• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI PULP BATANG KECOMBRANG DENGAN METODE SPEKTRUM X-RAY DIFRACTION (XRD) DAN FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTERISASI PULP BATANG KECOMBRANG DENGAN METODE SPEKTRUM X-RAY DIFRACTION (XRD) DAN FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FT-IR) SKRIPSI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI PULP BATANG KECOMBRANG DENGAN METODE SPEKTRUM X-RAY DIFRACTION (XRD) DAN FOURIER TRANSFORM

INFRA RED (FT-IR)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : ACHMAD ANTHONY

100801007

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

2

KARAKTERISASI PULP BATANG KECOMBRANG DENGAN METODE SPEKTRUM X-RAY DIFRACTION (XRD) DAN FOURIER TRANSFORM

INFRA RED (FT-IR)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

Diajukan Oleh : ACHMAD ANTHONY

100801007

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Karakterisasi Pulp Batang Kecombrang Dengan Metode Spektrum X-Ray Difraction (XRD) Dan Fourier Transform Infra Red (FT-IR)

Kategori : Skripsi

Nama : Achmad Anthony

Nomor Induk Mahasiswa : 100801007

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika

Departemen : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, 22 Desember 2016

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Ir. Zainal Abidin Nasution Dr. Perdinan Sinuhaji,M.S

NIP. 195303051984031002 NIP. 195903101987031002

Disetujui Oleh

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua,

Dr.Marhaposan Situmorang NIP. 195510301980031003

(4)

ii

PERNYATAAN

KARAKTERISASI PULP BATANG KECOMBRANG DENGAN METODE SPEKTRUM X-RAY DIFRACTION (XRD) DAN FOURIER TRANSFORM

INFRA RED (FT-IR)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, 22 Desember 2016

ACHMAD ANTHONY 100801007

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakterisasi Pulp Batang Kecombrang Dengan Metode Spektrum X-Ray Difraction (XRD) Dan Fourier Transform Infra Red (FT-IR)” yang disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih:

1. Kepada ayahanda dan ibunda tercinta M.Basyir dan Rusmani yang telah senantiasa mencurahkan kasih sayangnya.

2. Kepada abang dan kakak tersayang Suwondo Mawardi, Siti Kurniawati, dan Sri Wardani yang tidak pernah letih memberikan dukungan kepada penulis dalam segala hal.

3. Kepada Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, M.S dan Bapak Ir. Zainal Abidin Nasution yang telah bersedia memberikan nasehat, semangat, motivasi, serta saran demi sempurnanya skripsi ini.

6. Kepada seluruh staf dan pegawai Departemen Fisika, Bang Jo, Kak Yuspa, dan Kak Tini, terimakasih telah banyak membantu penulis dalam studi selama ini.

7. Kepada keluarga tercinta Physic Inside Fisika 2010, Wiharja Ginting, Maisyarah Yuniar Rangkuti, Nurlayla Hanum Dalimunthe, Nasrul Gucci, Fransiskus Waruwu, Baginda Helbin Sitorus, Sri Ita Alemina Kembaren, Juan RM Saragih, Jantiber Siburian, Bewamati Gea, Riki Efendi, Maizal Isnen, Ruth Mentari Hutahaean, Theresya Simanjuntak, Lasmini Sihombing, Juliana Sitorus, Lamhot Sihaloho, Edi Syahputra Tambunan, Rony Tamba, Ronald J Naibaho, Sahat Nababan, Lya O Simanjuntak, Desy CN Sinaga, Eka Sari, Dahniar Hasibuan, Ussy Damayanti, Jenery Seventina, Sri Anugerah Wati, Citra Wara Sinuraya, Ririn Sianturi, Ikhwanuddin, Faisal G Sibuea, Tulushati Buulolo, Zulniati, Riady P Sitanggang, Baik P Sihombing, Rumianto Manurung, Desmart Siburian, Esnaria Tambunan, Rika Erviani Parangin-angin, Melisa Feronita Tarigan, Gunawan B Sitorus, Marisa Marpaung, Amin Odos Sibuea, Ricky Dharmawan, Try Fadly Prasetya, Emidola E Pinem, Ataran H Marpaung, Jekson P Sitanggang, Roulina Gurning, Rahelita Br. Sidebang, Samuel P

(6)

iv

Hutauruk, Siti Nuraini, Ernita Munthe (RIP), serta kawan-kawan Fisika 2010, Zaylani Ray, Muliyati, Elsa Eka Putri, Nurhasanah, Betty Widya O, Amaluddin, Nuraini Fitri, Fera Novinda, Fadil, Erni Devina Hutasoit, Bagas, terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

8. Kepada Abang dan kakak, serta adek – adek keluarga besar Ikatan Mahasiswa Fisika.

9. Kepada Bapak dan Ibu Nainggolan, Bapak Antonius Saragih dan Ibu Nova, Bapak dan Ibu Sitepu, Mami Asnah sekeluarga, Ibu Hutabarat sekeluarga, Bik Martin sekeluarga, Bang Andre, Bang Juki, Bang Tito, Bang Rahmad Gaol sekeluarga, Ibu Dokter Siregar, Bang Indra Nasution, Bang Alamsyah, Bang Budi , Bang Maskur, Bang Adit, Bang Anto, kak Rosidah, Kak Onor, Kak Noni, Kak Juan, serta kawan – kawan di Komplek POLRI atas dukungan dan saran-saran selama ini.

(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian karakterisasi pulp batang kecombrang dengan metode difraksi XRD dan spektrum FTIR. Berdasarkan difraktogram XRD, terdapat tiga puncak difraksi tertinggi dengan garis kurva yang melebar dimana sudut putar 2θ dimulai dari 5º sampai 70º dengan kecepatan scan 2 deg/min. Dari difraksi XRD yang diperoleh , diketahui bahwa indeks kristalinitas selulosa pulp batang kecombrang adalah sebesar 73,05 %. Kemudian berdasarkan hasil pengujian spektrum FTIR pulp batang kecombrang diketahui sebanyak 10 puncak gugus fungsi senyawa organik. Dari 10 puncak gugus fungsi senyawa organik pulp batang kecombrang, terdapat 5 gugus fungsi senyawa organik pembangun kerangka struktur selulosa yang panjang gelombangnya yaitu 3394,72 cm-1 ; 2893,22 cm-1 ; 1639,49 cm-1 ; 1427,32 cm-1 ; 898,83 cm-1.

Kata kunci : pulp batang kecombrang, indeks kristalinitas dan kerangka pembangun struktur selulosa.

(8)

vi

ABSTRACT

Pulp stems kecombrang characterization studies have been conducted with the method diffraction XRD and FTIR spectrum. Based on the XRD diffractogram, there are three peaks with the highest diffraction line widened curve where the swivel angle 2θ starting from 5º to 70º with a scan speed of 2 deg / min. From the XRD diffraction obtained, it is known that the crystallinity index of cellulose pulp stem kecombrang amounted to 73.05%. Then, based on test results FTIR spectrum pulp stem kecombrang known as much as 10 peaks of functional groups of organic compounds. Of the top 10 of the functional groups of organic compounds pulp stem kecombrang, there are five functional groups of the organic compound cellulose structure of the skeleton builder wavelengths is 3394,72 cm-1 ; 2893,22 cm-1 ; 1639,49 cm-1 ; 1427,32 cm-1 ; 898,83 cm-1.

Keywords: pulp stem kecombrang, crystallinity index and a frame builder cellulose structure

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

1.5 Sistematika Penulisan 2

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 TanamanKecombrang 4

2.2 Pulp 6

2.3 Selulosa 6

2.4 Fourier Transform Infra Red (FTIR) 10

2.5 X-Ray Diffraction (XRD) 13

Bab 3. Metodologi 3.1 Tempat Penilitian 16

3.2 Peralatan dan Bahan 3.2.1 Peralatan 16

3.2.2 Bahan 16

3.3 Prosedur 17

3.4 Diagram Alir 3.4.1 Proses Pemasakan Pulp 18

3.4.2 Pengujian Sampel 19

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengujian struktur kristal dan amorf pulp batang kecombrang dengan spektrum XRD 20

4.1.1 Analisis struktur kristal dan amorf pulp batang Kecombrang berdasarkan spektrum XRD 21

4.2 Pengujian gugus fungsi senyawa organik pulp batang Kecombrang dengan spektrum FTIR 23

(10)

viii

4.2.1 Perbandingan bilangan gelombang gugus fungsi Senyawa organik selulosa standar dan selulosa

Pulp batang kecombrang 24

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 27

5.2 Saran 27

Daftar Pustaka 28

Lampiran

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Serat Alam 7

Tabel 4.1 Puncak Dfiraksi XRD Pulp Batang Kecombrang 21 Tabel 4.2 Puncak Tertinggi Difraksi XRD Pulp Batang Kecombrang 21

Tabel 4.3 Indeks Kristalinitas 22

Tabel 4.4 Bilangan Gelombang Selulosa Pulp Batang Kecombrang 24 Tabel 4.5 Bilangan Gelombang Selulosa Standar dan

Pulp Batang Kecombrang 25

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Kecombrang 5

Gambar 2.2 Vibrasi Rentangan 10

Gambar 2.3 Skema Alat XRD (X-Ray Diffraction) 13 Gambar 4.1 Spektrum XRD Pulp Batang Kecombrang 20 Gambar 4.2 Spektrum FTIR Pulp Batang Kecombrang 23

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa kini dunia industri telah banyak melakukan inovasi dalam hal pemilihan bahan baku. Banyak ilmuan dunia termasuk ilmuan Indonesia yang telah memiliki cara mengganti bahan baku dalam dunia industri yang ketersediaannya terbatas.

Baik dengan cara memanfaatkan limbah sampai memilih bahan alternatif yang jumlahnya banyak atau dapat diperbaharui. Salah satunya dengan memanfaatkan selulosa pulp serat alam.

Serat alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat batang kecombrang. Tanaman kecombrang merupakan salah satu tanaman jenis rempah yang tersebar cukup luas di Indonesia. Bagian tanaman yang umum digunakan adalah bunga dan batangnya. Kecombrang merupakan tumbuhan musiman yang berbentuk semak dengan tinggi ± 1-3 m. Tumbuhan kecombrang tumbuh dan berkembang dengan baik bila di tanam di tempat yang teduh, cukup air dan mengandung unsur hara.

Menurut Casey (1984), karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf, serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Karena bentuk selulosa berupa molekul besar yang mempunyai daerah kristalin dan amorf, maka reaksi – reaksi selulosa merupakan reaksi heterogen yang banyak tergantung pada gugus – gugus kimia yang berada pada permukaan atau pada daerah – daerah yang dapat ditembus oleh larutan kimia. Ikatan kimia dan gugus – gugus kimia pada selulosa yang dapat bereaksi adalah ikatan glukosidik, ikatan hemiasetal, gugus hidroksil, dan gugus aldehid.

Saat ini selulosa dan turunannya telah digunakan dalam berbagai aplikasi, antara lain sebagai serat, film, plastik, pelapis, agen suspensi, komposit, pasta gigi, cairan untuk pengeboran dan sampo. Turunan selulosa itu antara lain adalah CMC, MC, HEMC, dan HPMC.

(14)

2

Dari penguraian yang telah diketahui maka akan dilakukan penelitian mengenai karakterisasi selulosa pulp batang kecombrang dengan menggunakan metode spektrum FTIR dan XRD. Diharapkan hasil yang didapat dari penelitian ini bisa menambah wawasan akan kegunaan selulosa batang kecombrang.

1.2 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui indeks kristalinitas dari pulp batang kecombrang.

2. Untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik pembangun kerangka selulosa dari pulp batang kecombrang.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah untuk

1. Proses pembuatan pulp dari batang kecombrang

2. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian dengan metode XRD dan FT-IR.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :

1. Memberikan pengetahuan tentang aplikasi selulosa pulp batang kecombrang dalam dunia industri

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada masing – masing bab adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat, serta sistematika penulisan.

(15)

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan. Teori pendukung itu antara lain tentang tanaman kecombrang, pulp, serta prinsip kerja XRD dan FT-IR.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas proses pembuatan, diagram alir serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisikan hasil penelitian berupa data beserta sampel yang telah di uji dan analisis tugas akhir yang telah dibuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kecombrang

Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) adalah jenis tanaman rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna. Kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) mempunyai nama lain kincung (Medan), siantan (Melayu), kaalaa (Thai), honje (Sunda), bongkot (Bali), bunga kantan (Malaysia). Bunga kecombrang berwarna kemerahan seperti jenis tanaman pisang- pisangan jika batang sudah tua bentuk tanamannya mirip jahe dengan tinggi 5 meter. Bunga kecombrang termasuk salah satu anggota famili Zingiberaceae. Batang- batangnya berbentuk semu bulat gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak, saling berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang dan keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah.

Rimpangnya tebal, berwarna krem kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris berseling di batang semu, helaian daun jorong lonjong dengan ukuran 20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung tepinya bergelombang dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat berwarna hijau mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.

Klasifikasi tanaman kecombrang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan); Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh); Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji); Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga); Kelas: Liliopsida (Berkeping satu / monokotil); Sub Kelas: Commelinidae; Ordo: Zingiberales; Famili:

Zingiberaceae (suku jahe-jahean); Genus: Nicolaia serta Spesies: Nicolaia speciosa Horan.

(17)

Tanaman kecombrang disajikan pada Gambar 1 :

Gambar 2.1. Tanaman Kecombrang

Kecombrang merupakan salah satu tanaman jenis rempah yang tersebar cukup luas di Indonesia. Bagian tanaman yang umum digunakan adalah bunga dan batangnya. Naufalin (2005) menjelaskan bahwa pemanfaatan bunga kecombrang biasanya digunakan sebagai pemberi citarasa pada masakan, seperti urab, pecal, sambal, dan masakan lain. Batangnya dipakai sebagai pemberi citarasa pada masakan daging. Kecombrang juga dimanfaatkan sebagai obat- obatan yang berkaitan dengan khasiatnya, yaitu sebagai penghilang bau badan dan bau mulut (Hidayat dan Hutapea 1991).

Menurut Khatab (2008) dalam Hardiningtyas (2009) senyawa bioaktif adalah senyawa kimia aktif yang dihasilkan oleh organisme melalui jalur biosintetik metabolit sekunder. Muniarsih (2005), menyebutkan bahwa metabolit sekunder diproduksi oleh organisme pada saat kebutuhan metabolisme primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam mekanisme evolusi atau strategi adaptasi lingkungan. Kompetisi ruang dan makanan yang kuat juga mendorong organisme laut menghasilkan metabolit sekunder. Bagian batang, daun dan rimpang kecombrang seperti halnya bunga diketahui mengandung senyawa bioaktif seperti polifenol, alkaloid, flavonoid, steroid saponin dan minyak atsiri yang memiliki potensi sebagai antioksidan.

(18)

6

2.2 Pulp

Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi pulp juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp sering juga disebut hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, atau secara mekanik atau dengan kombinasi keduanya.

Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti grinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) , NSSC (Neutral Sulfite Semichemical). Sedangkan yang termasuk proses kimia yaitu Proses kraft yang merupakan bagian proses basa dan proses sulfit yang termasuk proses asam. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada proses mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif dan mineral). Pulp jenis softwood (serat panjang) dapat di hasilkan dari bahan baku pinus. Umur pinus (age of pine) siap tebang minimum 15,0 tahun dan rata-rata 15,76 tahun, sedangkan panjang serat 2-6 mm (www.scribd.com/doc/38677826/Chapter-II).

2.3 Selulosa

Selulosa adalah karbohidrat paling melimpah di alam, namun pemanfaatannya belum optimum. Selulosa terdiri atas monomer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan - 1,4-glikosida. Dengan menghidrolisis ikatan glikosida, dapat diperoleh glukosa, yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti produksi bioetanol. Salah satu masalah pada hidrolisis selulosa adalah keberadaan lignin dan hemiselulosa yang menjadi penghambat bagi hidrolisis selulosa. Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman dan menempati

(19)

hampir 60% komponen penyusun struktur kayu. Jumlah selulosa di alam sangat berlimpah sebagai sisa tanaman atau dalam bentuk sisa pertanian seperti jerami padi, kulit jagung, gandum,kulit tebu dan lain-lain tumbuhan.

Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat banyak di alam. Bobot molekulnya tinggi, strukturnya teratur berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan β-D-Glukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata, polidispersitas dan konfigurasi rantainya. Sebagai sumber serat, batang pisang cukup potensial untuk di kembangkan menjadi pulp karena memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Selulosa ditemui dalam tumbuhan mikrofibril (2-20 nm diameter and 100 – 40 000 nm long). Struktur rangkaian selulosa adalah struktur ikatan yang kuat pada dinding sel. Serat Selulosa digunakan dalam penyedian pulpa. Selulosa membolehkan penghidratan yang tinggi bagi sesetengah bacteria (cth:- Acetobacter xylinum). Selulosa merupakan polimer yang ditemukan di dalam dinding sel tumbuhan seperti kayu, dahan, dan daun. Selulosa itulah yang menyebabkan struktur-struktur kayu, dahan dan daun menjadi kuat.

Tabel 2.1 Komposisi kimia serat alam

Nama Selulosa Hemi Selulosa Lignin Ket

Abaka 60-65 6-8 5-10 Pisang

Coir 43 1 45 Sabut Kelapa

Kapas 90 6 - Bungkus, Biji

Flax 70-72 14 4-5 -

Jute 61-63 13 3-13 -

Mesta 60 15 10 -

Palmirah 40-50 15 42-45 -

Nenas 80 - 12 Daunnya

Rami 80-85 3-4 0,5-1 Kulit Batang

Sisal 60-67 10-15 8-12 Daun

(20)

8

Straw 40 28 18 -

Sumber: http://buletinlitbang. Dephan.go.id. Tahun 2007

Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu:

1. (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600 - 1500. Selulosa a dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian selulosa .

2. Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15 - 90, dapat mengendap bila dinetralkan.

3. Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP nya kurang dari 15.

Selain itu ada yang disebut Hemiselulosa dan Holoselulosa yaitu:

1. Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis akan menghasilkan D-manova, D-galaktosa, D-Xylosa, L-arabinosa dan asam uranat.

2. Holosefulosa adalah bagian dari serat yang bebas dan sari dan lignin, terdiri dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa.

Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (mumi). Selulosa α >

92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak.Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain (serat rayon). Selulosa dapat disenyawakan (esterifikasi) dengan asam anorganik seperti asam nitrat (NC), asam sulfat (SC) dan asam fosfat (FC). Dari ketiga unsur tersebut, NC memiliki nilai ekonomis yang' strategis daripada asam sulfat/SC dan fosfat/FC karena dapat digunakan sebagai sumber bahan baku propelan/bahan peledak pada industri pembuatan munisi/mesin dan atau bahan peledak.

(21)

Macam-macam pengujian untuk memperoleh selulosa alfa dari tanaman adalah sebagai berikut:

1. Uji Morfologi Serat. Uji morfologi serat dilaksanakan untuk menunjukkan panjang serat dalam keadaan utuh, dalam hal ini panjang serat merupakan sifat utama untuk menentukan kekuatan pulp dan kekuatan kertas.

2. Uji Bilangan Kappa. Uji bilangan kappa dilaksanakan untuk menentukan jumlah pemakaian bahan kimia yang digunakan dalam proses pemutihan (bleaching).

3. Uji Kadar Selulosa dalam Pulp. Uji kadar selulosa dalam pulp dilaksanakan untuk menentukan kadar selulosa α, γ danβ, yang ada dalam pulp putih maupun pulp yang belum diputihkan.

4. Uji Kadar Abu. Uji kadar abu dilaksanakan untuk menentukan kadar abu yang terdapat dalam contoh yang akan diuji (tanaman rami yang terdiri dari batang, serat dan campuran batang dan serat rami).

5. Uji Kelarutan Kayu (dalam Air Dingin dan Air Panas). Uji kelarutan kayu dalam air dingin dan air panas dilaksanakan untuk menentukan banyaknya komponen kayu yang larut dalam air dingin maupun air panas , meliputi garam-garam organik, garam-garam anorganik, gula, siklitol, pectin, galaktan, tannin, pigmen, polisakarida dan komponen lain yang temidrolisa.

6. Uji Lignin. Uji lignin dilaksanakan untuk mengetahui jumlah lignin yang terdapat dalam kayu dan pulp. Ligninyaitu bagian yang terdapat dalam lamela tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, merupakan senyawa aromatik berbentuk amorf. Pulp akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku dan rapuh.

7. Uji KadarAir. Uji kadar air dilaksanakan untuk menentukan kebutuhan jumlah cairan pemasak. Demikian pula kadar air pulp untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan pemutih.

(22)

10

8. Uji Kadar Sani Uji kadar sari (ekstrak alkohol-benzena) dilaksanakan untuk mengetahui jumlah kandungannya yang terdapat dalam pulp. Sari (ekstrak) alkohol benzena adalah zat dalam kayu atau pulp yang terekstrasi oleh alkohol benzena sebagai pelarut, dilakukan pada titik didih pelarut dalam waktu tertentu.

9. Uji dalam Larutan Natrium Hidroksida Satu Persen. Uji dalam larutan natrium hidroksida satu persen dilaksanakan untuk menyatakan banyaknya komponen yang larut, meliputi senyawa anorganik dan organik.

2.4 Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Trasform Infra Red (FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer IR dispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Umumnya daerah radiasi infra merah (IR) terbagi dalam daerah IR dekat (14290-4000 cm-1), IR jauh (700-200 cm-1) dan IR tengah (4000-666 cm-1).

Daerah yang paling banyak digunakan untuk keperluan penyidikan terbatas pada daerah IR tengah. (Silverstein,1986).

Vibrasi rentangan dapat dibedakan vibrasi rentangan simetri dan vibrasi rentangan asimetri. Sedangkan vibrasi bengkokan dibedakan menjadi guntingan (scissoring), kibasan (waging), pelintiran (twisting) dan goyangan (rocking).

Ragam vibrasi rentangan dan bengkokan ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 2.2 Vibrasi rentangan

(23)

Prinsip kerja dari alat FTIR adalah interaksi antara materi berupa molekul senyawa kompleks dengan energi berupa sinar infrared mengakibatkan molekul - molekul bervibrasi dimana besarnya energi vibrasi tiap komponen molekul berbeda-beda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga akan dihasilkan frekuensi yang berbeda. Adanya perbedaan tingkat energi vibrasi komponen molekul, analisis spektroskopi inframerah dapat mengidentifikasi keberadaan komponen atau gugus fungsi dalam molekul. Massa tereduksi pada tiap-tiap atom menyebabkan adanya perbedaan serapan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain, sehingga dihasilkan spektra yang memiliki puncak (peak) berbeda-beda.

Cara membaca spektra FTIR :

1. Tentukan sumbu X dan Y-sumbu dari spektrum. X-sumbu dari spektrum IR diberi label sebagai "bilangan gelombang" dan jumlahnya berkisar dari 400 di paling kanan untuk 4.000 di paling kiri. X-sumbu menyediakan nomor penyerapan. Sumbu Y diberi label sebagai "transmitansi Persen"

dan jumlahnya berkisar dari 0 pada bagian bawah dan 100 di atas.

2. Tentukan karakteristik puncak dalam spektrum IR. Semua spektrum inframerah mengandung banyak puncak. Selanjutnya melihat data daerah gugus fungsi yang diperlukan untuk membaca spektrum.

3. Tentukan daerah spektrum di mana puncak karakteristik ada. Spektrum IR dapat dipisahkan menjadi empat wilayah. Rentang wilayah pertama dari 4.000 ke 2.500. Rentang wilayah kedua dari 2.500 sampai 2.000. Ketiga wilayah berkisar dari 2.000 sampai 1.500. Rentang wilayah keempat dari 1.500 ke 400.

4. Tentukan kelompok fungsional diserap di wilayah pertama. Jika spektrum memiliki karakteristik puncak di kisaran 4.000 hingga 2.500, puncak sesuai dengan penyerapan yang disebabkan oleh NH, CH dan obligasi OH tunggal.

(24)

12

5. Tentukan kelompok fungsional diserap di wilayah kedua. Jika spektrum memiliki karakteristik puncak di kisaran 2.500 hingga 2.000, puncak sesuai dengan penyerapan yang disebabkan oleh ikatan rangkap tiga.

6. Tentukan kelompok fungsional diserap di wilayah ketiga. Jika spektrum memiliki karakteristik puncak di kisaran 2.000 sampai 1.500, puncak sesuai dengan penyerapan yang disebabkan oleh ikatan rangkap seperti C

= O, C = N dan C = C.

7. Bandingkan puncak di wilayah keempat ke puncak di wilayah keempat spektrum IR lain. Yang keempat dikenal sebagai daerah sidik jari dari spektrum IR dan mengandung sejumlah besar puncak serapan yang account untuk berbagai macam ikatan tunggal. Jika semua puncak dalam spektrum IR, termasuk yang di wilayah keempat, adalah identik dengan puncak spektrum lain, maka Anda dapat yakin bahwa dua senyawa adalah identik.

FTIR terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :

a. Sumber sinar, yang terbuat dari filamen Nerst atau globar yang dipanaskan menggunakan listrik hingga temperatur 1000 – 1800ºC.

b. Beam splitter, berupa material transparan dengan indeks relatif, sehingga menghasilkan 50% radiasi akan direfleksikan dan 50%

radiasi akan diteruskan.

c. Interferometer, merupakan bagian utama dari FTIR yang berfungsi untuk membentuk interferogram yang akan diteruskan menuju detektor.

d. Daerah cuplikan, dimana berkas acuan dan cuplikan masuk ke dalam daerah cuplikan dan masing – masing menembus sel acuan dan cuplikan secara bersesuaian.

e. Detektor, merupakan piranti yang mengukur energi pancaran yang lewat akibat panas yang dihasilkan. Detektor yang sering digunakan adalah termokopel dan balometer.

(25)

2.5 X – Ray Difraction (XRD)

Sinar-X adalah gelombang Elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,5 - 2,5 A. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berkecepatan tinggi dengan logam sasaran. Oleh karena itu, suatu tabung sinar-X harus mempunyai suatu sumber elektron, voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya elektron elektron yang ditumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat dan energinya diubah menjadi foton.

Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi.

Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan struktur suatu padatan kristalin adalah metode difraksi sinar-X serbuk (X- ray powder diffractio). Sampel berupa serbuk padatan kristalin yang memiliki ukuran kecil

dengan diameter butiran kristalnya sekitar 10-7 – 10-4 m ditempatkan pada suatu plat kaca. Sinar-X diperoleh dari elektron yang keluar dari filamen panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi, dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya tembaga (Cu).

(26)

14

Gambar 2.3 Skema alat XRD

Persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang dihamburkan merupakan berkas difraksi dikenal sebagai Hukum Bragg. Hukum Bragg menyatakan bahwa perbedaan lintasan berkas difrasi sinar-X harus merupakan kelipatan panjang gelombang.

Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg. Detektor bergerak dengan kecepatan sudut yang konstan untuk mendeteksi berkas sinar-X yang didifraksikan oleh sampel. Sampel serbuk atau padatan kristalin memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun secara acak dengan berbagai kemungkinan orientasi, begitu pula partikel-partikel kristal yang terdapat di dalamnya. Setiap kumpulan bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut tertentu, sehingga difraksi sinar-X memenuhi Hukum Bragg :

n λ = 2 d sin θ

dengan ;

n : orde difraksi ( 1,2,3,…) λ : Panjang sinar­X d : Jarak kisi θ : Sudut difraksi

Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data analog atau digital.

Rekaman data analog berupa grafik garis-garis yang terekam per menit sinkron,

(27)

dengan detektor dalam sudut 2θ per menit, sehingga sumbu-x setara dengan sudut 2θ. Sedangkan rekaman digital menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah intensitas cahaya per detik. Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu.

Besarnya intensitas relatif dari deretan puncak - puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu padatan kristalin yang berbeda.

(28)

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND) Medan Sumatera Utara, Laboratorium Penelitian Faktultas Farmasi USU, Laboratorium Penelitian FISIKA, FMIPA – UNIMED.

3.2 Peralatan dan Bahan – Bahan 3.2.1 Peralatan

1. Fourier Transform Infra Red

Berfungsi sebagai alat uji gugus fungsi senyawa organik 2. X-Ray Difraction

Berfungsi sebagai alat uji kristal dan amorf 3. Blender

Berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan pulp 4. Ember

Berfungsi sebagai tempat pemutihan serat batang kecombrang

5. Digester dengan suhu 146ºC

Berfungsi sebagai tempat untuk memasak serat batang kecombrang

3.2.2 Bahan – Bahan

1. Batang kering kecombrang 2. NaOH 1,5%

3. Air 4. Kaporit

(29)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pemasakan pulp batang kecombrang

Pemasakan pulp batang kecombrang dilakukan dengan menggunakan periuk/wadah pemasak terbuka dengan tambahan larutan NaOH%. Ketika air dengan tambahan larutan NaOH 1,5% sudah mendidih, dimasukkan batang kecombrang kering setelah ditimbang terlebih dahulu sebanyak 500gr. Dimasak selama 30 menit sambil sesekali diaduk agar masaknya merata. Setelah proses pemasakan selesai, kemudian didinginkan dan dicuci bersih. Kemudian direndam dengan air bersih dan tambahkan air kaporit agar terjadi proses pemucatan (bleaching). Setelah itu dicuci bersih dan akan diperoleh pulp batang kecombrang yang putih bersih. Agar terjadi pengembangan serat, maka dilakukan perendaman dengan air bersih selama 24 jam. Setelah itu keesokan harinya dicuci kembali dengan air bersih dan dilakukan pemblenderan agar diperoleh pulp batang kecombrang dalam bentuk bubur dan siap untuk dicetak.

(30)

18

3.4 Diagram Alir Penelitian

3.4.1 Diagram alir proses Pemasakan Pulp

Dikeringkan dibawah sinar matahari

Ditimbang 500gr

Pemasakan (30 menit)

Larutan NaOH 1,5 %

Air

Bersih Pencucian Air Buangan

Pencucian

Pengeringan Pencetakan Pulp Batang

Kecombrang Batang Kecombrang

Penghalusan / Blender Pemucatan

(24 jam) Air

Bersih Air Buangan

Pulp Batang Kecombrang

(31)

3.4.2 Diagram Alir Pengujian Sampel

Pulp Batang Kecombrang

Data

Analisa Data

Analisis gugus fungsi senyawa organik

dengan FTIR Dihaluskan 5gr

Analisis struktur kristal/amorf dengan

XRD

Hasil

(32)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian struktur kristal dan amorf pulp batang kecombrang dengan spektrum XRD

Data yang dihasilkan berupa intensitas dan sudut difraksi (2θ). Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan intensitas relative bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu. Berikut hasil pengujian XRD pulp batang kecombrang :

Gambar 4.1 Hasil Spektrum XRD Pulp Batang Kecombrang

(33)

Berdasarkan hasil spektrum diatas, maka diperoleh data dalam bentuk tabel.

Berikut data hasil pengujian dengan spektrum XRD :

Tabel 4.1 Data Puncak Difraksi XRD Pulp Batang Kecombrang

No Puncak Sudut 2θ

(deg)

Intensitas (cps)

1 A 15,66 319

2 B 20,08 211

3 C 22,19 1184

4 D 24,76 75

5 E 34,68 58

6 F 35,66 37

7 G 43,88 54

4.1.1 Analisis struktur kristal selulosa pulp batang kecombrang berdasarkan spektrum XRD

Menurut persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu sampel yang mengandung kristal, maka bidang kristal akan membiaskan sinar-X tersebut.

Panjang gelombang sinar-X sama dengan jarak antar kisi dalam kristal. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat pada sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkan.

Dari tabel 4.1 diatas, diperoleh tiga puncak tertinggi. Berikut tabel puncak difraksi XRD pulp batang kecombrang dengan puncak tertinggi :

Tabel 4.2 Puncak Difraksi XRD dari Pulp Batang Kecombrang

No Puncak Sudut 2θ

(deg)

Intensitas (cps)

1 C 22,19 1184

2 A 15,66 319

3 B 20,08 211

(34)

22

Dari tabel 4.2 teridentifikasi tiga puncak tertinggi pada sudut 2θ = 22,19º, sudut 2θ = 15,66º dan sudut 2θ = 20,08º. Observasi sampel selulosa pulp batang kecombrang dilakukan pada sudut putar 2θ dari 5º sampai dengan 70º dengan kecepatan scan 2 deg/min. Hasil karakterisasi difraksi XRD menunjukkan bahwa selulosa pulp batang kecombrang memiliki dua puncak spesifik pada sudut 2θ = 22,19º dan sudut 2θ = 15,66º.

Indeks kristalinitas dapat diketahui dengan mengukur tinggi puncak dari spektrum difraksi XRD. Indeks kristalinitas (Ic) dihitung berdasarkan rasio ketinggian puncak utama (primary peak= Ioo2) dan puncak kedua (secondary peak=Iam).

(Sunkyu,2010)

x 100%

Indeks kristalinitas dapat disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Indeks Kristalinitas

Sampel Intensitas (cps)

Indeks Kristalinitas (%) Pulp Batang

Kecombrang

Primary Peak (Ioo2)

secondary peak (Iam)

1184 319 73,05

Selulosa terdiri atas bagian kristal dan bagian amorf. Bagian kristal dinyatakan dalam persentase sebagai indeks kristalinitas. Indeks kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang berbentuk amorf. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh indeks kristalinitas selulosa pulp batang kecombrang sebesar 73,05%, yang artinya ada pada pulp batang kecombrang terdapat 73,05% kristal dan 26,95% amorf.

(35)

4.2 Pengujian gugus fungsi seyawa organik pulp batang kecombrang dengan metode spektrum FT-IR

Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan spektroskopi infra merah yang dilengkapi dengan transformasi fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Spektrum infra merah yang diperoleh kemudian diplot sebagai intensitas fungsi energi, panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1). Berikut hasil pengujiannya :

Gambar 4.2 spektrum FTIR selulosa pulp batang kecombrang

(36)

24

Pengujian gugus fungsi senyawa organik dengan metode spektrum FTIR ini telah dilakukan terhadap sampel berupa pulp batang kecombrang. Dari hasil pengujian tersebut, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.4 Bilangan Gelombang Selulosa Pulp Batang Kecombrang No Bilangan Gelombang Pulp Batang

Kecombrang (cm-1)

1 3394,72

2 2893,22

3 2353,16

4 2129,41

5 1639,49

6 1427,32

7 1365,60

8 1319,31

9 1111

10 898,83

4.2.1 Perbandingan Bilangan Gelombang Gugus Fungsi Senyawa organik Antara Selulosa Standar Dan Selulosa Pulp Batang Kecombrang

Menurut Mohadi, 2014, spektrum FTIR selulosa standar menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 3350,7 cm-1 yang merupakan gugus hidroksi (O-H) vibrasi regangan. Berikutnya puncak dengan bilangan gelombang 2901,3 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi regangan (C-H) dari gugus alkil yang merupakan kerangka pembangun struktur selulosa. Bilangan gelombang 1640 cm-

1 dan 1430 cm-1 menunjukkan gugus alkil (C-H). Diperkuat pula oleh gugus eter (C-O) yang merupakan vibrasi regangan yang terletak pada bilangan 1282 cm-1 dan 1035 cm-1 , yang merupakan penghubung rantai karbon dalam senyawa selulosa. Bilangan gelombang 898,50 cm-1 merupakan cincin selulosa dari deformasi dan regangan (C – O – C), (C – C – O), dan (C – C – H).

(37)

Menurut Purwanto, 2014, gugus fungsi senyawa organik yang teridentifikasi sebagai penyusun kerangka selulosa yaitu gugus fungsi senyawa organik ( - CH2) pada bilangan gelombang 903 cm-1, gugus fungsi senyawa organik (C – H) pada bilangan gelombang 2924 cm-1, gugus fungsi senyawa organik (C – O) pada bilangan gelombang 1065 cm-1 ; 1327 cm-1 dan 1242 cm-1 dan gugus fungsi senyawa organik (O – H) pada bilangan gelombang 3441 cm-1.

Berikut tabel perbandingan gugus fungsi senyawa organik antara selulosa standar dan pulp batang kecombrang :

Tabel 4.5 Bilangan Gelombang Spektrum FTIR Selulosa Standar Dan Selulosa Pulp Batang Kecombrang

No Bilangan Gelombang (cm-1)

Selulosa Standar (cm-1) Pulp Batang Kecombrang (cm-1)

1 3350,70 3394,72

2 2901,34 2893,22

3 2366,40 2353,16

4 2346,40 -

5 2129,90 2129,41

6 1640,09 1639,49

7 1430,00 1427,32

8 1372,30 1365,60

9 1337,00 -

10 1318,10 1319,31

11 1282,10 -

12 1235,90 -

13 1202,90 -

14 1163,30 -

15 1112,20 1111

16 1059,60 -

17 1035,80 -

18 898,50 898,83

19 670,20 -

20 663,40 -

21 617,00 -

22 561,00 -

(38)

26

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Bahwa pulp batang kecombrang memiliki 10 puncak gugus fungsi senyawa organik.

b. Seluruh puncak gugus fungsi senyawa organik pulp batang kecombrang mengikuti pola sepktrum FTIR selulosa standar yang memiliki 22 puncak gugus fungsi senyawa organik. Kemudian dari 10 puncak gugus fungsi senyawa organik pulp batang kecombrang yang mengikuti pola spektrum FTIR selulosa standar, terdapat 5 puncak gugus fungsi senyawa organik pembangun kerangka selulosa dengan bilangan gelombang 3394,72 cm-1 ; 2893,22 cm-1 ; 1639,49 cm-1 ; 1427,32 cm-1 ; 898,83 cm-1.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan difraksi XRD, terdapat tiga puncak difraksi tertinggi dengan garis kurva yang melebar dimana sudut putar 2θ dimulai dari 5º sampai 70º dengan kecepatan scan 2 deg/min. Dari difraksi XRD yang diperoleh , diketahui bahwa indeks kristalinitas selulosa pulp batang kecombrang adalah sebesar 73,05 %.

2. Dari hasil spektrum FTIR diperoleh sebanyak 10 puncak gugus fungsi senyawa organik yang mengikuti pola spektrum selulosa standar. Kemudian dari 10 puncak gugus fungsi senyawa organik tersebut terdapat 5 gugus fungsi senyawa organik pembangun kerangka struktur selulosa dengan panjang 3394,72 cm-1 ; 2893,22 cm-1 ; 1639,49 cm-1 ; 1427,32 cm-1 ; 898,83 cm-1.

5.2 Saran

1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan pengujian untuk mengetahui kadar selulosa α, selulosa β dan selulosa µ

(40)

28

DAFTAR PUSTAKA

Casey, James P, 1980, Pulp and Paper : Chemistry and Chemical Technology, Third Edition, Volume I, II, III, John Willey and Sons Inc.

Desmar, 2015, Pembuatan dan Karakterisasi Pulp Batang Kecombrang Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas, Skripsi, USU Medan.

Mohadi, R A Saputra, N Hidayati dan A Lestari, 2014, Studi Interaksi Ion

Logam2+ Dengan Selulosa Serbuk Kayu, Jurnal Kimia, Vol.8 No.1, hal.1-8 Nasution, Z A, 2015, Karakterisasi Selulosa Jaringan Vaskular Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Pola Difraksi XRD dan Spektrum FTIR, Jurnal Industri Hasil Perkebunan, Vol.10 No.1.Hal. 49-56.

Purwanto, W D Astuti, H Sosiati dan K Triyana, 2014, Karakteristik Morfologi dan Struktur Mikro Serat Kenaf (Hibiscus Cannabinus L) Akibat Perlakuan Kimia, Prosiding Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta,

ISSN.0853-0822, hal. 66-69.

(41)

LAMPIRAN A2

Batang kecombrang kering

(42)

30

Wadah pemasak

Timbangan Digital

Blender

(43)

Tabung Digester

Pulp Batang Kecombrang

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi kimia serat alam
Gambar 2.2 Vibrasi rentangan
Gambar 2.3 Skema alat XRD
Gambar 4.1 Hasil Spektrum XRD Pulp Batang Kecombrang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian bahwa dari 62 (52,1) remaja putri yang mengalami menarche tidak normal mengalami aspek psikologis yang negatif yaitu sebanyak 53 (85.5%), Hasil

Setelah dilanjutkan dengan pengujian Duncan bahwa pemberian pakan berupa kotoran sapi, limbah sayur kubis, dan limbah buah pepaya memberikan pengaruh yang

(iii) To report to the members where they consider that the going concern assumption has been used inappropriately, for example, when the financial statements indicate that

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data kasus diare di Kota Jakarta Pusat selama tahun 2004-2013 yang bersumber dari dokumen atau laporan kasus diare

Jika dikonsultasikan dengan pedoman pengambilan keputusan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada ranah kogntif menggunakan model pembelajaran kooperatif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Aplikasi pengenalan tanaman obat tradisional memiliki 3 menu pilihan yaitu menu daftar

Penyebab tidak terlalu berbedanya nilai indeks keanekaragaman antar stasiun penelitian karena kondisi terumbu karang didaerah tersebut tergolong baik sampai dengan

Saat kegiatan belajar matematika berlangsung, tidak jarang seorang guru menyuruh siswa mengerjakan soal setelah materi yang diajarkan telah disampaikan, setelah itu beberapa