DI SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
BAMBANG SUTEJO
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
1.5 Ruang lingkup penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ... 9
2.2 Pendekatan ... 10
2.3 Pendekatan VAK ... 11
2.4 Ekstrakulikuler ... 16
2.5 Seni Tari ... 16
2.6 Tari Melinting ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ... 30
3.3 Teknik pengumpulan data ... 31
3.4 Tes Praktik ... 34
3.5 Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitiaan ... 44
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 47
4.2.1 Permohonan izin ... 48
4.2.2 Pertemuan Pertama ... 48
A. Deskripsi pertemuan pertama ... 48
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan pertama ... 51
4.2.3 Pertemuan Kedua ... 60
A. Deskripsi pertemuan kedua ... 60
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kedua... 63
4.2.4 Pertemuan Ketiga ... 73
A. Deskripsi pertemuan ketiga ... 73
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan ketiga ... 76
4.2.5 Pertemuan keempat ... 86
A. Deskripsi pertemuan keempat ... 86
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan keempat... 89
4.2.6 Pertemuan Kelima ... 98
A. Deskripsi pertemuan kelima ... 98
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kelima ... 101
4.2.7 Pertemuan Keenam ... 108
A. Deskripsi pertemuan keenam ... 108
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan keenam ... 110
4.2.8 Pertemuan Ketujuh ... 117
A. Deskripsi pertemuan ketujuh ... 117
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan ketujuh ... 119
4.2.9 Pertemuan Kedelapan ... 126
A. Deskripsi pertemuan kedelapan ... 126
B. Pembahasan pelaksanaan pertemuan kedelapan ... 128
4.3 Temuan ... 140
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 142
5.2 Saran ... 144
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dunia pendidikan
dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya
manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Pendidikan merupakan suatu
wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa
secara berkesinambungan yaitu membina mental, intelektual, dan kepribadian
dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan perlu
mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari pemerintah,
masyarakat maupun pengelola pendidikan (Wanger, 2004:11).
Pendidikan saat ini menekankan bahwa pendidikan harus lebih menekankan pada
proses belajar dibandingkan proses mengajar. Hal ini berarti pendidikan harus
menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Pembelajaran juga
melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika
menginginkan hasil belajar menjadi lebih baik. Salah satu kriteria pembelajaran
yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan mudah,
menyenangkan, dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Namun pada
kenyataannya siswa kesulitan dalam menerima, merespon, dan mengembangkan
umum, siswa mengalami kesulitan memahami materi yang diberikan oleh guru.
Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi proses pemahaman siswa adalah
penyampaian pola materi yang tidak melalui langkah terstruktur, padahal dalam
pelajaran seni harus menekankan kepada kreatifvitas siswa yang terus meningkat.
Untuk itu siswa harus dibiasakan mendapatkan materi seni yang sistematis dan
terstruktur (Wanger, 2004:11).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran seni
terutama seni tari metode yang sering digunakan guru adalah metode demontrasi
karena metode ini berupa praktik. Akan tetapi berasarkan pengamatan di SMP N 1
Sekampung Udik Lampung Timur pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi memiliki kelemahan-kelemahan seperti: siswa tidak mendapatkan
pengetahuan tentang tari secara teori, membutuhkan guru yang mempunyai
kemampuan dan ketrampilan dibidang seni tari. Hal inilah yang dirasa perlu
menerapkan metode-metode yang baru untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Salah satunya adalah mengubah pembelajaran yang monoton menjadi
pembelajaran yang efektif. Untuk itu, guru harusnya mampu menawarkan
pendekatan, metode, model, strategi, dan teknik dalam mengajar yang dapat
membangkitkan perhatian siswa sehingga menjadi aktif dan termotivasi untuk
belajar.
Salah satu cara yang digunakan guru seni budaya di SMP N 1 Ssekampung Udik
pendekatan visual, auditori, dan kinestetik (pendekatan VAK). Pembelajaran
dengan pendekatan VAK ( Visual, Auditori, dan Kinestetik ) yaitu pembelajaran
yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas siswa dengan menggunakan indera
yang dimilikinya. Dalam pembelajaran ini penerapan belajar Visual dapat
dilakukan dengan melihat, memperhatikan, dan mengamati benda-benda yang
dipelajarinya, Auditori bermakna bahwa siswa belajar dari suara dengan bercerita
(mempresentasikan sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat dan
Kinestetik bermakna mengandalkan kepada gerak seperti gerak – gerak pada
sebuah tarian dan emosi untuk dapat mengingat suatu informasi (Soleh hamid,
2011:87).
Apabila sebuah pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsur VAK (visual,
auditori, kinestetik) maka pembelajaran akan berlangsung efektif. Dikarenakan,
dalam pembelajaran perlu adanya keaktifan secara fisik sehingga membantu
melatih pola pikir siswa dalam memecahkan masalah dengan kritis, logis, cepat,
dan tepa. Semua itu ada dalam pendekatan VAK. Pembelajaran, dengan
pendekatan VAK menekankan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa harus memanfaatkan penggunaan indera, kecerdasan dan kreativitasnya
secara maksimal (De Poter, 2010:200).
Pembelajaran VAK dimulai dengan siswa mengeksplorasi pengetahuannya
tentang materi yang akan dipelajari sebagai bentuk penerapan pembelajaran
kinestetik, seperti memperagakan gerak tari melinting, penerapan pembelajaran
siswa melakukan dalam kelompok putra dan putri. Dalam kelompok, siswa akan
menganalisis bentuk-bentuk gerak sehingga siswa dapat memperagakan tari
melinting tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan
materi seperti sejarah tari melinting, busana tari melinting, fungsi tari melinting.
Dalam diskusi kelompok ini seluruh unsur VAK dapat diterapkan. Selanjutnya,
beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain
memberikan tanggapan sebagai bentuk penerapan visual, auditori, dan kinestetik.
Sebagai kegiatan akhir, siswa bersama guru menutup pelajaran dengan
menyimpulkan ide-ide pada proses pembelajaran.
Dipilihnya pendekatan VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari
melinting di SMP N 1 Sekampung Udik ini dikarenakan guru mata pelajaran seni
budaya tersebut telah menerapkan pendekatan VAK dalam pembelajaran di
ekstrakurikuler. Dari hasil wawancara 24 November 2015 dengan guru seni
budaya, pendekatan VAK dianggap mempermudah siswa dalam memahami mata
pelajaran dan guru lebih mudah melakukan evaluasi atau mengoreksi kesalahan
siswa pada saat memeragakan ragam gerak tarimelinting. Penggunaan pendekatan
VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari melinting dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa dapat dengan mudah menyerap
informasi melalui penglihatan, pendengaran dan gerakan sesuai dengan gaya
Tari melinting merupakan tari adat yang berasal dari kecamatan melinting
kabupaten Lampung Timur. Tari tradisional masyarakat keratuan melinting yang
merupakan peninggalan dari ratu melinting pada abad ke 16 yang lalu, tari ini
dulunya digelar untuk menyambut tamu agung (Mentri, Gubernur, Bupati dll)
yang datang ke daerahmelintingatau Lampung Timur (Sulan Ratu Idil, 2012:23).
Pada saat ini tari melinting sudah berubah fungsi digunakan sebagai pertunjukan
biasa yang mungkin dilombakan seperti tingkat sekolah. Tetapi masih ada pula
yang digunakan untuk menyambut tamu. Pembelajaran tari melinting yang
diajarkan di sekolah-sekolah saat ini sangatlah bagus, sebab akan menciptakan
generasi-generasi penerus untuk melestarikan tari adat.
Ekstrakurikuler yaitu kegiatan tambahan, diluar struktur program yang ada. Pada
umumnya merupakan kegiatan pilihan yang ada di sekolah (Suryosubroto, 2009:
287). Kegiatan pembelajaran tari melinting di SMP N 1 Sekampung udik
merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Guru seni budaya yang mengajar
memberikan pembelajaran di kegiatan tambahan, karena kegiatan pembelajaran
yang berkaitan dengan praktik khususnya tari akan memerlukan waktu yang
lumayan lama, untuk itu kegiatan belajar mengajar di kegiatan intrakulikuler lebih
menekankan pada kognitifnya.
Berdasarkan observasi pada tanggal 24 November 2014 di SMP N 1 Sekampung
Udik, Sekolah ini terletak di Kabupaten Lampung Timur tepatnya di Kecamatan
Sekampung Udik Desa Pugung Raharjo. Sekolah ini adalah sekolah yang sangat
diajarkan di SMP N 1 Sekampung Udik terutama dipembelajaran ektrakurikuler
adalah tari pendet, tari remo, tari sigeh pengunten, dan tari melinting. Dari
keempat tari yang ada di SMP N 1 Sekampung Udik peneliti memilih tari
melinting untuk penelitiannya dikarenakan adanya pelatih tari melinting.
kemudian tari melinting adalah tari berpasangan sehingga menghilangkan
anggapan bahwa penari itu perempuan. Dan juga tari melinting bertujuan untuk
melestarikan kebudayaan setempat. Sehingga sangatlah cocok bahwa tari
melinting diajarkan di sekolah tersebut. tidak hanya untuk pembelajaran materi
dan praktik tetapi juga dapat melestarikan kebudayaan daerah setempat.
Pembelajaran di SMP Negeri 1 Sekampug Udik Lampung Timur telah
menerapkan pendekatan VAK untuk pembelajaran tari melinting. Peneliti ini
hanya mengamati proses pendekatan VAK dalam pembelajaran tari melinting.
Dari beberapa pernyataan di atas pembelajaran tari melinting yang diajarkan di
SMP N 1 Sekampung Udik dengan menggunakan pendekatan VAK akanlah
menjadi sangat bermanfaat dan berguna sebagai pembelajaran yang berkarakter
dan juga dapat melestarikan kebudayaan daerah setempat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah yang penelitian
ini rumuskan adalah “Bagaimana proses dan hasil pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.3.1 Mendiskripsikan proses pembelajaran dengan menggunakan pedekatan
VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.
1.3.2 Mendiskripsikan hasil pembelajaran dengan menggunakan pedekatan
VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.
1.4 Manfaat Penelitian
Gambaran tentang penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1.4.1 Bagi guru seni, diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang inovatif
dalam melakukan proses pembelajaran seni setelah mengetahui
pendekatan VAK dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan siswa.
1.4.2 Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang inovatif
setelah mengetahui pendekatan VAK dan diharapkan dapat
meningkatkan pembelajaran seni baik dalam kelas maupun luar kelas.
1.4.3 Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan refrensi
Berikut ini beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan menari tarimelinting
1.5.2 Subjek dalam penelitian ini adalah siswi SMP Negeri 1 Sekampung Udik
1.5.3 Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Sekampung Udik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran
Pada penelitian ini teori yang digunakan yaitu teori pembelajaran pendekatan
VAK (visual, auditori, kinestetik). Secara umum dalam kamus besar bahasa
Indonesia, dalam (Fadlillah, 2014:172) pembelajaran dimaknai sebagai proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Menurut Suyono dan Hariyanto dalam (Fadlillah, 2014:172) Pembelajaran yaitu
suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian. Pada
pembelajaran kurikulum 2013 proses pembelajaran pada satuan pendidikan
dislenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisien dan
Menurut Fadlillah (2014:174) prinsip-prinsip melaksanakan proses pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut.
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik menjadi tahu.
2. Dari guru sebagai satu satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguat penggunaan
pendekatan ilmiah.
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
2.2 Pendekatan
2.2.1 Pengertian Pendekatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (tahun 2006), Pendekatan adalah proses,
cara, perbuatan mendekati (hendak berdamai dan bersahabat). Pendekatan
pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses
pembelajaran yang masih dalam arti umum yang di dalamnya dapat mewadahi,
menguatkan, memberikan inspirasi. Dalam pembelajaran sendiri mengenal
pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada
siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan
ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing- masing. Perlu dilihat
Menurut Kozma dan Gafur dalam (Hamzah, 2013: 4) secara umum menjelaskan
bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas dan bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
2.3 Pendekatan VAK
Pendekatan VAK menggunakan tiga indera utama penerima: Visual, Auditory,
dan Kinestetik (gerakan) untuk menentukan pendekatan yang dominan. Vak
(Visual-Auditory-Kinestetik) berasal dari dunia belajar cepat dan populer karena
kesederhanaanya. Seseorang akan mempunyai satu atau dua gaya VAK yang
dominan, hal inilah yang dapat dikembangkan sebagai cara belajar yang efektif
bagi seseorang dalam mempelajari informasi baru. Menurut ahli teori VAK,
perlunya menyajikan informasi dengan menggunakan ketiga gaya. Hal ini
memungkinkan semua pelajaran mempunyai kesempatan untuk terlibat, tidak
perduli apa gaya pilihan mereka DePoter (2010: 214).
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian DePoeter (2010:214), yaitu “kita
belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa
yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 79% dari apa yang kita
katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”.
2.3.1 Visual
Pada intinya pelajaran visual menggunakan apa yang mereka lihat untuk
me-nyerap informasi yang didapatnya. Karakteristik khas pelajar visual adalah
sebagai berikut: memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, mengingat
dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan (Deporter, 2010: 123).
DePorter (2010: 216) menyatakan bahwa, pelajar dengan gaya visual akan
membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam pelajaran
matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam
pe-mahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi pelajar visual
dalam mata pelajaran apapun. Para pelajar visual belajar terbaik saat mereka
melihat “gambaran keseluruhan”.
Menurut Hamid, (2011: 90) cara mengajar gaya pembelajaran visual:
1. Gunakan kertas dengan tulisan berwarna untuk menggambarkan grafis.
Lalu, gantungkan grafis berisi informasi penting disekeliling ruangan pada
saat kita menyajikannya, dan saat melakukan pembelajaran, rujukan pada
grafis tersebut.
2. Dorong siswa untuk menggambarkan informasi dengan menggunakan
peta, diagram, dan warna. Berikan waktu yang cukup untuk membuat
semua itu.
3. Berdiri tenang saat menyajikan segmen informasi dan bergeraklah diantara
segmen tersebut.
4. Bagikan salinan frasa – frasa kunci atau garis besar pelajaran, lalusisakan
5. Beri kode warna untuk bahan pelajaran dan perlengkapan, serta dorong
siswa untuk menyusun pelajarannya dengan anek warna.
6. Gunakan bahasa ikon dalam presentasi anda, dengan menciptakan simbol
visual atau ikon yang memiliki konsep kunci.
2.3.2 Auditory
DePorter (2010: 216) menyatakan bahwa, para pelajar auditory mungkin lebih
suka merekam pada kaset daripada mencatat, karena mereka suka mendengarkan
informasi berulang-ulang. Mereka mungkin mengulang sendiri dengan keras apa
yang dikatakan pendidik.
Menurut Hamid, (2011: 92) Cara gaya pembelajaran Auditori:
1. Gunakan Variasi Vokal, Seperti Perubahan Nada, Kecepatan, dan Volume
dalam presentasi pendidikan.
2. Ajarkan sesuai dengan cara kita menguji. Jika kita menyajikan informasi
dalam urutan atau format tertentu, ujilah informasi itu dengan cara yang
sama.
3. Gunakan pengulangan, lalu meminta siswa menyebutkan kembali konsep
kunci dan petunjuk.
4. Setelah segmen pendidikan disampaikan, mintalah siswa memberitahu
teman disebelahnya mengenai satu hal yang telah ia pelajari.
5. Nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu mengenai
konsep itu.
6. Gunakan musik sebagai aba – aba untuk kegiatan rutin (misalnya, musik
2.3.3 Kinestetik
Belajar dengan kinestetik lebih mengandalkan kepada sentuhan seperti gerak dan
emosi untuk dapat mengingat suatu informasi. Mereka memiliki dua saluran yaitu
kinestetik (gerakan) dan taktil (sentuhan). Mereka cenderung kehilangan
konsentrasi jika ada sedikit atau tidak ada stimulasi eksternal atau gerakan.
Ketika mendengarkan ceramah mereka tidak selalu mencatat. Ketika membaca,
mereka suka untuk mengamati materi terlebih dahulu, dan kemudian fokus pada
rincian (mendapatkan gambaran besar pertama). Karakteristik khas pelajar
kinestetik adalah berbicara perlahan belajar dengan menunjukkan tulisan saat
membaca, mengingat sambil berjalan dan melihat (Deporter, 2010:217).
Melalui kombinasi yang baik antara visual-auditory-kinestetik dalam belajar, akan
mempermudah siswa menyerap, menyaring, dan mengolah informasi serta dalam
memahami konsep-konsep matematis yang mereka dapatkan selama proses
belajar berlangsung.
Menurut Hamid, (2011: 95) Cara mengajar gaya pembelajaran kinestetik.
1. Gunakan alat bantu saat mengajar, untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan
menekankan konsep–konsep kunci.
2. Ciptakan stimulasi konsep agar siswa mengalaminya.
3. Jika bekerja dengan seorang siswa, berikan bimbingan pararel dengan
duduk disebelahnya, bukan didepan atau dibelakangnya.
4. Cobalah berbicara dengan setiap siswa secara pribadi setiap hari, sekalipun
dalam bentuk salam saat ia masuk atau ketika hendak melakukan
5. Peragakan konsep sambil berikan kesempatan kepada siswa untuk
mempelajarinya selangkah demi selangkah.
6. Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar kita kepada
siswa dan dorong siswa untuk melakukan hal yang sama.
2.3.4 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
Tabel 2.1 Proses Pembelajaran
No. Pendekatan (VAK)
1. Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:
- Peserta didik mengingat kembali mengenai materi. d. Motivasi:
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.
e. Guru memberikan pengarahan tentang topik yang dipelajari. 2. Kegiatan Inti
a. Siswa menggali pengetahuannya tentang pokok bahasan yang akan dipelajari.
b. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
c. Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan.
d. Selama pembelajaran berlangsung guru memonitoring kegiatan siswa dan meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama.
3. Kegiatan Penutup
a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini.
b. Menutup pelajaran dengan doa dan salam.
2.4 Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang ada pada
umumnya yang merupakan kegiatan pilihan (Suryosubroto, 2009: 287).
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikurer seperti ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari
sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai
bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak
sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah.
Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni,
olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif
untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri (Suryosubroto, 2009: 288).
2.5 Seni Tari
Mustika (2012: 22) seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang
berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat
unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi. Dalam tari juga dikenal
wiraga (tubuh), wirama (irama), wirasa (penghayatan), dan wirupa (wujud).
Menurut Mustika (2012: 22) keempat unsur dalam tarian.
1. Wiraga : Raga atau tubuh, yaitu gerak kaki sampai kepala, merupakan
media pokok gerak tari.
2. Wirama : Ritme (tempo) atau suatu pola untuk mencapai gerak yang
3. Wirasa : tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam tarian, perasaan
yang diekspresikan lewat raut wajah dan gerak. Keseluruhan gerak
tersebut menjelaskan jiwa dan emosi tarian. Seperti sedih, gembira, tegas,
marah.
4. Wirupa : rupa dan wujud, memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan
melalui warna, busana, dan rias yang disesuaikan dengan peranannya.
2.6 Tari Melinting
2.6.1 Sejarah Tari Melinting
Pada abad ke- 16 yaitu pada masa silsilah ke- 2 keratuan melinting pangeran
penembahan mas, pengaruh agama islam mulai mendominasi tata cara tari
melinting. Sejauh informasi yang diperoleh tari melinting belum dapat dipastikan
berasal dari kata apa, namun menurut Djuwita dan Titik (2004: 2) sementara yang
didapat melinting berasal dari kata “Melitting” dengan riwayatnya sebagai
berikut:
Ayahanda pangeran penembahan mas yang bergelar minak gejala biddin dan
saudaranya yang bergelar minak kejala ratu mengirim kabar kepada orang tuanya
yaitu sultan maulana hasanidin yang masih berada di Banten, meminta
pertolongan karena dikampung mereka sering diserang perompak. Oleh sultan
Banten dikirim “Petunggu Batang” berupa bibit tumbuh – tumbuhan untuk
menjaga serangan perompak:
1. Bibit Jati
2. Bibit Melaka (petai Cina)
4. Katang–Katang
Pohon jati ditanam dari bibit yang dikirim tersebut diantaranya tumbuh alang –
alang dengan batang melitting (melinting). Oleh kedua sultan Banten terebut
daerah tersebut dinamakan daerah melinting sampai saat ini Ratu Melinting
(Djuwita dan Titik, 2004: 2).
2.6.2 Fungsi TariMelinting
Tari Melinting sebelum mengalami perkembangan penyempurnaan (tahun 1958)
adalah mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting yang pementasannya hanya
ada saat acara Gawi Adat/ Keagungan Keratuan Melinting saja, yang mana
penarinya hanya sebatas putra dan putri Ratu Melinting dan dipentaskan di Sesat/
Balai Adat. Seiring dengan perkembangan jaman Tari Melinting mengalami
pergeseran fungsi yaitu merupakan tarian hiburan lepas sebagai tari penyambutan
Tamu Agung yang datang ke daerah Lampung Djuwita dan Titik (2004:5).
2.6.3 Tata Rias dan Busana TariMelinting
Busana tari tidak sama dengan pakaian sehari-hari. Fungsi fisik busana adalah
sebagai penutup dan pelindung tubuh, sedangkan fungsi estetiknya merupakan
unsur keindahan dan keserasian bagi tubuh penari. Fungsi busana juga tidak jauh
berbeda dengan tata rias, yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas
peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Dalam perkembangannya, pakaian tari
telah disesuaikan dengan kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak
hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat
oleh penciptanya dan dipakai oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai
terhadap warna, garis dan bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat
peranan, pemilihan warna, garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni
tari, serta akan memberi suasana yang dimaksudkan.
Dalam tarimelinting, busana yang digunakan penari putri adalah
a. Siger bercadar bunga pandan Subang
b. Kalung buah jukum
c. Gelang kano
d. Bulu seretei
e. Gelang rui sesapurhanda
f. Tapis
g. Jungsarat
Adapun busana penari putra adalah
a. Kopiah emas
b. Kembang melur bunga pandan
c. Buah jukum
d. Jungsarat
e. Papan jajar
f. Bulu seretei
g. Sesapur handap
h. Injang tuppal
i. Celana reluk belanga
j. Lengan tanpa aksesoris
2.6.4 Gerak Tari Melinting
Teknik gerak adalah suatu cara untuk melakukan suatu gerak tari agar lebih baik.
Teknik tari merupakan metode atau cara latihan tari yang sangat baik dan efektif,
sebagai persiapan fisik disamping juga untuk menujang ketrampilan gerak
dibidang tari, atau untuk mempersiapkan seorang penari, terutama pada siswa
maupun terhadap mahasiswa Mustika (2012:33).
Tabel 2.2 Ragam Gerak TariMelinting(Putra)
No. Nama Gerak (Putra) Keterangan
1. Babar Kipas Hitung ke 1
Kedua tangan diletakkan di depan dada
Dengan kipas dirapatkan
Hitungan ke 2
Kedua tangan membuka kipas sampai ke
samping badan, dengan kaki melangkah
ke depan
Hitungan ke 3
Sama seperti hitungan 1
Hitungan ke 4
Sama seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 5
Sama seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 6
Sama seperti hitunga ke 2
Hitungan ke 7
Sama seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 8
No. Nama Gerak (Putra) Keterangan
2.
3.
Sukhung Sekapan
Balik Palau
Sebuah gerakan yang bergantian tangan
kanan kiri mendorong ke depan sambil
memegang kipas. Kaki berjalan maju ke
depan sambil memegang kipas. Kaki
berjalan maju ke depan atau bisa juga
mundur.
Hitungan ke 1
Tangan kanan mendorong kipas ke
depan dengan kaki kanan maju ke depan
Hitungan ke 2
Tangan kiri mendorong kipas ke depan,
lalu kaki kiri maju ke depan
Hitungan ke 3
Mengulang seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 4
Mengulang sperti hitungan ke 2
Hitungan ke 5
Mengulang seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 6
Mengulang seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 7
Mengulang seperti hitungan 1
Hitungan ke 8
Mengulang seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 1
Tangan kanan dan kiri disamping dan
didepan dada dengan membentuk huruf
“L” lalu digerakkan sedikit kekiri, kaki
di depan dihentakan
No. Nama Gerak (Putra) Keterangan
4. Salaman
Tangan kanan dan kiri di samping dan di
depan dada dengan membentuk huruf
“L” lalu digerakkan sedikit ke kanan,
kaki depan dihentakan
Hitungan ke 3
Mengulang hitungan 1
Hitungan ke 4
Mengulang hitungan 2
Hitungan ke 5
Mengulang hitungan 1
Hitungan ke 6
Mengulang hitungan 2
Hitungan ke 7
Mengulang hitungan 1
Hitungan ke 8
Mengulang hitungan 2
Hitungan ke 1-2
Posisi badan jongkok kedua tangan
dirapatkan di depan dada, kemudian
hitungan ke 2 kedua tangan menggeser
ke kanan
Hitunganke 3-4
Posisi badan jongkok kedua tangan
dirapatkan di depan dada, kemudian
pada hitungan ke 4 kedua tangan
No. Nama Gerak (Putra) Keterangan
5.
6.
Suali
Niti Batang
Hitungan ke 5-6
Posisi badan jongkok kedua tangan
dirapatkan di depan dada, kemudian
pada hitungan ke 6 kedua tangan
menggeser ke kiri
Hitungan ke 7-8
Posisi badan jongkok kedua tangan
dirapatkan ke depan dada, kemudian
pada hitungan ke 8 kedua tangan
menggeser kembali ke tengah
Hitungan 1-4
Gerak tangan babar kipas dan kaki kanan
dan kiri secara bergantian ke depan
Hitungan 5-6
Posisi jongkok dengan kedua tangan
babar kipas
Hitungan 7-8
Posisi berdiri badan condong ke
belakang, tangan babar kipas dengan
kaki kanan maju ke depan
Hitungan ke 1-2
No. Nama Gerak (Putra) Keterangan
7. Jong sumbah
kiri ke atas dan tangan kanan di tekuk di
depan dada
Hitungan ke 3-6
Rapatkan kaki kiri silang ke arah kanan
bersamaan memutar badan (setengah
lingkaran) sambil merendah
Hitungan ke 7-8
Tangan kiri lurus ke samping kanan
tangan kiri ditekuk di depan dada
Hitungan ke 1-7
Gerak tangan babar kipas dan badan
turun kebawah (jongkok)
Hitungan ke 8
Kedua tangan berhenti di depan dada
dan kaki dilipat kebelakang dan
diduduki (simpuh)
Tabel 2.3 Ragam Gerak TariMelinting(Putri)
No. Nama Gerak (Putri) Keterangan
1.
2.
Babar Kipas
Jong Sumbah
Hitungan 1
Kedua tangan diletakkan di depan
dada. Dengan kipas dirapatkan
Hitungan 2
Kedua tangan membuka kipas sampai
kesamping badan dengan kaki
melangkah ke depan.
degan posisi jongkok, kemudian di
sambung dengan hitungan ke 2
tangan diayunkan membuka
kesamping sejajar dada
No. Nama Gerak (Putri) Keterangan
3. Sukhung Sekapan
Kedua tangan diayunkan membuka
dan menutup kipas, dengan badan
serong ke kanan
Hitungan ke 5-6
Kedua tangan diayunkan membuka
dan menutup kipas, dengan badan
kembali ke tengah
Hitungan 7-8
Kedua tangan diayunkan membuka
dan menutup kipas, dengan badan
serong ke kiri
Sebuah gerakan yang berganti tangan
kanan dan kiri mendorong ke depan.
Kaki bisa maju atau mundur
Hitungan ke 1
Tangan kanan mendorong kipas ke
depan dengan kaki kanan maju ke
depan
Hitungan ke 2
Tangan kiri mendorong kipas ke
depan, lalu kaki kiri maju ke depan
Hitungan ke 3
Mengulang seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 4
Mengulang seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 5
No. Nama Gerak (Putri) Keterangan
4. Ngiyau Bias
Hitungan ke 6
Mengulang seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 7
Mengulang seperti hitungan ke 1
Hitungan ke 8
Mengulang seperti hitungan ke 2
Hitungan ke 1-4
Posisi badan tegak , kedua tangan
sejajar pinggul kanan, kedua tangan
memegang kipas dengan mengukel
kearah dalam, kemudian kedua
tangan pindah sejajar pinggul kiri
dengan posisi jari tegak
Hitungan ke 5-8
Posisi badan tegak, kedua tangan
sejajar pinggul kiri, kedua tangan
memegang kipas dengan mengukel
kearah dalam, kemudian kedua
tangan pindah sejajar pinggul kanan
No. Nama Gerak (Putri) Keterangan
5.
6.
Melayang
Injak Tai Manuk
Hitungan ke 1-8
Posisi badan tegak tangan kanan ke
atas dengan kipas tegak, tangan kiri
ke bawah dengan kipas tegak pula,
kipas di ukel ke dalam, dengan gerak
kaki injak lado
Dilakukan berulang dari hitungan 1
sampai hitungan ke 8
Hitungan ke 1-2
Posisi badan tegak, kaki kanan ujung
jari menyentuh lantai (tidak
menapak), kedua tangan di depan
pinggang memegang kipas
Hitungan ke 3-4
Posisi badan tegak. Kaki kanan maju
ke depan dengan jari menyentuh
lantai.kedua tangan diluruskan ke
depan sejajar pinggang
Hitungan 5-8
Posisi badan tegak dengan
memutarkan badan searah 180o
dengan kedua tangan lurus ke depan
No. Nama Gerak (Putri) Keterangan
7. Timbangan Hitungan 1-8
Posisi badan berdiri tegak. Kedua
tangan kesamping pinggang dengan
kipas ditegakkan, kemudian kipas
ditegakkan. Kemudian kipas diputar
ke arah dalam (diukel). Gearakan
kaki adalah gerakan Injak Lado.
Gerakan ini dari hitungan 1 sampai 8
dilakukan berulang ulang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Desain penelitian merupakan tata cara pengumpulan dan menganalisis data agar
dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi / sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendiskripsikan,
menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan prilaku yang dapat
diamati (Margono, 2010: 36).
Sementara menurut Moleong (Margono, 2010: 36) penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristiwanya.
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan Pendekatan VAK (visual, auditori, kinestetik) dalam
Pembelajaran Tari Melinting pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1
Adapun rancangan atau desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati kesiapan rencana kegiatan harian guru pada pembelajaran tari
melintingsebelum memasuki langkah pelaksanaan pembelajaran.
2. Mengamati pembelajaran tari melinting dengan menggunakan pendekatan
VAK (visual, auditori, kinestetik) pada setiap pertemuan.
3. Mengamati aktivitas guru dan siswa serta kondisi yang terjadi pada
pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan berdasarkan review kegiatan
berupa foto, video serta catatan lapangan.
4. Menganalisis pembelajaran tarimelintingsetiap pertemuan.
3.2 Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah data pembelajaran tarimelintingyang dilakukan
di SMP Negeri 1 Sekampung Udik dengan menggunakan Pendekatan VAK yaitu
guru bidang studi seni budaya, siswa yang akan mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan VAK sebanyak 12 siswi dan ragam gerak tari melinting yaitu babar
kipas, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan injak lado, injak tai
manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti batang, balik palo, suali,
kenui melayang, nyiduk, dan lapah ayun.
3.3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan melalui observasi, wawancara,
3.3.1 Observasi
Observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi,
mengumpulkan data, dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian suatu
penelitian dan yang terpenting yaitu proses – proses pengamatan dan ingatan
(Sugiono 2013: 203).
Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati proses pembelajaran tari
melinting menggunakan pendekatan VAK pada kegiatan ekstrakurikuler di
SMP N 1 Sekampung Udik. Melalui observasi ini dapat diperoleh data tentang
pembelajaran tarimelintingmenggunakan pendekatan VAK.
3.3.2 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih
mendalam (Sugiyono 2013: 194).
Penelitian ini menggunakan wawancara untuk memperoleh data dan informasi
dari sumbernya langsung yaitu guru ekstrakulikuler tari dan siswa siswi yang
mengikuti ekstrakulikuler tari mengenai pembelajaran tarimelintingpada kegiatan
ekstrakulikuler tari di SMP N 1 Sekampung Udik. Teknik yang digunakan untuk
wawancara disini yaitu tanya jawab langsung dengan guru ekstrakurikuler dan
3.3.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini menggunakan dokumentasi untuk memperoleh
informasi berupa data dan laporan dalam bentuk video maupun foto yang diambil
dalam pembelajaran tari pada kegiatan ekstrakulikuler di SMP N 1 Sekampung
Udik. yang bertujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan proses dan
hasil belajar siswa dan siswi. Teknik yang digunakan pada dokumentasi ini yaitu
langsung mengambil foto dan video ketika pembelajaran ekstrakurikuler
berlangsung.
3.3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, karena pada penelitian
pengambilan data, observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti itu sendiri.
Materi yang diberikan adalah pokok bahasan tarimelinting.
Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan wawancara,
panduan dokumentasi, dan tes praktik.
1. Panduan observasi
Lembar observasi digunakan peneliti pada saat melakukan pengamatan
dilapangan secara langsung, tentang apa yang dilihat peneliti.
2. Panduan wawancara
Lembar wawancara digunakan peneliti untuk mengumpulkan data - data
tertulis. Dengan cara tanya jawab dengan guru seni budaya dan 12 siswa dan
Lembar dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto–foto
atau pun video.
4. Lembar Pengamatan Tes praktik
Lembar tes praktik digunakan untuk memperoleh data terhadap hasil belajar
tari Melinting dengan menggunakan gaya belajar VAK (visual, auditori,
kinestetik). Lembar tes praktik yang digunakan menggunakan ketentuan
aspek–aspek penilaian yang sudah ditentukan.
3.4 Tes Praktik
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pembelajarn tari melinting
yang berbentuk praktik untuk memperoleh hasil belajar siswa dan siswi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti dibawah
ini:
Tabel 3.1 Lembar pengamatan tes praktik
dan tidak sesuai
pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 20. Hasil belajar
siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan presentase untuk skala lima
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Presentase Skala Lima
Interval Preentase Tingka Penguasaan Keterangan 85% - 100% Baik Sekali
75% - 84% Baik
60% - 74% Cukup
40% - 59% Kurang
0% - 39% Gagal
(Sugiyono, 2013: 257)
Dalam penerapan pendekatan VAK, guru melakukan pembelajaran dengan
menggunakan indra yang ada pada tubuh seperti penglihatan, pendengaran dan
gerak. Penerapan pendekatan VAK dilakukan oleh guru akan diberi tanda
ceklist(√)sebagai bentuk terlaksananya proses pembelajaran. Berikut adalah tabel
penerapan VAK yang dilaksanakan oleh guru.
Tabel 3.3 Penerapan Pendekatan Visual Auditori Kinestetik Oleh Guru
No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
A Visual
1 Guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh gerak tarimelinting
B Auditori
1 Guru menyampaikan materi dengan memberikan hitungan pada setiap bentuk gerak tari
melinting gerak setiap ragam gerak tari
melinting
2 Guru menyampaikan materi dengan memberikan urutan gerak tarimelinting
Keterangan : P1 = Pertemuan Pertama P5 = Pertemuan Kelima
P2 = Pertemuan Kedua P6 = Pertemuan Keenam
P3 = Pertemuan Ketiga P7 = Pertemuan Ketujuh
P4 = Petemuan Keempat P8 = Pertemuan Kedelapan
Tabel 3.3 Penilaian Pendekatan Visual Auditori Kinestetik
A.
Kategori penilaian VAK
Skor Keterangan Visual
1. Jika seluruh siswa memperhatikan gerak atau siswa
memperhatikan video tarimelinting 5 Baik Sekali
2. Jika ke 10 siswa memperhatikan gerak atau siswa
memperhatikan video tarimelintingdan 2 siswa
tidak memperhatikan
4 Baik
3. Jika ke 8 siswa memperhatikan gerak atau siswa
memperhatikan video tarimelintingdan 4 siswa
tidak memperhatikan
3 Cukup
4. Jika ke 6 siswa memperhatikan gerak atau siswa
5. Jika ke 4 siswa memperhatikan gerak atau siswa
memperhatikan video tarimelintingdan 8 siswa
tidak memperhatikan
1 Gagal
B. Auditori
1. Jika semua siswa mendengarkan hitungan atau siswa
mendengarkan musik tarimelinting 5 Baik Sekali
2. Jika ke 10 siswa mendengarkan hitungan atau siswa
mendengarkan musik tarimelintingdan 2 siswa
tidak mendengarkan
4 Baik
3. Jika ke 8 siswa mendengarkan hitungan atau siswa
mendengarkan musik tarimelintingdan 4 siswa
tidak mendengarkan
3 Cukup
4. Jika ke 6 siswa mendengarkan hitungan atau siswa
mendengarkan musik tarimelintingdan 6 siswa
tidak mendengarkan
2 Kurang
5. Jika ke 4 siswa mendengarkan hitungan atau siswa
mendengarkan musik tarimelintingdan 8 siswa
tidak mendengarkan
1 Gagal
C. Kinestetik
1. Jika semua siswa suka bergerak tari atau siswa
menghafal gerak tari 5 Baik Sekali
2. Jika ke 10 siswa suka bergerak tari atau siswa
menghafal gerak tari dan 2 siswa kesulitan
memperagakan gerak
4 Baik
3. Jika ke 8 siswa suka bergerak tari atau siswa
menghafal gerak tari dan 4 siswa kesulitan
memperagakan gerak
3 Cukup
4. Jika ke 6 siswa suka bergerak tari atau siswa
menghafal gerak tari dan 6 siswa kesulitan
memperagakan gerak
2 Kurang
menghafal gerak tari dan 8 siswa kesulitan
memperagakan gerak
Tabel di atas digunakan oleh guru untuk memaksimalkan pendekatan VAK
(Depoter, 2010:214).
Dalam proses pembelajaran VAK yang akan dilakukan oleh guru adalah
langkah-langkah pendekatan visual, auditori, kinestetik. Langkah-langkah-langkah ini akan
digunakan oleh peneliti untuk melakukan penilaian kepada guru.
Tabel 3.5 Langkah Langkah Pendekatan Visual,Auditori, Kinestetik
No Aspek P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
6 Evaluasi dari hasil belajar dengan siswi
P3 = Pertemuan Ketiga P7 = Pertemuan Ketujuh
P4 = Pertemuan Keempat P8 = Pertemuan Kedelapan
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sesuai sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Sugiyono, 2013:224).
Hasil analisis disusun untuk mendiskripsikan pembelajaran gaya belajar VAK
(visual, auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tari melinting pada kegiatan
ekstrakulikuler di SMP Negeri 1 Sekampung Udik.
Langkah–langkah analisis data pada penelitian ini adalah:
1. Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran pendekatan VAK (visual,
auditori, kinestetik) dalam pembelajaran tarimelinting.
2. Menganalisis hasil tes tari melinting menggunakan gaya belajar VAK
(visual, auditori, kinestetik).
3. Memberi nilai hasil tes praktik siswa dan siswi.
Nilai = Skor perolehan X 100
Skor maksimal
4. Menentukan hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil
belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan tolak ukur
5. Menganalisis proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
6. Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data –data
pada saat observasi, dokumentasi dan hasil tes praktik serta aktivitas siswa
5.1 Simpulan
Pembelajaran tari melinting dengan menggunakan pendekatan VAK dapat
membantu pengetahuan siswa dalam bidang seni tari. Dalam proses pembelajaran
tarimelinting siswasangat aktif melakukan gerak terlihat dari rasa ingin tahu yang
tinggi ketika guru mengajarkan gerak putra siswi kelompok putri mengikut
dibelakang begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan pendekatan
VAK diperoleh simpulan berikut ini:
Proses pembelajaran VAK (visual, auditori, kinestetik) mengalami peningkatan
dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan. Terlihat dari 3 aspek VAK,
yaitu: aspek visual terlihat siswa yang memperhatikan pembelajaran tarimelinting
dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yaitu gerak babar kipas,
lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan, injak lado, injak
tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti batang, suali, kenui
melayang. Aspek auditori terlihat siswa mendengarkan pada saat pembelajaran
babar kipas, lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung sekapan,
injak lado, injak tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam, niti
batang, suali, kenui melayang, namun pada pertemuan kelima dan keenam siswa
mengalami penurunan. Aspek kinestetik siswa menari dengan teknik dan urutan
gerak tari melinting dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedelapan yaitu
gerak babar kipas, lapah ayun, babar kipas duduk, jong sembah, sukhung
sekapan, injak lado, injak tai manuk, melayang, timbangan, nginyou bias, salam,
niti batang, suali, kenui melayang, namun siswa mengalami penurunan pada
pertemuan keenam. Adanya peningkatan pemahaman siswa yang mendapat
pembelajaran pendekatan VAK karena adanya Faktor utama yang menyebabkan
ada peningkatan pemahaman, yaitu: (a) siswa; masih memiliki sifat sosial (saling
membantu), (b) guru; cukup menggali kemampuan siswa. Aspek sikap siswa
terhadap pembelajaran tari melinting memperlihatkan pencapaian pembentukan
karakter dan keterampilan sosial siswa berupa: teliti, kreatif, pantang menyerah,
rasa ingin tahu, kerja sama, dan tenggang rasa yang mengikuti pembelajaran
VAK.
Terdapat temuan- temuan ketika guru melakukan pembelajaran yaitu dalam
menerapkan VAK guru mengajar dengan caranya sendiri, ada ragam gerak tari
melinting yang belum diajarkan, guru tidak mempunyai instrumen dalam
penilaian pendekatan VAK dan guru tidak objektif dalam menilai siswa.
Hasil pembelajaran VAK (visual, auditori, kinestetik) secara keseluruhan
mendapatkan kriteria cukup sesuai dengan topik pembelajaran. Penilaian
diberikan melalui empat aspek, yaitu: wirama yang mendapat kriteria cukup
dengan skor 60,00. Hafalan yang mendapat kriteria baik sekali dengan skor 86,66.
Wiraga yang mendapat kriteria baik dengan skor 73,33. Wirasa yang mendapat
kriteria kurang dengan skor 58,33. Dari seluruh hasil pembelajaran yang artinya
bahwa rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran tari melinting
dengan menggunakan pendekatan VAK pada kegiatan ekstrakurikuler sangan
cocok untuk diterapkan, hal ini terbukti dari siswa yang sangat aktif terlihat dari
aspek VAK yaitu siswa melihat, siswa mendengarkan dan siswa memperagakan,
pada saat pembelajaran berlangsung.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya dalam melakukan pembelajaran kesesuaian antara metode yang
digunankan haruslah sama dengan cara guru mengajar dikelas.
2. Ketika memberikan materi tari melinting hendaknya guru menuntaskan ragam
gerak yang diajarkan.
3. Dalam melakukan pembelajaran guru diharuskan untuk mempunyai instrumen
proses dan hail pembelajaran.
4. Ketika memberikan penilaian guru diharapkan menilai siswa dengan lebih
5. Diharapkan guru dapat lebih menggali kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran dan membentuk karakter siswa dengan menerapkan
pembelajaran VAK secara optimal.
6. Bagi siswa laki-laki hendaknya dapat berpartisipasi dalam kelas ekstrakurikuler
tari untuk dapat melakuan pembelajaran gerak tari, karena peminat
ekstrakurikuler tari cenderung hanya siswi perempuan
7. Diharapkan peneliti lain, dapat menjadikan bahan referensi penelitian lanjut
atau penelitian serupa sebagai pengembangan dari penelitian ini dengan
DAFTAR PUSTAKA
Deporter, B. (2010).Quantum Teaching. Bandung:KAIFA.
Fadlillah M. 2014.Implmentasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Hamid Sholeh. 2011.Metode Edu Tainment. Jogjakarta: DIFA
Hamzah, Mohamad. 2013.Belajar dengan pendekatan PAIKEM.Jakarta: Remaja Rosdakarya
Margono S. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mustika I Wayan. 2012. Teknik Dasar Gerak Tari Lampung. Bandar Lampung: AURA
Mustika I Wayan. 2013.Tari Muli Siger. Bandar Lampung: AURA
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Universitas Lampung. 2012. Bandar Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung Lampung: Universitas Lampung
UPTD Taman Budaya Propinsi Lampung. 2004. Diskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung