• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi Wilayah dan Analisis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian untuk Komoditas Unggulan Hortikultura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Observasi Wilayah dan Analisis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian untuk Komoditas Unggulan Hortikultura"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

OBSERVASI WILAYAH DAN ANALISIS PEMANFAATAN

ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS

UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

RODEARNI PURBA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

OBSERVASI WILAYAH DAN ANALISIS PEMANFAATAN

ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS

UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh :

RODEARNI PURBA

050308042/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

RODEARNI SIBORO: “Observasi Wilayah dan Analisis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian untuk Komoditas Unggulan Hortikultura ”, dibawah bimbingan bapak Saipul Bahri Daulay sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Achwil Putra Munir sebagai anggota komisi pembimbing.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia pada pengolahan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, teknologi menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan produki pertanian serta mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah pemanfaatan alat pengolahan lahan untuk produk-produk hortikultura. Metode penelitian ini menggunakan metode survey eksplanatori dengan menggunakan data primer (sampel petani) dan data sekunder (instansi terkait). Dari penelitian ada 17 unit traktor besar dan 5 unit traktor tangan di kecamatan Silimakuta. Dalam pengolahan lahan ada 60% yang menggunakan mesin pengolah lahan dan 40% masih menggunakan tenaga buruh harian. Komoditas unggulan untuk kecamatan Silimakuta adalah kubis, kentang, ubi jalar dan tomat.

Kata kunci: hortikultura, alat dan mesin pertanian, tenaga harian, komoditas

unggulan, survey eksplanatori.

ABSTRACT

RODEARNI Siboro: "Observation Area and Utilization Analysis Equipment and Agricultural Machinery for Horticulture Commodity Commodities", under the guidance of Mister Saipul Bahri Daulay as leader of the commission supervising and Mister Achwil Putra Munir as a member of the supervising committee.

Along with the increasing human demand on the processing of land to meet the needs of food, technology was one factor in improving agricultural produki and to support economic growth in a region. This study aimed to obtain the amount of utilization of land management tool for horticultural products. This research method using explanatory survey using primary data (sample farmers) and secondary data (related agencies). From the research there are 17 units large tractors and 5 units of hand tractors in the district Silimakuta. In the processing area there are 60% who use the machine processing of land and 40% still use daily labor. Commodities to districts Silimakuta are cabbage, potatoes, sweet potatoes and tomatoes.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidamanik pada tanggal 22 juli 1987, dan merupakan

anak keempat dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak R. Purba dan Ibu R. Samosir. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1

Pematang Raya dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB-USU).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA), menjadi anggota Paduan Suara

Transeamus Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (PS Transeamus FP USU) dan mengikuti kegiatan Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM-KMK UP FP USU).

Pada tanggal 12 Juli sampai dengan 12 Agustus 2008, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik kelapa sawit PTPN II.

Sawit Seberang Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2010 dengan judul “Observasi Wilayah dan Analisis Pemanfaatan Alat dan Mesin

Pertanian untuk Komoditas Unggulan Hortikultura Di Kabupaten

Simalungun”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing yaitu Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan penelitian, sampai dengan

penyelesian skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda R. Purba dan Ibunda R. Samosir, kakak-kakakku (Asdonal Purba,

Jackson Purba, Rosari Purba), serta adik-adikku (Rafles Purba, Dosma Purba, Andy Purba, dan Ance Purba), dan Iparku (Lestari Haloho, dan Fitri Rajagukguk)

atas segala dukungan dan doa, juga dukungan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan sarjana di Teknik Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih buat dukungan teman-teman TEP’05.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2010

(6)

DAFTAR ISI

Pemodelan Sistem. ... 14

Pendekatan Sistem. ... 15

Metodologi Sistem. ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Bahan dan Alat Penelitian ... 18

Bahan…. ... 18

Alat... ... 18

Metode Penelitian ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

Metoda Analisis. ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Simalungun. ... 22

Topografi Kabupaten Simalungun. ... 22

Iklim.. ... 22

Infrastuktur. ... 23

Kecamatan Silimakuta. ... 24

Kondisi Umum Lahan Pertanian di Kecamatan Silimakuta... 25

Teknik Tanah dan Air. ... 27

Sistem Manajemen Keteknikan Pertanian... 28

Perbengkelan. ... 28

Penentuan Komoditas Unggulan Hortikultura. ... 28

Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian. ... 29

Evaluasi Aspek. ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN. ... 36

Kesimpulan. ... 36

Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA. ... 38

(7)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani………….... ... 25

2. Luas wilayah menurut desa dan jenis penggunaan lahan. ... 25

3. Data potensi tanaman hortikultura Kecamatan Silimakuta. ... 26

4. Data monografi hortikultura Kecamatan Silimakuta. ... 27

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Frekwensi metoda pengolahan lahan di Kecamatan Silimakuta. ... 32

2. Frekwensi umur petani di kecamatan Silimakuta. ... 32

3. Frekwensi pendidikan petani di Kecamatan Silimakuta. ... 33

4. Pengolahan lahan dengan menggunakan traktor. ... 43

5. Lahan yang sudah siap untuk ditanami. ... 43

6. Pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga buruh harian. ... 44

7. Sub Terminal Agribisnis Saribudolok. ... 44

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flowchart penelitian. ... 40

2. Kuisioner pemanfaatan alat dan mesin pertanian. ... 41

3. Karakteristik petani sampel Kecamatan Silimakuta. ... 43

4. Penggunaan alat dan biaya penggunaan alat untuk pengolahan lahan... 45

5. Komoditas unggulan wilayah Kabupaten Simalungun. ... 47

(10)

ABSTRAK

RODEARNI SIBORO: “Observasi Wilayah dan Analisis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian untuk Komoditas Unggulan Hortikultura ”, dibawah bimbingan bapak Saipul Bahri Daulay sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Achwil Putra Munir sebagai anggota komisi pembimbing.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia pada pengolahan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, teknologi menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan produki pertanian serta mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah pemanfaatan alat pengolahan lahan untuk produk-produk hortikultura. Metode penelitian ini menggunakan metode survey eksplanatori dengan menggunakan data primer (sampel petani) dan data sekunder (instansi terkait). Dari penelitian ada 17 unit traktor besar dan 5 unit traktor tangan di kecamatan Silimakuta. Dalam pengolahan lahan ada 60% yang menggunakan mesin pengolah lahan dan 40% masih menggunakan tenaga buruh harian. Komoditas unggulan untuk kecamatan Silimakuta adalah kubis, kentang, ubi jalar dan tomat.

Kata kunci: hortikultura, alat dan mesin pertanian, tenaga harian, komoditas

unggulan, survey eksplanatori.

ABSTRACT

RODEARNI Siboro: "Observation Area and Utilization Analysis Equipment and Agricultural Machinery for Horticulture Commodity Commodities", under the guidance of Mister Saipul Bahri Daulay as leader of the commission supervising and Mister Achwil Putra Munir as a member of the supervising committee.

Along with the increasing human demand on the processing of land to meet the needs of food, technology was one factor in improving agricultural produki and to support economic growth in a region. This study aimed to obtain the amount of utilization of land management tool for horticultural products. This research method using explanatory survey using primary data (sample farmers) and secondary data (related agencies). From the research there are 17 units large tractors and 5 units of hand tractors in the district Silimakuta. In the processing area there are 60% who use the machine processing of land and 40% still use daily labor. Commodities to districts Silimakuta are cabbage, potatoes, sweet potatoes and tomatoes.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoriras penduduknya. Produksi pertanian itu sendiri dapat dikembangkan salah satunya dengan melakukan

pengeksplotasian sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia secara efisien, efektif dan selektif dengan tujuan agar peningkatan produksi hasil pertanian dapat lebih optimal.

Perkembangan hortikutura berkaitan erat dengan sejarah peradaban manusia. Istilah hortikultura sendiri pertama kali tersurat dalam abad XVII dalam

tulisan Peter Launberg tahun 1631. Istilah tersebut berasal dari bahasa latin yaitu hortus dan colore atau cultura. Hortus bermakna kebun, sedangkan colore berarti menanam. Dengan demikian hortikultura mengandung arti pengusahaan tanaman

di kebun atau di seputar tempat tinggal (Ashari, 1995).

Komoditas hortikultura merupakan komoditas perdagangan (Soekartawi,

1996). Sebagai komoditas perdagangan, pengembangannya memegang peran strategis dalam menunjang peningkatan perkembangan ekonomi wilayah. Hingga saat ini belum banyak penelitian yang berorientasi kepada explorasi potensi

unggulan tanaman hortikultura daerah dalam konteks pengembangan wilayah. Pengembangan berbasis potensi wilayah berguna dalam memberikan gambaran

(12)

merupakan salah satu target pembangunan di daerah tertinggal khususnya, perlu

upaya menemukenali komoditas unggulan hortikultura. Penelitian ini berguna dalam menggali potensi pertanian khususnya komoditas hortikultura yang diteliti

dalam menunjang alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi wilayah, dan masyarakat petani khususnya.

Khusus dalam peningkatan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi kegiatan prapanen hingga pada pasca panen memerlukan dukungan

berbagai sarana dan prasarana produksi yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat mesin pertanian.

Peran teknologi memegang peran sangat besar dalam pengembangan

pertanian Indonesia. Menurut Sa’id dalam Husodo (2004), prasyarat teknologi bagi pengembangan pertanian Indonesia yang saling berinteraksi secara dinamis

antara lain: technoware (fasilitas fisik), humanware (SDM), infoware, serta orgaware (organisasi). Secara spesifik, infoware merupakan fakta dan informasi yang tercatat, seperti desain, spesifikasi, dan cetak biru yang memungkinkan cepat

dipelajari, serta berbagai informasi, misalnya database. Ini berarti sistem informasi memegang peran dalam pengembangan teknologi bidang pertanian.

Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun adalah salah satu dari sentra pertanian di provinsi Sumatera Utara khususnya dalam penyediaan bahan pangan terutama komoditas hortikultura, sehingga dirasakan bahwa pertanian

(13)

Dengan masih banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya

dari sektor pertanian khususnya komoditas hortikultura mengakibatkan perekonomian daerah tersebut ikut juga terpengaruh. Hal ini menjadi perhatian

penting bagi pemerintah untuk memperhatikan kehidupan para petani, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melihat potensi pertanian yang sangat baik di daerah ini Pemkab Simalungun mendirikan stasiun pertanian yaitu Sub

Terminal Agribisnis (STA) untuk membantu para petani dalam aktivitas pascapanen termasuk dalam pemasaran hasil-hasil pertanian mereka. Sub

Terminal Agribisnis (STA) adalah sub terminal dimana penjual dan pembeli bertemu untuk bertransaksi, sehingga memudahkan petani dalam menemukan konsumen yang sesuai dengan produk hortikultura yang dipanen

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai potensi dan

pemanfaaatan alat dan mesin pertanian untuk komoditas unggulan hortikultura dengan pendekatan analisis wilayah di kecamatan Silimakuta, kabupaten Simalungun.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat melaksanakan

ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen pemasok

bahan bakar dalam hal ini Pertamina sebagai informasi untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan alokasi bahan bakar untuk konsumsi alat mesin

(14)

Pemerintah Kecamatan Silimakuta serta masyarakat sebagai informasi jumlah

alat mesin pertanian di daerah tersebut.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Indonesia

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini

berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebahagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan

keamanan nasional. Namun keberadaan sumber daya lahan yang terbatas tidak mampu menghimbangi kebutuhan lahan yang sangat pesat baik dari sektor

pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan (Djaenuddin, 1996).

Salah satu komoditas pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Hortikultura (sayur-sayuran,

buah-buahan, bunga-bungaan) merupakan komoditas unggulan, khususnya di kecamatan Silimakuta. Keunggulan komoditas ini ditunjang oeh kondisi lingkungan (lahan dan iklim) yang menunjang, sebagian masyarakat sudah

mengenalnya dengan baik, potensi sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar

(Saragih, 1997).

Ilmu hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan hasil tanaman, termasuk teknik perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen dan

(16)

erat dengan bidang-bidang ilmu lainnya, seperti fisiologi, biokimia, genetika,

entomologi, fitopalogi, ilmu tanah, klimatologi, dan ilmu-ilmu alamiah lainnya.

Budidaya tanaman hortkultura di Indonesia belum memberikan kontribusi

yang besar, dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Banyak faktor yang menjadi kendala untuk pengembangan komoditas hortikultura. Selain lemahnya modal usaha yang dimiliki dan rendahnya pengetahuan petani, kendala

lain yang dominan adalah harga produk hortikultura yang rendah dan sangat berfluktuasi, prasarana transportasi yang kurang mendukung, dan belum

berkembangnya agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura sebagai bahan baku (Lakitan, 1995).

Selain sebagai komoditas unggulan, hortikultura juga berperan sebagai

sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, dan penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan

hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-ekonomi dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, musim tanam yang pendek memungkinkan perputaran modal semakin cepat dan dapat

meminimalkan ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto,1989).

Secara umum lahan yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah

yang bertimbulan datar atau sedikit landai. Lahan yang terlalu miring tidak cocok karena biasanya bertanah miskin hara (kecuali yang tanahnya terbentuk dari endapan abu volkan) dan memerlukan penterasan untuk pengendalian erosi.

Penterasan yang sampai menyingkapkan lapisan bawahan tanah dapat membuat tanah bertambah miskin hara (kecuali apabila lapisan atasan tanah yang lebih kaya

(17)

lapisan bawah tanah). Tanah yang baik untuk pengembangan hortikultura ialah

tanah aluvial asal jangan terlalu berpasir atau berbatu dan bebas banjir. Pemilihan tapak penanaman yang baik sebetulnya lebih ditentukan oleh iklim berkenaan

dengan suhu, curah hujan (Terra, 1948).

Keberhasilan pengembangan hortikultura ditentukan oleh kecanggihan dan kelengkapan komponen teknologi yang dirakit dalam sistem budidayanya. Hal ini

terutama benar apabila hortikultura akan diperankan sebagai ujung tombak agroindustri dan agribisnis. Dengan mengembangkan hortikultura, penggunaan

lahan untuk pertanian dapat dihemat. Dengan demikian dampak negatif konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat berkurang kegawatannya. Mengembangkan hortikultura rumah kaca menjadikan faktor iklim dan musim

tidak penting lagi. Persoalan hama dan penyakit juga dapat dikendalikan penuh. Dengan medium tumbuh buatan (tanah buatan) pengembangan hortikultura tidak

lagi terbatasi oleh ketersediaan secara alami tanah-tanah yang sesuai. Hal ini akan memudahkan penyusunan tataguna tanah dan mengurangi terjadinya perebutan menempati lahan antar kepentingan yang bersaing. Sudah barang tentu tidak

seluruh budidaya hortikultura dapat dan boleh dilakukan sepenuhnya dengan lingkungan dan medium tumbuh buatan. Tanaman yang dibudidayakan untuk

melayani kebutuhan masyarakat dalam jumlah banyak, seperti kentang, kacang tanah, dan kedelai, atau tanamannya berukuran besar, seperti pohon buah, harus diusahakan di lahan sungguhan. Budidaya rumah kaca dengan medium tumbuh

buatan membuat hasilnya menjadi mahal sehingga hanya akan terbeli oleh golongan masyarakat berpenghasilan besar padahal rakyat umum juga

(18)

tanaman-tanaman tersebut harus dibudidayakan di lahan sungguhan. Hortikultura yang

dapat dikerjakan sepenuhnya secara buatan ialah pembibitan dan pembenihan. Barangkali cara tersebut lebih baik agar mutu bibit dan benihnya lebih

terjamin.Tanaman bunga dan hias boleh diproduksi dengan piranti buatan karena konsumennya berada dalam golongan masyarakat atasan.

Selain berperan penting dalam pengembangan wilayah, usaha tani

hortikultura merupakan bentuk pertanian yang lebih maju daripada usaha tani tanaman pangan. Sebagai pertanian yang lebih maju, usaha tani hortikultura

berorientasi pasar sehingga harus menguntungkan serta diusahakan secara intensif dengan modal yang memadai. Walaupun demikian, usaha tani hortikultura di Indonesia masih memperlihatkan sifat tradisional. Hal ini ditunjukan dengan

aktivitas yang mengandalkan kemampuan dan sumberdaya seadanya. Ciri umum aktivitas tersebut antara lain; tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi

pengelola rendah; penguasaan lahan kecil (< 0,25 Ha) dan terpencar lokasinya; akses terhadap informasi, pengetahuan, teknologi dan pasar yang terbatas; kesulitan permodalan; serta lemahnya kelembagaan pertanian (Soekartawi,1996).

Hasil tanaman hortikultura umumnya mudah rusak (perishable), sehingga kehilangan hasil setelah panen akan sangat tinggi jika produk tersebut tidak segera

diolah menjadi bahan yang lebih tahan simpan. Kehilangan hasil pada tahap pasca panen ini umumnya lebih besar di negara-negara berkembang dibandingkan di negara maju. Besarnya porsi kehilangan hasil pasca panen di Indonesia

(19)

1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan

untuk mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi lebih lama.

2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang

layak.

3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi

pertanian.

4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian, dan

5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau

tidak sepadan antara tenaga dan ongkos yang dikeluarkan dalam proses pengolahan produk pertanian dengan nilai tambah ekonomi yang

didapatkan dari produk olahan tersebut.

(Lakitan, 1995).

Menyadari bahwa kehilangan hasil pada tahap pasca panen merupakan masalah utama yang dihadapi untuk komoditas hortikultura di negara berkembang (termasuk Indonesia), maka sewajarnyalah agroindustri mendapat perhatian

khusus dalam rencana pembangunan pertanian di Indonesia di masa yang akan datang. Rupa agroindustri untuk negara berkembang tentu harus berbeda dengan

apa yang diterapkan di negara maju, karena landasan permasalahannya berbeda. Di Indonesia, agroindustri yang ideal adalah yang secara langsung melibatkan petani kecil sebagai pemasok bahan bakunya. Dengan demikian, maka dua tujuan

dapat dicapai dalam satu kegiatan, yakni mengurangi kehilangan hasil pada tahap pasca panen dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, dimana ada dua

(20)

agroindustri yang secara maksimal memanfaatkan produk pertanian yang

dihasilkan petani kecil; kedua, mengembangkan agroindustri skala kacil yang dikelola secara langsung oleh petani yang bersangkutan atau melalui kelompok

tani.

Teknologi Alat Mesin Pertanian

Dalam hakikatnya manusia itu selalu tergantung kepada lingkungannya,

akan tetapi dalam upaya manusia memenuhi kebutuhannya mereka tidak selalu tergantung pada alam akan tetapi manusia dapat mempengaruhi, merubah,

menciptakan corak dan bentuk lingkungan, untuk mengolah lingkungan alam sehingga tercipta benda-benda kebutuhan manusia secara fisik mempunyai keterbatasan untuk itu diperlukan seperangkat peralatan dan cara penggunaannya

yang disebut teknologi (Rifai dkk, 1990).

Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan

produksi pangan dan mengembalikan swasembada pangan adalah penerapan teknologi alat dan mesin pertanian. Penggunaan alat dan mesin pertanian dalam usaha produksi antara lain:

1. Menumbuhkembangkan budaya pola tanam yang tepat untuk

mendukung pola tanam dan pola panen yang serentak pada suatu

hamparan tertentu sekaligus mendukung upaya terpadu.

2. Meningkatkan intensitas tanam dan panen dan sekaligus meningkatkan

produksi.

3. Mengurangi susut dan meningkatkan sumbangan nyata terhadap

(21)

(Mangunwidjaja, 2005).

Alat mesin pertanian ialah susunan dari alat-alat yang kompleks yang saling terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai

tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan masukan tenaga. Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat

mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya.

Macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu:

1. Alat mesin pembukaan lahan

2. Alat mesin untuk produksi pertanian

- Alat mesin pengolahan tanah

- Alat mesin penanam

- Alat mesin pemeliharaan tanaman

- Alat mesin pemanen

3. Alat mesin pengolahan hasil pertanian (pascapanen)

- Alat mesin pengering

- Alat mesin pembersih atau pemisah

- Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

(22)

Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan

produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan

untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani. Pada perkembangan awalnya penerapan teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami hambatan dalam hal

teknis, ekonomis, dan sosial. Penggunaan traktor sebagai salah satu teknologi mekanis mulai berkembang pesat mulai tahun 70-an. Traktor 2-roda yang pada

tahun 1973 berjumlah 1.914 unit meningkat menjadi 53.867 unit pada tahun 1995, sementara itu traktor 4-roda hanya sedikit mengalami peningkatan dari dari 1.600 unit menjadi 6.124 unit (Lisyanto, 2002).

Mekanisasi pertanian dengan menggunakan semua perlengkapan, baik yang dikerjakan oleh tenaga manusia, hewan, maupun tenaga mesin, secara tepat

guna tentunya sangat diharapkan akan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja manusia, dan memungkinkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mungkin atau tidak mudah dilakukan manusia dapat diselesaikan dengan mudah, dan yang

dimaksud dengan alat dan mesin pertanian sendiri sebetulnya oleh komisi pengujian alat dan mesin pertanian didefinisikan sebagai semua alat yang

(23)

Data dan Sistem

Banyak terdapat pengertian data yang dirangkum dari berbagai sumber. Bagian ini akan mengutip tiga pengertian data dari sudut pandang yang

berbeda-beda.

1. Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data diterjemahkan

sebagai istilah yang berasal dari kata “datum” yang berarti fakta atau

bahan-bahan keterangan.

2. Dari sudut pandang bisnis, terdapat pengertian data bisnis sebagai berikut:

“business data is an organization’s description of things (resources) and events(transactions) that is faces”.

Jadi data, dalam hal ini disebut sebagai data bisnis, merupakan deskripsi

organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transaction) yang terjadi.

3. Pengertian yang lain mengatakan bahwa “data is the description of things

and events that we face”, data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.

4. Gordon B Davis dalam bukunya management informations system :

conseptual foundations, structure, and development menyebut data sebagai bahan mentah dari informasi, yang dirumuskan sebagai kelompok lambang-lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah atau tindakan atau hal-hal lain.

(24)

simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk

dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis

data. (Wahyono, 2004).

Dari segi etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “systema”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan “system”, yang mempunyai arti yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

Menurut filsuf Stoa, sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem (Vaza, 2007).

Selain klasifikasi sistem sebagai entitas dan sebagai metode, terdapat pula klasifikasi sistem sebagai berikut :

1. Sistem abstrak dan sistem fisik

(25)

2. Sistem tertutup dan sistem terbuka

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi atau energi dengan lingkungannya, dikenal sebagai yang mandiri (sef contained). Contoh; reaksi di dalam sebuah tabung berisoasi dan tertutup. Sistem terbuka adalah sistem yang mewadahi pertukaran informasi, materi atau energi dengan lingkungannya. Contoh; sistem biologis seperti manusia.

3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik

Sebuah sistem probabilistik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara tepat. Sistem probabilistik adalah sistem yang tidak dapat dipastikan secara ekstrak keluaran yang dihasilkan.

(Budihardjo, 1995).

Pemodelan sistem

Pemodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling” untuk

menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka pemodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model.

Sebagai landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada tahapan pemodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi

model-model secara terperinci (Eriyanto, 2003).

(26)

dan keluarannya jamak. Pada pengembangan model sistem, dkenal adanya tiga tahap : abstraksi, deduksi dan realisasi. Pada tahap abstraksi, hubungan-hubungan yang penting dipilih, diikuti dengan analisis model yang berakhir pada kesimpulan. Tahap pembuatan kesimpulan ini disebut tahap deduksi. Sedangkan tahap realisasi merupakan tahap penerjemahan ke dalam pernyataan dapat diperiksa kebenarannya mengenai sistem sesungguhnya. Tahap relisasi itu sendiri terdiri atas dua bagian yaitu validasi dan implementasi. Validasi dimaksud untuk melakukan pemeriksaan apakah model itu memiliki validitas, agar kesimpulan yang diambil dapat diimplementasikan. Kalau hasil validasi tidak memenuhi kriteria pemeriksaan, daur pengembangan model dilakukan lagi dengan memanfaatkan informasi dari daur pertama (Budihardjo, 1995).

Proses pada suatu sistem merupakan aktivitas yang mentransformasi input menjadi output. Dengan demikian dapat berupa sebuah mesin, sebuah komputer, sebuah bahan kimia ataupun peralatan.

Output, seperti halnya input, dapat berupa produk-produk, jasa-jasa, informasi seperti misanya sebuah printout komputer, atau energi seperti misalnya output sebuah perusahaan hidroelektronik. Output merupakan hasil-hasil pengoperasian dari proses-proses, atau dengan perkataan lain tujuan adanya sistem yang bersangkutan.

(27)

mendeterminasi dengan cara tertentu performa sistem tersebut. Mengingat bahwa lingkungan berada di luar sistem yang ada, maka berarti bahwa sistem tersebut tidak dapat mengendalikan secara langsung perilaku lingkungan tersebut.

Pendekatan sistem

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara sistematik dan menyeluruh untuk memecahkan masalah yang melibatkan suatu sistem. Ini adalah suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks.

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian

persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem dianggap efektif. Metode penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan

melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi

dan operasi sistem tersebut (Eriyanto, 1999).

Metodologi sistem

Metodologi sistem mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu gugus

alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi. Tahap ini dimulai dengan sesuatu yang primitif, yaitu

mengerti akan adanya kebutuhan sistem yang harus dicukupi. Suatu analisa yang dilakukan secara hati-hati terhadap kebutuhan dilanjutkan dengan menentukan hal-hal yang harus dikerjakan, dalam bentuk suatu operasi yang dapat bermanfaat.

(28)

sumber-sumber terseleksi yang dapat digunakan. Pada tahap ini tersusun suatu

pernyataan masalah yang harus diselesaikan oleh sistem yang telah dirancang dan/atau dikelola. Hasi dari tahap evaluasi adalah set alternatif dari kebutuhan

yang telah diidentifikasi.

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis meliputi : 1. analisa kebutuhan, 2. identifikasi sistem, 3. formulasi masalah, 4. pembentukan

alternatif sistem, 5. determinasi dari realisasi fisik, sosial, ekonomi dan politik, 6. penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial). Langkah pertama sampai

keenam umumnya dilakukan dalam suatu kesatuan kerja yang dikenal sebagai Analisa Sistem. Analisa Sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran utama untuk mengembangkan maupun memodifikasi sistem tersebut.

Dengan kata lain, sistem analisa melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam urutan untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang

dideskripsikan. Analisa kebutuhan sangat sukar dikerjakan terutama dalam menentukan dari sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang ada, mana kebutuhan yang

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mulai Maret hingga Juni 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Peta kabupaten Simalungun

2. Data sumber daya lahan, ekonomi wilayah

3. Bahan wawancara

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Alat tulis

2. Kamera

3. Komputer

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode survey dimana penelitian bertujuan menggali informasi mengenai potensi wilayah komoditi hotikultura dan alat dan

(30)

Prosedur Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir studi, tahapan-tahapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan studi penelitian ini adalah :

1. Melakukan kajian teoritis untuk memahami aspek-aspek wilayah yang

penting bagi pengembangan komoditas unggulan sayur-sayuran di Kabupaten Simalungun.

2. Inventarisasi dan kompilasi data kondisi eksisting di wilayah studi aspek

fisik, sosial, ekonomi, kelembagaan dan kebijakan wilayah. Pada tahap ini

dilakukan survei observasi lapangan, serta studi literatur dan data sekunder.

3. Melakukan analisis wilayah pada semua aspek penentu komoditas unggulan

baik spasial maupun tabular.

4. Melakukan interpretasi hasil analisis dan pembahasan.

Metoda Analisis

Metode kegiatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, ialah metode survey eksplanatory yaitu penelitian yang bertujuan menggali informasi mengenai

potensi dan karakteristik objek yang diteliti dengan pendekatan analisis wilayah. Batasan wilayah sebagai unit analisis ialah Kecamatan Silimakuta Wilayah

(31)

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dibutuhkan sebagai berikut:

1. Data primer

Adalah data dan pengamatan yang dikumpulkan secara langsung dari lokasi kegiatan dengan metode survei, observasi dan wawancara.

2. Data sekunder

Adalah data dan informasi yang telah ada yang bersumber dari STA (Sub Terminal Agribisnis) terkait. Data tersebut antara lain data sumberdaya lahan,

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera

Utara dengan luas wilayah 438.660 ha atau sekitar 6,12 persen dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara. Sejak 23 Juni 2008 ibukotanya resmi pindah ke

Pematang Raya, dimana sebelumnya ibukotanya adalah Pematang Siantar. Kabupaten Simalungun memiliki 846.329 jiwa yang tersebar di 31 kecamatan. Secara geografis terletak di antara 2o36’ Lintang Utara sampai 3o18’ Lintang

Utara dan 98o32’ Bujur Timur sampai 99o35’ Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Simalungun :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagei - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan

Topografi Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun terletak pada ketinggian 200-1500 di atas

permukaan laut. Dari keseluruhan luas areal tanah di Kabupaten Simalungun, hampir 70 % adalah pertanian dan perkebunan.

Iklim

Di Kabupaten Simalungun sama halnya dengan daerah lain di Indonesia hanya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

(33)

Maret-Mei dengan rata-rata 24,88 oC, kelembapan udara rata-rata 84% dengan

kelembapan tertinggi pada bulan Oktober yaitu 87%, dengan penguapan rata-rata 3,46 mm/hari. Dalam satu tahun rata-rata terdapat 14 hari hujan dengan hari hujan

tertinggi terdapat pada bulan Nopember sebanyak 22 hari hujan, kemudian bulan Oktober sebanyak 20 hari hujan. Curah hujan terbanyak terdapat pada bulan Agustus sebesar 461 mm.

Infrastruktur

Dalam peningkatan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber

daya manusia diperlukan infrastruktur yang mendukung terlebih dalam pengembangan komoditas hortikultura di Kabupaten Simalungun. Infrastruktur ini bisa berupa sarana perhubungan, pendidikan, kesehatan, lembaga pemasaran,

listrik maupun sumber air.

Untuk memudahkan masyarakat dalam menjual produk pertaniannya di

Kabupaten Simalungun tepatnya di kecamatan Silimakuta didirikan Sub Terminal Agribisnis, yaitu sub terminal dimana penjual dan pembeli bertemu untuk bertransaksi, sehingga memudahkan petani dalam menemukan konsumen yang

sesuai dengan produk hortikultura yang dipanen. Hal ini juga memudahkan pemerintah dalam mendistribusikan produku-produk hortikultura ke daerah lain di

luar kabupaten Simalungun. Di Indonesia sendiri ada 53 unit STA dimana di Sumatera Utara sendiri ada 4 STA yaitu STA Merek di Kabupaten Karo, STA Talun Kenas di Kabupaten Deli Serdang, STA Air Batu di Kabupaten Asahan,

(34)

Di samping itu, Kabupaten Simalungun juga memiliki sarana komunikasi,

listrik, pendidikan maupun air bersih yang sudah disalurkan ke rumah-rumah penduduk.

Kecamatan Silimakuta

Pengembangan wilayah kecamatan Silimakuta sangat berpengaruh terhadap pembangunan Kabupaten Simalungun secara keseluruhan. Sektor

pertanian wilayah ini sangat mendominasi konstribusi pendapatan wilayah meskipun terdapat kecamatan yang memiliki kegiatan utama pada sektor

perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan sektor pertanian berperan penting dalam perkembangan ekonomi di lokasi studi.

Kecamatan Silimakuta terletak pada ketinggian 1400 m diatas permukaan

laut. Luas wilayah 8.850 Ha.

Batas-batas wilayah :

 Sebelah Utara : Kecamatan Pamatang Silimakuta

 Sebelah barat : Kecamatan Merek

 Sebelah Timur : Kecamatan Purba

 Sebelah Selatan : Danau Toba

Kecamatan Silimakuta terdiri dari 6 desa yaitu : 1. Desa Sibangun Mariah, 2. Desa

(35)

Tabel 1. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani

Desa Petani (jiwa)

Sibangun Mariah 944

Saribudolok 2.262

Purba Sinombah 731

Purba tua 848

Purba tua baru 323

Sinar Baru *)

*) merupakan pemekaran dari desa Purba Tua sehingga jumlah petani data petani

masih disatukan

Sumber: Katalog BPS 2009 (Silimakuta dalam angka)

Kondisi Umum Lahan Pertanian di Kecamatan Silimakuta

Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya bidang pertanian di

Kecamatan Silimakuta diantaranya adalah aspek budaya, dimana masyarakat Silimakuta sudah turun-temurun mengandalkan pertanian sebagai mata pencahariannya yang utama serta aspek geografis, dengan keadaan topografinya

yang datar dan berada di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut yang sangat baik untuk bercocok tanam hortikultura.

Tabel 2. Luas wilayah menurut desa dan jenis penggunaan lahan

(36)

Data di atas merupakan data dari katalog BPS 2009 (Silimakuta dalam

angka), pada tabel di atas diketahui bahwa semua desa memiliki lahan kering yang jauh lebih luas dibandingkan dengan lahan sawah maupun lahan lainnya sehingga

sangat memungkinkan untuk ditanami dengan tanaman hortikultura. Desa Saribudolok sendiri merupakan desa yang luas lahan keringnya paling luas dibandingkan desa-desa lainnya (2.030 Ha) sehingga dalam distribusi produk

hortikultura pun desa ini menyumbangkan lebih banyak produk dibandingkan dengan desa lainnya.

Tanaman hortikultura yang ditanam di Kecamatan Silimakuta ialah wortel, kubis, tomat, selada, cabai, petsay, buncis, bawang merah, ubi jalar, daun sop, arcis, terung belanda, jeruk, kentang, labu siam, nenas, dan lobak.

Tabel 3. Data potensi tanaman hortikultura Kecamatan Silimakuta

Komoditas Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton/Ha)

Ubi jalar 255 15

(37)

Teknik Tanah dan Air

Mengingat bahwa luas lahan kering di Kecamatan Silimakuta jauh lebih luas dari lahan sawah maupun lahan lainnya, sehingga sangat produktif dalam

bercocok tanam tanaman hortikultura. Dalam pengolahan lahan petani menggunakan traktor untuk lahan yang datan dan miring, sedangkan untuk lahan yang curam, petani menggunakan cangkul. Untuk pengairan lahan pertanian

hortikultura petani sangat bergantung pada hujan, karena topografinya yang berada pada dataran tinggi sehingga kemungkinan untuk melakukan irigasi teknis

sangat kecil.

Tabel 3. Data monografi hortikultura Kecamatan Silimakuta

No Desa Luas

Sumber : Sub Terminal Agribisnis Silimakuta

Tabel diatas merupakan komoditas yang bersifat unggul dibandingkan

komoditas lainnya di lokasi studi, artinya selain produk diatas masih ada komoditas lain yang ditanam oleh petani namun hanya secara kecil-kecilan seperti

(38)

(tidak ada konsentrasi pada kecamatan tertentu) dan masing-masing tidak

menunjukkan kekhasan pada komoditas tertentu, kecuali komoditas nenas yang hanya terdapat di desa Purbatua dan desa Purbatua baru.

Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian

Pemahaman petani mengenai sistem dan manajemen dalam bertani tanaman hortikultura sangat minim, dimana kebanyakan petani hanya memikirkan

keuntungan yang diperoleh tanpa memperhitungkan permintaan pasar. Dalam pengolahan lahan kebanyakan petani sudah menggunakan tenaga motor (traktor),

sehingga mengefektifkan waktu pengolahan, meskipun kebanyakan kepemilikan alat adalah swasta, artinya hanya sedikit petani yang memiliki traktor sendiri.

Adanya koperasi pertanian juga sangat membantu para petani untuk

mengetahui waktu pemakaian alat, serta tarif pemakaian jasa swasta yang ditetapkan membuat petani lebih mudah mengkalkulasi biaya yang akan kelur

dalam mengolah lahan mereka.

Di Kecamatan Silimakuta sendiri sangat jarang didatangkan PPL dari Dinas Pertanian yang mengakibatkan beberapa petani yang latar pendidikan

rendah kurang bisa membudidayakan tanaman hortikultura mereka lebih maksimal. Padahal Kecamatan Silimakuta sendiri merupakan kecamatan di

(39)

Perbengkelan

Belum ada bengkel-bengkel khusus pertanian di Kecamatan Silimakuta, petani biasanya memperbaiki peralatan/mesin pertaniannya di bengkel mobil dan

membeli suku cadangnya di ibukota privinsi maupun kabupaten.

Penentuan Komoditas Unggulan Hortikultura

Sebagai salah satu sentra wilayah pertanian di Sumatera Utara,

pengembangan pertanian di Kabupaten Simalungun bergantung pada keunggulan komperatif wilayahnya yaitu sumber daya lahan sebagai penunjang utama

produksi pertaniannya.

Untuk menentukan apakah komoditas unggul atau tidak ada beberapa indicator yang perlu dipertimbangkan, yaitu luas lahan yang digunakan untuk

menanam tanaman hortikultura, jika cukup luas ini menandakan bahwa keinginan petani untuk menanamnya cukup tinggi sehingga menjadikan komoditas ini

primadona di kalangan petani. Selain itu permintaan pasar yang cukup tinggi untuk komoditas hortikultura juga bisa dijadikan sebagai indikator penentuan

unggul produk.

Berdasarkan hasil analisis, kesesuaian lahan, luas panen dan produktivitas tanaman hortikultura di Kecamatan Silimakuta, maka komoditas hortikultuta

dapat dibagi menjadi komoditas unggulan dan komoditas berpotensi unggul. Komoditas yang termasuk unggulan ialah kubis, tomat, dan kentang. Sedangkan komoditas berpotensi unggul ialah wortel, cabe, petsay, jeruk, buncis, lobak, dan

(40)

Mayoritas petani di Kecamatan Silimakuta menjadikan kubis, kentang dan

tomat sebagai pilihan utama tanaman mereka dikarenakan mereka merasakan keuntungan yang besar dari produk mereka.

Pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian

Tidak semua proses pertanian dapat dilakukan menggunakan alat dan mesin pertanian, karena terbentur beberapa kendala seperti ; mahalnya harga alat

dan mesin pertanian, dan pengoperasiannya memerlukan biaya BBM, dan kepemilikan lahan oleh beberapa petani cukup kecil, sehingga kurang efisien dan

ekonomis jika digunakan alat dan mesin pertanian.

Sebagai wilayah berbasis pertanian, kecamatan Silimakuta sangat bergantung pada keunggulan komperatif wilayah. Salah satu faktor penunjang

keunggulan tersebut adalah keunggulan sumberdaya lahan sebagai penunjang utama produksi pertanian di wilayah studi. Penilaian sumberdaya lahan ini

dimaksudkan untuk menilai kesesuaian dalam teknologi. Teknologi yang dimaksudkan dapat dikategorikan menjadi :

• Teknologi rendah, petani dapat melakukan dan membiayai sendiri.

• Teknologi sedang, petani dapat melakukannya sendiri dengan bimbingan

pemerintah, biaya cukup mahal, sebagian biaya harus dari subsidi pemerintah.

• Teknologi tinggi, petani tidak dapat melakukannya sendiri, biaya sangat

tinggi, sepenuhnya dari subsidi pemerintah.

(41)

konversi lahan pertanian semakin meningkat, mengakibatkan perlunya

intensifikasi pertanian yang memerlukan alat dan mesin pertanian dalam produksi pertanian, terutama dalam proses pengolahan lahan. Dilihat dari luas lahan kering

di Kecamatan Silimakuta yang mencapai 8.446 Ha, sehingga pada proses pengolahan lahan sangatlah memungkinkan untuk menggunakan alat dan mesin pertanian seperti traktor besar, hand tracktor, maupun traktor tangan.

Tabel 4. Jumlah alat pengolah lahan dan kemampuan operasinya tahun 2009

Jenis alat

Sumber : Departemen Pertanian Kabupaten Simalungun

Dari 17 unit traktor besar yang ada di Kecamatan Silimakuta 4 unit

diantaranya adalah subsidi dari pemerintah yang manajemennya diserahkan pada koperasi pertanian yang ada di kecamatan Silimakuta. Biaya yang digunakan dalam pemakaian traktor subsidi pemerintah ini biasanya lebih murah sekitar Rp.

5.000,- dibanding penggunaan traktor kepemilikan swasta (pribadi) yang biasanya bertarif Rp. 30.000,- per are (400 m2).

Sementara untuk penyemprot hama sudah dimiliki oleh hampir semua petani hortikultura.

Evaluasi aspek

Evalusi aspek dalam budidaya hortikultura di Kecamatan Silimakuta meliputi evaluasi terhadap aspek penting yaitu; aspek teknis, aspek sosial dan

(42)

Aspek teknis menyangkut pemanfaatan/operasi peralatan yang digunakan

secara khusus dalam pemanfaatan lahan hortikultura, sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana petani mengaplikasikan ilmu keteknikan pertanian dalam

mengusahakan lahan mereka. Sesungguhnya ada beberapa peralatan sederhana yang digunakan dalam budidaya seperti cangkul, pisau tajam, garu, dan lain-lain. Namun pada penelitian ini evaluasi yang dilakukan hanya pada pemanfaatan

mesin pertanian.

Gambar 1. Frekwensi metode pengolahan lahan di Kecamatan Silimakuta

Secara umum teknis dikerjakan manusia dengan bantuan teknologi, terutama dalam pengolahan lahan. Selain karena pengaruh lahan yang curam,

beberapa petani masih menggunakan jasa buruh harian dalam pengolahan lahan juga dikarenakan kurangnya modal dalam menyewa traktor, terutama luas lahan

sangat tidak seimbang dengan jasa traktor.

Untuk memberantas hama petani biasanya menggunakan alat penyemprot hama, dimana hampir semua petani mempunyai alat penyemprot masing-masing.

40%

60%

buruh harian

(43)

Produk-produk hortikultura biasanya langsung dijual setelah pemanenan,

namun jika tidak memungkinkan untuk segera dijual petani biasanya menyimpan di rumah saja, artinya tidak ada gudang khusus dalam penyimpanannya.

Petani sendiri sangat sedikit yang memiliki lahan yang luas, baik itu budidaya hiortikultura maupun tanaman lainnya.

Aspek sosial menyangkut pola pikir masyarakat terhadap sistem budidaya

hortikultura. Aspek ekonomi menyangkut ukuran kesejahteraan suatu kelompok masyarakat petani hortikultura. Kebanyakan produk hortikultura memiliki harga

yang tidak stabil, oleh sebab itu banyak lahan yang tadinya digunakan untuk budidaya hortikultura beralih ke budidaya tanaman perkebunan seperti kopi yang harganya lebih stabil.

Populasi petani hortikultura di kecamatan Silimakuta tidak teridentifikasi, tidak ada data resmi tentang jumlah petani penanam hortikultura dan luas

arealnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah petani yang membudidayakan produk hortikultura yang berubah-ubah, dipengaruhi oleh harga produk dan musim.

Sampel sendiri berjumlah 30 orang petani sampel dimana 19 orang diwawancarai di Sub Terminal Agribisni, 4 orang diwawancarai di lahan dan 7

orang diwawancarai di rumah mereka. Dari grafik dilihat bahwa sebagian besar umur petani masih dalam usia produktif, sebagian besar berada pada rata-rata umur 31-40 tahun dan 41-50 tahun. Hal ini sangat memungkunkan untuk petani

(44)

Gambar 2. Frekwensi umur petani di kecamatan Silimakuta

Dari frekwensi pendidikan petani di Kecamatan Silimakuta menunjukan bahwa petani sudah rata-rata mengenyam bangku pendidikan dan program

pemerintah wajib belajar 9 tahun. Hal ini bisa dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

(45)

Di dalam melakukan aktivitasnya dalam pertanian, para petani hortikultura

tentu saja masih mengaharapkan bantuan dari pemerintah, baik itu berupa modal (dalam subsidipupuk maupun pestisida), penyuluhan pertanian mulai pengolahan,

perawatan sampai pemanenan serta bantuan-bantuan lainnya. Beberapa petani melakukan aktivitas pertanian hanya belajar dari pengalaman serta mengikut i tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Petani juga mengharapkan harga yang stabil bagi komoditas yang mereka panen, karena tidak jarang petani mengalami kerugian karena harga yang tidak

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Masih tersedia lahan yang cukup luas bagi pengembangan komoditi

hortikultura di kecamatan Silimakuta.

2. Petani memiliki beberapa kebutuhan untuk peningkatan produktivitas

komoditi yang mereka tanam seperti : 1. modal yang cukup, 2. harga komoditi yang stabil, 3. adanya penyuluhan dalam system manajemen

keteknikan pertanian, 4. tenaga kerja (maupun teknologi) untuk memudahkan proses kerja, 5. produktivitas yang tinggi.

3. Komoditas hortikultura di kecamatan Silimakuta yang menjadi komoditas

unggulan adalah kubis, kentang dan tomat.

4. Komoditas yang berpotensi unggul adalah cabe, petsay, jeruk, buncis, ubi

jalar, dan wortel.

5. Teknik budididaya hortikultura di kecamatan Silimakuta belum seutuhnya

menggunakan aplikasi keteknikan pertanian disebabkan karena pengetahuan petani yang sangat minim tentang keteknikan pertanian.

6. Dengan adanya Sub Terminal Agribisnis di Kecamatan Silimakuta sangat

membantu petani dalam menjual produk hortikultura mereka karena di Sub Terminal Agribisnis tersebut petani bertemu secara langsung dengan para

(47)

Saran

Untuk mencapai optimalisasi hasil penelitian dalam wilayah pengembangan Kabupaten Simalungun dan pemanfaatan alat dan mesin

pertaniannya, maka kajian penelitian ini dapat diperluas dalam bidang yang lebih luas. Disamping itu perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah secara khusus bagi para petani dalam hal penyuluhan, pemberian modal subsidi pupuk, serta

kegiatan pemasaran yang lebih dipromosikan ke luar daerah.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura. Aspek Budaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Budihardjo., 1995. Pendekatan Sistem dalam Tata Ruang dan Pembangunan Daerah untuk meningkatkan Ketahanan Nasional. UGM Press, Yogyakarta.

Djenuddin, D., 1996. Evaluasi Sunberdaya Lahan untuk Menunjang Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat. PPTA, Bogor.

Eriyanto., 2003. Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press, Bogor.

Lakitan, B,. 1995. Hortilkultura. Teori, Budaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lisyanto, 2002. Pengembangan Teknologi Berbasis Pertanian (Suatu Modal Kemandirian dalam Menghadapi Era Global). IPB. Bogor.

Mangunwidjaja,D., dan Sailiah,I., 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta

Mubyarto,. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Sosial Ekonomi (LP3ES), Jakarta.

Rifai,A., Wahyuningsih, B.A., Siregar, H.R.J., Sindu, G., Saadah, S., 1990. Teknologi Pertanian Tradisional Sebagai Tanggapan Aktif Masyarakat Terhadap Lingkungan di Daerah Cianjur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Saragih, B., 1997. Pembangunan Sektor Agribisnis dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi Indonesia. BAPENAS, Jakarta.

Soekartiwi,. 1996. Pembangunan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekirno, 1999, Mekanisasi Pertanian, Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian dan

Pengelolaannya. Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. Sosroatmodjo., 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Lembaga

Penunjang Pembangunan (Lanpenas), Jakarta.

(49)

Vaza, H,. 2007. Sistem dan Teknologi Konstruksi.

(50)

Lampiran 1. Flowchart penelitian

Mulai

Pengumpulan

Data

Data primer Data Sekunder

Tidak

Cukup

Ya

Formulasi

Masalah

Evaluasi

Aspek

(51)

Lampiran 2. Kuisioner pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian

PEMANFAATAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA

( Kecamatan Silimakuta )

A. KARAKTERISTIK PETANI

B. PENGOLAHAN LAHAN

1. Metode pengolahan lahan : Buruh harian lepas/traktor 2. Asal alat (jika menggunakan traktor) : Pribadi/sewa/kelompok tani 3. Kapasitas alat : Ha/Jam 4. Jumlah alat yang digunakan : Unit 5. Status kepemilikan alat : Pribadi/Swasta/Negara 6. Cara memperoleh bahan bakar : SPBU/Eceran

7. Apakah anda mengetahui cara kerja alat? : Ya/Tidak 8. Apakah pernah dilakukan penyuluhan pemakaian alat? : Ya/Tidak 9. Kendala yang sering dihadapi dalam pengolahan tanah? :

C. PANEN DAN PEMASARAN

1. Berapa kali panen dalam sekali tanam?

(52)

3.Berapa harga jual produk/kg yang anda terima? : Rp. 4. Kendala apa yang dihadapi selama pemasaran? :

(53)

Lampiran 5. Komoditas Unggulan Wilayah Kabupaten Simalungun

Kecamatan Jenis Komoditas

Unggul Potensial

Silimakuta Kentang, Kubis, dan Ubi jalar

Cabai, Bawang Merah, Tomat, Wortel, Kacang Panjang, Petsay, Buncis, Nenas, dan Jeruk manis Pem. Silimakuta Kentang, Kubis Ubi jalar, Cabai, Tomat, Wortel,

Petsay, dan Buncis Purba Ubi jalar, Kubis, dan

Cabai

Bawang merah, Kentang, Tomat, Wortel, Petsay, Buncis, Nenas, dan Jeruk manis

Haranggaol Horison Bawang Merah Ubi jalar, Cabai, Kubis, Bawang putih, Kentang, Tomat, Petsay, dan Buncis

Dolok Pardamean - Cabai, Kubis, Bawang Merah,

Bawang Putih, Kentang Terong, Tomat, Petsay, dan Buncis Sidamanik Kacang Tanah Cabai, Kacang Hijau, Petsay,

Buncis, Nenas, dan Jeruk

Pem.Sidamanik Kacang Tanah Ubi jalar, Cabai, bawang Merah, Bawang putih, Tomat, Petsay, dan Buncis

Girsang Sipangan Bolon

Kacang Tanah Ubi jalar, cabai, Kubis, bawang Merah, Bawang putih, Kentang, Tomat, Petsay, Buncis,

Ketimun, Nenas,dan Jeruk

Tanah Jawa - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang

hijau, Cabai, Terong, Kacang Panjang, Ketimun

Hatonduhan - Ubi Jalar, Kacang tanah, Kacang

hijau, Cabai, Terong, Ketimun Dolok Panribuan - Kacang tanah, Kacang hijau,

Cabai, Terong, Kacang panjang, Ketimun

Jorlang Hataran - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang hijau, Cabai, Bawang merah, terong, Petsay

Panei Kacang tanah Ubi jalar, Ketimun, Cabai, Nanas

Panombeian Panei Kacang Tanah Ubi jalar, Kacang hijau, Kedelai, Cabai, Terong, Tomat, Buncis, Kacang Panjang, Ketimun

Raya Cabai Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang

hijau, Kubis, Bawang Merah, Kentang, Tomat

Dolok silau - Ubi jalar, Kacang tanah, cabai,

(54)

putih, Kentang, Tomat, Wortel, Petsay, Nenas, Jeruk

Silau Kahean - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang

hijau, Cabai, Kacang panjang, Nenas

Raya Kahean - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang

Hijau, Cabai, Terong, Kacang panjang

Tapian Dolok Kacang Tanah Ubi jalar, Kacang Tanah, Cabai, Terong, Kacang panjang

Dolok Batu Nanggar - Ubi jalar, Cabai, Terong, Kacang panjang, Ketimun

Siantar - Ubi Jalar, Kacang Tanah,

Kacang Hijau, Kedelai, Cabai, Terong, Petsay, Kacang Panjang, Ketimun, Belimbing Gunung Malela Kacang Tanah Ubi jalar, Kacang hijau, Cabai,

Terong, Petsay, Kacang panjang, Ketimun

Gunung Maligas Kacang Tanah Ubi jalar, Kacang hijau, Cabai, Terong, Petsay, Kacang

panjang, Ketimun

Hutabayu Raja - Ubi jalar, Kacang hijau, Cabai, Terong, Kacang panjang, Belimbing

Jawa Maraja Bah Jambi

- Ubi jalar, Kacang hijau, Cabai, Terong, Kacang panjang, Ketimun

Pematang Bandar Cabai Ubi jalar, Kacang hijau, Kedelai, Cabai, Terong, Petsay, Kacang panjang, Belimbing

Bandar Huluan - Ubi jalar, Kacang hijau, Cabai, Terong, Petsay, Kacang

panjang, Ketimun

Bandar - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang

hijau, Cabai, Petsay, Kacang panjang Ketimun

Bandar Masilam - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang hijau, Kedelai, Tomat, Cabai, Petsay, Kacang panjang Ketimun,

Bosar Maligas - Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang hijau, Cabai, Kacang panjang Ketimun, Nenas

Ujung Padang Kacang Hijau dan Belimbing

Ubi jalar, Kacang tanah, Kacang hijau, Cabai, Kacang panjang Ketimun, Nenas

(55)

Lampiran 6. Gambar pengolahan lahan dan pemasaran produk

Pengolahan lahan dengan menggunakan Traktor

(56)

Pengolahan lahan secara manual

(57)

Gambar

Tabel 1. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani
Tabel 3. Data potensi tanaman hortikultura Kecamatan Silimakuta
Tabel 3. Data monografi hortikultura Kecamatan Silimakuta
Tabel 4. Jumlah alat pengolah lahan dan kemampuan operasinya tahun 2009
+3

Referensi

Dokumen terkait

SMP Negeri 6 Temanggung saat ini memiliki 32 siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Peneliti mendapatkan informasi bahwa belum adanya metode

Oleh karena itu penelitian ini akan membahas tentang seberapa besar pengaruh siklus pembasahan (wetting) dan pengeringan (Drying) pada tanah lempung dengan kemampuan

(hasil pekerjaannya rapi dan cepat, konsumen juga dapat memilih bahan dan model. perusahaan ini dapat membuat segala jenis model jog, karena memang perusahaan ini sudah

Dan Telkom tentu, dalam arahan Rinaldi akan menerima benefit yang sangat besar dengan kemitraan dengan sesama perusahaan BUMN yang akan mendongkrak kinerja Telkom di

Dan dalam Ayat (3) menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, atau tindak pidana anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat

Hasil penelitian menunjukan bahwa panggung depan seorang mahasiswi bertato mereka hampir semuanya dapat memainkannya dengan baik, mulai daripresentasi diri mereka

Dari beberapa metode di atas, pada penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan metode manuskrip yaitu siswa berpidato dengan menggunakan naskah yang sudah

Agung Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia jika dalam waktu yang dianggap cukup sejak tanggal penahanan, Presiden melalui Menteri Kehakiman