan beberapa program KOPTI Kabupaten Bogor terpaksa ditangguhkan. KOPTI Kabupaten Bogor kembali masuk ke dalam persaingan yang ketat di era pasar bebas. KOPTI Kabupaten Bogor yang merupakan lembaga yang menjadi wadah pengrajin tahu dan tempe tidak mampu lagi memberikan pelayanan yang baik dalam upaya membantu pengrajin dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.

Situasi dan kondisi yang terjadi, seharusnya tidak menyurutkan KOPTI Kabupaten Bogor untuk tetap eksis dalam memperjuangkan semua yang menjadi kepentingan anggota. Pengelolaan KOPTI Kabupaten Bogor secara profesional menjadi tugas utama pengurus dalam menjalankan roda organisasi, karena semakin banyaknya persaingan-persaingan usaha tentu saja harus menjadi tantangan untuk berbuat lebih cerdas. KOPTI Kabupaten Bogor memang harus merencanakan langkah strategik agar tidak kehilangan kembali arah serta fungsi utamanya.

Visi, Misi, dan Tujuan

(26)

yang memiliki hubungan erat dengan anggota. Misi KOPTI Kabupaten Bogor antara lain ialah:

1. Menjalankan usaha dengan cermat dan saling memberikan manfaat.

2. Melayani dengan kesungguhan hati serta menjadi panutan dalam melaksanakan tata kelola yang baik.

Tujuan KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan membangun kemandirian melalui:

1. Terciptanya KOPTI yang kuat dan tangguh. 2. Usaha yang saling menguntungkan.

3. Jalinan komunikasi yang berkesinambungan.

Program Strategis

KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengembangan koperasi mempunyai beberapa program-program strategis yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memajukan koperasi tersebut, yaitu:

1. Peningkatan kualitas SDM a. Pendidikan

b. Pelatihan c. Studi banding d. Diskusi dan seminar 2. Peningkatan usaha

a. Mengembangkan industri usaha skala kecil sampai menengah dibidang industri tempe dan tahu.

b. Membangun perbengkelan mesin tempe dan tahu. c. Mengembangkan usaha jasa angkutan dan rental. d. Mengembangkan sumber-sumber energi alternatif. 3. Peningkatan citra koperasi

a. Merumuskan kembali visi, misi dan program strategis. b. Mengembangkan usaha KOPTI yang masih berjalan. c. Mengembangkan sistem manajemen yang masih berjalan.

d. Sosialisasi program untuk memberikan harapan baru bagi pengelola dan anggota.

Struktur Organisasi

(27)

Gambar 2 Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor

Pembagian tugas dan tanggung jawab serta kegiatan-kegiatan usaha yang dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor sesuai dengan fungsi yang terdapat dalam struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor (Gambar 2), antara lain: 1. Rapat anggota

Rapat angggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi koperasi. Melalui rapat anggota inilah, anggota dapat menggunakan hak yang diperoleh dengan berpartisipasi aktif dalam proses penetapan ketentuan-ketentuan yang bersifat mendasar bagi KOPTI Kabupaten Bogor sehingga wujud dari pelaksanaan prinsip koperasi mengenai pengelolaan yang demokratis dapat terlihat. Rapat anggota berperan dalam penetapan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, kebijakan umum, memilih, dan mengangkat serta memberhentikan pengurus dan pengawas. Rapat anggota juga menetapkan dan mengesahkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, serta pengesahan laporan keuangan.

Rapat Anggota

Sekretaris Ketua Bendahara

Manajer

Manajer Keuangan Manajer Organisasi Manajer

Usaha

Wilayah Pelayanan

Cimanggis . Citeureup I . Citeureup II . Cibinong . Sawangan I . Sawangan II . Depok, Bojonggede , Parung . Ciseeng . Kemang . Cimanggu I . Cimanggu II . Sukaraja . Cisarua ,

Caringin . Ciawi . Cigombong . Tamansari . Ciomas . Leuwiliang . Ciampea . Cibungbulang

Anggota Kopti

(28)

2. Ketua

Tugas ketua antara lain memimpin, menjalankan dan memajukan serta mengembangkan usaha koperasi termasuk pengadaan kedelai untuk kepentingan anggota dan masyarakat. Ketua pun memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota, pengurus serta manajer unit dan semua karyawan. Ketua juga bertugas untuk memimpin jalannya rapat anggota tahunan (RAT) serta memimpin rapat pengurus. Dalam rapat anggota tahunan, ketua memimpin jalannya rapat atas nama pengurus dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota. Ketua memberikan keputusan terakhir dengan memperhatikan saran-saran dari anggota, pengurus dan manajer. Selain itu, ketua bertugas mengesahkan surat-surat yang menyangkut kegiatan organisasi ke luar maupun ke dalam koperasi.

3. Sekertaris

Sekretaris bertugas untuk memelihara buku-buku dan arsip-arsip organisasi, mengkoordinir dalam menyusun laporan-laporan organisasi, serta merencanakan jadwal operasional seperti penyuluhan terhadap anggota, pendidikan, latihan, dan kegiatan sosial lain. Selain itu, sekertaris juga bertugas untuk membantu ketua dalam pembinaan personil dan kerjasama karyawan, serta mewakili bidang usaha, pengadaan dan penjualan kedelai KOPTI Kabupaten Bogor apabila ketua sedang berhalangan.

4. Bendahara

Bendahara berkewajiban untuk mengatur dan mengendalikan atau mengawasi keluar masuk aliran uang, antara lain dengan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja KOPTI Kabupaten Bogor, mencari dana dengan cara memupuk simpanan para anggota, dan mencari sumber dana dari luar dengan syarat yang lunak dan tidak memberatkan. Bendahara wajib untuk memelihara kekayaan KOPTI Kabupaten Bogor dan mengatur pengeluaran uang agar tidak melampaui batas anggaran belanja yang telah ditetapkan. Selain mempersiapkan data dan informasi mengenai keuangan, dalam rangka penyusunan laporan-laporan, bendahara bersama dengan manajer juga bertugas menandatangani semua bukti pengeluaran kas yang melampaui batas wewenang manajer dengan persetujuan ketua. Selain itu, membimbing dan mengawasi pekerjaan manajer dalam hal penyelenggaraan administrasi uang dan barang.

5. Manajer

Dalam menjalankan roda organisasi KOPTI Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah anggota yang cukup banyak dan wilayah pelayanan yang cukup luas, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan kecakapan sesuai dibidangnya masing-masing. Untuk itu, dalam membantu tugas operasional Dewan Pengurus, ditempatkan seorang manajer dan 3 orang asisten manajer yaitu manajer organisasi, manajer usaha, dan manajer keuangan.

(29)

pengendalian manajer utama. Para asisten manajer dalam menjalankan tugas bertanggung jawab kepada dewan pengurus melalui manajer utama.

Wilayah Kerja

Wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor meliputi daerah-daerah yang ada di Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 23 wilayah kerja, sehingga KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 22 Kepala Wilayah Pelayanan (KWP). KWP diangkat dan diberhentikan oleh pengurus KOPTI Kabupaten Bogor. KWP bertugas sebagai penghubung antara pengurus KOPTI Kabupaten Bogor dengan anggota dalam hal kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Wilayah pelayanan kerja KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.

Kegiatan Usaha

Sesuai dengan fungsi awal KOPTI Kabupaten Bogor, kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor yang utama ialah pengadaan kedelai kepada produsen tempe dan tahu di lingkup Kabupaten Bogor. Akan tetapi, untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor telah mengembangkan beberapa usaha yang lain. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing kegiatan usaha yang telah dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor:

1. Usaha pengadaan kedelai

Usaha pengadaan kedelai ini dapat dikatakan menjadi cikal bakal berdiri KOPTI Kabupaten Bogor. Usaha ini menangani kegiatan jual beli kedelai sebagai bahan baku pokok yang diperlukan oleh para produsen tempe dan tahu. Usaha pengadaan kedelai ini mengalami peningkatan, baik jumlah volume penjualan maupun jumlah pengrajin yang menyerap kedelai tersebut. Pada tahun 2011, KOPTI Kabupaten Bogor telah melakukan penjualan kedelai sebanyak 5 433 507 kg, sedangkan pada tahun 2012 mampu menjual kedelai sebanyak 5 613 107 kg. Akan tetapi, peningkatan jumlah permintaan tersebut tidak sebanding dengan jumlah anggota KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri karena hanya terdapat 60 anggota aktif dari 1 373 angota yang ada.

(30)

2. Usaha pengadaan peralatan produksi a. Mesin tempe

Cara berfikir para pengrajin yang semakin maju, membuat para pengrajin menyadari bahwa konsumen menginginkan produk tempe atau tahu yang baik dalam proses produksi, berkualitas, bersih, dan sehat. Usaha pengadaan mesin tempe ini, dilaksanakan oleh KOPTI Kabupaten Bogor mulai tahun 2011. KOPTI Kabupaten Bogor terus melakukan inovasi dengan menciptakan dan menyediakan mesin tempe dengan model terbaru yang disesuaikan dengan keinginan pengrajin. Mesin yang berbahan dasar stainless steel ini mampu dijual oleh KOPTI Kabupaten Bogor sebanyak rata-rata 60 unit setiap tahun. b. Dandang perebusan

KOPTI Kabupaten Bogor juga memproduksi dandang perebusan kedelai yang berbahan baku dari stainless steel. Bahan baku stainless steel bertujuan untuk menggantikan cara perebusan pengrajin yang masih tradisional, dimana menurut kajian penelitian penggunaan drum bekas sangat berbahaya, sehingga kurang memenuhi standar kesehatan.

3. Usaha pengadaan bahan pembantu

Salah satu usaha KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengadaan bahan pembantu saat ini adalah pengadaan ragi tempe untuk kebutuhan anggota. Usaha ini menjadi usaha pendukung KOPTI Kabupaten Bogor karena pengadaan bahan pembantu ini dapat memberikan hasil yang cukup baik. Jenis inokulum yang paling diminati untuk tempe yaitu merk Raprima yang diproduksi dan didistribusikan oleh PT. Aneka Fermentasi Indonesia (AFI) yang beralamat di Bandung. Penggunaan ragi dalam pembuatan tempe sangat sedikit, sehingga usaha pengadaan bahan pembantu ragi memiliki peningkatan volume penjualan agak lambat.

4. Usaha pengangkutan

Dahulu pendistribusian kedelai dari gudang-gudang importir ke gudang KOPTI Kabupaten Bogor maupun gudang anggota di wilayah, masih bekerjasama dengan perusahaan jasa angkutan (ekspedisi) dari luar. Hal ini dilakukan karena kendaraan truk angkutan milik KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak bisa dipergunakan lagi untuk mengangkut barang dengan jarak jauh. Melihat kondisi tersebut, pengurus KOPTI Kabupaten Bogor sepakat untuk melakukan peremajaan armada yang ada. Pada tahun 2010 sampai 2012, KOPTI Kabupaten Bogor menambah 3 kendaraan truk angkut baru. Dengan pengadaan kendaraan truk ini, selain lebih memperlancar distribusi kedelai kepada pengrajin juga bisa dijadikan investasi KOPTI Kabupaten Bogor dalam jangka panjang. Usaha ini dapat dijadikan usaha pengangkutan dengan tujuan menghasilkan profit. Pengangkutan tentu dibatasi dari jenis barang maupun tujuan barang yang diangkut supaya kendaraan yang ada tetap terjaga dengan baik.

5. Usaha pembuatan tempe bersih dan higienis

(31)

menjadi pabrik pioneer bagi KOPTI Kabupaten Bogor di seluruh Indonesia. Rumah Tempe Indonesia didirikan sebagai salah satu unit usaha komersial KOPTI Kabupaten Bogor dengan tujuan profit oriented (keuntungan) dan sekaligus social oriented yaitu sebagai percontohan guna peningkatan kualitas produksi tempe menjadi lebih baik bagi para pengrajin KOPTI Kabupaten Bogor. Selain itu RTI dapat membuka wawasan masyarakat umum sebagai konsumen tempe, dan meyakinkan konsumen bahwa produk tempe sudah dapat diproduksi lebih sehat, higienis dan ramah lingkungan.

6. Usaha penyewaan tempat

Salah satu usaha KOPTI Kabupaten Bogor yang tidak berhubungan dengan pelayanan kepada anggota adalah penyewaan tempat. Menyewakan tempat adalah salah satu usaha pemanfaatan aset yang dimiliki dengan tujuan pemanfaatan ruangan atau bangunan yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor dan menambah pendapatan KOPTI Kabupaten Bogor. Disamping itu, dengan menyewakan tempat tersebut KOPTI Kabupaten Bogor dapat lebih menghemat biaya pemeliharaan bangunan karena perawatan secara langsung menjadi tanggung jawab bagi si penyewa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor

Pelaksanaan prinsip koperasi pada KOPTI Kabupaten Bogor menurut ICA (International Co-operative Alliance) tahun 1995, yaitu :

1. Keanggotaan sukarela dan terbuka

(32)

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai promosi anggota-anggota yang berhasil, selama ini Kopti Kabupaten Bogor telah banyak memperoleh prestasi dari berbagai tingkatan wilayah. Prestasi-prestasi yang telah diraih KOPTI Kabupaten Bogor yaitu:

- Sebagai 300 koperasi unggulan Indonesia tahun 2012 - Koperasi berprestasi tingkat nasional pada tahun 2011

- Koperasi produsen yang berkualitas tingkat Propinsi Jawa Barat 2010 - Koperasi produsen terbaik tingkat Kabupaten Bogor

- Koperasi produsen terbaik tingkat Propinsi Jawa Barat

- Koperasi perkotaan teladan kelompok aneka usaha tingkat Propinsi Jawa Barat

- Koperasi jenis lain-lain tingkat Propinsi Jawa Barat

- Koperasi terbaik jenis non KUD tingkat Propinsi Jawa Barat

Beberapa program kesejahteraan juga telah dilakukan diluar sisa hasil usaha yang ditawarkan oleh koperasi. Program kesejahteraan tersebut, diberikan untuk memberikan promosi kepada anggota yang aktif di dalam KOPTI Kabupaten Bogor. Program tersebut seperti pemberian souvenir, pemberian reward bagi anggota aktif, tunjangan hari raya, bingkisan lebaran, serta informasi harga yang selalu up to date. Akan tetapi, prestasi dan program yang diberikan belum mampu menarik minat anggota untuk berpartisipasi aktif di KOPTI Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu memberikan pinjaman kepada para anggota, sedangkan distributor pesaing memberikan pinjaman tersebut sehingga banyak anggota yang lebih tertarik dengan pinjaman yang diberikan oleh distributor lain. KOPTI Kabupaten Bogor juga belum melakukan survei kepuasan anggota secara rutin. Survei tersebut sangat baik dilakukan untuk mengetahui masukan-masukan dari para anggota secara keseluruhan.

2. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis

Rapat anggota memiliki kekuasaan tertinggi di dalam KOPTI Kabupaten Bogor. Urusan kegiatan koperasi diselenggarakan oleh pengurus yang dipilih dari anggota dan oleh anggota. Pengurus yang dipilih bertanggung jawab kepada rapat anggota dan para anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara). Prinsip pengelolaan koperasi yang demokratis oleh KOPTI Kabupaten Bogor tertuang dari rapat anggota tahunan yang telah dilakukan setahun sekali. Rapat anggota tahunan yang terakhir dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2012 untuk tutup buku tahun 2011. Dalam rapat anggota tersebut pengurus memberi laporan pertanggungjawaban kepada sebagian kecil anggota, karena yang menghadiri rapat kurang dari 50 orang dari 1 373 anggota yang ada.

(33)

organisasi KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak menggunakan badan pengawas.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai komite pengawas kompeten dan honorer dalam KOPTI Kabupaten Bogor, keberadaan komite pengawas sebagai pejabat honorer sudah dihilangkan. Pihak pengurus mengatakan, dengan adanya pengawas akan menambah biaya pengeluaran untuk menggaji pengawas tersebut. Terlebih KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak terikat dengan pemerintah, terutama mengenai suplai kedelai dari Bulog, sehingga pengawasan cukup langsung dari anggota saja.

Anggapan pengurus mengenai komite pengawas harus dihentikan, karena keberadaan komite pengawas sebenarnya sangat diperlukan. Kerjasama diantara pengurus dan komite pengawas adalah suatu keharusan, akan tetapi pertemuan-pertemuan bersama antara pengurus dan komite pengawas adalah suatu pengecualian dari pada suatu peraturan. Tugas komite pengawas sendiri adalah untuk mewakili dan melindungi kepentingan-kepentingan anggota dalam kaitan dengan semua pekerjaan pengurus. Selain itu, komite pengawas bertindak sebagai penghubung antara basis keanggotaan dan manajemen koperasi. Mereka memberi penekanan-penekanan pada keefektifan pengambilan keputusan dalam kepengurusan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan anggota, menangani tugas hubungan anggota, dan merekrut anggota-anggota baru. Fungsi utama dari pejabat honorer terletak dalam bidang pekerjaan komite pengawas sebagai pengawasan internal.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai rapat delegasi (perwakilan) dan penghindaran disintegrasi, KOPTI Kabupaten Bogor dalam melaksanakan rapat koordinasi anggota sudah melaksanakan 4 kali pada tahun 2012. Rapat tersebut dihadiri oleh pengurus dan perwakilan-perwakilan anggota, dengan keperluan untuk membahas dan mengambil keputusan penting yang menyangkut organisasi, usaha dan keuangan. Rapat tersebut lebih banyak bersifat informasi mengenai perkembangan organisasi serta usaha yang dilaksanakan KOPTI Kabupaten Bogor. Perwakilan anggota yang datang mewakili setiap wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor dan perwakilan anggota tersebut menjadi anggota aktif di KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, perwakilan anggota tersebut kurang efektif karena banyak anggota tidak merasa terwakili dari setiap wilayahnya sehingga banyak anggota yang tidak mengetahui akan hal tersebut. Penyampaian informasi kepada anggota di setiap wilayah menjadi kurang merata karena hanya diwakili oleh satu orang saja. 3. Partisipasi ekonomi anggota

(34)

membagikan SHU untuk anggota secara adil sebanding dengan jumlah transaksi maupun simpanan yang dilakukan oleh anggota.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai partisipasi anggota, merupakan pemegang peranan yang penting dalam pengembangan koperasi. Hal ini dikarenakan kekuatan koperasi tidak direpresentasikan oleh akumulasi modal koperasi, tetapi pada anggota-anggota koperasi serta terhimpunnya potensi penawaran dan permintaan anggota maupun kepentingan ekonomi mereka. Pada KOPTI Kabupaten Bogor meskipun jumlah anggota bertambah akan tetapi yang aktif di dalam KOPTI Kabupaten Bogor sangat sedikit. Partisipasi anggota dalam menghadiri rapat-rapat di KOPTI juga kurang baik karena tidak memenuhi batas minimal tingkat kehadiran yang seharusnya dilaksanakan. Proses penawaran dan permintaan kedelai juga kurang maksimal sehingga koperasi hanya mampu memberikan pelayanan yang minim terhadap anggota. Hal ini dikarenakan beban permasalahan lama hutang-hutang anggota KOPTI Kabupaten Bogor yang belum dapat diselesaikan karena kebangkrutan anggota. Anggota terikat oleh pemberi pinjaman dan sulit untuk kembali aktif di KOPTI Kabupaten Bogor sedangkan KOPTI Kabupaten Bogor sendiri sudah tidak mampu memberikan pinjaman kepada anggota. Selain itu, dampak dari krisis moneter sampai saat ini masih menjadi penghalang KOPTI Kabupaten Bogor dalam mengambil langkah untuk pengembangan dan peningkatan usaha.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai pembatasan bisnis dengan bukan anggota, KOPTI Kabupaten Bogor lebih memprioritaskan melakukan aktifitas penjualan kepada anggota dalam menjalankan usaha. Hal tersebut dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor supaya para pembeli di luar anggota akan tertarik untuk menjadi anggota. Dari 6 unit usaha yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor sendiri, hanya 1 unit usaha yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor tanpa ada hubungan dengan pelayanan kepada anggota yaitu unit usaha penyewaan tempat. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan aset yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor untuk menambah pendapatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor.

4. Otonomi dan kebebasan

Selama ini KOPTI Kabupaten Bogor berusaha untuk mempertahankan kemandirian mereka dengan memperkuat modal sendiri yang berasal dari anggota dan pengawasan anggota sebagai kesatuan tertinggi dalam organisasi koperasi. KOPTI Kabupaten Bogor juga berhubungan dengan organisasi lain seperti pemasok kedelai maupun bank. Selain itu, hubungan dengan pemerintah sendiri sebatas mengenai menghadiri rapat serta undangan simposium atau seminar yang di adakan oleh beberapa instansi terkait seperti Kementrian Perindustrian dan Perdagangan RI, Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI, Departemen Pertanian dan instansi lainnya.

(35)

simpanan pokok yang semula Rp10 000 disesuaikan menjadi Rp100 000 dengan demikian posisi simpanan pokok anggota per 31 Desember 2012 sebesar Rp137 300 000 dengan jumlah anggota sebanyak 1 373 orang. Simpanan sukarela KOPTI Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 jumlah simpanan sukarela sebesar RP311 949 150 maka jumlah per 31 Desember 2012 bertambah menjadi Rp384 511 500.

5. Pendidikan, pelatihan dan informasi

KOPTI Kabupaten Bogor memberikan pendidikan sesuai kebutuhan kepada para anggotanya. Selain itu, KOPTI Kabupaten Bogor juga mengadakan studi banding, diskusi, seminar dan pelatihan. Salah satu pelatihan yang dilakuakan yaitu mengenai teknologi pengolahan tempe ataupun tahu. Pada zaman dahulu pengolahan tempe dilakukan dengan menginjak-injak kedelai, namun seiring perkembangan teknologi, KOPTI Kabupaten Bogor bekerjasama dengan berbagai pihak memberikan penyuluhan kepada para pengrajin tahu tempe untuk menggunakan alat-alat pengolahan yang lebih higienis dan efektif. Selain itu, KOPTI Kabupaten Bogor pun mengadakan komunikasi efektif kepada para anggota maupun calon anggota mengenai keuntungan dan kemanfaatan berkoperasi.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai kepemimpinan koperasi, para pimpinan KOPTI Kabupaten Bogor baik pengurus maupun manajer koperasi belum memahami secara mendalam falsafah-falsafah koperasi. Walaupun dalam kegiatannya sering diadakan pendidikan, pelatihan, studi banding, diskusi dan seminar bagi para manajer dan karyawan, para pengurus belum mampu menunjukkan pemahaman terhadap koperasi baik dalam aspek pengelolaan usaha maupun pengembangan organisasi. Terbukti dengan masih banyaknya anggota yang belum merasakan manfaat dari berkoperasi, selain itu para pengurus juga tidak memperhatikan kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dari prinsip dan koridor koperasi yang baik. Terpilihnya kembali kepengurusan periode 2007-2011 untuk melanjutkan kepengurusan periode 2012-2017 dengan nama dan posisi jabatan yang sama, tidak menjadi jaminan bahwa pengurus tersebut benar-benar memahami, mengerti, dan menerapkan prinsip dan koridor koperasi yang ada.

6. Kerjasama diantara koperasi-koperasi

KOPTI Kabupaten Bogor melaksanakan kerja sama dalam bentuk menghadiri undangan rapat maupun seminar dengan PUSKOPTI, GAPOKTINDO dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI. Selain itu, belum ada bentuk kerja sama lainnya untuk memperkuat gerakan koperasi. Untuk penyediaan kedelai kepada para anggota, KOPTI Kabupaten Bogor sudah melakukan secara langsung dengan para importir, sehingga sudah tidak berhubungan langsung dengan PUSKOPTI, GAPOKTINDO, maupun pemerintah melalui BULOG.

(36)

tataniaga kedelai dan terjadi krisis moneter, PUSKOPTI sudah tidak mampu lagi membantu KOPTI Kabupaten Bogor untuk pemenuhan kebutuhan kedelai. KOPTI Kabupaten Bogor berjuang di tengah krisis yang ada, sampai sekarang masih berdiri dengan melakukan persediaan kedelai dari para importir secara langsung. Hubungan KOPTI Kabupaten Bogor dengan PUSKOPTI sekarang sebatas pemenuhan undangan seminar atau rapat-rapat yang diadakan oleh PUSKOPTI.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu federasi, fungsi dari koperasi sekunder sudah tidak berjalan dengan baik. Banyak KOPTI-KOPTI di Indonesia yang mengalami kebangkrutan dan sudah tidak diperankan lagi kedudukannya di masyarakat sehingga koperasi sekunder kurang memberikan inovasi-inovasi baru bagi perkembangan KOPTI yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, koperasi sekunder akan sulit mempromosikan KOPTI untuk dibentuk koperasi-koperasi yang baru.

Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai merjer, semenjak awal berdiri hingga saat ini, KOPTI Kabupaten Bogor belum pernah melakukan merjer (amalgamisasi) dengan koperasi lain. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu yang berada di Kabupaten Bogor. Hal ini seharusnya menjadi kekuatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk memaksimalkan usaha yang ada bagi para pengrajin kedelai di Kabupaten Bogor, terutama bagi para anggota KOPTI Kabupaten Bogor menyangkut kesejahteraan dan pemberian manfaat bagi para anggota.

7. Kepedulian terhadap komunitas

KOPTI Kabupaten Bogor didirikan berdasarkan kesamaan kepentingan para pengrajin kedelai untuk menjaga kestabilan dan ketersediaan akan bahan baku kedelai itu sendiri. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai tanggung jawab untuk menjaga ketersediaan bahan baku kedelai bagi para anggota, yaitu pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor. Meskipun situasi harga kedelai berfluktuasi, KOPTI Kabupaten Bogor harus berusaha memberikan sumbangan yang positif kepada para pengrajin dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang disetujui oleh para anggota.

(37)

Tabel 5 Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogora

No Koridor Kondisi

Positif Negatif 1 Promosi anggota-anggota yang berhasil V 2 Bisnis dengan bukan anggota V

3 Struktur modal V

4 Kepemimpinan Koperasi V

5 Partisipasi anggota V

6 Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari disintegrasi

V

7 Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer V

8 Merjer - -

9 Sistem koperasi yang terintegrasikan V

10 Federasi V

a

Sumber: Diolah penulis (2013)

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 koridor koperasi yang ada, terdapat 8 koridor yang berada pada kondisi negatif. Degan demikian dapat dikatakan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor masih belum menjalankan prinsip dan koridor koperasi dengan baik sebagaimana seharusnya. KOPTI Kabupaten Bogor harus segera membenahi diri supaya tidak kehilangan jati dirinya. Pemberian koridor dalam pengembangan koperasi diharapkan mampu menghindarkan koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis ideologi, terlebih di masa perekonomian terbuka atau pasar bebas seperti sekarang ini sehingga prinsip-prinsip koperasi yang ada dapat dijalankan dengan baik.

Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor

Analisis lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis lingkungan di luar KOPTI namun mempengaruhi keberadaan KOPTI secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah dan hukum, teknologi serta kompetisi. Analisis lingkungan internal KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan atau riset serta evaluasi internal dan eksternal.

Analisis Lingkungan Eksternal

1. Faktor ekonomi

(38)

mencapai 1 000 000 ton per tahun. Sedangkan permintaan kedelai nasional terus meningkat, bahkan hampir mencapai 3 000 000 ton per tahun, yang mengakibatkan Indonesia melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan yang ada, (Tabel 2). Kebijakan pemerintah mengenai tarif impor kedelai ini pun sering berubah-ubah sehingga menyebabkan kebijakan yang ada terasa kurang efektif karena hanya solusi sesaat.

Salah satu dampak dari impor kedelai yang tinggi adalah tidak mampu-nya para konsumen kedelai dalam penentuan harga. Para konsumen tidak mempunyai kekuatan tawar yang kuat sehingga konsumen selalu mengikuti perubahan harga yang ada. Keadaan cuaca atau gagal produksi sering kali menjadi alasan para importir untuk menaikkan harga karena produk kedelai sulit didapat dari produsen kedelai tersebut. Isu kegagalan panen di negara eksportir kedelai membuat terjadinya inflasi yang tinggi bagi produk kedelai di dalam negeri. Akan tetapi, pihak KOPTI Kabupaten Bogor meyakini adanya permainan dibalik semua itu untuk memanfaatkan keadaan supaya mendapat keuntungan yang besar. Terbukti dengan ketersediaan pasokan kedelai impor selalu ada. Informasi tersebut diketahui langsung dari para petani kedelai Amerika yang datang berkunjung ke KOPTI Kabupaten Bogor pada tanggal 13 Januari 2013 untuk mengetahui informasi mengenai penyerapan kedelai yang begitu besar di Indonesia dan untuk melihat cara produksi tempe yang baik di rumah tempe milik KOPTI Kabupaten Bogor.

Menurut data dari Disperindag tahun 2012, dapat diketahui bahwa harga kedelai di Indonesia sangat berfluktuasi. Terjadi lonjakan harga yang siknifikan dari tahun 2011 yang pada tahun itu harga kedelai sekitar Rp5 800 kini telah mencapai Rp6 800 dan terus meningkat bahkan hampir Rp9 000 per kg. Ketidakstabilan harga yang terjadi membuat para pengrajin kedelai mengalami kerugian karena harga kedelai mudah berubah sehingga para pengrajin sulit memperkirakan penentuan harga. Hal tersebut mengakibatkan para pengrajin banyak yang mengalami kebangkrutan, terutama pengrajin skala kecil.

2. Faktor sosial, budaya, demografi, dan lingkungan

Pada Tabel 2 dapat dilihat mengenai perkembangan kebutuhan kedelai penduduk Indonesia tahun 2005-2011. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi kedelai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan peluang tersendiri bagi produsen tempe dan tahu karena dari seluruh persediaan kedelai di Indonesia, hampir 90% dikonsumsi dalam bentuk tempe dan tahu, sisanya dalam bentuk lain (tauco, kecap dan lain-lain). Perilaku konsumsi tempe dan tahu ini pun mengindikasikan bahwa tempe dan tahu sebagai makanan yang digemari masyarakat Indonesia.

(39)

3. Faktor politik, pemerintah, dan hukum

Komoditas-komoditas penting di Indonesia seperti kedelai sering dimanfaatkan para pemodal besar untuk mencari keuntungan. Terlebih komoditas kedelai ini sudah dikuasai oleh produk impor dan sudah tidak mendapat subsidi dari pemerintah melalui BULOG, sehingga memudahkan para importir untuk menguasai pasokan kebutuhan yang ada. Kebutuhan kedelai impor yang sangat besar tersebut membuat para pengrajin akan mudah dipermainkan oleh para importir dari segi harga.

Masyarakat di Indonesia sendiri masih belum mengerti tentang perkoperasian. Banyak orang masih menganggap sama atau disejajarkan antara koperasi dengan badan usaha lain. Padahal pada prinsipnya koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Koperasi tidak berorientasi pada keuntungan semata, karena koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan atau keuntungan yang diterima anggota, bukan diri sendiri. Di sisi lain, pemerintah juga memberikan berbagai pelatihan serta pembinaan yang dilakukan melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor yang dapat menjadi kesempatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk mengembangkan sumber daya manusia, walau dalam realitanya pendidikan tersebut masih kurang efektif.

4. Faktor teknologi

Berbagai pengetahuan dan teknologi mengenai budidaya kedelai untuk meningkatkan produktivitas kedelai telah banyak diwacanakan di Indonesia. Akan tetapi, dalam penerapannya belum banyak dilakukan sehingga secara tidak langsung produktivitas yang rendah akan menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai. Produksi dalam negeri yang sedikit menyebabkan impor kedelai semakin tinggi, sedangkan dalam perkembangan teknologi yang menyangkut pengolahan tempe dan tahu sudah mulai membaik, yaitu adanya teknologi alat pemecahan kedelai yang lebih higienis. Jika zaman dahulu, proses pengolahannya dilakukan dengan cara diinjak-injak, saat ini sudah ada mesin khusus untuk memecah biji kedelai tersebut. Limbah hasil olahan dari pabrik tempe juga dapat diolah kembali dengan menggunakan teknologi reaktor biogas menjadi sumber energi gas.

Selain itu, teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang seperti internet dapat menipiskan jarak di dalam dunia bisnis. Informasi keadaan pasar dan perekonomian dapat lebih mudah diketahui. Internet pun dapat menjadi sarana promosi bagi setiap pelaku usaha.

5. Persaingan perusahaan sejenis

Gambar

Tabel 1 Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012a
Tabel 2 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011a
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI
Tabel 3 Jenis dan sumber dataa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, diketahui bahwa ketika terjadi lonjakan harga kedelai, beberapa pelaku usaha pembuatan tempe

Berdasarkan hasil analisis lokasi optimal pasar induk Kabupaten Bogor berdasarkan 7 pasar Kabupaten Bogor yang ada saat ini (eksisting) , diketahui bahwa Pasar Ciawi yang berada

Analisis bahan baltu industri piltel pepaya dilakukan dengan memperhatikan data historis produksi pepaya di Kabupaten Bogor sebagai produsen pepaya terbesar tti Java

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ” PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KOPERASI TAHU-TEMPE INDONESIA KABUPATEN KEBUMEN”

Berdasarkan hasil analisis lokasi optimal pasar induk Kabupaten Bogor berdasarkan 7 pasar Kabupaten Bogor yang ada saat ini (eksisting), diketahui bahwa Pasar Ciawi yang berada

Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan meningkatnya penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor adalah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor berdasrkan GDP

Pada umumnya pengendalian kondisi sa- nitasi lingkungan belum dilakukan dengan baik oleh para pengrajin tempe di Kabupaten Lam- pung Barat. Faktor yang memperburuk kondisi

MAKSUD DAN TUJUAN Menyediakan hunian eksklusif lansia dilengkapi dengan fasilitas yang mampu mewadahi segala kebutuhan lansia di Kabupaten Bogor dengan pendekatan Arsitektur Biofilik