• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO

3

)

PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN

IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

CHANDRA YUDHYSTIRA SULISTYANSYAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan

Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

CHANDRA YUDHYSTIRA SULISTYANSYAH. Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan Bawal Air

Tawar (Colossoma macropomum). Dibimbing oleh YUNI PUJI HASTUTI dan KUKUH NIRMALA.

Permintaan terhadap ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) semakin meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, upaya untuk mempercepat performa pertumbuhannya perlu dilakukan. Salah satunya menerapkan prinsip minimalisasi aktivitas osmoregulasi dan menambahkan kalsium pada media pemeliharaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media pemeliharaannya (pada

kondisi bersalinitas) terhadap performa pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Benih ikan bawal yang digunakan masing-masing memiliki panjang awal 1,93±0,1 cm dan bobot awal 0,26±0,03 gram. Rancangan penelitian yang kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan panjang mutlak pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) berbeda nyata dengan kontrol (p<0,05). Penambahan kapur

kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 200 mg/L ke dalam media bersalinitas

merupakan perlakuan yang terbaik.

Kata kunci: CaCO3, Colossoma macropomum, salinitas

CHANDRA YUDHYSTIRA SULISTYANSYAH. Effect of Calcium Carbonate (CaCO3) in the Saline Water for Growth of Tambaqui (Colossoma macropomum).

Supervised by YUNI PUJI HASTUTI and KUKUH NIRMALA.

Demand for tambaqui (Colossoma macropomum) is increasing annualy. Therefore, an effort to accelerating their growth performance is necessary. One of those is implementation principle of minimalization osmoregulation activity and calcium addition. This study aimed to analyzing the effect of micromineral addition (CaCO3) in rearing water (at salinity condition) on it’s growth

performance. Initial lenght and initial weights of experimental fish is 1,93±0,1 cm and 0,26±0,03 gram, respectively. Experimental design was completely randomized design with 4 treatments, A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3),

C (150 mg/L CaCO3), D (200 mg/L CaCO3) with 3 g/L salinity and control (0

mg/L CaCO3) without salinity, each group was performed triplicate. Fish was

reared for 30 days and feed up (ad libitum) with blood worm (tubifex tubifex). The result showed that survival rate, daily growth rate and absolute length on group treatments D (200 mg/L CaCO3) significantly different from control group

(p<0,05). Calcium carbonate (CaCO3) addition as much as 200 mg/L in rearing

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PENGARUH PEMBERIAN KALSIUM KARBONAT (CaCO

3

)

PADA MEDIA BERSALINITAS UNTUK PERTUMBUHAN

IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

CHANDRA YUDHYSTIRA SULISTYANSYAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media

Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Nama : Chandra Yudhystira Sulistyansyah NIM : C14090046

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Yuni Puji Hastuti SPi, MSi Pembimbing I

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Ikan

Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Juni hingga 20 Juli 2013 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur III, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Yuni Puji Hastuti SPi, MSi dan Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.

2. Ibu Dr Ir Widanarni, MSi dan Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan S1 departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan kritik maupun saran kepada penulis.

3. Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan, semangat, dan motivasi. 4. Keluarga tercinta terutama Ayah, Ibu, Adik-adik, dan seseorang tersayang

serta keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Jajang, Kang Abe, Bapak Wasjan, Mba Retno serta semua staf Departemen Budidaya Perairan

6. Kak Kurnia, Kak Wildan, Isnendi, Habibie, Devi, Atul, Chacha, Sharah, Arief, Fierco, Seto, Fahrul serta rekan-rekan BDP 45, 46, 47 dan 48 yang telah banyak memberikan pengalaman-pengalaman indah selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

7. UKM Merpati Putih, HIMAKUA, Alfalfa Percussions, OMDA Cirebon, Wisma Tidar (Maulana, Andi, Cholil, Yonas, Rukhin, Ari, Luthfan, Agus, Jaim) dan M2G (Ikhsan, Soya, Arli, Aya, Yeyen) yang telah banyak memberikan makna dalam kebersamaan kepada penulis.

Penulis berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……….... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. viii

PENDAHULUAN ……….……… 1

Latar Belakang ……….. 1

Tujuan Penelitian ……….. 2

METODE ……….. 2

Bahan Uji ……….. 2

Rancangan Percobaan ……… 2

Prosedur Penelitian ………... 2

Pengolahan dan Analisis Data ………... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 5

Hasil……….. 5

Pembahasan ……….. 10

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 14

Kesimpulan ………... 14

Saran ………. 14

DAFTAR PUSTAKA ………... 14

LAMPIRAN ……….. 16

(11)

DAFTAR TABEL

1. Satuan dan alat ukur parameter kualitas air …….……… 4

DAFTAR GAMBAR

1. Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar Colossoma

macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) .……….……… 5

2. Bobot rata-rata benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat

(CaCO3) ………..……… 5

3. Laju pertumbuhan harian benih ikan bawal air tawar Colossoma

macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) ..……… 6

4. Panjang rata-rata benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat

(CaCO3) ….……….. 6

5. Panjang mutlak benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat

(CaCO3) ..………..……….. 7

6. Kandungan kalsium Ca2+ benih ikan bawal air tawar Colossoma

macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) ..……… 7

7. Kondisi pH benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat

(CaCO3) ……….. 8

8. Konsentrasi oksigen terlarut benih ikan bawal air tawar Colossoma

macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan

kalsium karbonat (CaCO3) ………. 8

9. Kondisi suhu benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat

(CaCO3) ………... 9

10. Konsentrasi amonia benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium

(12)

11. Nilai kesadahan total benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium

karbonat (CaCO3) …..………....……... 10

12. Nilai kesadahan Ca2+ benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) .………... 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skema penyusunan wadah pemeliharaan ……….. 16

2. Pengukuran uji kualitas air .………...……….. 16

3. Analisis statistik ANOVA ………….……….. 17

4. Ukuran benih ikan bawal berdasarkan perlakuan ...………. 17

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu jenis ikan air tawar asal Brazil yang terbesar dari golongan ikan neotropik. Pada habitat alaminya terdiri dari dua jenis yaitu Colossoma macropomum yang sering disebut tambaqui dan Colossoma branchypomum yang disebut pirapitinga. Saat ini, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya di Indonesia sedang mengembangkan produksi ikan bawal air tawar karena permintaan pasar setiap tahunnya mengalami perningkatan. Produksi ikan bawal air tawar di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 sebesar 7.343 ton dengan jumlah benih yang ditebar sebesar 542.118.000 ekor masih belum mencukupi permintaan pasar (KKP 2011). Berdasarkan petani budidaya di Jawa Barat, pihaknya memproduksi 1 ton ikan bawal dalam satu bulan dan belum mampu memenuhi permintaan pasar terutama dari pengusaha kolam pancing yakni 3 ton per bulan (Putu 2011). Peningkatan produksi tersebut harus diimbangi dengan peningkatan benih yang cukup jumlah dan mutu serta kontinyu. Pemenuhan benih ikan bawal masih menjadi kendala dalam kegiatan pembenihan, karena tingkat kematian mencapai 10-20% dari mulai telur menetas hingga ukuran 2 inci dan serangan penyakit bintik putih (white spot) oleh parasit yang sering datang saat musim hujan (Khairuman dan Khairul 2011).

Kegiatan budidaya ikan bawal dibagi menjadi tiga kegiatan yakni pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pembenihan merupakan kegiatan untuk menghasilkan larva atau benih dari keadaan awal berupa telur dan membutuhkan waktu normal sekitar 2-3 minggu. Pendederan merupakan kegiatan untuk menghasilkan benih ukuran 3-5 cm dari ukuran 1 cm yang membutuhkan waktu normal sekitar 1-2 bulan. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan untuk menghasilkan ikan berukuran konsumsi sebesar kurang lebih 300 g/ekor yang membutuhkan waktu sekitar 3-5 bulan masa pemeliharaan (Khairuman dan Khairul 2011).

Peningkatan kualitas dan kuantitas benih dapat dilakukan melalui teknologi pembenihan dengan melakukan rekayasa wadah penetasan, nutrisi pakan dan rekayasa lingkungan (Nugrahaningsih 2008). Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang digunakan untuk rekayasa lingkungan dan diharapkan dapat meningkatkan kelayakan media budidaya bagi benih ikan bawal air tawar karena berpengaruh secara langsung pada kelangsungan hidup, konsumsi pakan, pertumbuhan, dan metabolisme tubuh terutama osmoregulasi. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa hasil kinerja pertumbuhan ikan bawal air tawar yang paling baik pada lingkungan perairan dengan salinitas 3 g/L, karena lingkungan bersalinitas 3 g/L pada pemeliharaan ikan bawal menjadikan kondisi lingkungan mendekati isoosmotik sehingga memperkecil penggunaan energi untuk osmoregulasi kemudian dialihkan untuk pertumbuhan (Jayanti 2012). Sel organ tubuh ikan dapat berfungsi dengan baik saat sel-sel tersebut harus berada dalam cairan media (ekstraseluler) yang memiliki komposisi dan konsentrasi ionik yang sama dengan cairan dalam sel (intraseluler) (Fujaya 1999).

(15)

2

Kalsium dibutuhkan oleh ikan untuk proses osmoregulasi yang terjadi di dalam tubuh dengan lingkungan serta penting untuk pembentukan tulang dan pembentukan kerangka luar krustasea. Kalsium merupakan mineral esensial yang diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak. Kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dengan penambahan kapur yakni CaCO3 (kalsit), CaMg(CO3)2 (dolomit), dan

jenis kapur lainnya seperti Ca(OH)2 dan CaO (Boyd 1982). Menurut Hargreaves

dan Tomasso (2004) ikan catfish menyerap 2,5% kalsium melalui media perairan yang mengandung banyak mineral.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas terhadap pertumbuhan benih ikan

bawal air tawar (Colossoma macropomum).

METODE

Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah benih ikan bawal air tawar dengan panjang rata-rata 1,93±0,105 cm dan bobot rata-rata 0,26±0,03 gram, yang diperoleh dari pengepul di Taufan Fish Farm, Pomad, Kabupaten Bogor. Adapun bahan yang digunakan untuk media adalah garam krosok dan kapur CaCO3.

Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu A (50 mg/L CaCO3), B (100 mg/L CaCO3), C

(150 mg/L CaCO3), D (200 mg/L CaCO3) dengan salinitas 3 g/L dan kontrol (0

mg/L CaCO3) tanpa salinitas, masing-masing diulang sebanyak 3 kali.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Air Bersalinitas 3 g/L

Air bersalinitas 3 g/L didapatkan dengan melakukan penambahan garam krosok sebanyak 3 g ke dalam 1 liter air tawar.

Pembuatan Air Kapur

Kapur yang digunakan adalah CaCO3 dalam bentuk serbuk. Kapur CaCO3

ditambahkan ke dalam akuarium yang sebelumnya sudah diisi air tawar bersalinitas 3 g/L dengan volume 9 liter/akuarium. Dosis yang diberikan untuk setiap perlakuan adalah 50 mg/L CaCO3, 100 mg/L CaCO3, 150 mg/L CaCO3 dan

200 mg/L CaCO3.

Pemeliharaan Ikan Uji

(16)

3 kontrol (0 mg/L CaCO3 dantanpa penambahan salinitas) dan A (50 mg/L CaCO3),

B (100 mg/L CaCO3), C (150 mg/L CaCO3), D (200 mg/L CaCO3) dilakukan

penambahan salinitas 3 g/L dengan masing-masing tiga ulangan, kemudian media diaerasi selama 24 jam. Setelah itu, benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) dengan ukuran panjang 1,7-2,2 cm dan bobot 0,21-0,30 g dimasukkan masing-masing sebanyak 4 ekor/L atau 36 ekor/akuarium dan dilakukan aklimatisasi selama 24 jam. Ikan dipelihara selama 30 hari dan diberikan pakan cacing sutera secara ad libitum (Lampiran 1). Pergantian air sebanyak 25-30% dari total volume air dilakukan setiap 3 hari sekali untuk mempertahankan kualitas air dalam media pemeliharaan. Kemudian dilakukan pengisian kembali air yang terbuang dengan air yang berasal dari akuarium stok sesuai dengan perlakuan masing-masing.

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap 10 hari sekali yang meliputi oksigen terlarut (DO), suhu, pH, amonia, kesadahan total, dan kesadahan Ca2+ (Lampiran 2). Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali dengan parameter pengamatan berupa panjang dan bobot benih ikan bawal air tawar dengan mengukur sebanyak 10 ekor ikan per akuarium. Selain itu, dilakukan pengukuran kandungan mineral Ca2+ dalam tubuh ikan (proksimat mineral) pada awal dan akhir penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup merupakan persentase ikan yang hidup, penghitungan derajat kelangsungan hidup ikan menggunakan rumus sebagai berikut (Goddard 1996) :

SR = derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah individu pada akhir perlakuan hari ke-t (ekor) No = jumlah individu pada awal perlakuan hari ke-0 (ekor) Laju Pertumbuhan Harian/(LPH)

Laju pertumbuhan harian atau Spesific Growth Rate (SGR) pada benih merupakan persentase penambahan berat setiap harinya selama pemeliharaan. LPH dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Huissman 1987):

100

(17)

4

Panjang Mutlak

Panjang mutlak adalah pertambahan panjang ikan setiap harinya selama pemeliharaan. Pertambahan panjang mutlak ditunjukkan dalam satuan cm/hari (Effendi 1979) :

Keterangan :

PM = Pertambahan mutlak (cm/hari)

Pt = Panjang rata-rata ikan pada saat akhir (cm) Po = Panjang rata-rata ikan pada saat awal (cm) Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter kualitas air meliputi kelarutan oksigen (DO), derajat keasaman (pH), suhu, salinitas, amonia, kesadahan total dan kesadahan Ca2+. Satuan dan alat pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Satuan dan alat ukur parameter kualitas air.

Parameter Kualitas Air Satuan Alat

Oksigen terlarut mg/L DO-meter

Suhu oC DO-meter

pH - pH-meter

Salinitas g/L Refraktometer

Kesadahan total mg/L CaCO3 Titrasi

Kesadahan Ca2+ mg/L CaCO3 Titrasi

Amonia mg/L Spektrometer

Analisis Data

(18)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup pada benih ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 30 hari berkisar antara 70,73%-85,19%. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol (p<0.05) (Gambar 1).

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05)

Gambar 1 Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Bobot Rata-rata

Bobot rata-rata ikan bawal air tawar selama pemeliharaan meningkat dari bobot rata-rata awal 0,26 g/ekor. Peningkatan bobot rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) dengan nilai 3,52 g/ekor. Sedangkan

peningkatan bobot rata-rata terendah terdapat pada perlakuan kontrol dengan nilai 2,18 g/ekor (Gambar 2).

(19)

6

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan bawal air tawar diamati selama 30 hari. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol (p<0.05) (Gambar 3).

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

Gambar 3 Laju pertumbuhan harian benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Panjang Rata-rata

Panjang rata-rata ikan bawal air tawar selama pemeliharaan meningkat dari panjang rata-rata awal 1,93 cm/ekor. Peningkatan panjang rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) dengan nilai 4,6 cm/ekor.

Sedangkan peningkatan panjang rata-rata terendah terdapat pada perlakuan kontrol dengan nilai 3,8 cm/ekor (Gambar 4).

(20)

7 Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan bawal air tawar diamati selama 30 hari. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan D (200 mg/L CaCO3) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap

perlakuan kontrol (p<0,05) (Gambar 5).

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05)

Gambar 5 Panjang mutlak benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Kandungan Kalsium pada Benih Ikan Bawal

Kandungan Ca2+ pada benih ikan bawal air tawar meningkat dari persentase awal sebelum perlakuan yaitu sebesar 0,47%. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kandungan Ca2+ pada kontrol dan setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Kandungan Ca2+ tertinggi terdapat pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) sebesar 0,68%,

sedangkan kandungan Ca2+ terendah terdapat pada perlakuan kontrol (0 mg/L CaCO3) sebesar 0,59%. (Gambar 6).

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

Gambar 6 Kandungan mineral Ca2+ benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

(21)

8

Kualitas Air Nilai pH

Grafik berikut menunjukkan nilai pH setiap perlakuan yang memiliki nilai kisaran 6,52-8,15. Pengukuran pH yang dilakukan selama pemeliharaan memiliki nilai yang optimal, meskipun mengalami penurunan hingga akhir pemeliharaan (Gambar 7).

.

Gambar 7 Kondisi pH benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Oksigen Terlarut

Pengukuran konsentrasi oksigen terlarut selama pemeliharaan memiliki nilai yang optimal, meskipun mengalami peningkatan pada hari ke-1 dan menurun hingga akhir pemeliharaan. Konsentrasi oksigen terlarut berkisar antara 5,20-6,93 mg/L (Gambar 8).

Gambar 8 Konsentrasi oksigen terlarut benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

(22)

9 Suhu

Pengukuran suhu yang dilakukan memiliki perubahan pada nilai di masing-masing perlakuan. Nilai suhu selama pemeliharaan berkisar antara 24,80-26,77oC (Gambar 9).

Gambar 9 Kondisi suhu benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Amonia

Pengukuran konsentrasi amonia yang dilakukan selama pemeliharaan berkisar antara 0,001-0,039 mg/L NH3. Konsentrasi amonia pada semua perlakuan

mengalami penurunan dihari ke-10 sampai akhir pemeliharaan (Gambar 10).

Gambar 10 Konsentrasi amonia benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Kesadahan Total

Kesadahan total yang diukur selama pemeliharaan mengalami penurunan hingga akhir pemelihraan kecuali pada kontrol (0 mg/L CaCO3) yang cenderung

(23)

10

149,48-392,39 mg/L CaCO3 dan menurun pada hari ke-10 dengan kisaran nilai

59,76-317,65 mg/L CaCO3. Nilai kesadahan kembali menurun pada akhir

pemeliharaan dengan kisaran 82,22-239,17 mg/L CaCO3 (Gambar 11).

Gambar 11 Nilai kesadahan total benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Kesadahan Ca2+

Kesadahan Ca2+ yang diukur selama pemeliharaan memiliki nilai yang fluktuatif pada semua perlakuan. Nilai kesadahan pada awal pemeliharaan sampai hari ke-20 cenderung meningkat dengan kisaran nilai 78,48-22,49 mg/L CaCO3

dan mengalami penurunan pada hari ke-30 dengan kisaran nilai 41,11-142,01 mg/L CaCO3 (Gambar 12).

Gambar 12 Nilai kesadahan Ca2+ benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum yang dipelihara pada media bersalinitas dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3)

Pembahasan

Kelangsungan hidup ikan air tawar di dalam lingkungan yang berkadar garam bergantung pada permukaan insang, laju konsumsi oksigen, toleransi

(24)

11 jaringan tubuh terhadap garam-garam dan kontrol permeabilitas (Black 1957). Selain itu, permberian lingkungan bersalinitas kepada ikan air tawar dapat meningkatkan daya tahan dan kelangsungan hidup ikan menjadi 95-100% (DiMaggio et al. 2009). Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan, bahwa benih ikan bawal air tawar yang dipelihara di media bersalinitas dapat hidup lebih baik. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kelangsungan hidup pada perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol (p<0,05) (Lampiran 3). Kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan C (150 mg/L CaCO3) dan D (200 mg/L CaCO3) dengan nilai 85,19%,

sedangkan kelangsungan hidup terendah terdapat pada kontrol (0 mg/L CaCO3)

dengan nilai 70,73 (Gambar 1). Menurut Keshavanath et al. (2012) bahwa benih tambaqui (Colossoma macropomum) yang mengandung 1,5-2% garam menunjukkan bobot akhir yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih cepat.

Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot atau panjang. Menurut Huet (1971) bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari daya tahan terhadap penyakit dan genetik, sedangkan faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup serta ketersediaan makanan. Penelitian ini menguji faktor eksternal dengan cara menambahkan kapur CaCO3 ke dalam

lingkungan pemeliharaan benih ikan bawal air tawar. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan harian pada perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol (p<0,05) (Lampiran 3). Laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh perlakuan D (200 mg/L CaCO3) dengan nilai 9,73%, sedangkan laju pertumbuhan harian terendah

diperoleh kontrol (0 mg/L CaCO3) dengan nilai 7,68% (Gambar 2). Menurut Lall

(1989) bahwa kalsium dapat diserap oleh tubuh melalui insang dan kulit. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ikan bawal mampu memanfaatkan mineral Ca2+ di media pemeliharaan yang dapat digunakan sebagai pertumbuhan dan sedikitnya kandungan mineral Ca2+ yang diserap dari lingkungan membuat laju pertumbuhan harian ikan pada perlakuan kontrol kurang maksimal.

Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian benih ikan bawal ini diperkuat oleh grafik bobot rata-rata (Gambar 3) yang mengalami peningkatan hingga akhir pemeliharaan. Peningkatan bobot rata-rata tertinggi diperoleh perlakuan D (200 mg/L CaCO3) yakni berkisar antara 3,25-4,02 g/ekor, sedangkan peningkatan

bobot rata-rata terendah diperoleh kontrol (0 mg/L CaCO3) yakni berkisar antara

1,31-3,04 g/ekor. Hal ini diperkuat dengan peningkatan hasil proksimat kandungan mineral Ca2+ di dalam tubuh benih ikan bawal dari kandungan mineral Ca2+ awal yang sebesar 0,47%. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kandungan mineral Ca2+ kontrol dan setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05) (Lampiran 3). Namun, kandungan mineral Ca2+ dengan nilai tertinggi diperoleh perlakuan D (200 mg/L CaCO3)

yaitu 0,68%, sedangkan nilai terendah diperoleh kontrol (0 mg/L CaCO3) yaitu

0,59% (Gambar 6).

Pemberian kapur CaCO3 dapat meningkatkan konsentrasi kalsium air yang

merupakan unsur penting untuk pertumbuhan ikan dan kesehatan agar mendapatkan pertumbuhan yang baik (Cavalcante et al 2009). Hal ini sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan, bahwa panjang mutlak pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol (p<0,05)

(25)

12

CaCO3) yakni sebesar 2,64 cm, sedangkan panjang mutlak terendah terdapat pada

kontrol (0 mg/L CaCO3) yakni sebesar 1,87 cm. Selisih pertambahan panjang dari

awal pemeliharaan sebesar 1,93 cm diperkuat dengan peningkatan panjang rata-rata hingga akhir pemeliharaan (Gambar 5). Panjang rata-rata-rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan D (200 mg/L CaCO3) dengan nilai 4,6 cm, sedangkan yang

terendah terdapat pada kontrol (0 mg/L CaCO3) dengan nilai 3,8 cm (Lampiran 4).

Kalsium memiliki fungsi sebagai komponen utama pembentuk tulang, gigi, kulit, serta sisik dan memelihara ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan darah, sebagai intracellular regulator atau messenger yang dapat membentuk regulasi aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya, kontraksi dan relaksasi otot, membantu penyerapan vitamin B12, dan menjaga keseimbangan osmotik (Steffens

1989). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa benih ikan bawal air tawar mampu menyerap Ca2+ dari perairan.

Manipulasi lingkungan menggunakan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas 3 g/L dapat meningkatkan kualitas dan

mempercepat pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Hal ini diperkuat oleh penelitian Faturrohman (2012) yang menunjukkan dengan menambahan kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas 4 g/L untuk benih ikan patin dapat

mempercepat proses pertumbuhan dan memotong siklus produksi dari ukuran 1-2 cm ke ukuran 6-7 cm menjadi 21 hari dari waktu normal yaitu 28-35 hari. Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan D dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 200

mg/L CaCO3, dilihat dari grafik derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot

maupun panjang rata-rata selama pemeliharaan.

Kualitas air selama pemeliharaan berada dalam kisaran budidaya ikan bawal air tawar. Pengaruh suhu terhadap tubuh organisme akuatik memiliki kisaran yang berbeda-beda. Suhu yang didapatkan selama pemeliharaan ikan bawal disemua perlakuan berkisar antara 24,80-26,77oC. Kisaran suhu tersebut berbeda dengan penelitian Efendi (2006) yang menunjukkan kisaran suhu optimal untuk ikan bawal antara 29-32oC sehingga mampu memberikan tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang harian dan laju pertumbuhan bobot harian yang tinggi. Perubahan suhu yang semakin menurun dari suhu awal pemeliharaan menyebabkan pertumbuhan dan metabolisme ikan bawal menurun. Hal ini diperkuat dengan grafik suhu yang menunjukkan penurunan suhu terjadi pada hari ke-20 (Gambar 9). Pertumbuhan bawal air tawar akan jauh berkurang apabila suhu air turun dibawah 25oC (Khairuman dan Khairul 2009). Menurut Buckel et al. (1995) pertumbuhan maupun konsumsi pakan akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurun jika terjadi penurunan suhu dalam jangka pendek (7 hari).

(26)

13 media hidup ikan bawal air tawar. Selain itu, pH merupakan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas air. Nilai pH yang disarankan oleh Djarijah (2001) bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan bawal air tawar memiliki kisaran 7-8. Nilai pH yang didapatkan selama pemeliharaan masih dalam kisaran budidaya ikan bawal yaitu berkisar antara 6,52-8,15. Berdasarkan nilai pH yang di dapat, bahwa kapasitas buffer yang terkandung dalam kapur CaCO3 (kalsit) mampu menyangga dan meminimalkan fluktuasi nilai pH. Selama

pemeliharaan pH cenderung menurun hingga akhir pemeliharaan, hal ini disebabkan oleh penurunan suhu dan konsentrasi oksigen terlarut (Effendi 2003). Menurut Boyd (1990) nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika nilai pH rendah.

Nilai pH pada semua perlakuan mengalami penurunan sampai akhir pemeliharaan. Hal ini bisa disebabkan oleh amonia yang semakin menurun hingga akhir pemeliharaan. Konsentrasi amonia yang diperoleh dari semua perlakuan memiliki kisaran 0,001-0,039 mg/L NH3. Menurut Novotny dan Oleum (1994)

bahwa senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan di perarian yang memiliki pH rendah, sedangkan pada pH tinggi lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. Nilai amonia selama pemeliharaan sesuai dengan nilai amonia yang disarankan oleh Effendi (2003) bahwa amonia pada lingkungan pemeliharaan ikan bawal air tawar maksimal 0,1 mg/L NH3. Sedangkan konsentrasi oksigen terlarut yang sesuai untuk

pemeliharaan ikan bawal air tawar sebaiknya minimal 4 mg/L (Arie 2000). Hal ini sesuai dengan konsentrasi oksigen terlarut pada semua perlakuan selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 5,20-6,83 mg/L.

Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ serta ion polivalen lainnya seperti Al3+, Fe3+, Mn2+, Sr2+ dan H+ yang terlarut dalam air (Effendi 2003). Menurut Arie (2000) bahwa konsentrasi kesadahan untuk ikan bawal air tawar adalah 20 mg/L CaCO3. Konsentrasi kesadahan yang diperoleh

dari setiap perlakuan selama pemeliharaan memiliki kisaran 59,76-392,39 mg/L CaCO3. Kisaran konsentrasi kesadahan pada pengukuran awal antara

149,48-392,39 mg/L CaCO3 dan menurun hingga akhir pemeliharaan dengan kisaran

antara 82,22-239,17 mg/L CaCO3, sedangkan untuk konsentrasi kesadahan Ca2+

pada awal pemeliharaan memiliki kisaran 56,06-97,16 mg/L CaCO3 dan

meningkat sampai hari ke-20 dengan kisaran 78,48-220,49 mg/L CaCO3,

kemudian mengalami penurunan hingga akhir pemeliharaan dengan kisaran 41,11-142,01 mg/L CaCO3. Menurunnya kadar Ca2+ dapat diindikasikan bahwa

ikan bawal mampu memanfaatkan Ca2+ di media pemeliharaan. Kondisi media pemeliharaan dengan penambahan kapur CaCO3 mampu memberikan pengaruh

terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar pada fase pendederan. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang didapatkan selama pemeliharaan.

(27)

14

sedangkan skala usaha penelitian dengan masa panen 28 hari mendapat keuntungan Rp 1.590.000. Bedasarkan analisa usaha tersebut, pemeliharaan benih ikan bawal dapat menghemat 7 hari dari siklus normal dengan selisih kenuntungan Rp 628.000 (Lampiran 5).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan kapur kalsium karbonat (CaCO3) dengan konsentrasi yang

berbeda pada media bersalinitas 3 g/L memberikan pengaruh nyata terhadap kontrol. Perbedaan tersebut meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak benih ikan bawal air tawar. Derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot dan panjang terbaik terdapat pada perlakuan D yaitu dengan penambahan kapur kalsium karbonat (CaCO3)sebanyak

200 mg/L ke dalam media bersalinitas. Saran

Kajian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan ikan bawal air tawar dengan konsentrasi kapur CaCO3 di atas 200 mg/L CaCO3 agar dapat

diketahui batas kemampuan dalam menyerap kalsium diperairan.

DAFTAR PUSTAKA

Arie U. 2000. Budidaya Bawal Air Tawar Untuk Konsumsi dan Hias. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Black VS. 1957. Excretion and Osmoregulation. In Brown, M.E.(Ed). The Physiologi of Fisheries. (US): Academic Pr.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam (US): Elsavier Scientific Publishing Company.

Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama (US): Brimingham Pubhlishing Co.

Buckel JA, Streinberg ND, Conover DO. 1995. Effect Temperature, Salinity and Fish Size Growth and Consumption of Juvenile Bluefish. Journal of Fish Biology. 47: 696-706.

Cavalcante D, Alexandro SP, Diego CR, Frederico BM, Vinicius CS. 2009. Effect of CaCO3 Liming on Water Quality and Growth Performance of

Fingerlings of Nile Tilapia, Oreochromis niloticus. Journal Acta Scientiarum Animal Science. 31 (3): 327-333.

DiMaggio MA, Cortney LO, Denise BP. 2009. Salinity Tolerance of The Seminole Kilifish, Fundulud seminolis, a Candidate Species for Marine Baitfish Aquaculture. Journal Aquaculture. 293: 74-80.

(28)

15 Efendi AB. 2006. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Pada Suhu Media Pemeliharaan 26, 29 dan 32oC [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendi. 1979. Metode Biologi Perikanan, Bagian Perikanan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kansius.

Faturrohman K. 2012. Pemberian Kalsium Carbonat (CaCO3) pada Media

Bersalinitas untuk Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius sp.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fujaya Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. (US): Chapman an Hall.

Hargreaves JA and Tomasso JR. 2004. Environment, in: Tucker, C.S., Tomasso, J.R, Biology and Culture of Channel Catfish. (US): Elsevier.

Huet M. 1971. Text book of fish culture, Breeding and Cultivation of fish. London (GB): Fishing News.

Huissman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. (NL): Wageningen University.

Jayanti P. 2012. Penggunaan Daya hantar Listrik Sebagai Indikator Media Isoosmotik Terhadap Respon Fisiologis, Kinerja Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Bawal Air Tawar Colossoma macropomum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Keshavanath CA, Oishi FA, Leao F, Affonso EG, Filho MP. 2012. Growth Response of Tambaqui (Colossoma macropomum) Fingerlings to Salt (Sodium Chloride) Supplemented Diets. Journal of Fisheries and Aquatic Science. (BR): Academic Journal Inc.

Khairuman SP dan Khairul A. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Khairuman SP dan Khairul A. 2011. Buku Pintar Budi Daya dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan dan Provinsi (2006-2011) [Internet]. [diacu 25 September 2013]. Tersedia http://statistik.kkp.go.id/.

Lall. 1989. The mineral in: JE halve red Fish Nutrition. (US): Academic pr. Novotny V and Oleum H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and

Managemen of Diffuse Pollution. (US): Van Nostrans Reinhod.

Nugrahaningsih KA. 2008. Pengaruh Tekanan Osmotik Media Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius sp.) pada Salinitas 5 g/L [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Penyusunan Wadah Pemeliharaan

Lampiran 2 Pengukuran Uji Kualitas Air Kelarutan Oksigen, pH dan Suhu

Pengukuran oksigen terlarut menggunakan DO meter. Pengukuran pH dan suhu menggunakan pH meter.

Amonia

Metode yang digunakan dalam pengukuran amonia adalah metode Indophenol. Perbandingan total amonia nitrogen yang terbentuk sebagai amonia tidak terionisasi yang meningkat seiring dengan meningkatknya suhu dan pH. Amonia dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Amonia (mg/L NH3) = standar ditambahkan 3 tetes indikator EBT dan diaduk kemudian dititrasi dengan Na-EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur hingga kebiruan (ml titran). Kesadahn total diukur dengan rumus sebagai berikut:

Kesadahan Total (mg/L CaCO3) = erlenmeyer, ditambahkan 1 ml NaOH 1 N lalu dikocok. Setelah itu, ditambahkan 0.5 ml murexide sehingga terbentuk warna merah muda kemudian di titrasi dengan Na-EDTA. Titrasi larutan hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu. Kesadahan kalsium dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(30)

17 Lampiran 3 Analisis Statistik ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Panjang Mutlak Between Groups .924 4 .231 3.647 .044

Within Groups .633 10 .063

Total 1.557 14

Laju

Pertumbuhan

Between Groups 7.925 4 1.981 3.030 .071

Within Groups 6.539 10 .654

Total 14.464 14

Mineral Ca Between Groups .017 4 .004 .379 .819

Within Groups .113 10 .011

Total .130 14

Derajat Kelangsungan Hidup

Between Groups 442.410 4 110.602 7.686 .004

Within Groups 143.893 10 14.389

Total 586.303 14

Lampiran 4 Ukuran Benih Ikan Bawal Air Tawar Berdasarkan Perlakuan

Kontrol (0 mg/L CaCO3) A (50 mg/L CaCO3)

B (100 mg/L CaCO3) C (150 mg/L CaCO3)

(31)

18

Lampiran 5 Analisa Usaha Skala usaha tradisional:

1. Kolam terpal ukuran 5 x 7 m sebanyak 5 buah kwalitas A3. 2. Obat elbajoos untuk antisipasi pencegahan penyakit

3. Benih bawal ukuran 3/4 inchi yang mana biasa kita dapatkan dari petani pembenihan

4. Pakan fengli untuk pancingan awal agar ikan mau makan

5. Pakan f.999 untuk pancingan ke pakan dengan protein menurun (kadar protein 28%)

Data lapangan sampai pasca panen benih ikan patin: 1. Modal keseluruhan Rp 4.185.000

2. Penebaran benih ikan bawal dengan jumlah 50.000 ekor 3. SR 90 %

4. Ada penawaran dari penjual benih lokal sepakat dengan ukuran harga :

 1 inci Rp 80

 1 inci up Rp 100

 1,5 inci Rp 120

 1,5 inci up Rp 140

 2 inci Rp 200

5. Kolam di panen dengan hasil jumlah 45.000 ekor waktu pemeliharaan 35 hari:

 Ukuran 1 inci jumlah 2.550 ekor

 Ukuran 1 inci up jumlah 8.000 ekor

 Ukuran 1,5 inci jumlah 34.000 ekor

 Ukuran 1,5 inci up jumlah 450 ekor

No Ukuran Benih Jumlah Ikan Harga Ikan/ekor Hasil

1 1 inci 2.550 Rp. 80 Rp 204.000

2 1 inci up 8.000 Rp. 100 Rp 800.500 3 1,5 inci 34.000 Rp. 120 Rp 4.080.000 4 1,5 inci up 450 Rp. 140 Rp 63.000

Total Rp 5.147.000 6. Rincian Keuntungan hasil jual kurangi modal Rp 5.147.000 – Rp 4.185.000 =

(32)

19

1. Keterbatasan modal dan tempat sehingga kolam pendederan menggunakan akuarium 100x80x60 cm sebanyak 30 buah dgn padat penebaran 1600 e/akuarium.

2. Obat elbajoo untuk antisipasi pencegahan penyakit

3. Benih bawal ukuran 3/4 inchi yang mana biasa kita dapatkan dari petani pembenihan.

4. Pakan fengli untuk pancingan awal agar ikan mau makan

5. Pakan f.999 untuk pancingan ke pakan dengan protein menurun (kadar protein 28%)

6. Penambahan garam pada tiap akuarium untuk menciptakan lingkungan yamg mendekati osmotik

7. Penambahan kapur pertanian sebanyak 200 mg/L untuk memacu pertumbuhan lewat kalsium yang teraduk di air

Data lapangan sampai pasca panen benih ikan patin: 1. Modal keseluruhan Rp 4.215.000

2. Setting akuarium serta penambahan air garam dan kapur 3. Penebaran benih ikan patin dengan jumlah 50.000 ekor 4. SR 90%

5. Ada penawaran dari penjual benih lokal sepakat dengan ukuran harga :

 1 inci Rp 80

 1 inci up Rp 100

 1,5 inci Rp 120

 1,5 inci up Rp 140

 2 inci Rp 200

6. Kolam di panen dengan estimasi tingkat kelangsungan hidup 90 % yakni 45.000 ekor dengan waktu pemeliharaan 28 hari :

 Ukuran 1 inci up jumlah 6.750 ekor

 Ukuran 1,5 inci jumlah 11.250 ekor

(33)

20

No Ukuran benih Jumlah Ikan Harga Ikan/ ekor Hasil

1 1 inci up 9.000 Rp 100 Rp 675.000 2 1,5 inci 13.500 Rp 120 Rp 1.350.000 3 1,5 inci up 27.000 Rp 140 Rp 3.780.000

Total Rp 5.805.000 7. Rincian Keuntungan hasil jual kurangi modal Rp 5.805.000 – Rp 4.215.000 = Rp 1.590.000. Dengan modal Rp 4.215.000 untuk jangka waktu selama 28 hari (menghemat 7 hari dari siklus normal) tingkat survival rate sebesar 90% dari 50.000 ekor menjadi 45.000 ekor bisa mendapatkan untung Rp 1.590.000 pada panen.

(34)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon tanggal 9 November 1991 dari pasangan Toto Sugiarto, SE, AAAIJ dan Carsimi. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah TK Aisyah (1995-1997), SDN 2 Gombang (1997-2003), SMPN 2 Plumbon (2003-2006) dan SMAN 1 Sumber (2006-2009). Penulis melanjutkan kuliah pada tahun 2009 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi yakni menjadi pengurus UKM Merpati Putih IPB sebagai Ketua UKM periode 2009-2010 dan Ketua Divisi Budaya, Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2011-2012. Tahun 2012 penulis memilih laboratorium Lingkungan Akuakultur sebagai bidang keahlian. Penulis pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan didanai oleh DIKTI. Selain itu, penulis pernah mendapatkan Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) dan penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi IPB tahun 2013.

Penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur di Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan komoditas kerapu bebek untuk meningkatkan pengetahuan di bidang perikanan budidaya. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media

Gambar

Tabel 1 Satuan dan alat ukur parameter kualitas air.
Gambar 1 Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar Colossoma
Gambar 3 Laju pertumbuhan harian benih ikan bawal air tawar Colossoma
Gambar 5 Panjang mutlak benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kemasan Budaya lokal ini diaplikasikan dalam bentuk produk dekoratif yang memanfaatkan limbah (sisa konveksi) menjadi produk baru yang bernilai jual sebagai inovasi ekonomi

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan bagi semua pihak dalam rangka pengawasan orang

makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2) Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang. dilakukan dengan orang lain. 3) Makna-makna tersebut disempurnakan di

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan metode yang lebih cepat dan mudah dalam uji daya antiinflamasi pada sediaan atau bahan lainnya..

Menurut pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat , selamat dan bekerja pada lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit

Metode pendekatan dengan cara langsung turun ke masyarakat untuk mendapatkan data primer, yaitu menyangkut persoalan-persoalan hukum yang dianalisis dalam

Hasil besaran suhu pada saluran bersirip yang diambil mulai dari input, dinding saluran masuk (wall kiri), sirip 1 (wall 1) sampai sirip 11 (wall 11), dinding saluran