i
EFEKTIFITAS PENDEKATAN
CONTENT AND
LANGUAGE INTEGRATED LEARNING
(CLIL)
MELALUI
RUNNING DICTATION
UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI LISAN
SISWA SEKOLAH
BILINGUAL
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Wati 4201409110
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Efektifitas Pendekatan Content and Language Integrated
Learning (CLIL) Melalui Running Dictation untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Keterampilan Berkomunikasi Lisan Sekolah Bilingual” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang pada
hari : Kamis
tanggal : 1 Agustus, 2013
Penguji/ Pembimbing Utama Penguji/Pembimbing Pendamping
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 1 Agustus 2013
Wati
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Efektifitas Pendekatan Content and Language Integrated Learning (CLIL) Melalui Running Dictation untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Sekolah Bilingual
disusun oleh Wati
4201409110
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 1 Agustus 2013
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.
NIP. 196313121988031001 NIP. 196306101989011002
Ketua Penguji
Dr.Sulhadi, M.Si.
NIP. 197108161998021001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah: 6).
“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan
kegigihan” (Samuel Jhonson, kritikus Inggris). PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk: Ibu dan bapak tercinta,
Keluargaku tercinta, Teman-teman Fisika 2009,
vi
PRAKATA
Alhamdulillaahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendekatan Content and Language Integrated Learning (CLIL) Melalui Running Dictation untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Sekolah Bilingual ” .
Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., rektor UNNES; 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA UNNES;
3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES; 4. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., dosen pembimbing utama; 5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D., dosen pembimbing pendamping; 6. Seluruh dosen Jurusan Fisika;
7. Drs. Sutomo, A.Md, MM., kepala SMP Negeri 2 Semarang; 8. Dra. Dyah Purwaningrum, guru fisika SMP Negeri 2 Semarang;
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
vii
ABSTRAK
Wati. 2013. Efektifitas Pendekatan Content and Language Integrated Learning (CLIL) Melalui Running Dictation untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Sekolah Bilingual. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc. dan Pembimbing Pendamping Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D.
Kata kunci: CLIL, Running Dictation, Hasil Belajar, Keterampilan Berkomunikasi Lisan.
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PERNYATAAN ... PENGESAHAN ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... PRAKATA ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB
1. PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Penegasan Istilah ... 1.6 Sistematika Penulisan ... 2. TINJAUAN PUSTAKA ...
2.1 Sekolah Bilingual ... 2.2 CLIL ... 2.3 Running Dictation ... 2.4 Hasil Belajar ... 2.5 Keterampilan Berkomunikasi ... 2.6 Materi Ajar ... 2.7 Kerangka Berpikir ...
ix
2.8 Hipotesis ... 3. METODE PENELITIAN ... 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.2 Subyek Penelitian ... 3.3 Desain Penelitian ... 3.4 Variabel Penelitian ... 3.5 Prosedur Penelitian ... 3.6 Metode Pengumpulan Data ... 3.7 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ... 3.8 Analisis Data ... 3.9 Indikator Keberhasilan ... 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 4.2 Pembahasan ... 5. PENUTUP ... 5.1 Simpulan ... 5.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 3.2 Tabel Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ... 3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ... 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 3.8 Klasifikasi Faktor Gain ... 3.9 Rentang Klasifikasi Skor Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa .. 4.1 Hasil Uji Variansi ... 4.2 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif ... 4.3 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 4.4 Hasil Analisis Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif ... 4.5 Hasil t-test Hasil Belajar kognitif ... 4.6 Hasil Uji Gain Hasil Belajar Kognitif... 4.7 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berkomunikasi Lisan ... 4.8 Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori pada Pretest ... 4.9 Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori pada Posttest ... .
4.10 Hasil t-test Keterampilan Berkomunikasi Lisan ... 4.11 Hasil Uji Gain Keterampilan Berkomunikasi Lisan ...
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 3.1 Prosedur Penelitian ... 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 4.2 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Pretest dan Posttest ... 4.3 Perbandingan Faktor Gain Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 4.4 Perbandingan Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori Keterampilan Berkomunikasi Lisan pada Pretest dan Posttest antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 4.5 Perbandingan Faktor Gain Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...
28 32
44
45
47
49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 2. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 3. Syllabus ... 4. Lesson Plan 1 ... 5. Lesson Plan 2 ... 6. Lesson Plan 3 ... 7. Lembar Obervasi Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Kelas Kontrol ... 8. Lembar Obervasi Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Kelas Eksperimen ... 9. Test Lattice ...
10. Questions Test ... 11. Answer Sheet Qustions Test... 12. Answer Questions Test ... 13. Analisis Uji Coba Soal ... 14. Test Lattice Evaluation Test ... 15. Evaluation Test ... 16. Answer Sheet Evaluation Test ... 17. Answer Evaluation Test ...
.
18. Worksheet 1 ... 19. Worksheet 2 ... 20. Lembar Materi Running Dictation ...
xiii
21. Lembar Pendiktean Running Dictation ... 22. Uji Homogenitas Hasil Belajar Kognitif ... 23. Uji Normalitas Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 24. Uji Normalitas Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 25. Uji Normalitas Nilai Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 26. Uji Normalitas Nilai Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen ... 27. Uji Gain Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 28. Koefisien Relasi (r) Nilai Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 29. Uji Hipotesis dengan t-test Nilai Posttest Hasil Belajar Kognitif ... 30. Uji Homogenitas Keterampilan Berkomunikasi Lisan ... 31. Uji Normalitas Skor Pretest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol ... 32. Uji Normalitas Skor Pretest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Eksperimen ... 33. Uji Normalitas Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol ... 34. Uji Normalitas Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Eksperimen ... 35. Uji Gain Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 36. Koefisien Relasi (r) Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan kelas kontrol dan Eksperimen ... 37. Uji Hipotesis dengan t-test Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan ... 38. Daftar Skor Pretest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas
xiv
Kontrol ... 39. Daftar Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol ... 40. Daftar Skor Pretest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Eksperimen ... 41. Daftar Skor Posttest Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Eksperimen ... 42. Dokumentasi Kegiatan ...
137
138
139
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Globalisasi ditandai dengan semakin memudarnya batas antarnegara dan bebasnya persaingan di segala bidang. Al-Rodhan (2006) menyatakan bahwa: “globalization is a process that encompasses the causes, course, and
consequences of transnational and transcultural integration of human and non-human activities”, artinya globalisasi adalah sebuah proses yang meliputi sebab, peristiwa, dan akibat dari integrasi antarbudaya dan antarnegara dari kegiatan kemanusiaan dan non-kemanusiaan. Salah satu dampak dari integrasi antarbudaya dan antarnegara dari kegiatan kemanusiaan dan non-kemanusiaan adalah setiap individu dituntut untuk mampu bersosialisasi dan bersaing dengan individu lain dari seluruh belahan dunia. Guna memenuhi tuntutan tersebut, maka Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan SDM. Pendidikan yang berkualitas diharapkan akan menghasilkan SDM yang berkualitas pula. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan pendidikan berkualitas yang mampu menghasilkan SDM berdaya saing global adalah dengan menyelenggarakan sekolah bilingual.
(Hajimah, 2011) menyatakan bahwa: “bilingual education is education that uses and promotes two languages”, yang berarti bahwa pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang menggunakan dan mengembangkan dua bahasa.
Ada beberapa kendala dalam penyelenggaraan sekolah bilingual. Berdasarkan observasi peneliti selama + 2 bulan saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Semarang, yang merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kelas bilingual, salah satu kendala dalam pembelajaran adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dalam bahasa Inggris. Hal serupa disampaikan oleh Astika & Wahyana (2010), yang menyatakan bahwa rendahnya kompetensi siswa dalam memahami materi dalam bahasa Inggris menjadi salah satu kendala dari pembelajaran MIPA bilingual.
Rendahnya kompetensi siswa dalam memahami materi dalam bahasa Inggris menyebabkan rendahnya hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa dalam bahasa Inggris. Marleny (2008), mengungkapkan bahwa dari 26 siswa yang diteliti di SMP N 9 Palembang hanya 3 orang yang memperoleh nilai tuntas dalam pelajaran fisika dengan kriteria ketuntasan 75. Sementara itu, Suparno (Sunarsih, 2012) menyatakan bahwa hanya 36,07 % siswa SMP yang memiliki keterampilan
berbicara baik. Sukaryati (2012) menyatakan bahwa salah satu hal yang
menyebabkan siswa enggan berbicara (terutama dalam bahasa Inggris) adalah
kurangnya penguasaan kosa kata.
3
melakukan pendekatan integrasi antara materi pelajaran dan bahasa Inggris. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan antara materi pelajaran dan bahasa pengantarnya adalah Content and Language Integrated Learning (CLIL).
CLIL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang memadukan pendekatan bahasa dan isi, dimana bahasa kedua atau bahasa asing tidak hanya digunakan sebagai bahasa dalam instruksi pembelajaran tetapi juga sebagai alat yang sangat penting untuk membangun pengetahuan. Marsh (Coyle, 2008) mengemukakan bahwa karakteristik dari CLIL adalah memadukan materi pelajaran non bahasa dengan bahasa pengantar asing dalam proses pembelajaran dengan porsi yang sama, tidak hanya fokus pada salah satu aspek saja. Pendekatan CLIL memungkinkan siswa untuk bisa memahami materi non bahasa sekaligus bahasa yang digunakan. Sesuai dengan pernyataan Xanthou (2011), yang menyatakan bahwa pendekatan CLIL memberikan dampak positif terhadap pengetahuan materi dan pengetahuan perbendaharaan kata bahasa Inggris siswa. Oleh karena itu, CLIL sangat tepat diterapkan di sekolah bilingual yang materi pelajarannya disajikan dalam bahasa Inggris.
siswa menggunakan bahasa (language) untuk berkomunikasi. Metode pelaksanaan running dictation yang berbasis game akan membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi akan baik. Amaliya (2011) menyatakan bahwa dalam penelitiannya, penerapan game yaitu physics communication games dapat meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa. Melalui running dictation, pemahaman siswa terhadap materi berbahasa Inggris diharapkan dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi siswa.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2009: 85). Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bloom (Rifa’i, 2009: 86) menyatakan bahwa
aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, afektif berkaitan dengan sikap, dan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan siswa.
Keterampilan berkomunikasi adalah kecakapan untuk menyampaikan dan menerima pesan. Berdasarkan cara penyampaiannya, komunikasi dibedakan menjadi komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal meliputi komunikasi lisan dan tulisan. Fokus pada penelitian ini adalah keterampilan berkomunikasi lisan, yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, dan membaca (Bennet, 1991).
5
1.2
Rumusan Masalah
a. Apakah pendekatan Content and Language Integrated learning (CLIL) melalui running dictation dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual?
b. Seberapa besar peningkatan hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual dengan penerapan pendekatan Content and Language Integrated learning (CLIL) melalui running dictation?
c. Bagaimana keefektifan penerapan pendekatan Content and Language Integrated learning (CLIL) melalui running dictation untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual dibandingkan dengan metode ceramah biasa?
1.3
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui apakah penerapan metode Content and Language Integrated learning (CLIL) melalui running dictation dapat meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual.
b. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual dengan penerapan pendekatan Content and Language Integrated learning (CLIL) melalui running dictation. c. Mengetahui keefektifan penerapan pendekatan Content and Language
1.4
Manfaat Penelitian
a. Bagi Peserta didik
Pembelajaran dengan pendekatan CLIL melalui running dictation dapat membantu siswa untuk memahami materi fisika yang diajarkan dalam bahasa Inggris dengan mudah dan menyenangkan.
b. Bagi Guru
Pembelajaran dengan pendekatan CLIL melalui running dictation dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran untuk mengajarkan materi fisika dalam bahasa Inggris.
c. Bagi Peneliti
Pembelajaran dengan pendekatan CLIL melalui running dictation dapat memberikan pengalaman bagi peneliti dalam menyusun model pembelajaran berbasis CLIL.
1.5
Penegasan Istilah
a. Sekolah Bilingual
7
b. CLIL
Pavesi et al. (2001) mendeskripsikan CLIL sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengajarkan materi non-bahasa melalui bahasa asing sebagai bahasa pengantarnya. Dalam penelitian ini, bahasa asing yang dimaksud adalah bahasa Inggris.
c. Running Dictation
Running dictation jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti
pendiktean dengan cara berlari. Dalam running dictation, siswa (dalam kelompok) beradu cepat dengan cara berlari dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh suatu kalimat tentang materi pelajaran. Kalimat tersebut oleh guru diletakkan di suatu tempat pada jarak tertentu dari posisi anggota kelompok berada. Setelah memperoleh kalimat yang berisi materi, siswa tersebut harus membaca dan menghafalnya kemudian berlari lagi ke kelompoknya untuk menyampaikan isi materi dengan cara mendiktekan.
d. Hasil Belajar
Berdasarkan teori taksonomi Bloom sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni
(2009: 86) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus pembahasan adalah hasil belajar ranah kognitif.
e. Keterampilan Berkomunikasi
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Suharso & Retnoningsih, 2005). Dengan demikian keterampilan berkomunikasi adalah kecakapan untuk mengirim dan menerima pesan. Dalam penelitian ini, keterampilan berkomunikasi yang dimaksud adalah keterampilan berkomunikasi secara lisan.
1.6
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan skripsi
Bagian ini berisi halaman judul, pernyataan, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
b. Bagian isi skripsi Bagian ini terdiri dari: Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
9
Bab 3 : Metode Penelitian
Bab ini berisi tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, analisis uji coba instrumen penelitian, analisis data, dan indikator keberhasilan. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil belajar aspek kognitif, keterampilan berkomunikasi lisan siswa setelah diberikan metode running dictation, dan keterbatasan penelitian.
Bab 5 : Penutup
Bab ini berisi simpulan dan saran. c. Bagian akhir
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekolah Bilingual
2.1.1 Pengertian
Sekolah bilingual adalah sekolah yang menggunakan dua bahasa pengantar yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam proses pembelajarannya. Baker
(Hajimah, 2011: 14) menyatakan bahwa: “bilingual education is education that uses and promotes two languages”, yang berarti bahwa pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang menggunakan dan mengembangkan dua bahasa.
Untuk dapat melaksanakan konsep kelas bilingual, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain: (a) substansi pelajaran harus cocok dengan tingkat perkembangan kognitif dan kemampuan bahasa Inggris siswa, (b) sekolah harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong pemakaian bahasa yang bermakna baik tulis maupun lisan, dan (c) pembelajaran harus menekankan latihan pemecahan masalah dan mendorong siswa untuk bekerjasama melalui tema-tema yang menarik dan menantang.
2.1.2 Dasar Hukum
Dasar hukum dari penyelenggaraan sekolah bilingual antara lain adalah: a. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
11
pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan
berbahasa asing peserta didik” dan pasal 50 ayat 3 yang berbunyi: “pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”.
b. Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang menegaskan bahwa, pemerintah daerah provinsi berwenang sebagai penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan dan/atau pengelola satuan pendidikan dan/atau program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah kabupaten/kota berkewenangan sebagai penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan sekolah dasar bertaraf internasional.
2.1.3 Karakteristik
Ovando (Hajimah, 2011) mengemukakan tentang karakteristik pelajaran bilingual sebagai berikut: “the characteristics of a bilingual education program are: (1) developing the students’s primary language, (2) developing the
2.1.4 Tujuan
Tujuan penyelenggaraan sekolah bilingual sebagai salah satu rintisan sekolah bertaraf internasional adalah meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dalam menyiapkan lulusan yang memililki kompetensi seperti yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan Depdiknas (2009) lulusan diharapkan memenuhi standar kompetensi lulusan berdaya saing pada taraf internasional yang memilikikarakteristiksebagai berikut :
a. Meningkatnya keimanan dan ketaqwaan serta berakhlak mulia. b. Meningkatnya kesehatan jasmani dan rohani.
c. Meningkatnya mutu lulusan dengan standar yang lebih tinggi daripada standar kompetensi lulusan nasional.
d. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Termotivasi untuk belajar mandiri, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. f. Mampu memecahkan masalah secara efektif.
g. Meningkatnya kecintaan pada persatuan dan kesatuan bangsa. h. Menguasai penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. i. Membangun kejujuran, objektivitas, dan tanggung jawab.
j. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya secara efektif.
k. Memiliki daya saing melanjutkan pendidikan bertaraf internasional. l. Mengikuti sertifikasi internasional.
13
2.1.5 Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di sekolah bilingual mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Perangkat KTSP disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Depdiknas, 2009: 19). Di samping itu, kurikulum yang digunakan diperkaya dengan cara mengadopsi dan/atau mengadaptasi kurikulum sekolah pada negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan. Pengayaan muatan kurikulum diberikan dalam bentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student’s worksheet), dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video casette, compact disc, audio casette, dan digital video disc.
2.1.6 Proses pembelajaran
Proses pembelajaran di sekolah bilingual mengacu pada proses pembelajaran sekolah bertaraf internasional, antara lain :
a. Proses pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual.
2.2 CLIL
2.2.1 Pengertian
Content and Language Integrated Learning (CLIL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada materi (content) sekaligus bahasa (language) pengantar yang digunakan dalam pembelajaran. Marsh et al. (2010)
menyatakan bahwa: “CLIL is a dual-focused educational approach in which an additional language is used for the learning and teaching of content and language
with the objective of promoting both content and language mastery to predefined
levels”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa CLIL merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dua hal yaitu bahasa tambahan yang digunakan untuk belajar dan mengajarkan materi sekaligus bahasa dengan tujuan mendorong penguasaan materi dan bahasa menuju tingkatan-tingkatan tertentu. Jadi, CLIL sangat tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran di sekolah bilingual, yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam pembelajarannya.
2.2.2 Karakteristik
CLIL goals are defined by CLIL-Compedium dimensions based on issues
related to content, culture, environment, language, and learning (Love language and more, 2010: 44). Dari kalimat tersebut dapat diartikan bahwa tujuan-tujuan
15
dan (4) culture (developing intercultural understanding and global citizenship). Berdasarkan komponen 4C dalam CLIL tersebut, belajar tidak hanya sebatas bagaimana siswa memahami konsep atau materi yang diajarkan, tetapi juga bagaimana proses belajar dan berpikir siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Selain itu, dalam pembelajaran CLIL siswa juga didorong untuk berkomunikasi dengan siswa lain dalam berbagai lingkungan sosiobudaya.
Marusic (2012) menyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran CLIL tercapai dengan mengkombinasikan komponen 4C yang meliputi isi, komunikasi, pengetahuan, dan kebudayaan. (1) isi, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman materi. (2) komunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa untuk belajar dan belajar untuk menggunakan bahasa. (3) kognisi, yaitu dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir menghubungkan konsep abstrak dan konkrit, pemahaman dan bahasa. (4) kebudayaan, yaitu dengan membuka pandangan baru dan membagi pemahaman untuk menumbuhkan kesadaran terhadap dirinya dan orang lain.
2.2.3 Kelebihan
Penerapan pendekatan CLIL dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, di antaranya seperti yang terdapat dalam handbook universitas Cambridge (2010) yaitu:
a. Mengembangkan kepercayaan diri siswa;
b. Meningkatkan keterampilan-keterampilan berkomunikasi siswa;
c. Mendorong pemahaman antar kebudayaan dan nilai-nilai kemanusiaan siswa;
e. Meningkatkan kecakapan bahasa siswa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
2.2.4 Langkah-Langkah Merencanakan Pembelajaran
Ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah pembelajaran CLIL, yaitu :
a. Memilih materi (content)
Materi yang dimaksud adalah mata pelajaran berdasarkan kurikulum. b. Memilih topik (theme)
Tema yang dipilih harus menarik, disesuaikan dengan siswa dan guru, dikaitkan dengan kehidupan nyata, melibatkan fungsi bahasa dan model komunikasi, serta mengintegrasikan budaya.
c. Mempertimbangkan komunikasi dan penggunaan bahasa
Kegiatan dalam pembelajaran menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi sebagaimana bahasa digunakan untuk diskusi dan tugas presentasi bahasa. d. Menyusun daftar kegiatan dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran harus menarik dan menggunakan konteks komunikasi nyata. Aktifitas seperti games, cerita, lagu, rima, gambar, drama, bermain peran, dialog dan presentasi dapat dengan mudah mengikutsertakan siswa dalam materi dan bahasa.
e. Menyusun penilaian
17
2.2.5 CLIL dalam Pembelajaran
Karakteristik dari CLIL adalah komponen 4C yang meliputi Content, Cognition, Communication, dan Culture. Keempat komponen tersebut dalam pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:
a. Content (materi)
Content dalam hal ini adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman materi. Penyampaian materi dilakukan oleh guru saat menjelaskan materi maupun saat mengevaluasi hasil praktikum dan running dictation.
b. Communication (komunikasi)
Communication dalam hal ini adalah meningkatkan keterampilan siswa menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi siswa diasah ketika diskusi hasil praktikum dan running dictation.
c. Cognition (kognisi)
Cognition dalam hal ini adalah mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Keterampilan berpikir siswa dikembangkan melalui kegiatan praktikum, diskusi kelompok, dan running dictation. Kegiatan praktikum meliputi ordering (menulis data) dan dividing (membagi kelas ke kelompok kecil).
Diskusi kelompok meliputi evaluating (memberikan pendapat). Running dictation meliputi defining (menerjemahkan) dan remembering (mengeja, menyampaikan, dan mengingat kembali).
d. Culture (kebudayaan)
Culture dalam hal ini adalah meningkatkan pemahaman siswa terhadap diri
Kegiatan ini dilakukan saat apersepsi, yaitu guru memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan mereka sehari-hari yang berkaitan dengan materi.
2.3 Running Dictation
2.3.1 Pengertian
Running dictation merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam mencari informasi materi pelajaran dengan cara berlari kemudian mendiktekannya kepada anggota kelompoknya. Mendikte (dictation) atau mendiktekan berarti menyuruh menulis apa yang dibacakan atau diucapkan (KBBI online). Running dictation tidak hanya mengajarkan materi ajar (content) tetapi juga tata bahasa (language). Dalam Running dictation siswa dilatih untuk memahami kalimat, mengingat strukturnya, mengkomunikasikannya, dan menulis kalimat tersebut.
Running dictation merupakan salah satu model pembelajaran berbasis game
yang merangsang kemampuan reading, speaking, listening, dan writing. “Running dictation is often used to inject some fun into the learning, or to enliven a tired
class” (DEECD, 2008). Kegiatan ini bisa menjadi alternatif kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan.
2.3.2 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan running dictation adalah sebagai berikut :
19
b. Guru menempelkan lembar materi di dinding kelas pada jarak tertentu dari posisi siswa. Lembar materi disesuaikan dengan jumlah kelompok.
c. Setiap kelompok menetapkan satu orang sebagai runner (pelari) yang bertugas untuk berlari menuju lembar materi yang ditempel di dinding. Siswa tersebut kemudian harus membaca dan menghafal materi di dalamnya, kemudian berlari lagi ke kelompoknya untuk mendiktekan isi materi. Apabila ia lupa, ia boleh mengulangnya kembali.
d. Setelah satu pelari selesai, anggota kelompok lain bergantian menjadi pelari dengan melaksanakan tugas yang sama, demikian seterusnya hingga semua anggota kelompok mendapat giliran menjadi pelari.
e. Kelompok yang sudah selesai, segera melapor ke guru dan mengumpulkan hasil tulisan.
f. Setelah semua kelompok selesai, hasil pendiktean dikoreksi bersama-sama. Kemudian dilanjutkan running dictation lagi dengan topik yang lain.
g. Pemenang ditentukan dengan melihat waktu dan ketepatan kalimat.
2.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Berdasarkan teori taksonomi Bloom (Rifa’i,
Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pengetahuan (knowledge) adalah perilaku mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didik. Penerapan (application) adalah kemampuan menggunakan materi peserta didik yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. Analisis (analysis) adalah kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Sementara itu, penilaian (evaluation) adalah kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didik untuk tujuan tertentu.
2.5 Keterampilan Berkomunikasi
2.5.1 Pengertian
Keterampilan adalah kecakapan untuk melakukan sesuatu. Komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Suharso & Retnoningsih, 2005). Sedangkan berkomunikasi adalah mengadakan komunikasi. Dengan demikian, keterampilan berkomunikasi adalah kecakapan untuk mengirim dan menerima pesan sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
2.5.2 Unsur-unsur
21
a. Sender (komunikator), yaitu orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
b. Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
c. Message (pesan), yaitu seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
d. Media (saluran komunikasi), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
e. Decoding (pengawasandian), yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver (komunikan), yaitu yang menerima pesan dari komunikator.
g. Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan.
h. Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan kepada komunikator. i. Noise (gangguan), yaitu gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi. 2.5.3 Klasifikasi
Keterampilan berkomunikasi lisan meliputi tiga komponen yaitu mendengarkan, berbicara, dan membaca (Bennet, 1991). Ketiga keterampilan berkomunikasi lisan tersebut dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut, a. Mendengarkan adalah keterampilan siswa dalam mendengarkan penjelasan
guru maupun pendapat siswa lain saat pembelajaran dan diskusi ; b. Membaca adalah keterampilan siswa dalam membaca hasil diskusi;
c. Berbicara adalah keterampilan siswa dalam bertanya, menyampaikan pendapat, dan menanggapi pendapat saat pembelajaran dan diskusi.
2.6 Materi Ajar
Materi ajar dalam penelitian ini adalah gerak lurus (rectilinier motion). Materi tersebut diajarkan dalam bahasa Inggris. Dalam materi gerak lurus terdapat beberapa istilah fisika yang memiliki definisi dalam bahasa Inggris, sehingga membutuhkan metode pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami istilah dalam bahasa Inggris tersebut. Pendekatan CLIL melalui running dictation merupakan pendekatan dan metode yang tepat. Materi tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.6.1 Definition of Motion
23
2.6.2 Clasification of Motion
2.6.2.1 Relative Motion
When you ride a bicycle from house to school. Your position changes to the
house. But, you stay at rest (don’t move) to the bicycle, because your position to
the bicycle does not change. In the first phenomenon, which the reference is the house, you are moving. In the second, which the reference is bicycle, you are not
moving. So, the motion depends on the reference point. That’s why motion is
relative.
2.6.2.2 False Motion
When you ride a bicycle, you look the trees in the right and left of the road, they will be look moving. In fact, they are not moving but you are moving. The phenomenon of the trees is called false motion.
2.6.3 Components of Motion
If a body is moving. It will has some quantities. They are displacement, distance, speed, velocity, average speed, average velocity and acceleration.
2.6.3.1 Displacement
Displacement is the change of position of a body from initial point to final point. It includes vector quantity, because it is determined by the direction of the motion.
2.6.3.2 Distance
2.6.3.3 Speed
Speed is the total path of each time unit. It includes scalar quantity, because it is not determined by the direction of the motion. Speed is symbolized by . The equation of speed is
Which,
= speed (m/s) = distance (m) = time (s)
2.6.3.4 Velocity
Velocity is the change of position of each time unit. It includes vector quantity, because it is determined by the direction of the motion. Velocity is symbolized by ⃑. The equation of speed is
⃑ ⃑ Which,
⃑ = velocity (m/s) ⃑ = displacement (m)
= time (s)
2.6.3.5 Average Speed
25
Which,
= average speed (m/s) = total distance (m) = total time (s)
2.6.3.6 Average Velocity
The velocity of the body can be changed, so we need to determine the average velocity. Average velocity is the total displacement for the total time interval. The equation of the average velocity is
⃑ ⃑
Which,
⃑ = average velocity (m/s) ⃑ = total displacement (m) = total time interval (s)
2.6.3.7 Acceleration
Acceleration is the change of the velocity for each time unit. It includes in vector quantity, because it is determined by the direction of the motion. The equation of the acceleration is
⃑ ⃑ ⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑
Which,
⃑ = the change of velocity (m/s) ⃑⃑⃑⃑ = velocity at (m/s)
⃑⃑⃑⃑⃑ = initial velocity (m/s) = time (s)
2.6.4 Rectilinier Motion
Rectilinier motion is the motion in straight path. For example a car moves on the straight road. According to the speed of the body, rectilinier motion can be clasified into two kinds, those are Uniform Rectilinier Motion (URM) and Uniform Accelerated Rectilinier Motion (UARM).
2.6.4.1 Uniform Rectilinier Motion (URM)
URM is the rectilinier motion with constant speed. For example a car moves on the straight road with constant speed of 60 km/hour.
2.6.4.1 Uniform Accelerated Rectilinier Motion (UARM)
UARM is the rectilinier motion with unconstant speed, there is an acceleration. For example is a durian falls down from the tree.
2.7 Kerangka Berpikir
27
pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi yang disajikan dalam bahasa Inggris.
Content and Language Integrated Learning (CLIL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengajarkan isi dan bahasa dalam porsi yang seimbang. Pembelajaran dengan pendekatan CLIL tidak hanya berfokus pada materi (content), tetapi juga pada bahasa pengantarnya (language). Penerapan pendekatan CLIL diharapkan dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan dengan bahasa Inggris.
Salah satu metode pembelajaran berbasis CLIL adalah running dictation. Running dictation merupakan salah satu model pembelajaran berbasis game yang merangsang kemampuan reading, speaking, listening, dan writing. Dalam Running dictation siswa dilatih untuk memahami kalimat, mengingatnya,
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
2.8 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah pendekatan CLIL melalui running dictation lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan
berkomunikasi lisan siswa sekolah bilingual pokok bahasan rectilinier motion daripada metode ceramah biasa.
Pemahaman siswa meningkat, hasil belajar dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa meningkat
Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
Pemahaman siswa terhadap materi rendah, hasil belajar dan keterampilan
berkomunikasi lisan siswa rendah
Penerapan pendekatan CLIL melalui running dictation
Metode running dictation Pendekatan
CLIL
Pembelajaran di sekolah bilingual menggunakan bahasa Inggris sebagai
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Semarang yang terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 14 Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 April s.d 19 April 2013.
3.2 Subyek Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Semarang tahun ajaran 2012/2013.
3.2.2 Sampel
[image:43.595.142.481.603.661.2]Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII F sebagai kelas kontrol dan kelas VII G sebagai kelas eksperimen. Rincian jumlah siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
No. Kelas Jumlah siswa
Perempuan Laki-laki
1 Kontrol 13 9
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design, yang digambarkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tabel Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Sampel Kondisi Awal Perlakuan Kondisi Akhir
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O3 O4
Keterangan:
O1 dan O3 = pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 dan O4 = posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X = perlakuan dengan metode running dictation (Sugiyono, 2010: 112).
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode running dictation untuk mengajarkan materi pokok rectilinier motion.
3.4.2 Variabel Terikat
31
dan hasil belajar aspek kognitif dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa yang tidak dikenai metode running dictation.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tiga tahap yaitu: (1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan yaitu penyusunan instrumen penelitian yang meliputi silabus (syllabus), RPP (lesson plan), LKS (student’s worksheet), soal, lembar running dictation, dan lembar observasi.
(2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: (a) melakukan uji coba instrumen, (b)menganalisis hasil uji coba instrumen, dan (c) melaksanakan penelitian. (3) Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi yaitu menganalisis hasil uji coba skala luas untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data siswa. b. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar kognitif siswa. Tes diberikan sebelum perlakuan dalam bentuk pretest dan sesudah perlakuan dalam bentuk posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pretest bertujuan untuk mengetahui hasil belajar kognitif awal siswa
Menganalisis pendekatan CLIL dan metode running
dictation
Menyusun instrumen (soal, LKS, lembar observasi, dan
lembar running dictation) Menyusun perangkat pembelajaran (silabus, dan
RPP)
Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing
Validasi instrumen oleh dosen pembimbing
Revisi instrumen
Uji coba soal Analisis uji coba soal
Pelaksanaan penelitian di kelas VII F dan VII G SMP Negeri 2
Semarang.
Analisis hasil penelitian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan
33
sedangkan postest bertujuan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa setelah diberi perlakuan.
c. Metode Observasi
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keterampilan berkomunikasi lisan siswa. Observasi dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah diberi perlakuan (posttest).
3.7 Analisis Uji Coba Intrumen Penelitian
3.7.1 Analisis Instrumen Tes
3.7.1.1 Uji Validitas soal
Validitas merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen tes. Suharsimi (2002:144) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
√
Keterangan:
= koefisien korelasi biserial
= rata-rata skor dari subyek yang menjawab benar
= rata-rata skor total
= proporsi siswa yang menjawab salah
(Suharsimi, 2002:252).
Apabila di dalam perhitungan diperoleh r
hitung > rtabel, maka item soal tersebut
dikatakan valid. Untuk N = 25 dan taraf signifikan 5% diperoleh r
tabel = 0,396.
Item soal dikatakan valid jika r
hitung > 0,396 (rhitung lebih besar dari 0,396). Analisis
validitas soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba
Nomor soal Keterangan
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 48, 49
Valid
1, 2, 3, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 24, 25, 29, 30, 31, 36, 38, 45, 47, 50
Tidak valid
3.7.1.2 Uji Reliabilitas Soal
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten. Untuk mengetahui reliabilitas tes soal pilihan ganda digunakan rumus Alpha Cronbach berikut:
∑
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
35
= varians butir ke-j = varians skor tes (Suharsimi, 2002: 103).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r
11 = 0,710. Untuk taraf signifikan
5% dan N = 25 diperoleh r tabel = 0,396. Karena r
11 > rtabel, maka soal tersebut
reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
3.7.1.3 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal (Suharsimi, 2002:207).
Untuk menentukan tingkat kesukaran dari suatu soal digunakan rumus berikut:
JS B P
Keterangan:
= indeks kesukaran
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu benar = jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi 2007:208).
[image:49.595.159.461.697.756.2]Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interva P Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
Analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
Nomor soal Kriteria
14, 24, 26, 34, 37, 42, 46 Sukar
4, 5, 6, 8, 12, 15, 17, 21, 25, 31, 33, 35, 38, 39, 40, 41, 45, 47, 48
Sedang
1, 2, 3, 7, 10, 11, 13, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 27, 28, 29, 30, 32, 36, 43, 44, 49, 50
Mudah
3.7.1.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus berikut:
B B
A A
J B J B
DP
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
(Suharsimi, 2002:211).
37
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval Daya Pembeda Kriteria
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≥ 1,00 Baik sekali Hasil analisis daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba
Nomor soal Kriteria
1, 2, 7, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 29, 30, 31, 32, 36, 37, 45
Jelek
3, 6, 9, 10, 11, 14, 18, 26, 28, 34, 35, 38, 41, 42, 43, 46, 47
Cukup
4, 5, 8, 12, 13, 21, 27, 39, 40, 44, 48, 49, 50
Baik
34 Baik sekali
3.8 Analisis Data
3.8.1 Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas kedua sampel, uji statistik yang digunakan adalah uji variansi dengan rumus:
[image:51.595.136.481.305.464.2]
Kriteria: jika hitung≤ tabel dengan dk = k-1 dan = 5% maka kedua sampel pada
keadaan homogen (Sugiyono, 2005: 136). 3.8.2 Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data, uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus:
∑
Keterangan:
χ2
= Chi-Kuadrat
= frekuensi yang diperoleh dari data penelitian = frekuensi yang diharapkan
= banyaknya kelas interval
Kriteria : Jika ≤ dengan dk = k-1 dan = 5% maka data berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).
3.8.3 Uji hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pengujian hipotesis menggunakan t-test untuk sampel berkorelasi, yaitu:
̅̅̅ ̅̅̅ √ (
39
Keterangan:
̅ = rata-rata nilai posttest kelas kontrol ̅ = rata-rata nilai posttest kelas eksperimen
standar deviasi nilai posttest kelas kontrol standar deviasi nilai posttest kelas eksperimen koefisien relasi
= varians data posttest kelas kontrol = varians data posttest kelas eksperimen = jumlah siswa posttest kelas kontrol = jumlah siswa posttest kelas eksperimen
Koefisien relasi dihitung menggunakan rumus berikut:
∑ √ ∑
Keterangan :
korelasi antara nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen – ̅
̅
nilai posttest kelas kontrol
̅ rata-rata nilai posttest kelas kontrol nilai posttest kelas eksperimen
̅ rata-rata nilai posttest kelas eksperimen
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan dk = n1+n2-2 dan taraf
hasil belajar dan keterampilan komunikasi lisan posttest kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata posttest kelas kontrol (Sugiyono, 2005: 100).
3.8.4 Uji Gain
Untuk mengetahui taraf signifikansi peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan berkomunikasi lisan siswa antara pretest dan posttest digunakan rumus gain, yaitu:
Keterangan :
= gain ternormalisasi
= nilai rata-rata pada posttest = nilai rata-rata pada pretest Wiyanto (2008:86).
[image:54.595.165.464.514.594.2]Klasifikai faktor gain dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi Faktor Gain Interval Faktor (g) Kriteria
> 0,70 Tinggi
0,3 ≤ ( g ) ≤ 0,7 Sedang
( g ) < 0,3 Rendah
3.8.5 Analisis Lembar Observasi Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
41
% 100 x total skor jumlah
dicapai yang
skor jumlah N
(3) Menyusun rentang klasifikasi kemampuan berkomunikasi lisan siswa.
[image:55.595.157.468.265.359.2](4) Membandingkan persentase nilai akhir dengan rentang klasifikasi pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Rentang Klasifikasi Skor Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa
Interval Angket Kriteria
80%-100% Sangat baik
59%-79% Baik
38%-58% Cukup
17%-37% Kurang
3.9 Indikator Keberhasilan
Mulyasa (2007: 254) menyatakan bahwa keberhasilan/ketuntasan pembelajaran untuk aspek kognitif diketahui dari hasil tes. Siswa dikatakan tuntas secara individual jika hasil tes/nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk pelajaran IPA termasuk fisika di SMP Negeri 2 Semarang adalah 80,00. Keberhasilan secara klasikal tercapai jika persentase siswa yang tuntas secara individu mencapai 85%. Persentase siswa yang tuntas secara klasikal dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan: persentase
jumlah siswa yang tuntas secara individual
42
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif dinilai dari tes tertulis berbentuk pilihan ganda. Tes diberikan sebelum perlakuan, hasilnya sebagai nilai pretest dan setelah perlakuan, hasilnya sebagai nilai posttest. Nilai pretest dan posttest kemudian diuji statistik yang meliputi uji homogenitas, uji normalitas, uji hipotesis, dan uji gain. Hasil uji statistik tersebut dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada keadaan homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji variansi pada hasil pretest (Lampiran 24). Hasil uji variansi disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Variansi
Fhitung Ftabel Keterangan
1,29 2,08 Fhitung < Ftabel
Dengan membandingkan Fhitung dengan nilai Ftabel diperoleh bahwa Fhitung< Ftabel.
43
4.1.1.2 Uji Normalitas
[image:57.595.104.521.270.447.2]Nilai pretest dan nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian diuji normalitasnya untuk mengetahui normal tidaknya data guna menentukan statistik yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya. Setelah diuji normalitas (Lampiran 25-28) hasil yang diperoleh seperti tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif
Kriteria Keterangan Data nilai pretest
kelas kontrol
8,77 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data nilai posttest
kelas kontrol
7,25 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data nilai pretest
kelas eksperimen
4,20 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data nilai posttest
kelas eksperimen
1,86 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua data terdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametris.
4.1.1.2 Nilai Tertinggi dan Rata-rata
[image:57.595.133.494.673.756.2]Nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian dianalisis untuk mengetahui nilai tertinggi dan nilai rata-rata. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Kategori
Pretest Posttest
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai Tertinggi
Rata-rata
Kelas Kontrol 92,00 61,27 92,00 72,55
Untuk memperjelas perbandingan nilai tertinggi dan nilai rata-rata hasil belajar kognitif pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, data disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
4.1.1.3 Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan klasikal diketahui dengan membandingkan jumlah siswa yang tuntas secara individu dengan jumlah siswa seluruhnya, kemudian dipersentase (analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29). Hasil analisis ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif
Kategori Ketuntasan Klasikal
Pretest Posttest
Kelas kontrol 18,18% 39,39%
Kelas eksperimen 18,18% 50,00%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Nilai Tertinggi Pretest
Nilai Tertinggi Posttest
Nilai Rata-rata Pretest
Nilai Rata-rata Posttest
Ni
la
i
Kategori
Kelas Kontrol
[image:58.595.142.481.695.755.2]45
[image:59.595.178.437.200.401.2]Untuk memperjelas perbandingan ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pretest dan posttest, data disajikan pada Gambar 4. 2.
Gambar 4.2 Perbandingan Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Pretest dan Posttest
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol saat posttest. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CLIL melalui running dictation dapat membantu siswa mencapai ketuntasan klasikal lebih tinggi dari metode ceramah biasa.
4.1.1.4 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah pendekatan CLIL dengan metode running dictation dapat membantu siswa kelas eksperimen memperoleh hasil belajar
kognitif lebih tinggi dari siswa kelas kontrol, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus t-test, dengan Ho berbunyi “rata -rata hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol lebih rendah atau sama dengan siswa
0 10 20 30 40 50 60
Pretest Posttest
Pe
rsent
a
se
Kategori
Kelas Kontrol
kelas eksperimen”. Hasil t-test disajikan pada Tabel 4.5, dengan analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31.
Tabel 4.5 Hasil t-test Hasil Belajar kognitif
thitung ttabel Keterangan
-0,59 1,68 thitung < ttabel
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa thitung < ttabel, sehingga thitung jatuh pada daerah
penerimaan Ho maka Ho diterima. Artinya, rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CLIL dengan metode running dictation dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar kognitif lebih tinggi daripada dengan metode ceramah biasa.
4.1.1.5 Uji Gain
Untuk mengetahui tingkat signifikansi peningkatan hasil belajar kognitif setelah diberikan pembelajaran dengan pendekatan CLIL melalui running dictation maka dilakukan uji gain (Lampiran 29). Hasil uji gain disajikan pada
[image:60.595.143.485.569.614.2]Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Gain Hasil Belajar Kognitif
Kategori Gain Keterangan
Kelas Kontrol 0,29 Rendah
Kelas Eksperimen 0,39 Sedang
47
Gambar 4.3 Perbandingan Faktor Gain Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa gain kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
4.1.2 Keterampilan Berkomunikasi Lisan
Keterampilan berkomunikasi lisan siswa dinilai dengan menggunakan lembar obervasi saat diskusi hasil praktikum. Skor observasi saat diskusi praktikum pertama digunakan sebagai skor pretest dan skor observasi saat diskusi praktikum kedua sebagai skor posttest untuk kelas kontrol dan diskusi running dictation sebagai skor posttest untuk kelas eksperimen. skor observasi kemudian diuji statistik yang meliputi uji normalitas, t-test, dan uji gain. Hasil uji statistik diuraikan sebagai berikut.
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Gain
Kategori
4.1.2.1 Uji Normalitas
[image:62.595.105.518.269.447.2]Skor pretest dan skor posttest kelas kontrol dan kelas ekserimen diuji normalitasnya untuk mengetahui normal tidaknya data guna menentukan statistik yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya. Setelah diuji normalitasnya (Lampiran 33-36) hasil yang diperoleh seperti tertera pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kriteria Keterangan Data skor pretest
kelas kontrol
9,06 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data skor posttest
kelas kontrol
9,04 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data skor pretest
kelas eksperimen
5,88 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Data skor posttest
kelas eksperimen
5,40 9,49 ≤
Data terdistribusi normal Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua data terdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametris.
4.1.2.2 Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori
[image:62.595.124.501.671.730.2]Skor pretest dan posttest keterampilan berkomunikasi lisan siswa kemudian dianalisis untuk mengetahui persentase siswa pada masing-masing kategori. Analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17-20. Hasil analisis ditunjukkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8 Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori pada Pretest
Kelas Kategori Rata-rata
Skor Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kontrol 59,09% 27,27% 13,64% 0,00% 37,58
49
Tabel 4.9 Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori pada Posttest
Kelas Kategori Rata-rata
Skor Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Kontrol 22,73% 40,91% 27,27% 9,09% 52,12 Eksperimen 4,55% 40,91% 9,09% 45,45% 66,36
[image:63.595.112.514.280.523.2]Untuk memperjelas perbandingan persentase jumlah siswa setiap kategori keterampilan berkomunikasi lisan pada pretest dan posttest, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, data disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Perbandingan Persentase Jumlah Siswa Setiap Kategori Keterampilan Berkomunikasi Lisan pada Pretest dan Posttest antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang masuk kategori baik dan sangat baik mengalami peningkatan saat posttest. Peningkatan jumlah siswa yang masuk kategori sangat baik kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
4.1.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah pendekatan CLIL melalui running dictation dapat membantu siswa kelas eksperimen memperoleh skor yang
0 10 20 30 40 50 60 70
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Pe
rsent
a
se
Kategori
Pretest Kelas Kontrol
Posttest Kelas Kontrol
Pretest Kelas Eksperimen
lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Uji dilakukan menggunakan t-test untuk
sampel berkorelasi dengan Ho berbunyi “rata-rata skor keterampilan berkomunikasi lisan siswa kelas kontrol lebih rendah atau sama dengan kelas
eksperimen”. Hasil uji disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil t-test Keterampilan Berkomunikasi Lisan
thitung ttabel Keterangan
-0,54 1,68 thitung< ttabel
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel, sehingga thitung jatuh pada
daerah penerimaan Ho (analisis selengkapnya di Lampiran 39), yang berarti Ho diterima. Artinya rata-rata skor keterampilan berkomunikasi lisan siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
4.1.2.4 Uji Gain
[image:64.595.141.485.548.593.2]Untuk mengetahui tingkat signifikansi peningkatan keterampilan berkomunikasi lisan siswa, dilakukan uji gain (Lampiran 37). Hasil uji gain disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Gain Keterampilan Berkomunikasi Lisan
Kategori Gain Keterangan
Kelas Kontrol 0,23 Rendah
Kelas Eksperimen 0,43 Sedang
51
Gambar 4.5 Perbandingan Faktor Gain Keterampilan Berkomunikasi Lisan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa faktor gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berkomunikasi lisan siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan analisis data, hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen memiliki gain lebih besar dari siswa kelas kontrol, yaitu 0,39 untuk kelas eksperimen dan 0,29 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan CLIL dengan metode running dictation pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa lebih tinggi daripada kelas kontrol. Faktor gain kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol menunjukkan
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Gain
Kategori
bahwa pendekatan CLIL melalui running dictation memberikan dampak positif terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Dampak positif metode running dictation terhadap hasil belajar kognitif siswa terjadi dikarenakan running dictation merupakan kegiatan pemantapan materi. Dalam running dictation siswa diajak untuk mengingat dan memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah diajarkan. Kegiatan tersebut akan menambah pemahaman siswa terhadap materi sehingga hasil belajar kognitif mereka tinggi.
Selain itu, lembar running dictation berisi kalimat pernyataan tentang materi yang harus dicek kebenarannya oleh siswa. Kegiatan mem