• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN VAK (VISUAL AUDITORY KINESTETIK) DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN VAK (VISUAL AUDITORY KINESTETIK) DALAM PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

BAMBANG SUTEJO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

1.5 Ruang lingkup penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ... 9

2.2 Pendekatan ... 10

2.3 Pendekatan VAK ... 11

2.4 Ekstrakulikuler ... 16

2.5 Seni Tari ... 16

2.6 Tari Melinting ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ... 30

(3)

3.3 Teknik pengumpulan data ... 31

3.4 Tes Praktik ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitiaan ... 44

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 47

4.2.1 Permohonan izin ... 48

4.2.2 Pertemuan Pertama ... 48

A. Deskripsi pertemuan pertama ... 48

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan pertama ... 51

4.2.3 Pertemuan Kedua ... 60

A. Deskripsi pertemuan kedua ... 60

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kedua... 63

4.2.4 Pertemuan Ketiga ... 73

A. Deskripsi pertemuan ketiga ... 73

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan ketiga ... 76

4.2.5 Pertemuan keempat ... 86

A. Deskripsi pertemuan keempat ... 86

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan keempat... 89

4.2.6 Pertemuan Kelima ... 98

A. Deskripsi pertemuan kelima ... 98

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kelima ... 101

4.2.7 Pertemuan Keenam ... 108

A. Deskripsi pertemuan keenam ... 108

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan keenam ... 110

4.2.8 Pertemuan Ketujuh ... 117

A. Deskripsi pertemuan ketujuh ... 117

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan ketujuh ... 119

4.2.9 Pertemuan Kedelapan ... 126

A. Deskripsi pertemuan kedelapan ... 126

B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kedelapan ... 128

4.3 Temuan ... 140

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 142

5.2 Saran ... 144

(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dunia pendidikan

dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya

manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Pendidikan merupakan suatu

wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa

secara berkesinambungan yaitu membina mental, intelektual, dan kepribadian

dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan perlu

mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari pemerintah,

masyarakat maupun pengelola pendidikan (Wanger, 2004:11).

Pendidikan saat ini menekankan bahwa pendidikan harus lebih menekankan pada

proses belajar dibandingkan proses mengajar. Hal ini berarti pendidikan harus

menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Pembelajaran juga

melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika

menginginkan hasil belajar menjadi lebih baik. Salah satu kriteria pembelajaran

yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan mudah,

menyenangkan, dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Namun pada

kenyataannya siswa kesulitan dalam menerima, merespon, dan mengembangkan

(5)

umum, siswa mengalami kesulitan memahami materi yang diberikan oleh guru.

Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi proses pemahaman siswa adalah

penyampaian pola materi yang tidak melalui langkah terstruktur, padahal dalam

pelajaran seni harus menekankan kepada kreatifvitas siswa yang terus meningkat.

Untuk itu siswa harus dibiasakan mendapatkan materi seni yang sistematis dan

terstruktur (Wanger, 2004:11).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran seni

terutama seni tari metode yang sering digunakan guru adalah metode demontrasi

karena metode ini berupa praktik. Akan tetapi berasarkan pengamatan di SMP N 1

Sekampung Udik Lampung Timur pembelajaran menggunakan metode

demonstrasi memiliki kelemahan-kelemahan seperti: siswa tidak mendapatkan

pengetahuan tentang tari secara teori, membutuhkan guru yang mempunyai

kemampuan dan ketrampilan dibidang seni tari. Hal inilah yang dirasa perlu

menerapkan metode-metode yang baru untuk meningkatkan kemampuan siswa.

Salah satunya adalah mengubah pembelajaran yang monoton menjadi

pembelajaran yang efektif. Untuk itu, guru harusnya mampu menawarkan

pendekatan, metode, model, strategi, dan teknik dalam mengajar yang dapat

membangkitkan perhatian siswa sehingga menjadi aktif dan termotivasi untuk

belajar.

Salah satu cara yang digunakan guru seni budaya di SMP N 1 Ssekampung Udik

(6)

pendekatan visual, auditori, dan kinestetik (pendekatan VAK). Pembelajaran

dengan pendekatan VAK ( Visual, Auditori, dan Kinestetik ) yaitu pembelajaran

yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas siswa dengan menggunakan indera

yang dimilikinya. Dalam pembelajaran ini penerapan belajar Visual dapat

dilakukan dengan melihat, memperhatikan, dan mengamati benda-benda yang

dipelajarinya, Auditori bermakna bahwa siswa belajar dari suara dengan bercerita

(mempresentasikan sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat dan

Kinestetik bermakna mengandalkan kepada gerak seperti gerak – gerak pada

sebuah tarian dan emosi untuk dapat mengingat suatu informasi (Soleh hamid,

2011:87).

Apabila sebuah pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsur VAK (visual,

auditori, kinestetik) maka pembelajaran akan berlangsung efektif. Dikarenakan,

dalam pembelajaran perlu adanya keaktifan secara fisik sehingga membantu

melatih pola pikir siswa dalam memecahkan masalah dengan kritis, logis, cepat,

dan tepa. Semua itu ada dalam pendekatan VAK. Pembelajaran, dengan

pendekatan VAK menekankan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung,

siswa harus memanfaatkan penggunaan indera, kecerdasan dan kreativitasnya

secara maksimal (De Poter, 2010:200).

Pembelajaran VAK dimulai dengan siswa mengeksplorasi pengetahuannya

tentang materi yang akan dipelajari sebagai bentuk penerapan pembelajaran

kinestetik, seperti memperagakan gerak tari melinting, penerapan pembelajaran

(7)

siswa melakukan dalam kelompok putra dan putri. Dalam kelompok, siswa akan

menganalisis bentuk-bentuk gerak sehingga siswa dapat memperagakan tari

melinting tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan

materi seperti sejarah tari melinting, busana tari melinting, fungsi tari melinting.

Dalam diskusi kelompok ini seluruh unsur VAK dapat diterapkan. Selanjutnya,

beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain

memberikan tanggapan sebagai bentuk penerapan visual, auditori, dan kinestetik.

Sebagai kegiatan akhir, siswa bersama guru menutup pelajaran dengan

menyimpulkan ide-ide pada proses pembelajaran.

Dipilihnya pendekatan VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari

melinting di SMP N 1 Sekampung Udik ini dikarenakan guru mata pelajaran seni

budaya tersebut telah menerapkan pendekatan VAK dalam pembelajaran di

ekstrakurikuler. Dari hasil wawancara 24 November 2015 dengan guru seni

budaya, pendekatan VAK dianggap mempermudah siswa dalam memahami mata

pelajaran dan guru lebih mudah melakukan evaluasi atau mengoreksi kesalahan

siswa pada saat memeragakan ragam gerak tarimelinting. Penggunaan pendekatan

VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari melinting dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa dapat dengan mudah menyerap

informasi melalui penglihatan, pendengaran dan gerakan sesuai dengan gaya

(8)

Tari melinting merupakan tari adat yang berasal dari kecamatan melinting

kabupaten Lampung Timur. Tari tradisional masyarakat keratuan melinting yang

merupakan peninggalan dari ratu melinting pada abad ke 16 yang lalu, tari ini

dulunya digelar untuk menyambut tamu agung (Mentri, Gubernur, Bupati dll)

yang datang ke daerahmelintingatau Lampung Timur (Sulan Ratu Idil, 2012:23).

Pada saat ini tari melinting sudah berubah fungsi digunakan sebagai pertunjukan

biasa yang mungkin dilombakan seperti tingkat sekolah. Tetapi masih ada pula

yang digunakan untuk menyambut tamu. Pembelajaran tari melinting yang

diajarkan di sekolah-sekolah saat ini sangatlah bagus, sebab akan menciptakan

generasi-generasi penerus untuk melestarikan tari adat.

Ekstrakurikuler yaitu kegiatan tambahan, diluar struktur program yang ada. Pada

umumnya merupakan kegiatan pilihan yang ada di sekolah (Suryosubroto, 2009:

287). Kegiatan pembelajaran tari melinting di SMP N 1 Sekampung udik

merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Guru seni budaya yang mengajar

memberikan pembelajaran di kegiatan tambahan, karena kegiatan pembelajaran

yang berkaitan dengan praktik khususnya tari akan memerlukan waktu yang

lumayan lama, untuk itu kegiatan belajar mengajar di kegiatan intrakulikuler lebih

menekankan pada kognitifnya.

Berdasarkan observasi pada tanggal 24 November 2014 di SMP N 1 Sekampung

Udik, Sekolah ini terletak di Kabupaten Lampung Timur tepatnya di Kecamatan

Sekampung Udik Desa Pugung Raharjo. Sekolah ini adalah sekolah yang sangat

(9)

diajarkan di SMP N 1 Sekampung Udik terutama dipembelajaran ektrakurikuler

adalah tari pendet, tari remo, tari sigeh pengunten, dan tari melinting. Dari

keempat tari yang ada di SMP N 1 Sekampung Udik peneliti memilih tari

melinting untuk penelitiannya dikarenakan adanya pelatih tari melinting.

kemudian tari melinting adalah tari berpasangan sehingga menghilangkan

anggapan bahwa penari itu perempuan. Dan juga tari melinting bertujuan untuk

melestarikan kebudayaan setempat. Sehingga sangatlah cocok bahwa tari

melinting diajarkan di sekolah tersebut. tidak hanya untuk pembelajaran materi

dan praktik tetapi juga dapat melestarikan kebudayaan daerah setempat.

Pembelajaran di SMP Negeri 1 Sekampug Udik Lampung Timur telah

menerapkan pendekatan VAK untuk pembelajaran tari melinting. Peneliti ini

hanya mengamati proses pendekatan VAK dalam pembelajaran tari melinting.

Dari beberapa pernyataan di atas pembelajaran tari melinting yang diajarkan di

SMP N 1 Sekampung Udik dengan menggunakan pendekatan VAK akanlah

menjadi sangat bermanfaat dan berguna sebagai pembelajaran yang berkarakter

dan juga dapat melestarikan kebudayaan daerah setempat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah yang penelitian

ini rumuskan adalah “Bagaimana proses dan hasil pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1

(10)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1.3.1 Mendiskripsikan proses pembelajaran dengan menggunakan pedekatan

VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.

1.3.2 Mendiskripsikan hasil pembelajaran dengan menggunakan pedekatan

VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.

1.4 Manfaat Penelitian

Gambaran tentang penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1.4.1 Bagi guru seni, diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang inovatif

dalam melakukan proses pembelajaran seni setelah mengetahui

pendekatan VAK dan dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan siswa.

1.4.2 Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang inovatif

setelah mengetahui pendekatan VAK dan diharapkan dapat

meningkatkan pembelajaran seni baik dalam kelas maupun luar kelas.

1.4.3 Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan refrensi

(11)

Berikut ini beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan menari tarimelinting

1.5.2 Subjek dalam penelitian ini adalah siswi SMP Negeri 1 Sekampung Udik

1.5.3 Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Sekampung Udik

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

Pada penelitian ini teori yang digunakan yaitu teori pembelajaran pendekatan

VAK (visual, auditori, kinestetik). Secara umum dalam kamus besar bahasa

Indonesia, dalam (Fadlillah, 2014:172) pembelajaran dimaknai sebagai proses,

cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Suyono dan Hariyanto dalam (Fadlillah, 2014:172) Pembelajaran yaitu

suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian. Pada

pembelajaran kurikulum 2013 proses pembelajaran pada satuan pendidikan

dislenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan

pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan proses

pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisien dan

(13)

Menurut Fadlillah (2014:174) prinsip-prinsip melaksanakan proses pembelajaran,

diantaranya sebagai berikut.

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik menjadi tahu.

2. Dari guru sebagai satu satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis

aneka sumber belajar.

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguat penggunaan

pendekatan ilmiah.

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi

5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

2.2 Pendekatan

2.2.1 Pengertian Pendekatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (tahun 2006), Pendekatan adalah proses,

cara, perbuatan mendekati (hendak berdamai dan bersahabat). Pendekatan

pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses

pembelajaran yang masih dalam arti umum yang di dalamnya dapat mewadahi,

menguatkan, memberikan inspirasi. Dalam pembelajaran sendiri mengenal

pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada

siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan

ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing- masing. Perlu dilihat

(14)

Menurut Kozma dan Gafur dalam (Hamzah, 2013: 4) secara umum menjelaskan

bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang

dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas dan bantuan kepada peserta didik

menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

2.3 Pendekatan VAK

Pendekatan VAK menggunakan tiga indera utama penerima: Visual, Auditory,

dan Kinestetik (gerakan) untuk menentukan pendekatan yang dominan. Vak

(Visual-Auditory-Kinestetik) berasal dari dunia belajar cepat dan populer karena

kesederhanaanya. Seseorang akan mempunyai satu atau dua gaya VAK yang

dominan, hal inilah yang dapat dikembangkan sebagai cara belajar yang efektif

bagi seseorang dalam mempelajari informasi baru. Menurut ahli teori VAK,

perlunya menyajikan informasi dengan menggunakan ketiga gaya. Hal ini

memungkinkan semua pelajaran mempunyai kesempatan untuk terlibat, tidak

perduli apa gaya pilihan mereka DePoter (2010: 214).

Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian DePoeter (2010:214), yaitu “kita

belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa

yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 79% dari apa yang kita

katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”.

(15)

2.3.1 Visual

Pada intinya pelajaran visual menggunakan apa yang mereka lihat untuk

me-nyerap informasi yang didapatnya. Karakteristik khas pelajar visual adalah

sebagai berikut: memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, mengingat

dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan (Deporter, 2010: 123).

DePorter (2010: 216) menyatakan bahwa, pelajar dengan gaya visual akan

membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam pelajaran

matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam

pe-mahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi pelajar visual

dalam mata pelajaran apapun. Para pelajar visual belajar terbaik saat mereka

melihat “gambaran keseluruhan”.

Menurut Hamid, (2011: 90) cara mengajar gaya pembelajaran visual:

1. Gunakan kertas dengan tulisan berwarna untuk menggambarkan grafis.

Lalu, gantungkan grafis berisi informasi penting disekeliling ruangan pada

saat kita menyajikannya, dan saat melakukan pembelajaran, rujukan pada

grafis tersebut.

2. Dorong siswa untuk menggambarkan informasi dengan menggunakan

peta, diagram, dan warna. Berikan waktu yang cukup untuk membuat

semua itu.

3. Berdiri tenang saat menyajikan segmen informasi dan bergeraklah diantara

segmen tersebut.

4. Bagikan salinan frasa – frasa kunci atau garis besar pelajaran, lalusisakan

(16)

5. Beri kode warna untuk bahan pelajaran dan perlengkapan, serta dorong

siswa untuk menyusun pelajarannya dengan anek warna.

6. Gunakan bahasa ikon dalam presentasi anda, dengan menciptakan simbol

visual atau ikon yang memiliki konsep kunci.

2.3.2 Auditory

DePorter (2010: 216) menyatakan bahwa, para pelajar auditory mungkin lebih

suka merekam pada kaset daripada mencatat, karena mereka suka mendengarkan

informasi berulang-ulang. Mereka mungkin mengulang sendiri dengan keras apa

yang dikatakan pendidik.

Menurut Hamid, (2011: 92) Cara gaya pembelajaran Auditori:

1. Gunakan Variasi Vokal, Seperti Perubahan Nada, Kecepatan, dan Volume

dalam presentasi pendidikan.

2. Ajarkan sesuai dengan cara kita menguji. Jika kita menyajikan informasi

dalam urutan atau format tertentu, ujilah informasi itu dengan cara yang

sama.

3. Gunakan pengulangan, lalu meminta siswa menyebutkan kembali konsep

kunci dan petunjuk.

4. Setelah segmen pendidikan disampaikan, mintalah siswa memberitahu

teman disebelahnya mengenai satu hal yang telah ia pelajari.

5. Nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu mengenai

konsep itu.

6. Gunakan musik sebagai aba – aba untuk kegiatan rutin (misalnya, musik

(17)

2.3.3 Kinestetik

Belajar dengan kinestetik lebih mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan

emosi untuk dapat mengingat suatu informasi. Mereka memiliki dua saluran yaitu

kinestetik (gerakan) dan taktil (sentuhan). Mereka cenderung kehilangan

konsentrasi jika ada sedikit atau tidak ada stimulasi eksternal atau gerakan.

Ketika mendengarkan ceramah mereka tidak selalu mencatat. Ketika membaca,

mereka suka untuk mengamati materi terlebih dahulu, dan kemudian fokus pada

rincian (mendapatkan gambaran besar pertama). Karakteristik khas pelajar

kinestetik adalah berbicara perlahan belajar dengan menunjukkan tulisan saat

membaca, mengingat sambil berjalan dan melihat (Deporter, 2010:217).

Melalui kombinasi yang baik antara visual-auditory-kinestetik dalam belajar, akan

mempermudah siswa menyerap, menyaring, dan mengolah informasi serta dalam

memahami konsep-konsep matematis yang mereka dapatkan selama proses

belajar berlangsung.

Menurut Hamid, (2011: 95) Cara mengajar gaya pembelajaran kinestetik.

1. Gunakan alat bantu saat mengajar, untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan

menekankan konsep–konsep kunci.

2. Ciptakan stimulasi konsep agar siswa mengalaminya.

3. Jika bekerja dengan seorang siswa, berikan bimbingan pararel dengan

duduk disebelahnya, bukan didepan atau dibelakangnya.

4. Cobalah berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari, sekalipun

dalam bentuk salam saat ia masuk atau ketika hendak melakukan

(18)

5. Peragakan konsep sambil berikan kesempatan kepada siswa untuk

mempelajarinya selangkah demi selangkah.

6. Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar kita kepada

siswa dan dorong siswa untuk melakukan hal yang sama.

2.3.4 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

Tabel 2.1 Proses Pembelajaran

No. Pendekatan (VAK)

1. Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:

- Peserta didik mengingat kembali mengenai materi. d. Motivasi:

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.

e. Guru memberikan pengarahan tentang topik yang dipelajari. 2. Kegiatan Inti

a. Siswa menggali pengetahuannya tentang pokok bahasan yang akan dipelajari.

b. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.

c. Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan.

d. Selama pembelajaran berlangsung guru memonitoring kegiatan siswa dan meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama.

3. Kegiatan Penutup

a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini.

b. Menutup pelajaran dengan doa dan salam.

(19)

2.4 Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang ada pada

umumnya yang merupakan kegiatan pilihan (Suryosubroto, 2009: 287).

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikurer seperti ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari

sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa

dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai

bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak

sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam

pelajaran sekolah.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni,

olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif

untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri (Suryosubroto, 2009: 288).

2.5 Seni Tari

Mustika (2012: 22) seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang

berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat

unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Dalam tari juga dikenal

wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud).

Menurut Mustika (2012: 22) keempat unsur dalam tarian.

1. Wiraga : Raga atau tubuh, yaitu gerak kaki sampai kepala, merupakan

media pokok gerak tari.

2. Wirama : Ritme (tempo) atau suatu pola untuk mencapai gerak yang

(20)

3. Wirasa : tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan

yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan gerak

tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian. Seperti sedih, gembira, tegas,

marah.

4. Wirupa : rupa dan wujud, memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan

melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya.

2.6 Tari Melinting

2.6.1 Sejarah Tari Melinting

Pada abad ke- 16 yaitu pada masa silsilah ke- 2 keratuan melinting pangeran

penembahan mas, pengaruh agama islam mulai mendominasi tata cara tari

melinting. Sejauh informasi yang diperoleh tari melinting belum dapat dipastikan

berasal dari kata apa, namun menurut Djuwita dan Titik (2004: 2) sementara yang

didapat melinting berasal dari kata “Melitting” dengan riwayatnya sebagai

berikut:

Ayahanda pangeran penembahan mas yang bergelar minak gejala biddin dan

saudaranya yang bergelar minak kejala ratu mengirim kabar kepada orang tuanya

yaitu sultan maulana hasanidin yang masih berada di Banten, meminta

pertolongan karena dikampung mereka sering diserang perompak. Oleh sultan

Banten dikirim “Petunggu Batang” berupa bibit tumbuh – tumbuhan untuk

menjaga serangan perompak:

1. Bibit Jati

2. Bibit Melaka (petai Cina)

(21)

4. Katang–Katang

Pohon jati ditanam dari bibit yang dikirim tersebut diantaranya tumbuh alang –

alang dengan batang melitting (melinting). Oleh kedua sultan Banten terebut

daerah tersebut dinamakan daerah melinting sampai saat ini Ratu Melinting

(Djuwita dan Titik, 2004: 2).

2.6.2 Fungsi TariMelinting

Tari Melinting sebelum mengalami perkembangan penyempurnaan (tahun 1958)

adalah mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting yang pementasannya hanya

ada saat acara Gawi Adat/ Keagungan Keratuan Melinting saja, yang mana

penarinya hanya sebatas putra dan putri Ratu Melinting dan dipentaskan di Sesat/

Balai Adat. Seiring dengan perkembangan jaman Tari Melinting mengalami

pergeseran fungsi yaitu merupakan tarian hiburan lepas sebagai tari penyambutan

Tamu Agung yang datang ke daerah Lampung Djuwita dan Titik (2004:5).

2.6.3 Tata Rias dan Busana TariMelinting

Busana tari tidak sama dengan pakaian sehari-hari. Fungsi fisik busana adalah

sebagai penutup dan pelindung tubuh, sedangkan fungsi estetiknya merupakan

unsur keindahan dan keserasian bagi tubuh penari. Fungsi busana juga tidak jauh

berbeda dengan tata rias, yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas

peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Dalam perkembangannya, pakaian tari

telah disesuaikan dengan kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak

hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat

(22)

oleh penciptanya dan dipakai oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai

terhadap warna, garis dan bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat

peranan, pemilihan warna, garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni

tari, serta akan memberi suasana yang dimaksudkan.

Dalam tarimelinting, busana yang digunakan penari putri adalah

a. Siger bercadar bunga pandan Subang

b. Kalung buah jukum

c. Gelang kano

d. Bulu seretei

e. Gelang rui sesapurhanda

f. Tapis

g. Jungsarat

Adapun busana penari putra adalah

a. Kopiah emas

b. Kembang melur bunga pandan

c. Buah jukum

d. Jungsarat

e. Papan jajar

f. Bulu seretei

g. Sesapur handap

h. Injang tuppal

i. Celana reluk belanga

j. Lengan tanpa aksesoris

(23)

2.6.4 Gerak Tari Melinting

Teknik gerak adalah suatu cara untuk melakukan suatu gerak tari agar lebih baik.

Teknik tari merupakan metode atau cara latihan tari yang sangat baik dan efektif,

sebagai persiapan fisik disamping juga untuk menujang ketrampilan gerak

dibidang tari, atau untuk mempersiapkan seorang penari, terutama pada siswa

maupun terhadap mahasiswa Mustika (2012:33).

Tabel 2.2 Ragam Gerak TariMelinting(Putra)

No. Nama Gerak (Putra) Keterangan

1. Babar Kipas Hitung ke 1

Kedua tangan diletakkan di depan dada

Dengan kipas dirapatkan

Hitungan ke 2

Kedua tangan membuka kipas sampai ke

samping badan, dengan kaki melangkah

ke depan

Hitungan ke 3

Sama seperti hitungan 1

Hitungan ke 4

Sama seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 5

Sama seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 6

Sama seperti hitunga ke 2

Hitungan ke 7

Sama seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 8

(24)

No. Nama Gerak (Putra) Keterangan

2.

3.

Sukhung Sekapan

Balik Palau

Sebuah gerakan yang bergantian tangan

kanan kiri mendorong ke depan sambil

memegang kipas. Kaki berjalan maju ke

depan sambil memegang kipas. Kaki

berjalan maju ke depan atau bisa juga

mundur.

Hitungan ke 1

Tangan kanan mendorong kipas ke

depan dengan kaki kanan maju ke depan

Hitungan ke 2

Tangan kiri mendorong kipas ke depan,

lalu kaki kiri maju ke depan

Hitungan ke 3

Mengulang seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 4

Mengulang sperti hitungan ke 2

Hitungan ke 5

Mengulang seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 6

Mengulang seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 7

Mengulang seperti hitungan 1

Hitungan ke 8

Mengulang seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 1

Tangan kanan dan kiri disamping dan

didepan dada dengan membentuk huruf

“L” lalu digerakkan sedikit kekiri, kaki

di depan dihentakan

(25)

No. Nama Gerak (Putra) Keterangan

4. Salaman

Tangan kanan dan kiri di samping dan di

depan dada dengan membentuk huruf

“L” lalu digerakkan sedikit ke kanan,

kaki depan dihentakan

Hitungan ke 3

Mengulang hitungan 1

Hitungan ke 4

Mengulang hitungan 2

Hitungan ke 5

Mengulang hitungan 1

Hitungan ke 6

Mengulang hitungan 2

Hitungan ke 7

Mengulang hitungan 1

Hitungan ke 8

Mengulang hitungan 2

Hitungan ke 1-2

Posisi badan jongkok kedua tangan

dirapatkan di depan dada, kemudian

hitungan ke 2 kedua tangan menggeser

ke kanan

Hitunganke 3-4

Posisi badan jongkok kedua tangan

dirapatkan di depan dada, kemudian

pada hitungan ke 4 kedua tangan

(26)

No. Nama Gerak (Putra) Keterangan

5.

6.

Suali

Niti Batang

Hitungan ke 5-6

Posisi badan jongkok kedua tangan

dirapatkan di depan dada, kemudian

pada hitungan ke 6 kedua tangan

menggeser ke kiri

Hitungan ke 7-8

Posisi badan jongkok kedua tangan

dirapatkan ke depan dada, kemudian

pada hitungan ke 8 kedua tangan

menggeser kembali ke tengah

Hitungan 1-4

Gerak tangan babar kipas dan kaki kanan

dan kiri secara bergantian ke depan

Hitungan 5-6

Posisi jongkok dengan kedua tangan

babar kipas

Hitungan 7-8

Posisi berdiri badan condong ke

belakang, tangan babar kipas dengan

kaki kanan maju ke depan

Hitungan ke 1-2

(27)

No. Nama Gerak (Putra) Keterangan

7. Jong sumbah

kiri ke atas dan tangan kanan di tekuk di

depan dada

Hitungan ke 3-6

Rapatkan kaki kiri silang ke arah kanan

bersamaan memutar badan (setengah

lingkaran) sambil merendah

Hitungan ke 7-8

Tangan kiri lurus ke samping kanan

tangan kiri ditekuk di depan dada

Hitungan ke 1-7

Gerak tangan babar kipas dan badan

turun kebawah (jongkok)

Hitungan ke 8

Kedua tangan berhenti di depan dada

dan kaki dilipat kebelakang dan

diduduki (simpuh)

(28)

Tabel 2.3 Ragam Gerak TariMelinting(Putri)

No. Nama Gerak (Putri) Keterangan

1.

2.

Babar Kipas

Jong Sumbah

Hitungan 1

Kedua tangan diletakkan di depan

dada. Dengan kipas dirapatkan

Hitungan 2

Kedua tangan membuka kipas sampai

kesamping badan dengan kaki

melangkah ke depan.

degan posisi jongkok, kemudian di

sambung dengan hitungan ke 2

tangan diayunkan membuka

kesamping sejajar dada

(29)

No. Nama Gerak (Putri) Keterangan

3. Sukhung Sekapan

Kedua tangan diayunkan membuka

dan menutup kipas, dengan badan

serong ke kanan

Hitungan ke 5-6

Kedua tangan diayunkan membuka

dan menutup kipas, dengan badan

kembali ke tengah

Hitungan 7-8

Kedua tangan diayunkan membuka

dan menutup kipas, dengan badan

serong ke kiri

Sebuah gerakan yang berganti tangan

kanan dan kiri mendorong ke depan.

Kaki bisa maju atau mundur

Hitungan ke 1

Tangan kanan mendorong kipas ke

depan dengan kaki kanan maju ke

depan

Hitungan ke 2

Tangan kiri mendorong kipas ke

depan, lalu kaki kiri maju ke depan

Hitungan ke 3

Mengulang seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 4

Mengulang seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 5

(30)

No. Nama Gerak (Putri) Keterangan

4. Ngiyau Bias

Hitungan ke 6

Mengulang seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 7

Mengulang seperti hitungan ke 1

Hitungan ke 8

Mengulang seperti hitungan ke 2

Hitungan ke 1-4

Posisi badan tegak , kedua tangan

sejajar pinggul kanan, kedua tangan

memegang kipas dengan mengukel

kearah dalam, kemudian kedua

tangan pindah sejajar pinggul kiri

dengan posisi jari tegak

Hitungan ke 5-8

Posisi badan tegak, kedua tangan

sejajar pinggul kiri, kedua tangan

memegang kipas dengan mengukel

kearah dalam, kemudian kedua

tangan pindah sejajar pinggul kanan

(31)

No. Nama Gerak (Putri) Keterangan

5.

6.

Melayang

Injak Tai Manuk

Hitungan ke 1-8

Posisi badan tegak tangan kanan ke

atas dengan kipas tegak, tangan kiri

ke bawah dengan kipas tegak pula,

kipas di ukel ke dalam, dengan gerak

kaki injak lado

Dilakukan berulang dari hitungan 1

sampai hitungan ke 8

Hitungan ke 1-2

Posisi badan tegak, kaki kanan ujung

jari menyentuh lantai (tidak

menapak), kedua tangan di depan

pinggang memegang kipas

Hitungan ke 3-4

Posisi badan tegak. Kaki kanan maju

ke depan dengan jari menyentuh

lantai.kedua tangan diluruskan ke

depan sejajar pinggang

Hitungan 5-8

Posisi badan tegak dengan

memutarkan badan searah 180o

dengan kedua tangan lurus ke depan

(32)

No. Nama Gerak (Putri) Keterangan

7. Timbangan Hitungan 1-8

Posisi badan berdiri tegak. Kedua

tangan kesamping pinggang dengan

kipas ditegakkan, kemudian kipas

ditegakkan. Kemudian kipas diputar

ke arah dalam (diukel). Gearakan

kaki adalah gerakan Injak Lado.

Gerakan ini dari hitungan 1 sampai 8

dilakukan berulang ulang

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian merupakan tata cara pengumpulan dan menganalisis data agar

dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi / sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendiskripsikan,

menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan prilaku yang dapat

diamati (Margono, 2010: 36).

Sementara menurut Moleong (Margono, 2010: 36) penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristiwanya.

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan Pendekatan VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam

Pembelajaran Tari Melinting pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1

(34)

Adapun rancangan atau desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengamati kesiapan rencana kegiatan harian guru pada pembelajaran tari

melintingsebelum memasuki langkah pelaksanaan pembelajaran.

2. Mengamati pembelajaran tari melinting dengan menggunakan pendekatan

VAK (visual, auditori, kinestetik) pada setiap pertemuan.

3. Mengamati aktivitas guru dan siswa serta kondisi yang terjadi pada

pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan berdasarkan review kegiatan

berupa foto, video serta catatan lapangan.

4. Menganalisis pembelajaran tarimelintingsetiap pertemuan.

3.2 Sumber data

Sumber data penelitian ini adalah data pembelajaran tarimelintingyang dilakukan

di SMP Negeri 1 Sekampung Udik dengan menggunakan Pendekatan VAK yaitu

guru bidang studi seni budaya, siswa yang akan mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan VAK sebanyak 12 siswi dan ragam gerak tari melinting yaitu babar

kipas, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan injak lado, injak tai

manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti batang, balik palo, suali,

kenui melayang, nyiduk, dan lapah ayun.

3.3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan melalui observasi, wawancara,

(35)

3.3.1 Observasi

Observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi,

mengumpulkan data, dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian suatu

penelitian dan yang terpenting yaitu proses – proses pengamatan dan ingatan

(Sugiono 2013: 203).

Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati proses pembelajaran tari

melinting menggunakan pendekatan VAK pada kegiatan ekstrakurikuler di

SMP N 1 Sekampung Udik. Melalui observasi ini dapat diperoleh data tentang

pembelajaran tarimelintingmenggunakan pendekatan VAK.

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih

mendalam (Sugiyono 2013: 194).

Penelitian ini menggunakan wawancara untuk memperoleh data dan informasi

dari sumbernya langsung yaitu guru ekstrakulikuler tari dan siswa siswi yang

mengikuti ekstrakulikuler tari mengenai pembelajaran tarimelintingpada kegiatan

ekstrakulikuler tari di SMP N 1 Sekampung Udik. Teknik yang digunakan untuk

wawancara disini yaitu tanya jawab langsung dengan guru ekstrakurikuler dan

(36)

3.3.3 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini menggunakan dokumentasi untuk memperoleh

informasi berupa data dan laporan dalam bentuk video maupun foto yang diambil

dalam pembelajaran tari pada kegiatan ekstrakulikuler di SMP N 1 Sekampung

Udik. yang bertujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan proses dan

hasil belajar siswa dan siswi. Teknik yang digunakan pada dokumentasi ini yaitu

langsung mengambil foto dan video ketika pembelajaran ekstrakurikuler

berlangsung.

3.3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, karena pada penelitian

pengambilan data, observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

Materi yang diberikan adalah pokok bahasan tarimelinting.

Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan wawancara,

panduan dokumentasi, dan tes praktik.

1. Panduan observasi

Lembar observasi digunakan peneliti pada saat melakukan pengamatan

dilapangan secara langsung, tentang apa yang dilihat peneliti.

2. Panduan wawancara

Lembar wawancara digunakan peneliti untuk mengumpulkan data - data

tertulis. Dengan cara tanya jawab dengan guru seni budaya dan 12 siswa dan

(37)

Lembar dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto–foto

atau pun video.

4. Lembar Pengamatan Tes praktik

Lembar tes praktik digunakan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar

tari Melinting dengan menggunakan gaya belajar VAK (visual, auditori,

kinestetik). Lembar tes praktik yang digunakan menggunakan ketentuan

aspek–aspek penilaian yang sudah ditentukan.

3.4 Tes Praktik

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pembelajarn tari melinting

yang berbentuk praktik untuk memperoleh hasil belajar siswa dan siswi.

Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti dibawah

ini:

Tabel 3.1 Lembar pengamatan tes praktik

(38)
(39)

dan tidak sesuai

(40)
(41)

pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 20. Hasil belajar

siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan presentase untuk skala lima

sebagai berikut :

Tabel 3.2 Presentase Skala Lima

Interval Preentase Tingka Penguasaan Keterangan 85% - 100% Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang

0% - 39% Gagal

(Sugiyono, 2013: 257)

Dalam penerapan pendekatan VAK, guru melakukan pembelajaran dengan

menggunakan indra yang ada pada tubuh seperti penglihatan, pendengaran dan

gerak. Penerapan pendekatan VAK dilakukan oleh guru akan diberi tanda

ceklist(√)sebagai bentuk terlaksananya proses pembelajaran. Berikut adalah tabel

penerapan VAK yang dilaksanakan oleh guru.

Tabel 3.3 Penerapan Pendekatan Visual Auditori Kinestetik Oleh Guru

No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

A Visual

1 Guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh gerak tarimelinting

(42)

B Auditori

1 Guru menyampaikan materi dengan memberikan hitungan pada setiap bentuk gerak tari

melinting gerak setiap ragam gerak tari

melinting

2 Guru menyampaikan materi dengan memberikan urutan gerak tarimelinting

Keterangan : P1 = Pertemuan Pertama P5 = Pertemuan Kelima

P2 = Pertemuan Kedua P6 = Pertemuan Keenam

P3 = Pertemuan Ketiga P7 = Pertemuan Ketujuh

P4 = Petemuan Keempat P8 = Pertemuan Kedelapan

Tabel 3.3 Penilaian Pendekatan Visual Auditori Kinestetik

A.

Kategori penilaian VAK

Skor Keterangan Visual

1. Jika seluruh siswa memperhatikan gerak atau siswa

memperhatikan video tarimelinting 5 Baik Sekali

2. Jika ke 10 siswa memperhatikan gerak atau siswa

memperhatikan video tarimelintingdan 2 siswa

tidak memperhatikan

4 Baik

3. Jika ke 8 siswa memperhatikan gerak atau siswa

memperhatikan video tarimelintingdan 4 siswa

tidak memperhatikan

3 Cukup

4. Jika ke 6 siswa memperhatikan gerak atau siswa

(43)

5. Jika ke 4 siswa memperhatikan gerak atau siswa

memperhatikan video tarimelintingdan 8 siswa

tidak memperhatikan

1 Gagal

B. Auditori

1. Jika semua siswa mendengarkan hitungan atau siswa

mendengarkan musik tarimelinting 5 Baik Sekali

2. Jika ke 10 siswa mendengarkan hitungan atau siswa

mendengarkan musik tarimelintingdan 2 siswa

tidak mendengarkan

4 Baik

3. Jika ke 8 siswa mendengarkan hitungan atau siswa

mendengarkan musik tarimelintingdan 4 siswa

tidak mendengarkan

3 Cukup

4. Jika ke 6 siswa mendengarkan hitungan atau siswa

mendengarkan musik tarimelintingdan 6 siswa

tidak mendengarkan

2 Kurang

5. Jika ke 4 siswa mendengarkan hitungan atau siswa

mendengarkan musik tarimelintingdan 8 siswa

tidak mendengarkan

1 Gagal

C. Kinestetik

1. Jika semua siswa suka bergerak tari atau siswa

menghafal gerak tari 5 Baik Sekali

2. Jika ke 10 siswa suka bergerak tari atau siswa

menghafal gerak tari dan 2 siswa kesulitan

memperagakan gerak

4 Baik

3. Jika ke 8 siswa suka bergerak tari atau siswa

menghafal gerak tari dan 4 siswa kesulitan

memperagakan gerak

3 Cukup

4. Jika ke 6 siswa suka bergerak tari atau siswa

menghafal gerak tari dan 6 siswa kesulitan

memperagakan gerak

2 Kurang

(44)

menghafal gerak tari dan 8 siswa kesulitan

memperagakan gerak

Tabel di atas digunakan oleh guru untuk memaksimalkan pendekatan VAK

(Depoter, 2010:214).

Dalam proses pembelajaran VAK yang akan dilakukan oleh guru adalah

langkah-langkah pendekatan visual, auditori, kinestetik. Langkah-langkah-langkah ini akan

digunakan oleh peneliti untuk melakukan penilaian kepada guru.

Tabel 3.5 Langkah Langkah Pendekatan Visual,Auditori, Kinestetik

No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

6 Evaluasi dari hasil belajar dengan siswi

(45)

P3 = Pertemuan Ketiga P7 = Pertemuan Ketujuh

P4 = Pertemuan Keempat P8 = Pertemuan Kedelapan

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sesuai sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain

(Sugiyono, 2013:224).

Hasil analisis disusun untuk mendiskripsikan pembelajaran gaya belajar VAK

(visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari melinting pada kegiatan

ekstrakulikuler di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.

Langkah–langkah analisis data pada penelitian ini adalah:

1. Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran pendekatan VAK (visual,

auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tarimelinting.

2. Menganalisis hasil tes tari melinting menggunakan gaya belajar VAK

(visual, auditori, kinestetik).

3. Memberi nilai hasil tes praktik siswa dan siswi.

Nilai = Skor perolehan X 100

Skor maksimal

4. Menentukan hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil

belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan tolak ukur

(46)

5. Menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

6. Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data –data

pada saat observasi, dokumentasi dan hasil tes praktik serta aktivitas siswa

(47)

5.1 Simpulan

Pembelajaran tari melinting dengan menggunakan pendekatan VAK dapat

membantu pengetahuan siswa dalam bidang seni tari. Dalam proses pembelajaran

tarimelinting siswasangat aktif melakukan gerak terlihat dari rasa ingin tahu yang

tinggi ketika guru mengajarkan gerak putra siswi kelompok putri mengikut

dibelakang begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan pendekatan

VAK diperoleh simpulan berikut ini:

Proses pembelajaran VAK (visual, auditori, kinestetik) mengalami peningkatan

dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan. Terlihat dari 3 aspek VAK,

yaitu: aspek visual terlihat siswa yang memperhatikan pembelajaran tarimelinting

dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yaitu gerak babar kipas,

lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan, injak lado, injak

tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti batang, suali, kenui

melayang. Aspek auditori terlihat siswa mendengarkan pada saat pembelajaran

(48)

babar kipas, lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan,

injak lado, injak tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti

batang, suali, kenui melayang, namun pada pertemuan kelima dan keenam siswa

mengalami penurunan. Aspek kinestetik siswa menari dengan teknik dan urutan

gerak tari melinting dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedelapan yaitu

gerak babar kipas, lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung

sekapan, injak lado, injak tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam,

niti batang, suali, kenui melayang, namun siswa mengalami penurunan pada

pertemuan keenam. Adanya peningkatan pemahaman siswa yang mendapat

pembelajaran pendekatan VAK karena adanya Faktor utama yang menyebabkan

ada peningkatan pemahaman, yaitu: (a) siswa; masih memiliki sifat sosial (saling

membantu), (b) guru; cukup menggali kemampuan siswa. Aspek sikap siswa

terhadap pembelajaran tari melinting memperlihatkan pencapaian pembentukan

karakter dan keterampilan sosial siswa berupa: teliti, kreatif, pantang menyerah,

rasa ingin tahu, kerja sama, dan tenggang rasa yang mengikuti pembelajaran

VAK.

Terdapat temuan- temuan ketika guru melakukan pembelajaran yaitu dalam

menerapkan VAK guru mengajar dengan caranya sendiri, ada ragam gerak tari

melinting yang belum diajarkan, guru tidak mempunyai instrumen dalam

penilaian pendekatan VAK dan guru tidak objektif dalam menilai siswa.

Hasil pembelajaran VAK (visual, auditori, kinestetik) secara keseluruhan

(49)

mendapatkan kriteria cukup sesuai dengan topik pembelajaran. Penilaian

diberikan melalui empat aspek, yaitu: wirama yang mendapat kriteria cukup

dengan skor 60,00. Hafalan yang mendapat kriteria baik sekali dengan skor 86,66.

Wiraga yang mendapat kriteria baik dengan skor 73,33. Wirasa yang mendapat

kriteria kurang dengan skor 58,33. Dari seluruh hasil pembelajaran yang artinya

bahwa rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran tari melinting

dengan menggunakan pendekatan VAK pada kegiatan ekstrakurikuler sangan

cocok untuk diterapkan, hal ini terbukti dari siswa yang sangat aktif terlihat dari

aspek VAK yaitu siswa melihat, siswa mendengarkan dan siswa memperagakan,

pada saat pembelajaran berlangsung.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai

berikut:

1. Hendaknya dalam melakukan pembelajaran kesesuaian antara metode yang

digunankan haruslah sama dengan cara guru mengajar dikelas.

2. Ketika memberikan materi tari melinting hendaknya guru menuntaskan ragam

gerak yang diajarkan.

3. Dalam melakukan pembelajaran guru diharuskan untuk mempunyai instrumen

proses dan hail pembelajaran.

4. Ketika memberikan penilaian guru diharapkan menilai siswa dengan lebih

(50)

5. Diharapkan guru dapat lebih menggali kemampuan siswa dalam proses

pembelajaran dan membentuk karakter siswa dengan menerapkan

pembelajaran VAK secara optimal.

6. Bagi siswa laki-laki hendaknya dapat berpartisipasi dalam kelas ekstrakurikuler

tari untuk dapat melakuan pembelajaran gerak tari, karena peminat

ekstrakurikuler tari cenderung hanya siswi perempuan

7. Diharapkan peneliti lain, dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjut

atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Deporter, B. (2010).Quantum Teaching. Bandung:KAIFA.

Fadlillah M. 2014.Implmentasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Hamid Sholeh. 2011.Metode Edu Tainment. Jogjakarta: DIFA

Hamzah, Mohamad. 2013.Belajar dengan pendekatan PAIKEM.Jakarta: Remaja Rosdakarya

Margono S. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Mustika I Wayan. 2012. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung: AURA

Mustika I Wayan. 2013.Tari Muli Siger. Bandar Lampung: AURA

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Universitas Lampung. 2012. Bandar Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung Lampung: Universitas Lampung

UPTD Taman Budaya Propinsi Lampung. 2004. Diskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung

Gambar

Tabel 2.1 Proses Pembelajaran
Tabel 2.2 Ragam Gerak Tari Melinting (Putra)
Tabel 2.3 Ragam Gerak Tari Melinting (Putri)
Tabel 3.1 Lembar pengamatan tes praktik
+4

Referensi

Dokumen terkait