• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Keanekaragaman Hayati Mikroba (Microbial Bioprospecting) Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prospek Keanekaragaman Hayati Mikroba (Microbial Bioprospecting) Sumatera Utara"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK KEANEKARAGAMAN HAYATI MIKROBA

(MICROBIAL BIOPROSPECTING) SUMATERA UTARA

Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Mikrobiologi pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 10 Oktober 2009

Oleh:

DWI SURYANTO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

Yang terhormat,

Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera

Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara

Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara

Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana,

Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas

Sumatera Utara

Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya

muliakan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puja dan puji atas kebesaran-Mu ya Allah, segala sembah dan doa hanya ditujukan kepada-Mu ya Allah. Salawat dan salam kepada nabi seluruh umat, Muhammad SAW.

Allah izinkanlah saya atas ridha-Mu dengan segala kerendahan hati menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan Guru Besar pada sidang terbuka ini.

PENDAHULUAN

Hadirin yang saya muliakan,

Pidato ilmiah ini saya mulai dengan sebuah kutipan:

Microbes can and will do anything: microbes are smarter, wiser and more energetic than microbiologists, chemists, engineers and others

(Perlmon D. 1980: Developments in Industrial Microbiology)

(4)

dilakukan. Potensi yang tersimpan ini dapat diangkat untuk tujuan pengembangan industri dalam negeri. Sesuai dengan bidang yang saya tekuni, saya memilih bekerja dengan strain-strain bakteri yang diisolasi terutama dari daerah Sumatera Utara untuk melihat pemanfaatannya sebagai sel atau produk sel seperti protein dan enzim. Telaah-telaah yang dilakukan pada gilirannya diharapkan memberikan informasi tentang potensi (bioprospecting) sumberdaya hayati yang ada di Indonesia, khususnya Sumatera sebagai model bagi upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya hayati.

Hadirin yang saya hormati,

Disebabkan oleh karena tidak glamour dan kesulitan mengakses, orang awam tidak mengetahui nilai penting keanekaragaman mikroba. Banyak dari kita menyangka bahwa semua bakteri menyebabkan penyakit. Sesungguhnya hanya sebagian kecil saja yang memiliki potensi patogen, selebihnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan kesejahteraan manusia. Pengetahuan tentang keanekaragaman biologi mikroba berhubungan dengan kekayaan jenis, distribusi lokal dan global, dan fungsi dalam ekosistem terlihat belum lengkap (Bull et al 2000). Berapa sesungguhnya jumlah jenis mikroba sampai saat ini belum diketahui. Dalam forum-forum resmi keanekaragaman mikroba sering terabaikan (Bull & Hardman 1991), padahal mikroba mengkatalisis transformasi unik dan murah dalam siklus biogeokimia dalam biosfer, memproduksi komponen-komponen penting dalam atmosfer bumi, dan mewakili bagian yang besar dari keanekaragaman genetik organisme (Whitman et al 1998). Disamping itu secara khusus mikroba telah digunakan untuk tujuan lain misalnya sebagai agen pengendali hama dan penyakit, agen bioremediasi dan biodegaradasi bahan pencemar, agen penghasil protein dan enzim-enzim penting yang telah dimanfaatkan dunia, agen-agen dalam bioteknologi modern, dan digunakan untuk menguak rahasia kehidupan bumi dan jagad raya. Karena nilai penting yang berhubungan langsung sebagai sumber utama dalam pengembangan bioteknologi, pelestarian microbial gene pools merupakan hal yang sangat mendesak untuk dikerjakan (Bull & Hardman 1991).

Hadirin yang saya hormati,

(5)

jamur dan bakteri. Sekitar 40 produk pengendalian hayati penyakit tanaman kini beredar di dunia (Fravel et al 1998), tidak dikenal merek komersial sejenis yang asli dari Indonesia. Sumber biologi untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman tetap merupakan alternatif potensial yang penting sebagai pengganti pestisida, dan sering dianjurkan untuk mengganti pengendalian berbasis kimia terhadap penyakit atau untuk mengendalikan penyakit yang jika dikendalikan dengan bahan kimia tidak ekonomis. Salah satu pertimbangan dalam memilih agen pengendali hayati berupa kemampuan biopestisida bertahan dalam waktu lama dan tidak memerlukan tempat penyimpanan khusus (Powell & Faull 1989). Strategi untuk seleksi strain mikroba berdasarkan kepada kriteria kemampuan kolonisasi, kemampuan kompetisi, dan kemampuan menyesuaikan diri di lingkungan (McQuilken et al 1998).

Kepentingan lain dari mikroba misalnya dalam bioremediasi senyawa toksik. Secara umum, proses biodegradasi dan bioremediasi bahan pencemar di alam dilakukan oleh mikroba seperti bakteri, jamur dan ganggang (Suryanto & Suwanto 2000; Semple & Cain 1996; Spadaro et al 1992) meski beberapa proses juga dilakukan oleh tumbuhan. Penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan biodegradasi dan bioremediasi telah membuktikan bahwa isolat bakteri dan jamur indigenous mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon aromatik monosiklik (Suryanto & Suwanto 2000) dan senyawa campuran yang terdapat dalam minyak solar (Fachrian 2006).

Hadirin yang saya muliakan,

(6)

Salah satu usaha yang dilakukan terfokus pada pemanfaatan limbah pertanian seperti limbah pengolahan tepung untuk dikonversi menjadi protein mikroba atau protein sel tunggal (PST). Beberapa penelitian dalam pengolahan limbah ditujukan kepada perancangan bangunan, sebagian perhatian diberikan kepada aspek mikrobiologis dari pengolahan limbah yang sebetulnya merupakan fenomena purifikasi limbah. Dari sisi pengolahan limbah, terutama limbah organik oleh mikroba, proses ini lebih sering ditujukan kepada penguraian atau mineralisasi bahan organik menjadi CO2 dan air melalui proses aerobik. Konversi bahan organik ini ke

dalam sel organisme pengurai sering diabaikan, boleh jadi karena organisme pengkonversi tidak dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu seperti untuk pakan atau makanan sebagai PST.

Pekerjaan lain yang mulai banyak dikerjakan di Indonesia berupa eksplorasi termofil. Bakteri termofil asal sumber air panas Sumatera Utara diperkirakan memiliki potensi dalam bidang industri. Kepentingan komersial saat ini terutama terfokus pada enzim bakteri dan metabolit sekunder lainnya. Biokatalis industri ini secara khusus telah dikembangkan sebagai sektor utama dengan kisaran penggunaannya mulai dari perlakuan biologis

(biotreatment) limbah dan bahan kimia beracun, bahan tambahan dalam

deterjen, pemroses bahan dalam industri pulp, kertas dan kulit, serta transformasi bahan (the provision of a plethora of stereo- and regioselective

transformation) (Bull et al 2000).

Hadirin yang saya muliakan,

(7)

Dalam penelitian lain telah dicoba menguji beberapa tumbuhan yang memiliki nilai etnobotani dari hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai obat antimikroba. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Hutan Tangkahan TNGL Kabupaten Langkat, Sumatera Utara telah mengenal dan sekaligus memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat. Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia masih berdasarkan kebiasaan yang turun temurun, belum didasari penelitian farmakologi dan percobaan klinik (Sardjono 1989). Beberapa tumbuhan yang diuji memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai bahan antibakteri dan antijamur. Pengujian potensi obat untuk penyakit lain mestinya juga harus dilakukan.

BEBERAPA POTENSI MIKROBA INDIGENOUS

Biopestisida Berbasis Bacillus thuringiensis

Hadirin yang saya hormati,

Bacillus thuringiensis, satu bakteri aerob, pembentuk spora, gram positif,

merupakan bakteri di tanah, air, permukaan tumbuhan, serangga mati, dan biji-bijian (Kawalek et al 1995; Bravo et al 1998). Beragam isolat dan sub-jenis B. thuringiensis diketahui sebagai sumber penting biopestisida komersial (Lopez-Meza & Ibarra 1996). Bakteri ini memenuhi syarat sebagai agen pengendali mikrobiologi terhadap hama dan vektor penyakit pertanian (Ben-Dov et al 1999). Untuk mengendalikan serangga hama, isolat-isolat dari Bacillus thuringiensis atau bakteri lain telah pula digunakan orang sebagai agen pengendalian. B. thuringiensis dikenal dapat memproduksi senyawa toksik terhadap berbagai organisme hama target, artropoda dan nematoda. Strain-strain bakteri ini menunjukkan kisaran spesifisitas yang luas pada berbagai ordo serangga (Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, Hymenoptera, Homoptera, dan Mallophaga) dan Acari (Bravo et al 1998). Protein kristal toksin (Cry) yang diproduksi oleh bakteri ini sangat spesifik dan sangat berguna dalam mengendalikan organisme hama target (Baum et al 1996). Sejauh ini protein Cry tidak memperlihatkan toksisitas terhadap mammalia, burung, amfibia, atau reptilia. Kebanyakan gen toksin bakteri ini berada di dalam plasmid (Itoua-Apoyolo et al 1995).

(8)

dikenal dapat memproduksi sejumlah besar protein kristal insektisida yang bersegregasi dalam tubuh paraspora (δ-endotoksin) selama masa sporulasi.

B. thuringiensis saat ini merupakan agen pengendali yang diproduksi secara

biologi yang paling luas digunakan (Schnepf et al 1998). Tahun 1995 saja, penjualan biopestisida ini merupakan sekitar 2% total penjualan insektisida dunia (Lambert & Peferoen 1992).

Secara umum pestisida Cry-based membutuhkan biaya yang rendah dalam pengembangan dan registrasinya, sebagai contoh B. thuringiensis subsp.

israelensis membutuhkan biaya 1/40 dibandingkan dengan pestisida kimia

sintetik (Becker & Margalit 199). Karena tingginya keanekaragaman dan adanya potensi pematahan resistensi menggunakan isolat baru dan manipulasi genetika menyebabkan penelitian tentang bioinsektida seperti kristal protein B. thuringensis harus tetap dilakukan. Penyediaan isolat-isolat baru yang mampu menghasilkan beragam kristal toksin merupakan salah satu alternatif mengurangi kemungkinan resistensi organisme target terhadap toksin B. thuringiensis (Masson et al 1998; Schnepf et al 1998; Thomas et al 2000). Untuk mendapatkan strain B. thuringiensis baru yang menghasilkan protein Cry, isolasi sejumlah besar strain B. thuringiensis baru saat ini menjadi aktivitas rutin pada banyak industri (Kuo & Chak 1996).

Isolasi B. thuringiensis asal Sumatera Utara yang telah dilakukan menemukan 9 isolat yang relatif mirip secara morfologi dan biokimia. Pengamatan morfologi dan hasil uji biokimia menunjukkan bahwa isolat TU1 dan isolat bioinsektisida komersial, memiliki sifat morfologi dan biokimia relatif sama. Kemungkinan kedua isolat ini secara genetik mirip. Variasi yang tidak terlalu besar dari sifat morfologi dan biokimia antar isolat bakteri ini menunjukkan keanekaragaman morfologi dan biokimia yang relatif tidak besar dari isolat B. thruringiensis asal daerah Sumatera Utara (Suryanto et al 2007a).

(9)

disebabkan oleh adanya gen penyandi kristal protein yang sejenis pada kedua isolat. Kemiripan ini dapat diketahui jika kedua isolat dianalisis genomnya. Ben-Dov et al (1997) melihat bahwa strain B. thuringiensis subsp. thuringiensis HD-2 setidak-tidaknya memiliki satu gen cry1 dan juga

gen cry2Ab, yang masing-masing toksik terhadap Lepidoptera dan Diptera.

Kemampuan spesifik strain B. thuringiensis semacam ini juga dilaporkan oleh Lambert et al (1996).

Amplifikasi dengan menggunakan primer yang digunakan Bravo et al (1998) berhasil mengamplifikasi gen cry1 isolat TU1 dan isolat bioinsektisida komersial dengan pita yang dihasilkan sekitar 550 pb (Suryanto 2009). Primer ini dirancang khusus untuk mengamplifikasi gen cry1. Menurut Bravo et al (1998) primer ini berhasil mengamplifikasi hampir semua jenis gen cry1 dengan ukuran pita yang dihasilkan antara 543-594 pb. Teramplifikasinya gen cry dengan besar pita yang sama di kedua isolat dan kenyataan bahwa kedua isolat memiliki spesifisitas insektisida yang mirip terhadap larva mengindikasikan bahwa kedua isolat memiliki gen cry dari gen cry1, meski belum tentu dari jenis gen cry1 yang sama. Gen cry1 merupakan salah satu gen cry yang umum ditemukan pada B. thuringiensis subsp. kurstaki (Schnepf et al 1998; Kuo & Chak 1996). Profil umum gen cry1 yang ditemukan pada B. thuringiensis merupakan jenis cry1A (Bravo et al 1998; Cerón et al 1995). Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk melihat apakah gen yang ada dalam isolat TU1 dari jenis gen cry1 yang berbeda, dengan urutan sekuen nukleotida yang tidak sama atau jenis gen cry1 yang sudah pernah diketahui sebelumnya.

(10)

Mikroba Kitinolitik dan Pengendalian Jamur Patogen Tanaman

Hadirin yang saya muliakan,

Dalam penelitian kami, telah dilakukan kajian kemungkinan penggunaan isolat bakteri indigenous untuk dikembangkan sebagai biopestisida dengan cara mengisolasi, menseleksi, dan menguji daya bunuh atau daya hambat pertumbuhan organisme pengganggu. Satu kelompok organisme yang memiliki potensi sebagai agen pengendali hayati jamur berasal dari kelompok mikroba penghasil kitinase. Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroba kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroba menghasilkan kitinase dan β-1,3-glucanase yang dapat melisis sel jamur (El-Katatny et al 2000). Disamping sebagai agen pengendali hayati, bakteri kitinolitik digunakan untuk menghasilkan derivat kitin yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang biokimia, bioteknologi, farmakologi, medis dan industri, misalnya sebagai bahan kosmetik, kapsul obat dan makanan hewan (Muzzarelli 1985).

Banyak organisme seperti bakteri, jamur, tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan menghasilkan kitinase yang mengkonversi kitin menjadi monomer atau oligomernya (Fujii & Miyashita 1993; Ohno et al 1996; Wen et al 2002; Tsujibo et al 2003). Organisme ini biasanya memiliki beragam gen kitinase yang ekspresinya diinduksi oleh kitin ekstraseluler atau derivatnya. Bakteri memanfaatkan kitinase untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada tumbuhan, kitinase digunakan sebagai pertahanan melawan serangan organisme patogen yang mengandung kitin (Fujii & Miyashita 1993; Wu et al,2001). Jamur dan serangga menggunakan enzim ini untuk morfogenesis dinding sel dan pembangun eksoskeleton (Shaikh & Desphande 1993). Hal ini mungkin berhubungan dengan tersebarnya bahan kitin di alam seperti pada jamur, alga, nematoda, kelompok artropoda dan krustacea, molluska, coelenterata, protozoa, dan fungi (Folders et al 2001; Orikoshi et al 2003). Meski demikian gen-gen penyandi kitinase bagi organisme merupakan gen non esensial (Cottrell et al 2000). Melihat kenyataan ini eksplorasi kitinase dapat dilakukan dimana saja mulai dari tanah, rizosfer, air tawar, air laut, dan tumbuhan.

Kemampuan kitinolitik bakteri Aeromonas caviae telah digunakan untuk mengendalikan beberapa jamur patogen tanaman (Inbar & Chet 1995). Lebih lanjut, Gohel et al (2003) melihat bakteri kitinolitik seperti A.

hydrophila, A. caviae, Pseudomonas maltophila, Bacillus licheniformis, B.

(11)

memainkan peranan penting dalam pengendalian hayati jamur patogen tanaman. Galur S. marcescens dimanfaatkan untuk mengendalikan jamur patogen seperti Sclerotium rolfsii (Ordentlich et al 1988). Gen chiA dari S.

marcescens telah pula dimanfaatkan melalui kloning pada P. fluorescens

(Downing & Thomson 2000). Bakteri lain yang juga digunakan sebagai pengendali hayati komersial seperti P. syringae, Burkholderia cepacia, B.

subtilis, Agrobacterium radiobacter, Enterobacter cloacae, dan

Streptomyces griseoviridis (Fravel et al 1998; McQuilken et al 1998).

Isolasi yang telah dilakukan dari beberapa daerah di Sumatera Utara dan Bangka memperoleh sedikitnya 35 isolat bakteri kitinolitik. Berdasarkan pengamatan morfologi, pewarnaan gram, dan uji biokimia 35 isolat ini memiliki ciri dan sifat yang berbeda meski beberapa memiliki kesamaan. Dalam penelitian, kami menguji potensi isolat bakteri kitinolitik tersebut dalam menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman seperti

G. boninense, F. oxysporum, dan P. Citrinum (Suryanto et al 2009a;

Suryanto et al 2009e). Penelitian ini memperoleh beberapa isolat bakteri kitinolitik yang potensial untuk dikembangkan sebagai agen pengendali hayati jamur patogen tanaman.

Uji pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri kitinolitik menunjukkan bahwa terdapat isolat bakteri kitinolitik yang mampu menghambat pertumbuhan jamur uji. Meski demikian, kemampuan menghambat pertumbuhan jamur uji bervariasi (Suryanto et al 2009a; Suryanto et al 2009b; Suryanto et al 2009e). Hal ini menunjukkan bahwa spesifisitas masing-masing bakteri berbeda. Perbedaan tersebut dapat berasal dari kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan enzim-enzim yang mampu mendegradasi dinding sel jamur (Suryanto et al 2009e). Pemanfaatan isolat bakteri kitinolitik dimulai dengan penelitian penggunaan isolat tersebut sebagai agen pengendali hayati jamur F. oxysporum yang menyerang benih cabe dengan metode pembalutan benih. Hasil penelitian menunjukkan adanya potensi penghambatan jamur patogen tersebut oleh isolat bakteri kitinolitik (Suryanto et al 2009a; Suryanto et al 2009e).

(12)

dan serangga (Ordentlich et al 1988; Downing & Thomson 2000). Hasil di atas menunjukkan bahwa beberapa isolat bakteri indigenous dapat dikembangkan sebagai agen pengendali hayati jamur penyebab penyakit tanaman yang penting.

Bioremediasi dan Biodegradasi

Hadirin yang saya muliakan,

Bioremediasi merupakan teknik yang potensial untuk membersihkan daerah terkontaminasi bahan pencemar (Blasco et al 1997; Laine & Jorgensen 1996). Teknologi bioremediasi secara sederhana merupakan usaha untuk mengoptimalkan kemampuan alami mikroorganisme untuk mendegradasi/ mendaur ulang dengan memberikan reaktan anorganik esensial dan meminimumkan tekanan abiotik (Portier 1991). Teknologi ini sangat berguna dan dapat digunakan pada berbagai tahapan perlakuan. Terdapat tiga prinsip dalam teknologi bioremediasi, yaitu pelepasan langsung mikroba ke lingkungan terkontaminasi, peningkatan kemampuan mikroba asli, dan penggunaan mikroba dalam reaktor khusus (Portier 1991).

Pekerjaan bioremediasi dimulai dengan mengisolasi bakteri potensial dalam mendegradasi berbagai senyawa toksik dan meremediasi logam. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan banyak mikroba indigenous yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Degaradasi senyawa hidrokarbon aromatik monosiklik seperti benzoat dilakukan oleh bakteri seperti

Rhodopseudomonas palustris dan S. marcescens (Suryanto & Suwanto

2000). Beberapa bakteri juga diketahui mampu tumbuh pada fenol, salisilat, dan gentisat (Suryanto & Suwanto 2000). Isolat-isolat indigenous asal Sumatera Utara hasil seleksi menunjukkan kemampuan dalam mendegradasi minyak solar (Fachrian 2006) dan meremediasi logam (Kaban 2005). Untuk membantu proses bioremediasi seperti bioremediasi senyawa hidrofobik diperlukan penurun tegangan muka seperti surfaktan. Pekerjaan isolasi dan pengujian isolat penghasil biosurfaktan dari Sumatera Utara sedang dilakukan.

Potensi Mikroba dari Kearifan Lokal

Hadirin yang saya muliakan,

(13)

minuman obat yang pembuatannya melibatkan berbagai mikroba. Di Desa Pancur Batu, Deli Serdang, Sumatera Utara, misalnya, masyarakat menggunakan kepiting batu untuk pembuatan minyak kelapa (virgin

coconut oil) secara fermentasi. Menurut masyarakat, minyak kelapa yang

diproses dengan cara ini berwarna bening dan berbau harum. Penelitian yang telah kami lakukan bertujuan mengisolasi bakteri dari kepiting batu dan melihat potensinya dalam pembuatan minyak kelapa. Kajian seperti ini merupakan contoh dalam menginventarisasi potensi mikroba yang berasosiasi dengan teknik pembuatan makanan dan minuman lokal serta keperluan farmasi lain yang dilakukan secara tradisional oleh suku-suku yang ada di Sumatera Utara.

Penelitian yang kami lakukan terhadap proses pembuatan minyak kelapa menunjukkan bahwa semua isolat yang diisolasi dari kepiting batu memiliki kemampuan untuk memfermentasi santan kelapa menjadi minyak kelapa, walau kemampuan yang dimiliki masing-masing isolat tersebut berbeda. Isolat SKN06 yang diidentifikasi sebagai Citrobacter sp. dari kepiting batu memiliki kemampuan menghasilkan minyak kelapa yang hampir sama dengan Saccharomyces cerevisiae, ragi yang sering digunakan dalam proses fermentasi ini. Minyak kelapa yang dihasilkan dari fermentasi santan kelapa oleh isolat yang berasal dari kepiting batu rata-rata memiliki kadar air yang relatif rendah bahkan lebih rendah daripada kadar air minyak kelapa dari S. cerevisiae dengan angka asam minyak kelapa relatif sama dengan angka asam minyak kelapa hasil fermentasi dengan S. cerevisiae. Pengamatan terhadap warna minyak hasil fermentasi menunjukkan bahwa minyak hasil fermentasi berwarna lebih bening dan jernih dibandingkan dengan warna minyak kelapa yang diperoleh dari pasar yang diketahui merupakan hasil proses pemanasan santan (Suryanto et al 2005).

Protein Sel Tunggal

Hadirin yang saya hormati,

(14)

limbah kayu, limbah makanan dan proses pembuatan makanan, residu dari pembuatan alkohol, atau dari kotoran manusia dan hewan. Proses ini juga sekaligus merupakan salah satu cara pengolahan limbah.

Organisme terutama ganggang seperti Chlorella dan Spirulina (Cifferi 1983; Duerr et al 1998) dan ragi Saccharomyces, Candida, Pichia dan Hansenula (Omar & Sabry 1991; Coreghino et al 2002), jamur seperti Penicillium dan

Aspergillus (Khan et al 1992; Anupama & Ravindra 2001; Lacina et al 2003;

Ravinder et al 2003), dan bakteri (Phetteplace et al 2000) telah digunakan untuk menghasilkan PST. Beberapa peneliti menggunakan BFA sebagai PST (Sasaki et al 1981; Kobayashi & Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000). Sumber C seperti metana, metanol, etanol, lignoselulosa, dan laktosa sering digunakan dalam produksi PST ini (Malick et al 1976; Omar & Sabry 1991; Khan et al 1992;,Anupama & Ravindra 2001).

Dibandingkan dengan ganggang mikro dan ragi bahkan dengan sumber protein umum seperti daging dan susu, bakteri fotosintetik mempunyai beberapa keunggulan sebagai diet. Kandungan protein PST bakteri ini lebih tinggi dibandingkan dengan PST dari ragi dan ganggang (Kobayashi & Kobayashi 1995). Sebagai pembanding kandungan protein pada susu sekitar 4%, ayam, daging sapi dan daging lainnya sekitar 19%, telur sekitar 13%, dan kacang-kacangan sekitar 22%, sedangkan PST dari ragi mengandung sekitar 55% dan bakteri sekitar 80% (Malick et al 1976; Kobayashi & Kobayashi 1995). Bakteri ini juga dapat menghasilkan bahan organik berharga lainnya (Kobayashi & Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000). Disamping itu PST dapat dengan cepat diproduksi dan seluruh bagian dapat dikonsumsi (Malick et al 1976). Kultur sel bakteri fototrofik digunakan sebagai pakan oleh organisme lain di perairan dan tanah (Kobayashi & Kobayashi 1995; Kim & Lee 2000), dan juga dapat menjadi pupuk hayati (Kobayashi & Kobayashi 1995; Irawan et al 2000). Potensi produktivitas PST sangat tinggi dibandingkan dengan protein konvensional. Satu pabrik PST yang dapat membuat 100.000 ton/tahun dapat memproduksi protein setara dengan 120.000 ha kedele, atau sebanyak sapi yang dibesarkan pada lahan rumput seluas 2 juta ha (Malick et al 1976).

(15)

dan limbah gliserol sebagai hasil samping pembuatan minyak kelapa sawit sebagai sumber C dan energi. Disamping itu telah juga dilakukan pengukuran protein sel (Suryanto & Listiani 2009c). Optimasi pertumbuhan untuk meningkatkan jumlah sel sedang dilakukan. Pembuatan pelet dengan mensubstitusi protein konvensional dengan PST dan mencobanya sebagai pakan ikan merupakan kegiatan penelitian berikutnya.

Kemampuan BFA menggunakan sumber C seperti pati telah dilaporkan. R.

palustris strain B1 mampu menggunakan dengan baik beberapa pati seperti

pati kentang, sagu, soluble starch, dan tapioka untuk pertumbuhan. Sementara strain ini kurang mampu tumbuh pada pati jagung, gandum, ketam, beras, starch, dan raw starch (Sathappan 1997). Meski demikian tidak menutup kemungkinan bahwa BFA lain dapat memetabolisme pati dengan lebih baik dengan sumber pati yang lebih beragam. Kemampuan BFA menggunakan sumber C ini mengindikasikan bahwa BFA mampu mengkonversi limbah pabrik tepung dengan baik.

Termofil dan Potensi Hidrolase

Hadirin yang saya hormati,

Eksplorasi terhadap mikroba ekstrimofil yang hidup pada suhu sangat rendah (psikrofil) atau sangat tinggi (termofil dan hipertermofil), pH ekstrim (asidofil dan alkalifil), dan kadar garam tinggi (halofil) telah dilakukan orang. Di Indonesia kajian tentang mikroba seperti ini belum lama dimulai. Penelitian terutama diarahkan kepada melihat keanekaragaman bakteri dan mengisolasi enzim hidrolase termofil yang bekerja pada suhu tinggi dan pH ekstrim. Kebanyakan kajian seperti ini dilakukan oleh ahli dari Pulau Jawa. Untuk wilayah Sumatera Utara upaya mulai dilakukan sekitar 3 tahun lalu dengan mengisolasi bakteri dan menguji aktifitas enzim hidrolase kasar (protease) dari sumber air panas Lau Debuk-debuk (Herlambang et al 2006). Hasil penelitian ini kemudian merupakan dasar untuk melakukan pekerjaan serupa terhadap mikroba dari berbagai sumber air panas yang ada di Sumatera Utara.

(16)

enzim termofil menjadi subjek berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang biologi molekuler protein. Mikroba penghasil enzim termofil biasa hidup di lingkungan dengan suhu di atas 50ºC seperti di sumber air panas, kawah, dan sedimen geotermal lainnya (Brock 1986).

Eksplorasi bakteri termofil dari beberapa sumber air panas yang ada di Sumatera Utara seperti dari Lau Debuk-debuk, Tangkahan, Gurukinayan, Sipaholon, Tinggi Raja, dan Penen memperlihatkan adanya bakteri yang tumbuh pada kisaran suhu antara 50-70ºC bahkan lebih, yang menghasilkan enzim-enzim hidrolase termofil seperti amilase, protease dan kitinase yang memiliki potensi dalam bidang industri dan pangan. Pengujian enzim kasar berdasarkan suhu dan pH telah dilakukan. Beberapa isolat

indigenous ini menunjukkan adanya potensi enzim termofil yang baik.

Penelitian purifikasi enzim, penentuan jenis mikroba berdasarkan gen 16S rRNA, dan pengujian pengaruh logam dan agen pengkelat terhadap aktifitas enzim sedang disiapkan.

HARAPAN-HARAPAN

Hadirin yang saya muliakan,

(17)

Potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita rentan terhadap pembajakan kekayaan hayati (biopiracy) yang sering dilakukan oleh negara-negara maju. Pengembangan terhadap potensi hayati oleh negara maju kemudian menghasilkan produk dengan nilai tambah yang luar biasa besarnya, dan kita hanya jadi penonton setia. Sebagai konsekuensi logis dari upaya pelestarian ini perlu dilakukan penelitian secara berkesinambungan dan pemeliharaan (menjaga) kekayaan hayati secara in situ dan ex situ. Secara ex situ jelas menghendaki adanya koleksi berbagai keanekaragaman hayati ini di kampus USU, misalnya melalui koleksi mikroba di laboratorium dan membangun tempat untuk memelihara keanekaragaman hayati lain seperti Mini Botanical Garden untuk tumbuhan. Jika memang hal ini dapat dilakukan bukan tidak mungkin USU dapat menjadi salah satu tempat terhimpunnya plasma nutfah. Di sisi lain, USU memiliki kemampuan melakukan penelitian potensi lokal yang salah satunya berbasis keanekaragaman hayati.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Izinkan saya atas nama pribadi dan keluarga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memotivasi saya dalam meniti karier.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Mendiknas yang telah memberikan kepercayaan kepada saya memegang amanah yang berat menjadi Guru Besar, dan yang telah memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan dan berkarya sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara.

Penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang tulus ditujukan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K), yang telah mempercayakan saya mengemban amanah dan tugas, memberikan perhatian penuh, dan membantu karier saya sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara.

(18)

Kepada Dekan Fakultas MIPA, Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc. ucapan terima kasih saya sampaikan atas segala perhatian, kebaikan, dan dukungan dalam tugas keseharian maupun pada saat pengusulan jabatan Guru Besar saya.

Kepada Guru-guru saya di SD, SMP, dan SMA, terima kasih atas segala perhatian, pengertian, kesabaran, dan jasa yang telah diberikan yang tak mungkin bisa saya balas. Tanpa Bapak dan Ibu sekalian saya tidak mungkin berdiri di sini.

Terima kasih kepada dosen-dosen saya di Fakultas Biologi UGM Yogyakarta, terutama Prof. Dr. Jusup Subagja, di Michigan State University, East Landing, Amerika Serikat, terutama Dr. James W Johnson, dan di PS Biologi Sekolah Pascasarjana IPB Bogor yang telah mengajarkan kebenaran dan objektivitas keilmuan.

Kepada Prof. Dr. Antonius Suwanto, Prof. Dr. Maggy T Suhartono, Dr. Anja Merjandini, Prof. Dr. Bibiana W Lay, dan Prof. Dr. Muhammad Sri Saeni (alm.), promotor dan ko-promotor saya, terima kasih tak terhingga dan rasa takjub saya atas segala kebaikan, bimbingan, keterbukaan, persahabatan, dan keakraban yang luar biasa yang saya rasakan selama saya menjadi mahasiswa S3 di IPB Bogor.

Kepada orang tua-orang tua saya, Ir. Guslim, MS, Drs. Jusran RC, dan A Rambe sekeluarga, terima kasih atas bantuan dan nasehatnya.

Rekan-rekan dosen di Departemen Biologi, Prof. Dr. Erman Munir, Prof. Dr. Ing. Ternala A Barus, M.Sc., Prof. Dr. Retno Widhiastuti, serta dosen-dosen lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas dorongan, motivasi, dan kebersamaan selama ini.

Kepada Ibu dr. Linda Trimurni Maas, MPH dan teman-teman saya di UBK Sahiva, Drs. Zulkifli Lubis, M.A., Dr. Albiner Siagian, Lita Handayani, SKM, M.Kes, Evi Karota Bukit, S.Kep., MNS, Oding Affandi, S.Hut, M.Hut., Rulianda P Wibowo SP, M.Ec., dan teman-teman di SEC, Dr. Isfenti Sadalia, Arwina Mufika, SE, M.Si., Ir. Diana Chalil, Ph.D, dan Ir. Buchori, M.Kes. terima kasih atas dorongan semangat dan optimisme yang luar biasa menghadapi hari esok.

(19)

Kepada mahasiswa, saya mengucapkan banyak terima kasih atas penerimaan diri saya sebagai seorang yang diamanahkan membagi ilmu, dan sebagai sahabat.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa saya sebutkan dalam kesempatan ini, saya juga mengucapkan banyak terima kasih.

Terkhusus kepada yang saya cintai Bapak saya Moehammad Sahoeri (alm.) dan Ibu saya Sujatmi (almh.) yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik serta yang telah mengajarkan banyak kebaikan, kejujuran dan kebersahajaan, juga kepada Bapak mertua saya Agus Nasution (alm.) dan Ibu mertua saya Amnah Lubis (almh.) yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang besar sehingga saya menjadi seperti saat ini; kepada mereka saya tidak lagi bisa menyampaikan ucapan terima kasih. Hanya doa semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan dan menerima segala amal kebaikan orang tua kami.

Kepada Istri saya Siti Khadijah Nasution, S.Si., sulit rasanya menemukan kata-kata yang pantas dan sesuai untuk menyampaikan rasa terima kasih saya yang dalam. Semoga Allah selalu membimbing segala doa, cinta dan ketulusan yang diberikan. Bersamamu saya menemukan ketenangan dan kedamaian hidup.

Kepada anak-anak saya Muhammad Aditya Haryawan, Nindya Laksita Laras, dan Aisyah Anindita Prameswari terimakasih untuk tetap bercahaya dalam hidup saya. Tetaplah jadi anak yang baik. Bapak mencintaimu.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Agaisse H, Lereclus D. 1995. How does Bacillus thuringiensis produce so much insecticidal crystal protein? J Bacteriol 21: 6027-6032.

Anupama, Ravindra P. 2001.,Studies on production of single cell protein by

Aspergillus niger in solid state fermentation of rice bran. Braz Arch

Biol Technol. 44: 79-88.

Baum JA, Kakefuda M, Gawron-Burke C. 1996. Engineering Bacillus

thuringiensis bioinsecticides with an indigenous site-specific

recombination system. Appl Environ Microbiol 62: 4367-4373.

Becker N, Margalit J. 1993. Use of Bacillus thuringiensis israelensisagainst mosquitoes and blackflies. In Bacillus thuringiensis, an environmental biopesticide: Theory and practice. Ed. Entwistle PF, Cory PF, Bailey MJ, Higgs S. J Wiley & Sons. New York. NY. 145–170.

Ben-Dov E, Wang Q, Zaritzky A, Manasherob R, Barak Z, Schneider B, Khamraev A, Baizhanov M, Glupov V, Margalith. 1999. Multiplex PCR screening to detect cry9 genes in Bacillus thuringiensis strains. Appl

Environ Microbiol 65: 3714-3716.

Ben-Dov E, Zaritsky A, Dahan E, Barak Ze’ev, Sinai R, Manasherob R, Khamraev A, Troitskaya E, Dubitsky A, Berezina N, Margalith Y, 1997. Extended screening by PCR for seven cry-group genes from field-collected strains of Bacillus thuringiensis. Appl Environ Microbiol 63: 4883–4890.

Blasco R. Mallavarapu M, Wittich R, Timmis KN, Pieper DH. 1997. Evidence that formation of protoanemonin from metabolites of 4-chlorobyphenyl-cometabolizing microorganisms. Appl Environ

Microbiol 63: 427-434.

Boh B, Hodžar D, Dolničar D, Berovič M, Pohleven F. 2000. Isolation and quantification of triterpenoid acids from Ganoderma applanatum of Istrian origin. Food Technol Biotechnol 38: 11–18.

Bravo A, Sarabia S, Lopez L, Ontiveros H, Abarca C, Ortiz A, Ortiz M, Lina L, Villalobos FJ, Pen AG, Nunez-Valdez M-E, Soberon M, Quintero R. 1998. Characterization of cry genes in a Mexican Bacillus

(21)

Brock TD. 1986. Introduction: An overwiew of the thermophiles. In Thermophiles: General, molecular, and applied Microbiology. Ed. T.D Brock. John Wiley & Sons. New York. 1-16.

Bull AT, Hardman DJ. 1991. Microbial Diversity. Curr Op Biotechnol 2: 421-428.

Bull AT, Ward AC, Goodfellow M. 2000. Search and discovery strategies for biotechnology: the paradigm shift. Microbiol Mol Biol Rev 64: 573-606.

Cereghino GPL, Cereghino JL, Ilgen C & Cregg JM. 2002. Production of recombinant proteins in fermenter cultures of the yeast Pichia

pastoris. Curr Op Biotechnol 13: 329–332.

Cerón J, Ortíz A, Quintero R, Güereca L, Bravo A. 1995. Specific PCR primers directed to identify cryI and cryIII genes within a Bacillus

thuringiensis strain collection. Appl Environ,Microbiol 61: 3826-3831.

Cifferi O. 1983. Spirulina, the edible microorganism. Micobiol Rev 47: 551-578.

Cottrell MT, Wood DN, Yu L, Kirchman DL. 2000. Selected chitinase genes in cultured and uncultured marine bacteria in the a- and g-subclasses of the Proteobacteria. Appl Environ Microbiol 66: 1195-1201.

Downing KJ, Thomson JA. 2000. Introduction of the Serratia marcescens chiA gene into an endophytic Pseudomonas fluorescens for biocontrol of phytopathogenic fungi. Can J Microbiol 46: 363-369.

Duerr EO, Molnar A, Sato V. 1998. Cultured microalgae as aquaculture feeds. J Mar Biotechnol 7: 65-70.

Dunham M. 2000. Potential of fungi used in traditional Chinese medicine: II

Ganoderma. http://www.oldkingdom/UG-projects/Mark-Dunham/Mark-

Dunhamhtml. 02/04/2004.

El-Katatny MH. Somitsch W, Robra K-H, El-Katatny MS, Gübitz GM. 2000. Production of chitinase and β-1,3-glucanase by Trichoderma

harzianum for control of the phytopathogenic fungus Sclerotium

(22)

Fachrian R. 2006. Isolasi bertahap dan uji potensi bakteri laut pendegradasi minyak solar. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Folders J, Algra J, Roelofs MS, Van Loon LC, Tommassen J, Bitter W. 2001. Characterization of Pseudomonas aeruginosa chitinase, a gradually secreted protein. J Bacteriol 183: 7044-7052.

Fravel DR, Connick Jr, WJ, Lewis JA. 1998. Formulation of microorganisms to control plant diseases. In Formulation of microbial biopesticide. Ed. Burges HD. Kluwer Academic Press. Dordrecht. 187-202.

Fujii T, Miyashita K. 1993. Multiple domain structure in a chitinase gene (chiC) of Streptomyces lividans. J Gen Microbiol 139: 677-686.

Gohel V, Singh A, Vimal M, Ashwini D, Chatpar HS. 2003. Bioprospecting and antifungal potential of chitinolytic microorganism. African J

Biotechnol 5: 54-72.

Herlambang MS, Priyani N, Nurtjahja K, Suryanto D. 2006. Isolation of proteolitic thermophilic bacteria from hot spring of Semangat Gunung Village, Simpang Empat, Karo, North Sumatra. Proceedings: The Fifth

Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar 2006:

72-77.

Inbar J, Chet I. 1995. The role of recognition in the induction of specific chitinases during mycoparasitism by Trichoderma harzianum.

Microbiol 141:2823–2829.

Irawan, Suwanto A, Tjondronegoro PW. 1998. Isolasi dan penapisan bakteri fotosintetik anoksigenik penghasil asam δ–aminolevulinat ekstraseluler. Hayati 5: 98-102.

Itoua-Apoyolo C, Drif L, Vassal JM, Debarjac H, Bossy JP, Leclant F, Frutos R. 1995. Isolation of multiple subspecies of Bacillus thuringiensis from a population of the European sunflower moth, Homoeosoma

nebulella. Appl Environ Microbiol 61: 4343-4347.

(23)

Kawalek MD, Benjamin S, Lee HL, Gill SS. 1995. Isolation and identification of novel toxins from a new mosquitocidal isolate from Malaysia,

Bacillus thuringiensis subsp. jegathesan. Appl Environ Microbiol 61:

2965-2969.

Khan MY, Dahot MU, Khan MY. 1992. Single cell protein production by

Penicillium javanicum from pretreated rice husk. J Islamic Acad Sci 5:

39-43.

Kim JK, Lee BK. 2000. Mass production of Rhodopseudomonas palustris as diet for aquaculture. Aquacult Engine 23: 281-293.

Kobayashi M, Kobayashi M. 1995. Waste remediation and treatment using anoxygenic photosynthetic bacteria. In Anoxygenic photosynthetic bacteria. Ed. Blakenship RE, Madigan MT, Bauer CE. Kluwer Academic Publishers. The Netherlands. 1269-1282.

Kuo W-H, Chak K-F. 1996. Identification of novel cry-type genes from

Bacillus thuringiensis strains on the basis of restriction fragment

length polymorphism of the PCR-Amplified DNA. Appl Environ

Microbiol 62: 1369-1377.

Lacina C, Germain G, Spiros AN. 2003. Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters. African J Biotechnol 2: 620-630.

Laine MM, Jorgensen KS. 1996. Straw compost and bioremediated soil as inocula for the bioremediation of chlorophenol-contaminated soil.

Appl Environ Microbiol 62: 1507-1513.

Lambert B, Buysse L, Decock C, Jansens S, Piens C, Saey B, Seurinck J, Van Audenhove K, Van Rie J, Van Vliet A, Peferoen M. 1996. A Bacillus

thuringiensis insecticidal crystal protein with a high activity against

members of the family Noctuidae. Appl Environ Microbiol 62: 80-86.

Lambert B, Peferoen M. 1992. Insecticidal promise of Bacillus thuringiensis: Facts and mysteries about a successful biopesticide. BioScience 42:112–122.

Liu P Y-F, Ke S-C, Chen S-L, 1997. Use of pulsed-field gel electrophoresis to investigate a pseudo-outbreak of Bacillus cereus in a pediatric unit. J

Clin Microbiol 35: 133-1535.

López-Meza JE, Ibarra JE. 1996. Characterization of a novel strain of

(24)

Malick EA, Hitzman DO, Wegner EH, Case NL, Hawkins HM. 1976. Single cell protein: Its status and future implications in world food supply. Second Arab Conference on Petrochemicals. Abu Dhabi (United Arab Emirates). 254-281.

Marchesi JR, Sato T, Weightman AJ, Martin TA, Fry JC, Hiom SJ, Wade WG. 1998. Design and evaluation of useful bacterial specific PCR primers that amplify genes coding for bacterial 16S rRNA. Appl Environ

Microbiol 64: 795-799.

Masson L, Erlandson M, Puzstai-Carey M, Brousseau R, Jua´rez-Pe´rez V, Frutos R. 1998. A holistic approach for determining the entomopathogenic potential of Bacillus thuringiensis strains. Appl

Environ Microbiol 64:4782–4788.

McQuilken MP, Halmer P, Rhodes DJ. 1998. Application of microorganisms to seeds. In Formulation of microbial biopesticides: Beneficial microorganisms, nematodes and seed treatments. Ed. Burges HD. Kluwer Academic Press. Dordrecht. 255-285.

Muzzarelli RAA. 1985. Chitin. In The polysaccharides. Ed. Aspinall GO. Academic Press, Inc. Orlando. 417-450.

Ohno T, Armand S, Hata T, Nikaidou N, Henrissat B, Mitsutomi M, Watanabe T. 1996. A modular family 19 chitinase found in the prokaryotic organism Streptomyces griseus HUT 6037. J Bacteriol 178: 5065-5070.

Omar S, Sabry S. 1991. Microbial biomass and protein production from whey. J Islamic Acad Sci 4:170-172.

Ordentlich A, Elad Y, Chet I. 1988. The role of chitinase of Serratia

marcescens in biocontrol of Sclerotium rolfsii. Phytopathol 78: 84-88.

Orikoshi H, Baba N, Nakayama S, Kashu H, Miyamoto K, Yasuda M, Inamori Y, Tsujibo H. 2003. Molecular analysis of the gene encoding a novel cold-adapted chitinase (ChiB) from a marine bacterium, Alteromonas sp. strain O-7. J Bacteriol 185: 1153–1160.

(25)

Powell KA, Faull JL. 1989. Commercial approaches to the use of biological control agents. In Biotechnology of fungi for improving plant growth. Ed. Whipp JM, Lumsden RD. Cambridge University Press. Cambridge. 259-275.

Ravinder R, Rao LV, Ravindra P. 2003. Studies on Aspergillus oryzae mutants for the production of single cell proteins from deoiled rice bran. Food Technol Biotechnol 41: 243-246.

Rivera AMG, Priest FG, 2003. Pulsed field gel electrophoresis of chromosomal DNA reveals a clonal population structure to Bacillus

thuringiensis that relates in general to crystal protein gene content.

FEMS Microbiol Lett 223: 61-66.

Sardjono O. 1989. Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional. Penerbit Majalah Cermin Dunia Kedokteran.

Sasaki K, Noparatnaraporn N, Hayashi M, Nishizawa Y, Nagai S. 1981. Single-cell protein production by treatment of soybean wastes with

Rhodopseudomonasgelatinosa. J Ferment Technol 59: 471-477.

Sathappan M. 1997. Optimation of growth and immobilization of

Rhodopseudomonas palustris strain B1 for the utilization of sago

starch processing wastewater. MS Thesis. Institute of Advances Studies. University of Malaya. 180 pp.

Schnepf E, Crickmore N, Van Rie J, Lereclus D, Baum J, Feitelson J, Zeigler DR, Dean DH. 1998. Bacillus thuringiensis and its pesticidal crystal proteins. Microbiol Mol Biol Rev 62: 775-806.

Semple KT, Cain RB. 1996. Biodegradation of phenols by the alga

Ochromonas danica. Appl Environ Microbiol 62: 1264-1273.

Shaikh SA, Desphande MV. 1993. Chitinolytic enzymes: their contribution to basic and applied research. World J Microbiol Biotechnol. 9: 468: 475.

Spadaro JT,,Gold MH, Renganathan V. 1992. Degradation of azo dyes by the lignin-degrading fungus Phanerochaete chrysosporium. Appl

Environ Microbiol 58: 2397-2401.

(26)

Suryanto D, Nasution SK, Yurnaliza. 2005. Potensi isolat bakteri dari kepiting batu untuk menghasilkan minyak kelapa secara fermentasi. J

Mikrobiol Indones 10: 14-16.

Suryanto D, Chairani, Rusika D, Lubis NA, Yurnaliza. 2007. Eksplorasi dan bioasai berbagai isolat Bacillus thuringiensis lokal terhadap larva beberapa jenis serangga. Biota 12: 61-67.

Suryanto D. 2009. Amplifikasi gen cry1 dan analisis genom isolat Bacillus

thuringiensis lokal. Berkala Penelitian Hayati (submitted).

Suryanto D, Irawati N, Munir E. 2009a. Isolation and characterization of chitinolytic bacteria isolated from soil, and their potential to inhibit plant pathogenic fungi. Biotropia (submitted).

Suryanto D, Patonah S, Munir E. 2009b. Control of Fusarium wilt of chili with chitinolytic bacteria. Hayati (submitted).

Suryanto D, Listiani PD. 2009c. Isolasi bakteri fotosintetik anoksigenik yang tumbuh dalam limbah cair tepung tapioka dan potensinya sebagai protein sel tunggal (Isolation of anoxygenic photosynthetic bacteria that grow in cassava liquid wastewater and its potential as single cell

protein). Biota (submitted).

Suryanto D, Fakhrullah, Napitupulu D, Munir E. 2009e. Assay of three chitinolytic bacterial isolates of Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan to inhibit plant pathogenic fungi. Microbiol Indones (in

preparation).

Thomas DJI, Morgan JAW, Whipps JM, Saunders JR. 2000. Plasmid transfer between the Bacillus thuringiensis subspecies kurstaki and

tenebrionis in laboratory culture and soil and in Lepidopteran and

Coleopteran larvae. Appl Environ Microbiol 66: 118-124.

Tsujibo H, Kubota T, Yamamoto M, Miyamoto K, Inamori Y. 2003. Characterization of chitinase genes fom an alkaliphilic actinomycete,

Nocardia prasina OPC-131. Appl Environ Microbiol 69: 894-900.

Wen CM, Tseng CS, Cheng CY, Li YK. 2002. Purification, characterization and cloning of a chitinase from Bacillus sp. NCTU2. Biotech Appl

(27)

Whitman WB, Coleman DC, Wiebe WJ. 1998. Prokaryotes: The unseen majority. Proc Natl Acad Sci 95: 6578-6583.

Wu ML, Chuang YC, Chen JP, Chen CS, Chang MC. 2001. Identification and characterization of the three chitin-binding domains within the multidomain chitinase Chi92 from Aeromonas hydrophila JP101. Appl

(28)

DAFTAR RIWAYAT HDUP

PERSONAL

Nama Lengkap dan Gelar : Dwi Suryanto, B.Sc. (UGM), Drs. (UGM), M.Sc. (Michigan St. U), Dr. (IPB), Prof. (USU)

Tempat/Tanggal Lahir : Sungailiat, Bangka/9 April 1964

Agama : Islam

NIP : 19640409 199403 1 003

Gol./Pangkat : IVa/Pembina

Jabatan Fungsional : Guru Besar

Alamat Rumah : Jl. Beo No. 249, Perumnas Mandala, Medan Alamat Kantor : Departemen Biologi, Fakultas MIPA, USU

Jln. Bioteknologi No. 1, Medan 20155 Telepon Kantor : (061) 8223564

HP : 08126328916

E-mail : DwiSuryanto@usu.ac.id

d.suryanto@lycos.com

KELUARGA

Nama Orang Tua : (Alm.) Moehammad Sahoeri (Bapak) (Almh.) Sujatmi (Ibu)

Nama Istri : Siti Khadijah Nasution, S.Si.

Nama Anak : Muhammad Aditya Haryawan (♂)

Nindya Laksita Laras (♀)

Aisyah Anindita Prameswari (♀)

PENDIDIKAN

- SD UPTB. Pemali. Bangka. 1975. - SMP UPTB. Pemali. Bangka. 1979.

- SMA Negeri 508. Sungailiat. Bangka. 1982.

- B.Sc. Biologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 1986. - Drs. Biologi. Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 1987.

- M.Sc. Entomologi. Department of Entomology. Michigan State University. East Lansing. Amerika Serikat. 1993.

(29)

PENGUASAAN BAHASA ASING

- Inggris: lisan dan tulisan.

RIWAYAT JABATAN

1-3-1994 Calon Pegawai Negeri Sipil. 1-4-1995 Penata Muda (Gol. IIIa).

1-6-1995 Asisten Ahli Madya/Penata Muda (Gol. IIIa). 1-4-1996 Asisten Ahli/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb).

1-1-2003 Impassing Asisten Ahli (150)/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb). 1-5-2003 Lektor/Penata Muda Tk. I (Gol. IIIb).

1-10-2003 Lektor/Penata (Gol. IIIc).

1-7-2005 Lektor Kepala/Penata (Gol. IIIc). 1-10-2006 Lektor Kepala/Penata Tk. I (Gol. IIId) 1-11-2008 Guru Besar/Penata Tk. I (Gol. IIId) 1-12-2008 Sertifikasi Dosen

1-4-2009 Guru Besar/Pembina (Gol. IVa)

PENGALAMAN PEKERJAAN

1983-1988 Asisten tidak tetap di Fakultas Biologi. UGM. Yogyakarta. 1985 Asisten tidak tetap di Fakultas PMIPA. IKIP. Yogyakarta. 1988-1993 Staf Pengajar. Fakultas Biologi. UMA. Medan.

1992 Compulsory Teaching Assistant on General Entomology. Department of Entomology. Michigan State University. East Lansing. Michigan. Amerika Serikat.

1994-sekarang Staf Pengajar. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

1994-1996 Short-term Technical Assistant. HEDS-USAID Project. Medan.

1995 Anggota Tim Penyusun Proposal Laboratorium Penelitian dan Pengembangan MIPA Terpadu. Fakultas MIPA USU. Medan.

1995-1996 Kepala Laboratorium Taksonomi Hewan. PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

2002-2006 Kepala Laboratorium Mikrobiologi. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

(30)

2004 Ketua Tim Penyusun Proposal S1 Reguler Mandiri. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

2004 Ketua Tim Penyusun Proposal SP4. Jurusan Biologi.

Fakultas MIPA. USU. Medan.

2005 Ketua Tim Penyusun Kurikulum Berbasis Kompetensi

2006. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. 2005-2010 Ketua Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

2006 Ketua Tim Penyusun Proposal PHK-A2. Departemen

Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

2006-sekarang Penanggung Jawab dan Anggota Editor Jurnal Biologi Sumatera. Departemen Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.

2006-2010 Ketua Program Studi S2 Biologi. USU. Medan.

2007-2009 Ketua Tim GKM Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

2007-2009 Ketua Tim GKM Program Studi S2 Biologi. USU. Medan. 2007-2009 Evaluator/Reviewer Penelitian LP USU. Medan.

2008 Anggota Tim Penyusun Proposal Program Hibah Kompetisi Institusi. USU. Medan.

2009 Pembina Olimpiade Sains Nasional Bidang Biologi Provinsi Sumatera Utara. Medan.

2009 Reviewer Insentif Staf untuk Pemutakhiran Bahan Ajar

dan E-Learning Program Hibah Kompetisi Institusi. USU.

Medan.

MATA KULIAH YANG DIASUH

1994-1996 S1 : Taksonomi Avertebrata, Taksonomi Vertebrata, Ekologi, Genetika, Entomologi, Ekologi Serangga (Departemen Biologi).

2001-2002 S1 : Biologi (Departemen Kehutanan). 2001-2005 D3 : Mikrobiologi (D3-Kimia Analis). 2001-2006 S1 : Biokimia (Departemen Biologi).

2001-sekarang S1 : Mikrobiologi, Evolusi, Pengantar Bioteknologi, Mikrobiologi Lingkungan (Departemen Biologi).

2006-sekarang S2 : Keragaman Mikroba, Genetika Mikroba, Biologi Mikroba Pengendali Hayati (Biologi SPS USU).

Bioremediasi dan Biodegradasi (Biologi dan PSL SPS USU).

(31)

SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PEMAKALAH/ NARASUMBER)

Kongres dan Seminar Nasional Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia. Yogyakarta. 2000. (Pemakalah).

Kongres Permi. Yogyakarta. 2001. (Pemakalah). SEMIRATA 15 MIPA. Medan. 2001. (Pemakalah).

Lokakarya Pengajaran Mikrobiologi Modern Untuk Guru-Guru SMU se Sumatera Utara. USU. Medan. 2002. (Ketua Panitia dan

Narasumber).

Kuliah Khusus. Plasmid: Suatu DNA Ekstra Kromosom. Microbiological Study Club. Medan. 2002. (Pembicara).

Seminar Pengembangan Wawasan Bioteknologi: Peningkatan dan Penajaman Pengertian Bioteknologi Bagi Guru dan Siswa SMU Sesuai dengan Kurikulum Nasional. UMA. Medan. 2003. (Pembicara).

Seminar Nasional Kimia II. Departemen Kimia. Fakultas MIPA. USU. 2005.

(Pemakalah).

Seminar dan Lokakarya Revisi Kurikulum Biologi Berbasis Kompetensi. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. 2005. (Panitia dan

Pemakalah).

Seminar Nasional XVII dan Kongres X. PBBMI Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Bioteknologi Universitas Riau. Pekanbaru. 2005.

(Pemakalah).

Short Course Entomologi Kesehatan. 2006. Bapelkes Provinsi Sumatera Utara. (Fasilitator/Narasumber).

Pelatihan Penyusunan Pembuatan Proposal Penelitian DP2M-Dikti Tahun 2006-2009. LP USU. (Pembicara).

The Fifth Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar. USU.

2006. (Pemakalah).

Seminar dan Lokakarya SEMIRATA,MIPA. Unand dan UNP Padang. 2006.

(Pemakalah).

Seminar 2nd Annual Scientific Meeting of Pharmacy, Pharmacology, and

Medicine. Science and Research for Tomorrow. Fakultas Kedokteran

USU Medan. 2006. (Pemakalah).

Seminar Hasil-hasil Penelitian Lembaga Penelitian USU 2006. (Pemakalah). Seminar Sehari Meningkatkan Wawasan Bioteknologi di MAN 2 Model

Medan. 2007. (Pembicara).

Pelatihan Olimpiade Biologi. LPMP Medan. 2008. (Narasumber). Pelatihan TOT Biologi. LPMP Medan. 2008. (Narasumber).

International Seminar: The Roles of Biology in Sustainable Utilization of

Local Natural Resources for Environmental-Friendly Industrial

Purposes. Departemen Biologi. Fakultas MIPA USU. 2008.

(32)

SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PANITIA)

Seminar Sehari Penerapan Teknologi dan Komunikasi Data. UMA. Medan. 1995. (Moderator).

International Training Workshop on Advances in Molecular Biology

Techniques to Assess Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP.

Bogor. 2000. (Lab Instructure).

Lokakarya Pengajaran Mikrobiologi dan Bioteknologi Modern Untuk Guru SMU. IPB. Bogor. 2000. (Panitia dan Instruktur Praktikum).

Seminar Ilmiah Peran MIPA Dalam Pengembangan IPTEK Untuk Pemberdayaan Potensi Daerah Sumatera Utara. Lustrum VII. Fakultas MIPA. USU. Medan. 2000. (Panitia).

Seminar Bioinformatika: Landasan Ilmu-ilmu Pertanian Masa Depan. 2000. IPB. Bogor. (Panitia).

Second International Training Course on Advances in Molecular Biology

Techniques to Assess Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP.

Bogor. 2001. (Lab Instructure).

Training Course on Advances in Molecular Biology Technique to Assess

Microbial Biodiversity. Kasetsart University. Bangkok. Thailand. 2001.

(Lab Instructure).

Seminar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Medan. 2002. (Ketua Panitia).

Training Course on Advances in Molecular Biology Technique to Assess

Microbial Biodiversity. SEAMEO BIOTROP. Bogor. 2003. (Lab

Instructure).

Workshop on Biocontrol and Plant Clinic Molecular Diagnostic for Plant

Pathogen. Fakultas Pertanian. USU. Medan. 2004. (Class and Lab

Intructure).

Seminar Bioteknologi Modern, Sarana Penting Untuk Pemanfaatan Biodiversitas Secara Optimal. Fakultas MIPA. USU. 2004. (Panitia).

SEMINAR/PELATIHAN/PENATARAN (SEBAGAI PESERTA)

English Course. The Economic Institute. Colorado University. Boulder. CO.

Amerika Serikat. 1990.

Mid Winter Seminar. Tucson. Arizona. Amerika Serikat. 1990.

Entomological Society of America, Annual Meeting and Seminar. Baltimore.

Amerika Serikat. 1992.

Entomological Society of America, Forensic Seminar. Baltimore. Amerika

(33)

Short Course of Basic Genetics. HEDS-USAID. UNILA. Bandar Lampung. 1993.

Research Proposal Writing Workshop. HEDS-USAID. USU. Medan. 1994.

Penataran Tenaga Peneliti Bidang Ilmu Eksakta. LP USU. Medan. 1994.

Short Course on Cell Biology. HEDS-USAID. UNAND. Padang. 1994.

Short Course on Competency and Relevancy in Education. HEDS-USAID.

USU. Medan. 1994.

Microbial Ecology & Biotechnology Seminar and Course Development.

HEDS-USAID. USU. MEDAN. 1995.

Short Course of Basic Genetics II. HEDS-USAID. UNILA. Bandar Lampung.

1995.

Upgrading and Workshop in Animal Ecology. UNSRI. Palembang. 1995.

Introductory Course on Remote Sensing and Geographical Information

System for Biological Resources Management. HEDS-USAID. IKIP.

Medan. 1995.

International Seminar on Biotechnology and Bioinformatics. UNIKA

Atmajaya. Jakarta. 2001.

Seminar Relevansi Tanaman Transgenik Terhadap Ketahanan Pangan Nasional. Seminar Nasional dan Pertemuan Mahasiswa Pertanian Sumatera Utara. PEMA. Fakultas Pertanian. UNIKA St. Thomas Sumatera Utara. Medan. 2002.

Pelatihan Pembuatan Proposal Program SP4 dan Penulisan Laporan Pelaksanaan Program di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. 2005.

Workshop on Bioinformatics. India-ASEAN Country. Hyderabad. India. 2005.

Pelatihan Penyiapan Dokumen Akreditasi Program Studi di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. 2006.

Pelatihan Penyusunan Proposal Hibah Kompetisi Departemen-Departemen di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. 2006.

Workshop Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Biro Kepegawaian. Sekjen Depdiknas-Unimed. 2006.

Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) Angkatan XXV. 2006.

Lokakarya Struktur dan Administrasi Tim Monitoring dan Evaluasi Universitas Sumatera Utara. 2006.

Pelatihan Penyusunan RS, RKT, PKK, dan PPS. USU. 2006.

Lokakarya Membangun Kolaborasi Para Pihak Dalam Strategi Konservasi Habitat Orangutan Sumatera di Kawasan Hutan Daerah Aliran Sungai Batang Toru. Medan 2007.

(34)

Pelatihan TOT Pengembangan Program Jaringan Kerja Perguruan Tinggi Olimpiade Sains Nasional. Ditjen MPDM. Jakarta. 2009.

Academic Research Exposition. (Poster). IMT-GT. Kangar. Perlis. Malaysia.

2009.

PENELITIAN

HEDS-USAID. 1993. (Mahasiswa S2). A survey of ants as candidates for

potential biological control of pear psylla (Cacopsylla pyricola

(Foerster)) in Michigan. MS Thesis. Michigan State University. East Lansing. Amerika Serikat.

OPF USU. 1994. (Ketua). Identifikasi semut dan kesukaan terhadap umpan di tanah berumput.

OPF USU. 1995. (Anggota). Cacing tanah pada timbunan sampah rumah tangga di beberapa Kecamatan Kotamadya Medan.

PPD HEDS-USAID. 1996. (Anggota). Pembuatan dan pengujian disinfektan lolos butuh pentayodium terhadap mikroorganisme patogen pencemar air minum.

OPF USU. 1997. (Anggota). Isolasi kristal protein Bacillus thuringiensis untuk kajian bioinsektisida.

BPPS, PT Timah Bangka, dan RCMD FMIPA IPB Bogor. 2001. (Mahasiswa S3). Selection and characterization of bacterial isolates for monocyclic

aromatic degradation. Disertasi. IPB. Bogor.

Hibah PEKERTI 1. DP3M Dikti. 2003-2004. (Ketua). Eksplorasi dan upaya pemanfaatan isolat Bacillus thuringiensis lokal Sumatera Utara untuk tujuan pengendalian hama.

Penelitian Dasar. DP2M Dikti. 2004. (Ketua). Potensi obat cendawan

Ganoderma indigenous Sumatera Utara melalui uji keragaman

genetik.

Hibah Bersaing 12. DP2M Dikti. 2004-2005. (Anggota). Pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit untuk memperkaya biodiversitas tanah dan menghindari pencemaran lingkungan.

Hibah Bersaing 13. DP2M Dikti. 2005-2006. (Ketua). Eksplorasi bakteri kitinolitik: Keragaman genetik gen penyandi kitinase pada berbagai jenis bakteri dan pemanfaatannya.

Proyek Penelitian SP4. 2005. (Ketua). Isolasi dan uji aktivitas antimikroba beberapa tumbuhan yang berpotensi sebagai obat asal Cagar Alam Tangkahan Sumatera Utara.

(35)

Hibah Bersaing 14. DP2M Dikti. 2006-2008. (Anggota). Upaya budidaya ikan jurung (Tor sp.) sebagai peluang pengembangan komoditas baru di daerah Sumatera Utara.

Penelitian FAO & UBK Sahiva USU. 2007. (Anggota). Poultry market chain

study in North Sumatra.

Hibah Bersaing 16. DP2M Dikti. 2008. (Anggota). Produksi biogas dari limbah cair tahu sebagai upaya mengatasi krisis energi dan pencemaran lingkungan.

Hibah Bersaing 16. DP2M Dikti. 2008. (Anggota). Pemanfaatan fungi dalam proses dekomposisi serasah daun Avicennia marina sebagai sumber pakan bagi organisme di ekosistem mangrove.

Penelitian Hibah. Funded by Rainforest Coffee Team, and The Clean

Production and Regional Cooperation Foundation, Taiwan.

2008-2009. (Ketua). Isolation and characterization of thermophiles from

North Sumatra’s geothermal and their hydrolytic enzyme potential.

Hibah Penelitian Strategis Nasional 1. DIPA USU. 2009. (Ketua). Biodiversitas mikroorganisme penghasil antibiotik dari TWA Sibolangit, Sumatera Utara.

DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH

Suryanto D, Suwanto A. 2000. Seleksi dan isolasi bakteri pengurai senyawa hidrokarbon aromatik. J Mikrobiol Indones 5: 39-42.

Suryanto D, Suwanto A, Meryandini A. 2001. Characterization of three benzoate degrading anoxygenic photosynthetic bacteria isolated from

the environment. Biotropia 17: 9-17.

Suryanto D, Suwanto A. 2002. Effect of pH and NaCl concentration on

benzoate utilization of anoxygenic photosynthetic bacteria. J Mikrobiol

Indones 7: 15-18.

Suryanto D, Suwanto A. 2003. Isolation and characterization of a novel

benzoate-utilizing Serratia marcescens. Biotropia 21: 1-10.

Suryanto D. 2004. Mengenal lintasan aerobik degradasi senyawa hidrokarbon aromatik monosiklik mikroorganisme. Warta

Universitaria 18/19: 92-94.

Suryanto D, Nasution SK, Yurnaliza. 2005. Potensi isolat bakteri dari kepiting batu untuk menghasilkan minyak kelapa secara fermentasi.

J Mikrobiol Indones 10:14-16.

Suryanto D, Kelana TB, Nani N, Yurnaliza. 2005. Uji bioaktivitas ekstrak metanol daun tumbuhan serit Randia longiflora (Familia: Rubiaceae).

(36)

Suryanto D, Andriani S, Nurtjahja K. 2005. Keragaman genetik Ganoderma spp. dari beberapa tempat di Sumatera Utara. Kultura 40: 70-76. Nurtjahja K, Suryanto D, Winda L. 2006. Identifikasi jenis dan jumlah

bakteri pada pasien mikosis kulit. J Biol Sum 1: 1-2.

Suryanto D. 2006. Uji bioaktivitas penghambatan ekstrak metanol

Ganoderma spp. terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur. J Sains

Kimia 10: 31-34.

Suryanto D, Kelana TB, Munir E, Nani N. 2006. Uji brine-shrimp dan pengaruh ekstrak metanol daun tumbuhan pradep (Psychothria

stipulacea Wall (Familia: Rubiaceae)) terhadap mikroba. Media

Farmasi 14: 85-92.

Suryanto D, Ginting D, Yurnaliza. 2006. Isolation of chitinolytic bacteria

from North Sumatra and Bangka and assay of their crude chitinase.

Proceedings: The Fifth Regional IMT-GT Uninet Conference &

International Seminar2006: 6-11.

Herlambang MS, Priyani N, Nurtjahja K, Suryanto D. 2006. Isolation of proteolitic thermophilic bacteria from hot spring of Semangat Gunung

Village, Simpang Empat, Karo, North Sumatra.Proceedings: The Fifth

Regional IMT-GT Uninet Conference & International Seminar 2006:

72-77.

Widhiastuti R, Suryanto D, Muklis, Wahyuningsih H. 2006. Utilization of palm oil mill effluent to increase soil biodiversity and to reduce

environmental pollution. Proceedings: The Fifth Regional IMT-GT

Uninet Conference & International Seminar 2006: 450-454.

Widhiastuti R, Suryanto D, Mukhlis, Wahyuningsih H. 2006. Pengaruh pemanfaatan limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai pupuk terhadap biodiversitas tanah. Kultura 41: 1-8.

Suryanto D, Munir E. 2006. Potensi pemanfaatan isolat bakteri kitinolitik lokal untuk pengendalian hayati jamur. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Tahun 2006 Dalam Rangka Dies Natalis USU ke-54. LP USU: 15-25.

Supriharti D, Wahyuningsih H, Suryanto D. 2006. Upaya budidaya ikan jurung (Tor sp.) sebagai peluang pengembangan komoditas baru di Sumatera Utara. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Tahun 2006 Dalam Rangka Dies Natalis USU ke-54. LP USU: 153-158.

Suryanto D, Chairani, Rusika D, Lubis NA, Yurnaliza. 2007. Eksplorasi dan bioasai berbagai isolat Bacillus thuringiensis lokal terhadap larva beberapa jenis serangga. Biota 12: 61-67.

Suryanto D. 2007. Is transposition really random? J Sains Kimia 11: 5-8. Suryanto D, Irmayanti, Lubis S. 2007. Karakterisasi dan uji kepekaan

(37)

Suryanto D. 2007. Keragaman genetik beberapa isolat Bacillus thuringiensis asal Sumatera Utara. J Biol Sum 2: 1-3.

Suryanto D, Kelana TB. 2009. Uji antimikroba dan toksisitas ekstrak metanol daun blokar (Piper sarmentosum). J Biol Sum (submitted). Suryanto D, Kelana TB, Wahyuni S. 2009. Pengujian fraksi ekstrak metanol,

etil-asetat dan n-heksana daun tabar-tabar (Costus speciosus) terhadap mikroba dan uji toksisitasnya terhadap larva udang. Biota:

(submitted).

Suryanto D, Listiani PD. 2009. Isolasi bakteri fotosintetik anoksigenik yang tumbuh dalam limbah cair tepung tapioka dan potensinya sebagai protein sel tunggal. Biota (submitted).

Suryanto D. 2009. Amplifikasi gen cry1 dan analisis genom isolat Bacillus

thuringiensis lokal. Berkala Penelitian Hayati: (submitted).

Suryanto D, Irawati N, Munir E. 2009. Isolation and characterization of chitinolytic bacteria isolated from soil, and their potential to inhibit

plant pathogenic fungi. Biotropia (submitted).

Suryanto D, Patonah S, Munir E. 2009. Control of Fusarium wilt of chili with

chitinolytic bacteria Hayati (submitted).

Suryanto D, Fakhrullah, Napitupulu D, Munir E. 2009. Assay of three chitinolytic bacterial isolates of Taman Nasional Gunung Leuser

Tangkahan to inhibit plant pathogenic fungi. Microbiol Indones (in

preparation).

DAFTAR KARYA ILMIAH/PENELITIAN YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN

Suryanto D. 1986. Total kolesterol pada beberapa telur unggas. Penelitian untuk Seminar Sarjana Muda. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suryanto D. 1987. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan insektisida Furadan 3G terhadap populasi Collembola dan Acarina. Skripsi. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suryanto D. 1993. A survey of ants as candidates for potential biological

control of pear psylla (Cacopsylla pyricola (Foerster)) in Michigan. MS

Thesis. Michigan State University. East Lansing.

Suryanto D. 1995. Dengue fever in Asia. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan.

Suryanto D. 1995. The mangrove forests of Sumatra. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan.

Suryanto D. 1995. Developing an integrated pest management design of

pear psylla (Cacopsylla pyricola (Foerster)) in pear orchard. Karya

(38)

Suryanto D. 1995. Indeks agregasi dan transformasi semut Prenolepis

imparis (Say), Lasius neoniger Emery, dan Myrmica emeryana Forel.

Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan

Suryanto D. 2001. Selection and characterization of bacterial isolates for

monocyclic aromatic degradation. Disertasi. IPB. Bogor.

Suryanto D. 2002. Biodegradasi aerobik senyawa hidrokarbon aromatik monosiklis oleh bakteri. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan. Suryanto D. 2002. Melihat keanekaragaman organisme melalui beberapa

teknik genetika molekuler. Karya Ilmiah. Perpustakaan USU. Medan.

DIKTAT

De La Cruz A. 1995. Spesimen Biologi. Terjemahan D. Suryanto. HEDS Project. Jakarta.

De La Cruz A. 1995. Kompendium Silabus. Terjemahan. D. Suryanto. HEDS Project. Jakarta.

De la Cruz A, Suryanto D. 1995. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Penyunting HM Eidman. HEDS-USAID.

Suryanto D. 1995. Biologi Evolusi. PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan. Munir E, Suryanto D. 1996. Penuntun Praktikum Biologi Umum.

Laboratorium Biologi Dasar. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Munir E, Suryanto D. 1996. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Laboratorium Mikrobiologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Suryanto D. 2004. Biokimia (Lemak, Asam Nukleat, dan Vitamin). PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Suryanto D. 2004. Pengantar Bioteknologi. PS Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Suryanto D, Munir E. 2004. Mikrobiologi. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

Yurnaliza, Suryanto D. 2006. Mikrobiologi Lingkungan. Departemen Biologi. Fakultas MIPA. USU. Medan.

KARYA TULIS LAIN

Suryanto D. Insektisida Bukan Senjata Pamungkas. Harian Mimbar Umum. 20 Agustus 1988.

Suryanto D. Pendidikan Biologi Sekarang, Suatu Pemikiran. Harian Mimbar

Umum. 7 September 1988.

(39)

Suryanto D. Pusat Penelitian Bioteknologi Di USU, Mungkinkan?. Suara USU. Mei 2002.

Suryanto D. Mengenal Lebih Dekat Transgenik. Harian Waspada. 5 Juni 2002.

Suryanto D. Penelitian Kita Dalam Angka. Suara USU. September 2006.

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Penyuluhan Tentang Kemungkinan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Pengembangan Tanaman Sayur-sayuran/Palawija di Desa Ladang Bambu. 1994. Proyek OPF. (Anggota).

Perbaikan Mutu Tempe Melalui Perbaikan Pengolahan di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. 1994. Proyek OPF.

(Koordinator).

Upaya Pengendalian Eceng Gondok (Eichhornia crassipess) Melalui Pemanfaatannya Sebagai Hijauan Pakan Ternak Olahan dan Kompos. 1995. Proyek OPF. (Anggota).

Penyuluhan Tumbuhan Obat yang Digunakan Sebagai Obat Dalam Campuran Jamu Serta Budi Dayanya di Desa Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. (Anggota).

Pembudidayaan Lebah Madu (Apis sp.) di Desa Padang Halaban Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu. 1996. Dana Mandiri. (Anggota). Pemanfaatan Pekarangan Dengan Menanam Sledri Sistim Kotak Bedengan

di Desa Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. 1996. Proyek OPF. (Anggota).

Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Benih Tanaman Hortikultura. 1996. Program Vucer. Dikti. (Anggota).

Pemberian Nama Tumbuh-tumbuhan di Lingkungan Universitas Sumatera Utara. 1998. Lustrum II Biologi Fakultas MIPA USU. (Anggota).

Peningkatan Pengetahuan Siswa-siswi SMU Harapan Medan Dalam Mata Pelajaran Biologi dan Kimia Sebagai Ilmu Dasar Serta Pengenalan Dini Matematika Dalam Bidang Teknik. 2002. Dana Mandiri.

(Anggota).

Peningkatan Pengetahuan Siswa-siswi SMU Yayasan Perguruan Pangeran Antasari Dalam Pelajaran Biologi dan Fisika Sebagai Ilmu Dasar. 2002. Dana Mandiri. (Anggota).

Referensi

Dokumen terkait

Namun secara multidimensional, ia memiliki berbagai sebutan (fungsi/ posisi) yang sesuai pula dengan esensi dan eksistensinya sebagai Krista.lisasi nilai-nilai budaya dan

Abdullah (2006: 4) menjelaskan bahwa implikasi dari SHUEHGDDQ ³ QDWXUH´ GDQ ³ FXOWXUH´ tersebut adalah terjadinya pemisahan sektor kehidupan. Perempuan yang

Hasil penelitian dengan memberikan ekstrak terong belanda terhadap tikus putih obesitas yang diinduksi diet tinggi lemak menyebabkan penurunan kadar kolesterol

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan irigasi sprinkler portable pada tanaman pakcoy , tidak terjadi aliran permukaan ( run off ) karena laju penyiraman

pengertian lain dari buku “Principles of Distributed Database Systems” edisi ketiga karya Tamer Ozsu dan Patrick Valduriez yang dicetak oleh Springer menyatakan

---Bahwa terdakwa SIRAJUDIN RUSLI Bin RUSLI selaku Kepala Desa Babat Kecamatan Tetap Kabupaten Kaur berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Kaur Nomor

Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah

Jika dua pasien menerima dosis anestetik lokal yang sama, dan, pada keduanya, obat bergerak dalam jarak yang sama di sepanjang kanalis spinalis, maka pasien yang