• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik habitat kambing hutan Sumatera, Capricornis sumatraensis Bachstein, 1799 di kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik habitat kambing hutan Sumatera, Capricornis sumatraensis Bachstein, 1799 di kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Barat"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK HABITAT KAMBING HUTAN SUMATERA

(

Capricornis sumatraensis

sumatraensis

Bachstein, 1799)

DI KAWASAN DANAU GUNUNG TUJUH,

TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

ENDAH DWI MEIRINA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Endah Dwi Meirina (E34101062). Karakteristik Habitat Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis Bachstein, 1799) di Kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat. Dibimbing oleh Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc.F dan Ir. Dones Rinaldi, MSc.F.

Kambing hutan sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis

Bachstein, 1799) telah dilindungi sejak tahun 1931 berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 Nomor : 266. Populasi kambing hutan sumatera di alam dikhawatirkan akan menurun disebabkan adanya berbagai faktor yang mengancam kelestariannya seperti perburuan liar dan perusakan habitat yang terjadi di Kawasan Danau Gunung Tujuh. Menurut Borner (1974) dalam

Direktorat Penyuluhan KSDA (1994), kawasan Danau Gunung Tujuh merupakan tempat pembiakan ideal untuk kambing hutan.

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik habitat kambing hutan sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis Bachstein, 1799) di kawasan Danau Gunung Tujuh khususnya yang berhubungan dengan : ketersediaan pakan (jenis dan kelimpahan pakan), karakteristik lindungan/cover

(bentuk,suhu, topografi dan vegetasi sekitar cover), dan karakteristik sumber air (bentuk sumber air, ketersediaan air).

Penelitian dilakukan di sekitar Kawasan Danau Gunung Tujuh, Seksi Konservasi Wilayah I Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2005.

Untuk mengetahui keberadaaan kambing huta n sumatera dilakukan inventarisasi satwa. Metode tidak langsung yang digunakan adalah metode berdasarkan jejak. Untuk mengetahui kondisi habitat dilakukan dengan cara analisis vegetasi sehingga diketahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan. Untuk mengeta hui jenis-jenis pakan kambing hutan sumatera dilakukan dengan pengamatan terhadap bekas tumbuhan yang dimakan. Data karakteristik cover

diambil dengan cara mengidentifikasi cover. Data diambil dengan mengukur bentuk cover, suhu cover dan topografi sekitar cover, serta menginventarisasi vegetasi sekitar cover. Data karakteristik sumber air diambil dengan cara menginventarisasi beberapa sumber air yang terdapat di tiap lokasi pengamatan. Data yang diambil berupa pengukuran luas sumber air (panjang dan lebar) dan tingkat keasaman air (pH) serta memperhatikan sebaran sumber air dan ketersediaan air selama musim tertentu.

Keberadaan kambing hutan sumatera dapat diketahui dengan jejak yang ditemukan berupa jejak kaki dan rambut bekas gesekan badan yang menempel pada pohon. Tanda-tanda tersebut didapat ketika melakukan analisis vegetasi dan inventarisasi satwa. Umumnya tanda-tanda ditemukan pada jalur lintasan kambing hutan sumatera. Lokasi ditemukannya jejak kaki antara lain di Gn. Terpanggang, Gn. Kecil, Gn. Jujuhan, Gn. Lumut, Bukit Pondok Saung dan Gn. Hulu Sangir. Lokasi ditemukannya rambut kambing hutan di Gn. Kecil, Gn. Jujuhan dan Gn. Hulu Sangir.

Kambing hutan sumatera merupakan jenis satwaliar yang bersifat browser

(3)

sp.), inai puyuh(Impatiens platypetala), inai hitam (Impatiens sp.), sepau, sekuju, asam sipih (Begonia sp.), asam gunung, pabung (Aralia ferox), dan sepisang (Colocasia antiquorum). Umumnya pakan kambing hutan sumatera terdapat pada tingkat tumbuhan bawah dan semai, karena pada tingkat pertumbuhan tersebut kambing hutan sumatera lebih mudah mendapatkan makanan. Jenis -jenis pakan kambing hutan sumatera dapat dijumpai di setiap lokasi jalur analis vegetasi yaitu pada Gn. Terpanggang, Gn. Kecil, Gn. Jujuhan, Gn. Lumut dan Gn. Hulu Sangir. Kambing hutan sumatera memakan tumbuhan pada tingkat tumbuhan bawah dan semai.

Berdasarkan tanda -tanda keberadaan kambing hutan sumatera seperti jejak kaki dan rambut badan ditemukan 3 lokasi cover yaitu di puncak Gn. Kecil, puncak Gn. Lumut dan Gn. Hulu Sangir. Pada lokasi Gn. Kecil ditemukan 3 buah

cover berupa pohon besar yang pada bagian akarnya berlubang. Cover pohon tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari. Pada Gn. Lumut ditemukan cover berupa cekungan batu. Cover batu tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari. Sedangkan pada Gn. Hulu Sangir hanya ditemukan bekas istirahat di tanah terbuka. Umumnya cover yang ditemukan di lokasi penelitian berupa cover yang terdapat pada ketinggian 2100 m dpl. Cover tersebut umumnya berada pada sisi tebing dengan kemiringan sekitar 60°-80°, sehin gga memudahkan untuk menghindar dari pemangsa. Cover yang ditemukan umumnya berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari karena suhu pada cover

antara 12° -14°C dan kelembaban antara 88%-89%. Vegetasi sekitar cover pohon tersebut umumnya jenis paku kawat, paku sigai, lumut, anggrek, liana, kap, keruduk, semesi, sejau, ampening putih dan kelat putih.

Sumber air minum yang ditemukan di lokasi penelitian berupa 3 anak sungai di Gn. Jujuhan, 2 anak sungai di Gn. Kecil, satu sungai di Gn. Terpanggang, satu anak sungai di Gn. Hulu Sangir, dan satu sungai di Bukit Pondok Saung. Sumber air minum yang ditemukan umumnya berbetuk sungai dan air terjun, tidak ditemukan mata air, cekungan di pohon atau genangan. Sumber air yang ditemukan ketersediaan airnya melimpah dan biasanya berdekatan dengan sumber pakan kambing hutan sumatera. Sumber air untuk minum yang ada umumnya berupa sungai kecil yang selalu mengalir. Umumnya sungai yang merupakan sumber air minum memiliki pH 6 dan air berwarna jernih. Jenis tumbuhan yang ada disekitar sungai antara lain :paku kawat, paku kenukut, paku lahat, sejau, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, lolo ayam, pabung dan sepisang.

(4)

KARAKTERISTIK HABITAT KAMBING HUTAN SUMATERA

(

Capricornis sumatraensis

sumatraensis

Bachstein, 1799)

DI KAWASAN DANAU GUNUNG TUJUH,

TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT

ENDAH DWI MEIRINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh ge lar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Karakteristik Habitat Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis Bachstein, 1799) di Kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman

Nasional Kerinci Seblat

Nama Mahasiswa : Endah Dwi Meirina

NRP : E34101062

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Abdul Haris Mustari , MSc.F Ir. Dones Rinaldi, MSc.F

NIP. 131 935 532 NIP. 131 781 160

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia -Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian mengenai “Karakteristik Habitat Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis Bachstein, 1799) di Kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat” yang disajikan dalam skripsi ini memuat tentang kondisi habitat kambing hutan sumatera yang ada di kawasan Gunung Tujuh. Kambing hutan sumatera merupakan salah satu spesies satwaliar yang langka. Pe nyebab menurunnya populasi kambing hutan sumatera di kawasan Gunung Tujuh diantaranya degradasi habitat karena perladangan dan perburuan liar yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas habitat. Dengan mengetahui kondisi habitat kambing hutan sumatera yang ada di kawasan Gunung Tujuh dapat memberikan masukan bagi pihak Taman Nasional Kerinci Seblat dalam usaha pelestariannya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Terutama kepada keluarga tercinta atas segala doa, kasih sayang, motivasi dan bantuan moril maupun materiil, serta Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc.F dan Bapak Ir. Dones Rinaldi, MSc.F selaku pembimbing yang telah memberikan nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum dapat dikatakan sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor, Maret 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Mei 1983. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Triyono S.W. dan Ibu Suryatini. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1995 di SD Negeri 06 Jakarta Barat, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 206 Jakarta Barat dari tahun 1995 sampai dengan 1998. Pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMU Negeri 34 Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama kuliah di IPB, penulis pernah aktif di Himakova (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan). Pada tahun 2004 penulis melakukan praktek Umum Pengenalan Hutan di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah KPH Banyumas Barat dan KPH Banyumas Timur, serta praktek Umum Pengelolaan Hutan di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Ngawi. Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, maka penulis menyusun skripsi yang berjudul “ Karakteristik Habitat Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis

Bachstein, 1799) di Kawasan Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta kasih sayang-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dan Mama, atas semua pengorbanan, ketulusan, keikhlasan dan kasih sayang yang tiada berbatas, kakakku Mas Budi dan adikku tersayang Andri atas keceriaan yang telah dihadirkan.

2. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MSc.F selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. Dones Rinaldi, MSc.F selaku pembimbing kedua atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, bantuan, saran dan juga dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS sebagai wakil penguji dari Departemen Silvikultur dan Bapak Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS sebagai wakil penguji dari Departemen Hasil Hutan yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk menyempurnakan tugas akhir ini.

4. Kepala Balai Taman Nasional Kerinci Seblat Ir. Soewartono, MM atas bantuan, saran dan perhatiannya.

5. Pak Sahar, Pak Danuri, Pak Ides dan Mak Ides atas kekeluargaannya.

6. Staf Balai Taman Nasional Kerinci Seblat Bang Simbolon, Bang Wira, Bang Dedi, Uda, Pak Untung, Babeh, Mbak Lintang dan Giri atas kebersamaannya. 7. Keluarga besar KSH’38 ceria, atas semangat dan kebersamaan yang telah

terjalin selama ini, sungguh suatu kebanggaan bisa menjadi bagian dari kalian. 8. Rekan-rekan PKL Taman Nasional Kerinci Seblat (Nure, Golin, Mas Kaka,

Purie dan Dedet), atas semua suka dan duka yang telah kita lewati bersama, semuanya akan menjadi kenangan yang indah dan tak terlupakan, Wish U all the best.

9. Ibu dan Bapak di KPAP DKSHE, Ibu Evan, Ibu Titin, Ibu Tuti, Ibu Eti, Ibu Fifi dan Pak Acu, yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan administrasi.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioekologi kambing hutan sumatera 1.Taksonomi ... 4

2.Morfologi ... 4

B. Penyebaran ... 5

C. Habitat... 6

D. Perilaku... 8

E. Populasi... 10

F. Pakan... 10

III. KONDISI UMUM LOKASI A. Letak dan Luas ... 11

B. Kondisi Fisik Kawasan 1. Topografi... 11

2. Geologi dan Tanah... 12

3. Iklim... 12

(10)

C. Kondisi Biologi Kawasan

1. Vegetasi... 13

2. Satwa ... 14

D. Aksesibilitas ... 14

E. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Gunung Tujuh ... 15

IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 16

B. Alat dan Bahan ... 16

C. Jenis Data 1.Data primer ... 16

2.Data sekunder... 16

D. Metode kerja 1. Kegiatan Pendahuluan... 17

2.Pengumpulan data ... 17

3.Analisis data ... 20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keberadaan kambing hutan sumatera ... 22

B. Kondisi habitat ... 26

C. Pakan... 32

D. Cover... 40

E. Sumber air... 44

F. Ancaman... 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor teks halaman

1. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan dari Tahun 1995 – 2003 di

Kawasan Gunung Tujuh ... 12

2. Jejak kaki kambing hutan sumatera ... 22

3. Rambut kambing hutan sumatera ... 25

4. Penyebaran jejak kambing hutan sumatera ... 26

5. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dan tingkat Keanekaragaman (H’ ) di Hutan Pegunungan Bawah ... 27

6. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dan tingkat Keanekaragaman (H’) di Hutan Pegunungan ... 28

7. Indeks Keanekaragaman Jenis tiap Tingkat Pertumbuhan... 31

8. Nilai Kerapatan pada Berbagai Tingka t Pertumbuhan... 31

9. Tumbuhan pakan kambing hutan sumatera yang terdapat di areal penelitian. ... 33

10. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah pada tipe Hutan Pegunungan bawah ... 37

11. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuha n semai pada tipe Hutan Pegunungan... 37

12. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah pada tipe Hutan Pegunungan bawah ... 38

13. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan tumbuhan semai pada tipe Hutan Pegunungan... 38

14. Bentuk cover, suhu, topografi dan vegetasi sekitar cover... 40

15. Sumber air minum di sekitar Danau Gunung Tujuh ... 45

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor teks halaman

1. Kambing hutan sumatera ... 5

2. Peta penyebaran kambing hutan sumatera ... 6

3. Peta Kawasan Danau Gunung Tujuh ... 11

4. Lokasi penelitian di sekitar kawasan Danau Gunung tujuh ... 16

5. Bentuk jejak kaki kambing hutan sumatera ... 18

6. Bentuk Jalur Analisis Vegetasi ... 19

7. Jejak kambing hutan di Gn. Terpanggang... 23

8. Jejak kambing hutan di Gn. Jujuhan ... 23

9. Jejak kambing hutan di Gn. Kecil ... 24

10. Jejak kambing hutan di Gn. Lumut ... 24

11. Jejak kambing hutan di Gn. Lumut ... 24

12. Jejak kambing hutan di Gn. Hulu Sangir ... 25

13. Jejak kambing hutan di Bukit Pondok Saung... 25

14. Gesekan badan kambing hutan di Gn. Hulu Sangir ... 26

15. Gesekan badan kambing hutan di Gn.Kecil ... 26

16. Profil pohon Hutan Pegunungan Bawah... 29

17. Profil pohon Hutan Pegunungan... 29

18. Pakan kambing hutan sumatera jenis Inai puyuh (Impatiens platypetala) ... 33

19. Pakan kambing hutan sumatera jenis Nuju ... 33

20. Pakan kambing hutan sumatera jenis Kacande putih (Pilea sp.) ... 33

21. Pakan kambing hutan sumatera jenis Inai hitam (Impatiens sp.) ... 33

22. Pakan kambing hutan sumatera jenis Asam sipih (Begonia sp.)... 34

23. Pakan kambing hutan sumatera jenis Sepisang (Colocasia antiquorum) ... 34

24. Pakan kambing hutan sumatera jenis Sekuju ... 34

25. Pakan kambing hutan sumatera jenis Sepau ... 34

26. Pakan kambing hutan sumatera jenis Pabung (Aralia ferox) ... 34

(13)

28. Bekas gigitan pada Kacande putih (Pilea sp.)... 35

29. Bekas gigitan pada Inai puyuh (Impatiens platypetala)... 35

30. Bekas gigitan pada Nuju ... 35

31. Bekas gigitan pada Nuju ... 35

32. Nilai Keanekaragaman Jenis Pakan Kambing hutan sumatera di tipe Hutan pegunungan bawah an hutan Pegunungan ... 38

33. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat ... 42

34. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat ... 42

35. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat ... 42

36. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat ... 42

37. Cover kambing hutan sumatera di Gn. Lumut sebagai tempat istirahat 43 38. Bekas istirahat kambing hutan sumatera Gn. Hulu Sangir... 43

39. Curah hujan selama bulan Agustus-Oktober Tahun 2000-2003... 44

40. Sumber air Gn. Jujuhan ... 46

41. Sumber air Gn. Jujuhan... 46

42. Sumber air Gn. Jujuhan... 46

43. Sumber air Gn.Kecil ... 47

44. Sumber air Gn.Kecil ... 47

45. Sumber air Gn. Terbakar ... 48

46. Sumber air Gn. Hulu sangir ... 48

47. Sumber air Bukit Pondok Saung... 48

48. Peta Habitat Kambing hutan sumatera di kawasan Gunung Tujuh... 49

49. Pembukaan lahan untuk perladangan... 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor teks halaman

1. Indeks Nilai Penting Analisis vegetasi Tipe Hutan Pegunungan

Bawah... 57

2. Indeks Nilai Penting Analisis vegetasi Tipe Hutan Pegunungan... 61

3. Indeks Nilai Penting Pakan pada Hutan Pegunungan bawah... 65

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kambing hutan sumatera (Capricornis sumatraensis Bachstein, 1799) merupakan salah satu spesies mamalia yang penyebarannya hanya terdapat di Asia meliputi India, Cina bagian Selatan, Burma, Thailand, Malaysia dan Indonesia (Lekagul dan McNeely, 1977). Kambing hutan sumatera yang terdapat di Indonesia merupakan subspesies (Capricornis sumatraensis sumatraensis

Bachstein, 1799) dimana penyebarannya hanya terdapat di daerah pegunungan dan dataran tinggi Sumatera yaitu di Gunung Kerinci, Dataran Tinggi Padang, Gunung Talaman, Pegunungan Tapanuli, Gunung Leuser, daerah utara sisi Sungai Alas, Danau Gunung Tujuh dan Lampung (Direktorat Penyuluhan KSDA, 1994).

Kambing hutan sumatera telah dilindungi sejak tahun 1931 berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Nomor : 266 tahun 1931 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan diperkuat dangan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemya melalui SK Menhut tanggal 10 juni 1991 No:301/kpts-II/1991 dan SK Menhut tanggal 8 September 1992 No:882/kpts-II/1992 (Sutedja, 1993). Kambing hutan sumatera terdaftar dalam Red Data Book IUCN (The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) sebagai satwa langka yang dikhawatirkan akan punah (IUCN, 1973). Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), kambing hutan sumatera termasuk satwa dalam kategori Appendix I (satwa yang dilindungi dan tidak boleh diperjualbelikan) (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).

(16)

Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix brachyura), Kancil (Tragulus javanicus), Simpai (Presbytis melalophos), dan Siamang (Hylobates syndactylus). Panorama alam yang dapat dilihat yaitu Danau Gunung Tujuh, bukit anggrek, Gunung Lumut dan Gunung Kecil dimana terdapat kantung semar (Farida dan Dahruddin, 2003). Menurut Borner (1974) dalam Direktorat Penyuluhan KSDA (1994), Kawasan Danau Gunung Tujuh merupa kan tempat pembiakan ideal untuk kambing hutan.

Menurunnya populasi kambing hutan sumatera di kawasan Gunung Tujuh diperkirakan disebabkan oleh berkurangnya habitat dan perburuan liar. Berkurangnya habitat disebabkan oleh adanya perambahan hutan untuk membuka perladangan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat sekitar. Hal ini akan mengancam kelestarian dari kambing hutan sumatera tersebut, karena pe nebangan pohon yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dapat mengakibatkan rusaknya beberapa aspek habitat Kambing hutan sumatera, baik yang berhubungan dengan ketersediaan pakan, air, dan cover (TNKS-ICDP, 2002) . Perburuan kambing hutan pada awalnya adalah untuk mendapatkan sumber makanan tetapi akhirnya berkembang sampai menjadi komoditi ekonomi masyarakat disekitar kawasan untuk mendapatkan kulit sebagai hiasan dinding dan tanduknya. Tanduk kambing hutan dipercaya masyarakat dapat menetralisis racun dan mengobati beberapa jenis penyakit. Adanya khasiat khusus dari tanduk kambing hutan ini, membuat perburuan terhadap kambing hutan semakin intensif dan populasi kambing hutan berkurang dan sampai pada titik langka pada saat ini (Tarigan, 1999).

(17)

B. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik habitat kambing hutan sumatera di Kawasan Danau Gunung Tujuh khususnya yang berhubungan dengan : ketersediaan pakan (jenis dan kelimpahan pakan), karakteristik lindungan/cover (bentuk, suhu, topografi dan vegetasi sekitar cover), dan karakteristik sumber air (bentuk sumber air, ketersediaan air).

C. Manfaat

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Kambing Hutan Sumatera

1. Taksonomi

Menurut Grzimek (1975) ; Lekagul dan McNeely (1977), secara taksonomi kambing hutan sumatera termasuk dalam :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Artiodactyla Sub Ordo : Ruminantia Family : Bovidae Sub Family : Caprinae Genus : Capricornis

Spesies : Capricornis sumatraensis

Subspesies : (Capricornis sumatraensis sumatraensis

Bachstein, 1799)

Nama daerah : kambing utan, bandut, beder (Amir, 1978).

Kambing hutan terdiri dari 3 spesies yaitu Capricornis sumatraensis, Capricornis bailey dan Capricornis crispus (Walker, 1975). Sedangkan kambing hutan sumatera terdiri dari 7 sub spesies yaitu Capricornis sumatraensis thar, Capricornis sumatraensis humei, Capricornis sumatraensis rodoni, Capricornis sumatraensis jamrachi, Capricornis sumatraensis robinsari, Capricornis

sumatraensis swettenhami, dan Capricornis sumatraensis sumatraensis

(Zoological society, 1908). Capricornis sumatraensis sumatraensis merupakan subspesies kambing hutan sumatera endemik Pulau Sumatera (Lekagul dan McNeely, 1977).

2. Morfologi

(19)

Telinganya panjang, sempit dan berujung runcing, ukurannya lebih panjang dari pada tanduk. Kira-kira 3 cm di bawah matanya terda pat kelenjar muka yang nampak seperti tonjolan bulat. Rambut badannya agak lebat dan kasar, sepintas seperti rambut babi hutan, berwarna hitam (Direktorat Penyuluhan KSDA, 1994).

Berat badan kambing hutan sumatera dewasa sekitar 80 kg dengan panjang badan antara 1,40 m-1,55 m, tinggi antara 0,85 m-0,94 m. Panjang telinga berkisar antara 17,5 cm-20,5 cm dan panjang ekor antara 11,5 cm-16,0 cm. Tanduk agak pendek, besar dan lengkung, panjang berkisar antara 11,5 cm-22,5 cm (Lekagul dan McNeely, 1977).

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), di bawah batang lehernya sering terdapat rambut yang berwarna putih atau merah kecoklatan. Pada bagian dasar tanduknya terdapat banyak sekali lingkaran-lingkaran tipis. Tanduk yang betina lebih pendek 25 mm-50 mm, sedikit le bih tipis dan lebih sedikit lengkungannya. Ekor kambing hutan sumatera pendek dan tebal, kukunya pendek dan padat. Perbedaan ukuran atau bentuk antara jenis kelamin hanya sedikit, sehingga akan sulit untuk membedakannya di lapangan (dapat dilihat pada gambar 1).

Sumber : FFI, 2005

Gambar 1. Kambing hutan sumatera

B. Penyebaran

(20)

Pegunungan Tapanuli, Gunung Leuser terutama daerah lembah Sungai Mamas serta daerah utara sisi Sungai Alas, Danau Gunung Tujuh dan Lampung (Direktorat Penyuluhan KSDA, 1994).

Menurut Zon (1979), kambing hutan sumatera yang sekerabat dijumpai juga di India bagian utara, Cina bagian selatan, Taiwan, Jepang dan daratan Asia Tenggara. Sedangkan menurut Lekagul dan McNeely (1977), penyebaran kambing hutan sumatera meliputi daerah Punjab dan Kashmir, Himalaya sampai Assam, Cina bagian selatan, Burma, Indochina, Thailand, Malaysia dan Sumatera (dapat dilihat dalam gambar 2).

Gambar 2. Peta penyebaran kambing hutan sumatera

C. Habitat

(21)

Habitat merupakan suatu bagian dari ekosistem, sehingga untuk menjamin kelestarian habitat berarti kelangsungan dari setiap hubungan di dalam sistem harus dipertahankan. Rusaknya hubungan dalam suatu sistem akan mempengaruhi sistem lain sehingga secara langsung atau tidak langsung akan merusak habitat. Kerusakan habitat dapat disebabkan beberapa hal antara lain aktifitas manusia, gangguan satwaliar dan manusia serta bencana alam (Alikodra, 2002).

Salah satu komponen yang penting dalam suatu habitat adalah tumbuhan pakan sebagai penyedia energi bagi satwa dan dapat menjadi salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan populasi dan penyebaran satwa. Makanan harus tersedia dalam jumlah yang cukup bagi satwa, jika tidak ada atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan, kemungkinan akan terjadi perpindahan untuk mencari daerah baru. Apabila hal ini juga tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beberapa akibat yakni menurunnya kondisi kesehatan satwa, kelaparan yang menyebabkan kematian, penurunan populasi, bahkan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan punahnya satwa tersebut (Anonimus, 1986 dalam Ramadhani, 2002).

Menurut Alikodra (2002), makanan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan satwaliar. Satwaliar perlu makan untuk mendapatkan energi dalam proses-proses metabolisme dasar dan tambahan kalori sehingga dapat melakukan aktivitas hariannya. Energi tersebut didapatkan dari berbagai macam sumber makanan seperti buah dan daun. Kuantitas dan kualitas makanan yang diperlukan oleh satwaliar, berbeda menurut jenis, perbedaan kelamin, kelas umur, fungsi fisiologis, musim, cuaca, dan kondisi geografis. Satwa herbivora akan memilih makanan yang baik seperti daun, pucuk, bunga dan makanan lain yang banyak mengandung gizi.

(22)

satwaliar. Salah satu komponen struktur lingkungan yang berperan sebagai pelindung adalah vegetasi. Struktur vegetasi hutan, sebagai salah satu bentuk pelindung, berfungsi sebagai : tempat persembunyian (hiding cover) dan tempat penyesuaian terhadap perubahan temperatur (thermal cover). Hal ini dapat dilihat dari kondisi kerapatan vegetasi yang berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang sampai di lantai hutan (Alikodra, 1990).

Satwaliar memerlukan air untuk berbagai proses, yaitu pencernaan makanan dan metabolisme, mengangkut bahan-bahan sisa, dan untuk pendinginan dalam proses evaporasi. Jenis-jenis satwaliar mendapatkan air dari berbagai sumber, yaitu : (1) air bebas yang tersedia di danau, kolam ataupun sungai, (2) bagian vegetasi yang mengandung air, (3) embun, dan (4) air yang dihasilkan dari proses-proses metabolisme lemak maupun karbohidrat dalam tubuh (Alikodra, 2002).

Kambing hutan sumatera mendiami hutan berbukit dan pegunungan di Bukit Barisan pada ketinggian 200 m-3000 m di atas permukaan laut (Zon, 1979). Tempat tinggal yang disukainya ialah semak yang lebat juga daerah berbatu kapur dan bertebing curam. Kambing hutan sumatera juga suka menghuni tebing-tebing untuk bersembunyi pada siang hari. Bagian tebing yang dipilihnya ialah yang menghadap ke lembah/jurang. Sedangkan untuk tempat tidur dan berkembang biak kambing hutan suka bersembunyi di dalam gua -gua yang tidak dalam yang terdapat pada tebing-tebing di puncak bukit (Sastrapradja, 1982).

D. Perilaku

(23)

terlalu cepat, tetapi mereka menapak dengan mantap dalam menuruni lereng curam dan lereng berkarang. Pada siang hari, kambing hutan bersembunyi di bawah semak-semak belukar. Kambing hutan juga suka menghuni tebing-tebing untuk bersembunyi pada siang hari. Bagian tebing yang dipilihnya ialah yang menghadap ke lembah atau jurang. Kambing hutan suka bersembunyi dalam gua-gua yang tidak dalam (Direktorat PPA, 1978). Kambing hutan sumatera mempunyai tempat-tempat yang berbeda untuk istirahat, membuang kotoran dan menggosok-gosokkan tanduknya (Walker, 1975).

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), kambing hutan sumatera sulit untuk diamati karena penciuman, pendengaran, dan penglihatannya tajam, kebiasaannya menyendiri serta habitatnya yang sulit. Bila secara tiba -tiba berhadapan dengan manusia, ada kemungkinan kambing hutan sumatera akan berdiri diam dan memandang untuk beberapa saat, kemudian bergegas pergi menuruni bukit ke dalam vegetasi yang lebat. Tanda bahayanya bermacam-macam, seperti antara embikan dan raungan, siulan melengking yang aneh atau antara dengusan dan siulan. Sedangkan menurut Walker (1975), tanda bahaya yang dikeluarkan oleh kambing hutan ketika dalam bahaya, marah atau terluka, berupa kombinasi yang aneh dari dengusan dan bunyi siul yang melengking.

Menurut Lekagul dan McNeely (1977), lama bunting kambing hutan sumatera sekitar 7 bulan, dimana akhir bulan Oktober-November merupakan masa musim kawin kambing hutan sumatera.

Menurut Walker (1975), Lekagul dan McNeely (1977) anak kambing hutan sumatera yang dilahirkan antara 1 sampai 2 ekor dalam setiap kelahiran, sedangkan menurut Direktorat PPA (1978) menyatakan hanya 2 ekor. Anak yang lahir akan dipelihara oleh induknya selama hampir 1 tahun (Lekagul dan McNeely, 1977).

(24)

E. Populasi

Kambing hutan sumatera merupakan salah satu satwaliar yang sulit ditemui secara langsung sehingga untuk mengetahui populasi kambing tersebut sulit untuk dilakukan. Pihak TNKS belum mempunyai data pasti populasi kambing hutan sumatera yang ada di kawasan TNKS. Menurut Lekagul dan McNeely (1977), biasanya kambing hutan sumatera mengembara sendirian (soliter) atau dalam kelompok kecil kira-kira 3 sampai 6 ekor. Kelompok kecil tersebut biasanya terdiri dari jantan sebagai pemimpin, betina sebagai induk dan anak-anak. Sedangkan menurut Medway (1978), kambing hutan sumatera hidup menyendiri atau berpasangan.

F. Pakan

Kambing hutan sumatera merupakan jenis satwaliar yang be rsifat browser

(25)

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

Kawasan Gunung Tujuh terletak antara 1º05’ -3º44’LS dan 100º36’-102º48’BT. Kawasan Gunung Tujuh dan sekitarnya yang berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi (dapat dilihat pada gambar 3). Kawasan tersebut ditetapkan sebagai wilayah TNKS, berdasarkan SK Menhut No.46/kpts/II/1987, pada tanggal 12 Februari 1987. Kawasan Gunung Tujuh yang dikelola secara intensif oleh TNKS berada di wilayah kaki Gunung Tujuh, Danau Gunung Tujuh, termasuk sebagian dari Hutan Sangir Hulu dan Gunung Kerinci, yang secara keseluruhan mencapai luas ± 11.470 Ha.

Gambar 3. Sketsa Kawasan Danau Gunung Tujuh

B. Kondisi Fisik Kawasan

1. Topografi

(26)

kelerengannya berkisar antara 2% -15%, semakin mendekati puncak kelerengannya antara 15% -40%.

2. Geologi dan Tanah

Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera merupakan pembentuk sebagian besar lapisan geologi di wilayah TNKS. Kondisi geologi di Kawasan Gunung Tujuh dipengaruhi oleh proses vulkanis Gunung Kerinci di masa lalu. Tipe tanah yang terdapat di Kawasan Gunung Tujuh juga dipengaruhi pula oleh proses vulkanis Gunung Kerinci. Tipe tanah yang terdapat di Kawasan Gunung Tujuh antara lain tipe Andosol yang merupakan tanah muda yang berasal dari bahan-bahan yang kaya akan kelas vulkanis dengan permukaan horizon yang gelap. Jenis tanah Andosol ini kesuburannya sedang di daerah tropika yang lembab. Selain itu terdapat tipe Latosol yang seringkali berwarna merah tua. Tanah-tanah dari gunung-gunung yang senantiasa hijau dicirikan oleh suatu urutan dimulai dari latosol melalui tanda -tanda Podsolik merah-kuning, lalu ke tanah-tanah dangkal yang menyerupai tanah coklat asam sampai ketinggian 1000 m dpl. Tanah Aluvial agak jarang, umumnya hanya terdapat di lembah Kerinci.

3. Iklim

Kondisi iklim di kawasan Gunung Tujuh sama dengan kondisi iklim di Kabupaten Kerinci. Hal ini karena secara geografis berada dalam satu kawasan dan juga memiliki ciri-ciri fisiografis yang serupa. Iklim kawasan Gunung Tujuh termasuk tipe iklim A. Suhu udara berfluktuasi pada 12-28ºC, dengan rata-rata hari hujan 15,3/bulan. Akan tetapi persentase kelembaban cukup tinggi yaitu 87,4%.

(27)

4. Hidrologi

Kawasan Gunung Tujuh mempunyai nilai penting sebagai daerah tangkapan air. Banyak sungai berasal dari kawasan ini menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar. Sumber air tersebut berasal dari Danau Gunung Tujuh, Rawa Bento dan Sungai Sangir. Kawasan Gunung Tujuh termasuk dalam DAS Batanghari, Sub DAS Batanghari Hulu seluas 234.000 Ha. Sub Das Batanghari Hulu sendiri terdiri dari berbagai sungai yaitu Batang Tebo, Batang Tabir, Batang Sangir, dan Batang Merangin -Tembesi. Sumber air di daerah hulu DAS Batang hari yang berada di dalam kawasan TNKS berasal dari Danau Gunung Tujuh yang berada pada ketinggian 1996 m dpl, dengan luas batas permukaan danau sekitar 1000 Ha, kedalaman 40 m, dan kandungan air diperkirakan mencapai 400 juta m3.

C. Kondisi Biologi Kawasan

1. Vegetasi

Tipe hutan di kawasan Gunung Tujuh berdasarkan ketinggiannya berkisar antara 1400-2700 m termasuk dalam campuran beberapa tipe hutan yaitu, Hutan Pegunungan Bawah (1400-1900 m), Hutan Pegunungan (1900-2400 m) dan Sub Alpin (>2400 m) (Laumonier, 1997). Karakteristik vegetasi berdasarkan ketinggian yang ada di kawasan Gunung Tujuh dan sekitarnya yaitu pada hutan dataran tinggi, pepohonan memiliki tajuk rapat dan tinggi. Ketinggian pohon lapisan tajuk bawah berkisar antara 20-30 m. Jenis khas yang masih bisa ditemukan dengan tinggi pohon mencapai 50 m, khususnya Shorea platyclados

dan liana.

Pada tipe hutan pegunungan bawah (1400-1900 mdpl) ruang terbuka lebih banyak dibandingkan hutan dataran tinggi, sebaliknya lumut dan jenis -jenis epifit meningkat berkorelasi dengan naiknya kelembaban udara. Jenis-jenisnya antara lain Lithocarphus pallidis, Euginea sp., Quercus sp., menempati tajuk bagian atas. Sedangkan semak-semaknya didominasi famili Myrsinaceae, Rubiaceae, dan

(28)

pegunungan atas (>2400 mdpl), umumnya sangat lembab dan berkabut, sehingga lumut semakin melimpah. Di atas lumut ini sering ditumbuhi tanaman kantung semar, yang merupakan jenis endemik di Kawasan Gunung Tujuh.

2. Satwa

Satwa mamalia besar penting yang terdapat di Gunung Tujuh antara lain, Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Beruang (Helarctos malayanus), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Tapir (Tapirus indicus), Kambing hutan sumatera (Capricornis sumatraensis), Babi hutan (Sus scrofa), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix brachyura), Kancil (Tragulus javanicus), sedangkan jenis-jenis primata seperti Simpai (Presbytis malalophos), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan Siamang (Hylobates syndactylus).

Jenis-jenis burung yang ada di kawasan ini antara lain Sepah gunung (Pericrocotus miniatus), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cekakak sungai (Halcyon chloris), Raja Udang Meninting (Alcedo meninting), Anis hutan (Zoothera andromedae), Kekep babi (Arthamus leucorhynchus), Poksai gunung (Garraulax mitratus), Kipasan gunung (Rhipidura albicolli), Burung-madu ekor merah (Aethopyga temminckii), Bentet kelabu (Lannis sebach), Wallet linchi (Collocalia linchi), dan salah satu spesies burung yang dilindungi yaitu Rangkong badak (Buceros rhinoceros).

D. Aksesibilitas

Untuk mencapai kota Sungai Penuh dapat ditempuh melalui jalur udara, laut, maupun darat. Beberapa bandara udara sebagai pintu gerbang menuju kota Sungai Penuh yaitu, Bandara Udara Tabing (Padang), Sultan Taha (Jambi), Padang Kemiling (Bengkulu) dan Talang Betutu (Palembang). Sedangkan transportasi laut dapat dicapai melalui pelabuhan Muara Sabak (Jambi) dan Teluk Bayur (Padang) yang kemudian dapat dilanjutkan dengan transportasi darat. Jalur transportasi darat antara lain :

• Padang-Tapan-Sungai Penuh

(29)

•Jambi-Muara Bungo-Sungai Penuh

•Jambi-Sarolangun-Sungai Penuh

•Palembang-Lubuk linggau-Sungai Penuh

• Bengkulu-Curup-Sungai Penuh

Dari Sungai Penuh menuju kawasan Gunung Tujuh dapat melalui jalan aspal sejauh ± 56 Km sampai Desa Pelompek. Dari ujung Desa Pelompek (desa terdekat dengan Gunung Tujuh), menuju kawasan Gunung Tujuh (Pos Gunung Tujuh) sejauh ± 2 Km dengan kondisi jalan beraspal. Dari Pos Gunung Tujuh menuju Danau Gunung Tujuh melalui jalan setapak sejauh ± 8 Km.

E. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Gunung Tujuh

(30)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekitar kawasan Danau Gunung Tujuh, Seksi Konservasi Wilayah I Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat (dapat dilihat pada gambar 4). Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2005.

Gambar 4. Lokasi penelitian di sekitar Kawasan Danau Gunung Tujuh

B. Alat dan Bahan

(31)

C. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa karakteristik habitat kambing hutan sumatera yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur (text book, skripsi, internet, jurnal) dan wawancara dengan masyarakat sekitar.

1.Data primer

Data karakteristik habitat kambing hutan sumatera yang terdiri dari : a. Jenis dan kelimpahan pakan.

b. Karakteristik cover (bentuk, suhu cover), vegetasi dan topografi sekitar cover.

c. Karakteristik sumber air (bentuk sumber air, luas sumber air dan pH air) dan ketersediaan air.

2.Data sekunder

Data sekunder yang diambil yaitu data curah hujan, jenis pakan kambing hutan sumatera, dan ancaman terhadap kambing hutan sumatera.

D. Metode Kerja

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan meliputi :

a. Orientasi lapang, yang bertujuan untuk mencari informasi dan konsultasi pada pihak yang berwenang untuk mengenal secara keseluruhan lokasi penelitian dan mencocokkan keadaan lapang dengan peta lokasi.

b. Menentukan dugaan lokasi kambing hutan khususnya yang berhubungan dengan ketersediaan pakan, ketersediaan air, dan cover untuk dilakukan pengumpulan data.

2. Pengumpulan Data

(32)

Metode tidak langsung yang digunakan adalah metode berdasarkan jejak (Arief, 1999). Metode tersebut dilakukan pada jalur lintasan kambing hutan sumatera. Data jejak yang diambil adalah panjang dan lebar jejak, serta umur jejak (Van strien, 1983).

Panjang jejak

lebar jejak

Gambar 5. Bentuk jejak kaki kambing hutan sumatera

b. Kondisi habitat

(33)

dan 10 m x 10 m untuk tingkat pertumbuhan tiang. Data yang dikumpulkan untuk tingkat pertumbuhan pohon dan tiang adalah jenis pohon, diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang dan tinggi total. Untuk tingkat pancang dan semai meliputi jenis tumbuhan dan jumlah individu setiap jenis (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

10 m 10 m

10 m

Arah jalur 20 m

20 m

100 m

Gambar 6. Bentuk Jalur Analisis Vegetasi

c. Jenis-jenis pakan

Untuk mengetahui jenis-jenis pakan kambing hutan sumatera dilakukan dengan melihat bekas tumbuhan yang dimakan. Pengamatan dilakukan di sepanjang jalur analisis vegetasi dan jalur yang biasa dilewati kambing hutan. Selain itu informasi jenis-jenis pakan kambing hutan sumatera didapat dari pemandu lapang yang pernah melakukan perjumpaan langsung.

d. Karakteristik Cover

Data karakteristik cover diambil bersamaan dengan dilakukannya analisis vegetasi dan inventarisasi satwa. Data diambil dengan cara mengidentifikasi cover. Data yang diambil yaitu bentuk cover, suhu cover, vegetasi dan topografi sekitar cover. Penentuan cover dilakukan berdasarkan tanda keberadaan kambing hutan pada cover tersebut. Tanda keberadaan kambing hutan sumatera dapat berupa tapak kaki di permukaan tanah, feses (kotoran), bagian-bagian tubuh yang ditinggalkan, bau-bauan, dan tanda-tanda lain.

(34)

vTapak kaki

Hal yang harus diperhatikan yaitu bentuk, ukuran, dan prakiraan umur jejak.

vFeses

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah bentuk dan ukuran fesesnya.

vBagian-bagian tubuh yang ditinggalkan

Pada kambing hutan sumatera bagian tubuh yang sering ditinggalkan berupa rambut.

vBau-bauan

Untuk mengetahui bau dari kambing hutan sumatera, dimana diperkirakan mungkin tidak jauh berbeda dengan bau kambing biasa.

vTanda-tanda lain

Tanda-tanda lain pada kambing hutan sumatera yang sering dilakukan yaitu gesekan tanduk pada pohon tertentu.

e. Karakteristik Sumber air

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi Kambing hutan sumatera untuk minum. Untuk itu perlu diinventarisasi beberapa sumber air yang terdapat di tiap lokasi pengamatan apakah digunakan untuk minum oleh kambing hutan atau tidak. Sumber air tersebut dapat berupa sungai, genangan, cekungan pohon. Data yang diambil berupa bentuk sumber air, sebaran sumber air tersebut, dan ketersediaan air selama musim tertentu. Selain itu sebagai data tambahan dilakukan pengukuran luas sumber air (panjang dan lebar) dan tingkat keasaman air dengan menggunakan kertas pH.

3. Analisis Data

(35)

b.Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas. Dominansi dapat dilihat dari nilai Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh dari penjumlahan nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) untuk tingkat semai dan pancang serta ditambah nilai dominansi relatif (DR) untuk tingkat tiang dan pohon (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Persamaan yang digunakan adalah:

Kerapatan jenis ke -i (Ki) =

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan dapat menggunakan persamaan indeks Shannon yaitu (Krebs, 1978) :

H’=-∑

(36)

c.Karakteristik Cover

Paramater cover yang diambil meliputi bentuk cover (panjang, lebar), suhu cover, serta vegetasi dan topografi sekitar cover. Dari data cover yang terkumpul dilakukan uraian dalam bentuk kualitatif dan deskriptif berupa gambar dan tabel. Uraian deskriptif merupakan penggambaran langsung dari hasil-hasil pengukuran dan kondisi sebenarnya di lapangan.

d.Karakteristik Sumber Air

(37)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keberadaan Kambing Hutan Sumatera

Keberadaan kambing hutan sumatera dapat diketahui dengan jejak yang ditemukan berupa jejak kaki dan rambut bekas gesekan badan yang menempel pada pohon. Tanda-tanda tersebut didapat ketika melakukan analisis vegetasi dan inventarisasi satwa. Umumnya tanda-tanda ditemukan pada jalur lintasan kambing hutan sumatera.

Tabel 2. Jejak kaki kambing hutan sumatera

Koordinat Lokasi Ukuran Umur

47 M 0768782

(38)

Pada lokasi Gn. Terpanggang ditemukan satu jejak kambing hutan sumatera. Jejak tersebut berumur 2 hari dengan ukuran pj=6cm, dan lb=5cm (dapat dilihat pada gambar 7).

Gambar 7. Jejak kambing hutan Gn. Terpanggang

Pada lokasi Gn. Jujuhan ditemukan tiga jejak kambing hutan sumatera. Jejak 1 berumur 7 hari dengan ukuran pj=6cm dan lb=5cm. Jejak 2 berumur 4 hari dengan ukuran pj=7cm danlb=6cm. Jejak 3 berumur 3 hari dengan ukuran pj=7 cm dan lb=6 cm (dapat dilihat pada gambar 8).

(39)

Pada lokasi Gn. Kecil ditemukan tiga jejak kambing hutan sumatera. Jejak 1 berumur 1 hari dengan ukuran pj=7cm dan lb=6cm. Jejak 2 berumur 2 hari dengan ukuran pj=5cm dan lb=4cm. Jejak 3 berumur 2 hari dengan ukuran pj=6cm dan lb=5cm (dapat dilihat pada gambar 9).

Gambar 9. Jejak kambing hutan di Gn. Kecil

Pada lokasi Gn. Lumut ditemukan dua jejak kambing hutan sumatera. Jejak 1 berumur 2 hari dengan ukuran pj=6cm dan lb =5cm. Jejak 2 berumur 2 hari dengan ukuran pj=7cm dan lb=6cm (dapat dilihat pada gambar 10 dan 11).

(40)

Pada lokasi Gn. Hulu Sangir ditemukan satu jejak kambing hutan sumatera. Jejak tersebut berumur 4 hari dengan ukuran pj=7cm dan lb=6cm (dapat dilihat pada gambar 12).

Gambar 12. Jejak kambing hutan di Gn. Hulu Sangir

Pada lokasi Bukit Pondok Saung ditemukan satu jejak kambing hutan sumatera. Jejak tersebut berumur 3 hari dengan ukuran pj=7cm dan lb=6cm (dapat dilihat pada gambar 13).

Gambar 13. Jejak kambing hutan di Bukit Pondok Saung

Tabel 3. Rambut kambing hutan

Koordinat Lokasi Jejak Bentuk

47 M 0770378 UTM 9813670

Gn. Kecil h = 2100 mdpl

Rambut tengkuk di gesekan kayu

Cover Lubang di Pohon Medang Sisik

47 M 0769385 UTM 9809428

Gn. Hulu Sangir Rambut badan di gesekan pohon

(41)

Pada lokasi Gn. Kec il di ketinggian 2100 m dpl pada cover pohon Medang Sisik ditemukan rambut tengkuk kambing hutan di batang kayu. Rambut tersebut menempel ketika kambing hutan menggesekkan badannya ke batang kayu ketika beristirahat di dalam cover pohon (dapat dilihat pada gambar 15).

Pada lokasi Gn Hulu Sangir ditemukan rambut badan kambing hutan di batang kayu pohon Medang Sisik. Bulu tersebut menempel ketika kambing hutan menggesekkan badannya ke batang kayu ketika beristirahat di sekitar pohon (dapat dilihat pada gambar 14).

Gambar 14.Gesekan badan kambing hutan Gambar 15.Gesekan badan kambing hutan

di Hulu Sangir Gn.Kecil

Tabel 4. Penyebaran jejak ka mbing hutan sumatera

Lokasi Jumlah jejak (individu)

Gn. Terbakar 1

Gn. Jujuhan 2

Gn. Kecil 3

Gn. Lumut 2

Gn. Hulu sangir 1

Bukit Pondok Saung 1

(42)

B. Kondisi Habitat

1. Struktur dan Komposisi jenis vegetasi

Berdasarkan hasil analisis vegetasi di dua lokasi maka didapat : a. Tipe Vegetasi Hutan Pegunungan Bawah (1400-1900 mdpl)

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan dalam 35 petak contoh, dite mukan sebanyak 73 jenis tumbuhan yang tergabung dalam 32 famili, yaitu 59 jenis tumbuhan berkayu dan 14 jenis tumbuhan bawah. Tumbuhan berkayu dari tingkat semai jumlah jenis yaitu 27 jenis, tingkat pancang 36 jenis, tingkat tiang 32 jenis dan tingkat pohon 40 jenis (dapat dilihat pada lampiran 1).

Tabel 5. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada Hutan Pegunungan Bawah Tingkat

Keterangan : Tanda bintang merupakan jenis pakan kambing hutan sumatera

(43)

dan DR(31,28%). Untuk tingkat pohon, jenis yang mendominasi dari 40 jenis tumbuhan yang ditemukan adalah kelat putih (Gonnystylus forbesii) dengan INP(37,40%), KR(12,43%), FR(9,15%) dan DR(15,80%).

Pada tipe Hutan Pegunungan Bawah Indeks Nilai Penting tertinggi tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah adalah jenis inai hitam (Impatiens platypetala) dan kacande putih (Pilea sp.). Inai hitam (Impatiens platypetala) dan kacande putih (Pilea sp.) merupakan salah satu jenis pakan kambing hutan sumatera. Umumnya jenis pakan kambing hutan sumatera ditemukan pada tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah. Hal ini disebabkan kambing hutan sumatera lebih mudah meraih makanan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah.

b. Tipe Vegetasi Hutan Pegunungan (1900-2400 m)

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan dalam 35 plot, ditemukan sebanyak 71 jenis tumbuhan yang te rgabung dalam 33 famili, yaitu 57 jenis tumbuhan berkayu dan 14 jenis tumbuhan bawah. Tumbuhan berkayu dari tingkat semai jumlah jenis yaitu 21 jenis, tingkat pancang 39 jenis, tingkat tiang 34 jenis dan tingkat pohon 35 jenis (dapat dilihat pada lampiran 2).

Tabel 6. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada Hutan Pegunungan Tingkat

(44)

Untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, jenis dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dari 21 jenis tumbuhan yang ditemukan adalah Inai hitam (Impatiens platypetala) dengan INP(56,17%), KR(40,48%) dan FR(15,63%). Untuk tingkat pancang, jenis dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dari 38 jenis tumbuhan yang ditemukan adalah Sebelas hari dengan INP(84,90%), KR(65,50%) dan FR(19,40%). Untuk tingkat tiang, jenis dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dari 34 jenis tumbuhan yang ditemukan adalah Semata

(Alangium ridleyi) dengan INP(50,04%), KR(15,23%), FR(17,86%) dan

DR(16,96%). Untuk tingkat pohon, jenis dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dari 34 jenis pohon yang ditemukan adalah Kelat putih (Gonystylus forbesii) dengan INP(33,54%), KR(22,90%), FR(12,23%) dan DR(16,96%).

Pada tipe Hutan Pegunungan Indeks Nilai Penting terbesar tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah adalah jenis Inai hitam (Impatiens platypetala) dan kacande putih (Pilea sp.). Inai hitam (Impatiens platypetala) dan kacande putih (Pilea sp.) merupakan salah satu jenis pakan kambing hutan sumatera. Umumnya jenis pakan kambing hutan sumatera ditemukan pada tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah. Pada tingkat semai dan tumbuhan bawah kambing hutan sumatera lebih mudah meraih makanan, selain itu ketersedian pakan cukup banyak.

(45)

Gambar 17. Profil pohon Hutan Pegunungan

Secara keseluruhan struktur vegetasi di kawasan Gunung Tujuh terdiri dari beberapa strata (dapat dilihat pada gambar 16 dan 17). Strata A dengan ketinggian lebih dari 30 m didominasi oleh pohon-pohon antara lain medang sisik, menderi, kayu embun (Taxus sumatrana). Strata B dengan pohon-pohon yang memiliki ketinggian antara 20-30 m didominasi oleh pohon-pohon antara lain kelat putih (Gonystylus forbesii), kayu ubi (Pternandra coerulescens), gadog (Bischoffia javanica), kelat merah (Bouea spp.). Strata C dengan ketinggian 4-20 m didominasi oleh pohon-pohon antara lain semata (Alangium ridleyi), kopi hutan (Chaetocarpus castanocarpus), medang kertas (Myristica cinnamomea) dan manggis hutan (Garcinia mangostana). Strata D dengan ketinggian 1-4 m dan strata E yang merupakan lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover) dengan tinggi 0-1 m (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

(46)

bagi kambing hutan sumatera. Jenis-jenis pakan tersebut antara lain : nuju, kacande putih (Pilea sp.), inai puyuh (Impatiens platypetala), inai hitam (Impatiens sp.), sepau, sekuju, asam sipih (Begonia sp.), asam gunung, pabung

(Aralia ferox), dan sepisang(Colocasia antiquorum).

2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Berdasarkan perhitungan Indeks Shannon baik pada tipe vegetasi Hutan pegunungan bawah dan Hutan pegunungan dapat diketahui keanekaragaman jenis pada berbagai tingkat pertumbuhan.

Tabel 7. Indeks Keanekaragaman Jenis tiap Tingkat Pertumbuhan Indeks Keanekaragaman Jenis Tipe vegetasi Tumbuhan bawah

dan Semai

Pancang Tiang Pohon

Hutan Pegunungan bawah 1,92 1,97 2,60 3,29

Hutan Pegunungan 1,98 1,75 3,06 2,92

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Indeks Keanekaragaman tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah Hutan pegunungan bawah lebih rendah dibandingkan hutan Pegunungan. Untuk tingkat pancang tipe vegetasi Hutan pegunungan bawah lebih tinggi dibandingkan hutan Pegunungan. Untuk tingkat tiang tipe vegetasi Hutan pegunungan bawah lebih rendah dibandingkan hutan Pegunungan. Untuk tingkat pohon tipe vegetasi Hutan pegunungan bawah lebih tinggi dibandingkan hutan Pegunungan.

(47)

3. Potensi vegetasi berdasarkan kerapatan tumbuhan

Secara keseluruhan, kerapatan tipe vegetasi hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai kerapatan pada Berbagai Tingkat pertumbuhan

Kerapatan Tingkat Pertumbuhan (ind/ha) Tipe vegetasi Tumbuhan bawah

dan Semai

Pancang Tiang Pohon

Hutan Pegunungan bawah 155.428,6 7394,29 348,6 126,4

Hutan Pegunungan 152.286 7451,43 431,4 131

Kerapatan pada tingkat tumbuhan bawah dan semai antara 152.286- 155.428,6 (ind/ha). Pada tingkat pancang kerapatan antara 7.394,29-7.451,43 (ind/ha). Pada tingkat tiang kerapatan antara 348,6-431,4 (ind/ha). Pada tingkat pohon kerapatan antara 126,4-131(ind/ha). Dari tingkat pertumbuhan yang ada yang memiliki kerapatan yang besar terdapat pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, sedang kerapatan terendah terdapat pada tingkat pohon. Karena tingkat pohon tidak terlalu rapat maka cahaya matahari yang masuk dapat menyinari lantai hutan. Keterbukaan ini membuat tumbuhan bawah dan semai dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai kerapatan yang tinggi. Umumnya jenis pakan kambing hutan sumatera terdapat pada tingkat tumbuhan bawah dan semai. Hal ini akan menguntungkan kambing hutan sumatera, karena pemenuhan kebutuhan pakan akan terpenuhi.

C. Pakan

Makanan merupakan faktor pembatas bagi kelangsungan hidup satwaliar. Karena itu kawasan yang menjadi habitat suatu jenis satwa harus dapat menyediakan makanan yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, agar satwa yang hidup di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang biak dengan normal (Alikodra, 2002).

Kambing hutan sumatera merupakan jenis satwaliar yang bersifat browser

(48)

1979). Menurut Roesjdi (1989), kambing hutan sumatera menyukai daun rigo-rigo (Elatostema latifolium), sisanda/tales (Colocasia antiquorum) dan inay aiye (Impatiens platypetala).

1. Jenis pakan dan bagian yang dimakan

Tabel 9. Tumbuhan pakan kambing hutan sumatera yang terdapat di areal penelitian.

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimakan

1 Nuju - Pucuk d aun

2 Inai puyuh Impatiens platypetala Pucuk daun

3 Kacande putih Pilea sp. Pucuk d aun

4 Inai hitam Impatiens sp. Pucuk d aun

5 Sepau - Pucuk d aun

6 Sekuju - Pucuk d aun

7 Sepisang Colocasia antiquorum Pucuk d aun

8 Pabung Aralia ferox Pucuk d aun

9 Asam sipih Begonia sp. Pucuk d aun

10 Asam gunung Pucuk d aun

Menurut informasi Sahar, pemandu lapang (komunikasi pribadi, 2005), pada lokasi Kawasan Gunung Tujuh umumnya jenis pakan kambing hutan sumatera diantaranya: nuju, kacande putih (Pilea sp.), inai puyuh (Impatiens platypetala), inai hitam (Impatiens sp.), sepau, sekuju, asam sipih(Begonia sp.), asam gunung, pabung(Aralia ferox), dan sepisang (Colocasia antiquorum) (dapat

dilihat pada gambar 18-27). Umumnya pakan kambing hutan sumatera terdapat pada tingkat tumbuhan bawah dan semai, karena pa da tingkat pertumbuhan tersebut kambing hutan sumatera lebih mudah meraih makanan. Jenis-jenis pakan kambing hutan sumatera dapat dijumpai di setiap lokasi jalur analis vegetasi yaitu pada Gn.Terpanggang, Gn. Kecil, Gn. Jujuhan, Gn. Lumut dan Gn. Hulu Sangir.

Gambar 18. Pakan kambing hutan sumatera Gambar 19. Pakan kambing hutan sumatera jenis Inai puyuh (Impatiens platypetala) jenis Nuju

(49)

Gambar 20. Pakan kambing hutan sumatera Gambar 21. Pakan kambing hutan sumatera jenis Kacande putih (Pilea sp.) jenis Inai hitam (Impatiens sp.)

Gambar 22. Pakan kambing hutan sumatera Gambar 23. Pakan kambing hutan sumatera jenis Asam sipih (Begonia sp.) jenis Sepisang (Colocasium antiquorum)

Gambar 24. Pakan kambing hutan sumatera Gambar 25. Pakan kambing hutan sumatera

(50)

Gambar 26. Pakan kambing hutan sumatera Gambar 27. Pakan kambing hutan sumatera jenis Pabung (Aralia ferox) jenis Asam gunung

Berdasarkan bekas-bekas renggutan kambing hutan yang ditemukan umumnya bagian tumbuhan yang dimakan adalah pucuk daun (dapat dlihat pada gambar 28-31). Hasil temuan dilapang tersebut dicocokkan dengan hasil penelitian Muharizal (1999) , tentang habitat dan makanan kambing hutan sumatera yang dilakuka n di lokasi lain.

(51)

Gambar 30. Bekas gigitan pada Gambar 31. Bekas gigitan pada pucuk pucuk daun Nuju daun Nuju

Menurut Marlis (1998) dalam Muharizal (1999) untuk membedakan antara renggutan yang dilakukan oleh rusa, kijang dan kambing hutan adalah dengan melihat langsung ketika satwa tersebut melintasi areal penelitian, berdasarkan petunjuk dari pemburu, dan juga dengan melihat bentuk jejak yang ada disekitar tanaman yang direnggutnya. Jika lokasi memiliki kemiringan yang tajam serta ditumbuhi oleh semak yang rimbun tidak akan memungkinkan bagi rusa untuk mencapai daerah tersebut karena dengan tubuh yang cukup besar dan tanduk yang panjang dan bercabang akan menyulitkan bagi satwa tersebut untuk melewatinya. Dengan demikian pada lokasi yang memiliki kemiringan yang tajam dan banyak semak belukar, jika ada tanaman yang direnggut dapat dipastikan satwa yang melakukan renggutan ini adalah Kijang atau Kambing hutan. Menurut Sahar (komunikasi pribadi, 2005), apabila renggutan pada lokasi makan cukup luas maka renggutan ini dilakukan oleh rusa, karena rusa mempunyai kebiasaan memakan daun tanaman dalam jumlah banyak, bahkan seringkali setelah maka n rusa akan beristirahat pada lokasi makan tersebut. Lain halnya dengan kambing hutan dan kijang, renggutan dilakukan dalam keadaan berjalan, sehingga jumlah renggutan yang ada seringkali hanya satu batang sampai dengan tiga batang arah kiri atau kanan pada areal lintasnya.

(52)

Jika pada tumbuhan yang direnggut adalah bagian kuncup daun yang lunak, renggutan ini dilakukan oleh kijang, sedangkan jika renggutan dilakukan pada daun yang agak lebih keras (tua), maka renggutan ini dilakukan oleh kambing hutan (Marlis, 1998 dalam Muharizal 1999). Menurut Sahar (komunikasi pribadi, 2005), kijang memakan tumbuhan pada bagian pucuk daun dan kambing hutan memakan tumbuhan pada bagian pucuk daun hingga bagian daun yang agak lebih keras (tua).

2. Potensi jenis tumbuhan pakan kambing hutan

Indeks Nilai Penting adalah Indeks yang menggambarkan dominansi suatu jenis tumbuhan. Dipilih tiga jenis yang memiliki nilai penting tertinggi untuk tiap tingkat pertumbuhan dari masing-masing vegetasi. Jenis -jenis pakan yang mendominasi di setiap tipe vegetasi berbeda-beda. Berikut merupakan gambar struktur dan komposisi jenis pakan dari tiap vegetasi.

a. Tipe vegetasi Hutan Pegunungan Bawah

Tabel 10. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah pada tipe Hutan Pegunungan bawah

No Nama lokal Nama ilmiah K(ind/ha) F INP(%)

Tabel 11. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan semai pada tipe Hutan Pegunungan bawah

No Nama lokal Nama ilmiah K(ind/ha) F INP(%)

1 Kacande putih Pilea sp. 27214,29 0,60 154,10

2 Pabung Aralia ferox 4285,71 0,29 45,86

Jumlah 31.500 0,89 200

(53)

(ind/ha), dan Frekuensi 0,83. Sedangkan pada tingkat semai jenis yang mendominasi ialah Kacande putih (Pilea sp.) dengan INP 154,1%, Kerapatan 27.214,29 (ind/ha), dan Frekuensi 0,6. Besarnya nilai kerapatan inai hitam dan kacande putih berarti ketersedian jenis tersebut cukup melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan pakan kambing hutan sumatera.

b. Tipe vegetasi Hutan Pegunungan

Tabel 12. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah pada tipe Hutan Pegunungan

Tabel 13. Indeks Nilai Penting jenis pakan tingkat pertumbuhan semai pada tipe Hutan Pegunungan

No Nama lokal Nama ilmiah K(Ind/ha) F INP(%)

1 Pabung Aralia ferox 1928,57 0,20 31,03

2 Kacande putih Pilea sp. 19142,86 0,71 169

s Jumlah 21071,43 0,91 200

(54)

3. Keanekaragaman jenis pakan

Keanekaragaman jenis pakan merupakan gambaran banyaknya jenis pakan dan kelimpahannya. Berdasarkan perhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon dari tiap tipe hutan, diketahui keanekaragaman jenis tumbuhan pakan terdapat pada tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah (dapat dilihat pada gambar 32).

Gambar 32. Nilai keanekaragaman jenis pakan Kambing hutan di tipe hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan

Pada tipe Hutan Pegunungan bawah, tingkat tumbuhan bawah mempunyai nilai keanekaragaman jenis pakan yang rendah (0,88), sedangkan pada tingkat semai mempunyai nilai keanekaragaman jenis pakan yang rendah (0,41). Pada tipe Hutan Pegunungan, tingkat tumbuhan bawah mempunyai nilai keanekaragaman jenis pakan yang tinggi (1,12), sedangkan pada tingkat semai mempunyai nilai keanekaragaman jenis pakan rendah (0,32).

Kambing hutan sumatera memakan tumbuhan pada tingkat tumbuhan bawah dan semai. Hal ini karena kambing hutan sumatera lebih mudah meraih pucuk daun yang disukainya pada tingkatan tersebut. pilihan pakan bagi kambing hutan sumatera. Berdasarkan nilai keanaekaragaman yang jenis pakan kambing hutan sumatera di lokasi penelitian cukup bervariasi.

(55)

D. Cover/Lindungan

Berdasarkan identifikasi cover yang ditemukan maka didapat : Tabel 14. Bentuk cover, suhu dan vegetasi sekitar cover.

Koordinat Lokasi Jejak Bentuk Ukuran Vegetasi Suhu Kelem

(56)

Berdasarkan tanda -tanda keberadaan kambing hutan sumatera seperti jejak kaki dan rambut badan.ditemukan 3 lokasi cover yaitu di puncak Gn. Kecil, puncak Gn. Lumut dan Gn. Hulu Sangir. Menurut Roesjdi (1989), rangsangan berupa cuaca yang cukup panas pada siang hari menyebabkan kambing hutan sumatera mencari tempat-tempat yang teduh untuk istirahat. Pada lokasi Gn. Kecil ditemukan 3 buah cover berupa pohon besar yang pada bagian akarnya berlubang. Cover pohon tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari. Pada Gn. Lumut ditemukan cover berupa cekungan batu. Cover batu tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari. Sedangkan pada Gn. Hulu Sangir hanya ditemukan bekas istirahat di tanah terbuka.

Berdasarkan koordinat cover, umumnya lokasi ditemukan cover pada ketinggian diatas 2100 m dpl dan terdapat pada jalur lintasan kambing hutan. Kambing hutan sumatera akan lari menuju tebing untuk menghindar dari pemangsa. Khusus pada Gn. Kecil, cover yang ditemukan letaknya berdekatan.

Cover yang ditemukan di Gn. Kecil mempunyai kesamaan bentuk yaitu berupa

cover pohon dengan ukuran panjang ±200cm, lebar ±80cm, dan tinggi ±100cm. Suhu cover ± 14ºC dan kelembaban 88%. Penyebaran cover kambing hutan yang ditemukan tidak tersebar merata karena hanya terdapat pada tempat tertentu saja.

(57)

Gambar 33. Cover kambing hutan sumatera Gambar 34. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat

Gambar 35. Cover kambing hutan sumatera Gambar 36. Cover kambing hutan sumatera di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat di Gn.Kecil sebagai tempat istirahat

Kambing hutan sumatera menyukai tempat tinggal berupa daerah berbatu kapur yang bertebing curam. Pada siang hari, kambing hutan sumatera bersembunyi di bawah semak-semak belukar. Kambing hutan sumatera juga suka menghuni tebing-tebing untuk bersembunyi pada siang hari. Bagian tebing yang dipilihnya ialah yang menghadap ke lembah atau jurang. Kambing hutan suka bersembunyi dalam gua-gua yang tidak dalam (Direktorat PPA, 1978).

(58)

ditemukan berupa cekungan batu yang berada pada sisi tebing dengan kemiringan

sekitar 80° yang berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas matahari pada siang hari. Suhu pada cover batu yang ada di Gn. Lumut sekitar 12°C dan kelembaban 88%, cekungan batu tersebut agak datar sehingga merupakan tempat yang cocok untuk beristirahat kambing hutan sumatera setelah beraktivitas makan. Vegetasi sekitar cover pohon tersebut umumnya jenis paku kawat, inai hitam, kacande putih, lumut, anggrek, liana, kap, keruduk, semata, medang hijau, dan medang jeluang.

Gambar 37. Cover kambing hutan su matera di Gn. Lumut sebagai tempat istirahat

Pada lokasi Gn. Hulu Sangir hanya ditemukan bekas istirahat kambing hutan di tanah terbuka (dapat dilihat pada gambar 38) . Topografi sekitar bekas istirahat tersebut merupakan dataran dengan suhu sekitar 14°C dan kelembaban 89%. Vegetasi sekitar cover pohon tersebut umumnya jenis paku kawat, inai hitam, kacande putih, nuju, sebelas hari, dan semata.

(59)

E.Sumber air

Sumber air ya ng digunakan satwaliar umumnya tergantung kepada ketersediaan airnya dan bentuk sumber air tersebut.

1. Ketersediaan air

Data curah hujan pada kawasan Gunung tujuh dari tahun 2000-2003 maka tampak bahwa ketersediaan air mencukupi tiap tahunnya (dapat dilihat pada gambar 39).

Gambar 39. Curah hujan selama bulan Agustus-Oktober Tahun 2000-2003

Umumnya pada bulan Agustus-Desember merupakan bulan-bulan dengan curah hujan tertinggi (musim penghujan). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus -Oktober, maka ketersediaan air di kawasan pada waktu penelitian melimpah karena merupakan musim penghujan.

2. Bentuk sumber air

(60)

Tabel 15. Sumber air minum di sekitar Danau Gunung Tujuh

Koordinat Lokasi Bentuk Sumber Air Luas Sumber Air (pxl)

(61)

Sumber air yang ditemukan ketersediaan airnya melimpah dan biasanya berdekatan dengan sumber pakan kambing hutan sumatera. Sumber -sumber air minum tersebut antara lain 3 anak sungai di Gn. Jujuhan, 2 anak sungai di Gn. Kecil, 1 sungai di Bukit Pondok Saung, 1 sungai di Gn. Terpanggang, 1 anak sungai di Gn. Hulu Sangir.

Pada lokasi Gn. Jujuhan ditemukan 3 buah sumber air berupa anak sungai (dapat dilihat pada gambar 40-42). Lokasi anak sungai 1 dengan ketinggian 2009 m dpl, memiliki tingkat keasaman (pH) 6 dan warna air sungai tersebut jernih. Vegetasi sekitar sungai antara lain :paku sigai, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, asam sipih, pabung dan sepisang. Lokasi anak sungai 2 dengan ketinggian 1860 m dpl, memiliki tingkat keasaman (pH) 6 dan warna air sungai tersebut jernih. Vegetasi sekitar sungai antara lain :paku kawat, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, dan asam sipih. Lokasi anak sungai 3 dengan ketinggian 1860 m dpl, memiliki tingkat keasaman (pH) 6. Vegetasi sekitar sungai antara lain :paku sigai, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, asam sipih, dan lolo ayam.

Gambar 40. Sumber air Gn. Jujuhan Gambar 41. Sumber air Gn. Jujuhan

(62)

Pada lokasi Gn. Kecil ditemukan 2 buah sumber air berupa anak sungai (dapat dilihat pada gambar 43-45). Lokasi anak sungai 1 dengan ketinggian 1800 m dpl, memiliki tingkat keasaman (pH) 6 dan air berwarna jernih. Vegetasi sekitar sungai antara lain :paku lahat, paku kawat, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, dan lolo ayam. Lokasi anak sungai 2 dengan ketinggian 1810 m dpl, memiliki tingkat keasaman (pH) 6, air berwarna jernih. Vegetasi sekitar sungai antara lain : paku kawat, paku kenukut, sejau, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, dan sepisang.

Gambar 43.Sumber air Gn.Kecil Gambar 44. Sumber air Gn.Kecil

Pada lokasi Gn. Terpanggang dengan ketinggian 1800 m dpl ditemukan sebuah sumber air berupa sungai, memiliki tingkat keasaman (pH) 6 dan air berwarna jernih. Vegetasi sekitar sungai antara lain :paku lahat, paku sigai, inai hitam, kacande putih, sepisang, dan pabung.

Gambar 45. Sumber air Gn. Terbakar

(63)

: paku kawat, paku sigai, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, sepau dan sepisang.

.

Gambar 46. Sumber air Gn. Hulu sangir

Pada lokasi Bukit Pondok Saung dengan ketinggian 2010 m dpl ditemukan sebuah sumber air berupa sungai, memiliki tingkat keasaman (pH) 6 dan air berwarna jernih (dapat dilihat pada gambar 47). Vegetasi se kitar sungai antara lain :paku lahat, paku kawat, inai hitam, kacande putih, sebelas hari, asam sipih, lolo ayam dan pisang hutan.

Gambar 47. Sumber air Bukit Pondok Saung

(64)

Gambar 48. Peta Habitat Kambing hutan sumatera di kawasan Gunung T ujuh

E. Ancaman

Gambar

gambar 4). Penelitian dilaksanakan pada bulan  Agustus –  Oktober 2005.
Gambar 5. Bentuk jejak kaki kambing hutan sumatera
Gambar 6. Bentuk Jalur Analisis Vegetasi
Tabel 2. Jejak kaki kambing hutan sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Pasal 263 ayat (3) UU Pemda “RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran,

Interaksi pemberian legin dengan kompos dapat meningkatkan nitrogen untuk tanaman dan kompos dapat memperbaiki tanah yang keras menjadi gembur sehingga pertumbuhan

(bebas dari monomer sisa). Asetal termoplastik dapat digunakan sebagai bahan gigi tiruan sebagian, jembatan sementara, splint oklusal dan cocok untuk mempertahankan dimensi

Orang yang berstatus lajang lebih mampu bersosialisasi dengan baik terhadap teman, tetangga, orangtua, dan saudara kandung ketimbang orang seusianya yang telah

Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, dimana akan dilakukan pengambilan data yang meliputi rata-rata waktu penyerahan obat, obat yang terlayani, obat

Bagaimana cara bapak/ibu menarik minat pengepul, pelanggan atau pedagang ikan agar mau mengambil atau membeli ikan lele di tempat bapak/ibu padahal bapak/ibu tahu

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara kuesioner kepada ibu pasien anak DBD dan ditunjang dengan data rekam medis pasien selama periode 3

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan peneliti