2011-2015)
FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS
(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
Oleh
SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS
(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS
(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
Diajukan Oleh
SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
Alien Akmalia, S.E.,M.Sc. Tanggal, 27 Februari 2017
iv SKRIPSI
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)
FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS
(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)
Diajukan Oleh
SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disarankan di depan Dewan Penguji Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 25 Maret 2017
Yang terdiri dari
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Arni Surwanti, Dr., M.Si Ketua Tim Penguji
Wihandaru SP., Drs., M.Si Anggota Tim Penguji
M. Imam Bintoro, S.E., M.Sc., M.Ec.Dev.,MAPPI(Cert) Anggota Tim Penguji
v
Nama : Sylvia Fajriyanty
NIM : 20130410461
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK
MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)” tidak terdapat
karya yang diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini
diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 27 Februari 2017
vii
Terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang kau berikan kepada hamba.
Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa dan Mama tercinta, yang selalu mendidik dan
mendoakan keberhasilan pada setiap pekerjaan yang saya kerjakan dan yang selalu
memberikan semangat dan dukungannya. Skripsi ini sebagai tanda keberhasilan Papa dan
Mama dalam mendidik dan merawat putri mu ini.
Terimakasih kepada adik-adik ku (Syinta Widiyastuti, Windu G. Prasetyo dan Alando M.
Sadewo) yang juga turut memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih kepada keluarga besar saya yang terus memberikan support dan doa untuk
kelancaran pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.
Yang tak akan saya lupakan adalah teman-teman yang selalu membantu dan memberikan
saran selama saya mengerjakan skripsi ini. Teman-teman yang bertemu pada saat awal
perkuliahan (Atri, Lieona, Olive, Richa) yang berjuang bersama untuk sukses bersama
serta teman-teman manajemen angkatan 2013. Teman-teman satu daerah saya (Rehni,
Mardha, Puji, Erischa, Nita, Yosi dan teman-teman XII IPA 1 serta teman SMA 1 N Pelepat
Ilir) yang selalu meluangkan waktunya untuk tetap bertemu meskipun sibuk. Dan teman
baru yang bertemu di Yogyakarta (Anne, teman-teman KKN 052). Serta teman-teman
viii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang meliputi, likuiditas, profitabilitas, financial leverage dan perputaran total aktiva untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -0,372 dan niai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,156 > 0,05. (2) rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -12,850 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,002 < 0,05. (3) rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,292 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,044 < 0,05. (4) rasio perputaran total aktiva tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,269 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,571 > 0,05.
ix
period of 2011-2015. Data used in this research are secondary ones which obtained from www.idx.co.id. Data analysis method used logistic regression analysis.
The results showed that (1) the liquidity ratios had no effect on financial distress. This is showed by the regression coefficient of -0,372 and significance of the resulting value are greater than required, namely 0,156 > 0,05. (2) the profitability ratios had a effect on financial distress. This is showed by the regression coefficient of -12,850 and significance of the resulting value was smaller than the required significance level is 0,002 < 0,05. (3) financial leverage ratios had a effect on financial distress. This showed by the regression coefficient of 1,292 and significance of the value was smaller than the required significance level is 0,044 < 0,05. (4) total asset turnover had no effect on financial distress. This showed by the regression coefficient og -0,269 and significance of the resulting value are greater than required, namely 0,571 > 0,05.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia
dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan
bagi perusahaan dalam kebijakan perusahaan dan memberikan ide bagi penelitian
selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Nano Prawoto SE, Msi., Dr. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Retno Widowati PA, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Alien Akmalia, SE., MSc. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan
xi
perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses pemyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua membutuhkan.
Yogyakarta, 27 Februari 2017
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vii
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
xiii
D. Model Penelitian ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Obyek Penelitian ... 27
B. Jenis Data ... 27
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28
1. Variabel Dependen ... 28
2. Variabel Independen ... 29
F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 30
1. Statistik Deskriptif ... 30
2. Analisis Regresi Logistik ... 31
3. Uji Kelayakan Keseluruhan Model ... 32
a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 32
b. Uji Log Likelihood (-2 Log Likelihood) ... 33
c. Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square ... 34
d. Tabel Klasifikasi ... 34
4. Penarikan Kesimpulan Hipotesis ... 35
BAN IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
xiv
B. Analisis Statistik Deskriptif ... 38
C. Hasil Penelitian ... 40
D. Pembahasan... 49
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 55
A. Simpulan ... 55
B. Saran ... 56
C. Keterbatasan Penelitian ... 57
DAFTAR PUSTAKA
xv
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 39
4.3 Hasil Uji Regresi Logistik ... 40
4.4 Hasil Uji Hosmer and Lemeslow’s Goodness of Fit ... 41
4.5 Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =0) ... 42
4.6 Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =1) ... 42
4.7 Hasil Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square ... 44
4.8 Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi ... 45
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
Lampiran 2. Perusahaan Yang Mengalami EPS Positif 2 Tahun Berturut-turut ... 59
Lampiran 3. Data Sampel Perusahaan Manufaktur ... 60
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 64
Lampiran 5. Hasil Pengujian Case Processing Summary ... 65
Lampiran 6. Hasil Pengujian Dependent Variable Ecoding ... 66
Lampiran 7. Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit ... 67
Lampiran 8. Hasil Pengujian -2 Log Likelihood (Block number=0) ... 68
Lampiran 9. Hasil Pengujian -2 Log Likelihood (block number=1) ... 69
Lampiran 10. Hasil Pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square ... 70
Lampiran 11. Hasil Pengujian Clasification Table ... 71
1 A. Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi seperti sekarang ini menimbulkan persaingan yang
ketat antar perusahaan. Perusahaan harus bijaksana dalam menyusun strategi
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dengan cara mempertahankan
konsumen yang merupakan sumber utama pendapatan suatu perusahaan. Hal
ini membuat perusahaan harus mengelola manajemen dengan baik sehingga
dapat menguasai pangsah pasar yang luas jika kinerja perusahaan baik.
Ditahun 2015 kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak stabil. Hal
ini mengakibatkan ada beberapa perusahaan besar di Indonesia mengalami
kesulitan keuangan bahkan ada yang dikabarkan bangkrut. Hal ini disebabkan
oleh melemahnya kurs rupiah terhadap kurs dollar yang berdampak pada
sulitnya perekonomian masyarakat Indonesia dan mengakibatkan menurunnya
daya beli konsumen dalam Kontan (2015). Perusahaan yang mengalami
kebangkrutan pada tahun 2015 diantaranya adalah Fort Motor Indonesia,
Toshiba, Panasonic, Sharp, Sony, Nokia dan General Motor Indonesia dalam
Kaskus (2015).
Ada berbagai alasan lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya
2
Informasi keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dapat dimanfaatkan
dalam mengambil keputusan, maka data keuangan harus diolah menjadi
sebuah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis
sebuah perusahaan. Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan dapat
dimanfaatkan untuk memprediksi kesulitan keuangan (financial distress)
maka dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan rasio-rasio keuangan
yang berkaitan dengan laporan keuangan, Mas’ud dan Srengga (2012).
Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan sebuah tahap yang dekat dengan kebangkrutan. Oleh karena itu analisis mengenai financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi
financial distress suatu perusahaan sejak dini diharapkan manajemen perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan awal untuk mengantisipasi
kondisi perusahaan yang mengarah pada kebangkrutan, Almilia dan Kristijadi
(2003). Kesulitan Keuangan (Financial distress) dapat diukur dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan yang sudah dipublikasikan.
Dengan melakukan analisis keuangan yang mencakup rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan dapat membantu dalam menilai prestasi manajemen
dimasa lalu dan prospek di masa yang akan datang.
Analisis laporan keuangan yang digunakan untuk memprediksi kondisi
perusahaan yang mengalami financial distress yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan suatu analisis yang penting bagi pihak-pihak yang
kreditur analisis ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan
pinjaman, dan juga bermanfaat untuk memonitor kebijakan pinjaman yang
ada. Bagi pihak investor hasil analisis dapat digunakan untuk menentukan
sikap investor untuk berinvestasi di perusahaan, Sartono (2001).
Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai manfaat
yang dapat dipetik dari analisis rasio keuangan. Namun dari hasil penelitian
masih terdapat inkonsistensi hasil mengenai variabel rasio keuangan yang
secara dominan berpengaruh terhadap financial distress. Sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali untuk memperoleh hasil terbaik untuk
membuktikan variabel rasio keuangan yang dapat memprediksi kondisi
financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan kristijadi (2003) mengeni
manfaat rasio keuangan dalam memprediksi financial distress menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Namun variabel rasio keuangan yang dominan dalam menentukan financial ditress suatu perusahaan adalah rasio profit
margin, rasio financial leverage, rasio likuiditas dan rasio pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2012), menyatakan
4
Penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Bambang (2013) menyatakan
bahwa likuiditas dan efisiensi operasi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi terjadinya probability kebangkrutan, sedangkan profitabilitas
dan leverage dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian yang dilakukan
oleh Tio (2014), menyatakan bahwa profitabilitas, likuiditas, financial
leverage, dan efisiensi operasi berpengaruh terhadap kondisi financial distress
perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal dimana pada penelitian ini
akan melakukan pengujian kembali hipotesis dari penelitian terdahulu. Obyek
yang dipilih pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Adapun
faktor-faktor rasio keuangan yang diuji dalam penelitian ini adalah Likuiditas,
Profitabilitas, Financial Leverage dan Perputaran total aktiva. Dari fenomena dan research gap yang muncul, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian ini diberi judul: “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Study Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”.
Penelitian ini merupakkan penelitian replikasi dari penelitian yang
telah dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2003) dengan judul “Analisis
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Yang berbeda pada penelitian ini adalah periode waktu penelitian yang digunakan yaitu tahun
2011-2015 dan alat ukur yang digunakan untuk memproksikan rasio
keuangan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?
2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?
3. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?
4. Apakah rasio perputaran total aktiva berpengaruh terhadap kondisi
financial distress perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio likuiditas terhadap
kondisi financial distress perusahaan.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap
6
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio financial leverage
terhadap kondisi financial distress perusahaan.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio perputaran total
aktiva terhadap kondisi financial distress perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio perputaran total aktiva terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress) suatu perusahaan.
2. Manfaat Praktik
Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi perusahaan atau pihak manajemen perusahaan
untuk mengambil tindakan dalam mengantisipasi kondisi kesulitan
E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Dependen yaitu
Kondisi Kesulitan Keuangan (Financial Distress) dan variabel Independen yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio
Financial Leverage dan Rasio Perputaran Total Aktiva.
2. Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Fianancial Distress (Kesulitan Keuangan)
Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan kondisi sebuah perusahaan dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan dapat
digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ketitik tidak
sehat paling ekstrim (Hanafi, 2009). Kesulitan keuangan jangka pendek
biasanya bersifat sementara namun kondisi ini dapat juga berkembang
menjadi parah. Kondisi financial distress dapat terjadi diberbagai perusahaan dan dapat menjadi pertanda/sinyal dari kebangkrutan yang
mungkin akan dialami oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan sudah
masuk dalam kondisi financial distress, maka pihak manajemen harus berhati-hati karena bisa saja masuk pada tahap kebangkrutan. Kondisi
financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan dalam keadaan krisis, kondisi ini cukup mengganggu kegiatan operasional perusahaan
dan harus segera diwaspadai dan diantisipasi. Oleh karena itu model
financial distress yang mengarah pada kebangkrutan. Pada prediksi kondisi financial distress suatu perusahaan menjadi perhatian beberapa pihak yang berkepentingan. (Hanafi, 2009), Pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu :
a. Pemberi pinjaman. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang
ada.
b. Investor. investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi
kemungkinan tersebut.
c. Pemerintah. Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat
tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang
perlu dapat dilakukan.
d. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi
kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan
going concern suatu perusahaan.
e. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan berarti
munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan
biaya ini cukup besar. Dengan melakukan analisis financial distress
10
tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan , misal dengan
melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
Kondisi financial distress pada perusahaan dapat dilihat dari nilai
earnings per share (EPS) suatu perusahaan. EPS merupakan laba per lembar saham perusahaan yang dapat dibagikan kepada para investor.
Data EPS banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan
profitabilitas perusahaan (Subramanyam dan John, 2011 dalam Pratama
2016). Data ini digunakan oleh para investor untuk menilai kinerja
persahaan daripada deviden yang dibagikan. Perhitungan EPS sudah
tersaji dalam laporan laba rugi pada laporan keuangan perusahaan.
Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress ditandai dengan nilai EPS perusahaan negatif. Dan sebaliknya perusahaan yang tidak
mengalami kondisi financial distress memiliki nilai EPS positif.
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis yang digunakan untuk
menilai kinerja keuangan suatu perusahaan berdasarkan perbandingan
data keuangan. Rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan
menggabungkan angka-angka didalam atau antara laporan laba rugi dan
neraca. Rasio-rasio keuangan dapat melihat prospek dan risiko
perusahaan pada masa yang akan datang. Faktor prospek pada rasio
masa mendatang (Hanafi, 2009). Adapun rasio-rasio keuangan sebagai
berikut :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif
terhadap utang lancar (Hanafi, 2009).
a) Current Ratio adalah angka rasio yang diperoleh dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini
menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka
pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang
diharapkan akan dikonversikan menjadi uang tunai dalam
waktu dekat (Bringham, 1989).
b) Quick Ratio dihitung dengan mengurangkan persedian dari aktiva lancar, kemudian membaginya dengan hutang lancar.
b. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan
melihat keuntungan yang akan diterima dalam bentuk deviden
12
a) Profit Margin, dihitung dengan cara membagi laba setelah
pajak dengan penjualan.
b) Return on total assets (ROA), menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
c) Return on equity (ROE), mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan.
c. Rasio Leverage
Rasio ini mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik
dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini juga
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan tidak mampu memenuji
kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan tersebut memiliki
total utang lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi, 2009).
a) Financial Leverage
Financial leverage bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap
keuangan tersebut biasanya berasal dari pembayaran bunga
untuk utang yang digunakan oleh perusahaan (Hanafi, 2004).
mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri
100%. (Sartono, 2001)
1) Debt ratio, merupakan perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
2) Debt to equity ratio, merupakan perbandingan total utang dengan total modal sendiri.
3) Time interest earned ratio, adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa
jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar
bunga.
b) Operating Leverage
Operating leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban operasional. Beban tetap
operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya
produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan
karyawan). Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam
14
1) Titik break-even
Titik break-even merupakan perbandingan antara biaya tetap dengan harga per unit yang dikurangi biaya
variabel per unit.
Perhitungan titik break-even menunjukkan bahwa alternatif leverage operasi yang tinggi menunjukan titik
break-even yang paling tinggi. Titik break-even tersebut menunjukkan bahwa resiko alternatif leverage tinggi adalah paling tinggi, karena untuk mencapai break-even
diperlukan penjualan lebih tinggi.
2) Derajat leverage operasi (Degree Of Operating Leverage/DOL)
DOL merupakan perbandingan antara Presentase
perubahan laba (profit) dengan presentase perubahan
unit yang terjual. Derajat Leverage operasi juga dapat diartikan sebagai efek perubahan penjualan terhadap
pendapatan (profit).
d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah
dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan
rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat
aktivitas, yaitu : rata-rata umur piutang, perputaran persediaan,
perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva. Tujuan dari rasio
aktivitas adalah untuk melihat kemampuan perusahaan menggunakan
asetnya dengan efektif.
a) Rata-rata umur piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan
untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas).
Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana
yang tertanam pada piutang. Rata-rata umur piutang bisa
dihitung melalui dua tahap yaitu dengan menghitung
perputaran piutang dan kemudian menghitung rata-rata umur
piutang. (Hanafi, 2009)
b) Perputaran persediaan
Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga
pokok penjualan dibagi dengan persedian. Semakin besar angka
perputaran persediaan, semakin efektif perusahaan mengelola
persediaannya. Sebaliknya, semakin besar angka rata-rata umur
persediaan, semakin jelek prestasi perusahaan, karena semakin
besar dana yang tertanam pada aset persediaan tersebut (Hanafi,
2004).
16
Perputaran aktiva tetap merupakan perbandingan antara
penjualan dibagi dengan aktiva tetap. Semakin tinggi angka
perputaran aktiva tetap, semakin efektif perusahaan mengelola
asetnya. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan
aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan (Hanafi, 2004).
d) Perputaran Total Aktiva
Perputaran total aktiva merupakan perbandingan antara
penjualan dibagi dengan total aktiva. Interpretasi perputaran total
aktiva sama dengan interpretasi perputaran aktiva tetap (Hanafi,
2004).
e. Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor,
meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio
ini (Hanafi, 2009). Rasio pasar mencerminkan penilaian pemegang
saham dari segala aspek atas kinerja masa lalu perusahaan dan
harapan kinerja dimasa yang akan datang (Ridwan S. Sundjaja dan
Inge Barlian, 2003). Tujuan dari rasio pasar ini adalah untuk melihat
seberapa jauh tujuan kemakmuran pemegang saham tercapai. Ada
tiga rasio yang dapat dihitung, yaitu :
Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasar per lembar dengan earning per lembar, PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya (Hanafi, 2009).
b) Dividend Yield
Dividend Yield merupakan perbandingan antara Dividen per lembar dengan harga pasar saham per lembar. Bagi investor
rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan sebagian dari return yang akan diperoleh investor (Hanafi, 2009).
c) Pembayaran Dividen (Dividend Payout)
Dividend payout merupakan perbandingan antara dividen per lembar dengan earning per lembar. Rasio ini melihat bagian
earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang
rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhan
18
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Mas’ud dan Srengga (2012) melakukan penelitian mengenai analisis
rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress dengan hasil yang menyatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio financial leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan rasio profitabilitas dan perputaran total aktiva
berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Almalia dan Kristijadi (2003) melakukan penelitian mengenai analisis
rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan hasil yang menyatakan rasio-rasio
keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Dengan variabel rasio keuangan yang paling dominan adalah
rasio profit argin, financial leverage, likuiditas, dan pertumbuhan.
Hapsari (2012) melakukan penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan
dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI dengan hasil yang menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh
terhadap kondisi financial distress perusahaan dan rasio profitabilitas,
financial levererage berpengaruh terhadap kondisi financial distress
perusahaan.
Widarjo dan Setiawan (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh
yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio pertumbuhan berpengaruh terhadap kondisi financial distress
perusahaan, sedangkan rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi
financial distress perusahaan.
Amir dan Bambang (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh
rasio keuangan untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan hasil yang menyatakan
bahwa rasio likuiditas dan rasio perputaran total aktiva tidak dapat
memprediksi terjadinya probabilitas terjadinya kebangkrutan. Sedangkan rasio
profitabilitas dan rasio financial leverage dapat memprediksi terjadinya probabilitas kebangkrutan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
Reno (2012) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan
untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan dengan hasil yang menyatakan bahwa debt ratio, return on asset, dan sales growth
merupakan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Sedangkan current ratio dan inventory turn over tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distree perusahaan.
Tio (2014) melakukan penelitian mengenai peranan analisis rasio
20
digunakan untuk melakukan penelitian yang diproksikan dengan CR, DER,
OPM, dan TATO berpengaruh terhadap financial distress perusahaan.
C. Hipotesis
1) Rasio Likuiditas dan Financial Distress
Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan. Setiap perusahaan harus mempunyai aset dua kali lebih besar
dari pada kewajiban lancarnya, dengan demikian perusahaan dapat
dikatakan sehat karena jika perusahaan membutuhkan dana cepat untuk
menutupi kewajiban lancarnya maka perusahaan dapat menyediakan dana
tersebut dengan cepat. Hal ini di karenakan rasio likuiditas merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Jika perusahaan memiliki nilai likuiditas yang tinggi
maka perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, atau
perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Sebaliknya jika perusahaan memiliki nilai likuiditas yang rendah
maka dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak likuid atau perusahaan
tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
aktiva yang dimiliki, sehingga kemungkinan perusahaan mengalami
khususnya dalam masa-masa suram. Likuiditas yang buruk dapat
menambah biaya pendanaan perusahaan dan membuat perusahaan tidak
mampu membayar kewajiban jangka pendeknya.
Pada Almilia dan Kritijadi (2003), Ika Yuanita (2012), dan Tio
Noviandri (2014) menyatakan bahwa rasio likuiditas dapat digunakan
untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini rasio likuiditas dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi kesulitan keuangan (Financial Distress) suatu perusahaan.
H1 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan
2) Rasio Profitabilitas dan Financial Distress
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih. Rasio profitabilitas ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang baik dan laba atas
investasi menjadi indikator mengenai kesehatan keuangan dan efisiensi
manajemennya. Perusahaan yang memiliki laba atau penghasilan yang
buruk dapat merusak harga pasar saham perusahaan tersebut. Rasio
profitabilitas ini bertujuan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba atau pengahasilan yang baik. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan
22
kondisi kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan, sebaliknya jika perusahaan menghasilkan laba yang rendah maka kemungkinan
perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan (financial distress)
akan terjadi. Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan dan
investasi dengan menggunakan aset yang dimiliki. Perusahaan yang
memiliki nilai ROA tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
efektif menggunakan aktiva untuk kegiatan operasional perusahaan
mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang
memiliki nilai ROA rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
menggunakan aktiva untuk kegiatan operasionalnya tidak dapat
memberikan laba bagi perusahaan.
Rasio profitabilitas yang diukur mengunakan ROA ini dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai efektifitas penggunaan
aktiva pada sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi
nilai ROA maka menunjukan semakin baik nilai rasio profitabilitas suatu
perusahaan, dengan demikian semakin tinggi nilai ROA maka semakin
rendah kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress.Ada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan rasio profitabilitas sebagai salah satu rasio yang digunakan untuk memprediksi
kondisi financial distress suatu perusahaan, diantaranya adalah Mas’ud
Bambang (2013) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas
berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress)
suatu perusahaan. Oleh sebab itu, pada penelitian ini rasio profitabilitas
digunakan kembali untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.
H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress
suatu perusahaan.
3) Rasio Financial Leverage dan Financial Distress
Financial Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. pada penelitian ini diasumsikan
bahwa financial leverage dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
fianancial distress suatu perusahaan. Rasio financial leverage mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, baik kewajiban
jangka panjang maupun jangka pendek dengan menggunakan asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga mengukur sejauh mana
perusahaan dibiayai dengan hutang. Semakin tingginya nilai rasio
financial leverage maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress), hal ini disebabkan perusahaan akan memperoleh sumber dana dari pihak luar
yang kemudian akan membayar bunga yang tinggi. Sebaliknya
24
maka semakin rendah pula kemungkinan perusahaan mengalami kondisi
financial distress.
Pada rasio financial leverage yang diukur menggunakan debt ratio
(DR) merupakan perbandingan antara total hutang dibagi dengan total
aset, dengan kata lain semakin tinggi nilai DR maka semakin besar
jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Pada penelitian
terdahulu yang menggunakan rasio financial leverage untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan diantaranya adalah Tio
(2014), Almilia dan Kristijadi (2003), Mas’ud dan Srengga (2012), Amir
dan Bambang (2013) menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh
terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress). Oleh karena itu, pada penelitian ini rasio financial leverage digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur.
H3 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan.
4) Rasio Perputaran Total Aktiva dan Financial Distress
Rasio perputaran total aktiva merupakan perbandingan antara
penjualan yang dibagi dengan total aktiva. Suatu perusahaan yang
memiliki perputaran total aktiva yang tinggi menunjukan bahwa
perusahaan tersebut memiliki sumber dana untuk melakukan aktivitas
operasi seperti untuk melunasi pinjaman. Sebuah perusahaan yang
perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan aktivanya untuk
menghasilkan penjualan dan dapat menghasilkan laba seperti yang
diharapkan oleh perusahaan. Sebaliknya, jika rasio total aktiva rendah hal
ini dapat mengindikasi bahwa terlalu banyak asset yang tertahan
dibandingkan dengan penghasilan penjualan yang didapatkan ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak efektif dalam mengelola aktiva
yang dimilikinya. Nilai rasio perputaran total aktiva yang tinggi
menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan baik sehingga
kemungkinan terjadinya probabilitas financial distress perusahaan semakin kecil. Namun sebaliknya jika nilai rasio rendah maka hal ini
akan menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan buruk sehingga
kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress akan terjadi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga
(2012), Almilia dan Kristijadi (2003), Amir dan Bambang (2013)
menyatakan bahwa perputaran total aktiva berpengaruh terhadap kondisi
financial distress perusahaan. Oleh karena itu pada penelitian ini rasio
perputaran total aktiva digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
H4 : Perputaran total aktiva berpengaruh negatif terhadap kondisi
26
D. Model Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian
Likuiditas (CR)
Profitabilitas (ROA)
Financial Leverage
(DR)
Perputaran Total Aktiva
Financial Distress
27 A. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.
B. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari pihak
kedua berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2011-2015.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling jenis judgement sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi
berdasarkan pertimbangan tertentu (Hartono, 2013). Ada beberapa kriteria
tertentu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melaporkan laporan
keuangan secara rutin selama periode 2011-2015
2. Perusahaan memiliki data laporan keuangn lengkap pada periode
2011-2015. Terutama untuk item-item laporan keuangan yang digunakan
28
3. Perusahaan memiliki nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut dan
perusahaan memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut.
4. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam nilai mata
uang Rupiah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yaitu berupa laporan keuangan dan annual report yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dengan akhir tahun pembukuan 31 Desember 2011,
2012, 2013, 2014, dan 2015. Informasi data pada penelitian ini diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia dan www.idx.co.id.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variable dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah kondisi
financial distress perusahaan. Pada penelitian ini kondisi financial distress diukur menggunakan Earning Per Share (EPS) yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih yang dapat dibagikan kepada para pemegang
saham. Kondisi financial distress pada penelitian ini merupakan variabel
dummy, yaitu nilai 0 (nol) merupakan nilai apabila perusahaan dalam keadaan sehat (tidak mengalami kondisi financial distress) dan apabila nilai 1 (satu) ini merupakan nilai apabila perusahaan tersebut mengalami
dengan nilai EPS negatif yang dimiliki oleh perusahaan selama dua tahun
berturut-turut atau lebih.
2. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
keuangan :
a) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan jangka pendeknya tepat pada waktunya
(Sartono, 2001). Rasio lancar (current ratio) adalah angka rasio yang diperoleh dengan cara membagi aktiva lancer dengan
kewajiban lancar. Pengukuran variabel likuiditas diproksikan
dengan :
Current ratio =
b) Rasio Profitabilitas
Rasio ini melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba (profit) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham
tertentu (Hanafi, 2009). Pengukuran variabel ini diproksikan
dengan :
ROA =
30
c) Rasio Financial Leverage
Financial leverage menunjukan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001). Pengukuran
variabel ini diproksikan dengan :
DR =
d) Rasio Perputaran total aktiva
Perputaran total aktiva, menunjukkan efektifitas perusahaan
dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan
penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001)
Perputaran Total Aktiva =
F. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Untuk melakukan uji hipotesis dan analisis data pada penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi logistik. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi logistik karena variabel dependen merupakan
variabel dummy.
1. Statistik Deskriptif
Menurut Ghazali (2011), analisis statistik deskriptif merupakan
metode-metode statistik yang berfungsi untuk menggambarkan data yang telah
dikumpulkan yang dapat dideskripsikan melalui mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
dalam dua kategori, yaitu perusahaan non-financial distress dan perusahaan financial distress.
2. Analisis Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
logistik karena memiliki satu variabel dependen yang merupakan variabel
kategori/dummy serta memiliki variabel independen lebih dari satu. Tujuan metode regresi adalah memperoleh model terbaik dan sederhana
yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantung. Menurut Ghazali (2011), menjelaskan bahwa logistic regression sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variable terikat dapat diprediksi
dengan variable bebasnya. Dalam hal ini analisis logistic regression dapat digunakan karena tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variable
bebasnya. Jadi logistic regression umumnya digunakan jika asumsi
multivariate normal distribution tidak terpenuhi. Persamaan regresi logistik yang digunakan yaitu :
Ln
= β0 + b1 x1 + b2 x2+…… + bn xn
Berdasarkan model regresi logistik tersebut, maka model regresi logistik
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ln
32
Keterangan :
Ln
= probabilitas Financial Distress
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien CR
β2 = Koefisien ROA
β3 = Koefisien DR
β4 = Koefisien TATO
Xn = Variabel independen
Keterangan :
CR = Current Ratio
ROA = Return On Asset
DR = Debt Ratio
TATO = Total Asset Turnover
3. Uji Kelayakan Keseluruhan Model (Overall Fit Model Test)
Dalam menilai overall fit model, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Menurut Ghazali (2011), goodness of fit test dapat dilihat dari nilai output Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test, dengan
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis
nol ini menunjukkan bahwa data empiris cocok dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara
model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model
tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya. Sebaliknya, jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka
hipotesis nol diterima dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dengan kata lain model cocok dengan data
observasinya.
b. Uji Log Likelihood (-2 Log Likelihood)
Menurut Ghazali (2011) tes statistic chi square (x2) digunakan berdasarkan fungsi likelihood pada estimasi model regresi.
Likelihood (L) dari model regresi adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Likelihood
34
terhadap data dapat dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil block number 0) dengan nilai -2 log likelihood akhir (hasil block number 1). Nilai chi square didapat dari nilai -2logL1 – 2logL0, jika terjadi penurunan maka menunjukkan model regresi yang baik.
c. Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square
Menurut Gazali (2011), Cox and Snell’s R square merupakan
ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression
yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
and Snell’s R2
dengan nilai maksimumnya.
d. Tabel Klasifikasi 2x2
Menurut Ghazali (2011), tabel klasifikasi 2x2 digunakan untuk
sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan
tingkat ketepatan peramalan 100%.
4. Penarikan Kesimpulan Hipotesis
Untuk menentukan diterima atau ditolaknya Ho pada penelitian ini
berdasarkan tingkan signifikansi yang disyaratkan yaitu (α) 5%, dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Ho diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari tingkat
signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif ditolak atau hipotesis yang
menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen ditolak.
2. Ha diterima apabila nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat
signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif diterima atau hipotesis
yang menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada sampel penelitian yang digunakan yaitu seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
pengamatan dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu annual report dan laporan keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2011 sampai dengan
2015 yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana ada beberapa keriteria dalam memilih jumlah sampel yang akan digunakan dalam peneltitan ini. Adapun prosedur pemilihan sampel, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
No. Uraian Jumlah
2011 2012 2013 2014 2015
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai dengan 2015.
130 132 136 141 143
2. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut periode 2011-2015
123 123 123 123 123
2. Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan selama periode penelitian (2011-2015)
(1) - - - (2)
3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang
dollar
4. Perusahaan yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian (2011-2015)
(99) (90) (88) (82) (83)
5. Perusahaan yang memiliki nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian (2011-2015)
12 12 12 12 12
6. Perusahaan yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian yang dipilih secara random.
13 13 13 13 13
Total Sampel Perusahaan 25 25 25 25 25
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.1 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 130 perusahaan; tahun 2012
sebanyak 132 perusahaan; tahun 2013 sebanyak 136 perusahaan; tahun 2014
sebanyak 141 perusahaan; tahun 2015 sebanyak 143 perusahaan. Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut
selama periode penelitian tahun 2011 sampai dengan 2015 sebanyak 123
perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria pada penelitian
ini kemudian dijadikan obyek penelitian sebanyak 25 perusahaan. Setelah
dikurangi perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara
lengkap tahun 2011 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2015 sebanyak 2
perusahaan. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya menggunakan
38
tahun 2012 sebanyak 21 perusahaan, tahun 2013 sebanyak 23 perusahaan,
tahun 2014 sebanyak 29 perusahaan, dan tahun 2015 sebanyak 26 perusahaan.
Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai EPS positif dua tahun
berturut-turut 2011 sebanyak 99 perusahaan, tahun 2012 sebanyak 90 perusahaan,
tahun 2013 sebanyak 88 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 82 perusahaan dan
tahun 2015 sebanyak 83 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memiliki
nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut selama periode 2011 sampai 2015
sebanyak 12 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai EPS
positif dua tahun berturut-turut selama periode 2011 sampai dengan 2015
yang dipilih secara random sebanyak 13 perusahaan. Sehingga sampel yang
diperoleh dari 25 perusahaan pada 5 tahun pengamatan diperoleh 125 sampel
yang kemudian dilakukan analisis data menggunakan alat analisis regresi
logistik.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai
maksimum dari variabel dependen dan variabel independen penelitian. Hasil
dari pengujian statistik deskriptif variabel penelitian dalam penelitian ini dapat
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Likuiditas 120 0,5046 7,1028 2,0800 1,3279
Profitabilitas 120 -0,2798 0,2787 0,0679 0,1026
Financial Leverage 120 0,1580 3,0807 0,6206 0,5760
Perputaran Total Aktiva
120
0,0007 2,9577 1,1958 0,5813
Sumber: Lampiran 4
Hasil pengujian statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2.
menggambarkan bahwa pengujian statistik deskriptif untuk setiap variabel
yang digunakan dalam model penelitian. Nilai N dari semua variabel
menunjukkan angka 120, angka ini diperoleh setelah dilakukan outlier
Hasil dari pengujian statistik deskriptif di atas, menunjukkan besaran
nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi. Dari
tabel di atas menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu variabel CR, ROA,
DR, dan TATO memiliki standar deviasi atau penyimpangan lebih yang
rendah dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai standar
deviasi yang rendah dari variabel tersebut menggambarkan bahwa variabel
memiliki fluktuasi data yang rendah.
Hasil penggujian statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2.
menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar
deviasi dari setiap variabel penelitian. CR menunjukan nilai rata-rata sebesar
40
0,5046 dan nilai maksimum sebesar 7,1028. ROA menunjukan nilai rata-rata
sebesar 0,0679 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1026; serta nilai minimum
sebesar -0,2798 dan nilai maksimum sebesar 0,2787. DR menunjukkan nilai
rata-rata sebesar 0,6206 dan nilai standar deviasi sebesar 0,5760; serta nilai
minimum sebesar 0,1580 dan nilai maksimum sebesar 3,0807. TATO
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1,1958 dan nilai standar deviasi sebesar
0,5813; serta nilai minimum sebesar 0,0007 dan nilai maksimum sebesar
2,9577.
C. Hasil Penelitian
1. Persamaan Regresi Logistik
Hasil dari persamaan regresi logistik disajikan pada tebel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
TATO -0,269 0,571 Tidak signifikan
Constant 1,019 Sumber : Lampiran 12
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut :
EPS = 1,019 – 0,372 CR – 12,850 ROA + 1.292 DR – 0,269 TATO
Nilai konstanta sebesar 1,019, yang menyatakan bahwa jika rasio
aktiva mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan, maka rata-rata besarnya nilai financial distress adalah sebesar 1,019.
2. Hasil Pengujian Kelayakan Model
a. Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit
Untuk menguji kelayakan model dalam memprediksi digunakan uji
chi square hosmer and lemeslow, pengujian ini digunakan untuk menguji hipotesis:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Berikut adalah hasil pengujian Hosmer and Lemeslow’s goodness of
fit:
Tabel 4.4
Hasil Uji Hosmer and Lemeslow’s Goodness of fit
Step Chi-square Sig. Keterangan
1 12,456 0,132 Model sesuai
Sumber: Lampiran 7
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4. menunjukkan nilai Chi square sebesar 12,456 dengan nilai signifikansi sebesar 0,132. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikan > 0,05 yang
berarti H0 dapat diterima. Ini menunjukkan bahwa data empiris cocok
atau sesuai dengan model regresi. Ini juga menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan antara model dengan data sehingga model regresi
42
b. Hasil Pengujian Log Likelihood Value (- 2 Log Likelihood)
Pengujian ini digunakan untuk melihat model yang lebih baik untuk
memprediksi financial distress perusahaan dapat menggunakan – 2log likelihood. Hasil perhitungan -2logL pada blok pertama (block number = 0) nilai yang tertera sebesar 166,055 seperti yang tertera pada tabel 4.5. berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =0) Iteration -2 Log Likelihood Coefficients
Step 0 1 166,055 -0,100
2 166,055 -0,100
Sumber : Lampiran 8
Selanjutnya hasil perhitungan dari nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua (block number = 1) terlihat nilai -2 Log Likelihood sebesar 107,429 terjadi penurunan pada blok kedua (block number = 1) yang ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number = 1)
Nilai -2 Log Likelihood (block number =1) juga digunakan untuk menentukan jika variabel bebas ditambahkan kedalam model regresi.
Dari penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 Log Likelihood menunjukkan adanya selisih antara blok pertama dengan blok kedua, dimana nilai -2 Log Likelihood pada blok pertama sebesar 166,055 dan nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua sebesar 107,429. Apabila terjadi penurunan pada blok kedua dibandingkan
blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua
menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa H0
diterima setelah menambahkan variabel bebas. Sehingga model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi financial distress
perusahaan
c. Hasil Pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square
Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square pada
44
Tabel 4.7
Hasil Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square
Step -2 Log Likelihood Cox and Snell R
Koefisien Nagelkerke R Square pada table diatas merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) sama seperti
koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Pada tabel 4.7
menunjukkan nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,516 yang berarti bahwa kemampuan dari variabel bebas yang diukur
menggunakan current ratio (CR), return on asset (ROA), debt ratio
(DR), dan total asset turnover (TATO) untuk memprediksi financial distress perusahaan sebesar 52,6%. Sisanya sebesar 47,4% merupakan faktor lain diluar model yang menjelaskan variabel
dependen.
d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi (Tabel Klasifikasi 2x2)
Ketepatan prediksi klasifikasi pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.8
Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi Observed Non Financial
Berdasarkan hasil dari tabel klasifikasi diatas, jumlah sampel yang
mengalami financial distress ada 46 + 17 = 63. Sampel yang tidak mengalami financial distress sebanyak 46 dan seharusnya sampel yang tidak mengalami financial distress namun sampel tersebut mengalami financial distress sebanyak 17, sehingga kebenaran klasifikasi sebesar 73,0%. Jumlah sampel yang mengalami financial distress 14 + 43 = 57. Sampel yang mengalami financial distress
sebenarnya sebanyak 43 dan yang seharusnya mengalami financial distress namun tidak terkena financial distress sebanyak 14, sehingga kebenaran klasifikasi sebesar 75,4%. Tabel diatas memberikan nilai
overall percentage sebesar 74,2 ini menunjukkan bahwa ketepatan model penelitian ini untuk memprediksi kondisi financial distress
perusahaan sebesar 74,2%.
3. Hasil Uji Hipotesis
Setelah diperoleh model yang sesuai dengan data, maka selanjutnya