IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK
SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)
D I S U S U N OLEH
TATANG MULYANA SINAGA 070906022
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Kuasa karena berkat kasih dan karuniaNya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
Skripsi yang berjudul “ Idelogi dan Perubahan Politik: Suatu Studi Terhadap Perubahan
Politik Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) “. Ideologi yang dimaksud dalam hal ini adalah ideologi komunisme yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kelangkaan
terhadap tulisan-tulisan mengenai komunisme sempat terjadi di Indonesia terutama pada
masa pemerintahan Soeharto. Ini disebabkan karena pemerintahan Soeharto mengeluarkan
kebijakan pelarangan terhadap ajaran komunisme sehingga menjadi ketakutan bagi sebagian
orang utnuk membaca tulisan yag berkaitan tentang ideologi ini apalagi untuk memilikinya.
Setelah masa pemerintahan Soeharto berakhir, tulisan-tulisan mengenai komunisme mulai
hadir didepan umum. Namun masih sangat minim tulisan yang mengkaji mengenai hubungan
Komunisme terhadap era pemerintahan Soeharto. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi
penulis untuk melihat bagaimana ideologi Komunisme berdampak terhadap perubahan politik
pada era politik Soeharto (1965-1971).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat beberapa kesalahan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis secara terbuka mengundang para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Kritik dan saran tersebut sangat
berguna bagi penulis sebagai motivasi untuk lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan
terima kasih.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak
mendapat masukan ataupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas berbagai pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik yang juga
menjadi Dosen Pembaca bagi penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
masukan-masukan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu M.Si selaku Dosen Pembimbing dan sekaligus
Penasehat Akademik bagi Penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
segala bentuk bimbingan/diskusi dalam proses penyusunan skripsi ini dan atas
bimbingan yang diberrikan penulis semasa perkuliahan sehingga sampai kepada tahap
penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen/Staf Pengajar di lingkungan Departemen Ilmu Politik. Terima kasih
buat semua ilmu-ilmu yang diajarkan sehingga dapat memberikan pemahaman
tersendiri bagi penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Bang
Rusdi dan Kak Ema yang telah banyak membantu penulis dalam melengkapi
kebutuhan administratif bagi penulis.
5. Keluarga Penulis, terutama buat Mami & Papi yang selalu menjadi inspirasi bagi
6. dari kecil hingga sekarang (semoga kita gak pernah berantam lagi ya, hahahaha), buat
adikku Dewi Merantika (jangan cepat pesimis, harus selalu optimis, karena masa
depanmu sudah ada tepat didepan sana, sekarang ambilah masa depanmu itu dan
wujudkanlah). Buat keluarga besar Op. Parhitean Mardoharman Sinaga & Op. Imelda
Panjaitan. Hidup ditengah-tengah kalian adalah sesuatu yang tidak terbayar oleh
apapun. Akhir kata buat keluarga yang kucintai ini, penulis mengucapkan semoga
kasih karunia dari Yesus Kristus menyertai kita semua.
7. Semua teman-teman penulis diamanapun berada, Kepler & Johannes (udah hampir
tujuh tahun juga kita jalani ini semua ya, sukses buat kita semua), keluarga besar
AMPARA: Bang Roger anak kedokteran, Bang David anak ITB, Bang Ronald, Bang
Tatang senior, Bang Candra & Bang Rido (appara senior), Bang Rubben, Manurung
(senior awak), Mas Bob, Lae Renius, Lae Tohom & Lae Tunggun (satu paket), Ucon,
Lae Rikson, Lae Nasib & Lae Juanda, Lae Maruhum, Lae Chandra, Nando kreak, Lae
Bernido, Samuel, Manggor, Martin, Andi, Oldmen, Lionir, Fransisco “gondut”, dan
keluarga besar ampara lainnya yang atas keterbatasan penulis tidak dapat tersebutkan
satu persatu namanya. Penulis banyak sekali mendapatkan pelajaran dalam
bersosialisasi dengan kalian. Keluargaan adalah dasar bagi setiap anak kost untuk
tetap dapat mersakan suka dan duka bersama. “ AMPARA yang kuat adalah
AMPARA yang bersatu. Buat senior-seniorku di kampus, Bang Eris (segera
persuntung perempuan itu), Bang Nopetra (pengusaha Game Online), Barry Calvin;
senior sekaligus teman penulis (jangan lagi main-main kau, uda waktunya sekarang
untuk serius) Bang Ari (DPC yang terhormast), Bang John Rose Kolong (satu marga
awak), Mburak (senior kuadrat/kuliah dan SMA), Bang Rolas, Idaman (kawan
seminar awak). Teman-teman satu stambuk penulis ’07, Jenius, Wiliam (dua appara
8. yang selalu giat belajar, belajar untuk ngerjain orang), Rahmad P(ketua IMADIP) &
Rahmat T (mantan aktivis IRM) dua rahmad yang kembar siam dan kawan-kawan
stambuk 07 lainnya, penulis banyak mengucapkan terima kasih. Junior-junior penulis,
KEPOMPONG (Kael, Martin, Wistin, Frina, Sabeth, Yopa, Pia, bagi yang tidak
disebut akan disebut dibagian yang lain) Novan, Zulfan, Astri (stambuk ’08), Cosner,
Yoseph, Yossi, Edo, Novi, Ken, Chastry (stambuk ’09) dan junior-junior penulis
lainnya yang atas keterbatasan penulis tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kawan-kawan penulis di GmnI Medan Raya, Bung Frendy (kecab), Bung Eko (bencab),
Bung Rio (komandan pertanian), Bung Agung, Bung Mike, Bung Robby, Sarinah
Eka, Sarinah Kartika, Bung Bernad, dan kawan-kawan lainnya. Terima kasih buat
dialektika yang terjadi selama ini, karena sejujurnya hal tersebutlah yang menjadi
pelajaran berarti buat kita. Teman-teman penulis di Fightsampaipagi kuliah nomor
satu kesehatan yang utama, Wanda (hormat ketua), Anwar Samoth (kordinator
gigikita medan), Leo & Ian, Jimmy, Rendi, Ciko. Mau Milan, Madrid, MU, Barca,
atau apapun itu pasti putus di buat PSMS kan, hahahahaha. Teman-teman maya
penulis, muman (pelindung ajaran mumanisme), dumdum (pasangan si muman) juri
alias jurmen (pakek bajumu men), endang (cewek jurmen), soekarno (pencuri baju
jurmen), lampaarde (is mayu), almarhum Bruno.
9. Teristimewa buat Damira Suwenita Sebayang, Dongdong, Keretek, Hashas,
PeriKecil, yang selalu menemani penulis dalam setiap keadaan. Yang mampu menjadi
motivator sekaligus yang menjadi faktor untuk bermalas-malasan, hahahaha. Tapi
disamping itu semua penulis tidak akan berada diposisi seperti ini tanpa keberadaan
mereka. Partner sejati dalam setiap hal. Terima kasih juga buat WTF (kanya coreland)
yang selama ini banyak sekali membantu penulis dalam hal menyediakan
10.Terkhusus buat Yesus Kristus “The Real Revolusioner” yang telah mengajarkan
kepada penulis dan dunia tentang kasih dan pengharapan.
ABSTRAKSI
IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK
SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)
Komunisme merupakan sebuah ideologi yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Komunisme merupakan Ideologi politik yang dasar-dasar pemahamannya bertitik-tolak pada pemikiran Karl Marx dan beberapa pemikir lainnya seperti Engels ataupun Lenin. Ideologi Komunisme masuk ke Indonesia dibawah oleh aktivis buruh dari Belanda yang bernama Sneevliet. Dalam perkembangannya, Komunisme yang semulanya merupakan ideologi politik yang berasal dari Eropa, mampu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Perkembangan Komunisme di Indonesia tidak pernah terlepas dari intrumen dari ideologi tersebut yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI merupakan instrumen komunisme terbesar ketiga didunia. Dalam perjalanannya, Komunisme mampu mendapat dukungan yang besar dari masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemilu 1955 yang menempatkan PKI sebagai peraih suara terbanyak keempat. Disamping mendapat dukungan dari masyarakat, PKI juga mampu mendekatkan diri dengan pemimpin bangsa pada saat itu yaitu Soekarno. Salah satu bukti dukungan Soekarno terhadap Komunisme adalah penerapan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sebagai pilar politik bangsa.
Namun dalam perkembangannya, terutama setelah meletusnya peristiwa gerakan 30 September Ideologi Komunisme secara perlahan dikebiri keberadaannya. Ini disebabkan karena PKI dituduh sebagai dalang dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan tewanya beberapa petinggi militer di lubang buaya. Kondisi ini diperparah dengan lengsernya kekuasaan Soekarno (yang selama ini menjadi tempat berlindung PKI) kepada pemimpin baru yang berasal dari militer/AD yaitu Soeharto. Sikap Soeharto terhadap Komunis sangat bertolak belakang dengan Soekarno. Seoharto yang berlatar belakang militer jelas memiliki pandangan negatif terhadap PKI yang dianggap selalu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah, namun tetap diberikan kebebasan. Melalui kesempatan inilah Soeharto mengambil kebijakan untuk memunaskan keberadaann Komunisme di Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut adalah dengan menangkap tokoh-tokoh komunis dan melarang ideologi Komunisme untuk diterapkan di Indonesia. Atas perubahan pandangan terhadap Komunisme yang terjadi pada era pemerintahan Soekarno dengan era pemerintahan Soeharto maka terjadi perubahan-perubahan politik yang diakibatkan atas perbedaan pandangan tersebut. Pada era politik Soeharto (1965-1971) merupakan rentan waktu yang dapat dikategorikan sebgai proses transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru.
Era politik Soeharto dikenal sebagai era yang anti ideologi Komunisme. Komunisme diibaratkan sebagai sesuatu yang harus ditakuti keberadaannya. Hal tersebutlah yang menjadi pertanyaan penelitian ini untuk melihat bagaimana ideologi politik (komunisme) berdampak terhadap perubahan politik yang terjadi pada era politik Soeharto. Apakah nantinya perubahan politik yang dihasilkan tersebut merupakan sebuah kemunduran politik (regresi politik), stagnansi politik, atau merupakan sebuah kemajuan/pembaharuan politik.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 6
I.3. Pembatasan Masalah ... 6
I.4. Tujuan Penelitian ... 7
I.5 Manfaat Penelitian ... 7
I.6. Kerangka Teori ... 8
I.6.1. Ideologi dan Ideologi Politik ... 8
I.6.2. Komunisme ... 8
I.6.2.1. Sejarah dan Pengertian Komunsime ... 12
I.6.2.2. Prinsip-Prinsip Ideologi Komunisme ... 17
I.6.2.3. Komunisme Sebagai Ideologi Politik ...20
I.6.3. Teori Perubahan Politik ... 22
I.6.3.1. Pengertian Perubahan Politik ...22
I.6.3.2. Objek Perubahan Politik ...26
I.7. Metodologi Penelitian ... 31
I.7.1. Jenis Penelitian ... 31
I.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 31
I.7.3. Teknik Analisa Data ... 31
I.8. Sistematika Penulisan ... 32
BAB II Sejarah dan Perkembangan Komunisme di Indonesia II. 1. Awal Masuknya Komunisme ke Indonesia dan Pergerakannya ... 33
II. 1. 1. Awal Masuknya Komunisme ... 33
II.1.2. Pisau Komunisme Membelah Sarekat Islam (SI) ... 36
II.1.3. PKI Sebagai Instrumen Komunis Internasional (Komintern) ... 38
II.2. Pergerakan Komunisme Pada Masa PraKemerdekaan ... 40
II.2.1. Pergolakan PKI 1926/1927 ... 40
II.2.2. Pergolakan PKI 1928 (Gerakan PKI Ilegal) ... 43
II. 3. Pergerakan Komunisme di Masa Kemerdekaan ... 47
II.3.1.Pergerakan Komunisme di Awal Kemerdekaan (Merebut Kekuasaan Pemuda dan Buruh) ... 47
BAB III TRANSISI POLITIK DARI ORDE LAMA (ORLA)
KE ERA POLITIK SOEHARTO (1965-1971) ...55
III.1. PKI Dalam Pandangan Politik Soekarno ... 55
III. 2. Tragedi 30 September dan Berakhirnya Orde Lama ... 65
III. 2. 1. Hubungan Antara PKI dan Angkatan Darat (AD)
Sebelum Tragedi 30 September 1965 ... 65
III. 2. 2. Meletusnya Tragedi 30 September 1965 ... 68
III. 2. 3. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966
dan Berakhirnya Orde Lama ... 70
III. 3. Transisi Politik Dari Orde Lama ke Era Soeharto ... 72
BAB IV ANALISA DATA
IV. 1. Komunisme Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) ... 75
IV. 1. 1. Pembubaran Partai Komunisme Indonesia (PKI) & ... 75
Ormas-Ormasnya
IV. 1. 2. Komunisme Sebagai Paham (Ideologi) Terlarang ... 77
IV. 1. 3. Penggolongan Terhadap Anggota PKI ... 81
IV. 1. 4. Kebijakan P4 (Pedoman Penghayatan dan
IV. 2. Perubahan Politik Pada Era Politik Soeharto (1965-1971) ... 85
VI. 2. 1. Perubahan Dari Demokrasi Terpimpin Ke
Demokrasi Pancasila ... 85
IV. 2. 2. Pergeseran Kekuatan Politik dari Nasakom (Nasionalis,
Agama, Komunis) ke TNI/AD (Angkatan Darat) ... 89
IV. 2. 3. Diantara Fenomena Pembaharuan Politik &
Regresi Politik ... ...92
BAB V KESIMPULAN ...97
10.Terkhusus buat Yesus Kristus “The Real Revolusioner” yang telah mengajarkan
kepada penulis dan dunia tentang kasih dan pengharapan.
ABSTRAKSI
IDEOLOGI DAN PERUBAHAN POLITIK
SUATU STUDI TERHADAP PERUBAHAN POLITIK PADA ERA POLITIK SOEHARTO (1965- 1971)
Komunisme merupakan sebuah ideologi yang pernah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Komunisme merupakan Ideologi politik yang dasar-dasar pemahamannya bertitik-tolak pada pemikiran Karl Marx dan beberapa pemikir lainnya seperti Engels ataupun Lenin. Ideologi Komunisme masuk ke Indonesia dibawah oleh aktivis buruh dari Belanda yang bernama Sneevliet. Dalam perkembangannya, Komunisme yang semulanya merupakan ideologi politik yang berasal dari Eropa, mampu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Perkembangan Komunisme di Indonesia tidak pernah terlepas dari intrumen dari ideologi tersebut yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI merupakan instrumen komunisme terbesar ketiga didunia. Dalam perjalanannya, Komunisme mampu mendapat dukungan yang besar dari masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemilu 1955 yang menempatkan PKI sebagai peraih suara terbanyak keempat. Disamping mendapat dukungan dari masyarakat, PKI juga mampu mendekatkan diri dengan pemimpin bangsa pada saat itu yaitu Soekarno. Salah satu bukti dukungan Soekarno terhadap Komunisme adalah penerapan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) sebagai pilar politik bangsa.
Namun dalam perkembangannya, terutama setelah meletusnya peristiwa gerakan 30 September Ideologi Komunisme secara perlahan dikebiri keberadaannya. Ini disebabkan karena PKI dituduh sebagai dalang dalam peristiwa tersebut yang menyebabkan tewanya beberapa petinggi militer di lubang buaya. Kondisi ini diperparah dengan lengsernya kekuasaan Soekarno (yang selama ini menjadi tempat berlindung PKI) kepada pemimpin baru yang berasal dari militer/AD yaitu Soeharto. Sikap Soeharto terhadap Komunis sangat bertolak belakang dengan Soekarno. Seoharto yang berlatar belakang militer jelas memiliki pandangan negatif terhadap PKI yang dianggap selalu melakukan pemberontakan terhadap pemerintah, namun tetap diberikan kebebasan. Melalui kesempatan inilah Soeharto mengambil kebijakan untuk memunaskan keberadaann Komunisme di Indonesia. Beberapa kebijakan tersebut adalah dengan menangkap tokoh-tokoh komunis dan melarang ideologi Komunisme untuk diterapkan di Indonesia. Atas perubahan pandangan terhadap Komunisme yang terjadi pada era pemerintahan Soekarno dengan era pemerintahan Soeharto maka terjadi perubahan-perubahan politik yang diakibatkan atas perbedaan pandangan tersebut. Pada era politik Soeharto (1965-1971) merupakan rentan waktu yang dapat dikategorikan sebgai proses transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru.
Era politik Soeharto dikenal sebagai era yang anti ideologi Komunisme. Komunisme diibaratkan sebagai sesuatu yang harus ditakuti keberadaannya. Hal tersebutlah yang menjadi pertanyaan penelitian ini untuk melihat bagaimana ideologi politik (komunisme) berdampak terhadap perubahan politik yang terjadi pada era politik Soeharto. Apakah nantinya perubahan politik yang dihasilkan tersebut merupakan sebuah kemunduran politik (regresi politik), stagnansi politik, atau merupakan sebuah kemajuan/pembaharuan politik.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Reformasi yang terjadi di Eropa Timur, menyusul arus perubahan yang ditiup oleh
Uni Soviet, tampaknya memang merupakan fenomena yang cukup menarik. Eropa Timur
merupakan kawasan dimana ideologi komunis dapat tumbuh dengan sangat subur. Bahkan
Uni Soviet sebagai blok terbesar dari kawasan Eropa Timur disimbolkan sebagai puncak
keadidayan ideologi komunisme di dunia. Namun predikat sebagai negara komunis terbesar
didunia yang disandang oleh Uni Soviet tak cukup untuk menghindar dari sebuah proses
perubahan yang menjurus kearah pengikisan dari nilai-nilai ideologi komunis tersebut.
Perubahan yang terjadi di Uni Soviet tersebut tidak terlepas dari peran seorang
Gorbachev. Gorbachev dengan ide pembahuruannya yang menawarkan konsep “glasnot” dan
“ perestorika“-nya telah membawa perubahan perubahan yang dahsyat tidak hanya di Uni
Soviet itu sendiri melainkan sampai ke negara negara Eropa Timur yang menjadi satelitnya.
Konsep glasnot yang berarti keterbukaan dan perestorika yang berarti restrukturisasi tanpa
disadari telah menjadi spirit baru dalam gerakan pembaharuan di negara negara Eropa Timur
pada umumnya dan di Uni Soviet pada khususnya. Dalam perkembangannya, gerakan
pembaharuan yang dilakukan oleh Gorbachev tersebut telah bersifat radikal dan drastis baik
dalam bidang ekonomi maupun politik.
Perubahan yang dilakukan oleh Gorbachev dalam bidang politik sangat jelas terlihat
pada kebijakannya melaksanakan sistem pemilihan umum yang bebas dengan multi calon
pada bulan maret tahun 1989. hal ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Klimaks pembaharuan ini terjadi ketika pasal 6 Konstitusi 1936 dicopot untuk
dasawarsa di negara itu.1
Ide pembaharuan yang dicanangkan oleh Gorbachev dengan cepat menjalar ke negara
negara Eropa Timur lainnya. Namun proses pembaruan yang terjadi tidak relatif sama antara
negara yang satu dengan negara lainnya. Perbedaan proses pembahuruan ini disebabkan
karena pelaku dari pembaharuan dari masing masing negara tersebut berasal dari golongan
yang berbeda pula. Sebagai contoh di Polandia dan Rumania proses pembaruan dilakukan Dibidang ekonomi, konsep “perestorika” yang di gagas oleh
Gorbachev telah mendorong secara bertahap proses swastaisasi, dan petani dibiarkan menjual
hasil ladangnya secara bebas ke pasar. Sentralisasi dan totalisasi ekonomi oleh negara tidak
lagi berlaku mutlak. Bahkan dalam konstitusi baru yang disahkan pda bulan November 1986,
29 jenis usaha ekonomi di berikan izin untuk dikelola oleh swasta. Perubahan ini merupakan
sebuah perbaikan terhadap sisitem monopoli perekonomian oleh negara yang selama ini
dianggap tidak efesien.
Dampak dari konsep “glasnot” dan “perestorika” yang di tawarkan oleh Gorbhachev
dalam perkembangannya telah membawa negara Uni soviet kedalam bentuk pembaharuan
yang sedikit liberal dalam sistem ekonomi maupun sistem politiknya. Gorbhachev yang pada
awalnya menyatakan bentuk pembaharuan yang ditawarkan bukan bermaksud keluar dari
sosialisme melainkan sebagai keharusan sejarah supaya komunisme lebih bersifat kontekstual
dalam perkembangannya justru mengarah kepada kecenderunagn keluar dari komunisme. Hal
ini dapat dilihat dari perubahan perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi maupun
politik yang menjadi lebih terbuka. Pembaruhan yang pada perkembangannya menjurus pada
perubahan dalam bidang ekonomi dan politik yang terjadi di Uni Soviet ini secara bertahap
menular kepada negara negara Eropa Timur lainnya seperti Polandia, Rumania, Ceko
Slowakia, Bulgaria dan Hongaria.
1
Rikard Bagun, Perkembangan Komunisme di Polandia, Hongaria, Ceko Slowakia, Bulgaria, dan Rumania
oleh pihak yang sama. Rakyatlah yang menjadi aktor pembaharuan di kedua negara tersebut.
Hal sebaliknya justru terjadi di negara Ceko Slowakia, Bulgaria dan Hongaria dimana yang
melakukan gerakan pembaharuan adalah partai komunis itu sendiri.
Proses perubahan politik yang terjadi pada negara komunis tidak hanya terjadi di
negara negara eropa timur melainkan juga sampai ke negara negara di asia seperti halnya
Cina. Setelah tampil sebagai salah satu orang berpengaruh di Cina pada tahun 1978, Deng
Xiaoping langsung melakukan gerakan pembaharuan. Secara bertahap, ia mengganti sistem
totalisasi dan sentralisasi dalam bidang pertanian yang selama ini diterapkan di negara
tersebut dengan menawarkan sebuah bentuk pasar bebas sehingga memberi angin segar bagi
para wiraswasta. Pada perkembangannya, gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Deng
Xiaoping ini kemudian dikenal sebagai empat bentuk modernisasi Cina. Yaitu modernisasi
pada bidang pertanian, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di Cina sedikit banyaknya telah
mendeskripsikan betapa sebenarnya ideologi komunis yang dianut oleh negara tersebut perlu
dilakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut justru terlihat lebih bersifat pragmatis dengan
tujuan tercapainya kebutuhan nasioanl negara tersebut. Cina sebagai negara komunis terbesar
didunia setelah Uni Soviet juga tidak luput dari godaan sistem ekonomi dan politik yang
sedikit liberal untuk penyegaran terhadap ideologi komunis yang selama ini telah lama
diterapkan oleh negara tersebut.
Ternyata arus perubahan politik yang terjadi di Uni soviet dan Cina (sebagai dua
kekuatan terbesar di dunia) telah berpengaruh ke dunia komunis. Dunia komunis diartikan
yaitu yang belum atau tidak memegang kekuasaan pemerintahan.2
Memandang perubahan politik yang berhubungan dengan keberadaan komunis di
Indonesia tidak akan pernah terlepas dari apa yang terjadi pada sebuah transisi politik dari
Orde Lama (ORLA) ke Orde Baru (ORBA). Dengan demikian sangat perlu juga untuk dilihat Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa partai politik yang berhaluan komunis dalam negara yang non
komunis juga termasuk kedalam cakupan pembahasan dunia komunis.
Negara indonesia pada orde lama (ORLA) mempunyai partai yang berideologi
komunis yang dikenal sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI). Sekalipun Indonesia bukan
negara yang berideologi komunis, namun kekuatan komunisme di indonesia jelas tidak
diragukan lagi keberadaannya. Hal ini disebabkan karena PKI dapat menempati posisi empat
besar pada Pemilihan Umum pertama di indonesia yang di laksanakan pada tahun 1955.
Dalam pemilu tersebut PKI memperoleh persentase suara sebanyak 16,4 persen yang berarti
memperoleh 39 kursi di parlemen. PKI hanya kalah dari partai PNI yang memperoleh 22,3
persen suara (57 kursi), NU yang memperoleh 20,9 persen suara (57 kursi) dan Masyumi
yang memperoleh 18,4 persen suara (45 kursi). Namun yang perlu diketahui adalah bahwa
ketiga partai diatas sebelumnya telah menjadi kekuatan politik di Indonesia sebelum zaman
kemerdekaan. Sebagai ideologi yang baru tumbuh dan berkembang di Indonesia, keberadaan
ideologi komunisme yang di gerakan oleh PKI jelas telah menjadi manuver bagi kekuatan
politik yang sudah matang terlebih dahuluh. Dari penjelasan ini jelas dapat disimpulkan
bahwa kekuatan komunis di Indonesia cukup besar keberadaannya. Bahkan PKI tercatat
sebagai kekuatan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis Soviet dan
Cina. Dari penjelasan diatas jelaslah wajar jika saya menyimpulkan bahwa Indonesia adalah
salah satu kekuatan Komunis terbesar di dunia karena keberadaan PKI didalamnya.
2
perubahan politik seperti apa yang terjadi pasca keberadaan ideologi komunis di Indonesia.
Hal yang dapat dilihat dengan jelas adalah mengenai sikap kedua pemimpin pada masing
masing Orde terhadap keberadaan komunise itu sendiri. Soekarno sebagai pemimpin dari
ORLA dapat dilihat memiliki kedekatan terhadap dunia komunis. Hal ini tidak hanya
dibuktikan dengan terjadinya kedekatan antara Soekarno dengan para tokoh tokoh PKI
melainkan juga dapat dilihat bagaimana Soekarno dapat dilihat mendekatkan diri pada
kekuatan Komunisme dunia yaitu Uni Soviet. Kedekatan antara Soekarno dan Soviet dapat
dilihat dari ketersedian Soviet dalam memberikan bantuan persenjantaan kepada Indonesia.
Dalam situasi yang lain, Soeharto sebagai pemimpin diktator ORBA justru
memandang Komunsime sebgai sesuatu yang buruk. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
apa yang diberlakukan ORLA terhadap Komunisme yang justru bersifat sebagai mitra dalam
menjalankan roda pemerintahan. Setelah Soeharto berkuasa melalui intrik politik yang
didapatkan dari Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) perlahan lahan soeharto
mulai mengkebiri kekuatan Komunis di Indonesia dengan kekuatan Angkatan Darat (AD)
yang dia pimpin. Pemerintahan soeharto juga menjalin hubungan yang baik dengan Amerika
Serikat (AS) yang notabene adalah seteru abadi Soviet dalam Perang Dingin. Perbandingan
keberadaan Komunis pada ORLA dan ORBA jelas telah mengalami sebuah perubahan, ini
dapat ditunjukan dari sikap yang ditunjukan oleh Soekarno dan Soeharto dalam memandang
Komunis yang jelas sangat berbanding terbalik.
Dengan melihat penjelasan diatas, maka timbul pertanyaan apakah perubahan politik
ini nantinya sesuai dengan perubahan yang politik yang terjadi di negara Uni Soviet atau
negara Eropa Timur lainnya? Apakah perubahan politik di indonesia justru sejalan dengan
perubahan politik di negara Cina? Atau justru perubahan terjadi sebelumnya? Atas
sebuah Ideologi (dalam hal ini Komunisme) terhadap perubahan politik yang terjadi di era
politik tertentu.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh ideologi (dalam hal ini ideologi Komunisme) terhadap perubahan politik di
era politik Soeharto (1965-1971)
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, bahwa sebenarnya telah terjadi
perubahan politik dari orde lama ke masa pemerintahan Soeharto. Dimana pada orde lama
komunisme merupakan salah satu primadona kekuatan politik di indonesia. Hal ini di tandai
dengan keberhasilan Partai Komunis Indonesia menempati posisi empat besar peraih suara
terbanyak pada Pemilu pertama tahun 1955. Sedangkan di era Soeharto PKI tidak lagi
dibenarkan untuk ikut serta dalam pemilu dan ditiadakan keberadaannya. Maka dari itu yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Perubahan politik seperti apa yang
diakibatkan ideologi komunisme pada era Soeharto “.
I.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus dan menghasilkan uraian yang sistematis,
maka diperlukan batasan batasan masalah sehingga dapat diidentifikasikan hal apa saja yang
menjadi masalah penelitian. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini
1. Penelitian ini terfokus pada perubahan politik yang dihasilkan dari keberadaan
komunisme di indonesia
2. Penelitian ini hanya berkisar pada perubahan politik yang terjadi di era politik
Soeharto (1965-1971)
I.4. Tujuan Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk “ melihat Perubahan Politik di era
politik Soeharto (1965-1971) yang diakibatkan oleh keberadaan komunisme di Indonesia”.
I.5. Manfaat Penelitian
1. Secara pribadi penelitian mampu mengasa kemampuan peneliti dalam melakukan
sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru
bagi peneliti sendiri.
2. Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat
memberikan sumbangsi pemikiran konsep konsep dalam teori politik, terutama
menyangkut ideologi dan perubahan politik di indonesia
3. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi/kepustakaan
I.6. Kerangka Teori
Untuk mempermudah penelitian ini, maka di perlukan landasan teori dari sudut
pandang komunisme sebagai salah satu ideologi politik serta ulasan mengenai dinamika
perubahan politik.
I.6.1. Ideologi dan Ideologi Politik
Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh seorang pemikir prancis yang bernama
Desttut de Tracy. Dalam bukunya Element d’ideologie (Ian Adam, ideologi-Ideologi Politik
Mutakhir, 1993) pemikiran Tracy mengenai ideologi berkarakter positivistik dengan tujuan
menemukan kebenaran diluar otoritas agama. Tracy memandang bahwa otoritas agama yang
selama ini terlalu besar mengenai paham kebenaran telah membuat tidak ada lagi alternatif
lain diluar agama dalam mempresepsikan kebenaran. Tracy kemudian beranggapan bahwa
perlu adanya sebuah konsep baru yang mampu melihat nilai nilai kebenaran tersebut diluar
otoritas agama. Konsep ini kemudian disebut sebagai ideologi. Jelaslah pemikiran Tracy ini
merupakan sebuah momentum kebangkitan bagi para pemikir pemikir abad pencerahan.
Namun setelah lebih dari satu abad, ideologi tidak lagi dimaknai sebagai suatu konsensus
yang tunggal menurut pemikiran Tracy saja. Hal ini disebabkan karena ideologi selalu
dicermati oleh pemikir pemikir dari sudut pandang yang berbeda sehingga menyebabkan
tafsiran yang beragam pula.
Secara etimologi ideologi terdiri dari dua kata, yakni Ideo yang artinya pemikiran;
dan Logis yang artinya logika, ilmu, pengetahuan. Sehingga dapat didefenisikan ideologi
merupakan pemikiran yang didasarkan pada logika ataupun pengetahuan. Ideologi
merupakan rumusan alam pemikiran yang terdapat dalam masyarakat yang tujuannya adalah
untuk merealisasikannya. Dengan demikian ideologi tidak hanya dimiliki oleh negera
Konsep ideologi juga dapat dinegasikan sebagai political doktrin (doktrin politik) dan
political formula (formulasi politik).
Secara umum, ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau sisitem nilai
yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu
masyarakatmengenai tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam segi kehidupan duniawi
mereka.3
Secara fungsional ideologi dapat diartikan sebagai sesuatu bentuk gagasan kebaikan
bersama, atau tentang masyarakat dan sebuah bentuk negara ataupun pemerintahan yang Namun yang perlu disadari dalam pengertian ini bahwa dalam suatu masyarakat
biasanya mempunyai berbagai macam kelompok kepentingan yang dilahirkan oleh adanya
perbedaan perbedaan sosial seperti, perbedaan ekonomi, agama atau bentuk bentuk perbedaan
lainnya. Masing masing dari kelompok masyarakat tersebut tentunya juga mempunyai
tatanan sistem nilai yang berbeda sesuai dengan kepentingan masing masing dari kelompok
masyarakat tersebut.
Sama halnya seperti tatanan sistem nilai lainnya, ideologi juga terdiri dari dimensi
dimensi yang membentuknya menjadi sistem nilai yang utuh. Adapun dimensi dimensi dari
ideologi tersebut adalah: Peratama, sebuah realita hidup dalam masyarakat dimana ia muncul
pertama kalinya. Dengan kata lain dimensi ini mengatakan tentang sejauh mana masyarakat
mampu memahami diri mereka sendiri. Dimensi yang kedua adalah, gambarannya dalam
memberikan harapan kepada suatu masyarakat atau golongan dalam suatu masyarakat untuk
mempunyai kehidupan bersama yang lebih baik dan untuk membangun mayarakat yang lebih
cerah. Dimensi yang ketiga adalah, agaimana kemampuan ideologi dalam mempengaruhi
ataupun menyesuaikan diri terhadap pembangunan yang terjadi dalam masyarakat.
3
dianggap paling baik. 4
Adapun ciri utama dari suatu ideologi adalah cita citanya yang dalam dan luas,
universal dan bersifat jangka panjang. Ideologi dirasakan menjadi milik dari sebuah
kelompok manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran-ajaran yang
terdapat pada ideologi tersebut. Ideologi juga mengikat sebuah kelompok, sering pula
membenarkan dan mempertahankan perbuatan dari kelompok tersebut. Nilai universal yang Secara fungsional, ideologi dibagi kedalam dua tipe utama, yaitu
ideologi yang bertipe doktriner, dan ideologi yang bertipe pragmatis. Ideologi yang bertipe
doktriner mempunyai bentuk pengajaran yang bersifat sistematis dan terinci sangat jelas.
Didoktrinisasikan kepada mayarakat secara luas dan pelaksanaannya diawasi langsung oleh
aparat partai ataupun aparat pemerintah. Salah satu contoh dari tipe ini adalah ideologi
komunisme. Ideologi yang bertipe pragmatis adalah pengertian yang antitesis dari ideologi
doktriner. Yaitu bentuk pengajarannya tidak tersusun secara sistematis dan hanya
menekankan pada prinsip prinsip umumnya saja. Dalam hal ini penyebaran ideologi tidak
melalui proses doktrinisasi melainkan hanya bersifat sosialisasi. Contoh dari tipe ini adalah
ideologi liberalisme.
Dalam pengertian secara fungsional ini lah kemudian lahir dengan apa yang dikatakan
sebagai ideologi politik. Ideologi politik adalah ideologi yang difungsikan dalam kajian
politik. Dengan begitu ideologi politik dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau susunan
sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang tujuan tujuan yang hendak dicapai
dalam suatu masyarakat, dan mengenai cara cara yang paling baik dalam mencapai tujuan
politik masyarakat tersebut. Secara garis besar, tidak ada perbedaan yang mendasar antara
pengertian ideologi secara umum dan pengertian ideologi politik itu sendiri. Satu perbedaan
yang paling menonjol adalah nuansa tujuan politik yang harus dicapai dalam suatu
masyarakat politik yang menjadi ciri utama dari ideologi politik tersebut.
4
terkandung dalam ideologi tersebut, maka ruang lingkup yang ada didalamnya tidak hanya
berbicara mengenai segi kehidupan bernegara/ berorganisasi melainkan juga berbicara
mengenai prinsip prinsip dari sisitem bernegara yang berkaitan dengan cita-cita dari
kehidupan bernegara itu sendiri.
Ideologi politik merupakan penerapan dari prekripsi moral tertentu terhadap
kolektivitas.5 Bagaimana sebuah sistem nilai yang terbentuk atas konstruksi masyarakat dapat
menjadi acuan bersama adalam masyarakat secara seutuhnya. Misalnya saja di negara prusia
yang menerapkan pembenaran ideologisnya pada hegelianisme.6
Husczar dan Stevenson dalam buku Political Science mendefenisikan Ideologi Politik
sebagai suatu perumusan keyakinan atau program yang dimiliki oleh suatu negara, suatu
bangsa, suatu partai politik atau perkumpulan politik lain yang bermaksud mencapai suatu
tujuan politik yang khusus.
Sama halnya juga didalam
masyarakat komunis yang menerapkan ajaran marxisme-leninisme sebagai pokok
ideologinya. Artinya ideologi politik pada suatu masyarakat tertentu dapat dilihat dari
keseluruhan (kolektivitas) atas nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Sehingga
pola kehidupan sebuah masyarakat akan menjadi cerminan bagi ideologi yang diterapkan.
7
Pemahaman mengenai ideologi dan ideologi politik sangat diperlukan dalam
penelitian ini dikarenakan penelitian ini akan sangat berkutat masalah keberadaan komunisme Selain dari itu, ideologi politik juga menafsirkan atau
menganalisa kejadian-kejadian sosial ekonomi dan lembaga-lembaga didalam mencapai
tujuan yang telah dikehendaki. Ini artinya ideologi politik merupakan sebuah alat untuk
mencapai tujuan-tujuan politik dari setiap lembaga-lembaga politik yang menghendaki tujuan
politik tersebut.
5
David E Apter, Politik Modernisasi, Jakarta: PT Gramedia, 1987, Hal. 327.
6
Hegelianisme adalah istilah yang digunakan bagi para penganut pemikiran hegel, seorang filsuf asal jerman yang menggagasi hukum perdebatan dialektis.
7
dalam era politik Soeharto (1965-1971). Komunisme merupakan salah-satu ideologi politik
disamping ideologi politik lainnya seperti fasisme, liberalisme (demokrasi) dan lain-lain.
Oleh sebab itu pemahaman mengenai ideologi ataupun ideologi politik sangat diperlukan
untuk melihat bagaimana konstruksi komunisme tersebut disusun sehingga menjadi kategori
sebuah ideologi ataupun ideologi politik.
I.6. 2. Komunisme
I.6. 2. 1. Sejarah dan Pengertian Komunisme
Sejarah lahirnya komunisme tidak akan pernah lepas dari satu nama yang sangat
fenomenal yaitu karl marx. Marx adalah seorang pria asal jerman yang lahir pada tahun 1818
di sebuah kota kecil dijerman bernama Trier (Treves) di provinsi Rhein. Rhein adalah salah
satu kawsan industri terkenal di jerman samapai sekarang. Sehingga sewaktu muda, Marx
merasakan sendiri bagaimana lahan-lahan pertanian disekitar tempat tinggalnya mulai
tergusur untuk pendirian pabrik, dimana petani-petani yang lahannya telah terampas
berbondong-bondong untuk melamar sebagai buruh di pabrik tersebut. Dengan melihat
kondisis seperti itu Marx sendiri telah merasakan bagaimana perkembangan awal dari
kapitatalisme.
Masa muda Marx dihabiskan sebagai orang yang rajin belajar, membaca surat kabar
dan gemar mengamati fenomena-fenomena sosial di sekitarnya. Saat Revolusi industri
meletus tahun 1785 di inggris dengan ditandai penemuan mesin uap oleh James Watt sejarah
inggris mencatat bahwa terjadi pemberontakan petani-petani yang tanahnya digusur atas
kepentingan unutum mendirikan pabrik. Pemberontakan ini dapat di padamkan oleh kaum
pemberontakan yang terjadi tidak berhenti sampai disitu. Setelah bergulirnya era industri,
kaum buruh yang sebagaian besar adalah kaum tani yang tanahnya sudah dirampas dan
terpaksa menjual tenaganya sebagai buruh kasar di industri tersebut tidak tinggal diam karena
kondisi kerja mereka yang sangat buruk. Salah satunya adalah karena kuantitas jam kerja
yang terlalu tinggi justru tidak dibarengi dengan upah yang mereka dapat. Dengan kondisi
seperti ini maka lahirlah pergolakan-pergolakan kaum buruh atas kondisi sosial yang mereka
alami.
Berbarengan dengan revolusi-industri yang terjadi di inggris, di prancis juga sedang
terjadi revolusi besar. Sekalipun revolusi Prancis telah berhasil mengantarkan kaum borjuasi
pada penggulingan kau monarki, pergolakan politik di Prancis tidak berhenti begitu saja8.
Kaum buruh masih terus melakukan pergerakan karena revolusi yang mereka dukung tidak
memberikan nasib baik terhadap kondisi sosial mereka melainkan hanya menguntungkan
kaum borjuasi saja. Disisi lain, kaum monarkii juga tidak hanya tinggal diam akan kekalahan
mereka. Mereka juga menyususn kembali kekuatan untuk melakukan perlawaan terhadap
kaum borjuasi9
Peerkembangan politik diatas tentunya di ikuti marx melalui buku-buku sejarah dan
koran-koran yang ia baca. Pada tahap selanjutnya perkembanagan industri terus terjadi di
benua eropa. Sehingga kondisi sosial yang dihadapi kelas buruh tidak jauh berbeda dari apa
yang terjadi dimasa revolusi industri. Marx pun meyaksikan secara langsung bagaimana
kaum buruh diperlakukan sangat tidak adil oleh para kau borjuis. Kemudian Marx
mengidentifikasikan kedua kelas tersebut (anatara buruh dan proletar) untuk melihat
penyebab kondisi sosial kelas tersebut. Marx menilai bahwa yang membuat kaum buruh tidak . Tujuan mereka adalah mengembalikan kembali kerajaan prancis yang
berjaya seperti dahuluh.
8
Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan sosialisme, Yogyakarta: Ressist Book. 2006, hal. 6.
9
dapat berkutik diperlakukan tidak adil oleh kaum borjuis adalah karena mereka tidak dapat
mencoba alternatif pekerjaan lain. Hal ini disebabkan karena pada saat itu zaman telah
berubah ke zaman industrialisai. Sedangkan untuk mencoba bekerja dibidang industri para
kau buruh ini tidak mempunyai alat alat produsksi yang hanya dikuasai oleh kaum borjuis.
Untuk memiliki alat alat produksi tersebut haruslah mempunyai uang/modal yang banyak
(kapital). Kepemilikan atas alat produksi tersebut adalah terletak pada faktor kapital. Jadi
menjadi buruh adalah satu satunya pilihan bagi mereka untuk bertahan hidup.
Kondisi buruh yang sangat memprihatinkan tersebut menarik perhatian Marx.
Menurutnya, dengan jam kerja yang terlalu tinggi maka sebenarnya kau buruh telah
mengalami penindasan karena tidak dibarengi dengan upah yang lumayan. Belum lagi bagi
Marx, kaum buruh telah mengalami gejala sosial yang dinamakan alienasi. Yaitu gejala sosial
dimana manusia telah kehilangan waktunya untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
karena waktunya telah dihabiskan untuk pekerjaannya. Kondisi ini menurut pemikiran Marx
telah mengasingkan manusia dari lingkungannya bahkan keluarganya sendiri.
Marx menjelaskan bahwa kondisi sosial manusia mengalami perkemabangan dari
masa ke masa. Dimuali dari masa manusia primitif, feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan
pada akhirnya akan sampai pada puncak yang paling tinggi yaitu komunisme. Kondisi Marx
ketika menjelaskan fenomena sosial diatas adalah bagian dari masa kapitalisme. Dimana
dominasi atas kelas kelas sosial terletak pada kepemilikan alat-alat produksi yang berujung
pada kepemilikian atas kapital. Dengan mempunyaii kapital maka alat-alat produksi dapat di
kuasai. Kemudian dengan kepemilikan atas alat-alat produksi tersebut maka sumber-sumber
kehidupan juga akan terkuasai.
Marx meramalkan bahwa keadidayaan kapitalisme tersebut akan berakhir dan
hancur karena terjadinya revolusi yang dilakukan oleh kelas buruh dan konflik yang terjadi
diantara sesama kelas borjuis. Kondisi buruh yang semakin ditekan oleh pihak pemodal lama
kelamaan akan melahirkan keadaan sosial dalam kelas buruh tersebut. Karena selalu
mengalami penindasan maka kelas buruh akan melakukan pergerakan untuk melawan kelas
borjuis. Jika kaum borjus memiliki kekuatan pada kapital yang dimilikinya, maka kelas buruh
akan menyusun kekuatan melalui pembentukan serikat buruh untuk melawan kelas borjuis
dan merebut alat-alat produksi. Dan kelas buruh akan memenangkan revolusi tersebut
sehingga kapitalisme akan hancur. Faktor kedua yang diyakini marx akan menghancurkan
kapitalisme adalah persaingan/ konflik yang terjadi diantara para pemilik modal. Pemilik
modal akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pihak yang paling dominan dalam
menghasilakn barang-barang produksi. Sehingga lama kelamaan persaingan tersebut akan
menyebabkan pihak yang tidak mempunyai modal yang lebih kuat akan tersingkir satu
persatu. Hal seperti ini akan memperlemah keadaan kaum pemodal, sehingga memuadahkan
kelas buruh untuk melakukan perlawanan.
Setelah kapitalisme tersebut hancur akibat revolusi yang dilakukan pihak buruh, maka
marx kemudian meramalkan bahwa akan ada sistem pengganti dari kapitalisme yang
dinamakaSn dengan sosialisme. Sosialisme menentang paham kepentingan individu sebagai
dasar pribadi dan juga kebebasan ekonomi yang melibatkan negara. Sosialisme beranggapan
bahwa kebebsan individu sebagai dasar pribadi yang diterapkan pada sisitem kapitalisme
telah membuat manusia semakin egois dan lupa akan lingkungannya. Dan tidak adanya peran
negara dalam kebebasan ekonomi dalam kapitalisme berakibat pada tidak terjaminnya
kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tidak memiliki alat-alat produksi.
Negara harus mengambil alih kepemilikan alat-alat produksi. Kepemilikan alat
produksi oleh negara bukan semata mata demi sebuah keuntungan belaka, melainkan demi
dapat menjadi pengontrol akan sebuah sistem ekonomi yang sehat dan memperhatikan
kondisi kelas buruh sehingga tidak mengalami penindasan dari para kaum borjuis. Dengan
adanya peran negara maka individu-individu yang tidak memiliki kapital akan tetap dapat
berproduksi dengan memakai alat produksi yang dikuasai oleh negara. Sehingga negara
diharapkan dapat menjamin kesejahteraan hidup kaum proletar10
Marx yang melihat sosialisme gagal untuk menjamin kesejahteraan masyrakat banyak
tepatnya kaum buruh melihat bahwa revolusi yang sebenarnya harus dilakukan adalah
revolusi perjuangan kelas kaum buruh. Kaum buruh menurut Marx harus melakukan revolusi
dan menguasai langsung alat-alat produksi tersebut. Sehingga untuk mewujudkannya
mayoritas dari penduduk harus terdiri dari proletariat. Karena tanpa adanya kedudukan
proletariat yang mayoritas maka kemenangan kaum buruh dalam revolusi tidak akan
mungkin di lakukan. Atas dasar keadaan ini kemudian Marx menawarkan gagasan baru yang
disebut dengan komunisme.
.
Revolusi yang menghasilkan sosialisme sebagai tatanan hidup baru ternyata tidak
menjamin kesejahteraan pada setiap lapisan masyarakat. Sistem sosialime ternyata
mempunyai kelemahan yang hampir sama dijumpai pada sisitem kapitalisme.
Permaslahannya terletak pada peran negara. Negara yang diharapkan mampu menjadi
pengontrol bagi sebuah sistem ekonomi ternyata tidak mampu menjalankan tugas yang
diharapkan. Marx melihat bahwa negara pada dasarnya adalah sebuah lembaga politik yang
di isi oleh oknum-oknum. Letak permasalahannya yang sebenarnya terletak pada prilaku
oknum-oknum itu sendiri. Marx melihat negara tidak mampu menjadi kontrol sosial yang
baik diakibatkan karena oknum-oknum dalam negara tersebut ternyata dikuasai oleh para
pemilik modal. Sehingga kelas buruh yang bekerja pada pabrik-pabrik yang dikuasai oleh
para pemodal tetap mendapat perlakukan yang tidak adil dan selalu mengalami penindasan.
10
Menurut Marx, revolusi yang dilakukan oleh proletariat yang mayoritas pada akhirnya
akan melahirkan mayarakat komunisme. Masyarakat komunisme yang digambarkan oleh
Marx adalah suatu komunis yang tidak berkelas, tenteram, tenang, manusia dengan disiplin
diri, dan pandangan terhadap kerja sebagai sumber kegembiraa, terlepas perlu dair perlu
tidaknya kerja ini dipandang dari segi keuntungan serta kepentingan diri11
11
Firdaus syam, Pemikiran Politik Barat: sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007, hal. 281.
. Marx
beranggapan bahwa tujuan utama manusia bekerja bukanlah untuk mencari nafkah,
melainkan sebagai panggilan hati. Marx melihat bahwa dengan terciptanya masyarakat
komunis seperti yang dia maksud diatas, maka peran negara hampir tidak ada, sehingga
keberadaan negara akan menjadi tidak dibutuhkan lagi.
Pembahasan diatas sangat diperlukan dalam proses penelitian ini. Komunisme yang
terdapat di Indonesia merupakan sebuah konsepyang didasarkan atas pemahaman Marx
dalam memandang sebuah fenomena sosial yang selanjutnya di modifikasi oleh Lenin.Jadi
jelas bahwa paham komunis yang di terapkan di indonesia merupakan sesuatu yang diadopsi
dari pemikiran kedua tokoh tersebut. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya komunisme itu lahir dan menjadi sebuah ideologi politik. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kejelasan mengenai asal dari ideologi komunisme tersebut yang
pada saatnya diterapkan di Indonesia.
I.6. 2. 2. Prinsip Prinsip Ideologi Komunisme
Sebagai ideologi politik, Komunisme mempunyai prinsip-prinsip yang menjadi
landasan bagi pengimplementasian ideologi ini dalam kehidupan bermasyarakat. Adapaun
Pertama: Ideologi Komunisme adalah sistem politik, ekonomi, sosial, budaya yang
berlandasakan pada ajaran marxisme-leninisme. Marx memang secara nyata telah
melahirkan ideologi komunisme. Namun letak permasalahannya Marx hanya menjadi
pemikir bagi ideologi ini tanpa pernah mepraktekannya. Sedangkan lenin selain dia
memberikan sumbangsih bagi pemikiran Komunisme, dia juga pernah mempraktekan
langsung ideologi komunisme tersebut saat dia memimpin Soviet. Dan saat masa
kepemimpinannya lah komunisme mencapai keadidayaannya. Jika Marx berpendapat bahwa
diktator proletariat adalah kepemimpinan oleh seluruh kaum proletar, maka bagi lenin
diktator proletariat harus di isi oleh wakil-wakil kelas yang termaju saja yang mampu
merepresentasikan anggotannya saja.
Kedua, ideologi Komunisme (khususnya pemikiran Marx) memiliki kekuatan pada
ekspresinya memberikan harapan. Artinya sifat dari pemikiran Marx adalah
meramalkan/memprediksikan sesuatu yang akan terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Bentuk pemikiran Marx yang mefokuskan perhatiannya pada perkembangan masyarakat
sedikit tidaknya telah menaruh harapan akan lahirnya sebuah mayarakat yang adil dan
makmur yang termanifestasi dalam masyarakat komunis. Filsafat Marx yang komunis telah
menyadarkan janji penyelamatan sosial.12
Ketiga, Orang orang komunis percaya pada historikal materialis, sebab mereka
memandang soal soal spiritual sebagai efek sampingan akibat dari keadaan perkembangan
materi termasuk ekonomi. Oleh karena itu, mereka tidak memusatkan kepada hal yang
bersifat pembangunan spiritual termasuk pembangunan akhlak orang bertuhan.13
12
Sjahfruddin Prawiranegara, Agama dan Ideologi, Jakarta, Bulan Bintang, 1971, hal. 9.
13
Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta LP3ES, 1982, hal. 45.
Ideologi
komunisme tidak mempercayai Tuhan, agama dilarang tegak karena hanya dianggap sebagai
menjadi pemicu perbedaan kelas sosial. Jadi agama hanya akan jadi penghalang bagi
terwujudnya masyarakat Komunis.
Keempat, karena cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menghalalkan
segala cara, baik itu kekerasan radikal, revolusioner dan perjuangan kelas, dengan sendirinya
etika tingkah laku didasarkan atas kekerasan serta cenderung tidak mengakui pernyataan hak
asasi manusia. 14
Penjelasan mengenai prinsip-prinsip Idelogi komunis ini digunakan untuk melihat
bagaimana sebenarnya hal-hal pokok yang menjadi acuan dari Komunisme tersebut. Hal
inilah yang kemudian dapat membedakan sifat-sifat ideologi komunis dengan ideologi politik
yang lain. Melalui prinsip-prinsip diataslah kemudian dapat dijelaskan apakah gejalah-gejalah
sosial ataupun politik dalam masyarakat merupakan kategori pemahaman tentang komunisme
atau tidak. Sehingga hal inilah yang menjadi sebuah landasan berpikir ideolgi komunisme
dalam melihat sebuah gejala sosial.
Kelima, cita cita perjuangan ideologi ini adalah terciptanya masyarakat tanpa kelas
yang pada akhirnya tidak membutuhkan lagi negara sebagai institusi sosial. Konsep yang
digunakan adalah dengan menggunakan prinsip sama rata, sama rasa. Ideologi komunis itu
sendiri memumpanyai sifat internasional dibidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Keenam, untuk menggantikan peran negara sebagai lembaga yang membuat kebijakan
maka di bentuklah polit biro. Polit biro hanya di kuasai oleh segelintir orang. Oleh sebab itu
kebijakan ekonomi dan pemerintahan hanya dikendalikan oleh segelintir orang saja. Sehingga
didalam cita cita diktator proletariat yang ingin dicapai dalam masyarakat komunis tetap saja
dibutuhkan lembaga yang menjadi bertugas untuk menkordinasi segala sendi kehidupan
masyarakat komunis tersebut.
14
I.6. 2. 3. Komunisme Sebagai Ideologi Politik
Secara bentuk pemikiran (ide), komunisme telah ada pada zaman Yunani kuno yang
terlihat dalam buku Republik karangan plato. Pada saat itu di Athena telah terjadi hura-hara
disemua tempat, dan Plato berusaha mencari pola kehidupan yang bersistem untuk mengatasi
huru-hara tersebut. Dari uraian Plato dalam karyanya tersebut maka dapat dilihat ciri ciri dari
ideologi Komunisme tersebut. Plato berusaha menjelaskan bahwa penyebab terjadinya
huru-hara (kerusahan) adalah karena tidak ditemukannya sebuah sistem yang dapat mengatur
masyarakat tersebut. Untuk itu kemudian Plato menawarkan sebuah sistem dimana semua
kebijakan kebijakan yang diambil yang berhubungan dengan kehidupan sosial harus menjadi
sebuah keputusan bersama.
Komunisme merupakan salah satu ideologi politik yang pernah diterapkan dinegara
Uni soviet, Cina dan beberapa negara eropa timur lainnya. Komunisme memiliki nilai-nilai
yang bersifat doktriner yang ajarannya didasarkan pada filosofis materialisme yang dipahami
oleh Marx. Materialisme yang dikatakan Marx mengungkapkan bahwa segala gejala-gejala
sosial yang ada dimasyarakat harus dapat dihubungkan dengan hal hal yang kongkrit dan
bersinggungan dengan materi. Materialisme yang dikemukakan oleh Marx merupakan sebuah
bentuk kritik pemikiran atas gagasan Hegel mengenai Idealisme. Menurut Marx masa depan
merupakan sebuah rancangan yang telah tersusun rapi yang ditentukan dari masa sekarang.
Jadi apabila kita mau merubah masa depan maka kita harus merubah masa yang sekarang kita
alami. Analisis ini sangat bertentangan dengan filosofi idealisme hegel yang mengatakan
bahwa masa depan merupakan sebuah takdir yang telah ditentukan.
Materialisme yang di pahami Marx terbagi kedalam dua bagian, yaitu Materialisme
bertentangan dengan pemikiran Hegel, namun untuk menganalisis sebuah sejarah, analisis
Marx justru sejalan dengan pemikiran Hegel. Dialektika merupakan merupakan sebuah kata
yang berasal dari yunani kuno yang diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari sebuah
kebenaran melalui proses tanya jawab. Marx meminjam dialektika yang dikemukan Hegel
dalam menganalisis proses sejarah yang membuktikan bahwa semua gagasan berkembang
melalui proses proses dialektika dari thesis (posisi pertama), antithesis (posisi kedua) dan
synthesis (kebenaran lawan) yang akan menjadi thesisi yang baru/berikutnya dan akan
meneruskan proses sejarang tersebut.
Bentuk kedua dari Materialisme Marx adalah Materialisme Historis. Marx tidak
mengatakan bahwa dia adalah orang yang dapat menentukan masa depan, melainkan dia
mengatakan bahwa masa depan dapat dilihat melalui gejala-gejala yang timbul pada masa
lampau (sejarah). Marx berpendapat bahwa suatu gejala tertentu yang terjadi di masa lampau
bisa saja terjadi kembali dimasa yang akan datang, sehingga kelanjutan dari gejala tersebut
dapat di analisis dengan melihat pada apa yang telah terjadi sebelumnya. Jadi pengertian
sejarah haruslah memungkinkan kita membuktikan bahwa jika kondisi tetap sama, sesuatu
yang tertentu mungkin terjadi pada masa yang akan datang.15
Keberadaan Komunisme sebagai ideologi politik tidak hanya didasarkan pada
nilai-nilai/ajaran ajarannya yang bersifat tetap dan doktriner, melainkan juga karena ideologi ini
juga membahas mengenai sendi-sendi kehidupan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan
diterapkannya komunisme sebagai ideologi pada beberapa negara seperti di Uni Soviet,
China, dan beberapa negara Eropa Timur lainnya. Bahkan selain di negara-negara yang
berideologi komunis, paham komunis juga dipakai sebagai ideologi partai politik. Dengan
demikian komunisme telah menjadi bagian dari sebuah proses politik yang bergerak pada
asas/ nilai dasar pada sebuah kelembagaan politik.
15
I.6. 3. Teori Perubahan Politik
I.6. 3. 1. Pengertian Perubahan Politik
Pada akhir tahun 1960-an analisa perubahan politik menjadi perhatian tersendiri
dalam karya ilmu politik, terlepas dari kemungkinan bahwa ia ada menggiatkan minat
terhadap perumusan teori-teori yang lebih hubungannya dengan proses proses
sosial-ekonomi-kebudayaan dan modernisasi atau perhatian teologis yang mendasari sebagian
kegiatan ilmiah dalam ilmu politik16
Teori-teori baru mengenai perubahan politik dapat dibedakan dari pendekatan
pendekatan dahuluh berdasarkan beberapa ciri
. Dalam rentan waktu satu dasawarsa kemudian fokus
utama ilmu politik mengalami perubahan perubahan dalam kajiannya. Mulai dari fokus
terhadap sistem politik, analisa terhadap perbandinagn sistem politik modern dan tradisional,
kemudian pindah lagi perhatian terhadap proses proses sejarah, bergeser pada konsep-konsep
pembangunan politik, dan kemudian kembali lagi kepada tingkat abstraksi yang lebih tinggi
yang berorientasi pada teori teori umum tentang perubahan politik.
17
16
Samuel P. Huntington, Perubahan ke Arah Perubahan: Modernisasi Pembangunan dan Politik dalam Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991. Hal. 108.
17
Ibid, Hal. 109
. Pertama, perubahan politik yang terjadi
pada setiap taraf pembangunan. Kedua, kerangka kerangka tersebut tidak banyak berkaitan
dengan proses modernisasi. Ketiga, variabel yang berhubungan dengan teori sebagian besar
bersifat politik. Keempat, Kerangka-kerangka itu cukup flexsibel untuk menampung
perubahan perubahan politik baik dari lingkungan dalam negeri ataupun lingkungan luar
negeri. Kelima, pada umumnya teori-teori itu lebih kompleks dari pada teori teori
Huntington dalam bukunya yang berjudul Political Order in Changing Societies yang
terbit pada tahun 1968 menjelaskan banhwa, fokus utama perubahan politik adalah hubungan
antara partisipasi politik dan pelembagaan politik. Hubungan diantara kedua unsur
tersebutlah yang mempengaruhi stabilitas sistem politik. Hal ini disebabkan karena kadar dari
sebuah partisipasi politik yang diberikan oleh suatu masyarakat berkaitan erat terhadap
legitimasi yang diperoleh lembaga lembaga politiknya. Apabila partisipas yang dimaksud
dalam bentuk dukungan, maka hal itu menunjukan bahwa kelembagaan politik tersebut
memiliki tingkat kepercayaan yang baik. Begitu juga sebaliknya, jika partisipasi politik
tersebut dalam bentuk kritikan, maka kelembagaan politk tersebut tidak mendapat respon
yang baik dalam masyarakat.
William Mitcheel mengutarakan bahwa langkah pertama dalam menganalisa
perubahan politik adalah dengan terlebih dahuluh mengidentifikasikan objek objek yang
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan tersebut. Dengan kata lain semua unsur-unsur yang
ada pada sebuah sistem tersebut harus dikonfigurasikan apakah berkaitan terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi. Tugas itu adalah apa yang merupakan atau yang mungkin
merupakan komponen komponen dalam suatu sistem poltik dan menentukan apakah ada
hubungan dalam perubahan-perubahan yang terjadi diantara mereka. Dengan begitu, maka
pendekatan yang seperti ini dapat di kategorikan sebagai sebuah pendekatan yang
memusatkan perhatiannya pada perubahan konvesional.
Studi mengenai perubahan politik meliputi beberapa hal sebagai berikut: pertama,
merumuskan perhatian pada apa yang agaknya menjadi komponen-komponen pokok suatu
sistem politik. Kedua, penentuan laju, ruang lingkup dan arah perubahan dalam
komponen-komonen yang telah disebutkan pada poin pertama. Ketiga, melakukan analisa tentang
perubahan-perubahan dalam komponen lain18
18
Ibid, Hal. 111.
. Dari ketiga hal diatas dapat dirumuskan bahwa perubahan
politik tersebut meliputi segala bentuk aksi dan reaksi dalm sebuah sisitem politik beserta
perubahan-perubahannya.
Studi mengenai perubahan politik dapat berkembang dengan menganalisa kelima
komponen dalam sisitem politik serta perubahan dalam suatu komponen dan perubahan
dalam komponen lainnya. Kelima komponen dalam sistem politik tersebut adalah: kultur,
struktur, kelompok, kepemimpinan dan kebijaksanaan. Komponen-komponen dan unsur
unsur adalah objek perubahan yang terlebih dahuluh harus di pahami jika kita ingin fokus
terhadap perubahan politik. Hal ini sangat koheren sebagai mana yang telah disebutkan oleh
william mitcheel pada penjelasan sebelumnya. Tetapi permasalahannya adalah apakah
perubahan yang dimaksud dapat dikatakan sebagai suatu studi mengenai perubahan politik?.
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan ini tentulah dibutuhkan analisa yang mendalam
mengenai keterkaitan akan perubahan yang terdapat pada komponen-komponen tersebut
dalam kaitaanya terhadap perubahan politik yang dimaksud.
Analisa mengenai perubahan politik pertama-tama dapat diarahkan pada perubahan
perubahan sederhana mengenai kekuasaan dan unsur-unsur dari sebuah sistem politik. Hal
tersebut dapat meliputi perubahan mengenai gaya pemerintahan yang dipakai, sistem
pemerintahan yang diterapkan dan segala bentuk lembaga-lembaga politik yang
tersinkronisasi dalam sebuah sistem politik. Namun fokus dari perubahan politik bukanlah
semata-mata terfokus pada perubahan kekuasaan. Melainkan yang lebih penting adalah
permasaalahan hubungan yang ditimbulkan antara perubahan perubahan kekuasaaan
Perubahan politik dapat di klasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan. Pertama, Laju
ruang lingkup dan arah perubahan sebuah komponen dapat dibandingkan dengan laju dan
ruang lingkup komponen lainnya. Sebuah bentuk perbandingan yang demikian dapat
menjelaskan pola-pola stabilitas dan kegoncangan dalam sistem poltiik. Sehingga jangkauan
sebuah komponen berhubungan dengan perubahan atau tiadanya perubahan pada komponen
lainnya. Misalnya kultur dan suatu sistem politik mungkin bisa dipandang sebagai hal yang
lebih penting dibandingkan kelompok, pemimpin dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan.
Tingkatan kedua dari analisa perubahan politik adalah perubahan kekuasaan dari
suatu unsur dalam sebuah komponen pada suatu sistem dapat dibandingkan denngan unsur
unsur lain dari komponen yang sama. Hal ini dapat meliputi analisa mengenai bangkit
redupnya ideologi dan kepercayaan, lembaga dan kelompok, pemimpin dan kebijaksanaan
serta unsur-unsur yang terdapat dalam komponen tersebut yang telah mengalami perubahan.
Hal ini berarti menyangkut kajian sebuah unsur-unsur tersebut yang bersifat dinamis
sehingga harus terus dipantau perubahan-perubahannya.
Perubahan Politik dapat disebut sebagai bertambahnya atau berkurangnya gejala
gejala politik politik tertentu.19
19
Hoogerwerf, Politikologi, Jakarta: Erlangga. 1985, Hal. 257.
Dari pengertian ini, maka Perubahan Politik itu sendiri dapat
di klasifikasikan menjadi tiga pengertian pokok, yaitu: Pertama: Perubahan Politik dapat
didefenisikan sebagai suatu gejala perkembangan politik, yaitu bertambahnya/ semakin
banyaknya gejala-gejala politik yang muncul, Kedua: Perubahan Politik dapat didefenisikan
sebagai suatu gejala kemerosotan politik (regresi politik), yaitu berkurangnya/ hilangnya
gejala-gejala politik tertentu, dan Ketiga: Perubahan Politik juga dapat didefenisikan sebagai
suatu gejala kemacetan politik, yaitu suatu keadaan dimana suatu gejala politik tertentu tidak
I.6. 3. 2. Objek Perubahan Politik
Sebagai sesuatu yang bersifat dinamis, tentunya perubahan politik mempunyai objek
tertentu yang menjadi fokus kajiannya. Observasi yang dilakukan oleh ilmuan politik
mengenai perubahan politik biasanya meliputi sistem nilai politik, struktur kekuasaan,
strategi mengenai permasalahan kebijakan umum dan lingkungan masyarakat yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem politik. Keempat hal diatas adalah masalah
masalah pokok dari objek politik dan juga hal hal penting yang terkait terhadap perubahan
politik.
Sebuah sistem niali politik pastilah terdiri dari nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya
yang terkandung didalamnya. Keterkaitan diantara sistem dan sub-sistem tersebut adalah
hubungan yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Dalam sistem nilai
politik terkandung tujuan negara dan prioritas pemerintahan, hak-hak warga negara, presepsi
mengenai dunia, justifikasi atas hak untuk memerintah, dan aturan main politik.20
Struktur kekuasaan terdiri atas infrastruktur dan suprastruktur dalam setiap proses
pengambilan kebijakan. Struktur kekuasaan infrastruktur meliputi lembaga lembaga diluar
pemerintahan seperti lembaga lembaga ekonomi, sosial, agama ataupun partai politik (Bukan
partai penguasa) dalam hal perannya mempengaruhi kebijakan umum. Pengaruh yang
dimaksud dapat berupa kritikan ataupun sekedar dukungan semata. Struktur kekuasaan
suprastruktur meliputi lembaga lembaga pemerintahan beserta proses proses yang ada Sisitem
nilai politik ini merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks karena meliputi
keseluruhan dari sub sub sistem yang ada, sehingga sangat mempengaruhi ketiga bentuk
objek yang lainnya.
20
didalamnya seperti, dimensi kekuasaan, distribusi kekuasaan, pelaksanaan kekuasaan dan
insensitas kekuasaan itu sendiri.
Setiap sistem mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi permasalahan kebijakan.
Sebuah sistem yang dikendalikan oleh kelompok pemerintahan yang kuat tentunya dapat
membuat kebijakan yang sifatnya sedikit memaksa dan cenderung condong kepada
kepentingan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena dominasi kekuasaan pada sebuah
sistem telah membuat arah sistem tersebut sesuai dengan kendali yang dilakukan oleh
kelompok penguasa. Sedangkan sebaliknya, apabila sebuah sistem tidak didukung oleh
pemerintahan yang kuat, justru akan membuat sistem tersebut semakin rawan akan tekanan
tekanan yang diberikan oleh kelompok oposisi.
Berdasarkan sistem nilai politik tertentu, dalam kerangka struktur kekuasaan tertentu,
dan konteks lingkungan masyarakat tertentu, peran pembuat keputusan harus memilih
berbagai alternatif untuk menangai empat permasalah pokok kebijakan.21
Pada dasarnya ketiga objek diatas sangat mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan
masyarakat dan lingkungan fisik. Struktur lapisan masyarakat juga dipengaruhi oleh ketiga
objek dari perubahan politik diatas. Termasuk dalam lingkungan masyarakat seperti misalnya Pertama, untuk mencapai tujuan kebijakan interaksi macam apakah yang terjadi antara kehendak subjektif pemimpin politik dan kondisi objektif? Permasalahan menyangkut kaitan antara kendala struktural dan kultural atas supaya individu mengejar tujuannya pada satu pihak (determinisme), dan individu mengekspresikan kehendak kuat untuk beberapa aspek kultur dan struktur pada pihak lain (Voluntarisme). Kedua, dalam upaya mencapai tujuan kebijakan umum, struktur politik apakah yang melaksanakan kekuasaan secara lebih dominan, infrastruktur secara spontan atau justru suprastruktur? Permasalahan ini menyangkut antara spontanitas atau prakarsa berbagai kelompok sosial dan prakarsa dan intervensi dari lembaga lembaga pemerintah. Ketiga, dalam proses kebijakan seberapa penting dan mendalam konflik yang terjadi antara konflik nilai politik dan struktur kekuasaan? Permasalahan ini menyangkut konsensus yang diperlukan, atau tingkat konflik yang ditolerir untuk membuat dan melaksanakan kebijakan umum secara efektif Keempat, Ketika merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum, para pembuat prioritas harus membuat keputusan yang diberikan terhadap perubahan dan kesinambungan baik dalam sistem nilai politik dan struktur kekuasaan maupun dalam lingkungan masyarakat dan fisik.
21
budaya politik, tingkat pendidikan, struktur ekonomi, komunikasi masa dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik yang dimaskud adalah sumber sumber alam yang ada didalam bumu,
misalnya pertanian, perkebunan, pertambangan, pariwisata dan sesuatu yang ada diudara
seperti misalnya tenaga surya.
I.6. 3. 3. Perubahan Politik Sebagai Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan politik merupakan salah satu varian dari gejala perubahan sosial.
Perubahan politik senantiasa akan membawa suatu perubahan pada sebuah sistem sosial
dalam sebuah kelompok masyarakat/ negara. Kingsley Davis menjelaskan perubahan sosial
merupakan perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Karena
perubahan tersebut bersinggunagn dengan fungsi masyarakat, Davis mengemukakan bahwa
perubahan tersebut dapat menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi maupun politik.
Pengertian lain mengenai perubahan sosial dikemukakan oleh Mac Iver yang mendefenisikan
perubahan sosial sebagai hubungan dalam perubahan sosial (sosial relations) atau perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium) dalam hubungan sosial. Hubungan sosial yang
dimaksud merupakan hubungan antar individu ataupun antar kelompok dalam kehidupan
bernegara.
Johnson (1995) mengatakan perubahan sosial ditandai oleh empat hal penting, yaitu:
pertama, hilangnya kepercayaan terhadap institusi-institusi sosial yang mapan terutama
lembaga lembaga ekonomi dan politik, kedua, otoritas yang terdapat dalam institusi-institusi
sosial utama dipertanyakan, ketiga, menurunnya etika tradisional, dan keempat penolakan
secara luas terhadap teknokrasi dan berbagai segi organisasi birokrasi.22
22
NgPhilipus & Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta: Rajawali Pers. 2009, Hal. 57.
Keempat hal ini lah
sosial. Jika kita mengkaitkannya dengan keberadaan perubahan politik yang terjadi indonesia
yang dipengaruhi oleh keberadaan komunisme, maka apa yang dijelaskan oleh Jhonson
terrsebut mengarah kepada bagaimana institusi-intitusi sosial yang berhaluan komunis tidak
lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat dan justru mendapat kecaman keras dari
masyarakat itu sendiri. Institusi-intitusi komunis seperti PKI (dalam bidang politik) dan Lekra
dll (dalam bidang sosial) telah dibubarkan oleh pemerintah dan membentuk image negatif
terhadap institusi-intitusi tersebut dimata masyarakat. Hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap institusi-intitusi yang berideologi komunis tersebut dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sosial di Indonesia.
Menurut Mooris Ginsberg (1984) sebab sebab terjadinya perubahan sosial adalah
sebagai berikut:
a. Keinginan individu dalam masyarakat untuk secara sadar mengadakan perubahan;
b. Sikap sikap pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi kondisi yang berubah;
c. Perubahan perubahan struktural dalam bidang sosial, ekonomi dan politik;
d. Pengaruh eksternal;
e. Munculnya pribadi pribadi dan kelompok yang menonjol dalam masyarakat (kelas menengah);
f. Munculnya peristiwa peristiwa tertentu, seperti misalnya kekalahan perang, ataupun kekalahan sebuah
kekuatan p