• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKASI DAN TITIK RAWAN KORUPSI-KOLUSI-NEPOTISME DILINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INDIKASI DAN TITIK RAWAN KORUPSI-KOLUSI-NEPOTISME DILINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI2002"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

;; 

INDIKASI DAN TITIK RAWAN

KORUPSI -

KOLUSI -

NEPOTISME

DILINGKUNGAN

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

DEPARTEMEN KESEHATAN RI

INSPEKTORATJENDERAL

(2)

/ Lセ@ .. 

KATA PENGANTAR  

Dengan  mengucap  syukur  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Kuasa,  Inspektorat  Jenderal  Depkes  dapat  menyusun  dan  menyajikan  Indikator  dan  Titik  rawan  terjadinya  Korupsi,  Kolusi  dan Nepotisme dilingkungan Departemen Kesehatan . 

Buku  ini  dimaksudkan  untuk  memberikan  kemudahan  kepada  Kepala  Satuan  Kerja  dan  Pemimpin  Proyek  sebagai  penanggungjawab  kegiatan,  baik  yang  menyangkut  fisik,  keuangan  serta  tugas  pokok  dan  fungsi  dari  entitas  masing-masing. 

Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang  bersih,  bebas Korupsi,  Kolusi dan  Nepotisme  (KKN)  perl'u  diidentifikasi  aspek­aspek  dan  tahap­tahap  terjadinya  KKN  untuk dapat diantisipasi pencegahannya . 

Pencegahan  dan  pemberantasan  KKN  merupakan  tanggungjawab  bersama 

seluruh  lapisan  masyarakat,  namun  setidaknya  sebagai  aparatur  pemerintah  harus  mampu,  mau  dan  berani  memulai  tangkah­Iangkah  konstruktif  dalam  rangka  pencegahan  dan  pemberantasan  KKN  dilingkungan  Oepartemen  Keseha,tan. 

Diharapkan  buku  ini  dapat  membantu  dalam  melaksanakan  pengendalian  manajemen  dalam  rangka  pelaksanaan  Pengawasan  Melekat  di  semua  Unit  dilingkungan Oepkes. 

Meskipun  upaya  maksimal  telah  dilaksanakan  dalam  penyusunan  buku  ini,  namun  kekurangan  tetap  tidak  dapat dihindari.  Untuk  itu  masukan  positif tetap  diharapkan dari  semua pihak dalam rangka penyempurnaan buku panduan ini. 

Pada  kesempatan  ini  saya  mengucapkan  terima  kasih  dan  penghargaan  yang  setinggi­tingginya  kepada  Tim  Penyusun  yang  telah  bekerja  dengan  sungguh-sungguh sehingga berhasil menyusun buku panduan ini. 

Semoga bermanfaat. 

... /"

.' ."  ,  .... Ora. Gkオセキ。イエゥョゥ@ M. Suhel 

''':'''''/ '1/ ; '." . NIP.  140048613 

(3)

.-DAFTAR  151  

Bab Halaman 

I  PENDAHULUAN  1

A.  Latar  Belakang  1

B.  Tujuan  2

C.  Ruang  Lir.gkup  3

D.  Batasan  3

"

PENCEGAHAN  KORUPSI,  KOLUSI, DAN  NEPOTISME  5

A.  INDIKASI  PRAKTEK  KKN  5

1. Persepsi  Masyarakat  5

2.  Penyebab  KKN  6 

B.  UPAYA  PENCEGAHAN  KKN  8 

C.  MENUJU  CLEAN  GOVERNANCE  11

D.  LANGKAH  REFORMASI  MENUNJU  CLEAN  GOVERNANCE  12

'" 

INDIKASI  DAN  TITIK  RAWAN  KKN  13

A.  ASPEK  PERLENGKAPAN  13

B.

ASPEK  KEUANGAN  21

C. ASPEK  KEPEGAWAIAN  25

;  D.  ASPEK  TUGAS  POKOK  DAN  FUNGSI  29

IV  PENUTUP  33

REFRENSI  UMUM  KKN  34

REFERENSI  KHUSUS  37 

1. Aspek  Perlengkapan  37 

2.  Aspek  Keuangan  39

3.  Aspek  Kepegawaian  44

4.  Aspek  Tupoksi  46

LAMPIRAN ­ LAMPIRAN  49

1. Lampiran  1 49

2. Lampiran  2 60

3. Lampiran  3 51

4.

Lampiran 4  52

5. Lampiran 5 53

(4)
(5)

BABI 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

Pembangunan  nasional  merupakan  usaha  peningkatan  kualitas  manusia  dan  masyarakat  Indonesia  yan9  dilakukan  secara  berkelanjutan.  berlandaskan  kemampuan  nasional  dengan  memanfaatkan  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi serta memperhatikan tantangan  perkembangan global. 

Pelaksanaan  pembangunan  nasiqnal, perlu  mengacu  pada  kepribadian  bangsa  dan  nilai  luhur  yang  universal  untuk  mewujudkan  kehidupan  bangsa  yang  berdaulat.  mandiri.  berkeadilan.  sejahtera.  maju  dan  kukuh  kekuatan  moral  dan  etikanya. 

Karena  itu  reformasi  disegala  bidang  di,lakukan  untuk  membangkitkan  kembali  dan  memperteguh  kepercayaan  diri  atas  kemampuan  bangsa  inidalam 

melakukan  langkah­Iangkah  penyelamatan,  pemulihan,  pemantapan  dan 

pengembangan pembangunan dengan paradigma baru Indonesia masa depan. 

Pencapaian  tujuan  pembangunan  yang  merata  dan  berkeadilan  harus  disusun  konsepsi  penyelenggaraan  negara  secara  menyeluruh,  untuk  membangun  tatanan  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bemegara  serta  mewujudkan  kemajuan di segala bidang  . 

T ekad  untuk  meberantas  segala  bentuk  penyelewengan  sesuai  tuntutan  reformasi,  seperti  korupsi,  kolusi  dan  nepotisme  perlu  diikuti  dengan  langkah-langkah nyata dan kesungguhan dari para penyelenggara kegiatan pada se'luruh lini administrasi pemerintahan, mulai dari tingkat teratas sampai dengan tingkat yang bawah.

Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bersih perlu adanya pengawasan. karena pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam rangka menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang tel:ah ditetapkan serta untuk menjamin balhwa tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pengawasan merupakan bagian yang paralel dan integral dengan upaya

orQ'anisasi dalam mencapai tujuannya, sehingga secara efektif dapat

memberikan daya ungkit terhadap terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik.

Sistem pengawasan yang dilaksanakan harus mampu menjawab seluruh tuntutan masyarakat, termasuk pencegahan terhadap terjadinya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan khususnya terhadap

(6)

memberikan  kontribusi  bagi  terselenggaranya  manajemen  pemerintahan  yang  baik,  terwujudnya  akuntabil,itas  publik  oleh  Pemerintah,  terciptanya  aparatur  pemerintah  yang  bersih  dan  bertanggungjawab  serta  terwujudnya  sinergi  pengawasan di lingkungan Pemerintah. 

Inspeictorat  Jenderal  Oepkes  sebagai  Aparat  Pengawasan  Intern  Pemerintah  (  APIP  )  perlu  tanggap  mengantisipasi  perkembangan  di  masyarakat dewasa  ini.  dengan  melaksanakan  pengawasan  secara  optimal  baik  pengawasan  langsung 

maupun  pengawasan  tidak  langsung.  sehingga  pada  gilirannya  hasil 

pengawasan  dapat  memberikan  kontribusi  mewujudkan  aparat  yang  bersih  dan  bebas  Korupsi,  Kolusi  dan  Nepotisme  (  Clean  Governance  )  di  lingkungan  Departemen Kesehatan  RI. 

Pelaksanaan  pengawasan  fungsional  Inspektorat  Jenderal  Oepkes  diarahkan  pada  bidang­bidang  strategis  yang  secara  operasional  difokuskan  pada  kegiatan­kegiatan  yang  dapat  memberikan  masukan  yang  lebih  bermakna  bagi 

Pimpinan  Departemen  dalam  rangka  menyusun  akuntabilitas 

(pertanggungjawaban)  keberhasilan/kegagalan  pelaksanaan  visi  dan  misi  Departemen dalam mencapai tujuan dan sasaran Indonesia Sehat 2010. 

Sejalan  kebijakan  Pemerintah,  dalam  rangka  ikut  menciptakan  Pemerintahan  yang  bersih  dan be bas  KKN,  Inspeictorat Jenderal  Oepkes  berupaya  menyusun  ,  indikator  dan  kegiatan­kegiatan  kritis  yang  mengarah  terjadinya  KKN,  dengan  harapan  dapat  dipergunakan  sebagai  panduan  (  Guidance  )  oleh  para  pengendali dan pel,aksana  program di lingkungan Departemen Kesehatan. 

B.  Tujuan 

Tujuan  disusunnya buku ini adalah  : 

a.   Untuk  memberikan  panduan  kepada  para  pengendali  dan  pelaksana  program,  proyek  dan  kegiatan  di  lingkungan  Oepkes,  agar dapat melakukan  pengendalian  dan  pengawasan  ter,hadap  seluruh  kegiatan  dalam  upaya  ikut  mewujudkan Aparatur yang bersih bebas KKN. 

b.   Sebagai  sarana  untuk  melakukan  perubahan  terus­menerus,  konsisten  serta  berkelanjutan  dalam  rangka  meningkatkan  kinerja  aparatur yang  berorientasi  pada  pelaksanaan  pemerintahan  yang  bersih  dan  bebas  KKN  (  Clean  Governance ). 

c.   Untuk  menyamakan  persepsi  daJam  menilai  penyimpangan  dan  memberikan  pemahaman terhadap pencegahan terjadinya  KKN di lingkungan Oepartemen  Kesehatan. 

(7)

c. 

Ruang lingkup 

Berbagai  upaya  telah  dilakukan  untuk  mencegah  praktek  KKN,  antara  lain  dengan  dikeluarkannya  TAP.  MPR  No.xIlMPRl1998  dan  Undang­Undang  No.28  tahun  1999  tentang  Penyelenggara  Negara  yang  bersih  dan  bebas  KorupS'i,  Kolusi dan Nepotisme. 

Dewasa  ini  kesempatan  mengungkapkan  adanya  praktek­praktek  KKN  lebih  terbuka,  sehingga  upaya  untuk  melakukan  pencegahan  terjadinya  KKN  memperoleh momentum yang baik. 

Buku  ini  memberikan  gambaran  yang  lebih  konkrit  mengenai  pencegahan  KKN,  dengan  memaparkan  indikator  dan  titik  rawan  kegiatan­kegiatan  yang  memungkinkan terjadinya KKN. 

D.  Batasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 

1. Korupsi:

Setiap  orang  yang  secara  melawan  hukum  melakukan  perbuatan  memperkaya  diri  sendiri  atau  orang  lain,  atau  suatu  korporasi  yang  dapat  merugikan  Keuangan Negara atau  Perekonomian Negara. 

Setiap orang  yang  dengan tujuan  menguntungkan diri atau orang lain atau  suatu  korporasi,  menyalahgunakan  kewenangan,  kesempatan  atau  sarana  yang  ada  padanya  karena  jabatan  atau  kedudukannya  yang dapat  merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara. 

2. Kolusi:

Kolusi  adalah  permufakatan  atau  kerja  sarna  secara  melawan  hOKum  antar  Penyelenggara  Negara  atau  antara  Penyelenggara  Negara  dan  pihak lain yang merugikan orang lain. masyarakat dan atau Negara. 

Pihak­pihak yang dirugikan karena  praktek Kolusi  bisa siapa'saja, seperti  : 

Negara,  Masyarakat,  Lembaga  Pemerintah/Swasta,  bahkan  bisa 

perorangan.  Kolusi  bisa  mengarah  pada  korupsi  jika  kerja  sama  atau  perjanjian  saling  pengertian  yang  terjadi  akan  mengakibatkan  kerugian 

terhadap  kepentingan  Negara  dankesejahteraan  masyarakat  untuk 

kepentingan dan keuntungan pihak­pihak yang bersekongkol. 

3. Nepotisme

(8)

Salah  satu  contoh  bentuk  nepotisme  adalah  Kecenderungan  mengutamakan  sanak  famili  sendiri  atau  kroninya  untuk  duduk  dalam  jabatan  dan  posisi  yang  menguntungkan  tanpa  memandang  kompetensi,  kemampuan dan profesionalisme yang dimiliki. 

(9)

BABII  

PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME  

A.   Praktek korupsi,  kolusi, nepotisme 

1.   Persepsi masyarakat terhadap KKN 

Dalam  rangka  penyelamatan  dan  normalisasi  kehidupan  nasional  sesuai  dengan  tuntUll:.:1  reformasi  diperlukan  kesamaan  visi,  persepsi  dan  misi  dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat. 

Kesamaan  visit  persepsi  dan  misi  tersebut harus sejalan  dengan tuntutan  hati  nurani  rakyat yang  menghendaki  terwujudnya Penyelenggara Negara  yang  mampu  menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh­sungguh,  penuh  rasa  tanggungjawab  yang  dilaksanakan  secara  efektif,  efisien  babas  dari  korupsi,  kolusi  dan  nepotisme sebagaimana  diamanatkan  olah  TAP.  MPR· No.xIlMPRl1998  dan  Undang­Undang  No.  28  tahun  1999  tentang  Penyelenggara  Negara  yang  Bersih  dan  Bebas  Korupsi,  Kolusi  dan Nepotisme. 

Secara ·  sederhana  KKN  dapat  diartikan  sebagai  penyalahgunaan  kekuasaan.  untuk  kepentingan  pribadi,  yang  jelas  KKN  adalah  bentuk  penyimpangan  dan  standar  atau  norma,  yang  tidak  dapat  diterima  oleh  masyarakat. 

Bidang  kegiatan  yang  rawan  terjadi  prakte'k­praktek  KKN  secara  umum  adalah sebagai berikut : 

a.   Pengadaan barang dan jasa. 

b.   Pembangunan konstruksi dan  bangunan.  c.   Pengalihan tanah dan aset (ruilslag ).  d.   Perijinan. 

e.   Penunjukan,Pengangkatan dan panempatan pejabat atau  pegawai.  f. Penerimaan Pegawai. 

g.   Masalah hukum dan peradilan. 

h.   Masalah­masalah pelanggaran  lalu­lintas. 

I.   Bidang keimigrasian. 

j.   Pengelolaan keuangan (pengeluaran fiktif). 

(10)

2.  Penyebab terjadinya KKN 

Beberapa  faktor  yang  menjadi  penyebab  terjadinya  KKN  adalah  sebagai  berikut: 

a.   Faktor  rendahnya  Keimanan  dan  Ketaqwaan  Kepada  Tuhan  Yang  Maha Esa. 

Seeara  sekilas  jenis  perbuatan  yang  meneerminkan  lemahnya  Keimanan dan Ketaqwaan  Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah : 

1).   Menggunakan  dan  atau  memanipulasi  dana  milik  dinas  yang  menjadi  tanggungjawabnya  untuk  kepentingan  pribadi/diri  sendiri  dan keluarga. 

2).  Berpura­pura  bersikap  jujur  dan  taat  beragama  untuk  menutupi 

perbuatan jahatnya. 

3).  Mengkomersilkan  jabatan,  tugas  dan  tunggungjwabnya  untuk 

memperkaya diri sendiri. 

b.   Faktor Rapuhnya Keteladanan Aparatur Pemerintah. 

Tindakan  yang  meneerminkankan  rapuhnya  Ketelc:danan  Aparatur  Pemerintah, antara lain: 

1).  Merasa .ingin dilayani bukan melayani. 

2).  Merasa  yang  paling  tahu  dan  berkuasa  sehingga  hanya  dapat  memerintah tanpa mau tahu bagaimana proses yang terjadi. 

3).  Sulit  dan  atau  tidak  pernah  mau  menerima  pendapat  orang  lain,  karena merasa dialah yang paling benar. 

4).  Mengukur  keberhasilan  dan  tingginya  status  sosial  dari  kekuasaan  dan materi yang dimiliki. 

5).  Pola hidup yang terkesan mewah,  konsumtif dan boros. 

c.   Faktor lemahnya pengawasan dan pengendalian. 

Ketidak  berdayaan  pengawasan  baik  pengawasan  melekat  maupun   pengawasan  fungsional  dapat  berakibat  terhadap  terjadinya  praktek-  praktek  KKN,  dilingkungan  Instansi  Pemerintah,  antara  lain  sebagai   berikut :  

1).  Situasi lingkungan kerja yang eenderung komersil.   2).  Timbulnya tempat kerja yang basah dan kering.  

3).  Kebiasaan  masyarakat memberl tips (uang jasa, peliein, sogok dan   sejenisnya) untuk memperlanear sesuatu urusan . 

4). Adanya  kerjasama  antara  atasan  dan  bawahan  untuk 

mengkomersilkan pekerjaan. 

(11)

5).  Merekayasa laporan keuangan  berupa laporan fiktif.   6).  Rendahnya disiplin dan moral pegawai.  

d.   Faktor  peningkatan  biaya  hidup  dan  penghasilan  yang  relatif  kurang  memadai. 

Suatu  contoh  dampak  negatif  dari  tekanan  biaya  hidup  tinggi  dan  penghasilan kurang  memadai adalah  : 

1). Rekapitulasi  hasil  penanganan  perkara  korupsi  dari tahun  ke  tahun  secara  kuantitas  lebih  banyak  dilakukan oleh  pejabat tingkat bawah  (lower  manager)  baru  kemudian  pejabat tingkat  menengah  (middle  manager) dan pejabat tingkat atas (top manager). 

2). Secara  struktural  jumlah  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak  dibandingkan  pejabat  tingkat  menengah  dan  pejabat  tingkat  atas  Karena  itu  secara  teknis  operasional  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak melayani masyarakat. 

e.   Faktor pergeseran  tata nilai kehidupan sosial . 

Beberapa  contoh­.... nyata  dan  pergeseran  tata  nilai  kehidupan  sosial.  yakni: 

1). Timbulnya  sikap  mementingkan  diri  sendiri  tanpa  mempedulikan  kepentingan orang  lain. 

2). Pamrih  ­tsme  lebih  suka  uang  (dibayar)  dari  pada  diberi  penghargaan atas ucapan terima kasih. 

3). Lunturnya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama.  4). Sanggup mengorbankan harga din untuk tujuan materi. 

5). Rendahnya  kadar  kesadaran  hukum  masyarakat  dalam  melaksanakan  hak  dan  kewajibannya  sebagai  individu  warga  masyarakat dan warga  negara. 

6). Kecenderungan  memilih  konfliklbertindak  sendiri  dari  pada  diselesaikan melalui saluran hukum. 

7). Perbuatan dekadensi moral semak'in kompleks. 

8). Banyak oknum masyarakat yang  suka  memben  uang  (sogok.  suap)  untuk  menyelesaikan  suatu  masalah  I kepentingan  ­kepentingan  tertentu yang menguntungkan. 

(12)

5).  Merekayasa laporan keuangan  berupa laporan fiktif.   6).  Rendahnya disiplin dan moral pegawai.  

d.   Faktor  peningkatan  biaya  hidup  dan  penghasilan  yang  relatif  kurang  memadai. 

Suatu  contoh  dampak  negatif  dari  tekanan  biaya  hidup  tinggi  dan  penghasilan kurang  memadai adalah  : 

1). Rekapitulasi  hasil  penanganan  perkara  korupsi  dari  tahun  ke  tahun  secara  kuantitas  lebih  banyak dilakukan  oleh  pejabat tingkat bawah  (lower  manager)  baru  kemudian  pejabat  tingkat  menengah  (middle  manager) dan pejabat tingkat atas (top manager). 

2). Secara  struktural  jumlah  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak  dibandingkan  pejabat  tingkat  menengah  dan  pejabat  tingkat  atas  Karena  itu  secara  teknis  operasional  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak melayani masyarakat. 

e.   Faktor pergeseran  tata nilai kehidupan sosial . 

8eberapa  contoh  nyata  dari  pergeseran  tata  nilaL kehidupan  sosial,  yakni: 

1). Timbulnya  sikap  mementingkan  din  sendin  tanpa  mempedulikan  kepentingan orang lain. 

2). Pamrih  ­tsme  lebih  suka  uang  (dibayar)  dari  pada  diberi  penghargaan atas ucapan terima kasih. 

3). Luntumya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama.  4). Sanggup mengorbankan harga diri untuk tujuan materi. 

5). Rendahnya  kadar  kesadaran  hukum  m asyara kat  dalam  melaksanakan  hak  dan  kewajibannya  sebagai  individu  wa rga  masyarakat dan warga negara. 

6). Kecenderungan  memilih  konflik/bertindak  sendiri  dari  pada  diselesaikan melalui saluran hukum. 

7). Perbuatan dekadensi moral semakin kompleks. 

8). Banyak oknum  masyarakat yang  suka  memberi  uang  (sogok, suap)  untuk  menyelesaikan  suatu  masalah I kepentingan  ­kepentingan  tertentu yang menguntungkan. 

9). Ada  istilah  sehari­hari  dimasyarakat  kasih  uang  habis  perkara  (KUHP)  dan  ujung­ujungnya  duit  (UUD)  yang  justru  mendiskreditkan citra aparatur pemerintah dimata masyarakat. 

(13)

B.  Upaya pencegahan dan pemberantasan KKN 

Memperhatikan  kompleksnya  persoaJan  yang  dapat  menimbulkan 

perbuatan  korupsi  dan  melibatkan  lingkungan  sosial  yang  luas  ,  maka  pemberantasan  nya  hanya  dapat dilakukan  melaJui  front  bersama  dan  total  oleh  semua  komponen  bangsa  ,  jajaran  pemerintah  dan  masyarakat  baik  pada  tingkat  preventif  (perumusan  dan  penerapan  aturan  dan  sistem  penyuluhan  •  pendidikan  dan  lain  sebagainya)  detektif  (mengidentifikasi  mengaudit) maupun represif (proses hukum) disemua bidang. 

Prioritas  diarahkan  pad a  bidang­bidang  yang  rawan  korupsi  •  kolusi  dan  nepotisme  dan  penutupan  pintu­pintunyang  memberi  peluang  pad a  pelaku  untuk merealisasikan niat jahatnya. 

Pad a  tingkat  organisasi  Departemen  ,  pengandalian  manajemen  diperkuat  dengan  mengefektifkan  daya  kerja  simpul­simpul  kendali  dari  seluruh  unsurnya,  dikelola  secara  transparan  dengan  manajemen  terbuka  dan  memungkinkan  masyarakat  memperoleh  akses  terhadap  informasi  dari  pelaksanaan  kegiatan  tugas  pokoknya.  Pembenahan  sistemhukum  dengan  sanksi  hukum  yang  adil,  tegas  dan  tak  pandang  bulu,  penerapan  etika  organisasi  yang  mengikat  dan  dipatuhi  dengan  budaya  kerja  yang  sehat  •  serta kepemimpinan yang dipilih secara demokratis. 

Lingkungan  sosial  yang  bersih  akan  tercipta  dalam  masyarakat  yang  sejahtera  dan  lahir  batin.  Untuk ini  pembangunan  yang  berkelanjutan  tetap  harus  dilangsungkan  dengan  tingkat  pengendalian  yang  lebih  intensif  dengan  mengutamakan  pemerataan  dan  keadilan  sosial  bagi  sel uruh  rakyat. 

Pembangunan  Pendidikan  termasuk  pendidikan  agama  dan  moral.  akan  menyadarkan  masyarakat untuk menentang perilaku  korupsi. MeJa.lui  sistem  politik  yang  demokratis  keterlibatan  masyarakat  sebagai  kekuatan  kontrol  sosial akan meningkat. 

Keterlibatan  semua  komponen  bangsa  dalam  upaya  pemberantasan  ini  secara  perlahan  akan  mempersempit  kesempatan  berbuat  korupsi  •  dan  para  aktor/pelaku  akan  merasa  terkunci  dan  terasing.  Usaha  bersama  inj  akan  lebih  efektif  jika  dikoordinasi'kan  oleh  suatu  badan  seniacam  Badan  Anti  Korupsi  yang  mampu  mengkoordinasikan  dan  memperdayakan semua  kegiatan pemberantasan korupsi. 

Sikap  kritis  masyarakat  luas  terhadap  KKN  dalam  era  reformasi  sekarang 

Inl  dapat  menjadi  modal  dalam  mengambangkan  upaya­upaya 

(14)

Untuk  dapat  mencegah  apalagi  memberantas  KKN  jelas  tidak  mudah  apalagi  merubah  tatanan  yang  salah  yang  sudah  bertahun­tahun  dianggap  benara karena dilegalisir oleh  kebijakan­kebijakan yang bersifat politis. 

Dernikian  pula  di  Departemen  Kesehatan,  perlu  sikap  dan  kemauan  yang  keras dari  pimpinan­pimpinan ditingkat Pusat maupun Daerah. 

Ada 3  (tiga) pemikiran yang kami ajukan dalam rangka  pencegahan KKN  : 

1.   Konsep bagaimana pernberantasan  korupsi. 

a.   Restrukturisasi birokrasi dan demokratisasi disemua elemen  Depkes.  b.   Peningkatan  kesejahteraan  pegawai  dengan  imbalan  gaji  yang 

memadai. 

c.   Meningkatkan transparansi prosedur terutama pada unit­unit   pelayanan.  

2.   Menumbuhkan  sikap  anti  korupsi  di  lingkungan  pegawai  diseluruh  tingkatan. 

a.   Memasyarakatkan  tindakan­tindakan  yang  sudah  dianggap  dan  dikategorikan KKN. 

b.   Penerapan sanksi yang  lugas dan konsisten. 

c.   Menciptakan  Pimpinan  yang  menjadi  panuta  (dengan  perilaku  yang  baik sesuai dengan ajaran agama,  moral dan etika). 

3.  Pengunaan anggaran yang efektif (jan efisien  : 

a.   Dana anggaran  harus digunakan  secara  efektif sesuai dengan tujuan  dan  untuk  mencapai  sasaran  yang  telah  ditetapkan.  Harus  dicegah  adanya  penyimpangan  yang  menyebabkan  sasaran  menjadi  tidak  tercapai  ,  yang  dapat  mempengaruhi  pencapaian  sasaran  secara  nasional. 

b.   Dana  anggaran  harus  digunakan  secara  efisien  dan  hemat  .  Kita  harus  mencegah  terjadinya  kebocoran  dan  pemborosan  sekecil  apapun  .  Kebiasaan­kebiasaan  pengeluaran  dana  yang  tidak  ada  atau  kecil  manfaatnya  ,  seperti  untuk  upacara­upacara  ,  harus  dihilangkan. 

Kegiatan  ­ kegiatan  yang  perlu  dilakukan  haruslah  sesederhana  mungkin dan tidak berlebihan. 

c.   Penggunaan  dana  anggaran  transparan  dan  sepenuhnya  dapat  dipertanggungjawabkan.  Pengadaan  ­pengadaan  harus  dilakukan  secara  terbuka  dengan  prosedur  yang  adil  dan  berlaku  sarna  untuk  semua  orang.  Harus  dicegah  cara­cara  yang  mengakibatkan  terjadinya  praktek­praktek  monopoli  dan  KKN  ,  atau  yang  dapat  menimbulkan  kecurigaan  masyarakat  bahwa  telah  atau  dapat terjadi  KKN,  yang  disebabkan  oleh  prosedur  yang  tidak  transparan  atau 

(15)

penetapan  keputusan  pemenang  lelang  serta  pengadaan  yang  tidak  jelas dasar pertimbangannya. 

d.  Anggaran  sejauh  mungkin  memanfaatkan  produksi  dalam  negeri,  untuk  mendorong  kemajuan  ekonomi  dan  menghemat  devisa  serta  dalam  upaya  membangun  kemandirian.  Pengadaan  pemerintah  harus  pula  memberi  kesempatan  pada  usaha  kecil  dan  menengah,  serta koperasi.  Ketentuan­ketentuan  tersebut tidak harus mengurangi  atau  mengabaikan  prinsip  efesiensi  tetapi  justru  harus  dapat  meningkatkannya. 

e.  Anggaran  yang  dapat  digunakan  adalah  anggaran  yang  tersedia.  Para  pejabat  hendaknya  tidak  mengharapkan  atau  membuat  program  diluar anggaran  yang  ada.  Memang anggaran yang tersedia  akan  dirasakan  sangat  kurang  dibandingkan  kebutuhan  namun  jika  anggaran  yang  ada  itu  dapat  dimanfaatkan  dengan  baik,  hasilnya  ada  cukup  baik  terhadap  upaya  pemeliharaan  ekonomi  kita  agar 

kondisinya  tidak  menjadi  lebih  buruk  dan  memuai  proses 

pertumbuhan kembali. 

f.  Aparatur  Aparatur  pemerintah  hendaknya  menjalankan  pelayanan  pada  masyarakat  dengan  sebaik­baiknya  terutama  pelayanan  kepada  dunia  usaha  agar  ditingkatkan  dengan  menghilangkan  hambatan­harnbatan  birokrasi  serta  praktek­praktek KKN,  agar dunia  usaha  dapat  segera  bang kit  kern bali.  Saat  ini  rnerupakan  saat yang  paling  tepat  untuk  memperbaiki  birokrasi  dan  citra  pernerintah  dimasyarakat. 

g.  Karena  keterbatasan  anggaran  dan  prioritas  ­yang  harus  diberikan  kepada  upaya  pernulihan  kernbali  perekonomian,  kita  belurn  dapat  membangun  proyek­proyek  baru,  kecuali  proyek­proyek  yang  terkait  dengan  Jaringan  Pengaman  Sosial  (JPS)  dan  upaya  pemberdayaan  masyarakat.  Namun  proyek­proyek  yang  telah  dimulai  harus  dilanjutkan  meskipun  harus  dilakukan  pertahapan  kemb a'ii.  Yang  teramat  penting  adalah  memelihara  aset­aset  dan  segala  yang  kita  miliki sebagai  hasil  pembangunan  dimasa  yang  la'iu. Oleh  karena  itu  kegiatan  pemeliharaan  harus  diprioritaskan  agar fungsi  dan  kualitas  aset­aset tersebut dapat terus dipertahankan. 

h.  Dalam  rangka  penghemat  devisa,  perjalanan' dinas  keluar  negeri  oleh  para  pejabat  harus  diseleksi  seketat  mungkin  .  justru  dalam  masa  reformasi  sekarang  ini,  perhatian  harus  lebih  ditujukan  pada  masalah ­masalah dalam negeri dibidang masin­ masing. 

i.  Agar  para  pejabat  pernerintah  disemua  tingkatan  membantu 

(16)

C.  Menuju Penyelenggaraan negara yang Bersih ( Clean Governance). 

Secara  sistematik dibutuhkan suatu  pengertian  yang  sama  untuk mengatasi  KKN  dengan  memperhatikan  masukan  dari  masyarakat  bersama­sama  diikuti oleh semua sektor pemerintahan termasuk Departemen Kesehatan. 

KKN  di  Indonesia  sudah seperti  benang  kusut , oleh  karena  itu  harus diatasi  bersama  disemua  bidang  kehidupan  dalam  tata  pemerintahan,  Swasta  dan  masyarakat  dengan  pembentukan  PNYB  atau  Good  Governance  yang  dicapai  melalui  serangkaian  reformasi  dengan  mengelemenir  sebab­sebab  terjadlnya KKN  : 

1.   Mencipta kepemimpinan yang dapat menjadi teladan. 

2.   Meningkatkan  penghayatan  agama  dan  pengalamannya terutama  dalam  moral dan etika. 

3.   Meningkatkanlperbaikan gaji Pegawai Negeri (Pemerintah).  4.   Menegakan hukum tanpa pandang  bulu. 

5.   Menciptakan  lingkungan  yang  kondusif  untuk  memberantas  korupsi  yang  dimulai dari diri sendiri. 

6.   Memperbaiki  struktur  Pemerintahan  dengan  memotong  birokrasi  yang  panjang yang  menjadi peluang エ・セ。、ゥョケ。@ KKN. 

7.   Reformasi bidang administrasi disamping hukum, pol'itik dan ekonomi. 

8eberapa  kendala  menuju PNYB (Good  Governance) yang  dihadapi berupa  hambatan dalam mengungkap kasus­kasus KKN. 

1   Pelaku  mempunyai  kualitas  tetentu  baik  kemampuan  maupun  kedudukannya  .  Pelaku  pada  umumnya  mempunyai  latar  belakang  pendidikan  dan  pengalaman  yang  baik,  sehingga  memperoleh  kesempatan  untuk  mengelola  suatu  proyek  dimana  ia  melakukan  korupsi. 

2   Modus  operandi  korupsi  umumnya  rumit  dan  dilakukan  dengan  rapih  mengingat pelakunya  adalah  orang  yang  mempuanyai  kewenangan  dan  kesempatan. 

3   Kompleksitas kasus korupsi. 

Tindak  pidana  korupsi  dilakukan  dengan  melalui  proses  yang  cukup  panjang.  Bebagai  prosedur  yang  ada  telah  disamping  oleh  pelaku  yang  semestinya  melaksanakan  prosedur  tersebut  .  Selain  itu  untuk  menghitung  kerugian  yang  timbul  diperlukan  seorang  petugas  khusus  yang  memiliki  keahlian.  Begitu  komplek  proses  atau  prosedur  yang  dilewati  oleh  pelaku  sehingga  akibat  yang  ditimbulkannya  sering  tidak  dirasakan dan baru  beberapa  lama setelah terjadi. 

(17)

4.  Kendala waktu. 

Terungkapnya  perkara  korupsi  tidaklah  bersifat  seketika  melainkan  beberapa waktu I tahun kemudian. 

Hal ini  sering  memberi dampak kesulitan  mengumpulkan alat bukti, sullt  menemukan  tersangkalsaksi  karena  sudah  pindah/pensiun  dan  sebagainya  bahkan  juga  dalam  menghitung  jumlah  kerugian  yang  diderita tidak diperoleh data yang akurat. 

Upaya pencegahan KKN dengan mempertimbangkan waktu adalah  : 

a.   Perbaikan  program  pemerintah. 

b.   Reorganisasi pemerintah/restrukturisasi  birokrasi dan Administrasi.  c.   Penerapan  hukum. 

d.   Keikutsertaan masyarakal  e.   Pembentukan Tim anti KKN. 

D.   Langkah  reformasi  menuju  Penyelenggara  Negara  Yang  Bersih  (Clean  Governance) 

1.   Tiap  Unit Utama  Depkes mengidentifikasi  KKN  dengan  memperhatikan  3  (tiga) pilar Good Governance (r.Jle of Law, transparancy , accountability).  2.   Transparansi  prosedur  pengadaan  barang  jasa  serta  pelayanan  . 

masyarakat 

3.   Transparasi sistem pengembangan karier (carrier planning) .  4.   Perbaikan gaji Pegawai Negeri Sipil. 

5.   Reorganisasl  Departemen  Kesehatan  dengan  mengutamakan  tata  laksana  dan  simbul­simbul  hubungan  antara  uni,t  dengan  pihak  luar  (Departemen Terkait). 

(18)
(19)

BAB  III  

INDIKASI  DAN  TITIK  RAWAN  

A. ASPEK PERLENGKAPAN

1. Pengertian 

a.  Perlengkapan  atau  Barang  adalah  bend a  dalam  berbagai  bentuk  dan  uraian  yang  meliputi  bahan  baku,  barang  setengah  jadi, 

barang  jadi,  peralatan,  yang  spesifikasinya  ditetapkan  oleh 

pengguna  barang I jasa. 

b.  Pengadaan  Barang I Jasa  adalah  usaha  atau  kegiatan 

barang I jasa  yang  diperlukan  oleh  Instansi  Pemerintah. 

pengadaan 

c.  Panitia  Pengadaan  adalah  Panitia  Pelelangan  atau  Panitia 

Pemilihan  Langsung  atau  Panitia  Penunjukan  Langsung  yang 

ditugasi  untuk  melaksanakan  pengadaan  8arang I Jasa . 

d.  Jasa  Pemborongan  adalah  layanan  penanganan  pekerjaan 

bangunan  atau  konstruksi  atau  wujud  fisik  lainnya  yang 

perencanaan  teknis  dan  spesifikasinya  ditetapkan  pengguna 

barang I jasa  dan  proses  serta  pelaksanaanya  diawasi  oleh 

pengguna  barang I jasa. 

e.  Pengguna  Baran'g I Jasa  adalah  Kepala  Kantor I Satker I Pimpro I

8agpro I Pejabat  lainnya  yang  dilaksanakan I ditunjuk  sebagai 

pemilik  pekerjaan  yang  memberi  tugas  kepada  Penyedia  Barang I

Jasa  untuk  melaksanakan  pekerjaan  tertentu  guna  memenuhi 

kebutuhan  barang I jasa  tertentu. 

f.  Penyedia  Barang I Jasa  adalah  perusahaan  atau  mitra  kerja  yang 

melaksanakan  pengadaan  Barang  I Jasa  yang  terdiri  dari 

Kontraktor  pemasok.  konsultan,  usaha  kecil.  koperasi.  Perguruan 

Tinggi . dan  LSM. 

g.  Kontrak  adalah  perikatan  antara  Kepala  Kantor I Satuan  Kerja I

Pimpro  I Bagpro  sebagai  pengguna  Barang  I Jasa  dengan 

pemasok  atau  kontraktor  atau  konsultan  sebagai  penyedia  Barang 

I Jasa. 

h.   Usaha  Kecil  adalah  kegiatan  ekonomi  rakyak  yang  berskala  keeil 

dan  memenuhi  kriteria  yang  ditetapkan  dalam  UU  NO.9 I 1995,

(20)

I.  Pelelangan  adalah  pengadaan  barang  I jasa  yang  dilakukan 

secara  terbuka  untuk  umum  dengan  pengumuman  secara  luas 

melalui  media  cetak  dan  papan  pengumuman  resmi  untuk 

penerangan  umum  serta  bilamana  dimungkinkan  melalui  media 

elektronik,  sehingga  masyarakat  luas I dunia  usaha  yang  berminat 

dan  memenuhi  kualifikasi  dapat  mengikutinya. 

J. Pemilihan  Langsung  adalah  pengadaan  barang  I jasa  tanpa 

melalui  pelelangan  dan  hanya  diikuti  oleh  penyedia  barang I jasa 

yang  memenuhi  syarat,  yang  dilakukan  dengan  cara 

membandingkan  penawaran  dan  melakukan  negosiasi,  baik teknis  maupun  harga  sehingga  diperoleh  harga  yang  wajar·  dan  secara  teknis  dapat  dipertanggungjawabkan. 

k.  Penunjukan  Langsung  adalah  pengadaan  barang I jasa  dengan 

cara  menunjuk  langsung  kepada  1 (satu)  penyedia  barang I jasa. 

I.  Swakelola  adalah  pelaksanaan  pekerjaan  yang  direncanakan, 

dikerjakan  dan  diawasi  sendiri  dengan  menggunakan  tenaga  sendin, atau  upah  borongan  tenaga. 

2.  Indikator  Praktek  KKN 

.

-a.  Sertifikasi  dan  Prakualifikasi 

Sertifikasi  meliputi  kegiatan  registrasi, klasifikasi, dan  kualifikasi. 

1).  Registrasi  adalah  pencatatan  penyediaan  barang I jasa  yang 

meliputi  klasifikasi .  kualifikasi  dan  data  administrasi,  keuangan,  personalia, peralatan/perlengkapan  serta  pengalaman  kerja 

2).  Klasifikasi  adalah  penentuan I kompetensi  usaha  penyediaan 

barang I jasa  menurut  bidang,  sub  bidang  dan  khusus  untuk 

jasa  konsultasi  termasuk  lingkup  layanan. 

3).  Kualifikasi  adalah  penggolongan  penyedia  barang I jasa  (kecil, 

menengah,  besar)  dan  penilaian  menurut  tingkat  kemampuan  (KK),  kemampuan  paket  (KP).  dan  kemampuan  dasarnya  (KD)  pada  masing  ­ masing  bidang,  sub  bidang  dan  untuk  jasa  konsultasi  termasuk  lingkup  layanan. 

• 

Kegiatan  In!  dilakukan  oleh  Lembaga  Pengembangan  Jasa 

Konstruksi  (LPKJ)  atau  Kamar  Oagang  dan  Industri  (KAOIN)  suatu  instansi  diluar  Departemen  Kesehatan. 

(21)

Prakualifikasi  dimaksudkan  untuk  mengetahui  kemampuan  penyediaan  barang  I jasa  pada  saat  akan  mengikuti  pengadaan  barang  I jasa.  Penyelenggaraan  prakualifikasi  dilaksanakan  oleh  Panitia  Pengadaan  Barang I Jasa  untuk  setiap  pengadaan  barang I jasa  dengan  memperhatikan  data  yang  terdapat  pada  sertifikat  dan  informasi  lainnya  yang  dikeluarkan  oleh  LPJK I KADIN. 

Kemampuan  dan  kejujuran  Panitia  Pengadaan"  sangat 

berpengaruh  terhadap  hasil  ­ hasil  penilaiannya  mengenai  lulus  atau  tidaknya  prakualifikasi  para  calon  penyedia  barang  untuk  setiap  paket  pengadaan  barang I jasa. 

Kegiatan  sertifikasi  dan  prakualifikasi  ini  perlu  memperoleh 

perhatian  yang  memadai  daripihak  pengguna  barang  I jasa 

mengingat  banyaknya  celah  ­ celah  yang  terbuka  bagi  pelaku  tindak  KKN. 

b.   Arisan  Tender 

Kerjasama  sesama  Penyedia  Barang I Jasa  seperti  model  "arisan" 

ini  merupakan  praktek  ­ praktek  KKN  yang  bukan  rahasia  lagi  karena  patut  diduga  melibatkan  pengguna  barang  I jasa  atau 

setidak ­ tidaknya  Panitia  Pengadaan  Barang 

I

Jasa. 

Sesama  Penyedia  Barang  I Jasa  yang  seharusnya  menjadi 

pesaing  dalam  penawaran  harga  in;  melakukan  praktek  arisan  tender  karena  beberapa  hal, a.  I  : 

1)  Mudahnya  penyedia  barang  I jasa  memperoleh  sertifikasi  dan 

lulus  prakualifikasi  sesuai  dengan  paket  pengadaan  barang I

jasa. 

2)   Data  peral&tan  penyediaan  barang I jasa  yang  memenangkan 

pelelangan  bila  diteliti  dan  dijumlah  ulang  ternyata  tidak 

signifikan  dibandingkan  dengan  kondisi  nyata  wilayah  kerja  setempat. 

3)  Kewajaran  jumlah  sumber  daya  manusia  peserta  pelelangan,  terutama  tenaga  ahli  tidak  masuk  akal,  baik  secara  kualitas  maupun  kuantitas. 

4)   Penyediaan  Barang I Jasa  yang  memiliki  sertifikasi  dan  lulus 

prakualifikasi  ternyata  diantara  pengurusnya  terdapat  suatu  hubungan,  baik  dari  segi  alamat.  domisili.  pemilik  perusahaan. 

pemegang  saham.  rekening  koran  bank,  maupun  klasifikasi 

(22)

c.   T atacara  Pengadaan  Barang I Jasa 

1)   Cara  pengadaan  barang  I jasa  dengan  memecah  ­ mecah 

pekerjaan  sehingga  dapat  diadakan  pengadaan  langsung. 

2)   Pelelangan  ditunda  ­ tunda  membuat  waktunya  terdesak, 

sehingga  harus  dilakukan  penunjukan  langsung. 

3)  Menggunakan  pemilihan  langsung  dalam  pengadaan  barang I

jasa  dengan  alasan  barang  spesifik  dan  dari  Sales 

Representative  (bukan  agen  tunggal)  sehingga  harganya 

mahal. 

d.   Penyiapan  Dokumen  Lelang 

1)   Dokumen  lelang  yang  disiapkan  tidak I belum  menginformasikan 

pekerjaan  yang  ditawarkan  dan  persyaratan  lelang  secara  cukup  jelas  sehingga  dapat  menimbulkan  penafsiran  yang  berbeda  dari  peserta  lelang. 

2)  Persyaratan  bagi  peserta  lelang  tidak  memenuhi  ketentuan  peraturan  perundang  ­ undangan  yang  berlaku  (persyaratan  ditambah  atau  dikurangi  tampa  alasan  yang  jelas). 

3)   Perubahan  isi  dokumen  lelang  tidak  disampaikan  dan  atau  dijelaskan  kapada  seluruh  peserta  lelang  sehingga  terdapat  beberapa  peserta  yang  gugur. 

4)  Undangan  lelan9  tidak  diumumkan  secara  luas. 

5)  Undangan  lelang  tidak  disampaikan  kepada  seluruh  rekanan  yang  tercantum  dalam  ORT  melalui  Kepala  Oinas. 

e.   Pembukaan  Dokumen  Lelang 

1)  Kejanggalan  dalan  Berita  Acara  rapat  penjelasan  beserta 

perubahannya. 

2)  Kejanggalan  dalam  daftar  hadir  dan  Berita  Acara  pem berian 

penjelasan . 

3)  Kejanggalan  dalam  acara  pemberian  penjelasan  lelang. 

4)  Kejanggalan  peserta  rapat  pemberian  penjelasan  lelang. 

5)  Adanya  dokumen  penawaran  yang  disampaikan  setelah 

tanggal  penutupan  penyampaian  dokumen  penawaran. 

6)  T erjadi  perpanjangan  I pengunduran  tanggal  penutupan 

penyampaian  dokumen  penawaran  tampa  alasan  yang  jelas. 

7) Peserta  lelang  yang  hadir  tidak  diberi  kesempatan  melihat 

dokumen  penawaran  yang  disampaikan  kepada  panitia. 

8)  Berita  Acara  Pembukaan  dokumen  penawaran  tidak  dinuat I

hilang. 

9)  Berita  Acara  Pembukaan  Ookumen  Penawaran  tidak  ditanda 

tangani  oleh  wakil  peserta. 

(23)

f.  Evaluasi  Penawaran  dan  Penetapan  Calon  Pemenang 

1)  Adanya  dokumen  penawaran  yang  tidak  lengkap  tetapi  tetap 

diikuti. 

2)  Harga  satuan  yang  tercantum  dalam  OE  lebih  mahal  dari 

harga  pasar. 

3)  Terdapat  banyak  kesamaan  harga  satuan  yang  tercantum 

dalam  penawaran  dengan  yang  tercantum  dalam  OE. 

4)  Pemenang  lelang  bukanlah  penawar  yang  terendah. 

5)  Kriteria  evaluasi  tidak  jelas. 

6)  Kriteria  evaluasi  tidak  diberlakukan  secara  adil  dan  merata 

diantara  penawaran  yang  ada  (penggunaan  kriteria  ganda). 

7)  Bila  digunakan  sistem  gugur. 

a)  Adanya  peserta  yang  dinyatakan  lulus  evaluasi  tahap  berikutnya  sekalipun  ditahap  sebelumnya  tidak  lulus. 

b)  Adanya  peserta  yang  dinyatakan  sebagai  calon 

pemenang.  walaupun  tidak  memenuhi  persyaratan  disalah  satu  tahap  ataupun  seluruh  tahap  evaluasi. 

8)  Penentuan  urutan  calon  pemenang  tidak  menggunakan I

mempertimbangkan  referensi  harga. 

9)  Harga  yang  ditawarkan  calon  ­ calon  pemenang  ada  yang 

tidak  wajar 

10)   Berita  Acara  Hasil  Pelelangan  tidak  dibuat  ataupun  kalau  dibuat  tidak  sesuai  dengan  ketentuan  perundang ­ undangan  yang  berlaku. 

11)   Untuk  pelelangan  terbatas  calon  pemenang  yang  ditetapkan  tidak  termasuk  dalam  DRT. 

Penetapan  calon  pemenang  melewati  batas  waktu  yang 

ditentukan  tanpa  alasan ­ alasan  logis  yang  dapat  diterima. 

12)   Peserta  yang  ditetapkan  oleh  panitia  pelelangan  paling 

menguntungkan  bag;  negara  kurang  dari  3  (tiga)  peserta.  13)  Adanya  sanggahan  dari  peserta  yang  tidak  menang .  14)  T erjadi  pelelangan  ulang  berkali ­ kali. 

15)  Rentang  waktu  antara  Ielang  yang  gagal  dan  lelang  ulang  cukup  lama. 

16)   Pada  pengususlan  calon  pemenang  lelang  ditemui  adanya  penawar  yang  lulus  terbaik  dari  evaluasi  administrasi, teknis  dan  harga  tidak  diusulkan  sebagai  pemenang  dengan  alasan  kinerjanya  pada  Proyek  lainnya  tidak  baik . 

(24)

3.  Titik  Rawan  KKN. 

a.  Proses  Pengadaan  Barang / Jasa 

1)  Prosedur  Prakua/ifikasi 

a)   Bilamana  DRM  ini  disusun  secara  tidak  benar  akan 

mempengaruhi  keseluruhan  proses  pe/e/angan  pangadaan  barang I jasa. 

b)   Pemetaan  perusahaan  perusahaan  rekanan  yang 

berpeluang  menimbu/kan  9menyebabkan)  terjadinya  Kolusi  dan  Nepotisme .  . 

c)   Dengan  dipero/ehnya  DRM  yang  datanya  benar  dan  wajar 

akan  dapat  membantu  pemerintah  da/am  penerimaan 

Negara  dari  sektor  perpajakan,  dalam  hal  ini  Pajak 

Penghasilan . 

2)  Pemilihan  Cara  Pengadaan 

Panitia  lelang  dibentuk  oleh  Pimpro I Pimbagpro  I Kepala 

Satuan  Kerja. 

Titik  kritis  pada  kegiatan  ini  adalah  kemungkinan  adanya 

rekayasa  sedemikian  rupa  sehingga  pengadaan  barang 

dilakukan  dengan  pemilihan  langsung,  dan  sebenarnya  masih 

memungkinkan  dengan  pelelangan  umum I pelelangan  terbatas. 

Selain  itu  pemilihan  langsung  membuka  peluang  terjadinya 

kolusi  dan  nepotisme  dengan  harapan  mereka  menjadi 

rekanan  yang  terpilih  untuk  pengadaan  suatu  barang I jasa. 

3)  Penunjukan  Langsung 

Penentuan  peserta  le/ang  dan  ususlan  calon  pemenang  lelang 

ditentukan  oleh  panitia  lelang.  Hal  ini  memungkinkan 

terbukanya  peluang  untuk  nepotisme  dan  ko/usi,  antara 

personil  panitia  lelang,  Pimpro  dan  Kepala  Kantor  serta 

rekanan. 

4)  Prosedur  Penyiapan  Dokumen  Lelang. 

Dokumen  lelang  yang  tidak  disusun  dengan  baik,  membuka  peluang  timbulnya  kolusi,  sehingga  hanya  rekanan  tertentu  saja 

yang  dapat  memenuhi  syarat  dan  memenangkan  lelang . 
(25)

5)   Prosedur  Pengumuman  Lelang  &  Rapat  Penjelasan 

Pengumuman  lelang  maupun  pemberian  penjelasan  bisa  dibuat  sedemikian  rupa  sehingga  hanya  beberapa  rekanan  saja  yang  bisa  mengikuti  pelelangan. 

6)   Prosedur  Pembukaan  Dokumen  Penawaran 

Pada  saat  pembukaan  dokumen  penawaran,  banyak  dokumen  penawaran  yang  melewati  batas  waktu  yang  diperbolehkan. 

7)   Prosedur  Evaluasi  Penawaran 

Dalam  menentukan  urutan  calon  pemenang  dan  dalam 

penetapan  calon  pemenang  dimana  Pemimpin  Proyek I Kapala 

Kantor  dan  atau  pejabat  ­ pejabat  atasannya  (tergantung 

besarnya  nilai  pengadaan)  mempunyai  wewenang  untuk 

menentukan  pemenang  lelang. 

8)  Prosedur  Penetapan  Calon  Pemenang 

Oalam  menentukan  urutan  calon  pemenang  dan  dalam 

penetapan  calon  pemenang  dimana  Pemimpin  Proyek I Kepala 

Kantor  dan  atau  pejabat  ­ pejabat  atasannya  (tergantung 

besarnya  nilai  pengadaan)  memounvai  wewenang  untuk 

menentukan  pemenang  lelang  atau  dengan  kata  lain 

melakukan  intervensl  (campur  tangan). 

b.   Proses  Pelaksanaan  Kontrak  dan  Peherimaan  Barang 

1)   Kuantitas  Barang 

a)   Jumlah  barang. yang  dipesan  belum  tentu  sesuai  dengan  kontrak. 

Kegiatan  ini  terlepas  dari  tanggung  jawab  Panitia  Lelang. 

Oi  lain  pihak  Pimpro  atau  Atasan  langsung  yang 

menandatangani  kontrak  berlaku  "masa  bodoh",  karena 

sudah  ada  pengguna  barang  dan  Panitia  penerima  I

Pemeriksa  Barang . 

b)   Jumlah  barang  yang  diterima  seolah  ­ olah  cukup  dan  sesuai  kontrak. 

Panitia  Penerima I Pemeriksa  Barang  "asa\"  tanda  tangan 

saja  karena  adanya  pesanan  Pimpro I pengguna  barang 

dan  atau  Penyedla  barang.  Modus  Inl  blasanya  terjadl  pada 

akhir  tahun  anggaran  dengan  dalih  mengamankan 

(26)

..

c)   Jumlah  barang  yang  diterima  nihil  (fiktif). 

Modus  ini  dapat  terjadi  karena  seolah ­ olah  barang  telah  diterima  (pernah  masuk  gudang).  kemudian  diserahkan  kepada  pengelola  program  dan  sudah  didistribusikan  ke  seluruh  Kabupaten I Kota  di  Indonesia. 

2)  Kualitas  Barang 

a)  Kualitas  barang  impor  dapat  dimodifikasi  dengan  negara  asal  barang.  misalnya  barang  yang  sesuai  spesifikasi  berasal  dari  Eropa  ternyata  diterima  dan  negara  bela han  Asia  ケセャGIァ@ kualitasnya  lebih  rendah.  Kualitas  rendah  tentu  lebih  murah  harganya  dengan  kualitas  barang  yang  dikehendaki  pengguna  barang. 

b)  Barang  yang  telah  tersedia  ditenderkan.  Suatu  Satker  memiliki  persediaan  barang  dalam  jumlah  dan  kualitas  yang  memadai  dan  dilain  pihak  Proyek  tertentu  memiliki  anggaran  yang  melimpah  sehingga  pada  gilirannya  . terlihatiah  SPK I Kontrak  rekayasa 

c)  Barang  yang  sewa  memperoleh  anggaran  ganda.  Suatu  Proyek  mengadakan  pelelangan  pengadaan  barang,  tetapi  barang  yang  dilelang  tersebut  sebenamya  hasil  pembelian J

pencetakan J hadiah  dan  donatur  (UNICEF,  WHO,  US­AID,  ADS, dlJ). 

3)   Pekerjaan  Konstruksi 

Kegiatan  renovasi  gedung  dengan  alasan  pekerjaan  kontruksi  mellbatkan  Konsultan  Perencana  dan  Konsultan  Pengawas  sehingga  anggarannya  tersedot  untuk  membiayai .  kedua  konsultan  tersebut  Padahal  jenis  pekerjaan  yang  direhabilitasi  adalah  dapur, taman,  jalan  ke  gedung. atau  pelatar. Kondisi  ini  jelas ­ jelas  menghamburkan  keuangan  Negara. 

4)   Jasa  Konsultasi 

Kegiatan  ini  sebagian  besar  luarannyaberupa  soft­ware  atau  hanya  berbentuk  suatu  print  out  berbentuk  laporan.  Sejak  proses  pelelangan  kegiatan  jenis  ini  "sui it"  di  pantau  karena  kelemahan  pihak  Satker I Pimpro  I Auditor  yang  kurang  menguasai  permasalahannya. 

(27)

B. ASPEK KEUANGAN

1.   Pengertian 

a.   Pengelolaan  Keuangan  meliputi  kegiatan  perencanaan,  pelaksanaan, 

..  

dan  pengawasan  serta  pelaporan  keuangan  oleh  Satuan  Kerja  / 

Proyek  /  Bagian  Proyek.  Keuangan  disini  dimaksudkan  adalah 

mencakup  uang  yang  harus  dipertanggung  jawabkan  (UYHD). 

Dalam  SE  Dirjen  Anggaran  No.  SE­92/Al522/0790,  Tanggal  31  Juli  1990,  disebutkan  bahwa  UYHD  merupakan  uang  muka  kerja  yang  belum  membebani  mata  anggaran  pengeluaran  dan  mempunyai  sifat  daur  ulang  (revolving). 

b.   Sesuai  dengan  Keppres  No.  17  Tahun  2000  dinyatakan  bahwa  Prinsip ­ prinsip  pengelolaan  keuangan  adalah  sebagai  berikut  : 

1)  Hemat,  tak  mewah,  efisien  dan  sesuai  dengan  kebutuhan  teknis  yang  disyaratkan. 

2)  T erarah  dan  terkendali  sesuai  dengan  Rencana  Program I

Kegiatan  serta  fungsi  dari  masing  ­ masing  Departemen  I

Lembaga. 

3)  Semaksimal  mungkin  menggunakan  hasil  produksi  dalam  negeri 

dengan  memperhatikan  kemampuan I potensi  Nasional. 

c.   Kegiatan  perencanaan,  pelaksanaan, dan  pengawasan  serta  pelaporan  . keuangan   tersebut  dalam  huruf  "a"  dilakukan  terhadap  penerimaan 

(umum, fungsional, dan  PNBP)  dan  pengeluaran  (rutin I pembangunan) 

d .   Dalam  pengelolaan  keuangan,  ditemukan  istilah  ­ istilah  sebagai 

berikut 

1)  Perencanaan  Keuangan 

a)  DUK  Oaftar  Usulan  Kegiatan 

b)  DUP  Daftar  Usulan  Proyek 

c)  DIK  Daftar  Isian  Kegiatan 

d) DIP  Daftar  Isian  Proyek 

e)  RPK  Rencana  Pelaksanaan  Kegiatan 

f)  PO  Petunjuk  Operasional 

g) POA  Plan  of  Action 

2)   Pelaksanaan I Penggunaan  Keuangan 

a)  SPP­ DU 

Sural  Permintaan  Pembayaran  Dana  UYHD. 
(28)

c)  SPP­GU 

=

Surat  Permintaan  Penggantian  Penggunaan  Dana  UYHD. 

d)  SPP­LS 

=

Surat  Permintaan  Pembayaran  Langsung. 

e)  SPM­GU 

=

Surat Perintah Membayar Pengganti Dana  UYHD. 

f)  SPM­Nihil 

=

Surat  Permintaan  Pengesahan  Penggantian  Penggunaan  Dana  UYHD. 

g)  SPM ­LS 

=

Surat  Perintah  Membayar  Pengeluaran  Anggaran  sebagai  Pembayaran  Langsung. 

Jenis  Laporan 

1)  SPJR 

=

Surat  Pertanggung  Jawaban  Pelaksanaan  Anggaran  Rutin. 

2)  SPJP 

=

Surat  Pertanggung  Jawaban  Pelaksanaan  Anggaran  Proyek. 

3)  LKKA 

=

Laporan  Keadaan  Kredit  Anggaran.  4)  LKK 

Laporan  Keadaan  Kas  .Proyek' Rutin  5)  Laporan  Triwulan. 

6)  Laporan  Hasil  Pemeriksaan  Kas  minimal  3  bulan  sekali. 

2.   Indikator  Perencanaan,  Pelaksanaan  dan  Pengawasan  Anggaran  Belanja  Negara  Yang  Tidak  Efisien  dan  Tidak  tertib. 

a.   Perencanaan 

1).   Adanya  Bahan' Barang  yang  tidak  diperlukan  tetapi  di  Drop  dari  Pusat  mlsalnya  :  Peralatan  Rumah  Sakit' Laboraturium. 

2).   Adanya  Pengadaan  peralatan  tanpa  disukung  dengan  SDM  yang  mampu  mengoperasionalkan,  sehingga  alat  terse but  tidak  dapat  berfungsi' dimanfaatkan  sesuai  dengan  peruntukannya. 

3).   Adanya  Bahan'  Obat  yang  jumlahnya  berlebih  tidak  sesuai  dengan  kebutuhan  nyata  setempat. 

4).   Pengadaan  Barang'  Peralatan  yang  mahar, tinggi,  karena  Unit  Cost  ditetapkari  oleh  Agen  Tunggal  (Distributor)  tanpa  ada  perbandingan  harga  barang  sejnis. 

5).   Tidak  dibuatnya  Rencana  Pelaksanaan  Kegiatan  (RPK)  dan  POA  dalan  mengerjakan  seJuruh  kegiatan  setelah  diterimanya  DIK  atau  DIP. 

(29)

b.   Pelaksanaan 

a.   Adanya  kegiatan  sejenis  yang  dilaksanakan  tidak  bersamaan  dengan  alasan  sumber  dananya  berbeda  yaitu  dari  DIP,  DIP  atau  swadana  (PNBP) 

..

b.   Seringnya  melakukan  Revisi  DIP  I PO  sehingga  P royek 

kehabisan  waktu  pelaksanaan  kegiatan. 

c.   Adanya  pembayaran  daftar  tagihan  yang  di  usulkan  pegawai 

エセイエ・ョエオ@ tanpa  sebelumnya  di cek  kebenaran  fisik  terhadap pejabat 

terkait. 

d.   Tidak  tertibnya  dalam  mengelola  pembukuan  kas  umum, 

penyimpanan  dokumen  keuangan  dan  tidak  tepat  waktu  dalam  pembuatan  laporan ' dan  pengirimannya  ke  Instansi  Terkait. 

C.   Pengawasan dan Pelaporan. 

a.   Atasan  Langsung/PimprolPimbagpro  dan  Tim  ーセュ・イゥォウ。@ kas 

intern  yang  ditunjuk  tidak  pernah  melaksanakan  waskat  atau 

pemeriksaan  kas  intern. 

b.   Pimpro  I Bag pro  I atasan  langsung  bendaharawan  dan 

bendaharawan  yang  terlalu  lama menduduki jabatannya. 

C. Ketidaktertiban  dalam  penerimaan  RK  dari  Bank. 

d.   Adanya  laporan  penyerapan  dana  yang  lebih  besar  dibanding  dengan Fisik kegiatan. 

e.   Adanya  keterlarnbatan  pengiriman  LKKlLKKNLKKP  dan  LKKR  kepada unit terkait 

3.  Titil<  Rawan  Pada  Tahap  Pengelolaan  Aspek  Keuangan. 

a.   Perencanaan  Anggaran. 

1)   Saat  proses  usulan  kegiatan  (Pra­Duk I Pra­OUP  menjadi  DIK  dan 

DIP, seringkali  TOP  Down  bukan  Bottom  UP). 

2)   Usulan  Kegiatan  dan  Unit  Cost  seringkali  Unit  Costnya  mahal 

atau  lebih  tinggi  dari  barang  yang  dibeli  sering  kurang 

(30)

b.  Pelaksanaan  Anggaran. 

1) Bendaharawan  tidak  memenuhi  syarat,  sehingga  tidak  memahami 

tentang  perbendaharaan. 

2)  Kurangnya  pengawasan  melekat  dari  Kepala  Satuan  Kerja I

Pimpro. 

3)

Adanya  Duplikasi  Anggaran  terhadap  kegiatan  yang  dibiayai 

oleh  Rutin  dan  Proyek  maupun  dana  swadana I PNBN 

4) Adanya  kebijakan  yang  tidak  sesuai  dengan  ketentuan. 

5)  Pimpro I Bendaharawan  yang  terlalu  lama  menduduki  jabatannya. 

6)  Tidak  dibuatnya  RPK I POA  setelah  diterimanya  DIK I DIP  oleh 

Satuan  Kerja  maupun  Proyek. 

7)

Adanya  pengeluaran  persekot  kerja  yang  jumlahnya  besar  dan 

terlalu  lama  di  pertanggung  jawabkan . 

8)  Kualitas  barang  tidak  sesuai  dengan  Spesifikasi  T eknis  tetapi 

tetap  dilakukan  pembayaran  sesuai  kontrak. 

9)  Pungutan  dan  penyetoran  pajak  maupun  PNBN. 

10)  Banyaknya Kegiatan  Non  Fisik  berupa  biaya  perjalanan  dinas  ke 

Provinsi I Kabupaten  tampa  Surat  Tugas  dan  Laporan  Perjalanan 

Dinas. 

11)  Pembayaran  Gaji  kepada  yang  tak  berhak  (karena  pegawai  tidak  bekerja  pada  instansi  pembayar  gaji). 

12)  Bendaharawan  tidak  mempunyai  brankas,  sehingga  uang  tunai  dibawa  pulang  atau  disimpan  ditempat  yang  tidak  aman. 

13)  Penyetoran  sisa  UYHD  akhir  tahun  yang  sering  terlambat. 

14) Pengeluaran  Fiktif. 

15)  Penggunaan  dana  bantuan  JPS­BK  di  Rumah  Sakit  Umum.  16)  Pengiriman  bukti  Transfer  Uang  dana  JPS­BK  dari  Pusat  ke 

Daerah. 

c.   Pengawasan dan Pelaporan. 

1)  Membatasi  peran  atasan  langsung  Bendaharawan  I Pimpro  I

Pimbagpro  dan  Tim  Pemeriksa  · Intern  yang  ditunjuk  dalam  melakukan tugas pemeriksaan kas. 

2)  Adanya  keterbatasan  pemahaman  atasan  langsung  Bendaharawan 

I Pimprom I Pimbagpro dan Tim  Pemeriksa kas intern yang ditunjuk 

atas materi pemeriksaan kas intern. 

3)   Kecenderungan  atasan  langsung  yang  memberi  kepecayaan  sepenuhnya  kepada  Bendaharawan  atau  stat  dalam  mengelola  keuangan. 

(31)

c. 

ASPEK  KEPEGAWAIAN  

..  

..

1.  Pengertian 

a.  Pegawai  Negeri  adalah  mereka  yang  telah  memenuhi  syarat ­ syarat  yang  ditentukan  dalam  peraturan  perundangan  yang  berlaku. diangkat 

oleh  pejabat  yang  berwenang  dan  diserahi  tugas  dalam  suatu 

jabatan  negeri  atau  diserahkan  tugas  Negara  lainnya  yang 

ditetapkan  berdasarkan  perundang  ­ undangan  dan  digaji  sesuai 

dengan  ketentuan  yang  berlaku. 

b.  Jabatan  f\.iegeri  adalah  jabatan  dalam 

ditetapkan  sesuai  peraturan  yang  berlaku. 

bidang  eksekutif  yang 

c.  Pegawai  Negeri  Sipil  Pusat  adalah  mereka  yang  gajinya  dibebankan  pada  APBN  dan  bekerja  pada  Departemen,  Lembaga  Pemerintah  Non  Departemen,  Kesekretariatan  Lembaga"  Tertinggil Tinggi  Negara,  Instansi  Vertikal  didaerah ­ daerah  dan  Kepaniteraan  Pengadilan. 

d.  Formasi  adalah  jumlah  dan  susunan  oleh  suatu  organisasi  negara  agar  pokok  untuk  jangka  waktu  tertentu  yang  berwenang. 

pangkat  PNS  yang  diperlukan  . mampu  melaksanakan  tug as  yang  ditetapkan  oleh  Pejabat 

e.  Analisis  Kebutuhan  Pegawai  adalah  untuk  mengetahui  secara 

kongkrit  jumlah  dan  kualitas  Peg awa i  yang  diperlukan  oleh  suatu  unit  organisasi  agar  mampu  melaksanakan  tugasnya  secara  berdaya  guna  dan  berkesinambungan 

f.  Pangkat  adalah  kedudukan  yang  menunjukkan  Pegawai  negeri  Sipil  dalam  Rangkaian  Susunan  digunakan  sebagai  dasar  penggajian. 

tingkat  seseorang  Kepegawaian  dan 

g.  Kenaikan  Pangkat  adalah  penghargaan  yang  diberikan  atas 

pengabdian  Pegawai  negri  Sipil  yang  bersangkutan  terhadap  Negara. 

h.  Jabatan  adalah  kedudukan  yang  menunjukkan  jawab  wewenang  dan  hak  seorang  Pegawai  rangka  susunan  suatu  organisasi. 

tugas  dan  tanggung  Negeri  Sipil  dalam 

i.  Badan  Pertimbangan  Jabatan  dan  Kepangkatan  (BAPERJAKAD 

adalah  badan  yang  membantu  pejabat  yang  berwenang  untuk 

mewujudkan  Objektivitas  Pengangkatan,  Pemindahan  dan 

Pemberhentian  dalam  dan  dari Jabatan  Struktural  serta  pengangkatan  dalam  pang kat. 

(32)

2.   Indikator 

Hal  ­ hal  berikut  dapat  dijadikan  indikator  tentang  adanya  Korupsi,  Kolusi, dan  Nepotisme  : 

a.   Pengadaan  Pegawai 

1)  Penyimpangan  prosedur  pengadaan  Pegawai. 

2)  Penyimpangan  dalam  pengangkatan  pertama. 

3)  Adanya  beberapa  Pegawai  yang  menganggur. 

4)  Adanya  beberapa  Pegawai  yang  tidak  memiliki  keahlian 

dibidangnya. 

5)  Tingginya  kejadian  Pegawai  yang  menggerutu. 

6)  Adanya  Pegawai  yang  tidak  pindah  sejak  penempatan 

pertamanya.  

7)  Adanya  Pegawai  yang  tidak  pernah  cuti  

8)  Dominasi  alumni  tertentu.  

9)  Dominasi  suku  tertentu.  

10)  Hubungan  keluarga.  

b.   Menduduki  Jabatan 

1)  Pengangkatan 

a)   Kebijaksanaan  yang  dianut  instansi  yang  bersangkutan 

bertentangan  dengan  undang  ­ unfdang I peraturan  yang  lebih 

tinggi. 

b)  Adanya  kecenderungan  menempatkan  suku  atau  almamater 

tertentu, anggota  keluarga 

I

famili. 

c)   Adanya  Pegawai I Pejabat  Struktural  yang  telah  memenuhi 

persya rata n  tetapi  tidak  diusulkan  untuk ­­ diangkat  menjadi 

Pejabat  Struktural  yang  lebih  tinggi. 

d)  Adanya  pengangkatan  yang  berdasarkan  perintah  lisan  atau  tertuJis  (Katabelece)  Pejabat  tertentu. 

e}  Adanya  pengangkatan  Pejabat  Struktural  berdasarkan 

kedekatan  dengan  sumber  kekuasaan. 

2)   Pemindahan 

a)   Kebijaksanaan  yang  dianut  instansi  yang  bersangkutan 

bertentangan  dengan  undang  ­ .undang I peraturan  yang  lebih 

tinggi. 

b)  Pegawai  yang  tidak  pernah  pindah I mutasi  tetap  menempati 

posisi  tersebut. 

c)  Pegawai  yang  pindah  I mutasi  ditempat  ­ tempat  tertentu 

(basah I kota  besar). 

(33)

3)   Pemberhentian 

a)   Kebijaksanaan  yang  dianut  instansi  yang  bersangkutan 

bertentangan  dengan  undang  ­ undang I peraturan  yang  lebih 

tinggi. 

b)   Adanya  pemberhentian  yang  berdasarkan  perintah  lisan  atau  tertulis  yang  menguntungkan  pihak ­ pihak  tertentu. 

4)  Pengangkatan  dalam  pangkat 

a)   Kebijaksanaan  yang  dianut  instansi  yang  bersangkutan 

bertentangan  dengan  undang  ­ undang I peratuian  yang  lebih 

tinggi. 

b)  Adanya  kenaikan  pangkat  istimewa  yang  tidak  sesuai  dengan  persyaratan  (PP  3  Tahun  1980  Pasal  13  dan  14). 

c)  Adanya  kenaikan  dalam  pangkat  yang  tidak  sesuai  dengan 

persyaratan  (PP  3  T ahun  1980  Pasal  10  dan  11). 

3. Titik  Rawan 

Yang  menjadi  titik  rawan 

a.   Pengadaan  Pegawai. 

1)  Pembentukan  panitia  penyaringan. 

2)  Pembuatan  dan  pengamatan  naskah  ujian. 

3)  Pemeriksaan  hasil  ujian  dan  penetapan  kelulusan  pelamar.  4)  Pengumuman  penerimaan  pegawai. 

5)  Pengangkatan. 

b.   Mendudu.ki  Jabatan .  . 1)  Pengangkatan 

a)  Prosedur  kebutuhan  formasi  pejabat  struktural. 

b)  Prosedur  pengusulan  peserta  pendidikan  pejabat  struktural 

pleh  Biro 

I

Bagian  Kepegawaian. 

c)  Prosedur  pertimbangan  pemilihan  peserta  pendidikan  pejabat 

struktural  oleh b。ー・セ。ォ。エ

I

Baperjanas. 

d)  Prosedur  penetapan  peserta  pendidikan  pejabat  struktural  oleh  pejabat  yang  berwenang. 

e)  Prosedur  pengusulan  pengangkatan  pejabat  struktural  oleh  Biro 

I Bagian  Kepegawaian. 

f)  Prosedur  pertimbangan  pengangkatan  pejabat  struktural  oleh 

b。ーセイェ。ォ・エ@ I bセー・イェ。ョ。ウN@

g)  Prosedur  penetapan  pengangkatan  pejabat  struktural  oleh 

(34)

..  

2)   Pemindahan 

a)  Prosedur  pembentukan  pola  mutasi  pejabat  struktural. 

b)  Prosedur  pengusulan  mutasi  pejabat  struktural  oleh  Biro  I Bagian  Kepegawaian. 

c)  Prosedur  pertimbangan  mutasi  pejabat  struktural  oleh 

Baperjakat I Baperjanas. 

d)  Prosedur  penetapan  mutasi  pejabat  struktural  oleh  pejabat  yang  berwenang. 

3)   Pemberhentian 

a)  Prosedur  pembentukan  pola  pemberhentian  pejabat  struktural.  b)  Prosedur  pengusulan  pemberhentian  pejabat  struktural  oleh· 

Biro I Bagian  Kepegawaian 

e)  Prosedur  pertimbangan  pemberhentian  pejabat  struktural  oleh  Baperjakat I Baperjanas. 

c)  Prosedur  penetapan  pemberhentian  pejabat  struktural  oleh 

pejabat  yang  berwenang. 

4)  Pengangkatan  dalam  pangkat 

a)  Prosedur  pembentukan  pola  pengangkatan  dalam  jabatan 

pejabat  struktural. 

b)  Prosedur  pengusulan  pengangkatan  dalam  jabatan  pejabat 

struktural  oleh  Biro I Bagian  Kepegawaian. 

c)  Prosedur  pertimbangan  pengangkatan  dalam  jabatan  pejabat  struktural  oleh  Baperjakat I Baperjanas. 

d)  Prosedur  pertimbangan  pengangkatan  dalam  jabatan  pejabat  struktural  oleh  Baperjakat I Baperjanas. 

(35)

D.  ASPEK  TUGAS  POKOK  DAN  FUNGSI  (TUPOKSI) 

1.  Pengertian  TUPOKSI. 

TUPOKSI adalah singkatan dari tugas pokok dan fungsi. 

Pengelolaan  tugas  pokok  dan  fungsi  dapat  diartikan  sebagai  kewajiban  pengelolaan  tugas  pokok  dan  fungsi  satuan  kerja  I proyek  I bag ian  proyek 

dilingkungan  Departemen  Kesehatan  RI  dan  jajarannya  dalam 

penyelenggaraan  program  kesehatan . 

Tugas  pokok  dan  fungsi  yang  dimaksudkan  adalah  seluruh  kegiatan 

pengendalian  oleh   kepala  satuan  kerja I pimpro I pimbagpro  dalam  hal 

pengorganisasian   pelaksaanaan  kegiatan,  kebijaksanaan  pelaksanaan 

kegiatan,  perencanaan  pelaksanaan  kegiatan,  prosedur  pelaksanaan 

kegiatan,  pembinaan  personil.  pelaporan  hasil  kegiatan  dan  pengawasan  intern. 

2.  Indikator  terjadinya  KKN. 

a.   Organisasi  pelaksanaan  kegiatan 

1)   Uraian  tugas  rnasing  ­ rna sing  jabatan  telah  disusun  secara 

tertulis, akan  tetapi  tidak  dilaksanakan. 

Atasan  Pemimpin  ProyeklBagian  Proyek  tidak  selalu  melakukan  pernbinaan  terhadap  Pernimpin  ProyeklPemimpin  Bagian  Proyek 

dilingkungan  k・セ。ョケ。N@ Pengelolaan  ProyeklBagian  Proyek  dilakukan 

oleh  Pimpro/Pimbagpro  dengan  berinisatiflberdiskusi  dengan  pejabat  lama atau atasan strukturalnya 

2)  Terdapat  kekosonga­n  jabatan  dalam waktu yang  relatif  lama . 

Perangkapan  jabatan  sementara  oleh  pej2lbat  yang  setingkat  atau  kepala ­ satuan  kerja  untuk  mernperbesar  kesejahteraan.  Kondisi  ini 

terjadi  pada  satuan  ォ・セ。@ yang  salah  satu  kegiatannya  melakukan 

pungutan/penerimaan  negara  dalam  pelayanan  kesehatan.  (contoh  kornisi,  rabat  dan  lain­lain  pendapatan  ilegal  dibagi  jumlah  jabatan  yang lebih kecil dari yang seharusnya). 

3)   Hasil  akreditasi  tidak  rnenggarnbarkan  kondisi  nyata.  Hasil 

penilaian  persayaratan  akreditasi  tidak  sesuai  dengan  fakta.  Kondisi  atau  data  yang  dikemukanan  dalam  isian  format  evaluasi  akreditasi  tidak  sesuai  dengan  keadaan  sumber  daya  satuan  kerja  yang  bersangkutan. 

b.   Kebijakan  pelaksanaan  kegiatan. 

1)  Adanya  kebijakan  tertulis  tidak  dikomunikasikan  pada  anggota  organisasinya,  misalnya  penunjukan  seseorang  untuk  melakukan  tugas­tugas tertentu yang  bukan tugas pokoknya sendiri. 

2)  Adanya   kebijakan  tertulis  yang  bertentangan  dengan  peraturan  perundang ­ undangan 

(36)

3)  Adanya  kebijakan  tertulis  yang  bertentangan  dengan  tujuan  organisasi. 

4)  Adanya  kebijakan  tertulis  yang  tidak  ditinjau  kembali  I review  secara  periodik. 

c.   Perencanaan 

1)  Rencana  kerja 

I

rencana  operasional  satuan  kerja 

I

proyek 

I

bag ian  proyek  belum  dibuat. 

Prioritas  kegiatan  ditujukan  pada  kegiatan­kegiatan  diluar  keg iatan  pokok yang terkait dengan tujuan prorgam. 

Penggunaan  dana  yang  tidak  terkait  dengan  tujuan  program  yang  telah ditetapkan. 

2)   Rencana  kerja  I rencana  operasional  satuan  kerja  I proyek I bag ian  proyek  dibuat  tanpa  mengacu  pad a  pencapaian  tujuan  khusus I sasaran  dalam  REPETA  ataupun  RENSTRA. 

a)  Kealpaan  pencantuman  kegiatan­kegiatan  kegiatan  dalam  RKIRO  yang  berhubungan  langsung  dengantujuan  khusus/sasaran  program dalam REPET AlRENSTRA. 

b)   Pencantuman  kegiatan­kegiatan  dalam  RKIRO yang  berhubungan  langsung  dengan tujuan  khusus Isasaran  program  dalam  REPETA  dan  RENSTRA  tidak proporsional dibanding kegiatan  lainnya yang  tidak berhubungan langsung dengan program. 

c)   Jenis  dan  volume  kegiatan  yang  tercantum  dalam  rencana  operasional 

I

rencana  kerja  bukan  berdasarkan  fakta 

I

data  prakiraan  yang  logis. tetapi  angka ­ angka  yang  sengaja  dibuat  lebih  banyak 

I

besar. 

3)   Pembahan  realisasi  kegiatan  dalam  rencana  kerja  I rencana  operasional  satuan  kerja 

I

proyek 

I

bagian  proyek  dalam  tahun  yang  sedang  berjalan. 

Permintaan  pimpinan  untuk  kepentingan  tertentu  diluar  alokasi  dana  yang tercantum dalam RKIRO. 

4)  Rencana  kerja 

I

rencana  operasional  tidak  diinformasikan  secara  jelas  kepada  bawahan  dan  pelaksana. 

Penyelenggaraan  kegiatan  dilaksanakan  menurut  kebiasaan,  tidak  sistimatis dan rinci. 

5)  Adanya  intervensi  yang  dilakukan  oleh  pihak  ­ pihak  tertentu  untuk mengi;Joalkan  suatu  perencanaan. 

6)  Pertimbangan  yang  bersifat  subjektif  atas  rencana  masih  sangat  dominan. 

(37)

•  

d. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan : 

1)  Terdapat­ kegiatan  yang  tidak  dilengkapi  prosedur  yang  cukup  jelas. 

2)  Adanya  prosedur  tidak  sejalan  dengan  kebijakan  diatasnya  yang 

telah  ditetapkan i disepakati. 

3)  Prosedur  pengelolaan  obat­obatan,  bahan,  reagen/media,  vaksin  dalam  prosedur kegiatan  belum tertib. 

Terdapat  kondisi  penyimpanan  babat­obatan,  vaksin,  reagensiimedia  perbenihan dalam keadaan  rusak atau  kadaiuarsa. 

4)   Adanya  prosedur  yang  belum  menggambarkan  langkah­Iangkah  yang  seharusnya dilakukan secara sistimatis/kronologis. 

Tindakan  lanjutan  dari  suatu  kegiatan  terkait  sebelumnya  ataupun  pelaksanaan  kegiatan­kegiatan  awal  yang  memerlukan  tindakan  lanjutan,  dilakukan  berdasarkan  pesanan  pihak  lain,  atau  keinginan  tertentu dari pelaksana program . 

S) Buku  Petunjuk  tentang  prosedur  pelaksanaan  kegiatan  bdak 

diterimaltidak dimiliki para pelaksana kegiata

Referensi

Dokumen terkait

Isolat patogen serangga dari habitat asal memiliki virulensi yang tinggi sebagai pengendali hama, hal tersebut sesuai dengan pendapat Fargues and Remaudiere (1977)

[r]

Dengan memperhatikan kelebihan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan pertimbangan lain seperti hasil belajar yang rendah dalam materi Bangun Ruang Sisi

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui rancangan pembelajaran kooperatif dalam PKn, Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

Selain itu, Rachel (2013) juga menyatakan adanya perbedaan yang signifikan dalam pencapaian dan ingatan konsep gravitasi pada siswa yang diajar dengan advance

Hasil akhir dari peneltian ini adalah hukum dari zakat profesi menurut para kiai di pondok pesantren yang ada di jombang adalah di wajibkan, bagi seorang yang berprofesi

Sebelum memulai suatu proses produksi praktikan mendapat lembaran shop drawing dari pembimbing, sebagai panduan apa yang akan di kerjakan.Sebagai contoh berikut adalah

Indikator umur dengan adopsi inovasi pembenah tanah asam humat memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0.685 dengan signifikansi 0.000 yang berati bahwa