• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Iklan Televisi dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall's Magnum Berdasarkan Karakteristik Gender (Studi Kasus Mahasiswa Program Strata-1 IPB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Iklan Televisi dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall's Magnum Berdasarkan Karakteristik Gender (Studi Kasus Mahasiswa Program Strata-1 IPB)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

E

(STUD

ES KRIM

DI KASU

D

FAKUL

IN

M WALL’

KARAK

US MAHA

IND

DEPART

LTAS EK

NSTITUT

’S MAGN

KTERIST

ASISWA P

Oleh

DRI ASTR

H24070

TEMEN M

KONOMI

T PERTA

BOGO

2011

NUM BER

TIK GEND

PROGRA

h

RIYANI

0079

MANAJE

DAN MA

ANIAN BO

OR

1

RDASAR

RKAN

DER

AM STRA

ATA-1 IPB)

MEN

(2)

yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum Berdasarkan Karakteristik Gender (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Strata-1 IPB)

Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan R. Dikky Indrawan.

Magnum bukanlah merek produk es krim baru bagi masyarakat di Indonesia. Kembali diluncurkannya iklan Magnum ini terkait dengan peremajaan produk dengan menciptakan image baru dari produk tersebut yang tujuannya untuk merubah sikap dan perilaku konsumen. Produsen Magnum perlu memperhatikan adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan pembelian es krim Magnum. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis efektivitas iklan televisi Magnum dalam mengkomunikasikan pesan iklannya berdasarkan gender pada mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor, (2) menganalisis faktor yang mempengaruhi pembelian nyata mahasiswa berdasarkan gender dalam pembelian es krim Wall’s Magnum oleh mahasiswa strata-1 Institut Pertanian Bogor.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil penyebaran kuesioner. Data sekunder berasal dari penelusuran pustaka dan publikasi eketronik (internet). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor yang pernah melihat iklan televisi es krim Magnum dan pernah mengkonsumsi es krim Magnum. Penarikan sampel ditentukan dengan teknik convienience sampling

dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, dengan kuota 58 orang perempuan dan 42 orang laki-laki. Analisis data yang digunakan adalah Consumer Decision Model (CDM) dan analisis Canonical Correlation dengan bantuan MINITAB 14, SPSS 16.00 for Windows, Ms. Excel, dan Statistica 8.

Iklan televisi es krim Wall’s Magnum Temptation Royal Treatment yang telah ditayangkan tersebut belum mampu mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen es krim Wall’s Magnum dengan efektif kepada konsumen. Pada mahasiswi, iklan televisi es krim Wall’s Magnum Temptation Royal Treatment hanya efektif sampai dengan niat beli mahasiswi, itu pun hanya melalui jalur bawah, yaitu pesan iklan es krim Wall’s Magnum Temptation Royal Treatment sudah mampu membangun pengenalan merek dan sikap konsumen hingga timbul niat beli. Namun, kepercayaan dan pengenalan merek produk Magnum oleh mahasiswi tersebut belum mampu mendorong mahasiswi untuk melakukan pembelian nyata. Hampir serupa dengan mahasiswa secara umum, pada mahasiswa pesan iklan es krim Wall’s Magnum Temptation Royal Treatment

hanya efektif sampai dengan membangun kepercayaan dan sikap mahasiswa, tetapi tidak sampai ke niat beli dan pembelian nyata.

(3)

ES KRIM WALL’S MAGNUM BERDASARKAN

KARAKTERISTIK GENDER

(STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STRATA-1 IPB)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

INDRI ASTRIYANI

H24070079

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Program Strata-1 IPB)

Nama : Indri Astriyani

NIM : H24070079

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc) (R. Dikky Indrawan, SP, MM) NIP 19500727 197412 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP 196101231986011002

(5)

Indri Astriyani dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1989 di Bogor merupakan

anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak A. Somantri dan Ibu Chusnul

Chotimah. Menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri Panaragan

II Bogor tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bogor, lulus pada tahun 2004

dan menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Mengengah Atas

Negeri 6 Bogor pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor), diterima di Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Pada masa perkuliahan, aktif

dalam berbagai kegiatan kepanitian dan bergabung dalam FEMouse teater FEM

IPB sejak tahun 2008 serta berpartisipasi dalam kepanitiaan beberapa acara

himpunan profesi maupun acara Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Manajemen (BEM FEM), antara lain: Staf Divisi Sponsorship Pujangga FEM

IPB 2008, Koordinator Konsumsi Masa Perkenalan Departemen Manajemen

FEM IPB tahun 2009, Staf Divisi Konsumsi Masa Perkenalan Fakultas Ekonomi

dan Manajemen tahun 2009, dan Staf Divisi Acara COMIC (COM@ Marketing

Competition) tahun 2009.

(6)

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat AllahSWT yang telah

memberikan rahmat dan karunianya-Nya kepada penulis dalam menyusun

penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta

para keluarga,sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan, kemudahan,dan

kelancaran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Analisis Efektivitas Iklan Televisi dan Faktor yang Memepengaruhi

Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum Berdasarkan Karakteristik

Gender (Studi Kasus Mahasiswa Strata-1 IPB)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyaknya

kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh

karena itu penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai

penyempurna skripsi ini.

Bogor, April 2011

(7)

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan R. Dikky Indrawan, SP, MM selaku

dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, saran, inspirasi, pengarahan dan semangat dalam

pengusunan skripsi ini.

2. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen penguji sidang yang bersedia

meluangkan waktunya menjadi dosen penguji sidang dan memberikan

bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,

FEM IPB.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB

yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi

yang harus diselesaikan penulis.

5. Mama dan papa yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan serta do’a

yang tiada henti bagi anak-anaknya.

6. Lylyk Priambodo, SE sebagai mantan kekasih suami serta teman dan sahabat

hidup yang luar biasa sabarnya atas kasih sayang serta cinta, do’a, dukungan

moral maupun materil, dan semangat saat suka maupun duka.

7. Kakak-kakakku, Teh Novi dan Aa Dion serta adikku Amanda atas bantuan

dan dukungan yang diberikan.

8. Keluarga besar Bapak Supijanto atas dukungan yang diberikan.

9. Keponakan-keponakanku, Oca, Kayla, Shanata, Ubid, dan Kana atas

keceriaan tawa riang yang diberikan.

10. Syifa, Elis, Rari, As’syifa, dan Ana atas dukungan serta semangat disaat suka

maupun duka, tangis maupun tawa.

11. Tanti, Tisya, Wilma, Ajeng, dan Nina, untuk persahabatan dan semangat

serta dukungan yang selalu diberikan.

12. Teman-teman seperjuangan Syifa, Irma, Rosi, Al Husna yang selalu bersama

dan saling memberi semangat dalam masa-masa sulit pengerjaan skripsi ini.

(8)

14. Keluarga besar Manajemen 44 terima kasih atas kebersamaan selama tiga

tahun ini, semoga silaturahmi kita akan tetap terjaga.

15. Seluruh responden dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu

yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Semoga Allah

SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

(9)

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI... ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Definisi Pemasaran ... 7

2.2. Strategi Pemasaran ... 7

2.3. Komunikasi Pemasaran ... 9

2.4. Bauran Komunikasi Pemasaran ... 9

2.5. Periklanan ... 10

2.5.1 Ciri-ciri Iklan ... 10

2.5.2 Tujuan Periklanan ... 11

2.5.3 Efektivitas Iklan ... 11

2.5.4 Iklan Televisi ... 12

2.6. Definisi Es Krim ... 13

2.7. Definisi Konsumen ... 14

2.7.1 Perilaku Konsumen ... 14

2.7.2 Keputusan Pembelian ... 18

2.7.3 Proses Keputusan Pembelian ... 19

2.8. Definisi Gender ... 19

2.9. Cusomer Decision Model ... 21

2.10. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Data dan Sumber Data ... 29

3.4. Penarikan Sampel dan Jumlah Sampel ... 29

3.5. Pengujian Kuesioner ... 31

3.6. Analisis Data ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Produk ... 40

4.2. Gambaran Umum Iklan Televisi Es Krim Magnum Versi Magnum Classic: Magnum Temtation Royal Treatment ... 41

(10)

4.4.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Antara ... 55

4.4.3 Hasil Analisis Consumer Decision Model (CDM) ... 57

4.5. Analisis Korelasi Kanonik ... 60

4.5.1 Matriks Korelasi ... 61

4.5.2 Korelasi Kanonik ... 66

4.5.3 Bobot Kanonik ... 67

4.5.4 Beban Kanonik ... 69

4.7. Implikasi Manajerial ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

1. Kesimpulan... ... 73

2. Saran... ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN... ... 77

(11)

No. Halaman

1. Total belanja iklan walls (2005 – 2007), pada semua media ... 2

2. Jumlah Mahasiswa Program Sarjana berdasarkan jenis kelamin tahun akademik 2010/2011 (keadaan 30 september 2010) ... 30

3. Tabulasi silang gender dengan pengeluaran perbulan mahasiswa ... 43

4. Tabulasi silang antara gender dengan rekan membeli Magnum ... 44

5. Hasil regresi linier CDM ... 50

6. Hasil analisis regresi menggunakan metode stepwise... 54

7. Hasil analisis regresi pengaruh variabel antara ... 56

8. Matriks korelasi peubah dependen (Y) dengan peubah independen (X) untuk mahasiswi ... 62

9. Matriks korelasi peubah dependen (Y) dengan peubah independen (X) untuk responden mahasiswa ... 62

10. Matriks korelasi peubah dependen (Y) pada mahasiswi ... 65

11. Matriks korelasi peubah dependen (Y) pada mahasiswa ... 66

12. Bobot dan beban kanonik ... 69

13. Implikasi manajerial mahasiswi ... 71

14. Implikasi manajerial mahasiswa ... 72

(12)

No. Halaman

1. Model perilaku konsumen dan faktor yang mempengaruhinya ... 16

2. Tahap – tahap proses pembelian ... 19

3. Consumer Decision Model ... 21

4. Kerangka Pemikiran ... 28

5. Tampilan potongan iklan es krim wall’s Magnum ... 42

6. Karakteristik responden berdasarkan gender ... 42

7. Grafik varian rasa yang disukai mahasiswa berdasarkan gender ... 44

8. Grafik pembelian magnum oleh mahasiswa dalam tiga bulan terakhir berdasarkan gender ... 45

9. Grafik tempat mahasiswa membeli magnum berdasarkan gender ... 45

10. Grafik alternatif pilihan mahasiswa apabila persediaan Magnum habis saat akan membeli dan pilihan es krim pengganti wall’s selain Magnum ... 46

11. Grafik lama mahasiswi dan mahasiswa menonton televisi dalam sehari ... 47

12. Grafik tayangan televisi yang disaksikan mahasiswa berdasarkan gender ... 47

13. Grafik stasiun TV yang sering ditonton mahasiswa berdasarkan gender ... 48

14. Grafik frekuensi mahasiswa melihat iklan magnum dalam sehari berdasarkan gender ... 48

15. Hasil consumer decision model es krim wall’s magnum pada mahasiswi ... 59

16. Hasil consumer decision model es krim wall’s magnum pada mahasiswa ... 59

(13)

xii   

No. Halaman

1. Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 77

2. Kuesioner Penelitian ... 82

3. Hasil pengolahan data regresi untuk Consumer Decision Model ... 86

(14)

1.1. Latar Belakang

Semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha memacu para

perusahaan untuk menggunkan media promosi yang beragam dalam

menarik perhatian konsumen. Salah satu media promosi yang sering

dimanfaatkan perusahaan adalah iklan televisi. Iklan televisi memiliki

kelebihan yaitu dapat mendemonstrasikan penggunaan produk;

menggabungkan gambar, suara, dan gerakan; merangsang indera; mampu

memberikan kegembiraan; dapat menggunakan humor; perhatian tinggi;

jangkauan tinggi; efektif dengan tenaga penjualan perusahaan dan

perdagangan; kemampuan mencapai dampak yang diinginkan.Namun, iklan

televisi pun memiliki kelemahan yaitu, memerlukan biaya absolute tinggi;

kekacauan tinggi; paparan bergerak kilat; erosi penonton televisi;

fraksionalisasi penonton; pemilihan audiens kurang; zipping dan zapping

(Kotler, 2005).

Persaingan usaha melalui iklan tampak pada berlomba-lombanya

suatu perusahaan menyajikan iklan yang menarik, unik dan beda dari yang

lain. Hal tersebut tidak lain untuk menarik konsumen agar iklan yang

ditampilkan membuat konsumen mengingat produk yang dipromosikan.

Banyaknya iklan televisi yang ditayangkan dapat tampak dari meningkatnya

belanja iklan televisi pada semester pertama tahun 2010 ini. Menurut survey

A.C.Nielsen tentang belanja iklan didapat bahwa belanja Iklan naik 29% di

semester pertama 2010 dibandingkan dengan 2009, televisi melompat

tertinggi dengan 35% mencapai lebih dari Rp. 17 triliun, koran memiliki

pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama dengan

21% dengan hampir Rp. 10 triliun, sedangkan Majalah & Tabloid

meningkat 3% dengan total Rp. 973 Milyar. Meningkatnya iklan televisi

didorong oleh pengeluaran untuk dua lembaga penyiaran piala dunia pada

bulan Juni.1

      

1  

(15)

Perkembangan industri es krim di Indonesia semakin meningkat,

didukung dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan tuntutan gaya

hidup. Dalam lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan pasar es krim di

Indonesia meningkat sedikitnya 20 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2007

total pasar es krim sudah mendekati angka 100 juta liter dengan nilai absolut

diatas Rp. 2 triliun. Adapun perusahaan es krim nasional dapat dihitung

dengan jari, yaitu PT Campina Ice Cream Industri yang mengusung merek

Campina; PT Unilever Indonesia denga merek Wall’s; PT Indomeiji Dairy

Food yang mengusung merek Indo es krim Meji; dan PT Sukanda Jaya

dengan merek Diamond. Kendati pemainnya sedikit, persaingan es krim

tergolong cukup sengit, terutama bagi dua pemain terbesar, yaitu Walls dan

Campina yang menguasai hampir 80% pasar.2 Wall’s sebagai perusahaan es krim dengan pangsa pasar besar di Indonesia juga menggunakan iklan

televisi untuk mempromosikan produknya, salah satunya Magnum. Total

belanja iklan walls pada semua media dalam tiga tahun dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Total Belanja iklan Walls (2005-2007), pada semua media Tahun Total Belanja (dalam

Milyar rupiah)

2005 106

2006 120

2007 172

Sumber: Nielsen Media Research, 2008

Magnum bukanlah merek produk es krim baru bagi masyarakat.

Setelah sekian lama tidak mengeluarkan iklan televisi di Indonesia bahkan

sempat mengalami masa vaccum pada tahun 2010 inilah Wall’s mengeluarkan iklan terbaru Magnum. Kembali diluncurkannya iklan

Magnum ini terkait dengan peremajaan produk dengan menciptakan image

baru dari produk tersebut yang tujuannya untuk merubah sikap dan perilaku

konsumen. Peremajaan produk tersebut dilakukan guna memperkenalkan

kembali bagi konsumen yang belum mengetahui Magnum dan

      

2 

(16)

mengingatkan kembali bagi konsumen yang sebelumnya telah mengenal

Magnum. Hal ini dilakukan karena pada Product Life Cycle (PLC) produk Magnum tengah menghadapi masa penurunan. Untuk mengatasi masa

penurunan tersebut, Wall’s melakukan suatu inovasi pada Magnum, salah

satunya dengan melakukan komunikasi pemasaran dengan menayangkan

iklan di televisi. Iklan televisi tersebut sudah jelas maksud dan tujuannya

untuk peningkatkan penjualan es krim Magnum. Meila Handayani Putri,

Senior Brand Manager Wall’s Magnum mengatakan, ”Lahir dengan

platform baru yang memberikan pengalaman berkelas, yaitu pleasure indulgence atau kenikmatan cita rasa tinggi yang dapat terasa pada gigitan pertama lapisan coklat Belgia lalu menyatu dengan es krim vanilla yang

lembut membuat varian baru Wall’s Magnum ini terasa sangat berbeda”.

Iklan terbaru Magnum ini mengusung Magnum baru yang menggunakan

Belgian Chocolate yang terdiri dari tiga rasa yaitu, Classic Magnum,

Chocolate Truffle Magnum dan Almond Magnum.

Konsep iklan yang menggunakan seorang wanita sebagai model

dengan menonjolkan image Magnum yang mewah dan klasik. Pada iklan tersebut, si model memerankan seorang wanita karir yang ditengah

kepenatan hidupnya ia memakan Magnum dan setelah itu ia menemukan

bahwa dirinya seperti seorang putri yang memiliki pengawal dan

dielu-elukan oleh masyarakat. Iklan tersebut menggambarkan konsumen yang

selalu bergelut dengan waktu dan kesibukan kehidupan moderen, momen

untuk merasakan pleasure indulgence seperti ini sulit untuk direalisasikan. Kebutuhan memanjakan diri seperti liburan keluar kota, santai di spa, dan

sebagainya merupakan kebutuhan pelengkap dan menjadi bagian dari hak

pribadi setiap orang. Melihat kebutuhan tersebut, Wall’s Magnum berperan

untuk membantu para konsumen melepaskan diri dari kehidupan moderen

yang sangat sibuk untuk bisa merasakan kenikmatan luar biasa, intens, dan

sensorial seperti dimanjakan layaknya seorang putri. 3

      

3 

http:// www.unilever.co.id/id/aboutus/newsandmedia/siaranpers/2010/Magnum_baru.aspx 

(17)

Diluncurkannya es krim magnum ini telah merebut perhatian

khalayak, patut diacungi jempol baik itu tayangan iklannya yang kreatif

(membuat orang penasaran) maupun gathering artis-artis cantik sebagai

brand bolder. Hampir semua kalangan masyarakat ingin mencicipi es krim ekslusif ini, walaupun uang yang harus dikeluarkan juga cukup ekslusif

untuk sebuah es krim “mini”, yaitu Rp 10.000,-. Hal tersebut menyebabkan

stok es krim magnum pun habis dimana-mana, kalaupun ada pasti habis

dalam beberapa saat. Susahnya mendapatkan es krim magnum semakin

“memperbesar” keinginan masyarakat untuk mendapatkannya. Ada yang

mengatakan bahwa hilangnya es krim magnum di pasaran pun adalah

sebuah propaganda Unilever untuk semakin menarik perhatian masyarakat.4 Gender adalah faktor penentu yang dominan mengenai bagaimana

seseorang memandang dunia dan segalanya. Perempuan dan pria secara

tidak sadar menggunakan peran gender untuk menyaring informasi dalam

membuat keputusan apa yang diyakini terhadap pemilihan produk, pesan

merek atau lingkungan penjualan. Perempuan dan pria menekankan nilai

yang berbeda berdasarkan pengalaman masing-masing. Meskipun

perempuan dan pria tinggal dalam lingkungan yang sama, perempuan

tinggal dalam budaya yang sama karena memiliki standar perilaku, bahasa,

prioritas dan sistem nilai yang kadang sulit dimengerti oleh kaum pria

(Brennan, 2009).

Es krim disukai oleh semua kalangan, baik tua maupun muda,

laki-laki atau perempuan. Dengan melihat iklan televisi Magnum yang lebih

memperlihatkan segmentasinya adalah perempuan, bukan berarti laki-laki

tidak menjadi segmentasinya. Semakin bersaingnya jumlah popusasi antara

perempuan dan laki-laki perlu diperhatikan oleh para perusahaan. Seperti

pada penggunaan model, konsep iklan, dan alur cerita iklan yang akan

disajikan. Mahasiswa merupakan suatu komunitas masyarakat yang aktif

dan memenuhi kriteria segmentasi Magnum, yaitu konsumen yang selalu

bergelut dengan waktu dan kesibukan sehingga sulit merasakan pleasure

      

4 

(18)

indulgence. Berdasarkan latar belakang tersebut untuk itu menarik untuk dikaji seberapa besar efektivitas penayangan iklan Magnum dalam

keputusan pembelian berdasarkan gender pada mahasiswa. Mengingat

mahasiswa merupakan sosok manusia yang cenderung berpikir kritis dan

memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, serta berbedanya pola pikir

antara perempuan dan laki-laki.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah iklan Magnum mampu mengkomunikasikan pesannya dengan

efektif berdasarkan gender kepada mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian

Bogor ?

2. Faktor apa yang mempengaruhi pembelian nyata mahasiswa berdasarkan

gender dalam pembelian es krim Wall’s Magnum oleh mahasiswa

strata-1 Institut Pertanian Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Menganalisis efektivitas iklan televisi Magnum dalam

mengkomunikasikan pesan iklannya berdasarkan gender kepada

mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor.

2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi pembelian nyata mahasiswa

berdasarkan gender dalam pembelian es krim Wall’s Magnum oleh

mahasiswa strata-1 Institut Pertanian Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaan bagi:

1. Kalangan akademis, sebagai data dasar bagi para peneliti dalam

bidangnya.

2. Masyarakat yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan mengenai

(19)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada menganalisis

efektivitas iklan televisi Magnum, pengaruh gender dalam keputusan

pembelian dan faktor yang mempengaruhi pembelian nyata berdasarkan

gender oleh mahasiswa Strata-1 Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini

terbatas pada mahasiswa Strata-1 Institut Pertania Bogor yang merupakan

penonton iklan Magnum, karena keterbatasan waktu serta kemudahan dalam

pengambilan sampel. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu Institut

(20)

2.1. Definisi Pemasaran

Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah proses sosial yang dengan

proses itu individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan

mereka dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukar

produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tugas pemasar adalah

menyusun program pemasaran yang terdiri dari sejumlah keputusan tentang

bauran alat-alat pemasaran, atau yang biasa disebut sebagai bauran

pemasaran (marketing mix), yang diklasifikasikan sebagai 4P, yaitu product

(produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi).

2.2. Strategi Pemasaran

Seluruh strategi pemasaran dibangun di atas STP (segmentation,

targeting, dan positioning). Perusahaan melakukan strategi tersebut agar

mengetahui kebutuhan sekelompok konsumen dalam pasar, membidik

kebutuhan dalam kelompok tersebut yang dapat dipuaskan dengan cara

terbaik dan memposisikan tawarannya tersebut sehingga memiliki citra yang

baik dalam benak konsumen.

1. Segmentation (Segmentasi)

Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki

seperangkat keinginan yang sama. Tugas pemasar adalah

mengidentifikasi segmen dan memutuskan segmen yang akan dibidik.

Variabel segmentasi pasar konsumen yang utama ditentukan

berdasarkan cirinya, yaitu: segmentasi geografis, segmentasi

demografis, segmentasi psikografis, dan segmentasi perilaku (Kotler,

2005).

a. Segmentasi geografis

Segmentasi ini mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit

geografis yang berbeda, seperti: Negara, Negara bagian, wilayah,

(21)

b. Segmentasi demografis

Dalam segmentasi demografis dibagi menjadi kelompok-kelompok

berdasarkan variabel-variabel seperti usia, ukuran keluarga, siklus

hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan,

agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial.

c. Segmentasi psikografis

Dalam segmentasi psikografis, para pembeli dibagi menjadi

kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian

atau nilai.

d. Segmentasi perilaku

Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi

kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau

tanggapan mereka terhadap produk tertentu. Variabel perilaku ini

merupakan titik awal terbaik dalam membentuk segmen pasar.

2. Targeting (Pembidikan)

Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen

pasarnya, maka selanjutnya perusahaan harus mengevaluasi beragam

segmen dan memutuskan berapa banyak segmen dan segmen mana

yang akan dibidik. Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda,

perusahaan harus memperhatikan faktor daya tarik segmen secara

keseluruhan serta faktor tujuan dan sumber daya perusahaan. Beberapa

segmen yang menarik mungkin dilepas karena tidak adanya saling

keterkaitan antara masing-masing segmen dengan tujuan jangka

panjang perusahaan. Atau segmen tersebut harus dilepas jika

perusahaan kekurangan satu atau lebih kompetensi yang dibutuhkan

untuk menawarkan nilai-nilai yang unggul.

3. Positioning (Penetapan posisi)

Penetapan posisi menurut Kotler (2005) adalah tindakan

merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi

yang khas dalam benak pelanggan sasarannya di antara perusahaan

(22)

menciptakan proposisi nilai yang berfokus pada pelanggan, yaitu alasan

yang meyakinkan alasan pasar sasaran untuk harus membeli produk

tersebut.

2.3. Komunikasi Pemasaran

Dibalik boomingnya suatu produk yang dikenal masyarakat, di sana terdapat peran bagian komunikasi pemasaran di suatu perusahaan.

Komunikasi pemasaran adalah konsep yang merupakan bagian dari

komunikasi dan pemasaran. Al Big dalam Kennedy dan Soemanagara (2006) mendefinisikan komunikasi sebagai “the process of transmiting meaningfull symbols between individuals.” Definisi itu mengimplikasikan bahwa komunikasi adalah suatu proses social yang sedikitnya terjadi antara dua

orang, di mana salah seorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu pada

orang lain. Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi akan

menghasilkan kajian “baru” yang disebut komunikasi pemasaran.

Komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan pada konsumen dengan menggunkan berbagai media,

dengan harapan agar komunikasi dapat menghasilkan tiga tahap perubahan,

yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan

yang dikehendaki. Adapun jenis media yang dapat digunakan adalah folder,

poster, banner, flyer, televisi, radio, majalah, surat kabar, dan media-media

lainnya (Kennedy dan Soemanagara, 2006).

2.4. Bauran Komunikasi Pemasaran

Bauran Komunikasi pemasaran dikaitkan dengan penyampaian pesan

tentang barang, jasa layanan, pengalaman, kegiatan, orang, tempat,

kepemilikan, organisasi, informasi, dan gagasan. Bauran komunikasi

pemasaran merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam

pemasaran, yaitu (Kennedy dan Soemanagara, 2006):

1. Iklan (advertising), sifat iklan yang terpenting adalah sebagai alat

penawaran terhadap suatu produk, penggambaran sebuah perusahaan

(23)

daya sebar. Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka

panjang atau memicu penjualan.

2. Promosi penjualan (sales promotion), yaitu didefinisikan sebagai arahan

langsung di mana terjadinya peralihan nilai terhadap produk pada

kekuatan penjualan, distribusikan dengan tujuan utama terjadinya

penjualan secara langsung.

3. Hubungan masyarakat (public relations), yaitu berbagai macam

program untuk memelihara, menciptakan, dan mengembangkan citra

perusahaan atau merek sebuah produk.

4. Personal selling, yaitu improvisasi dari penjualan dengan menggunakan komunikasi person to person.

5. dan direct selling, yaitu penggunaan surat langsung, telemarketing, e-marketing (pemasaran lewat internet) dan sebagainya. Penjualan langsung biasanya ditujukan kepada orang tertentu, sehingga

dipersiapkan dengan cepat dan semenarik mungkin agar menjadi sangat

menarik bagi orang yang dituju.

2.5. Periklanan

Iklan adalah segala bentuk presentasi non pribadi dan promosi

gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler,

2005). Menurut Kasali (1992), periklanan adalah suatu bentuk komunikasi

massa untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan

sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi

pengiklan.

2.5.1 Ciri-ciri Iklan

Menurut Kotler (2005), iklan mempunyai cirri-ciri sebagai

berikut.

1. Penyajian publik (public presentation)

Iklan merupakan bentuk komunikasi yang paling dikenal oleh

masyarakat, sehingga produk yang diiklankan tersebut

memberikan penawaran yang standar karena setiap orang

menerima pesan yang sama.

(24)

Iklan merupakan suatu media yang mempunyai daya serap tinggi,

karena memungkinkan penjual untuk mengulang-ulang pesan

mereka. Pesan memungkinkan pembeli untuk

membanding-bandingkan dengan tawaran dari penjual lainnya.

3. Menunjukkan ekspresi (amplified expressiveness)

Iklan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk

mengungkapkan produknya melalui lukisan yang indah, bunyi,

maupun warna. Kadang alat ini berhasil dalam pengoperasiannya

tetapi meleset dari pesan.

4. Tidak melakukan hubungan langsung (impersonality)

Iklan tidak melakukan hubungan langsung dengan konsumen,

oleh karena itu konsumen tidak merasa berkewajiban untuk

memberikan perhatian dan tanggapannya kepada iklan tersebut.

Selain itu, iklan juga dapat digunakan untuk membangun citra

suatu produk dan akan memacu penjualan produk dengan cepat.

2.5.2 Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan mengacu pada keputusan perusahaan

tentang penetapan sasaran pasar, penetuan posisi pasar, dan bauran

pemasaran. Menurut Kotler (2005), tujuan periklanan yang berkaitan

dengan sasarannya dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Iklan untuk memberi informasi (informative) kepada khalayak

tentang seluk beluk suatu produk.

2. Iklan untuk membujuk (persuasive), dilakukan dalam tahap

kompetitif. Tujuannya adalah membentuk permintaan selektif

merek tertentu.

3. Iklan untuk mengingatkan (reminding), yaitu untuk menyegarkan

informasi yang pernah diterima masyarakat.

2.5.3 Efektivitas Iklan

Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan tujuan yang

memadai atau biasa diartikan melakukan hal yang tepat. Sedangkan

efisien berarti kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber

(25)

tepat (Stoner, et al., 1996). Agar menghasilkan iklan yang efektif,

program periklanan harus disusun dengan memperhatikan lima M

menurut Kotler (2005), yaitu:

1. Misi (mission), apakah tujuan periklanan?

2. Uang (money), berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk

belanja iklan?

3. Pesan (message), pesan apa yang harus disampaikan?

4. Media (media), media apa yang paling efektif dan efisien?

5. Pengukuran (measurement), bagaimana mengevaluasi efektivitas

iklan?

Shimp (2003), menyatakan bahwa iklan disebut efektif apabila

iklan tersebut mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh

pengiklan. Menurut Schultz dan Tannenbum dalam Shimp (2003),

iklan yang efektif adalah iklan yang diciptakan untuk pelanggan

yang spesifik, memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan,

menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh

konsumen dan memahami bahwa orang-orang tidak membeli produk

melainkan mereka membeli keuntungan dari produk tersebut.

2.5.4 Iklan Televisi

Televisi merupakan media audiovisual yang canggih dan telah

ada di mana-mana. Iklan televisi mempunyai banyak bentuk. Kasali

(1992) telah menggolongkan bentuk-bentuk iklan di televisi ke

dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Pensponsoran, dimana pihak sponsor bersedia membiayai seluruh

biaya produksi dan fee untuk televisi.

2. Partisipasi, yaitu iklan disisipkan diantara satu atau beberapa

acara (spot). Pengiklan dapat membeli waktu yang tersedia

(fleksibel), sehingga produsen dapat dengan bebas memilih

jangkauan pasar khalayak sasaran, jadwal dan anggaran. Namun

kekurangannya pihak pengiklan tidak dapat mengontrol isi dan

(26)

tersedia untuk dipilih biasanya sudah dibeli oleh para perusahaan

besar.

3. Spot announcement, yaitu penempatan iklan pada saat pergantian acara.

4. Public Service Announcement, atau iklan layanan masyarakat. Iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tertentu untuk

menggalang solidaritas masyarakat atau suatu masalah sosial.

Biaya periklanan, karakteristik khalayak, dan kesesuaian

program dalam dunia pertelevisian sangat bervariasi pada jam-jam

tertentu dan pada hari-hari tertentu. Shimp (2003) menyebut

pembagian waktu tersebut sebagai segmen program televisi, yang

terdiri atas:

1. Waktu Utama (Prime Time)

Periode antara pukul 20.00 dan 23.00 atau antara pukul 19.00 dan

22.00 (dibeberapa negara) dikenal sebagai prime time. Program yang terbaik dan termahal ditayangkan selama periode ini.

Penonton paling banyak ada selama prime time, dan

jaringan-jaringan televisi biasanya akan mengenakan harga tertinggi untuk

periklanan di prime time. 2. Siang Hari (Day Time)

Periode yang dimulai dengan tayangan berita di pagi hari dan

berlangsung sampai dengan pukul 16.30, biasanya dikenal

sebagai day time.

3. Waktu Tambahan (Fringe Time)

Masa sebelum dan sesudah waktu utama disebut fringe time. Awal fringe time dimulai pada sore hari dan khususnya ditujukan pada anak-anak.

2.6. Definisi Es Krim

(27)

ini didinginkan dengan mengaduk sambil mengurangi suhunya untuk

mencegah pembentukan kristal es besar. Tradisionalnya, suhu dikurangi

dengan menaruh campuran es krim ke sebuah wadah dimasukkan ke dalam

campuran es pecah dan garam. Garam membuat air cair dapat berada di

bawah titik beku air murni, membuat wadah tersebut mendapat sentuhan

merata dengan air dan es tersebut.

2.7. Definisi Konsumen

Menurut Sumarwan (2002) istilah konsumen sering diartikan sebagai

dua jenis konsumen yaitu; konsumen individu dan konsumen organisasi.

Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri,

anggota keluarga lain, hadiah. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli

kemudian digunakan langsung oleh individu dan sering disebut sebagai

“pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Jenis kedua adalah konsumen

organisasi, yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor

pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit).

Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa

lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.

2.7.1 Perilaku Konsumen

Engel, et al. (1994) mendefinisikan perilaku konsumen

sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Menurut Engel, et al, (1994) pengaruh-pengaruh tersebut berasal

dari latar belakang individu, lingkungan, dan pengaruh psikologis

yang secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

1. Pengaruh Lingkungan

Perilaku proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh

faktor lingkungan sekitar konsumen. Menurut Engel, et. al,

(1994) proses tersebut dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial,

pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. Budaya mengacu pada

(28)

yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan

penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kelas

sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari

individu-individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang

sama. Mereka dibedakan oleh perbedaan status sosioekonomi

yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi. Pengaruh

pribadi dapat berasal dari kelompok acuan, yaitu orang atau

kelompok yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu

maupun komunikasi lisan atau pengaruh lisan dari orang-orang

terdekat seperti teman atau anggota keluarga. Kelompok acuan

memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi

perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau

berperilaku.

Keluarga sering merupakan unit pengambilan keputussn

utama dengan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan

bervariasi. Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri

dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah,

perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Pengaruh situasi

dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor

yang khusus untuk waktu dan temapat yang spesifik lepas dari

karakteristik konsumen dan karakteristik objek.

2. Perbedaan Individu

Setiap individu akan berbeda dalam cara melakukan

pembelian, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan individu.

Engel, et. al, (1994) mengindefikasikan lima cara penting di mana konsumen akan berbeda, yaitu sumber daya konsumen,

motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan terakhir

adalah kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Setiap orang

membawa tiga sumberdaya dalam setiap situasi pengambilan

keputusan, yaitu waktu, uang dan perhatian (penerimaan

informasi dan kemampuan pengolahan). Pembelian sangat

(29)

variabel utama dalam motivasi.

Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari

antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya, yang memadai

untuk mengaktifkan perilaku. Perilaku yang termotivasi

diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan, sedangkan faktor yang

penting dalam mengerti motivasi adalah keterlibatan. Bila

keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan

mengolah informasi dan kemungkinan terjadi pemecahan masalah

yang diperluas.

Gambar 1. Model Perilaku Konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Engel, 1994)

Pengetahuan, hasil belajar didefinisikan secara sederhana

sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan

mengenai konsumen penting bagi pihak pemasar dalam

menentukan perilaku konsumen. Selain itu, pengetahuan

konsumen juga penting bagi para pembuat kebijakan masyarakat

untuk melindungi konsumen. Sikap adalah suatu evaluasi

menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara Pengaruh

Lingkungan

Budaya Kelas Sosial

Pengaruh Pribadi Keluarga

Situasi

Perbedaan Individu

Sumber Daya Konsumen Motivasi dan

Keterlibatan Pengetahuan

Ga n Demografi

Sikap Kepribadian

ya Hidup, da

Proses Psikologi

Pengolahan Informasi Pembelajaran

Perubahan Sikap/Perilaku

Proses Keputusan

Pengenalan masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif dan Seleksi

Pembelian

(30)

menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten

berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap

dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif

terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian

merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluatif yang

penting.

Kepribadian, gaya hidup dan demografi berguna dalam

mendefinisikan berbagai karakteristik baik objektif maupun

subjektif dari konsumen di dalam pangsa pasar target.

Kepribadian (personality) merupakan respon yang konsisten

terhadap stimulus lingkungan. Gaya hidup (lifestyle)

merupakan pola yang digunakan orang untuk hidup dan

menghabiskan waktu serta uang. Demografi mendeskripsikan

pangsa konsumen, berbagai hal mengenai karakteristik penduduk

seperti usia, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin,

serta karakteristik penduduk lainnya. Selain itu, demografi

selalu menekankan pada perilaku dan pengeluaran yang

dilakukan oleh konsumen.

3. Proses Psikologis

Engel et, al, (1994) mengemukakan tiga proses psikologis sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku

konsumen, yaitu pengolahan informasi, pembelajaran dan

perubahan sikap dan perilaku. Pemrosesan informasi didefinisikan

sebagai proses dimana rangsangan pemasaran diterima,

ditafsirkan, disimpan dalam ingatan kemudian diambil kembali

oleh konsumen untuk menilai alternatif-alternatif produk.

Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman

menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan atau

perilaku. Pembelajaran menggambarkan perubahan perilaku

individu yang muncul karena pengalaman. Semua proses

pembelajaran yang dialami oleh konsumen akan mempengaruhi

(31)

yang dikonsumsi.

Proses pembelajaran yang telah dilalui oleh seseorang akan

membuatnya mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan

merupakan pemikiran deskriptif seseorang mengenai sesuatu.

Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan

seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. Dengan

pembelajaran konsumen akan memperoleh pengalaman mengenai

tindakan yang telah dilakukan dan selanjutnya cenderung akan

melakukan perubahan sikap/perilaku sesuai dengan pengalaman

yang telah diperoleh.

2.7.2 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup,

pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan

konsep diri pembeli seperti penjelasan berikut menurut Kotler

(2005), yaitu:

1. Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa

yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dibentuk oleh

siklus hidup keluarga, bersama dengan situasi keuangan dan

minat produk yang berbeda-beda untuk masing-masing

kelompok.

2. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Semakin tinggi jabatan,

semakin mahal pula produk-produk yang akan dibeli sesuai

dengan keadaan ekonomi mereka masing-masing.

3. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menngambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi

dengan lingkungannya.

4. Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian adalah karakteristik

psikologi seseorang yang berbeda dengan orang lain yang

(32)

lama terhadap lingkungannya juga berhubungan dengan konsep

diri yaitu bagaimana ia memandang dirinya.

2.7.3 Proses Keputusan Pembelian

Proses keputusan pembelian menurut Kotler (2005) meliputi

beberapa tahap, yaitu: 1) Pengenalan masalah, 2) Pencarian

informasi, 3) Evaluasi alternative, 4) Keputusan pembelian dan 5)

Perilaku pasca pembelian yang dapat dikemukakan pada Gambar 2,

berikut ini:

Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pembelian (Kotler, 2005)

Pengenalan masalah

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku pascapembelian

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah

masalah atau kebutuhan yang diperlukan. Untuk mencapai

kebutuhan yang diinginkan konsumen harus mencari informasi yang

kuat mengenai produk yang sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu,

konsumen mendapatkan beberapa alternatif tentang beberapa produk

unggulan yang sesuai kebutuhannya yang kemudian dievaluasi

kembali untuk mendapatkan yang paling baik, selanjutnya

memutuskan untuk membeli produk dari hasil evaluasi tersebut.

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan

atau ketidak puasan tertentu terhadap produk.

2.8. Definisi Gender

Menurut Kasali (1998), identitas gender merupakan komponen

penting dalam pemasaran. Masyarakat memiliki kecendrungan untuk

menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan budayanya mengenai

peranan-peranan gendernya. Di suatu masyarakat terdapat nilai-nilai yang

membatasi ruang gerak wanita, sedangkan di masyarakat lainnya sama

sekali tidak. Meski begitu, pendidikan dan pembangunan ekonomi secara

perlahan-lahan merubah mitos ini. Terdapat beberapa mitos (stereotyping)

[image:32.595.178.509.259.302.2]
(33)

1. Wanita adalah pembelanja

Yang benar: Wanita terbiasa dengan small-ticket items, tetapi sekarang, wanita mulai memiliki posisi tawar-menawar yang lebih

kuat dalam rumah tangga.

2. Pria adalah pengambil keputusan untuk big-ticket items (seperti mobil, barang-barang durabel, travel dan sebagainya).

Yang benar: Kalau wanita lebih berpendidikan dan posisi

tawar- menawarnya lebih kuat, big-ticket items diputuskan bersama-sama.

3. Anak-anak adalah tanggung jawab ibu

Yang benar: Tren new man melahirkan pasangan baru yang merawat anak bersama-sama.

4. Dunia kerja adalah dunia laki-laki

Yang benar: Wanita diperkotaan cenderung bekerja

5. Wanita adalah emosional, sedangkan pria adalah rasional

Yang benar: Pria pun bisa emosional bila berhadapan dengan small-ticket items.

Dalam berbelanja sering disebutkan bahwa pria cenderung

lebih rasional daripada wanita. Pria lebih sering menggunakan akalnya

sebelum memutuskan membeli sesuatu, sedangkan wanita lebih

mengandalkan naluri dan emosinya. Mitos ini disebabkan oleh kebiasaan

kebiasaan barang yang dibeli, atau gender-typed products. Seperti dijelaskan dalam mitos sebelumnya, wanita lebih terbiasa

berbelanja kebutuhan-kebutuhan sehari- hari, yang cenderung melibatkan

sentuhan sentuhan emosional. Iklan-iklan produk low-imvolvement ini cenderung emosional. Sedangkan big-ticket items yang disebut sebagai dunia pria merupakan produk-produk high-imvolvement. Produk-produk

high imvolvement cenderung melibatkan resiko yang lebih besar karena harganya mahal, ada masalah-masalah teknis yang harus dipelajari

(34)

2.9. Consumer Decision Model (CDM)

Consumer Decision Model (CDM) merupakan salah satu model yang

dapat menganalisis efektivitas sebuah iklan terhadap pembelian. Menurut

John Howard A (1994) dalam Durianto,dkk (2003) Consumer Decision

Model (CDM) adalah suatu model dengan enam variable yang saling

berhubungan yaitu: Pesan Iklan (F, finding information), Pengenalan Merek

(B, brand recognition), Kepercayaan Konsumen (C, confidence), Sikap

Konsumen (A, attitude), Niat Beli (I, intention) dan Pembelian Nyata.

Consumer Decision Model (CDM) merupakan proses pembedaan dan

pengelompokkan bentuk-bentuk pikiran konsumen, sebagaimana terlihat

pada Gambar 3.

I P

F

C

B

[image:34.595.144.507.313.408.2]

A

Gambar 3. Consumer Decision Model (Zuraida L, 2001)

Alur model tersebut berawal dari penerimaan informasi atau pesan

iklan (F) oleh konsumen. Informasi yang diterima dapat menyebabkan tiga

kemungkinan pengaruh yang dimulai dari pengenalan merek oleh konsumen

(B), tingkat kepercayaan (C), atau dari informasi itu yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen menunjukkan kesesuaian yang akan

membentuk sikap (A). Kemudian dari pengenalan merek (B) selanjutnya

dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap

(A), dan menambah tingkat kepercayaan (C). Pengenalan merek mempunyai

sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen

terhadap merek yang ditawarkan yang pada akhirnya kesemuanya mampu

menimbulkan niat beli (I) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu

(35)

1. Pesan Iklan (Information)

Pesan iklan yang ideal menurut Kotler (1998) dalam Durianto,dkk

(2003), harus mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan

ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan

menggerakkan tindakan (action). Pesan dalam iklan seharusnya dapat

menyatakan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu produk,

menginformasikan sesuatu yang dibutuhkan dan penting dalam suatu

produk, menginformasikan sesuatu yang eksklusif yang tidak ada pada

produk lain sejenis, dapat dipercaya, dan dapat dibuktikan.

Menurut Howard (1994) dalam Durianto (2003), pesan iklan dalam

Consumer Decision Model (CDM) merupakan variabel penentu dari

keenam variabel. Consumer Decision Model (CDM) menunjukkan

bahwa pesan iklan dapat menyebabkan calon pembeli mengenal suatu

merek, mengevaluasi merek-merek yang dibutuhkan calon pembeli,

menentukan sikap dan mengukur seberapa besar kepuasan konsumen

terhadap suatu merek serta atribut-atribut lainnya dari suatu produk.

2. Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh

mana pembeli mengetahui ciri-ciri suatu merek. Pengenalan ini

memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan

keyakinan konsumen pada suatu merek. Dalam hal ini, pengenalan

merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna,

ukuran, dan bentuk, sehingga kemasan dan desain produk sangat

penting.

3. Sikap Konsumen (Attitude)

Sikap konsumen adalah faktor penting yang mempengaruhi

keputusan konsumen. Sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan

tidak sukai. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan respon evaluatif.

Respon hanya akan dapat timbul jika individu dihadapkan pada suatu

rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individu.

Respon evaluatif merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan

(36)

individu yang memberi kesimpulan terhadap rangsangan dalam bentuk

nilai baik dan buruk, menyenangkan dan tidak menyenangkan, positif

dan negatif, yang kemudian akan menjadi potensi dan reaksi terhadap

suatu objek.

Sumarwan (2003) menyatakan bahwa sikap konsumen adalah

faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Sikap

konsumen terhadap suatu produk, baik itu positif, negatif, maupun netral

akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk

tersebut. Apabila konsumen memiliki sikap yang positif terhadap suatu

merek, maka kemungkinan ia untuk mempunyai niat beli semakin besar.

Namun, apabila sikap konsumen terhadap suatu merek adalah negatif,

maka akan terdapat kemungkinan konsumen tidak akan memilih merek

tersebut untuk ia beli. Konsumen yang memiliki sikap netral merupakan

sasaran bagi para produsen untuk mempengaruhi konsumen tersebut agar

berubah sikap.

4. Kepercayaan Konsumen (Confidence)

Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2003), kepercayaan

konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek,

atributnya, dan manfaatnya. Kepercayaan konsumen menyangkut

kepercayaan bahwa suatu produk memiliki atribut dan manfaat dari

berbagai atribut tersebut. Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan

bahwa kepercayaan yang dialami oleh konsumen tergantung dari

pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh konsumen mengenai

produk tersebut. Pengetahuan atau informasi tersebut dapat konsumen

temui melalui pesan iklan yang disampaikan oleh produsen melalui iklan

televisi yang ditayangkan secara berulang-ulang.

5. Niat Beli (Intention)

Niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak

unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan

pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian

(37)

sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen

terhadap suatu produk maupun untuk memprediksi perilaku konsumen

di masa mendatang.

6. Pembelian Nyata (Purchase)

Pembelian nyata merupakan saat konsumen membayar atau

membuat surat hutang dalam jumlah tertentu untuk membeli suatu

produk pada waktu tertentu. Pembelian nyata muncul karena konsumen

sudah mempunyai niat untuk membeli suatu produk. Pembelian nyata

merupakan sasaran akhir Consumer Decision Model (CDM), baik untuk konsumen yang baru pertama kali membeli ataupun untuk konsumen

yang melakukan pembelian ulang.

Berdasarkan pendekatan CDM, pengukuran efektivitas iklan

digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel F (pesan iklan), B

(pengenalan merek), C (keyakinan konsumen), dan A (sikap konsumen)

terhadap I (niat beli) suatu merek atau produk dan juga untuk mencari

informasi, apakah terdapat variabel antara dan variabel bukan antara dari

B (pengenalan merek), C (keyakinan konsumen) dan A (sikap

konsumen) yang dapat mempengaruhi F (pesan iklan) terhadap I (niat

beli).

2.10. Penelitian Terdahulu

Damayanti (2007) mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesadaran

Gender dengan Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra Perempuan dalam Iklan

Televisi oleh Mahasiswa Asrama Tingkat Persiapan Bersama IPB

menyatakan bahwa tingkat kesadaran gender berhubungan nyata dengan

persepsi terhadap citra perempuan dalam iklan televisi, dimana semakin

tinggi tingkat kesadaran dender yang dimiliki oleh responden, maka

semakin negatif persepsinya tentang citra perempuan dalam iklan televisi.

Kusuma (2010) melakukan analisis efektivitas iklan berseri (Pond’s

Flawess White) dalam mempengaruhi keputusan pembelian studi kasus

mahasiswi program strata-1 FEM IPB. Hasil analisis Pond’s Flawess White

(38)

bahwa Pond’s memiliki citra di benak konsumen. Pada brand recognition, seluruh konsumen mengetahui tayangan iklan Pond’s Flawess White dan

mengetahui produk Pond’s tersebut. Pengukuran efektivitas iklan dengan

EPIC, dilakukan untuk mendapatkan nilai tingkat dimensi empathy,

persuasion, impact dan communication, dan didapatkan hasil efektif untuk semua pengukuran dimensi. Secara keseluruhan menghasilkan EPIC rate

dengan rata-rata yang termasuk dalam kategori efektif. Berdasarkan hasil

analisis dengan menggunakan Direct Rating Method (DRM), iklan berseri Pond’s Flawess White termasuk ke dalam rentang skala direct rating, maka iklan tersebut termasuk ke dalam kategori iklan baik dan menunjukan bahwa

iklan tersebut cukup berhasil dalam menarik perhatian (attention),

pemahaman (read througness), kognitif (cognitive), afektif (affection), dan

perilaku (behavior) konsumen untuk membeli Pond’s Flawess white. Atribut

yang paling menentukan dalam pemilihan dan keputusan pembelian produk

Pond’s oleh konsumen yaitu mengenai manfaat dan kegunaan dari produk

tersebut.

Sari (2010) yang mengambil judul penelitian tentang Analisis

Efektivitas Iklan Televisi Deodoran Pria Axe dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Niat Beli Deodoran Khusus Pria pada Konsumen (Studi

Kasus Pengunjung Pria Supermal Karawaci) mengungkap bahwa

berdasarkan hasil analisis Consumer Decision Model (CDM) diketahui bahwa iklan televisi deodorant spray Axe yang telah ditayangkan mampu

mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen Axe

dengan efektif kepada konsumen. Pesan iklan yang ingin disampaikan oleh

produsen deodorant spray axe melalui iklan televisi versi “Call Me” berpengaruh terhadap variable-variabel yang diukur pada CDM sampai

dengan variabel niat beli. Variable tersebut yaitu variable Niat Beli (I) dan

terdapat tiga variable antara yang dapat diperoleh dari analisis tersebut, yaitu

variable Pengenalan Merek (B), Kepercayaan Konsumen (C), dan Sikap

Konsumen (A).

Ferdiansyah (2010) tentang Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses

(39)

IPB menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara mahasiswa dengan

mahasiswi dalam proses keputusan pembelian laptop. Terdapat perbedaan

dalam tiap tahapan dalam proses keputusan pembelian laptop. Berdasarkan

analisis diskriminan diperoleh hasil variabel manfaat, ukuran, type,

pengaruh keluarga, dan pengaruh teman adalah variabel-variabel yang

dipersepsikan mahasiswi sebagai variabel yang mendorong dalam

pembelian laptop merek Advan. Selanjutnya variabel harga, fitur, warna

dan kepraktisan adalah variabel-variabel yang dipersepsikan mahasiswi

sebagai variabel yang mendorong dalam pembelian laptop merek Dell.

Variabel wiraniaga, pendapatan yang diperoleh, dan iklan adalah

variabel-variabel yang dipersepsikan mahasiswi sebagai variabel-variabel yang mendorong

dalam pembelian laptop merek Toshiba.Kemudian variabel penghasilan

orangtua adalah variabel-variabel yang dipersepsikan mahasiswi sebagai

variabel yang mendorong dalam pembelian laptop merek Compaq.

Terakhir variabel pengaruh orangtua adalah variabel-variabel yang

dipersepsikan mahasiswi sebagai variabel yang mendorong dalam

pembelian laptop merek Acer. Sedangkan pada mahasiswa variabel

manfaat, harga, warna, wiraniaga, pendapatan yang diperoleh, kepraktisan

dan pengaruh keluarga adalah variabel-variabel yang dipersepsikan

mahasiswa sebagai variable yang mendorong dalam pembelian laptop

merek Axioo dan Sony. Kemudian variabel type laptop dan pengaruh

teman adalah variabel yang dipersepsikan mahasiswi sebagai variabel

yang mendorong dalam pembelian laptop merek Compaq. Terakhir

variabel penghasilan orangtua adalah variabel yang dipersepsikan

mahasiswi sebagai variabel yang mendorong dalam pembelian laptop

(40)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perubahan pola konsumsi masyarakat mendorong para produsen untuk

terus berinovasi menemukan produk baru atau memperbaharui produk yang

telah ada. Industri makanan sendiri adalah industri yang akan terus

bekembang dan dibutuhkan masyarakat, karena makanan dan minuman

merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Makanan dan minuman yang

dibutuhkan manusia tidak hanya terbatas makanan dan minuman pokok,

seperti nasi dan air, tetapi berkembang pada kebutuhan makanan dan

minuman selingan atau sering disebut camilan. Es krim merupakan salah

satu minuman camilan yang digemari. Banyak produsen es krim

bermunculan membuat persaingan antar produsen pun es krim ketat.

Menanggapi persaingan tersebut, Wall’s sebagai produsen es krim Magnum

melakukan berbagai cara untuk menjual produknya.

Magnum merupakan produk Wall’s yang mengalami peremajaan

produk. Peremajaan produk tersebut dilakukan guna memperkenalkan

kembali bagi konsumen yang belum mengetahui Magnum dan

memngingatkan kembali bagi konsumen yang sebelumnya telah mengenal

Magnum. Hal ini dilakukan karena produk Magnum pada Product Life Cycle nya tengah menghadapi masa penurunan. Untuk mengatasi masa penurunan tersebut, Wall’s melakukan suatu inovasi pada Magnum, salah

satunya dengan melakukan komunikasi pemasaran dengan menayangkan

iklan di televisi. Pada iklan Magnum, digunakan model luar negeri yang

tidak dikenal oleh masyarakat Indonesia dan banyaknya iklan yang ada saat

ini membuat belum tentu pesan yang disampaikan iklan tersebut dapat

tersampaikan ke konsumen dengan baik dan dapat langsung meningkatkan

penjualan. Sedangkan, untuk membuat iklan dan menayangkannya di

televisi produsen mengeluarkan biaya yang besar.

Laki-laki dan perempuan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam

memandang dan menilai sesuatu. Iklan yang ditayangkan mengacu pada

(41)

perempuan yang tentunya akan berbeda dalam mengambil keputusan apakah

akan membeli produk tersebut atau tidak. Untuk itu perlu diadakan

penelitian untuk mengetahui efektivitas iklan televisi es krim Magnum dan

pengaruh iklan serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen laki-laki

[image:41.595.155.490.188.512.2]

dan perempuan dalam niat beli terhadap produk es krim.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Konsumen yang masuk dalam penelitian ini adalah mahasiswa

Strata-1 Institut Pertanian Bogor, yang akan dilihat dalam pengambilan keputusan

pembelian antara laki-laki dan perempuan. Keputusan pembelian konsumen

yang didasarkan pada niat beli terlebih dahulu dipengaruhi oleh lingkungan,

perbedaan individu, dan proses psikologis. Penelitian ini menggunakan dua

alat analisis, yaitu Consumer Decision Model (CDM) yang digunakan untuk mengetahui efektivitas iklan televisi es krim Magnum, dan analisis

canonical correlation untuk menganalisis pengaruh iklan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian nyata es krim Magnum oleh konsumen

laki-laki dan perempuan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.

Bauran Promosi

Iklan Televisi Es Krim Wall’s Magnum

Efektivitas Iklan Televisi es krim Wall’s Magnum

Konsumen

Laki-laki Perempuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Keputusan Pembelian

Consumer Decision Model

(CDM)

Canonical Correlation

Peremajaan Produk

(42)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor dimana

respondennya adalah mahasiswa Strata-1 IPB. Pemilihan lokasi penelitian

ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (purposive). Waktu

yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini yaitu bulan Februari hingga

Maret 2011.

3.3. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada

responden, yaitu mahasiswa strata-1 IPB. Data sekunder diperoleh melalui

studi literatur dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan

sebagainya.

3.4. Penarikan Sampel dan Jumlah Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini sendiri yaitu mahasiswa

Strata-1 Institut Pertanian Bogor yang berjumlah 15.574 orang per periode

30 September 2010 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Pada

penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel dengan nonprobability sampling di mana probabilitas masing-masing anggota populasi tidak diketahui. Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu prosedur untuk mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti (Kuncoro, 2003). Pengambilan sampel dilakukan

di Strata-1 Institut Pertanian Bogor dengan membagikan kuesioner,

penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin. Penggunaan rumus

Slovin dapat dianggap sesuai karena dapat memperlihatkan batas kesalahan

yang tidak dapat digunakan pada ukuran populasi. Sehingga berdasarkan

rumus Slovin, jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

………...…...…. (1)

(43)

n = jumlah sampel yang dipilih

N = ukuran populasi, yaitu jumlah mahasiswa IPB saat ini sebesar 15547

orang (per 30 September 2010)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini

nilainya ditentukan sebesar 10%

sehingga,      

[image:43.595.138.508.265.582.2]

 

Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Program Sarjana Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Akademik 2010/2011 (Keadaan 30 September 2010)

Jumlah

No. Fakultas Mahasiswa

L P L + P

A. PERTANIAN

Sub Total (Faperta) 833 1178 2011

B. KEDOKTERAN HEWAN

Sub Total (FKH) 330 444 774

C. PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Sub Total (FPIK) 812 865 1677

D. PETERNAKAN

Sub Total (Fapet) 401 594 995

E. KEHUTANAN

Sub Total (Fahutan) 872 902 1774

F. TEKNOLOGI PERTANAIN

Sub Total (Fateta) 948 937 1885

G. MATEMATIKA DAN IPA

Sub Total (FMIPA) 1401 1738 3139

H. EKONOMI DAN MANAJEMEN

Sub Total (FEM) 625 1359 1984

I. EKOLOGI MANUSIA

Sub Total (FEMA) 270 1038 1308

Total

6492 9055 15547

Sumber: Sub. Dit. Registrasi, Statistik, dan Perencanaan Pendidikan, Direktorat Administrasi Pendidikan, IPB

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka didapat 99,36 dibulatkan

menjadi 100 mahasiswa untuk dijadikan responden yang kemudian sample

dikuotakan berdasarkan gender yaitu, laki-laki dan perempuan, sebagai

berikut:

       

       

(44)

Pengisian kuesioner dilakukan melalui wawancara. Apabila responden

menemukan kesulitan atau merasa kurang mengerti dengan pertanyaan

maupun pernyataan yang ada dalam kuesioner, maka responden dapat

langsung bertanya kepada peneliti.

3.5. Pengujian Kuesioner

Dalam pengujian kuesioner, harus diperhatikan dua hal, yaitu 1)

validitas dan 2) reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang

digunakan benar-benar akurat dan layak untuk disebar kepada responden.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

variabel. Daftar pertanyaan ini untuk mendukung suatu kelompok

variabel tertentu (Nugroho, 2005). Langkah-langkah dalam menguji

validitas kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden.

Jumlah responden untuk uji coba adalah 30 orang.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor

tiap-tiap pertanyaan dengan menggunakan rumus teknik korelasi

product moment pearson, sebagai berikut:

         

        ………...….. (2)

Keterangan :

N = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pertanyaan dari tiap responden

Y = Skor total semua pertanyaan dari setiap responden

Data dikatakan valid apabila nilai korelasi hitung data tersebut

melebihi nilai korelasi tabelnya. Jika rhitung positif dan rhitung lebih besar

daripada nilai rtabel, maka butir pertanyaan atau variabel tersebut

(45)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh

mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran

diulangi 2 kali atau lebih (Umar, 2005). Menurut Kuncoro (2003),

reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala

pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena reliabilitas

memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan validitas

memperhatikan masalah ketepatan. Pengujian reliabilitas yang

digunakan yaitu teknik Cronbach. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan pendekatan Alpha dengan rumus sebagai berikut:

        ………... (3)

dimana:

r 1 1 = Reliabilitas instrument

k = Banyak butir pertanyaan

= Jumlah ragam butir

= Ragam total

Nilai Cronbach’s Alpha dapat dihitung dengan bantuan program Excel dan software SPSS Ver.15.0 for windows. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nugroho, 2005). Hasil uji reliabilitas

Gambar

Tabel 1. Total Belanja iklan Walls (2005-2007), pada semua media
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Engel, 1994)
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pembelian (Kotler, 2005)
Gambar 3. Consumer Decision Model (Zuraida L, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang sudah disampaikan oleh peneliti di atas, orang- orang di sekitar lingkungan anak autis lebih aktif dalam proses komunikasi dengan anak autis karena lingkungan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama Melalui Manipulasi

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel keahlian keuangan komite audit adalah < 0,05 sehingga hipotesis kelima

1 Membantu anak-anak usia sekolah dalam melakukan aktifitas olahraga voli mini dan menjaga tingkat kebugaran jasmani mereka.. Anak-anak Pemuda 8-15 orang 6-10 orang

Based on the HVZ theorem, the absence of embedded single-particle eigenvalues and dilation analyticity of the pseudorelativistic no-pair Jansen- Hess operator, it is proven that

Pokja Pengadaan Jasa Konstruksi dan Konsultansi serta Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Lainnya melalui Kantor Layanan Pengadaan Barang / Jasa Kota Banjar akan menyelenggarakan

Hasil penelitian menunjukkan Formasi Halang mempunyai karakteristik paling mirip dengan sampel minyak, tetapi dianggap tingkat kematangannya tidak memungkinkan