• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Jamu Oplosan Dengan Menggunakan Alatspektrofotometer Fourier Transform - Infra Red (Ft-Ir) Di Balai Pengujian Dan Identifikasi Barang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakterisasi Jamu Oplosan Dengan Menggunakan Alatspektrofotometer Fourier Transform - Infra Red (Ft-Ir) Di Balai Pengujian Dan Identifikasi Barang Medan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI JAMU OPLOSAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALATSPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM - INFRA

RED (FT-IR) DI BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI

BARANG MEDAN

Karya Ilmiah

IRVIANDI WINATA

102401023

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISASI JAMU OPLOSAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SPEKTROFOTOMETERFOURIER TRANSFORM - INFRA RED (FT-IR) DI

BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG MEDAN

Karya Ilmiah

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

IRVIANDI WINATA

102401023

PROGRAM D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : KARAKTERISASI JAMU OPLOSAN DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

FOURIER TRANSFORM – INFRA RED (FT-IR) DI

BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI

BARANG MEDAN

Kategori : AHLI MADYA

Nama : IRVIANDI WINATA

Nomor Induk Mahasiswa : 102401023

Program Studi : D3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2013

Diketahui/Disetujui oleh: Program Studi D3 Kimia

Ketua Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Sovia Lenny, M.Si

NIP 195512181987012001 NIP 197510182000032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

KARAKTERISASI JAMU OPLOSAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SPEKTROFOTOMETER TRANSFORM FOURIER – INFRA RED (FT-IR) DI

BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan-ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah saw. sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sesuai waktu yang direncanakan.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini juga tidak luput dari segala bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. Sovia Lenny, M.Si yang telah banyak meluangkan waktunya dan

memberikan pemikiran serta petunjuk dan saran selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini sehingga dapat selesai.

2. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia yang telah

memberikan motivasi, arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M. Sc selaku

ketua dan sekretaris jurusan yang telah mensyahkan karya ilmiah ini.

4. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi Departemen Kimia FMIPA USU yang

telah membimbing dan memberikan disiplin ilmu selama penulis menjalani studi.

5. Mahyuni Harahap yang telah setia menemani dan banyak membantu serta

memberikan motivasi kepada penulis.

6. Teman–teman stambuk 2010 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas doa dan bantuannya, sukses selalu.

7. Teman–teman PKL, buat Eshran, Renal Bernady, yang telah membuat PKL menjadi

menyenangkan.

8. Teman-Teman di Komisariat HMI FMIPA USU

9. Pak Gusti, Pak Nasrul, Pak Fajar, Pak Ridwan, Pak Azwir, Bu Yanti, serta PKD,

OB dan seluruh staff BPIB Belawan, dan semua pihak yang telah membantu terimakasih atas doanya.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan serta ucapan terimakasih yang tulus kepada Ayahanda Erianto dan Ibunda Fivi Hirjumei serta adikku Dimas Pranata dan Muhammad Naufal Aufa Abid atas kasih sayang, motivasi, dan bantuan moril dan material yang tak terhingga kepada penulis selama ini.

Akhirnya penulis menyadari kekurangan materi yang disajikan dalam karya ilmiah ini, disebabkan literatur dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun. Selanjutnya penulis mempersembahkan karya imiah ini kepada para pembaca semoga kiranya bermanfaat bagi peneliti selanjutnya

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan karakterisasi terhadap jamu oplosan dengna menggunakan spektrofotometer FT-IR, spectrum FT-IR menunjukkan adanya gugus fungsi aromatic,

para substitusi, -NH dan karbonil yang identik dengan senyawa N- acetyl-

para-aminophenol. Hal ini membuktikan bahwa adanya penambahan senyawa sintetik ke

(7)

ABSTRACT

Characterization of mingle guest has been done by spectrofotometric FT-IR, spectrum FT-IR show that there are aromatic, para substituted,-NH, and carbonyl group which

identify by N-acetyl-para-aminophenol compound. It prove that mingle guest has been

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii

DAFTARTABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4.Manfaat 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamu Alami 4

2.3. Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FT-IR) 15

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Bahan Dan Alat 19

3.2.Prosedur kerja 20

3.2.1. Preparasi Sampel 20

3.2.2. Analisa Gugus Fungsi dengan Fourier Transform InfraRed (FT-IR) 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 21

4.2. Pembahasan 24

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penafsiran spektrum FT-IR parasetamol 11

Tabel 4.1Bilangan gelombang pada jamu oplosan 22

Tabel 4.2Bilangan gelombang pada jamu alami 23

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Tabel 2.1 Struktur molekul parasetamol 11

Tabel 2.2Diagram skematis spektrofotometer FT-IR 16

Tabel 4.1 SpektrumFT-IR jamu oplosan 21

Tabel 4.2Spektrum FT-IR jamu alami 22

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan karakterisasi terhadap jamu oplosan dengna menggunakan spektrofotometer FT-IR, spectrum FT-IR menunjukkan adanya gugus fungsi aromatic,

para substitusi, -NH dan karbonil yang identik dengan senyawa N- acetyl-

para-aminophenol. Hal ini membuktikan bahwa adanya penambahan senyawa sintetik ke

(13)

ABSTRACT

Characterization of mingle guest has been done by spectrofotometric FT-IR, spectrum FT-IR show that there are aromatic, para substituted,-NH, and carbonyl group which

identify by N-acetyl-para-aminophenol compound. It prove that mingle guest has been

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan tekhnologi dalam beberapa dekade ini telah membuat industri banyak

tersebar secara merata di Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Hal ini memberikan

peluang yang besar bagi para pelaku usaha bisnis untuk menanamkan modalnya.

Industri makanan dan obat-obatan merupakan salah satu industri yang paling diminati

para pelaku usaha bisnis. Industri obat-obatan tradisional atau industri obat alami

(jamu), merupakan salah satu yang mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia dan

tersebar ke seluruh pelosok nusantara. Tentu saja hal ini memberikan dorongan yang

besar terhadap para pelaku bisnis untuk menambah kwalitas produk yang baik. Sebagai

contoh ada berbagai inovasi serta variasi dari produk jamu seperti bentuk tablet

(pil),bubuk, dan menawarkan berbagai pilihan rasa. Tetapi hal ini tidak menutup

kemungkinan adanya tindakan kecurangan. Merebaknya jamu palsu maupun jamu yang

bercampur bahan kimia yang beredar dipasar dalam negeri beberapa waktu ini semakin

menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu

(Lestari, 2007).

Kebutuhan masyarakat akan jamu sangat tinggi, sehingga kebanyakan industri

jamu ingin memberikan kualitas produk yang terbaik. Tetapi hal ini memberikan

dorongan akan penyimpangan terhadap produk jamu tersebut. Tidak adanya aturan,

standar dan uji klinis memberikan peluang bagi industri untuk melakukan kecurangan

(15)

ekstrak jamu dengan berbagai jenis bahan kimia berbahaya.Dengan tujuan untuk

menjadikan jamu tersebut semakin berkhasiat secara instan.Bahan kimia Berbahaya

yang digunakan meliputi metampiron, antalgin, deksametason, allopurinol, CTM,

sibutramin hidroksida, furosemid, kofein,teofilin, dan parasetamol (N – acetyl – para

aminophenol).Adapun dampak yang ditimbulkan tidak berlangsung secara spontan

melainkan bersifat akumulatif dalam jangka waktu tertentu.Tentu saja sangat

berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila sering mengkonsumsinya.Bisnis jamu

sangat memeberikan peluang besar bagi pelaku bisnis tetapi dapat merugikan

konsumen.

Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala

cara.Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak

mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari,

etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis

sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.

Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum

sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai. Oleh karena itu saya akan membuktikan

apakah jamu opolosan dari pasar belawan ini dapat dikategorikan sebagai obat sintetis

dengan menggunakan instrumentasi Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red

(16)

1.2.Permasalahan

Padaidentifikasi ini yang menjadi permasalahan adalah:

Ditemukannya jamu oplosan di kalangan masyarakat dengan berbagai variasi

kebutuhan kesehatan seperti jamu pereda nyeri.Hal ini sangat tidak sesuai dengan kode

etik perdagangan, seharusnya pereda nyeri tersebut hanya diperbolehkan untuk

obat-obatan bukan untuk jamu. Oleh karena itu, penulis ingin membuktikan dengan

spektrofotometer FT-IR. “Apakah jamu oplosan dapat dikatakan obat sintesis?”.

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui senyawa yang terdapat dalam jamu oplosan dan obat sintetis

dengan menggunakan alat spektrofotometer FT-IR

2. Untuk mengetahui perbedaan jamu oplosan dengan jamu alami berdasarkan

spektrum FTIR terhadap senyawa yang dihasilkan

1.4.Manfaat

1.Dapat mengetahui perbedaan jamu alami dengan jamu campuran obat sintetis.

2. Dapat mengkarakterisasi jamu oplosan secara kualitatif berdasarkan spektrumFTIR

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Obat Bahan Alam

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam

(tumbuhan dan hewan).Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu

jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal

medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya

dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang

menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari, 2007).

2.1.1. Penggolongan Obat Bahan Alam

2.1.1.1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan bahan tanaman sebagai

penyusun jamu tersebut.Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk serbuk seduhan,

pil, atau cairan.Satu jenis jamu yang disusun dari berbagai tanaman obat yang

jumlahnya antara 5 – 10 macam, bahkan bisa lebih.Jamu tidak memerlukan pembuktian

ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.Walaupun demikian, jamu

harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.Jamu hanya dapat dikonsumsi

sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang dialami seseorang.Bukan

(18)

yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk mengobati

keluhan penyakit.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun

1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang

sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan

masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, jamu merupakan bagian dari obat tradisional yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan hewan. Melalui proses produksi yang telah dilakukan oleh

beberapa industri kecil obat tradisional yang masih menggunakan tekhnologi yang

relatif sederhana (tradisional) karena jamu yang dihasilkan adalah berupa serbuk jamu.

Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh industri obat bahan alam

(IOT) maupun industri kecil obat bahan alam (IKOT) mempunyai persyaratanyang

sama yaitu aman untuk digunakan, berkhasiat atau bermanfaat dan bermutu baik (lestari,

2007).Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai

sumber yaitu dari tanaman, jaringan hewan, kultur mikroba, dan dengan tehnik

biotekhnologi (Sukandar, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 917/Menkes/Per/X/1993, obat

adalah sediaan atau paduan – paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan,peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.Dalam

(19)

Dalam melangsungkan proses hidup kita harus rasional terhadap banyaknya

peredaran jamu dicampur dengan obat-obatan. Misalnya, menggunakan campuran

bahan dengan khasiat sejenis pada suatu ramuan dan menggunakan simplisia yang tidak

sesuai dengan manfaat yang diharapkan. Untuk itu, tujuan pemanfaatan jamu umumnya

tercemin dari nama umum jamu. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan di Indonesia

dikenal dengan aturan yang ditetapkan Badan POM. Salah satunya, dalam

pengemasannya diberi label yang menjelaskan obat tersebut, termasuk tentang manfaat

atau khasiatnya. Penjelesan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam

bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan yang dialami seseorang, bukan

menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi

dua yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk

mengobati keluhan penyakit.

2.1.1.2. Herbal Terstandar

Di dalam bentuk herbal standar ini memiliki sedikit perbedaan dengan jamu.Umumnya,

herbal standar telah mengalami pemrosessan, misalnya berupa ekstrak atau

kapsul.Ekstrak dari herbal tersebut telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji

pra klinis. Uji tersebut melalui beberapa proses antara lain : uji penerapan standar

kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas.

Obat Herbal Terstandar ( Standarized based Herbal Medicine) merupakan obat

tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman

obat, binatang, maupun mineral (Lestari, 2007). Dalam proses pembuatan obat herbal

(20)

pembuatan jamu.Tenaga kerja yang dibutuhkan pun harus di dukung dengan

keterampilan dan pengetahuan membuat ekstrak.Obat herbal ini umumnya ditunjang

oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis.Penelitian ini meliputi standarisasi

kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak

yang higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.

2.1.1.3 Fitofarmaka

Merupakan jamu dengan “ Kasta” tertinggi karena khasiat, keamanan, serta standar

proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis, jamu berstatus sebagai.

fitofarmaka juga dijual di apotek dan harus dengan resep dokter (Yuliarti, 2008).

Fitofarmaka ( Clinical Based Herbal Medicine) merupakan obat tradisional yang

dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannya diperlukan peralatan

berteknologi modern,tenaga ahli,dan biaya yang tidak sedikit (Lestari, 2007).

Fitofarmaka memiliki kekhasan tersendiri, hal ini disebabkan fitofarmaka merupakan

obat tradisional yang memiliki keunggulan yang hampir sama dengan obat-obatan.

Bahkan tidak jarang fitofarmaka menjadi rekomendasi dokter terhadap pasiennya.

Dengan uji klinik yang sama dengan obat-obatan serta menggunakan tekhnologi

modern, sehingga fitofarmaka dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

Berikut ini beberapa bahan alam yang digolongkan sebagai fitofarmaka, anatara

lain : bawang putih, ginseng, cengkeh, angkak, anggur, ginkgo, dan jahe. Karena sudah

teruji secara klinis, maka bahan-bahan tersebut dapat disejajarkan dengan obat-obatan

(21)

2.1.2 Manfaat dan Bahaya Jamu

Jamu memiliki berbagai macam manfaat yang sangat menguntungkan kesehatan tubuh

manusia.

Adapun manfaat dari jamu antara lain :

- Menjaga kebugaran tubuh

- Menjaga kecantikan

- Mencegah Penyakit

- Mengobati Penyakit

Jamu dapat dikatakan juga berbahaya bagi kesehatan dan bahaya yang

ditimbulkan pada jamu bersifat akumulatif. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain :

- Digunakan secara terus menerus atau sembarangan

- Digunakan dalam jumlah yang berlebihan / dosis berlebih

- Salah mengonsumsi jamu atau mengonsumsi jamu palsu (bercampur dengan

obat sintetik) ( Yuliarti, 2008).

Bahaya jamu bagi kesehatan tubuh bergantung pada jenis dan macamnya.

Kebanyakan jamu yang memniliki khasiat yang spontan dapat menimbulkan dampak

berbahaya bagi kesehatan diri. Seperti kita ketahui tanpa dicampur bahan berbahaya

pun, terkadang sejumlah jamu bisa mengandung bahan berbahaya secara alami. Hal ini

terjadi karena sebagian besar jamu yang beredar dimasyarakat belum teruji khasiat dan

keamannanya. Perlu diketahui, dalam suatu jenis bahan makanan termasuk bahan obat

tradisional sebagian besar mengandung dua macam zat. Di satu sisi bahan tersebut

(22)

konsumsi. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh jamu sangat memungkinkan

apalagi dicampurdengan obat-obatan.

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Jamu

Jamu memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan obat – obatan kimia atau yang

kita kenal dengan obat apotik.Namun demikian jamu juga memiliki kekurangan.Karena

itu sebelum mengonsumsi jamu hendaknya kita memahami segala kelebihan dan

kekurangan jamu dengan baik. Kelebihan jamu diantaranya adalah :

- Harganya relatif murah

- Dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat

- Tersedia di alam sekitar kita, misalnya : kita tanam di halaman sekitar rumah

- Kandungan kimia di dalam jamu formulasinya lebih ringan dibandingkan obat

sintetis

- Dapat dikonsumsi sehari-hari karena kandungannya mengandung bahan kimia

alami.

Selain berbagai kelebihan di atas jamu juga memilki kekurangan diantaranya yaitu :

- Efek yang dirasakan tidak dapat secara spontan

- Belum ada standarisasi yang baku terhadap jamu dalam segi keamanan terhadap

produk ini

- Penelitian tentang jamu yang belum banyak dilakukan maka dosis teapat suatu

sediaan jamu belum dapat dipastikan dengan jelas.

Untuk itu, dalam mengkonsumsi jamu, obat medis modern, herbal maupun

memanfaatkan pengetahuan tradisional hendaknya tetap mempertimbangkan hal-hal

(23)

- Dosis dan frekuensi premakaian, termasuk seberapa banyak dan berapa kali

harus diminum dalam sehari

- Waktu mengkonsumsi sesudah atau sebelum makan

- Pertimbangkan kondidi kesehatan secara menyeluruh, termasuk tekanan darah

dan gangguan penmcernaan seperti maag

- Kebersihan,mutu, kualitas produk

- Perhatikan pula tanggal kadarluasa produk

- Jangan mengkonsumsi jamu, obat medis, herbal serta terapi tradisional yang lain

pada waktu, hari dan jam yang sama.

-2.2. Obat Sintetis

Obat medis (obat sintetik) adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik dan digunakan

serta diresepkan dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu. Obat

medis yang bisa diresepkan mempunyai kekuatan ilmiah karena sudah melalui uji klinis

yang dilakukan bertahun-tahun. Meskipun begitu, obat modern memiliki efek samping

karena daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan masing – masing orang tidak sama.

Obat sintetis adalah obat modern yang dibuat dari bahan sintetik atau bahan

alam yang diolah secara modern.Biasanya obat sintetis memiliki standard dan sudah

diuji secara klinis dan ilmiah. Adapun salah satu contoh obat sintesis adalah parasetamol

atau dengan nama lain N–acetyl–para-aminophenol (Harmanto, 2007).

Parasetamol atau N–acetyl–para-aminophenol , rumus molekul C8H9NO2, Berat

Molekul 151,16. N–acetyl–para-aminophenol mengandung tidak kurang dari 98,0%

dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian serbuk

(24)

natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.Baku pembanding parasetamol;

dilakukan pengeringan di atas silica gel P selama 18 jam sebelum digunakan.

Identifikasi spektrum serapan ingramerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering

yang cocok dan didispersikan dalam kalium bromide P menunjukkan maksimum hanya

pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol (Farmakope, 1995).

Gambar 2.1 Gambar strukur molekul parasetamol( Farmakope,1995)

Metode penentuan pada N–acetyl–para-aminophenol dengan menggunakan

cakram KBr memiliki penaksiran spektrum infra merah (IM) yaitu:

Tabel 2.1 Penafsiran Spektrum Infra Merah Parasetamol (Watson,2005)

Bilangan

Gelombang (cm-)

Penentuan Keterangan

3360

N-H amida regang Pita ini dapat terlihat cukup jelas

meskipun berada di puncak OH regang

lebar

3000-3500

OH fenolik regang Sangat lebar karena ikatan hidrogen

yang kuat sehingga menutupi pita-pita

lain pada daerah ini.

± 3000

C-H regangan Tidak jelas karena serapan OH yang

(25)

1840 – 1940

Daerah

overtonearomatic

Sidik jari cukup jelas, tetapi tidak

merefleksikan dua pola pita yang

ditujukan untuk p-di-substitusi.

1650 C=O amida regang C=O regangan pada amida terjadi pada

bilangan gelombang yang rendah

dibandingkan dengan gugus-gugus

C=O tak terkonjugasi lainnya.

1608

C=C aromatik regang Pita ini kuat karena cincin aromatik

memiliki substituen polar yang

meningkatkan momen dipole ikatan

C=C pada cincin tersebut.

1568

N-H amida tekukan Dalam hal ini serapan kuat, tetapi tidak

selalu berlaku demikian.

1510

C-C aromatik regang Bukti suatu doblet akibat interaksi

dengan substituent-substituen cincin.

810

=C-H tekukan Kemungkinan C-H aromatik tekukan,

tetapi daerah sidik jari tersebut terlalu

rumit untuk sepenuhnya mengandalkan

penentuan tersebut.

Adapun dampak penggunaan N–acetyl–para-aminophenol dengan pencampuran pada

jamu herbal antara lain apabila dalam dosis normal, N–acetyl–para-aminophenol tidak

mengganggu aliran darah atau ginjal. Tetapi penggunaan dalam waktu lama dapat

(26)

pegal linu atau asam urat.Dikarenakan obat ini atau nama lainnyaparasetamol

merupakan obatanalgesik(penghilang nyeri) dan antipiretik (penurun panas) (Yuliarti,

2008).

Obat-obatan yang berasal dari senyawa-senyawa kimia memilki berbagai

macam khasiat yang antara lain seperti analgesik yaitu menekan atau mengurangi rasa

sakit tanpa menghilangkan rasa kesadaran bagi penderita, antipiretik yaitu menurunkan

suhu tubuh yang tinggi kembali normal, antihipertensi yaitu menurunkan tekanan

darah ysng tinggi, antihipotensi yaitu menaikkan tekanan darah yang rendah (

Sumardjo,2009)

2.2.1 Macam – macam Obat Sintetis

Selain Parasetamol (N-acetyl-para-aminophenol), terdapat juga senyawa obat-obatan

yang bersifat antipiretik dan analgesik, yaitu Deksametason, Sibutramin Hidroklorida,

Metampiron, Asam Mefenamat, Teofilin, Sildenafil Sitrat. Berikut ini penjelasan efek

samping yang ditimbulkan dari obat sintetis tersebut, yaitu :

- Deksametason

Deksametason dapat diberikan secara oral atau suntikan. Fungsi kerja utama

deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut (

Kee,1993).Biasanya terdapat dalam campuran jamu pegal linu dan asam

urat.Obat ini bersifat antipiretik dan analgesik.Dalam dosis normal tidak

menggangu aliran darah, tetapi apabila dikonsumsi dalam waktu lama dapat

(27)

- Sibutramin Hidroklorida

Bahan ini dicampurkan dalam jamu pelangsing.Merupakan obat keras yang

hanya boleh digunakan dalam resep dokter, dengan dosis maksimal 15 miligram

per hari.Penggunaan Sibutramin hidroklorida dosis tinggi beresiko

meningkatkan tekanan darah (hipertensi) dan denyut jantung serta sulit tidur.

Tidak boleh digunakan sembarangan oleh penderita gagal jantung, stroke, dan

denyut jantung,

- Metampiron

Bahan ini dicampurkan dalam jamu pegal linu dan asam urat.Merupakan obat

analgesik yang diresepkan oleh dokter. Menimbulkan efek samping berupa

gangguan saluran cerna seperti mual, pendarahan lambung, rasa terbakar, serta

gangguan sistem saraf seprtitinnitus (telinga berdenging) dan neuropati ,

gangguan darah, pembentukkan sel darah dihambat (anemia aplastik),

agranulositosis, gangguan ginjal, dan bahkan kematian.

- Asam Mefenamat

Bahan ini dicampurkan dalam jamu pegal linu dan asam urat.Merupakan obat

analgesik yang diresepkan oleh dokter.Menimbulkan efek samping mengantuk,

diare, ruam kulit, trombositopenia (berkurangnya trombosit dalam darah),

anemia hemolitik, dan kejang.Obat ini tidak boleh dikonsumsioleh penderita

tukak lambung atau usus, asma dan gangguan ginjal.

- Teofilin

Bahan ini biasanya dicampurkan dalam jamu sesak napas.Merupakan obat untuk

melonggarkan saluran pernapasan (bronkodilator).Obat yang dulu digunakan

untuk mengobati asma ini telah ditarik dari predaran dan menjadi obat bebas

(28)

mual, sakit kepala, insomia, dan denyut jantung yang cepat dan tidak teratur,

palpitasi, gangguan saluran cerna.

- Sildenafil Sitrat

Bahan ini dicampurkan dalam jamu kuat pria. Obat ini lebih mudah dikenal

dengan nama patennya yaitu Viagra. Merupakan obat keras yang hanya boleh

digunakan dengan resep dokter untuk mengatasi gangguan ereksi. Penggunaan

yang kurang tepat dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, gangguan

pencernaan, sakit kepala, reaksi hipersensitif, ereksi lebih dari 4 jam, bahkan

kematian. Tidak boleh digunakan untuk seseorang yang mengalami gagal

jantung, stroke dan penderita tekanan darah 90/50 mm hg. Sildenafil sitrat

memiliki efek samping timbulnya rasa sakit kepala, pusing, dyspepsia, mual,

nyeri perut, gangguan penglihatan, rhinitis (radang hidung), myocardial infark,

nyeri dada, palpitasi (denyut jantung cepat) dan kematian ( Yuliarti,2008)

2.3.Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR)

Ada dua jenis instrumen yang biasa digunakan untuk memperoleh spektrum inframerah

yaitu: instrumen dispersive (menggunakan monokromator) dan transformasi fourier

(menggunakan interferometer). Instrumen transformasi Fourier menghasilkan sumber

radiasi tanpa memerlukan dispersi. Dalam hal infra merah instrumen ini memiliki

prinsip yang sama dengan instrumen lain, tetapi instrumen ini menggunakan

interferometer dengan cermin yang bergerak untuk memindahkan bagian radiasi yang

dihasilkan oleh suatu sumber, sehingga menghasilkan interferogram dan diubah

kedalam persamaan ‘transformasi fourier’ untuk mengekstraksi spektrum dari suatu

(29)

Gambar 2.2 Diagram Skematis Spektrofotometer FT-IR (Watson, 2005)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada

berbagai panjang gelombang disebut spektrometer inframerah. Pancaran

inframerahumumnya mengacu pada bagian spektrum elektromagnet yang terletak di

antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro. Pancaran inframerah yang

kerapatannya kurang dari pada 100cm-1 (panjang gelombang lebih dari 100 µm) diserap

oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi energi putaran molekul. Penyerapan

itu tercatu dan demikian spektrum rotasi molekul terdiri dari garis-garis yang tersendiri

(Hartomo, 1986).

Serapan radiasi inframerah oleh suatu molekul terjadi karena interaksi vibrasi

ikatan kimia yang menyebabkan perubahan polarisabilitas dengan medan listrik

gelombang elektromagnetik (Wirjosentono, 1987). Terdapat dua macam getaran

molekul, yaitu getaran ulur dan getaran tekuk. Getaran ulur adalah suatu gerakan

berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom bertambah atau

berkurang. Getaran tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut-sudut ikatan antara

(30)

sisa molekul tanpa gerakan nisbi atom-atom di dalam gugusan. Contohnya liukan

(twisting), goyangan (rocking) dan getaran puntir yang menyangkut perubahan

sudut-sudut ikatan dengan acuan seperangkat koordinat yang disusun arbitter dalam molekul.

Hanya getaran yang menghasilkan perubahan momen dwikutub secara berirama saja

yang teramati di dalam inframerah (Hartomo, 1986).

Atom molekul bergerak dengan berbagai cara, tetapi selalu pada tingkat energi

tercatu. Energi getaran rentang untuk molekul organik bersesuaian dengan radiasi

inframerah dengan bilangan gelombang antara 1200 dan 4000 cm-1. Bagian tersebut

dari spektrum inframerah khususnya berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi

dalam senyawa organik. Memang daerah ini sering dinyatakan sebagai daerah gugus

fungsi karena kebanyakan gugus fungsi yang dianggap penting oleh para kimiawan

organik mempunyai serapan khas dan nisbi tetap pada panjang gelombang tersebut

(Pine, 1988).

Identifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh berbagai gugus fungsi

merupakan dasar penafsiran spektrum inframerah (Creswell, 1972).Hadirnya sebuah

puncak serapan dalam daerah gugus fungsi dalam sebuah spektrum inframerah hampir

selalu merupakan petunjuk pasti bahwa beberapa gugus fungsi tertentu terdapat dalam

senyawa cuplikan. Demikian pula, tidak adanya puncak dalam bagian tertentu dari

daerah gugus fungsi sebuah spektrum inframerah biasnya berarti bahwa gugus tersebut

yang menyerap pada daerah itu tidak ada (Pine, 1980). Asam karboksilat mempunyai

dua karakteristik absorbsi IR yang membuat senyawa -CO2H dapat diidentifikasi

sengan mudah. Ikatan O-H dari golongan karboksil diabsorbsi pada daerah 2500 sampai

3300 cm-1, dan ikatan C=O yang ditunjukkan diabsorbsi di antara 1710 sampai 1750

(31)

Daerah spektrum FT-IR dibagi menjadi tiga, yaitu :

- Daerah gugus fungsi (4000 – 1300 cm-1)

- Daerah sidik jari (1300 – 910 cm-1)

- Daerah aromatik ( 910 – 650 cm-1) ( Cooper, 1980 )

Untuk identifikasi, pada spektrum bahan yang diuji dibandingkan dengan

spektrum yang diperoleh dari bahan pembanding yang dilakukan secara bersamaan,

atau dengan spektrum pembanding. Spektrometer inframerah konvensional mendispersi

radiasi inframerah melalui kisi atau prisma. Pengembangan peralatan laboratorium

dengan sistem komputerisasi memberikan pilihan tambahan yaitu dengan menggunakan

interferometer yang dipasangkan dengan komputer untuk pengurangan data dengan

membuat transformasi Fourier pada interferogram untuk memperoleh spektrum

inframerah.Instrumen ini dikenal dengan Fourier Transform Infrared Spectrometers

(FTIR).Terlepas dari perbedaan kecil pada frekuensi rendah, semua jenis instrumen

inframerah yang disebutkan di atas menghasilkan data yang sebanding dan umumnya

dapat saling menggantikan untuk analisis kualitatif. Akantetapi, tiap instrumen

memiliki karakteristik sinyal terhadap detau (signal-to-noise) dan resolusi spesifik.

Spektrofotometer yang sesuai untuk uji identifikasi biasanya berkerja pada

daerah 4000 – 600 cm-1

(2,5 –

16,7 μ

m) atau dalam beberapa kasus sampai 250 cm-1

(40 μm). Jika harus digunakan teknik pemantulan total terlemahkan, instrumen harus

dilengkapi dengan tambahan elemen pemantul tunggal atau ganda yang sesuai. Setiap

elemen tambahan harus sesuai dengan spektrofotometer sehingga diperoleh transmisi

(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Bahan dan Alat

Bahan Merek

- Jamu Oplosan Unknown

- Obat Pereda Nyeri Unknown

- Jamu alami Unknown

- Bubuk Kalium Bromida E. Merck

Alat Merek

- Seperangkat alat FTIR Perkin Elmer

- Hand press

- Mortar

- HATR

- Pressure gauge

(33)

2.1.Prosedur Kerja 2.1.1. Preparasi Sampel

Jamu oplosan ditimbang sebanyak 0,005 gram, digerus dengan KBr bubuk 0,15

gram pada mortar kemudian dipress dengan Hand Press, hasil press diletakkan

pada holder lalu dimasukkan ke kompartemen untuk di scan. Dilakukan hal

yang sama dengan jamu alami dan obat pereda nyeri.

2.1.2. Analisa Gugus Fungsi dengan Fourier Transform Infrared(FTIR)

Dipreparasi sampel dalam bentuk bubuk dengan serbuk Kbr. Di press campuran

sampel dengan serbuk Kbr kemudian diuji.Pengujian dilakukan dengan

meletakkan sampel padakompartment. Kemudian kompartementdiletakkan pada

alat ke arah sinar infrared. Hasilnya akan di rekam kertas berkala berupa aluran

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Karakterisasi Spektrum FT-IR bertujuan untuk mengetahui perbandingan gugus fungsi

jamu oplosan dengan obat sintetik. Dengan mengetahui gugus fungsi yang terdapat

pada senyawa tersebut maka akan diperoleh informasi senyawa apakah yang terdapat

pada jamu oplosan dengan obat sintetik,

Gambar 4.1. Spektrum FT-IR Jamu Oplosan

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0

(35)

Tabel 4.1 Bilangan Gelombang pada Jamu Oplosan

Sampel Bilangan Gelombang (cm-1) Grup

Jamu Oplosan

837,77 Aromatik (para– substituted)

1260,69 Aromatik amina ( -NH- )

1630 Karbonil ( C = O )

2966,63 Alkil ( -CH3 )

3326,63 Alkohol ( -OH )

Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Jamu Alami

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0

(36)

Tabel 4.2 Bilangan Gelombang pada Jamu Alami

Sampel Bilangan Gelombang (cm-1) Grup

Jamu Alami

1457,61 Ikatan asimetrik (scissor)

1764,66 Karbonil ( C=O )

2926,61 Alkil ( -CH3 )

3335,58 Alkohol ( -OH )

Gambar 4.3. Spektrum FT-IR Obat Pereda Nyeri

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0

(37)

Tabel 4.2 Bilangan Gelombang pada Obat Pereda Nyeri

Sampel Bilangan Gelombang (cm-1) Grup

Obat Pereda Nyeri

837,58 Aromatik (para– substituted)

1260,39 Aromatik amina ( -NH- )

1611,34 Karbonil ( C = O )

2966,63 Alkil ( -CH3 )

3325,41 Alkohol ( -OH )

4.2. Pembahasan

Hasil spektrum FT-IR pada jamu oplosan menunjukkan adanya gugus

fungsipara substitusipada bilangan gelombang 837,77 cm-1, gugus fungsiaromatik

(-NH-) pada bilangan gelombang 1260,69 cm-1, gugus fungsikarbonil

(C=O)padabilangan gelombang 1630 cm-1, gugus fungsi alkil (-CH3) pada bilangan

gelombang 2966,63 cm-1, dan gugus fungsi alkohol (-OH)pada bilangan gelombang

3326,63 cm-1. Kemudian untuk obat pereda nyeri menunjukkan adanya gugus fungsi

para substitusi pada bilangan gelombang 837,58 cm-1, gugus fungsi aromatik (-NH-)

pada bilangan gelombang 1260,39 cm-1, gugus fungsi karbonil (C=O) pada bilangan

gelombang 1611,34 cm-1, gugus fungsi alkil (-CH3) pada bilangan gelombang 2966,63

cm-1, dan gugus fungsi alkohol (-OH)pada bilangan gelombang 3325,41 cm-1.Dari hasil

spektrum FT-IR pada jamu oplosan dan obat pereda nyeri tersebut terdapat

(38)

gelombang yang hampir sama. Hal ini membuktikan adanya persamaan gugus fungsi

antara jamu oplosan dengan obat pereda nyeri.

Pada jamu alami menunjukkan adanya gugus fungsi berbentuk ikatanAsimetrik

pada bilangan gelombang 1457,61 cm-1, gugus fungsi karbonil (C=O) pada bilangan

gelombang 1764,66 cm-1, gugus fungsi alkil (-CH3) pada bilangangelombang 2926,61

cm-1 dan gugus fungsi alkohol (-OH)pada bilangan gelombang 3335,54 cm-1. Dari hasil

spektrum FT-IR pada jamu alami tersebutterdapat puncak (peak) yang berbentuk pita

lebar (broad).

Berdasarkan hasil spektrum FT-IR , diperoleh persamaan gugus fungsi antara

jamu oplosan dengan obat pereda nyeri yang identik dengan senyawa

N–acetyl–para-aminophenol. Dan adanya perbedaan gugus fungsi antara jamu oplosan dengan jamu

alami yang ditandai dengan perbedaan bentuk puncak (peak), dan bentuk ikatannya.Hal

(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. KESIMPULAN

Dari hasil spektrum FTIR yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa :

- Spektrum FTIR dari jamu oplosan dan obat sintetik menunjukkan adanya

persamaan gugus fungsi yang identik dengan senyawaN–acetyl–para-aminophenol.

- Perbedaan gugus fungsi antara jamu oplosan dengan jamu alami menunjukkan

adanya penambahan bahan obat sintetis pada jamu oplosan.

1.2. SARAN

- Sebaiknya karakterisasijamu oplosan, jamu alami, dan obat pereda nyeri

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, J. W. 1980. Spectroscopic Techniques for Organic Chemists. New York:

Jhon Willey & Sons Publishing.

Creswell, C. J. 1972. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Edisi Kedua. Bandung:

Penerbit ITB.

Farmakope. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen

Kesehatan.

Harmanto, N. 2007.Pilih Jamu Herbal Tanpa Efek Samping.Jakaerta : Penerbit PT.

Elex Media Koputindo.

Hartomo, J. A. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi Keempat.

Jakarta: Erlangga.

Kee, J. L. 1993. Farmakologi Pendidikan Proses Keperawatan.Jakarta : Penerbit

EGC

Lestari ,E.D.2007. Analisis Daya Saing, Strategi, Dan Prospek Industri jamu di

Indonesia. Bogor:Penerbit ITB

McMurry, J. 2007. Organic Chemistry. International Student Edition.

China:Thomson.

Pine, S. 1998. Kimia Organik. Bandung: Terbitan Keempat. Penerbit ITB.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246 Tahun 1992

Peraturan Menteri Kesehatan No 917/menkes/per/X/1993

Sukandar, E.D. 2008.Tren dan ParadigmamDunia Farmasi. Bandung: Penerbit

ITB.

Sumardjo,D.2009.Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Syahputri, M.V. 2007.Pemastian Mutu Obat. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.

Watson, D.G.2009. Analisis Farmasi.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Wirjosentono, B. 1995. Analisis dan Karakterisasi Polimer. Edisi

Pertama. Cetakan Pertama. Medan: USU Press.

(41)
(42)

Gambar

Tabel 2.1 Penafsiran Spektrum Infra Merah Parasetamol (Watson,2005)
Gambar 2.2 Diagram Skematis Spektrofotometer FT-IR (Watson, 2005)
Gambar 4.1. Spektrum  FT-IR  Jamu Oplosan
Tabel 4.1 Bilangan Gelombang pada Jamu Oplosan
+3

Referensi

Dokumen terkait