;;
INDIKASI DAN TITIK RAWAN
KORUPSI -
KOLUSI -
NEPOTISME
DILINGKUNGAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSPEKTORATJENDERAL
/ Lセ@ ..
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Inspektorat Jenderal Depkes dapat menyusun dan menyajikan Indikator dan Titik rawan terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dilingkungan Departemen Kesehatan .
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada Kepala Satuan Kerja dan Pemimpin Proyek sebagai penanggungjawab kegiatan, baik yang menyangkut fisik, keuangan serta tugas pokok dan fungsi dari entitas masing-masing.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) perl'u diidentifikasi aspekaspek dan tahaptahap terjadinya KKN untuk dapat diantisipasi pencegahannya .
Pencegahan dan pemberantasan KKN merupakan tanggungjawab bersama
seluruh lapisan masyarakat, namun setidaknya sebagai aparatur pemerintah harus mampu, mau dan berani memulai tangkahIangkah konstruktif dalam rangka pencegahan dan pemberantasan KKN dilingkungan Oepartemen Keseha,tan.
Diharapkan buku ini dapat membantu dalam melaksanakan pengendalian manajemen dalam rangka pelaksanaan Pengawasan Melekat di semua Unit dilingkungan Oepkes.
Meskipun upaya maksimal telah dilaksanakan dalam penyusunan buku ini, namun kekurangan tetap tidak dapat dihindari. Untuk itu masukan positif tetap diharapkan dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan buku panduan ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada Tim Penyusun yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga berhasil menyusun buku panduan ini.
Semoga bermanfaat.
... /"
.' ." , .... Ora. Gkオセキ。イエゥョゥ@ M. Suhel
''':'''''/ '1/ ; '." . NIP. 140048613
.-DAFTAR 151
Bab Halaman
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lir.gkup 3
D. Batasan 3
"
PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME 5A. INDIKASI PRAKTEK KKN 5
1. Persepsi Masyarakat 5
2. Penyebab KKN 6
B. UPAYA PENCEGAHAN KKN 8
C. MENUJU CLEAN GOVERNANCE 11
D. LANGKAH REFORMASI MENUNJU CLEAN GOVERNANCE 12
'"
INDIKASI DAN TITIK RAWAN KKN 13A. ASPEK PERLENGKAPAN 13
B.
ASPEK KEUANGAN 21C. ASPEK KEPEGAWAIAN 25
; D. ASPEK TUGAS POKOK DAN FUNGSI 29
IV PENUTUP 33
REFRENSI UMUM KKN 34
REFERENSI KHUSUS 37
1. Aspek Perlengkapan 37
2. Aspek Keuangan 39
3. Aspek Kepegawaian 44
4. Aspek Tupoksi 46
LAMPIRAN LAMPIRAN 49
1. Lampiran 1 49
2. Lampiran 2 60
3. Lampiran 3 51
4.
Lampiran 4 525. Lampiran 5 53
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yan9 dilakukan secara berkelanjutan. berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pelaksanaan pembangunan nasiqnal, perlu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat. mandiri. berkeadilan. sejahtera. maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Karena itu reformasi disegala bidang di,lakukan untuk membangkitkan kembali dan memperteguh kepercayaan diri atas kemampuan bangsa inidalam
melakukan langkahIangkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan
pengembangan pembangunan dengan paradigma baru Indonesia masa depan.
Pencapaian tujuan pembangunan yang merata dan berkeadilan harus disusun konsepsi penyelenggaraan negara secara menyeluruh, untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara serta mewujudkan kemajuan di segala bidang .
T ekad untuk meberantas segala bentuk penyelewengan sesuai tuntutan reformasi, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme perlu diikuti dengan langkah-langkah nyata dan kesungguhan dari para penyelenggara kegiatan pada se'luruh lini administrasi pemerintahan, mulai dari tingkat teratas sampai dengan tingkat yang bawah.
Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bersih perlu adanya pengawasan. karena pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam rangka menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang tel:ah ditetapkan serta untuk menjamin balhwa tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengawasan merupakan bagian yang paralel dan integral dengan upaya
orQ'anisasi dalam mencapai tujuannya, sehingga secara efektif dapat
memberikan daya ungkit terhadap terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik.
Sistem pengawasan yang dilaksanakan harus mampu menjawab seluruh tuntutan masyarakat, termasuk pencegahan terhadap terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan khususnya terhadap
memberikan kontribusi bagi terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik, terwujudnya akuntabil,itas publik oleh Pemerintah, terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan bertanggungjawab serta terwujudnya sinergi pengawasan di lingkungan Pemerintah.
Inspeictorat Jenderal Oepkes sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah ( APIP ) perlu tanggap mengantisipasi perkembangan di masyarakat dewasa ini. dengan melaksanakan pengawasan secara optimal baik pengawasan langsung
maupun pengawasan tidak langsung. sehingga pada gilirannya hasil
pengawasan dapat memberikan kontribusi mewujudkan aparat yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( Clean Governance ) di lingkungan Departemen Kesehatan RI.
Pelaksanaan pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Oepkes diarahkan pada bidangbidang strategis yang secara operasional difokuskan pada kegiatankegiatan yang dapat memberikan masukan yang lebih bermakna bagi
Pimpinan Departemen dalam rangka menyusun akuntabilitas
(pertanggungjawaban) keberhasilan/kegagalan pelaksanaan visi dan misi Departemen dalam mencapai tujuan dan sasaran Indonesia Sehat 2010.
Sejalan kebijakan Pemerintah, dalam rangka ikut menciptakan Pemerintahan yang bersih dan be bas KKN, Inspeictorat Jenderal Oepkes berupaya menyusun , indikator dan kegiatankegiatan kritis yang mengarah terjadinya KKN, dengan harapan dapat dipergunakan sebagai panduan ( Guidance ) oleh para pengendali dan pel,aksana program di lingkungan Departemen Kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya buku ini adalah :
a. Untuk memberikan panduan kepada para pengendali dan pelaksana program, proyek dan kegiatan di lingkungan Oepkes, agar dapat melakukan pengendalian dan pengawasan ter,hadap seluruh kegiatan dalam upaya ikut mewujudkan Aparatur yang bersih bebas KKN.
b. Sebagai sarana untuk melakukan perubahan terusmenerus, konsisten serta berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur yang berorientasi pada pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN ( Clean Governance ).
c. Untuk menyamakan persepsi daJam menilai penyimpangan dan memberikan pemahaman terhadap pencegahan terjadinya KKN di lingkungan Oepartemen Kesehatan.
c.
Ruang lingkupBerbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah praktek KKN, antara lain dengan dikeluarkannya TAP. MPR No.xIlMPRl1998 dan UndangUndang No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas KorupS'i, Kolusi dan Nepotisme.
Dewasa ini kesempatan mengungkapkan adanya praktekpraktek KKN lebih terbuka, sehingga upaya untuk melakukan pencegahan terjadinya KKN memperoleh momentum yang baik.
Buku ini memberikan gambaran yang lebih konkrit mengenai pencegahan KKN, dengan memaparkan indikator dan titik rawan kegiatankegiatan yang memungkinkan terjadinya KKN.
D. Batasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
1. Korupsi:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi yang dapat merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara.
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya yang dapat merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara.
2. Kolusi:
Kolusi adalah permufakatan atau kerja sarna secara melawan hOKum antar Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain. masyarakat dan atau Negara.
Pihakpihak yang dirugikan karena praktek Kolusi bisa siapa'saja, seperti :
Negara, Masyarakat, Lembaga Pemerintah/Swasta, bahkan bisa
perorangan. Kolusi bisa mengarah pada korupsi jika kerja sama atau perjanjian saling pengertian yang terjadi akan mengakibatkan kerugian
terhadap kepentingan Negara dankesejahteraan masyarakat untuk
kepentingan dan keuntungan pihakpihak yang bersekongkol.
3. Nepotisme
Salah satu contoh bentuk nepotisme adalah Kecenderungan mengutamakan sanak famili sendiri atau kroninya untuk duduk dalam jabatan dan posisi yang menguntungkan tanpa memandang kompetensi, kemampuan dan profesionalisme yang dimiliki.
BABII
PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME
A. Praktek korupsi, kolusi, nepotisme
1. Persepsi masyarakat terhadap KKN
Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai dengan tuntUll:.:1 reformasi diperlukan kesamaan visi, persepsi dan misi dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat.
Kesamaan visit persepsi dan misi tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguhsungguh, penuh rasa tanggungjawab yang dilaksanakan secara efektif, efisien babas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana diamanatkan olah TAP. MPR· No.xIlMPRl1998 dan UndangUndang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Secara · sederhana KKN dapat diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan. untuk kepentingan pribadi, yang jelas KKN adalah bentuk penyimpangan dan standar atau norma, yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Bidang kegiatan yang rawan terjadi prakte'kpraktek KKN secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan barang dan jasa.
b. Pembangunan konstruksi dan bangunan. c. Pengalihan tanah dan aset (ruilslag ). d. Perijinan.
e. Penunjukan,Pengangkatan dan panempatan pejabat atau pegawai. f. Penerimaan Pegawai.
g. Masalah hukum dan peradilan.
h. Masalahmasalah pelanggaran lalulintas.
I. Bidang keimigrasian.
j. Pengelolaan keuangan (pengeluaran fiktif).
2. Penyebab terjadinya KKN
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya KKN adalah sebagai berikut:
a. Faktor rendahnya Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Seeara sekilas jenis perbuatan yang meneerminkan lemahnya Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah :
1). Menggunakan dan atau memanipulasi dana milik dinas yang menjadi tanggungjawabnya untuk kepentingan pribadi/diri sendiri dan keluarga.
2). Berpurapura bersikap jujur dan taat beragama untuk menutupi
perbuatan jahatnya.
3). Mengkomersilkan jabatan, tugas dan tunggungjwabnya untuk
memperkaya diri sendiri.
b. Faktor Rapuhnya Keteladanan Aparatur Pemerintah.
Tindakan yang meneerminkankan rapuhnya Ketelc:danan Aparatur Pemerintah, antara lain:
1). Merasa .ingin dilayani bukan melayani.
2). Merasa yang paling tahu dan berkuasa sehingga hanya dapat memerintah tanpa mau tahu bagaimana proses yang terjadi.
3). Sulit dan atau tidak pernah mau menerima pendapat orang lain, karena merasa dialah yang paling benar.
4). Mengukur keberhasilan dan tingginya status sosial dari kekuasaan dan materi yang dimiliki.
5). Pola hidup yang terkesan mewah, konsumtif dan boros.
c. Faktor lemahnya pengawasan dan pengendalian.
Ketidak berdayaan pengawasan baik pengawasan melekat maupun pengawasan fungsional dapat berakibat terhadap terjadinya praktek- praktek KKN, dilingkungan Instansi Pemerintah, antara lain sebagai berikut :
1). Situasi lingkungan kerja yang eenderung komersil. 2). Timbulnya tempat kerja yang basah dan kering.
3). Kebiasaan masyarakat memberl tips (uang jasa, peliein, sogok dan sejenisnya) untuk memperlanear sesuatu urusan .
4). Adanya kerjasama antara atasan dan bawahan untuk
mengkomersilkan pekerjaan.
5). Merekayasa laporan keuangan berupa laporan fiktif. 6). Rendahnya disiplin dan moral pegawai.
d. Faktor peningkatan biaya hidup dan penghasilan yang relatif kurang memadai.
Suatu contoh dampak negatif dari tekanan biaya hidup tinggi dan penghasilan kurang memadai adalah :
1). Rekapitulasi hasil penanganan perkara korupsi dari tahun ke tahun secara kuantitas lebih banyak dilakukan oleh pejabat tingkat bawah (lower manager) baru kemudian pejabat tingkat menengah (middle manager) dan pejabat tingkat atas (top manager).
2). Secara struktural jumlah pejabat tingkat bawah lebih banyak dibandingkan pejabat tingkat menengah dan pejabat tingkat atas Karena itu secara teknis operasional pejabat tingkat bawah lebih banyak melayani masyarakat.
e. Faktor pergeseran tata nilai kehidupan sosial .
Beberapa contoh.... nyata dan pergeseran tata nilai kehidupan sosial. yakni:
1). Timbulnya sikap mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan kepentingan orang lain.
2). Pamrih tsme lebih suka uang (dibayar) dari pada diberi penghargaan atas ucapan terima kasih.
3). Lunturnya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 4). Sanggup mengorbankan harga din untuk tujuan materi.
5). Rendahnya kadar kesadaran hukum masyarakat dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai individu warga masyarakat dan warga negara.
6). Kecenderungan memilih konfliklbertindak sendiri dari pada diselesaikan melalui saluran hukum.
7). Perbuatan dekadensi moral semak'in kompleks.
8). Banyak oknum masyarakat yang suka memben uang (sogok. suap) untuk menyelesaikan suatu masalah I kepentingan kepentingan tertentu yang menguntungkan.
5). Merekayasa laporan keuangan berupa laporan fiktif. 6). Rendahnya disiplin dan moral pegawai.
d. Faktor peningkatan biaya hidup dan penghasilan yang relatif kurang memadai.
Suatu contoh dampak negatif dari tekanan biaya hidup tinggi dan penghasilan kurang memadai adalah :
1). Rekapitulasi hasil penanganan perkara korupsi dari tahun ke tahun secara kuantitas lebih banyak dilakukan oleh pejabat tingkat bawah (lower manager) baru kemudian pejabat tingkat menengah (middle manager) dan pejabat tingkat atas (top manager).
2). Secara struktural jumlah pejabat tingkat bawah lebih banyak dibandingkan pejabat tingkat menengah dan pejabat tingkat atas Karena itu secara teknis operasional pejabat tingkat bawah lebih banyak melayani masyarakat.
e. Faktor pergeseran tata nilai kehidupan sosial .
8eberapa contoh nyata dari pergeseran tata nilaL kehidupan sosial, yakni:
1). Timbulnya sikap mementingkan din sendin tanpa mempedulikan kepentingan orang lain.
2). Pamrih tsme lebih suka uang (dibayar) dari pada diberi penghargaan atas ucapan terima kasih.
3). Luntumya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 4). Sanggup mengorbankan harga diri untuk tujuan materi.
5). Rendahnya kadar kesadaran hukum m asyara kat dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai individu wa rga masyarakat dan warga negara.
6). Kecenderungan memilih konflik/bertindak sendiri dari pada diselesaikan melalui saluran hukum.
7). Perbuatan dekadensi moral semakin kompleks.
8). Banyak oknum masyarakat yang suka memberi uang (sogok, suap) untuk menyelesaikan suatu masalah I kepentingan kepentingan tertentu yang menguntungkan.
9). Ada istilah seharihari dimasyarakat kasih uang habis perkara (KUHP) dan ujungujungnya duit (UUD) yang justru mendiskreditkan citra aparatur pemerintah dimata masyarakat.
I
B. Upaya pencegahan dan pemberantasan KKN
Memperhatikan kompleksnya persoaJan yang dapat menimbulkan
perbuatan korupsi dan melibatkan lingkungan sosial yang luas , maka pemberantasan nya hanya dapat dilakukan melaJui front bersama dan total oleh semua komponen bangsa , jajaran pemerintah dan masyarakat baik pada tingkat preventif (perumusan dan penerapan aturan dan sistem penyuluhan • pendidikan dan lain sebagainya) detektif (mengidentifikasi mengaudit) maupun represif (proses hukum) disemua bidang.
Prioritas diarahkan pad a bidangbidang yang rawan korupsi • kolusi dan nepotisme dan penutupan pintupintunyang memberi peluang pad a pelaku untuk merealisasikan niat jahatnya.
Pad a tingkat organisasi Departemen , pengandalian manajemen diperkuat dengan mengefektifkan daya kerja simpulsimpul kendali dari seluruh unsurnya, dikelola secara transparan dengan manajemen terbuka dan memungkinkan masyarakat memperoleh akses terhadap informasi dari pelaksanaan kegiatan tugas pokoknya. Pembenahan sistemhukum dengan sanksi hukum yang adil, tegas dan tak pandang bulu, penerapan etika organisasi yang mengikat dan dipatuhi dengan budaya kerja yang sehat • serta kepemimpinan yang dipilih secara demokratis.
Lingkungan sosial yang bersih akan tercipta dalam masyarakat yang sejahtera dan lahir batin. Untuk ini pembangunan yang berkelanjutan tetap harus dilangsungkan dengan tingkat pengendalian yang lebih intensif dengan mengutamakan pemerataan dan keadilan sosial bagi sel uruh rakyat.
Pembangunan Pendidikan termasuk pendidikan agama dan moral. akan menyadarkan masyarakat untuk menentang perilaku korupsi. MeJa.lui sistem politik yang demokratis keterlibatan masyarakat sebagai kekuatan kontrol sosial akan meningkat.
Keterlibatan semua komponen bangsa dalam upaya pemberantasan ini secara perlahan akan mempersempit kesempatan berbuat korupsi • dan para aktor/pelaku akan merasa terkunci dan terasing. Usaha bersama inj akan lebih efektif jika dikoordinasi'kan oleh suatu badan seniacam Badan Anti Korupsi yang mampu mengkoordinasikan dan memperdayakan semua kegiatan pemberantasan korupsi.
Sikap kritis masyarakat luas terhadap KKN dalam era reformasi sekarang
Inl dapat menjadi modal dalam mengambangkan upayaupaya
Untuk dapat mencegah apalagi memberantas KKN jelas tidak mudah apalagi merubah tatanan yang salah yang sudah bertahuntahun dianggap benara karena dilegalisir oleh kebijakankebijakan yang bersifat politis.
Dernikian pula di Departemen Kesehatan, perlu sikap dan kemauan yang keras dari pimpinanpimpinan ditingkat Pusat maupun Daerah.
Ada 3 (tiga) pemikiran yang kami ajukan dalam rangka pencegahan KKN :
1. Konsep bagaimana pernberantasan korupsi.
a. Restrukturisasi birokrasi dan demokratisasi disemua elemen Depkes. b. Peningkatan kesejahteraan pegawai dengan imbalan gaji yang
memadai.
c. Meningkatkan transparansi prosedur terutama pada unitunit pelayanan.
2. Menumbuhkan sikap anti korupsi di lingkungan pegawai diseluruh tingkatan.
a. Memasyarakatkan tindakantindakan yang sudah dianggap dan dikategorikan KKN.
b. Penerapan sanksi yang lugas dan konsisten.
c. Menciptakan Pimpinan yang menjadi panuta (dengan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama, moral dan etika).
3. Pengunaan anggaran yang efektif (jan efisien :
a. Dana anggaran harus digunakan secara efektif sesuai dengan tujuan dan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Harus dicegah adanya penyimpangan yang menyebabkan sasaran menjadi tidak tercapai , yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran secara nasional.
b. Dana anggaran harus digunakan secara efisien dan hemat . Kita harus mencegah terjadinya kebocoran dan pemborosan sekecil apapun . Kebiasaankebiasaan pengeluaran dana yang tidak ada atau kecil manfaatnya , seperti untuk upacaraupacara , harus dihilangkan.
Kegiatan kegiatan yang perlu dilakukan haruslah sesederhana mungkin dan tidak berlebihan.
c. Penggunaan dana anggaran transparan dan sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan. Pengadaan pengadaan harus dilakukan secara terbuka dengan prosedur yang adil dan berlaku sarna untuk semua orang. Harus dicegah caracara yang mengakibatkan terjadinya praktekpraktek monopoli dan KKN , atau yang dapat menimbulkan kecurigaan masyarakat bahwa telah atau dapat terjadi KKN, yang disebabkan oleh prosedur yang tidak transparan atau
penetapan keputusan pemenang lelang serta pengadaan yang tidak jelas dasar pertimbangannya.
d. Anggaran sejauh mungkin memanfaatkan produksi dalam negeri, untuk mendorong kemajuan ekonomi dan menghemat devisa serta dalam upaya membangun kemandirian. Pengadaan pemerintah harus pula memberi kesempatan pada usaha kecil dan menengah, serta koperasi. Ketentuanketentuan tersebut tidak harus mengurangi atau mengabaikan prinsip efesiensi tetapi justru harus dapat meningkatkannya.
e. Anggaran yang dapat digunakan adalah anggaran yang tersedia. Para pejabat hendaknya tidak mengharapkan atau membuat program diluar anggaran yang ada. Memang anggaran yang tersedia akan dirasakan sangat kurang dibandingkan kebutuhan namun jika anggaran yang ada itu dapat dimanfaatkan dengan baik, hasilnya ada cukup baik terhadap upaya pemeliharaan ekonomi kita agar
kondisinya tidak menjadi lebih buruk dan memuai proses
pertumbuhan kembali.
f. Aparatur Aparatur pemerintah hendaknya menjalankan pelayanan pada masyarakat dengan sebaikbaiknya terutama pelayanan kepada dunia usaha agar ditingkatkan dengan menghilangkan hambatanharnbatan birokrasi serta praktekpraktek KKN, agar dunia usaha dapat segera bang kit kern bali. Saat ini rnerupakan saat yang paling tepat untuk memperbaiki birokrasi dan citra pernerintah dimasyarakat.
g. Karena keterbatasan anggaran dan prioritas yang harus diberikan kepada upaya pernulihan kernbali perekonomian, kita belurn dapat membangun proyekproyek baru, kecuali proyekproyek yang terkait dengan Jaringan Pengaman Sosial (JPS) dan upaya pemberdayaan masyarakat. Namun proyekproyek yang telah dimulai harus dilanjutkan meskipun harus dilakukan pertahapan kemb a'ii. Yang teramat penting adalah memelihara asetaset dan segala yang kita miliki sebagai hasil pembangunan dimasa yang la'iu. Oleh karena itu kegiatan pemeliharaan harus diprioritaskan agar fungsi dan kualitas asetaset tersebut dapat terus dipertahankan.
h. Dalam rangka penghemat devisa, perjalanan' dinas keluar negeri oleh para pejabat harus diseleksi seketat mungkin . justru dalam masa reformasi sekarang ini, perhatian harus lebih ditujukan pada masalah masalah dalam negeri dibidang masin masing.
i. Agar para pejabat pernerintah disemua tingkatan membantu
C. Menuju Penyelenggaraan negara yang Bersih ( Clean Governance).
Secara sistematik dibutuhkan suatu pengertian yang sama untuk mengatasi KKN dengan memperhatikan masukan dari masyarakat bersamasama diikuti oleh semua sektor pemerintahan termasuk Departemen Kesehatan.
KKN di Indonesia sudah seperti benang kusut , oleh karena itu harus diatasi bersama disemua bidang kehidupan dalam tata pemerintahan, Swasta dan masyarakat dengan pembentukan PNYB atau Good Governance yang dicapai melalui serangkaian reformasi dengan mengelemenir sebabsebab terjadlnya KKN :
1. Mencipta kepemimpinan yang dapat menjadi teladan.
2. Meningkatkan penghayatan agama dan pengalamannya terutama dalam moral dan etika.
3. Meningkatkanlperbaikan gaji Pegawai Negeri (Pemerintah). 4. Menegakan hukum tanpa pandang bulu.
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memberantas korupsi yang dimulai dari diri sendiri.
6. Memperbaiki struktur Pemerintahan dengan memotong birokrasi yang panjang yang menjadi peluang エ・セ。、ゥョケ。@ KKN.
7. Reformasi bidang administrasi disamping hukum, pol'itik dan ekonomi.
8eberapa kendala menuju PNYB (Good Governance) yang dihadapi berupa hambatan dalam mengungkap kasuskasus KKN.
1 Pelaku mempunyai kualitas tetentu baik kemampuan maupun kedudukannya . Pelaku pada umumnya mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang baik, sehingga memperoleh kesempatan untuk mengelola suatu proyek dimana ia melakukan korupsi.
2 Modus operandi korupsi umumnya rumit dan dilakukan dengan rapih mengingat pelakunya adalah orang yang mempuanyai kewenangan dan kesempatan.
3 Kompleksitas kasus korupsi.
Tindak pidana korupsi dilakukan dengan melalui proses yang cukup panjang. Bebagai prosedur yang ada telah disamping oleh pelaku yang semestinya melaksanakan prosedur tersebut . Selain itu untuk menghitung kerugian yang timbul diperlukan seorang petugas khusus yang memiliki keahlian. Begitu komplek proses atau prosedur yang dilewati oleh pelaku sehingga akibat yang ditimbulkannya sering tidak dirasakan dan baru beberapa lama setelah terjadi.
4. Kendala waktu.
Terungkapnya perkara korupsi tidaklah bersifat seketika melainkan beberapa waktu I tahun kemudian.
Hal ini sering memberi dampak kesulitan mengumpulkan alat bukti, sullt menemukan tersangkalsaksi karena sudah pindah/pensiun dan sebagainya bahkan juga dalam menghitung jumlah kerugian yang diderita tidak diperoleh data yang akurat.
Upaya pencegahan KKN dengan mempertimbangkan waktu adalah :
a. Perbaikan program pemerintah.
b. Reorganisasi pemerintah/restrukturisasi birokrasi dan Administrasi. c. Penerapan hukum.
d. Keikutsertaan masyarakal e. Pembentukan Tim anti KKN.
D. Langkah reformasi menuju Penyelenggara Negara Yang Bersih (Clean Governance)
1. Tiap Unit Utama Depkes mengidentifikasi KKN dengan memperhatikan 3 (tiga) pilar Good Governance (r.Jle of Law, transparancy , accountability). 2. Transparansi prosedur pengadaan barang jasa serta pelayanan .
masyarakat
3. Transparasi sistem pengembangan karier (carrier planning) . 4. Perbaikan gaji Pegawai Negeri Sipil.
5. Reorganisasl Departemen Kesehatan dengan mengutamakan tata laksana dan simbulsimbul hubungan antara uni,t dengan pihak luar (Departemen Terkait).
BAB III
INDIKASI DAN TITIK RAWAN
A. ASPEK PERLENGKAPAN
1. Pengertian
a. Perlengkapan atau Barang adalah bend a dalam berbagai bentuk dan uraian yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi, peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh
pengguna barang I jasa.
b. Pengadaan Barang I Jasa adalah usaha atau kegiatan
barang I jasa yang diperlukan oleh Instansi Pemerintah.
pengadaan
c. Panitia Pengadaan adalah Panitia Pelelangan atau Panitia
Pemilihan Langsung atau Panitia Penunjukan Langsung yang
ditugasi untuk melaksanakan pengadaan 8arang I Jasa .
d. Jasa Pemborongan adalah layanan penanganan pekerjaan
bangunan atau konstruksi atau wujud fisik lainnya yang
perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan pengguna
barang I jasa dan proses serta pelaksanaanya diawasi oleh
pengguna barang I jasa.
e. Pengguna Baran'g I Jasa adalah Kepala Kantor I Satker I Pimpro I
8agpro I Pejabat lainnya yang dilaksanakan I ditunjuk sebagai
pemilik pekerjaan yang memberi tugas kepada Penyedia Barang I
Jasa untuk melaksanakan pekerjaan tertentu guna memenuhi
kebutuhan barang I jasa tertentu.
f. Penyedia Barang I Jasa adalah perusahaan atau mitra kerja yang
melaksanakan pengadaan Barang I Jasa yang terdiri dari
Kontraktor pemasok. konsultan, usaha kecil. koperasi. Perguruan
Tinggi . dan LSM.
g. Kontrak adalah perikatan antara Kepala Kantor I Satuan Kerja I
Pimpro I Bagpro sebagai pengguna Barang I Jasa dengan
pemasok atau kontraktor atau konsultan sebagai penyedia Barang
I Jasa.
h. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyak yang berskala keeil
dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam UU NO.9 I 1995,
I. Pelelangan adalah pengadaan barang I jasa yang dilakukan
secara terbuka untuk umum dengan pengumuman secara luas
melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum serta bilamana dimungkinkan melalui media
elektronik, sehingga masyarakat luas I dunia usaha yang berminat
dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
J. Pemilihan Langsung adalah pengadaan barang I jasa tanpa
melalui pelelangan dan hanya diikuti oleh penyedia barang I jasa
yang memenuhi syarat, yang dilakukan dengan cara
membandingkan penawaran dan melakukan negosiasi, baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar· dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
k. Penunjukan Langsung adalah pengadaan barang I jasa dengan
cara menunjuk langsung kepada 1 (satu) penyedia barang I jasa.
I. Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendin, atau upah borongan tenaga.
2. Indikator Praktek KKN
.
-a. Sertifikasi dan Prakualifikasi
Sertifikasi meliputi kegiatan registrasi, klasifikasi, dan kualifikasi.
1). Registrasi adalah pencatatan penyediaan barang I jasa yang
meliputi klasifikasi . kualifikasi dan data administrasi, keuangan, personalia, peralatan/perlengkapan serta pengalaman kerja
2). Klasifikasi adalah penentuan I kompetensi usaha penyediaan
barang I jasa menurut bidang, sub bidang dan khusus untuk
jasa konsultasi termasuk lingkup layanan.
3). Kualifikasi adalah penggolongan penyedia barang I jasa (kecil,
menengah, besar) dan penilaian menurut tingkat kemampuan (KK), kemampuan paket (KP). dan kemampuan dasarnya (KD) pada masing masing bidang, sub bidang dan untuk jasa konsultasi termasuk lingkup layanan.
•
Kegiatan In! dilakukan oleh Lembaga Pengembangan JasaKonstruksi (LPKJ) atau Kamar Oagang dan Industri (KAOIN) suatu instansi diluar Departemen Kesehatan.
Prakualifikasi dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penyediaan barang I jasa pada saat akan mengikuti pengadaan barang I jasa. Penyelenggaraan prakualifikasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Barang I Jasa untuk setiap pengadaan barang I jasa dengan memperhatikan data yang terdapat pada sertifikat dan informasi lainnya yang dikeluarkan oleh LPJK I KADIN.
Kemampuan dan kejujuran Panitia Pengadaan" sangat
berpengaruh terhadap hasil hasil penilaiannya mengenai lulus atau tidaknya prakualifikasi para calon penyedia barang untuk setiap paket pengadaan barang I jasa.
Kegiatan sertifikasi dan prakualifikasi ini perlu memperoleh
perhatian yang memadai daripihak pengguna barang I jasa
mengingat banyaknya celah celah yang terbuka bagi pelaku tindak KKN.
b. Arisan Tender
Kerjasama sesama Penyedia Barang I Jasa seperti model "arisan"
ini merupakan praktek praktek KKN yang bukan rahasia lagi karena patut diduga melibatkan pengguna barang I jasa atau
setidak tidaknya Panitia Pengadaan Barang
I
Jasa.Sesama Penyedia Barang I Jasa yang seharusnya menjadi
pesaing dalam penawaran harga in; melakukan praktek arisan tender karena beberapa hal, a. I :
1) Mudahnya penyedia barang I jasa memperoleh sertifikasi dan
lulus prakualifikasi sesuai dengan paket pengadaan barang I
jasa.
2) Data peral&tan penyediaan barang I jasa yang memenangkan
pelelangan bila diteliti dan dijumlah ulang ternyata tidak
signifikan dibandingkan dengan kondisi nyata wilayah kerja setempat.
3) Kewajaran jumlah sumber daya manusia peserta pelelangan, terutama tenaga ahli tidak masuk akal, baik secara kualitas maupun kuantitas.
4) Penyediaan Barang I Jasa yang memiliki sertifikasi dan lulus
prakualifikasi ternyata diantara pengurusnya terdapat suatu hubungan, baik dari segi alamat. domisili. pemilik perusahaan.
pemegang saham. rekening koran bank, maupun klasifikasi
c. T atacara Pengadaan Barang I Jasa
1) Cara pengadaan barang I jasa dengan memecah mecah
pekerjaan sehingga dapat diadakan pengadaan langsung.
2) Pelelangan ditunda tunda membuat waktunya terdesak,
sehingga harus dilakukan penunjukan langsung.
3) Menggunakan pemilihan langsung dalam pengadaan barang I
jasa dengan alasan barang spesifik dan dari Sales
Representative (bukan agen tunggal) sehingga harganya
mahal.
d. Penyiapan Dokumen Lelang
1) Dokumen lelang yang disiapkan tidak I belum menginformasikan
pekerjaan yang ditawarkan dan persyaratan lelang secara cukup jelas sehingga dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda dari peserta lelang.
2) Persyaratan bagi peserta lelang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku (persyaratan ditambah atau dikurangi tampa alasan yang jelas).
3) Perubahan isi dokumen lelang tidak disampaikan dan atau dijelaskan kapada seluruh peserta lelang sehingga terdapat beberapa peserta yang gugur.
4) Undangan lelan9 tidak diumumkan secara luas.
5) Undangan lelang tidak disampaikan kepada seluruh rekanan yang tercantum dalam ORT melalui Kepala Oinas.
e. Pembukaan Dokumen Lelang
1) Kejanggalan dalan Berita Acara rapat penjelasan beserta
perubahannya.
2) Kejanggalan dalam daftar hadir dan Berita Acara pem berian
penjelasan .
3) Kejanggalan dalam acara pemberian penjelasan lelang.
4) Kejanggalan peserta rapat pemberian penjelasan lelang.
5) Adanya dokumen penawaran yang disampaikan setelah
tanggal penutupan penyampaian dokumen penawaran.
6) T erjadi perpanjangan I pengunduran tanggal penutupan
penyampaian dokumen penawaran tampa alasan yang jelas.
7) Peserta lelang yang hadir tidak diberi kesempatan melihat
dokumen penawaran yang disampaikan kepada panitia.
8) Berita Acara Pembukaan dokumen penawaran tidak dinuat I
hilang.
9) Berita Acara Pembukaan Ookumen Penawaran tidak ditanda
tangani oleh wakil peserta.
f. Evaluasi Penawaran dan Penetapan Calon Pemenang
1) Adanya dokumen penawaran yang tidak lengkap tetapi tetap
diikuti.
2) Harga satuan yang tercantum dalam OE lebih mahal dari
harga pasar.
3) Terdapat banyak kesamaan harga satuan yang tercantum
dalam penawaran dengan yang tercantum dalam OE.
4) Pemenang lelang bukanlah penawar yang terendah.
5) Kriteria evaluasi tidak jelas.
6) Kriteria evaluasi tidak diberlakukan secara adil dan merata
diantara penawaran yang ada (penggunaan kriteria ganda).
7) Bila digunakan sistem gugur.
a) Adanya peserta yang dinyatakan lulus evaluasi tahap berikutnya sekalipun ditahap sebelumnya tidak lulus.
b) Adanya peserta yang dinyatakan sebagai calon
pemenang. walaupun tidak memenuhi persyaratan disalah satu tahap ataupun seluruh tahap evaluasi.
8) Penentuan urutan calon pemenang tidak menggunakan I
mempertimbangkan referensi harga.
9) Harga yang ditawarkan calon calon pemenang ada yang
tidak wajar
10) Berita Acara Hasil Pelelangan tidak dibuat ataupun kalau dibuat tidak sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
11) Untuk pelelangan terbatas calon pemenang yang ditetapkan tidak termasuk dalam DRT.
Penetapan calon pemenang melewati batas waktu yang
ditentukan tanpa alasan alasan logis yang dapat diterima.
12) Peserta yang ditetapkan oleh panitia pelelangan paling
menguntungkan bag; negara kurang dari 3 (tiga) peserta. 13) Adanya sanggahan dari peserta yang tidak menang . 14) T erjadi pelelangan ulang berkali kali.
15) Rentang waktu antara Ielang yang gagal dan lelang ulang cukup lama.
16) Pada pengususlan calon pemenang lelang ditemui adanya penawar yang lulus terbaik dari evaluasi administrasi, teknis dan harga tidak diusulkan sebagai pemenang dengan alasan kinerjanya pada Proyek lainnya tidak baik .
3. Titik Rawan KKN.
a. Proses Pengadaan Barang / Jasa
1) Prosedur Prakua/ifikasi
a) Bilamana DRM ini disusun secara tidak benar akan
mempengaruhi keseluruhan proses pe/e/angan pangadaan barang I jasa.
b) Pemetaan perusahaan perusahaan rekanan yang
berpeluang menimbu/kan 9menyebabkan) terjadinya Kolusi dan Nepotisme . .
c) Dengan dipero/ehnya DRM yang datanya benar dan wajar
akan dapat membantu pemerintah da/am penerimaan
Negara dari sektor perpajakan, dalam hal ini Pajak
Penghasilan .
2) Pemilihan Cara Pengadaan
Panitia lelang dibentuk oleh Pimpro I Pimbagpro I Kepala
Satuan Kerja.
Titik kritis pada kegiatan ini adalah kemungkinan adanya
rekayasa sedemikian rupa sehingga pengadaan barang
dilakukan dengan pemilihan langsung, dan sebenarnya masih
memungkinkan dengan pelelangan umum I pelelangan terbatas.
Selain itu pemilihan langsung membuka peluang terjadinya
kolusi dan nepotisme dengan harapan mereka menjadi
rekanan yang terpilih untuk pengadaan suatu barang I jasa.
3) Penunjukan Langsung
Penentuan peserta le/ang dan ususlan calon pemenang lelang
ditentukan oleh panitia lelang. Hal ini memungkinkan
terbukanya peluang untuk nepotisme dan ko/usi, antara
personil panitia lelang, Pimpro dan Kepala Kantor serta
rekanan.
4) Prosedur Penyiapan Dokumen Lelang.
Dokumen lelang yang tidak disusun dengan baik, membuka peluang timbulnya kolusi, sehingga hanya rekanan tertentu saja
•
yang dapat memenuhi syarat dan memenangkan lelang .5) Prosedur Pengumuman Lelang & Rapat Penjelasan
Pengumuman lelang maupun pemberian penjelasan bisa dibuat sedemikian rupa sehingga hanya beberapa rekanan saja yang bisa mengikuti pelelangan.
6) Prosedur Pembukaan Dokumen Penawaran
Pada saat pembukaan dokumen penawaran, banyak dokumen penawaran yang melewati batas waktu yang diperbolehkan.
7) Prosedur Evaluasi Penawaran
Dalam menentukan urutan calon pemenang dan dalam
penetapan calon pemenang dimana Pemimpin Proyek I Kapala
Kantor dan atau pejabat pejabat atasannya (tergantung
besarnya nilai pengadaan) mempunyai wewenang untuk
menentukan pemenang lelang.
8) Prosedur Penetapan Calon Pemenang
Oalam menentukan urutan calon pemenang dan dalam
penetapan calon pemenang dimana Pemimpin Proyek I Kepala
Kantor dan atau pejabat pejabat atasannya (tergantung
besarnya nilai pengadaan) memounvai wewenang untuk
menentukan pemenang lelang atau dengan kata lain
melakukan intervensl (campur tangan).
b. Proses Pelaksanaan Kontrak dan Peherimaan Barang
1) Kuantitas Barang
a) Jumlah barang. yang dipesan belum tentu sesuai dengan kontrak.
Kegiatan ini terlepas dari tanggung jawab Panitia Lelang.
Oi lain pihak Pimpro atau Atasan langsung yang
menandatangani kontrak berlaku "masa bodoh", karena
sudah ada pengguna barang dan Panitia penerima I
Pemeriksa Barang .
b) Jumlah barang yang diterima seolah olah cukup dan sesuai kontrak.
Panitia Penerima I Pemeriksa Barang "asa\" tanda tangan
saja karena adanya pesanan Pimpro I pengguna barang
dan atau Penyedla barang. Modus Inl blasanya terjadl pada
akhir tahun anggaran dengan dalih mengamankan
..
c) Jumlah barang yang diterima nihil (fiktif).
Modus ini dapat terjadi karena seolah olah barang telah diterima (pernah masuk gudang). kemudian diserahkan kepada pengelola program dan sudah didistribusikan ke seluruh Kabupaten I Kota di Indonesia.
2) Kualitas Barang
a) Kualitas barang impor dapat dimodifikasi dengan negara asal barang. misalnya barang yang sesuai spesifikasi berasal dari Eropa ternyata diterima dan negara bela han Asia ケセャGIァ@ kualitasnya lebih rendah. Kualitas rendah tentu lebih murah harganya dengan kualitas barang yang dikehendaki pengguna barang.
b) Barang yang telah tersedia ditenderkan. Suatu Satker memiliki persediaan barang dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan dilain pihak Proyek tertentu memiliki anggaran yang melimpah sehingga pada gilirannya . terlihatiah SPK I Kontrak rekayasa
c) Barang yang sewa memperoleh anggaran ganda. Suatu Proyek mengadakan pelelangan pengadaan barang, tetapi barang yang dilelang tersebut sebenamya hasil pembelian J
pencetakan J hadiah dan donatur (UNICEF, WHO, USAID, ADS, dlJ).
3) Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan renovasi gedung dengan alasan pekerjaan kontruksi mellbatkan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas sehingga anggarannya tersedot untuk membiayai . kedua konsultan tersebut Padahal jenis pekerjaan yang direhabilitasi adalah dapur, taman, jalan ke gedung. atau pelatar. Kondisi ini jelas jelas menghamburkan keuangan Negara.
4) Jasa Konsultasi
Kegiatan ini sebagian besar luarannyaberupa software atau hanya berbentuk suatu print out berbentuk laporan. Sejak proses pelelangan kegiatan jenis ini "sui it" di pantau karena kelemahan pihak Satker I Pimpro I Auditor yang kurang menguasai permasalahannya.
B. ASPEK KEUANGAN
1. Pengertian
a. Pengelolaan Keuangan meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
..
dan pengawasan serta pelaporan keuangan oleh Satuan Kerja /Proyek / Bagian Proyek. Keuangan disini dimaksudkan adalah
mencakup uang yang harus dipertanggung jawabkan (UYHD).
Dalam SE Dirjen Anggaran No. SE92/Al522/0790, Tanggal 31 Juli 1990, disebutkan bahwa UYHD merupakan uang muka kerja yang belum membebani mata anggaran pengeluaran dan mempunyai sifat daur ulang (revolving).
b. Sesuai dengan Keppres No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa Prinsip prinsip pengelolaan keuangan adalah sebagai berikut :
1) Hemat, tak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
2) T erarah dan terkendali sesuai dengan Rencana Program I
Kegiatan serta fungsi dari masing masing Departemen I
Lembaga.
3) Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan I potensi Nasional.
c. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta pelaporan . keuangan tersebut dalam huruf "a" dilakukan terhadap penerimaan
(umum, fungsional, dan PNBP) dan pengeluaran (rutin I pembangunan)
d . Dalam pengelolaan keuangan, ditemukan istilah istilah sebagai
berikut
1) Perencanaan Keuangan
a) DUK Oaftar Usulan Kegiatan
b) DUP Daftar Usulan Proyek
c) DIK Daftar Isian Kegiatan
d) DIP Daftar Isian Proyek
e) RPK Rencana Pelaksanaan Kegiatan
f) PO Petunjuk Operasional
g) POA Plan of Action
2) Pelaksanaan I Penggunaan Keuangan
a) SPP DU
=
Sural Permintaan Pembayaran Dana UYHD.c) SPPGU
=
Surat Permintaan Penggantian Penggunaan Dana UYHD.d) SPPLS
=
Surat Permintaan Pembayaran Langsung.e) SPMGU
=
Surat Perintah Membayar Pengganti Dana UYHD.f) SPMNihil
=
Surat Permintaan Pengesahan Penggantian Penggunaan Dana UYHD.g) SPM LS
=
Surat Perintah Membayar Pengeluaran Anggaran sebagai Pembayaran Langsung.Jenis Laporan
1) SPJR
=
Surat Pertanggung Jawaban Pelaksanaan Anggaran Rutin.2) SPJP
=
Surat Pertanggung Jawaban Pelaksanaan Anggaran Proyek.3) LKKA
=
Laporan Keadaan Kredit Anggaran. 4) LKK=
Laporan Keadaan Kas .Proyek' Rutin 5) Laporan Triwulan.6) Laporan Hasil Pemeriksaan Kas minimal 3 bulan sekali.
2. Indikator Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan Anggaran Belanja Negara Yang Tidak Efisien dan Tidak tertib.
a. Perencanaan
1). Adanya Bahan' Barang yang tidak diperlukan tetapi di Drop dari Pusat mlsalnya : Peralatan Rumah Sakit' Laboraturium.
2). Adanya Pengadaan peralatan tanpa disukung dengan SDM yang mampu mengoperasionalkan, sehingga alat terse but tidak dapat berfungsi' dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
3). Adanya Bahan' Obat yang jumlahnya berlebih tidak sesuai dengan kebutuhan nyata setempat.
4). Pengadaan Barang' Peralatan yang mahar, tinggi, karena Unit Cost ditetapkari oleh Agen Tunggal (Distributor) tanpa ada perbandingan harga barang sejnis.
5). Tidak dibuatnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan POA dalan mengerjakan seJuruh kegiatan setelah diterimanya DIK atau DIP.
b. Pelaksanaan
a. Adanya kegiatan sejenis yang dilaksanakan tidak bersamaan dengan alasan sumber dananya berbeda yaitu dari DIP, DIP atau swadana (PNBP)
..
b. Seringnya melakukan Revisi DIP I PO sehingga P royekkehabisan waktu pelaksanaan kegiatan.
c. Adanya pembayaran daftar tagihan yang di usulkan pegawai
エセイエ・ョエオ@ tanpa sebelumnya di cek kebenaran fisik terhadap pejabat
terkait.
d. Tidak tertibnya dalam mengelola pembukuan kas umum,
penyimpanan dokumen keuangan dan tidak tepat waktu dalam pembuatan laporan ' dan pengirimannya ke Instansi Terkait.
C. Pengawasan dan Pelaporan.
a. Atasan Langsung/PimprolPimbagpro dan Tim ーセュ・イゥォウ。@ kas
intern yang ditunjuk tidak pernah melaksanakan waskat atau
pemeriksaan kas intern.
b. Pimpro I Bag pro I atasan langsung bendaharawan dan
bendaharawan yang terlalu lama menduduki jabatannya.
C. Ketidaktertiban dalam penerimaan RK dari Bank.
d. Adanya laporan penyerapan dana yang lebih besar dibanding dengan Fisik kegiatan.
e. Adanya keterlarnbatan pengiriman LKKlLKKNLKKP dan LKKR kepada unit terkait
3. Titil< Rawan Pada Tahap Pengelolaan Aspek Keuangan.
a. Perencanaan Anggaran.
1) Saat proses usulan kegiatan (PraDuk I PraOUP menjadi DIK dan
DIP, seringkali TOP Down bukan Bottom UP).
2) Usulan Kegiatan dan Unit Cost seringkali Unit Costnya mahal
atau lebih tinggi dari barang yang dibeli sering kurang
b. Pelaksanaan Anggaran.
1) Bendaharawan tidak memenuhi syarat, sehingga tidak memahami
tentang perbendaharaan.
2) Kurangnya pengawasan melekat dari Kepala Satuan Kerja I
Pimpro.
3)
Adanya Duplikasi Anggaran terhadap kegiatan yang dibiayaioleh Rutin dan Proyek maupun dana swadana I PNBN
4) Adanya kebijakan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
5) Pimpro I Bendaharawan yang terlalu lama menduduki jabatannya.
6) Tidak dibuatnya RPK I POA setelah diterimanya DIK I DIP oleh
Satuan Kerja maupun Proyek.
7)
Adanya pengeluaran persekot kerja yang jumlahnya besar danterlalu lama di pertanggung jawabkan .
8) Kualitas barang tidak sesuai dengan Spesifikasi T eknis tetapi
tetap dilakukan pembayaran sesuai kontrak.
9) Pungutan dan penyetoran pajak maupun PNBN.
10) Banyaknya Kegiatan Non Fisik berupa biaya perjalanan dinas ke
Provinsi I Kabupaten tampa Surat Tugas dan Laporan Perjalanan
Dinas.
11) Pembayaran Gaji kepada yang tak berhak (karena pegawai tidak bekerja pada instansi pembayar gaji).
12) Bendaharawan tidak mempunyai brankas, sehingga uang tunai dibawa pulang atau disimpan ditempat yang tidak aman.
13) Penyetoran sisa UYHD akhir tahun yang sering terlambat.
14) Pengeluaran Fiktif.
15) Penggunaan dana bantuan JPSBK di Rumah Sakit Umum. 16) Pengiriman bukti Transfer Uang dana JPSBK dari Pusat ke
Daerah.
c. Pengawasan dan Pelaporan.
1) Membatasi peran atasan langsung Bendaharawan I Pimpro I
Pimbagpro dan Tim Pemeriksa · Intern yang ditunjuk dalam melakukan tugas pemeriksaan kas.
2) Adanya keterbatasan pemahaman atasan langsung Bendaharawan
I Pimprom I Pimbagpro dan Tim Pemeriksa kas intern yang ditunjuk
atas materi pemeriksaan kas intern.
3) Kecenderungan atasan langsung yang memberi kepecayaan sepenuhnya kepada Bendaharawan atau stat dalam mengelola keuangan.
c.
ASPEK KEPEGAWAIAN..
..
1. Pengertian
a. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat syarat yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang berlaku. diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri atau diserahkan tugas Negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan perundang undangan dan digaji sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Jabatan f\.iegeri adalah jabatan dalam
ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
bidang eksekutif yang
c. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah mereka yang gajinya dibebankan pada APBN dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga" Tertinggil Tinggi Negara, Instansi Vertikal didaerah daerah dan Kepaniteraan Pengadilan.
d. Formasi adalah jumlah dan susunan oleh suatu organisasi negara agar pokok untuk jangka waktu tertentu yang berwenang.
pangkat PNS yang diperlukan . mampu melaksanakan tug as yang ditetapkan oleh Pejabat
e. Analisis Kebutuhan Pegawai adalah untuk mengetahui secara
kongkrit jumlah dan kualitas Peg awa i yang diperlukan oleh suatu unit organisasi agar mampu melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berkesinambungan
f. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan Pegawai negeri Sipil dalam Rangkaian Susunan digunakan sebagai dasar penggajian.
tingkat seseorang Kepegawaian dan
g. Kenaikan Pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas
pengabdian Pegawai negri Sipil yang bersangkutan terhadap Negara.
h. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan jawab wewenang dan hak seorang Pegawai rangka susunan suatu organisasi.
tugas dan tanggung Negeri Sipil dalam
i. Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAD
adalah badan yang membantu pejabat yang berwenang untuk
mewujudkan Objektivitas Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Struktural serta pengangkatan dalam pang kat.
2. Indikator
Hal hal berikut dapat dijadikan indikator tentang adanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme :
a. Pengadaan Pegawai
1) Penyimpangan prosedur pengadaan Pegawai.
2) Penyimpangan dalam pengangkatan pertama.
3) Adanya beberapa Pegawai yang menganggur.
4) Adanya beberapa Pegawai yang tidak memiliki keahlian
dibidangnya.
5) Tingginya kejadian Pegawai yang menggerutu.
6) Adanya Pegawai yang tidak pindah sejak penempatan
pertamanya.
7) Adanya Pegawai yang tidak pernah cuti
8) Dominasi alumni tertentu.
9) Dominasi suku tertentu.
10) Hubungan keluarga.
b. Menduduki Jabatan
1) Pengangkatan
a) Kebijaksanaan yang dianut instansi yang bersangkutan
bertentangan dengan undang unfdang I peraturan yang lebih
tinggi.
b) Adanya kecenderungan menempatkan suku atau almamater
tertentu, anggota keluarga
I
famili.c) Adanya Pegawai I Pejabat Struktural yang telah memenuhi
persya rata n tetapi tidak diusulkan untuk diangkat menjadi
Pejabat Struktural yang lebih tinggi.
d) Adanya pengangkatan yang berdasarkan perintah lisan atau tertuJis (Katabelece) Pejabat tertentu.
e} Adanya pengangkatan Pejabat Struktural berdasarkan
kedekatan dengan sumber kekuasaan.
2) Pemindahan
a) Kebijaksanaan yang dianut instansi yang bersangkutan
bertentangan dengan undang .undang I peraturan yang lebih
tinggi.
b) Pegawai yang tidak pernah pindah I mutasi tetap menempati
posisi tersebut.
c) Pegawai yang pindah I mutasi ditempat tempat tertentu
(basah I kota besar).
3) Pemberhentian
a) Kebijaksanaan yang dianut instansi yang bersangkutan
bertentangan dengan undang undang I peraturan yang lebih
tinggi.
b) Adanya pemberhentian yang berdasarkan perintah lisan atau tertulis yang menguntungkan pihak pihak tertentu.
4) Pengangkatan dalam pangkat
a) Kebijaksanaan yang dianut instansi yang bersangkutan
bertentangan dengan undang undang I peratuian yang lebih
tinggi.
b) Adanya kenaikan pangkat istimewa yang tidak sesuai dengan persyaratan (PP 3 Tahun 1980 Pasal 13 dan 14).
c) Adanya kenaikan dalam pangkat yang tidak sesuai dengan
persyaratan (PP 3 T ahun 1980 Pasal 10 dan 11).
3. Titik Rawan
Yang menjadi titik rawan
a. Pengadaan Pegawai.
1) Pembentukan panitia penyaringan.
2) Pembuatan dan pengamatan naskah ujian.
3) Pemeriksaan hasil ujian dan penetapan kelulusan pelamar. 4) Pengumuman penerimaan pegawai.
5) Pengangkatan.
b. Mendudu.ki Jabatan . . 1) Pengangkatan
a) Prosedur kebutuhan formasi pejabat struktural.
b) Prosedur pengusulan peserta pendidikan pejabat struktural
pleh Biro
I
Bagian Kepegawaian.c) Prosedur pertimbangan pemilihan peserta pendidikan pejabat
struktural oleh b。ー・セ。ォ。エ
I
Baperjanas.d) Prosedur penetapan peserta pendidikan pejabat struktural oleh pejabat yang berwenang.
e) Prosedur pengusulan pengangkatan pejabat struktural oleh Biro
I Bagian Kepegawaian.
f) Prosedur pertimbangan pengangkatan pejabat struktural oleh
b。ーセイェ。ォ・エ@ I bセー・イェ。ョ。ウN@
g) Prosedur penetapan pengangkatan pejabat struktural oleh
..
2) Pemindahan
a) Prosedur pembentukan pola mutasi pejabat struktural.
b) Prosedur pengusulan mutasi pejabat struktural oleh Biro I Bagian Kepegawaian.
c) Prosedur pertimbangan mutasi pejabat struktural oleh
Baperjakat I Baperjanas.
d) Prosedur penetapan mutasi pejabat struktural oleh pejabat yang berwenang.
3) Pemberhentian
a) Prosedur pembentukan pola pemberhentian pejabat struktural. b) Prosedur pengusulan pemberhentian pejabat struktural oleh·
Biro I Bagian Kepegawaian
e) Prosedur pertimbangan pemberhentian pejabat struktural oleh Baperjakat I Baperjanas.
c) Prosedur penetapan pemberhentian pejabat struktural oleh
pejabat yang berwenang.
4) Pengangkatan dalam pangkat
a) Prosedur pembentukan pola pengangkatan dalam jabatan
pejabat struktural.
b) Prosedur pengusulan pengangkatan dalam jabatan pejabat
struktural oleh Biro I Bagian Kepegawaian.
c) Prosedur pertimbangan pengangkatan dalam jabatan pejabat struktural oleh Baperjakat I Baperjanas.
d) Prosedur pertimbangan pengangkatan dalam jabatan pejabat struktural oleh Baperjakat I Baperjanas.
D. ASPEK TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI)
1. Pengertian TUPOKSI.
TUPOKSI adalah singkatan dari tugas pokok dan fungsi.
Pengelolaan tugas pokok dan fungsi dapat diartikan sebagai kewajiban pengelolaan tugas pokok dan fungsi satuan kerja I proyek I bag ian proyek
dilingkungan Departemen Kesehatan RI dan jajarannya dalam
penyelenggaraan program kesehatan .
Tugas pokok dan fungsi yang dimaksudkan adalah seluruh kegiatan
pengendalian oleh kepala satuan kerja I pimpro I pimbagpro dalam hal
pengorganisasian pelaksaanaan kegiatan, kebijaksanaan pelaksanaan
kegiatan, perencanaan pelaksanaan kegiatan, prosedur pelaksanaan
kegiatan, pembinaan personil. pelaporan hasil kegiatan dan pengawasan intern.
2. Indikator terjadinya KKN.
a. Organisasi pelaksanaan kegiatan
1) Uraian tugas rnasing rna sing jabatan telah disusun secara
tertulis, akan tetapi tidak dilaksanakan.
Atasan Pemimpin ProyeklBagian Proyek tidak selalu melakukan pernbinaan terhadap Pernimpin ProyeklPemimpin Bagian Proyek
dilingkungan k・セ。ョケ。N@ Pengelolaan ProyeklBagian Proyek dilakukan
oleh Pimpro/Pimbagpro dengan berinisatiflberdiskusi dengan pejabat lama atau atasan strukturalnya
•
2) Terdapat kekosongan jabatan dalam waktu yang relatif lama .Perangkapan jabatan sementara oleh pej2lbat yang setingkat atau kepala satuan kerja untuk mernperbesar kesejahteraan. Kondisi ini
terjadi pada satuan ォ・セ。@ yang salah satu kegiatannya melakukan
pungutan/penerimaan negara dalam pelayanan kesehatan. (contoh kornisi, rabat dan lainlain pendapatan ilegal dibagi jumlah jabatan yang lebih kecil dari yang seharusnya).
3) Hasil akreditasi tidak rnenggarnbarkan kondisi nyata. Hasil
penilaian persayaratan akreditasi tidak sesuai dengan fakta. Kondisi atau data yang dikemukanan dalam isian format evaluasi akreditasi tidak sesuai dengan keadaan sumber daya satuan kerja yang bersangkutan.
b. Kebijakan pelaksanaan kegiatan.
1) Adanya kebijakan tertulis tidak dikomunikasikan pada anggota organisasinya, misalnya penunjukan seseorang untuk melakukan tugastugas tertentu yang bukan tugas pokoknya sendiri.
2) Adanya kebijakan tertulis yang bertentangan dengan peraturan perundang undangan
3) Adanya kebijakan tertulis yang bertentangan dengan tujuan organisasi.
4) Adanya kebijakan tertulis yang tidak ditinjau kembali I review secara periodik.
c. Perencanaan
1) Rencana kerja
I
rencana operasional satuan kerjaI
proyekI
bag ian proyek belum dibuat.Prioritas kegiatan ditujukan pada kegiatankegiatan diluar keg iatan pokok yang terkait dengan tujuan prorgam.
Penggunaan dana yang tidak terkait dengan tujuan program yang telah ditetapkan.
2) Rencana kerja I rencana operasional satuan kerja I proyek I bag ian proyek dibuat tanpa mengacu pad a pencapaian tujuan khusus I sasaran dalam REPETA ataupun RENSTRA.
a) Kealpaan pencantuman kegiatankegiatan kegiatan dalam RKIRO yang berhubungan langsung dengantujuan khusus/sasaran program dalam REPET AlRENSTRA.
b) Pencantuman kegiatankegiatan dalam RKIRO yang berhubungan langsung dengan tujuan khusus Isasaran program dalam REPETA dan RENSTRA tidak proporsional dibanding kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan program.
c) Jenis dan volume kegiatan yang tercantum dalam rencana operasional
I
rencana kerja bukan berdasarkan faktaI
data prakiraan yang logis. tetapi angka angka yang sengaja dibuat lebih banyakI
besar.3) Pembahan realisasi kegiatan dalam rencana kerja I rencana operasional satuan kerja
I
proyekI
bagian proyek dalam tahun yang sedang berjalan.Permintaan pimpinan untuk kepentingan tertentu diluar alokasi dana yang tercantum dalam RKIRO.
4) Rencana kerja
I
rencana operasional tidak diinformasikan secara jelas kepada bawahan dan pelaksana.Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan menurut kebiasaan, tidak sistimatis dan rinci.
5) Adanya intervensi yang dilakukan oleh pihak pihak tertentu untuk mengi;Joalkan suatu perencanaan.
6) Pertimbangan yang bersifat subjektif atas rencana masih sangat dominan.
•
d. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan :
1) Terdapat kegiatan yang tidak dilengkapi prosedur yang cukup jelas.
2) Adanya prosedur tidak sejalan dengan kebijakan diatasnya yang
telah ditetapkan i disepakati.
3) Prosedur pengelolaan obatobatan, bahan, reagen/media, vaksin dalam prosedur kegiatan belum tertib.
Terdapat kondisi penyimpanan babatobatan, vaksin, reagensiimedia perbenihan dalam keadaan rusak atau kadaiuarsa.
4) Adanya prosedur yang belum menggambarkan langkahIangkah yang seharusnya dilakukan secara sistimatis/kronologis.
Tindakan lanjutan dari suatu kegiatan terkait sebelumnya ataupun pelaksanaan kegiatankegiatan awal yang memerlukan tindakan lanjutan, dilakukan berdasarkan pesanan pihak lain, atau keinginan tertentu dari pelaksana program .
S) Buku Petunjuk tentang prosedur pelaksanaan kegiatan bdak
diterimaltidak dimiliki para pelaksana kegiata