• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan Strategi NHT pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan Strategi NHT pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun 2016/2017."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanakan pendidikan tidak lepas dari kegiatan pembelajaran dan pengajaran. Menurut Huda (2013: 5) pembelajaran merupakan perubahan perilaku. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya tidak begitu perhatian dalam kelas ternyata menjadi sangat perhatian.

Salah satu untuk mewujudkan pembelajaran agar berlangsung secara efektif yaitu dengan melakukan pembelajaran bahasa. Menurut Bashir, dkk (2011: 35) “language is a system of arbitrary symbols for human beings’ communication in speech and writing, that is used by the people of a

particular community”, yang berarti bahwa bahasa merupakan suatu simbol yang digunakan manusia untuk komunikasi dalam berbicara dan menulis yang digunakan oleh orang-orang dari komunitas tertentu. Menurut Arsjad (2005: 11), dengan adanya bahasa maka manusia dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dipikirkannya dan dapat pula mengekspresikan sikap dan perasaannya. Seseorang yang mempunyai keterampilan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyampaikan dan memahami informasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Sufanti (2014: 13) komponen kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan memanfaatkan empat aspek berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan materi nonsastra.

(2)

dimulai sejak dini di lingkungan sekolah. Dengan adanya keterampilan berbicara secara baik diharapkan siswa dapat berbicara lancar di depan umum dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat, pertanyaan, gagasan atau ide, sehingga mempermudah penyimak dalam memahami pembicaraannya. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas akan berjalan dengan efektif jika proses tanya jawab ataupun diskusi dapat berjalan dengan interaktif.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh setiap siswa karena keterampilan ini akan mempengaruhi seluruh kegiatan proses belajar siswa di sekolah. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di mata pelajaran yang lain.

Menurut Suharyanti (2011: 6), berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhn pendengar atau penyimak. Sedangkan menurut Iskandarwassid (2011: 241) keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.

Menurut Iskandarwassid (2011: 242), tujuan keterampilan berbicara yaitu sebagai berikut: 1) kemudahan berbicara, 2) kejelasan dalam berbicara, 3) bertanggung jawab mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, 4) membentuk pendengaran yang kritis, dan 5) membentuk kebiasaan berinteraksi. Maka dengan adanya keterampilan berbicara manusia akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain.

Namun belakangan ini, pembelajaran keterampilan berbicara yang sudah diterapkan di sekolah hanya difokuskan pada aspek kognitif saja bukan pada aspek prikomotoriknya, misalnya sering kita jumpai guru masih menerapkan pembelajaran yang konvensional, sehingga siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, tidak percaya diri dalam mengutarakan pendapat atau pertanyaan.

(3)

saja siswa tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat atau ketika mengajukan pertanyaan, sulit untuk memilih kata-kata, ragu-ragu dalam berbicara, dan tidak tenang ketika berbicara. Hal ini disebabkan karena pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran di kelas.

Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar dapat digunakan sebuah pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menarik bagi siswa agar lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT. Hal ini diperkuat oleh Sumantri (2015: 95), bahwa Communication Language Teaching (CLT) adalah suatu pembelajaran bahasa yang berprinsip pada komunikasi, dapat menimbulkan hubungan situasi sosial dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam penggunaan bahasa secara lisan yang mengandung arti atau makna. Sedangkan menurut Huda (2013: 203), Number Head Together (NHT) merupakan strategi yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, guru masih menerapakn pembelajaran melalui tiga metode yang hanya dilakukan secara terus-menerus yaitu ceramah, diskusi dan Tanya jawab. Nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Ngabeyan 3 masih rendah, hanya sebesar 69,6. Nilai tersebut belum mencapai nilai kriteria ketuntatasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Siswa yang mendapatkan nilai di ≥75 yaitu sebanyak 8 siswa dari 20 siswa. Melalui penerapan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi Number Head Together

(4)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan Strategi NHT pada Pembelajaran

Bahasa Indonesia Kelas V SDN Ngabeyan 3 Tahun 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah dengan menerapkan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun pelajaran 2016/ 2017?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT pada kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun pelajaran 2016/2017. 2. Meningkatkan aktivitas guru dalam pelaksanaan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas V SDN Ngabeyan 3 tahun pelajaran 2016/ 2017.

D. Manfaat Penelitian

(5)

1. Manfaat Teoritis

Pembelajaran menggunakan pendekatan Communication Language Teaching (CLT) dan strategi NHT merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang inovatif dan menarik serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk membantu guru dalam mengelola PBM dengan lebih efektif dan efisien.

b. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini memberikan motivasi kepada siswa untuk berlatih meningkatkan keterampilan berbicara.

c. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sekolah untuk peningkatan mutu sekolah.

d. Manfaat bagi peneliti

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Semakin besar angka ini menunjukkan tingkat penyediaan pelaya- nan angkutan umum bagi penduduk kota juga besar Dari hasil analisa didapatkan tingkat penyediaan pelayanan angkutan

MAUPUN NON AKADEMIK // TIDAK HANYA SISWA / DISEKOLAH INI / PARA GURUPUN TIDAK SEDIKIT YANG BERHASIL MEMENANGKAN SEJUMLAH.

The primary data will be taken from Checkov’s drama Script The Brute, while the secondary data are taken from the other data, which have relation with the

didahului Resitasi dengan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw tanpa didahului Resitasi dalam pembelajaran matematika. 2) Manakah yang

Dalam rangka mendorong pendidik untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran pemecahan masalah yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta

Dari hasil pemeriksaan brusellosis menggunakan RBT, CFT dan I-ELISA terhadap 173 contoh serum sapi potong dan 62 contoh serum kambing potong yang berasal dari Jawa Timur, Jawa

bertanya kepada anak muda: Apakah engkau mengizinkan aku memberikan giliran minum ini kepada mereka (orang-orang tua yang berada di sebelah kiri beliau)?. Anak muda itu