• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik dan Personal Selling oleh Bidan Praktik Swasta terhadap Pemberian Susu Formula kepada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik dan Personal Selling oleh Bidan Praktik Swasta terhadap Pemberian Susu Formula kepada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

SUKAMTO 097032096 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ii

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUKAMTO 097032096 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

iii

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU

DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU FORMULA KEPADA BAYI BARU

LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sukamto Nomor Induk Mahasiswa : 097032096

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si) (Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat)

Ketua Anggota

Dekan

( Dr. Drs Surya Utama, M.S )

(4)

iv

Telah diuji

Pada Tanggal : 06 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si

Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat 2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si

(5)

v

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERSONAL SELLING OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA TERHADAP PEMBERIAN SUSU

FORMULA KEPADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI

KOTA MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2012

(6)

vi

ABSTRAK

Cakupan ASI eksklusif di Kota Medan tahun 2010 sangat rendah. Dari 14.054 bayi hanya 3,04% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan di klinik bersalin diduga kuat menjadi penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik dan personal selling yang dilakukan oleh bidan praktik swasta terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan explanatory reseach, yang dilakukan pada bulan Desember 2010 – Februari 2012 di di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan, populasi pada penelitian ini bidan praktik swasta sebanyak 48 orang dan keseluruhannya dijadikan objek penelitian. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir adalah: pengetahuan, sikap dan personal selling. Variabel yang berpengaruh paling dominan adalah personal selling.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk lebih menggalakkan program ASI eksklusif dan memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan yang lebih mengutamakan pemberian susu formula dari pada ASI eksklusif. Bagi bidan praktik swasta diharapkan berani mengatakan tidak memberikan susu formula dan tidak menerima dalam bentuk apapun yang ditawarkan produsen susu.

(7)

vii

ABSTRACT

The scope of exclusive breastfeeding in 2010 of Medan city is very low. There is only 3,04% of infants that has given exclusive breastfeeding from 14.054 infants. Formula breastfeeding by midwives to infants who have already birth in maternity clinic can be guest as the low effect of the scope of exsclusive breastfeeding.

This research aims to analyze the influence of the characteristics and personal selling by private practice midwifery to formula feeding to neonatal infants. It is survey Research by research explanatory appoachment that was conducted from December 2010 - February 2012 in the working area of the Puskesmas Medan Deli Kota Medan, the number of population in this research is privately practicing midwives as many as 48 facilities and overall were subjected to experiments. The research Primary data obtained through interviewssing a questionnaire. The Data analysis was performed using logistic regression test.

The results showed that the variables significantly affected the formula feeding to neonatal infants are: knowledge, attitudes and personal selling. The most dominant is the personal selling of variables.

It is recommended to the Health Department of Medan for further effort in exclusive breastfeeding programme and to give sanction to health workers who prefer formula feeding from the breastfeeding exclusively. For private practice midwives are expected to venture to say do not give milk formula and do not accept in any form offered milk producers.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Pengaruh Karakteristik

dan Personal Selling oleh Bidan Praktik Swasta terhadap Pemberian Susu Formula

kepada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan”.

Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, yang telah membantu dan memberikan perhatian yang

tulus, dengan kearifannya tesis ini telah selesai diuji dan disempurnakan.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai komisi

penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan

penulisan tesis ini.

5. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si dan Siti Saidah Nasution, S.Kp, Sp. Mat, selaku

komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk

(9)

ix 6. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku komisi penguji tesis yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan penilisan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah memberikan

pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.

8. Kepada Kepala Puskesmas Medan Deli yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli.

9. Kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ratmo dan ibunda Ngadimi, adalah

sumber inspirasi dan pemberi dorongan terkuat kepada penulis dalam

menjalani seluruh liku kehidupan, walaupun mereka sering terabaikan, untuk

itu penulis ucapkan terimakasih dan memohon maaf atas segala kekhilafan.

10.Kepada seluruh Saudaraku yakni yu Ati dan mas Sam, yu Yanti dan bang

Andi, mbak Narti dan mas Kadri, dan Tarsih, serta seluruh ponakan (Nisa,

Mei, Umi, Ibnu, Nanda, Syifa dan Keysa) yang telah memberikan dukungan

kepada penulis untuk segera menyelesaikan masa studi.

11.Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Sesungguhnya penulis telah maksimal dalam menyelesaikan tesis ini dan

menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari sempurna, karenanya saran untuk

perbaikan sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2012

Penulis

(10)

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sukamto, dilahirkan di Batang Pane I, Kecamatan Padang

Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Juli

1984, beragama Islam. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1997 di SD

Inpres Nomer 6 Padang Bolak, pada tahun 2000 menamatkan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 8 Padang Bolak, tahun 2003 menamatkan Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri I Padang Bolak, tahun 2008 menamatkan program Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Pengalaman organisasi penulis, pada tahun 2004 pernah menjabat wakil

sekretaris bidang Hubungan Mahasiswa di PEMA FKM USU. Pada tahun 2006-2007

menjabat Ketua Umum HMI FKM USU. Pada tahun 2007-2008 menjabat kepala

Bidang Pembinaan Anggota di organisasi Gerakan Mahasiswa Padang Lawas

(GEMA PALAS).

Pengalaman kerja penulis, pada tahun 2008 bekerja di Health Service

Program (HSP) USAID. Tahun 2009 sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Deli Husada, Tahun 2009 sampai dengan sekarang bekerja sebagai

pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia.

Tahun 2009 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas

(11)

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Permasalahan ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Hipotesis ... 9

1.5.Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pemasaran Sosial dan Bauran Promosi ... 10

2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 10

2.1.2. Pengertian Promosi ... 14

2.1.3. Bauran Promosi ... 16

2.1.4. Personal Selling (Penjualan Pribadi) ... 19

2.1.5. Prinsip-Pinsip Personal Selling ... 21

2.2. Tenaga Bidan ... 25

2.2.1. Definisi Bidan ... 25

2.2.2. Pelayanan Kebidanan ... 26

2.2.3. Kode Etik Bidan ... 30

2.2.3.1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia ... 30

2.2.3.2. Kode Etik Bidan Indonesia ... 30

2.3. ASI Eksklusif ... 33

2.3.1. Tujuan ASI Eksklusif ... 34

2.3.2. Komponen ASI ... 34

2.3.3. Manfaat ASI ... 35

2.4. Susu Formula ... 39

2.4.1. Bahaya Pemberian Susu Formula ... 40

2.5. Pemasaran Susu Formula ... 43

2.5.1. Pengertian Pemasaran ... 43

2.6. Aturan Promosi Pemasaran Pengganti ASI (PASI) ... 46 2.7. Motivasi Tenaga Kesehatan dalam Pemasaran

(12)

xii

Susu Formula ... 47

2.8. Karakteristik Bidan terhadap Pemberian Susu Formula .... 51

2.8.1. Umur ... 52

2.8.2. Pendidikan ... 52

2.8.3. Pengetahuan ... 53

2.8.4. Sikap ... 54

2.9. Landasan Teori ... 55

2.10. Kerangka Konsep .……… 57

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 58

3.1. Jenis Penelitian ... 58

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 58

3.2.2. Waktu Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 59

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.1. Data Primer ... 59

3.4.2. Data Sekunder ... 59

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 62

3.6. Metode Pengukuran ... 63

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 63

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Independen ... 64

3.7. Metode Analisis Data ... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 67

4.1. GambaranUmum Lokasi Penelitian ... 67

4.2. Analisis Univariat ... 67

4.2.1. Karateristik Responden ... 67

4.2.2. Penjualan Pribadi (Personal Selling) ... 75

4.2.3. Pemberian Susu Formula ... 79

4.3. Analisis Bivariat ... 79

4.3.1. Karakteristik ... 80

4.3.1.1. Hubungan Umur dengan Pemberian Susu Formula ... 80

4.3.1.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Susu Formula ... 81

4.3.1.3. Hubungan Lama Kerja dengan Pemberian Susu Formula ... 81

4.3.1.4. Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Susu Formula ... 82

(13)

xiii 4.3.1.6. Hubungan Sikap dengan Pemberian Susu

Formula ... 84

4.3.2. Hubungan Personal Selling dengan Pemberian Susu Formula ... 85

4.4. Analisis Multivariat ... 85

4.4.1. Seleksi Kandidat Multivariat ... 85

4.4.2. Pemodelan Multivariat ... 86

4.5. Hasil Pengamatan ... 87

BAB 5. PEMBAHASAN ... 90

5.1. Pengaruh Karakteristik terhadap Pemberian Susu Formula... 90

5.1.1. Pengaruh Umur Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 90

5.1.2. Pengaruh Pendidikan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 91

5.1.3. Pengaruh Lama Kerja Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 93

5.1.4. Pengaruh Penghasilan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 94

5.1.5. Pengaruh Pengetahuan Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 96

5.1.6. Pengaruh Sikap Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 99

5.2. Pengaruh Personal Selling Bidan terhadap Pemberian Susu Formula ... 101

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

6.1. Kesimpulan ... 107

6.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1. Hubungan Antara Marketing Mix dan Promotion Mix ... 17

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 60

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 63

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 64

4.1. Distribusi Umur Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 68

4.2. Distribusi Pendidikan Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 68

4.3. Distribusi Lama Kerja Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 69

4.4. Distribusi Penghasilan Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 69

4.5. Distribusi Indikator Pengetahuan Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 71

4.6. Distribusi Berdasarkan Sikap Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 73

4.7. Distribusi Karakteristik Bidan Praktik Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 75

4.8. Distribusi Berdasarkan Personal Selling Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 77

4.9. Distribusi Berdasarkan Kategori Personal Selling Bidan Praktik Swasta tentang Pemberian Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 79

Halaman

(15)

xv 4.10. Distribusi Berdasarkan Pemberian Susu Fomula oleh Bidan

Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Deli ... 79

4.11. Hubungan Umur dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 80

4.12. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 81

4.13. Hubungan Lama Kerja dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 82

4.14. Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Deli ... 83

4.15. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 84

4.16. Hubungan Sikap dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Deli ... 84

4.17. Hubungan Personal Selling dengan Pemberian Susu Formula oleh Bidan Praktik Swasta kepada Bayi Usia 0-6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli ... 85

4.18. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Variabel Pengetahuan, Sikap dan Personal Selling di Wilayah Kerja

Puskesmas Labuhan Deli ... 86

4.19. Hasil Pengamatan Menggunakan Daftar Checlist di Wilayah

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Lingkungan Pemasaran Secara Menyeluruh oleh Saladin Dimodifikasi dari Kotler ... 13

2.2 Unsur-Unsur Promotion Mix ... 56

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 57

Halaman

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara ... 112

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli ... 113

3. Hasil Uji Validitas ... 114

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 117

5. Kuesioner ... 118

6. Master Data Penelitian ... 124

7. Hasil Pengolahan Data dengan Menggunakan SPSS ... 127

Halaman

(18)

vi

ABSTRAK

Cakupan ASI eksklusif di Kota Medan tahun 2010 sangat rendah. Dari 14.054 bayi hanya 3,04% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir oleh bidan di klinik bersalin diduga kuat menjadi penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik dan personal selling yang dilakukan oleh bidan praktik swasta terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan explanatory reseach, yang dilakukan pada bulan Desember 2010 – Februari 2012 di di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli Kota Medan, populasi pada penelitian ini bidan praktik swasta sebanyak 48 orang dan keseluruhannya dijadikan objek penelitian. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian susu formula kepada bayi baru lahir adalah: pengetahuan, sikap dan personal selling. Variabel yang berpengaruh paling dominan adalah personal selling.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk lebih menggalakkan program ASI eksklusif dan memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan yang lebih mengutamakan pemberian susu formula dari pada ASI eksklusif. Bagi bidan praktik swasta diharapkan berani mengatakan tidak memberikan susu formula dan tidak menerima dalam bentuk apapun yang ditawarkan produsen susu.

(19)

vii

ABSTRACT

The scope of exclusive breastfeeding in 2010 of Medan city is very low. There is only 3,04% of infants that has given exclusive breastfeeding from 14.054 infants. Formula breastfeeding by midwives to infants who have already birth in maternity clinic can be guest as the low effect of the scope of exsclusive breastfeeding.

This research aims to analyze the influence of the characteristics and personal selling by private practice midwifery to formula feeding to neonatal infants. It is survey Research by research explanatory appoachment that was conducted from December 2010 - February 2012 in the working area of the Puskesmas Medan Deli Kota Medan, the number of population in this research is privately practicing midwives as many as 48 facilities and overall were subjected to experiments. The research Primary data obtained through interviewssing a questionnaire. The Data analysis was performed using logistic regression test.

The results showed that the variables significantly affected the formula feeding to neonatal infants are: knowledge, attitudes and personal selling. The most dominant is the personal selling of variables.

It is recommended to the Health Department of Medan for further effort in exclusive breastfeeding programme and to give sanction to health workers who prefer formula feeding from the breastfeeding exclusively. For private practice midwives are expected to venture to say do not give milk formula and do not accept in any form offered milk producers.

(20)

xxvii

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemasaran Sosial dan Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Sosial

Pengertian pemasaran sering kali dikacaukan dengan penjualan. Padahal

konsep keduanya berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah dibuat,

kemudian diupayakan untuk dijual kepada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak

dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau dikembangkan

produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Selain itu ada yang

menyamakan pengertian pemasaran dengan periklanan atau media massa. Hal ini

tidak benar karena periklanan atau penggunaan media massa itu hanya merupakan

salah satu unsur dari pemasaran (Depkes, 1997). Pemasaran sendiri adalah suatu

proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan

dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang

bernilai satu sama lain (Kotler, 2005).

Kotler (2005) menjelaskan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk

mengubah perilaku. Pemasaran sosial mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan

tradisional untuk mengubah sosial dalam satu kerangka aksi dan perencanaan yang

integral serta menggunakan keterampilan teknologi komunikasi dan keahlian

(21)

xxviii Pemasaran sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan pemasaran komersial,

pemasaran sosial menggunakan teknik analisis yang sama (riset pasar, pengembangan

produk, penentuan harga, keterjangkauan, periklanan dan promosi). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan teknik

pemasaran untuk mendapatkan manfaat sosial. Tentu saja ada sedikit perbedaan

antara pemasaran komersial dengan pemasaran sosial.

Perbedaan antara pemasaran komersial dan pemasaran sosial menurut Depkes

(1997) antara lain adalah: 1) penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit dari pada

produk komersial, misal penggunaan oralit tidak semudah minum coca-cola, 2)

produk sosial sering kali kontroversial, 3) keuntungan produk sosial tidak cepat

dirasakan, 4) saluran distribusi untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol

karena biasanya menyangkut banyak pihak, 5) konsumen pada umumnya tidak

mampu, rawan terhadap penyakit dan berpendidikan rendah

Pemasaran sosial dalam program-program kesehatan internasional berperan

dalam penjualan komoditi dan gagasan atau prilaku. Pada kenyataannya pemasaran

sosial hampir selalu dimulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaan yang

berkaitan dengan kesehatan. Berdasarkan itu disampaikan anjuran tentang produk

atau pelayanan baru, dan diberikan petunjuk tentang cara penggunaan yang efektif.

Produk-produk yang secara sosial bermanfaat (seperti kondom, pil

kontrasepsi, tablet Fe dan oralit) dan sering disubsidi, proses penjualan ternyata

sangat rumit. Karena harus meningkatkan motivasi konsumen, merangsang kegiatan

(22)

xxix yang akan datang, dan kesemuanya merupakan ukuran keberhasilan program. Teknik- teknik pemasaran menjadi penting untuk “menjual” perilaku baru. Para konsumen

harus melakukan pertukaran yang rumit antara perilaku baru serta memerlukan

waktu dan daya untuk mendapatkan hasil yang hanya dapat dibuktikan dalam jangka

waktu yang panjang dan mungkin membuahkan akibat yang tidak menyenangkan

dalam waktu pendek.

Pemasaran sosial pada dasarnya berorientasi pada konsumen. Konsumen atau

pengguna bukan hanya merupakan sasaran pokok, tapi juga sebagai pengukur apakah

kegiatan yang dilaksanakan cocok, diminati, dan berhasil. Konsumen secara

sistematis dimintai saran sepanjang proses pemasaran sosial, memberikan data untuk

berbagai keputusan pemasaran yang menentukan ( Depkes, 1997).

Kotler (2005) mengemukakan bauran pemasaran adalah serangkaian variabel

pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan

yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya, bauran pemasaran terdiri dari

segala hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya dikenal sebagai “Empat P” product, price, place dan promotion.

Variabel yang tercakup dalam product adalah mutu produk, rancangan,

penyajian, ukuran, pelayanan, garansi, pengembalian. Variabel yang tercakup

kedalam harga adalah harga dasar, potongan harga, jangka waktu pembayaran dan

syarat pembayaran, sedangkan dalam place atau saluran distribusi terdiri dari

cakupan, jenis, lokasi, inventaris dan transportasi. Dalam promotion dapat di

(23)

xxx

Sumber : Saladin (1999)

Pada proses pemasaran di dalam masyarakat, berbagai hal mampu

mempengaruhi konsumen untuk menentukan dan memilih suatu barang/jasa. Dimana Sasaran

Konsumen

Produk

Ha

rg

a

Promosi

Tempa

t

Perantara pemasaran

Publik Pemasok

Pesaing

Lingkungan Teknologis / Fisik Lingkungan

Demografis/ekonomis

Lingkungan Politik/Hukum

Lingkungan Sosial/Budaya Sistem organisasi dan pelaksanaan pemasaran Sistem

Perencanaan Pemasaran Sistem

Informasi Pemasaran

Sistem

Pengendalian Pemasaran

(24)

xxxi setiap elemen akan mampu memberikan peluang, kekuatan maupun ancaman kepada

pihak perusahaan (Saladin, 1999). Masing-masing unsurnya adalah :

1. Kependudukan, seperti umur, status keluarga, pendidikan dan pendapatan.

2. Ekonomi, yaitu tertuju pada pendapatan per kapita masyarakat yang

menentukan kekuatan daya beli (purchasing power).

3. Lingkungan fisik, yakni berkaitan dengan penggunaan atau pemanfaatan

sumber daya alam.

4. Lingkungan Teknologi, yakni berkaitan dengan tingkat pertumbuhan

teknologi yang ada di perusahaan.

5. Politik, yaitu berkaitan dengan kebijakan yang dilakukan dan ditetapkan oleh

pemerintah.

6. Sosial budaya yakni yang berkaitan dengan cri-ciri konsumen guna

menentukan peluang dan ancaman berupa adat-istiadat dan kebiasaan

masyarakat.

2.1.2 Pengertian Promosi

Promosi sebagai sebuah aktivitas pemasaran yang terencana yang merupakan

komunikasi yang bersifat persuasif. Kebanyakan orang mengetahui bahwa

upaya-upaya promosi hampir selalu bersifat persuasif, tetapi agaknya orang lupa pada fakta

bahwa promosi merupakan suatu bentuk penting komunikasi. Dalam melakukan

promosi yang diperlukan adalah komunikasi. Komunikasi yang dipakai dalam suatu

promosi sangat menentukan berhasil tidaknya informasi dari pihak perusahaan dapat

(25)

xxxii komunikasi yang tepat konsumen dapat tertarik dengan barang/produk yang

ditawarkan (Winardi, 1992).

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang

dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah segala aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan

pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan

loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan bersangkutan (Tjiptono, 2004)

Promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat

mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin,

kemudian membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. Menurut Alderson dan

Green (dalam Kasminah, 2007), promosi adalah setiap upaya pemasaran yang

fungsinya untuk memberikan informasi atau meyakinkan konsumen aktual atau

potensial mengenai kegunaan suatu produk atau jasa (tertentu) dengan tujuan untuk

mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian produk atau jasa

perusahaan pada harga tertentu.

Menurut Winardi, (1992) promosi sebagai sebuah istilah pemasaran yang

merupakan upaya-upaya suatu perusahaan untuk mempengaruhi para calon pembeli

agar mereka mau membeli. Sehingga jika dikaitkan dengan susu formula maka

promosi susu formula adalah upaya-upaya suatu perusahaan untuk mempengaruhi

calon pembeli agar mereka mau membeli susu formula yang dipasarkan sebagai

(26)

xxxiii

2.1.3 Bauran Promosi

Bauran promosi (promotional mix) adalah cara-cara yang digunakan oleh

suatu perusahaan untuk memberikan informasi kepada calon pembeli mengenai sifat

dan atribut produk-produknya dan membujuk mereka untuk membeli atau membeli

ulang produk-produk itu. Bauran promosi terdiri dari kegiatan periklanan, promosi

penjualan, merchandising, pengemasan, penjualan langsung, public relations,

difrensiasi harga penjualan, membagi-bagikan hadiah pada calon pembeli,

membagikan sampel, beli satu dapat dua, talkshow di radio, adventorial, feature

waiting oleh wartawan tentang suatu lembaga atau produk tertentu, mengadakan “kuis” tentang suatu produk melalu radio, promosi dengan banner advertising, dan

melalui internet.

Pada kajian pemasaran jika ditilik dari uraian pengertian komunikasi pemasaran

menurut Shimp dikenal suatu konsep penting dalam pemasaran modern, yaitu bauran

pemasaran (marketing mix). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh E. Jerome

McCarthy, yang kemudian dikembangkan oleh Philip Kottler dan kini dipergunakan

secara luas oleh praktisi pemasaran, yang terdiri dari:

1. The product to be market (produk yang dipasarkan)

2. The price of product (harga produk)

3. The channels of distribution troughwhish the product is sold to be placed (saluran

produksi produk/penempatan)

Promosi sebagai faktor keempat dalam bauran pemasaran inilah yang

(27)

xxxiv promosi produk. Konsep ini dikenal dengan istilah bauran promosi (promotion mix).

Hubungan antara marketing mix dan promotion mix dapat diperhatikan dalam bagan

yang dikemukakan olah Rhenald Kasali (1998) :

Tabel 2.1. Hubungan Antara marketing mix dan promotion mix No Marketing Mix Promotion Mix

1 2 3 4

Product Price Place Promotion

Advertising Personal Selling Sales promotion Publicity

Bauran promosi menurut Kotler (2001) adalah tatanan alat-alat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar

sasaran. Bauran promosi sebagai kombinasi perencanaan elemen-elemen kegiatan

promosi yang terdiri dari Advertising (periklanan), Sales promotian (promosi

penjualan), Personal selling (penjualan pribadi), dan publicity (hubungan

masyarakat).

Bauran Promosi (Promotion Mix) dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa

unsur, lebih jelas akan diuraikan berikut ini.

1 Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk

mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha

lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk

poster-poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis.

2 Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk

(28)

xxxv langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif

antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam

personal selling adalah: retail selling (tenaga penjual melakukan penjualan

dengan cara melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan), field

selling (tenaga penjual melakukan penjualan diluar perusahaan dengan cara

mendatangi konsumen dari rumah-kerumah), executive selling (pimpinan

perusahaan yang bertindak sebagai tenaga penjual yang melakukan

penjualan).

3 Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan perusahaan untuk

menjajakan produk yang dipasarkannya sedemikian rupa sehingga konsumen

akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan

pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.

4 Publisitas (Pubilicity): Merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh

perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada

konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang

dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan

publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas

merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat

secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan"

atau "memasyarakatkan ". Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah

tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan

(29)

xxxvi untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan

pembelian.

Menurut Terence A. Shimp ada empat tujuan kegiatan komunikasi pemasaran,

yaitu:

1. Membangkitkan keinginan akan suatu produk. Agar konsumen memiliki

keinginan untuk membeli suatu produk, pemasar terlebih dahulu harus

menciptakan suatu kategori produk yang baru.

2. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness). Pemasar harus bisa

membuat produk dan merek merekalah yang diingat oleh konsumen dan

membedakannya dengan produk pesaing lain.

3. Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat (intention).

Pemasar harus membuat calon konsumen pasaran memiliki sikap yang positif

terhadap produk serta mendorong niat untuk membeli.

4. Memfasilitasi pembelian. Pemasar harus berusaha menciptakan rangkaian

kegiatan pemasaran yang menarik dan efektif, menciptakan display yang

menarik di toko atau supermarket, serta menciptakan kegiatan distribusi yang

baik (Kotler dan Armstrong, 2001).

2.1.4. Personal Selling (Penjualan Pribadi)

Personal selling dapat digambarkan sebagai bentuk komunikasi dyadic

communications yang melibatkan dua orang dalam proses komunikasi. Personal

selling merupakan salah satu strategi pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi

(30)

xxxvii selling merupakan bentuk interaksi secara langsung antara sales person dengan

konsumen atau pembeli potensial (Peter dan Olson, 1996; www.personal selling.com,

diakses tanggal 5 Desember 2011).

Menurut Tjiptono (2005), personal selling adalah bentuk komunikasi

langsung antara produsen dan konsumen untuk mengenalkan produk kepada calon

pelanggan, memberikan pemahaman, agar mereka mencoba dan bersedia membeli

produknya. Sedangkan Dalam saluran komunikasi personal, melibatkan dua orang

atau lebih, berkomunikasi dengan tatap muka, atau presentasi di hadapan sekelompok

audience, sehingga umpan balik/feedback dan evaluasi mengenai pesan atau

informasi dapat segera dilakukan. Personal selling memungkinkan untuk mencari

pembeli atau membujuk konsumen, sehingga dapat membuka jalan untuk mencapai

tujuan, memenuhi kebutuhan dan mendorong transaksi pembelian. Personal selling

merupakan sarana efektif untuk membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan

pembelian (Kotler, 2005).

Personal selling adalah kegiatan presentasi lisan dalam suatu percakapan

dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk menciptakan ketertarikan

calon pembeli, sehingga mau untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan

(Saladin, 1999). Beberapa cara yang digunakan dalam personalselling adalah :

1. Langsung ke pembeli, maksudnya adalah dengan berbicara langsung ke

pembeli atau calon pembeli.

2. Kelompok pembeli, dimana seorang mempromosikan produknya dengan cara

(31)

xxxviii 3. Melalui konfrensi, yakni metode penjualan dengan cara menghadirkan

seorang pakar / ahli dari perusahaan untuk membicarakan masalah dan

peluang yang ada secara timbal balik ke calon pembeli.

4. Penjualan dengan seminar, perusahaan melakukan seminar pendidikan atau

pelatihan bagi kelompok tertentu baik yang berkaitan dengan produk maupun

berkaitan dengan keterampilan dari kelompok tersebut.

Kontak langsung antara pengusaha dengan calon konsumen mampu

menciptakan hubungan atau interaksi yang positif. Personal selling meliputi: retail

selling (tenaga penjual melakukan penjualan dengan cara melayani konsumen yang

datang ke toko atau perusahaan), field selling (tenaga penjual melakukan penjualan

diluar perusahaan dengan cara mendatangi konsumen dari rumah-kerumah), executive

selling (pimpinan perusahaan yang bertindak sebagai tenaga penjual yang melakukan

penjualan).

2.1.5. Prinsip – Prinsip Personal Selling

Kotler (2005) membagi tiga prinsip utama penjualan personal yaitu

profesionalisme, keterampilan negosiasi, dan relationship marketing. Prinsip atau

aspek pertama yang perlu diperhatikan dalam personal selling adalah

profesionalisme. Globalisasi dan persaingan menuntut setiap sales person untuk

meningkatkan profesionalisme di bidangnya. Beberapa perusahaan cukup perhatian

untuk meningkatkan profesionalisme sales person melalui berbagai training

(32)

xxxix tidak hanya dituntut untuk menjadi penerima pesanan yang pasif tetapi menjadi

pencari pesanan yang aktif.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan penjualan efektif adalah:

1. Mengidentifikasi calon pelanggan dan kualifikasinya;

2. Melakukan pendekatan awal (preapproach), untuk mengetahui kebutuhan,

keinginan, siapa yang mengambil keputusan pembelian, karakteristik konsumen,

dan gaya pembeliannya;

3. Melakukan pendekatan kepada calon pelanggan, untuk membina hubungan awal

yang baik dengan mereka;

4. Presentasi dan demonstrasi, yaitu sales person memberikan penjelasan tentang

keunggulan atau keistimewaan produk kepada konsumen;

5. Mengatasi penolakan pelanggan;

6. Menutup penjualan/closing; dan

7. Follow up dan pemeliharan, untuk mengetahui kepuasan pelanggan dan kelanjutan

bisnisnya.

Negosiasi merupakan salah satu aspek penting dalam penjualan personal.

Dalam negosiasi kedua pihak yaitu penjual dan pembeli membuat kesepakatan

tentang harga, kuantitas, dan syarat-syarat lainnya. Dalam negosiasi kedua pihak

dapat saling tawar-menawar untuk membuat suatu kesepakatan. Oleh sebab itu sales

person perlu untuk memiliki keahlian dalam bernegosiasi. Dalam kondisi dan situasi

tertentu negosiasi merupakan kegiatan yang tepat menutup penjualan, terutama ketika

(33)

xl hasil-hasil perundingan sudah dapat diterima oleh kedua pihak baik pembeli maupun

penjual.

Negosiasi agar sukses maka dibutuhkan strategi. Strategi negosiasi adalah

suatu komitmen terhadap pendekatan yang menyeluruh yang berpeluang untuk

mencapai tujuan perundingan. Beberapa sales person ada yang menggunakan strategi

keras/hard sementara yang lain menggunakan strategi lunak/soft. Fisher dan Willian

yang dikutip oleh Kotler (2005), memberikan strategi lain dalam negosiasi yang

disebut dengan negosiasi berprinsip/principled negotiation:

1. Pisahkan orang dari masalah/separate the people from the problem.

2. Fokus pada kepentingan bukan pada posisi/focus on interest, not positions.

3. Tentukan pilihan yang saling menguntungkan kedua pihak/invent options for

mutual gain.

4. Berpedoman pada kriteria yang objektif/insist on objective criteria.

Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat dan pengaruh globalisasi,

menuntut setiap perusahaan untuk mulai mengembangkan relationship marketing

sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Dalam penjualan personal, sales

person tidak hanya dituntut untuk dapat melakukan penjualan secara efektif dan

bernegosiasi, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang saling

menguntungkan dengan konsumen. Hubungan jangka panjang tersebut sebaiknya

dilakukan tidak hanya dengan customer, tetapi juga dengan supplier, dan pihak-pihak

(34)

xli Relationship marketing menurut Berry adalah untuk menarik, memelihara,

dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Definisi ini mengandung arti bahwa menarik pelanggan baru merupakan langkah „antara‟ dalam proses pemasaran,

sedangkan memelihara dan meningkatkan hubungan merupakan proses mengubah

agar konsumen menjadi loyal, serta melayani pelanggan adalah bagian terpenting

dalam kegiatan pemasaran. Menurut Berry dan Gronroos, (www.personal

selling.com, diakses tanggal 5 Desember 2011), relationship marketing adalah

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membangun, memelihara, dan

meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan pihak-pihak lain yang terkait, untuk

mendapatkan laba, sehingga tujuan masing-masing pihak dapat terpenuhi secara

memuaskan.

Relationship marketing diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai yang

saling menguntungkan dari hubungan jangka panjang yang dilakukan antara

perusahaan dengan konsumen. Bentuk aktivitas relationship marketing

bermacam-macam tergantung dari jenis penawaran perusahaan, seperti goods, services,

information, places, persons, ideas, dan sebagainya (Kotler, 2005). Masing-masing

penawaran tersebut akan berpengaruh terhadap bentuk aktivitas relationship

marketing yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Tujuan khusus relationship marketing adalah: (1) merancang hubungan

jangka panjang dengan konsumen/pelanggan untuk meningkatkan nilai bagi kedua

pihak; dan (2) memperluas ide hubungan jangka panjang menjadi kerjasama

(35)

xlii dilakukan dengan supplier, pelanggan, distributor, serta dalam situasi dan kondisi

tertentu dapat juga dengan pesaing.

2.2. Bidan Praktik Swasta 2.2.1. Defenisi Bidan

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan di Indonesia adalah:

seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi

dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk

menjalankan praktik kebidanan (Menkes RI, 2007).

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru

lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,

deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain

yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan (Menkes RI, 2007).

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,

tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.

Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua

serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan

(36)

xliii termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya

(Menkes RI, 2007).

2.2.2. Pelayanan Kebidanan

Menurut Menkes (2007), menyatakan bahwa pelayanan kebidanan adalah

bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah

terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang

diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam

rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan,

pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan

tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta

melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam

konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga

kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal

dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan,

kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,

Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat

yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan

(37)

xliv 1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab

bidan.

2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah

satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka

rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan

yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang

menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/

fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau

meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

Bidan dalam pelaksanaan praktiknya, mempunyai wewenang yang diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

900/MENKES/SK/VII/2002, dalam menjalankan wewenang yang diberikan tersebut,

bidan harus:

a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi.

b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya.

c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya.

d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal

dengan megutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

Wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan kepada anak meliputi :

(38)

xlv 1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman.

2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.

3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan.

4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan.

5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusar

secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI ekslusif.

b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari.

c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi di bawah 6

bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan.

d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh

kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.

e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai

dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.

Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan

kewenangan, yakni :

a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak untuk mengetahui dan

mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya.

Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan

sebelum tindakan dilakukan.

b. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan/tindakan bidan yang

(39)

xlvi sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan

yang terbaik bagi dirinya.

c. Melakukan rekam medik dengan baik. Setiap pelayanan yang diberikan oleh

bidan perlu didokumentasikan/dicatat seperti hasil pemeriksaan dan tindakan

yang diberikan dengan menggunakan format yang berlaku.

Bidan sebagai bagian dari tenaga kesehatan, sehingga dalam menjalankan

pekerjaannya harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan

bayi, terutama dalam rangka pencapaian peningkatan angka cakupan ASI Eksklusif

maka bidan harus mengacu pada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui

(LMKM), yang meliputi :

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan peningkatan pemberian air

susu ibu (PP-ASI) secara tertulis dan dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan pada petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan

untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya sejak masa kehamilan, masa bayi lahir hingga anak

berusia 2 tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui segera setelah melahirkan, yang dilakukan

diruang bersalin namun jika ibu melahirkan dengan operasi caesar, bayi

(40)

xlvii 5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisahkan dari bayi atas indikasi

medis.

6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir kecuali atas indikasi medis.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam

sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi, semau ibu tanpa memberikan batasan

terhadap lama waktu dan frekuensi.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng bayi kepada bayi yang diberi ASI

10.Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI dan rujuk ibu kepada

kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit / rumah bersalin /sarana

pelayanan kesehatan.

2.2.3. Kode Etik Bidan

2.2.3.1. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai

internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif

suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan

pengabdian profesi.

2.2.3.2. Kode Etik Bidan Indonesia

(41)

xlviii 1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat

dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,

tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,

menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.

5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan

kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan

pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya

berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat

2. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan

kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi

(42)

xlix 3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau

dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan

sehubungan dengan kepentingan klien

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk

menciptakan suasana kerja yang serasi.

2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik

terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya

1. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi

dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan

pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

2. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan

sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas

profesinya dengan baik

2. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai

(43)

l 3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam

pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan

Keluarga.

2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

2.3. ASI Eksklusif

Menurut Prasetyono (2009) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama

6 bulan tanpa campuran lain baik susu formula, air putih, air jeruk, madu, air teh,

ataupun makanan lainnya baik makanan padat, bubur, pisang, biskuit dan nasi tim

kecuali obat, vitamin, dan mineral. Pemberian hanya ASI pada bayi selama 6 bulan

akan membuat pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi optimal. Sesuai dengan

penelitian Fika dan Syafiq tahun 2003 yakni bayi yang diberi kesempatan menyusu

dini akan berhasil 8 kali lebih untuk ASI Eksklusif

ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan tubuh bayi untuk

tumbuh kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem

kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya. Sesungguhnya, lebih dari 100 jenis

(44)

li yang tidak terkandung dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba

menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak mampu menyamai

kandungan gizi ASI. Lagi pula, jika zat gizi ditambahkan tidak sesuai dengan jumlah

dan komposisi yang seimbang, maka akan menimbulkan terbentuknya zat yang

berbahaya bagi bayi.

2.3.1 Tujuan ASI Eksklusif

Menurut Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Klaten nomor 7 tahun 2008,

yang menjadi tujuan pemberian ASI Eksklusif adalah :

1. Memberikan nutrisi yang ideal bagi bayi,

2. Meningkatakan daya tahan tubuh bagi bayi,

3. Meningkatkan kecerdasan bagi bayi,

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang antar ibu dengan bayinya,

5. Menjarangkan proses kehamilan bagi ibu,

6. Mempercepat proses penyembuhan rahim ibu dan kembali pada kondisi

semula, mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara dan

indung telur,

7. Mengurangi pengeluaran ibu secara ekonomi, karena mengurangi

pengeluaran ibu untuk pembelian susu dan botol, serta praktis dan hemat

waktu.

2.3.2. Komponen ASI

(45)

lii 1. ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan

perkembangan kecerdasannya.

2. ASI mengandung kalori 65 kkal/100ml yang memberikan cukup energi bagi

pertumbuhan bayi.

3. Sebanyak 90 persen kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.

4. ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak secara optimal, terutama

karena kandungan protein khusus, yaitu Taurin, selain mengandung laktosa

dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari susu sapi/kaleng.

5. Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi

untuk manusia.

6. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Juga akan

merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi.

7. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan

menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya

bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.

8. ASI selalu tersedia, bersih, dan segar.

9. ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang berbahaya.

10.ASI lebih ekonomis, hemat, sekaligus praktis.

11.ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

(46)

liii

2.3.3 Manfaat ASI 1. Untuk Bayi

a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,

terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.

ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi

seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.

b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi,

karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua

kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

c. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari

kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih

memberikan manfaat.

d. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi

adalah yang terbaik untuk sapi.

e. Komposisi ASI ideal untuk bayi.

f. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit,

dan alergi.

g. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya,

ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti

gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut

(47)

liv h. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin

dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum

dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin

dan tanpa pengganti ASI.

i. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan

steril dan suhu susu yang pas.

j. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan

kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi,

dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.

k. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena

sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.

l. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.

Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI

bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada

bayi prematur.

m. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik,

SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan

Ulcerative Colitis.

n. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut

penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2

(48)

lv

2. Untuk Ibu

a. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk

kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan.

b. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan

pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

c. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih

rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.

d. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol

susu, dot, dan sebagainya.

e. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus

membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas,

dan sebagainya.

f. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan

perlengkapannya.

g. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril

h. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya

mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.

i. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah

payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan

diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan

(49)

lvi

3. Untuk Keluarga

a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau

minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.

b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam

perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.

d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga

sebab ASI selalu siap tersedia.

f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas

dan lain-lain.

2.4. Susu Formula

Susu Formula adalah produk yang diposisikan sebagai pengganti ASI, hanya

jika ibu tidak memungkinkan secara medis untuk menyusui sendiri. Selain itu, tidak

perlu khawatir bahwa ASI tidak bisa memenuhi segala kebutuhan bayi, terutama yang

berumur 0-6 bulan (Kasminah, 2007). Susu Formula, selain terdiri dari susu sapi, juga

memuat banyak unsur kimia yang tidak alami. Kandungan susu formula, meskipun

tampak hebat melalui iklannya, sama sekali tidak akrab di perut bayi. Berbagai

kandungan 'hebat' itu, sebenarnya hanya mencontek kandungan ASI. Tapi satu hal

(50)

lvii bayi mencerna apa yang masuk ke dalamnya. Sehebabt apapun cairan yang masuk,

tanpa enzim-enzim ini hanya akan menjadi sampah di perut bayi.

Menurut publikasi World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam

rangka Pekan Asi se-Dunia 2006 menyatakan bahwa, kasus susu formula tercemar

pernah ditemukan paling tidak di Amerika dan Belgia. Dalam pernyataannya WABA

menyebutkan Enterobacter sakazakii memang berbahaya dan mematikan jika

mencemari susu formula.

Resiko-resiko di atas menegaskan bahwa terkontaminasi atau tidak, susu

formula bisa jadi merugikan apabila penggunaannya tidak tepat. Namun sangat

disayangkan, hal ini justru luput disebutkan di tengah perdebatan pemerintah dan

IPB. Penemuan tersebut hanya berhasil membuat masyarakat waspada pada

kontaminasi susu formula saja dan tidak meluas pada kesadaran untuk tidak

menggunakan susu formula secara tidak tepat. Penggunaan yang tidak tepat pada

pemberian susu formula juga mengandung resiko-resiko di masa depan. Susu formula

sebenarnya dapat saja digunakan pada kondisi tertentu ketika, ibu terinfeksi HIV,

anak piatu sejak lahir dan tidak ada ibu susu (ibu yang menyusui anak orang lain),

bayi memiliki masalah metabolisme atau kondisi-kondisi lain di mana bayi memang

membutuhkan susu formula.

Isu pencemaran susu formula seharusnya bisa menjadi momentum untuk

kembali pada pemberian ASI dan meningkatkan kampanye pemberian ASI dan ASI

Eksklusif. Tidak sebaliknya di mana semua pihak terjebak pada semakin berlarutnya

(51)

lviii

2.4.1. Bahaya Pemberian Susu Formula dan Makanan Buatan

1. Pencemaran

Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol

dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh sangat

cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu

tercium basi.

2. Infeksi

Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering

sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.

3. Pemborosan

Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu

untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan

rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai

akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.

4. Kekurangan vitamin

Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.

5. Kekurangan zat besi

Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi

yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat besi.

(52)

lix Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang kadang-kadang menyebabkan

hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan kejang, terutama bila anak

terkena diare.

7. Terlalu banyak kalsium dan fosfat

Hal ini menyebabkan te

Gambar

Gambar 2.1. Lingkungan Pemasaran Secara menyeluruh oleh Saladin   dimodifikasi dari Kotler
Tabel 2.1. Hubungan Antara marketing mix dan promotion mix
Gambar 2.2. Unsur-Unsur  Promotion Mix
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 59, Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor

Persediaan ( inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya suatu organisasi yang disimpan untuk memenuhi permintaan yang

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatuc. bagian, ikhtisar,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung terigu : pisang tanduk kukus dan penambahan telur pada kualitas produk cake dan menentukan perlakuan

“Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Volume Perdagangan Terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efeke

[r]

[r]

Pemesanan produk optik secara on-line merupakan suatu aplikasi berbasis web yang menangani proses jual beli di dalam suatu perusahaan optik, menjadi lebih efisien dan mudah