• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PUTRI YUNA HUTABARAT

070902051

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 33 tabel, 11 kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana sosial dengan judul PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakatdi Desa Paropo. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan cara menggunakan simple random sampling atau teknik penarikan sampel secara acak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis korelasi product moment. Sedangkan instrument penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan juga observasi.

Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pemekaran daerah membawa perubahan pada pendapatan masyarakat yang mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi karena pekerjaan mereka yang semakin baik. Selain pekerjaan tetap mereka menambah penghasilan dengan membuka usaha sampingan apalagi dengan adanya bantuan modal dari pemerintah setempat. Setelah pemekaran daerah sarana pendidikan banyak mengalami perubahan mulai dari fasilitas komputer dan juga bangunan sekolah yang bertambah tentunya meningkatkan mutu pendidikan di Desa Paropo. Sarana kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin baik dengan imunisasi dan penyuluhan gratis serta ditambahnya bidan dan perawat di puskesmas. Setelah pemekaran kondisi bangunan rumah banyak yang berubah dari yang sebagian besar papan menjadi semi permanen dan permanen. Begitu juga dengan sarana MCK yang semakin baik dan tersedia di seluruh rumah penduduk.

(2)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Putri Yuna Hutabarat 070902051

ABSTRACT

REGION EXPANSION INFLUENCE ON ECONOMIC SOCIAL COMMUNITY IN VILLAGE SUB PAROPO SILAHISABUNGAN DAIRI

(This thesis is composed of 6 chapters, 87 pages, 33 tables, 11 literature)

This thesis is submitted in order to meet the requirements of social science degree with the title "regional enlargement INFLUENCE ON ECONOMIC SOCIAL COMMUNITY IN VILLAGE SUB PAROPO SILAHISABUNGAN Dairi. This study aims to determine the influence of socio-economic region expansion of the community in the village of Paropo. The socio-economic indicators in this study can be seen from the income, education, health and housing.

The number of samples in this study were 36 Head of Family. Samples taken by using a simple random sampling or random sampling techniques. The method used is descriptive research method with product moment correlation analysis. While the data screening instruments used were questionnaires, interviews and observation.

From this research, the author can say that the region expansion brings changes in people's income is increased, it is also affected because their jobs better. In addition to their regular jobs to raise their income by opening a side business especially with the help of capital from the local government. After the region expansion of educational facilities undergone many changes ranging from computer facilities and also building schools that increase certainly improve the quality of education in the village of Paropo. Health facilities and health services to the community is getting better with immunizations and counseling free of charge and the presence of midwives and nurses in health centers. After splitting the condition of the building houses many of which changed from a majority of the board become semi-permanent and permanent. Likewise with a better toilet facilities and are available at all home residents.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, juru selamat dan penolongku, karena atas Berkat dan Kasih-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI . Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus buat kedua orangtua, Papa tercinta K.Hutabarat dan Mama tersayang R.Sitanggang yang menjadi motivator utamaku untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua doa dan dukungan yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani S selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Bapak Umar Situngkir selaku Kepala Desa Paropo yang telah banyak membantu penulis melakukan pendekatan dalam membagikan angket ataupun wawancara kepada masyarakat di Desa Paropo. Terima kasih Pak karena telah begitu baik meluangkan waktunya menemani saya membagi kuesioner kepada warga.

5. Kepada semua responden saya di Desa Paropo, terima kasih atas partisipasinya telah mau meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi data data dan pertanyaan yang saya perlukan untuk melengkapi skripsi ini.

6. Saudara2Q, my lovely sizta kakakku semata wayang Novita Hutabarat selalu saling mendoakan, rajin2 traktir aq n beliin aq ya ^_^. Buat abangku Fernando Ades

Hutabarat baik baik disana ya.. Ur the best brother, kami sudah sangat

merindukanmu. Buat abangku Ryan Hutabarat dan Irwanto Hutabarat, terima kasih atas dukungan na buat adek pudanmu ini. Buat sepupuku Deviana Theresia yang selalu membuat aq repot dan aq repotkan juga, akhirnya kita bisa ngasi kado double sama si Opung di masa tuanya ^_^. Dan juga buat ponakanku Yolanda Bethania dan Annete Aleshya, dengar suara kalian aja udah bikin tatak Uthie seneng dek..

7. Sahabat-sahabatQ Rara cimamola yang cantek dan selalu cari2 dimana matanya, hehehe,,, Melda cimangunsonk yang ga pernah mati gaya, Christina Dongoran si PNS yang manis, Ika Aplianita Aritonang, Oktavian ciombink, Dandy Christian Unbu, Yhusnida Juntak, terima kasih kawan-kawan karena kita bisa tetap keep in touch sekalipun sibuk dengan kegiatan masing masing, terima kasih juga karena di saat saat suntuk kalian selalu ada memberi semangat. Yuz tengkiyu ya sms rohani tiap pagi na (:. Buat Oktavian, aq tagih janjimu bulan 7 harus ada di hadapanQ (: dan buat Dandy makasi kak buat support na selama ne..

(5)

banyak suka duka yang kita rasakan selama lebih kurang 4 tahun bersama ne (:. Fransiskus S.sos, Alex, Lukas, Dwita, Sunario, Lydia S.sos, Christy, Tri Anjelia S.sos, Novanta S.sos, Yohana S.sos, serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu.

9. Buat abang2 dan kakak2 senior serta adek2 junior, terima kasih atas dukungannya. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta

memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan RahmatNya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ ibu, saudara/ saudari sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang Masalah... 1

1.2...Perumusan Masalah... 6

1.3...Pembatasan Masalah... 6

1.4...Tujuan dan Manfaat Peneitian ... 6

1.5...Sistematika Penulisan... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1...Pembangunan ... 9

(7)

2.2.1...Pemerintahan

Daerah... 11

2.2.2...Masyarakat ... 14

2.3...Pemekaran Daerah... 16

2.3.1...Pengertian Pemekaran Daerah ... 16

2.3.2...Tujuan Pemekaran Daerah ... 18

2.3.3...Dampak Pemekaran Daerah ... 19

2.3.4...Dasar Hukum Pemekaran Daerah . ... 21

2.4 Sosial Ekonomi... 27

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi... 27

2.4.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 27

2.5 Konsep Kesejahteraan Sosial... 29

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 29

2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial ... 30

2.6 Kerangka Pemikiran... 32

2.7 Defenisi Konsep... 35

2.8 Defenisi Operasional... 36

(8)

3.1...Tipe Penelitian ... 40 3.2...Lokasi

Penelitian... 40 3.3...Populasi dan

Sampel... 41 3.4...Tehnik

Pengumpulan Data... 41

3.5...Tehnik Analisis Data... 42

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1...Gambaran Umum Desa Paropo ... 45 4.2...Keadaan

Demografis... 46 4.2.1...Gambaran

Penduduk Menurut Usia ... 46 4.2.2...Gambaran

Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 48 4.2.3...Gambaran

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48 4.2.4...Gambaran

(9)

4.2.5...Gambaran Penduduk Menurut Agama ... 51 4.3...Sarana dan

Prasarana di Desa Paropo... 51 4.3.1...Sarana

Pendidikan... 51 4.3.2...Sarana

Peribadatan... 52 4.3.3...Sarana

Kesehatan... 52 4.3.4...Sarana

Transportasi... 52 4.3.5...Sarana

Perumahan... 53

4.4...Kegiatan Sosial yang Dilakukan oleh Penduduk ... 53

4.5...Struktur Pemerintahan Desa Paropo ... 55

BAB V ANALISIS DATA

5.1...Karakteristik Responden... 56

(10)

5.3...Variabel Terikat (Sosial Ekonomi Masyarakat)... 67

5.4...Uji Hipotesa ... 79

BAB VI PENUTUP

6.1...Kesimpulan ... 85

6.2...Saran 87

DAFTAR PUSTAKA KUESIONER

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

1...Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 47 2... Distribusi

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 48 3...Distribusi

(11)

4...Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 50 5...Distribusi

Penduduk Menurut Agama ... 51 6...Sarana

Pendidikan di Desa Paropo ... 51 7...Distribusi

Penduduk Berdasarkan Tipe Perumahan ... 53 8...Distribusi

Responden BerdasarkanUsia ... 56 9...Distribusi

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 57 10...Distribusi

Responden Berdasarkan Agama ... 58 11...Distribusi

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 59 12...Distribusi

Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60 13...Distribusi

Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 60 14...Distribusi

Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata ... 61 15...Distribusi

(12)

16...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Setuju Tidaknya Pemekaran

Kecamatan Silahisabungan ... 63 17...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Desa Paropo... 64

18...Distribusi Jawaban Responden tentang Sosialisasi Pemekaran Kecamatan Silahisabungan ... 65 19...Distribusi

Jawaban Responden ada tidaknya Perubahan Pembangunan

dengan Pemekaran Kecamatan Silahisabungan... 65 20...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Dampak yang diberikan

Dengan Pemekaran Kecamatan Silahisabungan ... 66 21...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pekerjaan

Sampingan... 67 22...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Keluarga... 68 23...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan

Rata-Rata Keluarga... 69 24...Distribusi

(13)

25...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mendapat Bantuan Modal

Usaha... 71 26...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Bangunan Sekolah

Di Desa Paropo ... 72 27...Jawaban

Responden Berdasarkan Fasilitas Pendidikan di Desa

Paropo ... 73 28...Jawaban

Responden Berdasarkan Mutu Pendidikan ... 74 29...Jawaban

Responden Berdasarkan Kondisi Sarana Kesehatan

Di Desa Paropo ... 75 30...Jawaban

Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Di

Desa Paropo ... 75 31...Kondisi Bangunan Berdasarkan Rumah yang Ditempati... 76 32...Jawaban

Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Rumah... 77

33...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tersedianya Fasilitas

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran 34

(15)

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

Skripsi ini Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial

PUTRI YUNA HUTABARAT 070902051

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PUTRI YUNA HUTABARAT

070902051

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 33 tabel, 11 kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana sosial dengan judul PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakatdi Desa Paropo. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan cara menggunakan simple random sampling atau teknik penarikan sampel secara acak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis korelasi product moment. Sedangkan instrument penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan juga observasi.

Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pemekaran daerah membawa perubahan pada pendapatan masyarakat yang mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi karena pekerjaan mereka yang semakin baik. Selain pekerjaan tetap mereka menambah penghasilan dengan membuka usaha sampingan apalagi dengan adanya bantuan modal dari pemerintah setempat. Setelah pemekaran daerah sarana pendidikan banyak mengalami perubahan mulai dari fasilitas komputer dan juga bangunan sekolah yang bertambah tentunya meningkatkan mutu pendidikan di Desa Paropo. Sarana kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin baik dengan imunisasi dan penyuluhan gratis serta ditambahnya bidan dan perawat di puskesmas. Setelah pemekaran kondisi bangunan rumah banyak yang berubah dari yang sebagian besar papan menjadi semi permanen dan permanen. Begitu juga dengan sarana MCK yang semakin baik dan tersedia di seluruh rumah penduduk.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah dimulai secara nasional pada tahun 2001, tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001, namun secara efektif otonomi daerah baru mulai berlaku pada bulan Mei 2001 dimana baik itu daerah provinsi, daerah kabupaten maupun daerah kota diberikan wewenang yang luas tetapi juga bertanggung jawab dalam mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut sesuai dengan prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi keanekaragaman daerah dimana pelaksanaan otonomi daerah ini pada hakekatnya diarahkan dan ditujukan untuk meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah (local government) kepada masyarakat agar lebih efisien dan responsif terhadap potensi, kebutuhan maupun karakteristik di masing-masing daerah. Dimana diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini nantinya akan dapat membuat daerah yang dimekarkan tersebut untuk dapat berkembang dan berdiri sendiri yang tentunya juga akan menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) tersebut. (dsfindonesia.org/userfiles/Studi Evaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

(18)

Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Otonomi daerah merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal bagi masyarakat. Sehingga diharapkan, dengan adanya otonomi daerah masyarakat mendapatkan apa yang menjadi harapannya selama ini, karena pelayanan langsung dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dengan semangat otonomi daerah itu pulalah muncul wacana-wacana melakukan pemekaran wilayah, yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan, dan memudahkan pelayanan publik kepada masyarakat, percepatan kesejahteraan masyarakat, dsb. Pemekaran wilayah harus benar-benar dilakukan untuk mendekatkan pelayanan pemerintah pada masyarakat dan memperpendek alur pelayanan sehingga akan tercipta pelayanan berkualitas yang ditunjukkan dengan kemajuan suatu daerah otonom.

Di balik antusiasme daerah, terdapat juga anggapan bahwa pihak daerah memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan pusat. Berdasarkan fakta sebagian besar sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari daerah dimana mereka mematangkan potensinya di daerah untuk kemudian berkecimpung di pusat dan kemudian memegang peranan penting dalam memegang keputusan (dicision maker).

(19)

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibukota pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah yang masih belum berkembang. Alasan lainnya yang juga dikemukakan adalah bahwa pemekaran akan mengembangkan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil. (dsfindonesia.org/userfiles/Studi Evaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola dan mengembangkan daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi dan inisiatif masing-masing daerah. Dengan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri berarti juga daerah tersebut berusaha untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengelola dan mengembangkan daerah agar dapat lebih maju dari sebelumnya. Kecamatan Silahisabungan merupakan salah satu daerah otonom di Kabupaten Dairi, kecamatan ini dimekarkan pada tanggal 14 Juni 2004 oleh Bupati Dairi DR MP Tumanggor.

(BPS/Pemkab Dairi/2009/05).

(20)

Silahisabungan menuju kecamatan yang lebih maju dan berkembang. (Data ini diperoleh dari penjelasan Kepala Desa Paropo)

Menurut Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Dairi, jumlah penduduk Kecamatan Silahisabungan pada tahun 2009 adalah 5309 jiwa yang terdiri dari 2803 perempuan dan 2506 laki-laki dan dengan 1008 kepala keluarga (KK). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk kecamatan ini terus bertambah baik itu dengan adanya kelahiran ataupun pendatang yang pada akhirnya menetap dan memilih tinggal di daerah ini.

Potensi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi sebagai salah satu daerah pemekaran memang tidaklah salah melihat dari besarnya potensi yang dimilki daerah ini untuk dapat berdiri sendiri. Kecamatan Silahisabungan selama ini seperti segumpal permata yang di biarkan terendam di dasar laut, hal ini sulit dipungkiri karena memang demikianlah keadaannya. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah ini sangatlah besar tetapi belum efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada serta kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat.

(21)

terdaftar di Dinas Pariwisata Tingkat I Sumatera Utara, sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Tulang punggung perekonomian masyarakatnya sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian, selain itu ada juga pada sektor peternakan dan juga perikanan. Sebagai wilayah pembangunan pertanian, peternakan dan perikanan, Kecamatan Silahisabungan mempunyai visi DUMA yakni Damai, Usaha, Makmur. Dimana melalui DUMA ini diharapkan terciptanya pemerintahan yang baik untuk mewujudkan masyarakat yang damai yang memiliki usaha sendiri sehingga kehidupannya bisa menjadi makmur melalui pengelolaan agribisnis dan pariwisata yang memiliki daya saing.

Desa Paropo merupakan satu dari lima desa yang ada di Kecamatan Silahisabungan. Desa ini memiliki potensi yang cukup besar terutama dari hasil bumi yang dimilikinya. Hasil tanaman pertanian tumbuh subur di desa ini, ditambah lagi hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah. Kondisi sosial ekonomi di desa Paropo sejak adanya pemekaran kecamatan Silahisabungan berkembang cukup baik di berbagai sektor, antara lain dari sektor pertanian dan perikanan khususnya banyak mengalami kemajuan. Selain itu juga Desa paropo mengalami kemajuan dalam tenunan ulos dan juga peternakan.

(22)

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh Pemekaran Daerah

Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ? .

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka penulis perlu untuk membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah sosial ekonomi yang akan dikemukakan indikatornya hanya terbatas pada, pendapatan dan pendidikan, kesehatan dan perumahan masyarakat Paropo.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

(23)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka pengembangan konsep konsep, teori teori, terutama terhadap pemecahan masalah pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teori dan konsep yang berkaitan dengan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(24)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan

Pembangunan mempunyai pengertian yang sangat luas, secara sederhana pembangunan itu adalah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai gagasan untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan. Dimana gagasan tersebut lahir dalam bentuk usaha untuk mengarahkan dan melaksanakan pembinaan, pengembangan, serta pembangunan bangsa. Sepeti yang telah diuraikan diatas, pembangunan merupakan perubahan menuju kearah perbaikan. Perubahan ke arah perbaikan itu sendiri memerlukan pengerahan segala budi daya manusia untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Dengan sendirinya pembangunan merupakan proses penalaran dalam rangka menciptakan kebudayaan dan peradaban manusia.

Pembangunan tidak dapat berhenti atau dihentikan karena manusia hidup selalu dipenuhi oleh suasana perubahan. Inti pembangunan bukan hanya terjadinya perubahan struktur fisik atau material, tetapi juga menyangkut perubahan sikap masyarakat. Pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan aspek-aspek materi dari kehidupannya sehari-hari. Di samping itu pembangunan adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan nilai sesuatu yang sudah ada.

(26)

wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan

pengembangan wilayah.(dsfindonesia/2007/15)

2.2 Kecamatan

Menurut pasal 66 UU No.22 Tahun 1999, kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Camat yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul dari sekretaris daerah kabupaten/kota dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Sebagai perangkat daerah organisasi Kecamatan yang dipimpin oleh Camat melaksanakan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan Bupati dan tugas-tugas umum pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah organisasi Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan Kecamatan menjadi penyambung kebijakan pemerintah daerah dengan masyarakat luas, fungsi-fungsi koordinatif dan pembinaan pada level desa dan kelurahan menjadi tanggung jawab Kecamatan. (Poernomo, 2004 : 28)

(27)

oleh Pemerintah daerah. Oleh sebab itu pengembangan lembaga Kecamatan menjadi hal yang urgen untuk dilaksanakan. Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu itikad baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kecamatan sebagai unsur perangkat daerah memiliki peran vital dalam keberhasilan otonomi daerah, kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah cukup maju, mempunyai kompleksitas permasalahan lebih tinggi dibandingkan pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan aparatur pelayanan yang profesional.(Tobalilo80/2009/01)

2.2.1 Pemerintahan Daerah

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah oleh DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah meliputi :

1) Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

(28)

dimana kepala daerah ini dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seseorang yang menjabat suatu jabatan dalam menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kepala daerah, berhasil tidaknya ia menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya serta loyalitasnya kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 8 Tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah (Nurcholis, 2007 : 225)

Penyelenggaraan otonomi daerah ini didasarkan pada isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 UUD 1945 dengan pokok pikiran sebagai berikut :

a. Sistem ketatanegaraan wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota. Daerah desntralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

(29)

d. Kecamatan yang menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1974 sebagai wilayah administrasi dalam rangka dekonsentrasi kedudukannya diubah menjadi perangkat daerah kabupaten atau daerah kota.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah akan sangat kompleks dan problematis. Di lapangan ada banyak masalah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan pada saat penyusunan konsep. Dengan demikian diperlukan semacam prinsip sebagai acuan dalam mengatasi masalah-masalah di lapangan. Adapun prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu :

a. Dipergunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan juga tugas pembantuan; b. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di

daerah kabupaten dan daerah kota; dan

c. Tugas pembantuan dapat dilaksanakan di daerah propinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan juga desa. (Iswandi, 2002 : 9-10)

d. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah harus menunjang aspirasi perjuanagan rakyat, yakni memperkokoh Negara kesatuan dan juga mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat.

e. Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab sesuai dengan UU No.5/1974.

(30)

dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. (3) pemyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada daerah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan. (4) Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai pelaksana asas desentralisasi tetapi tanggungjawab terakhir terhadap urusan-urusan tersebut tetap berada di tangan pemerintah. (Widarta, I. 2005 : 69).

2.2.2. Masyarakat

Kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata socius yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang sekitar, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

(31)

khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontiunitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya

Usaha mengembangkan konsep masyarakat ternyata tidak menghasilkan suatu rumusan yang seragam. Satu aspek yang tampak disepakati bersama adalah masyarakat merupakan kelompok manusia yang hidup bersama. Maka dalam usaha menyamakan pandangan tentang masyarakat ini yang paling penting adalah unsur-unsur masyarakat itu sendiri. Hidup bersama dikatakan apabila mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup dalam suatu kelompok tertentu;

b. Bercampur atau bersama-sama untuk kurun waktu yang lama; c. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan;

d. Menyadari bahwa mereka bersama-sama diikat oleh perasaan diantara para anggota yang satu dengan yang lain

e. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu.

2.3. Pemekaran Daerah

2.3.1 Pengertian Pemekaran Daerah

(32)

pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat (3) dan (4), namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.

Dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan : Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 da lam UU tersebut dinyatakan : Pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua ataupun lebih. Rasyid (1997 : 20) mengatakan bahwa

pembentukan daerah pemekaran merupakan perluasan daerah dengan

memekarkan/meningkatkan status daerah yang dianggap mempunyai potensi sebagai daerah otonom dan mampu untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Menurut Kastorius (Wahyudi, 2002 : 18), ide pemekaran daerah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, yaitu :

1. Urgensi dan Relevansi

(33)

daerah tersebut. Cara berfikir seperti inilah yang sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengundang terjadinya proses kemiskinan.

2. Prosedur

Dalam hal ini apakah prosedur pemekaran daerah sudah ditempuh dengan benar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan. Jika tidak maka proses pemekaran daerah ini akan berbelit-belit karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini memerlukan proses yang sangat panjang.

3. Implikasi

Dalam hal ini yaitu sejauh mana pemekaran daerah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi terhadap terpeliharanya identitas etnis dan agama. Selain itu hal yang juga harus dipikirkan adalah terjadinya konflik berkaitan dengan ide pemekaran daerah tersebut karena selain pihak yang memberi dukungan, pasti ada juga pihak-pihak tertentu yang tidak menyetujui ide pemekaran daerah tersebut.

2.3.2 Tujuan Pemekaran Daerah

(34)

Selain hal tersebut diatas, terdapat beberapa tujuan dari pemekaran daerah lainnya yaitu :

1. Meningkatkan Kesejahteran Masyarakat

2. Memperkokoh Basis Ekonomi Rakyat

3. Mengatur Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat

4. Membuka Peluang dan Lapangan Pekerjaan

5. Memberikan Peluang Daerah Mendapatkan Investor Secara Langsung

(35)

2.3.3 Dampak Pemekaran Daerah

Studi dampak pemekaran daerah secara komprehensif belum pernah dilakukan. Namun demikian beberapa studi telah mulai melihat secara parsial apa yang terjadi di beberapa daerah otonom baru. Bappenas (2005) telah menghasilkan Kajian Percepatan Pembangunan Daerah Otonom Baru (DOB). Studi tersebut menyimpulkan bahwa pada aspek keuangan daerah, telah terjadi peningkatan pendapatan asli daerah meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap Dana Alokasi Umum masih tinggi.

Di samping itu, juga terjadi peningkatan pada proporsi belanja pembangunan meskipun proporsi terhadap belanja rutin masih kecil. Namun demikian penilaian responden masyarakat menunjukkan belum adanya perubahan antara sebelum dan sesudah pemekaran. Hal ini dikarenakan karena pemda DOB tengah melakukan pembenahan kelembagaan, infrastruktur kelembagaan, personil dan keuangan daerahnya. Sedangkan pada aspek pengelolaan sumberdaya aparatur menunjukkan bahwa rasio jumlah aparatur terhadap total penduduk DOB masih dibawah rata-rata nasional meskipun untuk beberapa daerah sampel tidak terjadi hubungan yang signifikan antara jumlah aparatur dan kepuasan pelayanan publik. Persoalan mendasarnya ialah karena DOB kurang mampu merumuskan dengan tepat kewenangan ataupun urusan yang akan dilaksanakan sesuai dengn kondisi dan karakteristik daerah serta kebutuhan masyarakat.

(dsfindonesia/2007/02-03).

(36)

A. Dampak Positif

1. Daerah tidak lagi harus menunggu petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, ataupun instruksi pusat sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru

2. Dimungkinkannya pemberdayaan DPRD dalam relasi kekuasaan dengan kepala daerah.

3. Kembalinya sebagian besar putra daerah ke kampung halaman masing-masing daerah pemekaran untuk ikut membangun daerah tersebut tentunya merupakan suatu hal yang sangat positif.

Dampak dari pemekaran provinsi dan kabupaten/kota, telah banyak terbentuk kecamatan dan kelurahan/desa baru. Tujuannya adalah agar pelayanan pemerintah kepada masyarakat dapat lebih efektif dan efisien, serta diharapkan mempercepat pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu, di samping melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah juga perlu memprioritaskan pemerataan pembangunan hingga ke daerah terpencil.

(Imrodili.ulayat /2009/12).

B. Dampak Negatif

1. Pemekaran daerah hanya untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok yang menginginkan jabatan tertentu seperti : gubernur, walikota, bupati, camat, dll.

2. Munculnya primordialisme putra daerah.

(37)

2.3.4 Dasar Hukum Pemekaran Daerah

Dalam UUD 1945 tidak ada diatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1) bahwa, Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang . Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat sebagai berikut. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

1. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999

Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan acuan regulasi pelaksanaan otonomi daerah yang berarti semakin besarnya kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Adapun prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU No.22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap

(38)

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskannya. (Ismawan, 2002 : 6-7)

2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

(39)

Syarat administratif khususnya bagi provinsi yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis dari pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kemampuan ekonomi. b. Potensi daerah.

c. Sosial budaya. d. Sosial politik. e. Kependudukan. f. Luas daerah. g. Pertahanan. h. Keamanan.

i. Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi

Selanjutnya syarat fisik yang dimasud harus meliputi paling sedikit lima kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan empat kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007

(40)

Pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Hal ini dikarenakan peraturan pemerintah tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah dan masih didasarkan oleh Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Adapun tata cara pembentukan daerah otonom antara lain adalah sebagai berikut :

1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga forum komunikasi desa.

2. DPRD kabupaten /kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentu keputusan DPRD berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh badan pemerintahan desa.

3. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi dalam bentuk keputusan Bupati/Walikota berdasarkan hasil kajian daerah

4. Bupati/Walikota mengusulkan pembentukan kabupaetn/kota atau kecamatan kepada Gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan :

a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon daerah yang akan dimekarkan b. Hasil kajian daerah

c. Peta wilayah calon pemekaran daerah

d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf a dan b

5. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak pembentukan daerah berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah.

(41)

7. DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui ataupun menolak usulan pembentukan daerah otonom baru.

8. Dalam hal gubernur menyetujui usulan pembentukan daerah otonom baru, gubernur mengusulkan pembentukan kabupaten/kota atau kecamatan kepada Presiden melalui Menteri dengan melampirkan :

a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota; b. Hasil kajian daerah;

c. Peta wilayah calon kabupaten/kota;

d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati atau walikota; e. Keputusan DPRD provinsi dan keputusan gubernur.

9. Menteri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan kabupaten/kota dimana penelitian dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh menteri.

10. Berdasarkan hasil penelitian, menteri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD).

11. Berdasarkan rekomendasi usulan pembentukan daerah, menteri meminta tanggapan tertulis para anggota DPOD pada sidang DPOD.

12. Apabila DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah, maka DPOD berhak menugaskan tim teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian.

13. Berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian, DPOD melakukan siding untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada presiden mengenai usulan pembentukkan daerah.

(42)

15. Apabila presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, maka menteri menyiapkan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah.

16. Setelah diberlakukannya undang-undang pembentukan daerah maka pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik pejabat kepala daerah.

17. Peresmian daerah dilaksanakan paling lama enam bulan sejak diberlakukannya undang-undang tentang pembentukan daerah tersebut.

2.4 Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata socious yang berarti kawan atau teman. Dalam hal ini kawan adalah mereka atau orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal kita dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Salim, 2002 : 454), sedangkan dalam konsep sosiologi manusia sering disebut sebagai makhluk sosial, yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa keterlibatan orang lain disekitarnya. Dalam mengahadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan juga bergaul untuk mendatangkan kepuasan baginya.

(43)

2.4.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi adalah suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan kata ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan. Jadi kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh para ahli dalam melihat kondisi sosial ekonomi seseorang seperti pekerjaan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang dikerjakan. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh bagi. Uraian tersebut diatas adalah merupakan gambaran kondisi sosial ekonomi.

(44)

1. Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat.

2. Dibukanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai pelayanan umum, seperti : pendidikan, kesehatan, air minum dan pemukiman yang sehat.

3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan untuk bekerja yang produktif termasuk kemungkinan menciptakan usaha sendiri.

4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha selanjutnya.

5. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan atas pelaksanaan pembangunan dan juga sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

2.5 Konsep Kesejahteraan Sosial

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

(45)

Defenisi di atas menjelaskan bahwa :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem yang berintikan lembag-lembaga pelayanan sosial.

2. Tujuan dari adanya sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti kebutuhan pokok seperti : pangan, sandang, papan, kesehatan serta relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan sistem tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan individu-individu baik dalam memecahkan suatu masalah maupun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Melihat konsepsi kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan sosial individu, kelompok ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang agar dapat memanfaatkan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain sebagainya.

(46)

2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha usaha kesejahteraan sosial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan

masyarakat, tugas pemerintah lebih menitikberatkan pada penetapan kebijaksaanan dan stabilisator dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 4 UU No.11/2009. Usaha pemerintah di bidang kesejahteraaan sosial meliputi:

a. Bantuan sosial kepada warga negara baik secara perorangan maupun dalam kelompok yang mengalami kehilangan peranan sosia maupun alamiah atau peristiwa- peristiwa lainnya.

b. Pemeliharaan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan jaminan sosial c. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya penyaluran

di dalam masyarakat, kepada warga negara baik perorangan maupun kelompok yang terganggu kemampuannya untuk mempertahankan hidup yang terlantar. d. Pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan peradapan,

perikemanusiaan dan kegotongroyongan. (Depsos/UU Kessos No 11 2009)

Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab semua kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial ini sendiri dapat diarahkan kepada individu, kelompok, keluarga ataupun komunitas yang menyangkut kesejahteraan masyarakat.

(47)

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggunga jawanb sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial

Untuk dapat melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut diatas, maka pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana baik itu bencana sosial maupun bencana alamiah atau akibat-akibat lainnya.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial 3. Pengembangan serta penyuluhan sosial

4. Mengadakan pembinaan dan juga bimbingan sosial

5. Menyelenggarakan sekolah dan kursus-kursus gratis agar dapat membentuk tenaga ahli yang bisa terampil di bidangnya serta dapat menggali potensi serta bakat terpendam yang sebenarnya dimiliki oleh masyarakat.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas maka kuncinya ada pada masyarakat, dimana masyarakat mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial yang selaras dengan garis kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah.

2.6 Kerangka Pemikiran

(48)

otonomi daerah tersebut adalah daerah diberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan penuh yang seluas-luasnya, nyata, tetapi juga harus tetap bertanggung jawab pada daerah otonom tersebut.

Seiring dengan aspirasi masyarakat Silahisabungan dan juga semangat otonomi daerah yang menggebu, maka akhirnya kecamatan Silahisabungan dimekarkan menjadi daerah otonom baru pada 14 Juni 2004 yang lalu yang dapat berdiri sendiri dimana sebelumnya Silahisabungan masih menumpang pada kecamatan Sumbul Pegagan. Dengan adanya pemekaran kecamatan ini tentunya daerah ini akan lebih berkembang dan dapat mengembangkan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimilikinya.

Dengan adanya pemekaran daerah maka akan terjadi perubahan di daerah yang dimekarkan baik itu dalam pendapatan daerah, pekerjaan masyarakatnya serta dalam hal pendidikan masyarakat tentunya, begitu pula dengan Kecamatan Silahisabungan. Dalam hal ini penulis ingin melihat perubahan dalam hal pendidikan, pendapatan dan pekerjaan masyarakat setelah adanya pemekaran daerah, penulis menganalisis bagaimana pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

(49)
(50)

2.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek objek atau peristiwa peristiwa yang mempunyai ciri ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009 : 112).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, oleh karena itu dirumuskan defenisi konsep yang bertujuan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti untuk menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini :

1. Pengaruh adalah adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu.

2. Pemekaran daerah adalah pemecahan atau pemisahan diri suatu daerah dengan daerah induknya sebagai daerah otonom baru untuk dapat berdiri sendiri dan menjadi daerah yang mandiri dimana syarat dan ketentuan pembentukan daerah diatur dalam peraturan pemerintah.

(51)

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh bagi manusia sehari hari serta tempat berlindung dari hujan atau cuaca buruk.

4. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

5. Pembangunan adalah usaha perubahan menuju kearah yang lebih baik yang merupakan suatu gagasan untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan.

2.8 Defenisi Operasional

(52)

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel (x) adalah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel akan berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul. (Nawawi, 1998 : 57) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Pemekaran Kecamatan Silahisabungan.

Yang mau dilihat dan diteliti adalah bagaimana pengaruh pemekaran daerah Kecamatan Silahisabungan terhadap sosial ekonomi di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Sosial Ekonomi

Yang mau dilihat dan diteliti adalah bagaimana keadaan sosial ekonomi di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi dengan indikatornya sebagai berikut :

1) Peningkatan sumber pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama (keluarga), dimana pendapatan ini merupakan jumlah semua hasil perolehan yang di dapat dalam bentuk uang sebagai hasil dari pekerjaannya.

(53)

b. Bantuan modal usaha yang diperoleh sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan.

Bantuan modal usaha yang diperoleh setelah pemekaran Kecamatan Silahisabungan

c. Jumlah pendapatan sebelum pemekaran Kecamatan

Silahisabungan.

Jumlah pendapatan setelah pemekaran Kecamatan Silahisabungan. 2) Kondisi fasilitas pendidikan

Indikatornya : a. Sarana pendidikan (seperti komputer, layanan internet) sebelum adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

Sarana pendidikan (computer, internet, dll) setelah adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

b. Jumlah bangunan sekolah sebelum adanya pemekaran daerah. Jumlah bangunan sekolah setelah adanya pemekaran daerah. 3) Kesehatan

Indikatornya :a. Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan

Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan b. Pelayanan kesehatan sebelum adanya pemekaran Kecamatan

Silahisabungan

(54)

4) Kondisi perumahan

Indikatornya : a.Kondisi bangunan rumah sebelum adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

Kondisi bangunan rumah setelah adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan secara tepat sifat sifat suatu keadaan subjek atau objek penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur, sistematis dan terkontrol, peneliti memulai dengan subjek yang jelas dan mengadakan penelitian atas populasi atau sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkan secara akurat (Silalahi, 2009 : 28). Metode penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan sosial ekonomi yang ada di desa Paropo setelah terjadinya pemekaran daerah Kecamatan Silahisabungan.

3.2. Lokasi Penelitian

(56)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009 : 253). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di desa Paropo yang berjumlah 144 KK.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu representative atau tidak. Sample merupakan bagian tertentu yang dipillih dari populasi (Silalahi, 2009 : 254). Jika sampel lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15% atau 20-25% dari jumlah sampel. Berdasarkan ketentuan diatas, penulis menentukan sampel yang diambil dari populasi adalah sebanyak 25% dari jumlah populasi tersebut. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 25% x 144 = 36 KK. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling atau teknik penarikan sampel secara acak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(57)

a. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, makalah, surat kabar atau majalah serta bentuk-bentuk tulisan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

1. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis kepada masyarakat di Desa Paropo.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada masyarakat setempat untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang telah disebarkan.

3. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan dipresentasikan. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis korelasi dengan Product Moment. Korelasi Product Moment

(58)

Rumus penghitungan r Product Moment adalah sebagai berikut :

Keterangan :

r

xy :koefisien korelasi product moment

n : jumlah individu dalam sampel

x : angka mentah untuk variabel x

y : angka mentah untuk variabel y

Kriteria uji hipotesis yaitu :

1. Terima Ho, tolak Ha jika r hitung < r tabel

2. Tolak Ho, terma Ha jika r hitung > r tabel

3. Dengan taraf signifikan 5%

Untuk menguji dan mendapatkan hasil yang lebih akurat berpengaruh atau tidak berpengaruhnya pemekaran daerah di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan, maka dapat

dilanjutkan dengan memakai uji t

(59)

Dimana :

t : Nilai t untuk mean kelompok berulang pengukuran berulang

n : jumlah individu dalam sampel

x : angka mentah untuk variabel x

(60)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa Paropo

Desa Paropo merupakan salah satu dari 5 desa yang ada di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi yang letaknya kira-kira 7 Km dari ibukota kecamatan. Kelima desa tersebut adalah :

1. Desa Silalahi 1 2. Desa Silalahi 2 3. Desa Silalahi 3 4. Desa Paropo 5. Desa Paropo 1

Adapun batas-batas dari Desa Paropo adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbasan dengan : Paropo 1

Sebelah Timur berbasan dengan : Danau Toba

Sebelah Selatan berbasan dengan : Silalahi 3

Sebelah Barat berbasan dengan : Ujung Paropo pegagan hilir

(61)

Luas wilayah Desa Paropo ini adalah sekitar 505 Ha, dimana diperkirakan sekitar 350 Ha adalah lahan yang bisa untuk diusahai baik untuk perumahan, sedangkan 155 Ha lagi adalah lahan yang bisa diusahai untuk usaha pertanian.

Penggunaan lahan di Desa Paropo ini sebagian besar adalah untuk lahan pertanian. Dengan kondisi geografis yang mendukung dimana sebagian permukaan datar dan umumnya adalah lahan yang miring namun subur sangat cocok untuk menanam tanaman bawang merah yang merupakan hasil bumi dengan kualitas yang baik dari Desa Paropo. Selain bermata pencaharian dari sektor pertanian, masyarakat Desa Paropo juga memelihara ternak seperti ayam dan babi, dimana kotoran ternak tersebut dapat dijadikan pupuk oleh petani pada lahan pertaniannya.

4.2. Keadaan Demografis

4.2.1 Gambaran Penduduk Menurut Usia

(62)

Tabel 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

Dari tabel 1 diatas maka komposisi penduduk di Desa Paropo berdasarkan usia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok usia yaitu :

1. Kelompok usia belum produktif (usia 0-15 tahun) dengan persentase 29,2% 2. Kelompok usia produktif (usia 16-59 tahun) dengan persentase 57,5%

3. Kelompok usia tidak produktif (usia diatas 60 tahun) dengan persentase 13,3%

(63)

4.2.2 Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh, distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Paropo menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 242 orang dengan persentase 46,8%, sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 275 orang dengan persentase 53,2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentas

1 2

Laki-laki Perempuan

242 275

46,8 53,2

Jumlah 517 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

(64)

4.2.3 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan (Kepala Keluarga)

Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa Paropo adalah sebagai berikut : tidak tamat SD sebanyak 26 orang dengan persentase 18,1%, tamatan SD sebanyak 52 orang dengan persentase 36,1%, tamatan SLTP sebanyak 35 orang dengan persentase 24,3%, tamatan SLTA sebanyak 28 orang dengan persentase 19,4%, dan yang sarjana atau tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang dengan persentase 2,1%.

Tabel 3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir (KK)

No Pendidikan Frekuensi Persentase

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

(65)

4.2.4 Gambaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Kepala Keluarga)

Mata pencaharian merupakan sumber atau dasar dalam hal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, gambaran penduduk menurut mata pencahariannya adalah petani sebanyak 86 orang dengan persentase 59,7%, nelayan sebanyak 31 orang dengan persentase 21,5%, PNS sebanyak 10 orang dengan persentase 7%, dan pedagang sebanyak 17 orang dengan persentase 11,8%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 4

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

(66)

memenuhi kebutuhan hidup sehari hari baik itu sandang, pangan, papan maupun kebutuhan kebutuhan lainnya.

4.2.5 Gambaran Penduduk Menurut Agama

Tabel 5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase

1 2

Kristen Protestan Kristen Khatolik

452 65

87,4 12,6

Jumlah 517 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

(67)

4.3 Sarana dan Prasarana di Desa Paropo

4.3.1 Sarana Pendidikan

Tabel 6

Sarana Pendidikan di Desa Paropo

No Gedung Pendidikan Jumlah

1 2 3

TK SD SLTP

1 unit 1 unit 1 unit

Jumlah 3 unit

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Paropo adalah 1 unit gedung Taman Kanak-kanak, 1 unit gedung Sekolah Dasar dan 1 unit gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, sedangkan untuk melanjut ke Sekolah Menengah Atas maka anak-anak di Desa Paropo ini harus mencarinya ke ibukota Kecamatan.

4.3.2 Sarana Peribadatan

(68)

4.3.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Paropo terdiri dari 1 unit puskesmas dan ada juga bidan desa dan perawat, dimana rata-rata penduduk desa pada umumnya berobat ke puskesmas tersebut karena hanya itulah satu-satunya tempat berobat yang terdapat di desa tersebut. Posyandu dilakukan tiga bulan sekali oleh bidan desa yang berpengalaman, begitu juga dengan ibu-ibu yang akan melahirkan dibantu oleh bidan desa.

4.3.4 Sarana Transportasi

(69)

4.3.5 Sarana Perumahan

Tabel 7

Distribusi Penduduk berdasarkan Tipe Perumahan

No Pola Perumahan Jumlah

1 2 3

Rumah bertipe A/Permanen Rumah bertipe B/Semi Permanen Rumah bertipe C/Darurat

23 93 28

Jumlah 144

Sumber : Kantor Kepala Desa Paropo, Januari 2011

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki rumah bertipe semi permanen. Pemilikan rumah tersebut diakibatkan tingkat perekonomian yang dimiliki oleh penduduk setempat. Mereka yang memiliki perekonomian yang baik memiliki rumah yang permanen dan bagus. Menurut data dari kantor kepala desa, semua rumah di desa ini telah menggunakan sarana listrik.

4.4 Kegiatan Sosial yang Dilakukan oleh Penduduk

Adapun kegiatan sosial yang dilakukan oleh penduduk di Desa Paropo adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1BAGAN ALIR PEMIKIRAN
Tabel 1
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang penggunaan media flash card untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf

Hasil pengukuran menggunakan sensor pergeser- an berbasis serat optik plastik yang terbaik diperoleh pada pegas jenis kedua dan jumlah rol adalah 9.. Pada kondisi tersebut

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. SEKRETARIAT

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor BAHP/15/ULP.8/PJ.014/2016 tanggal 19 Februari 2016, Kelompok Kerja 8 Unit Layanan Pengadaan Direktorat Jenderal Pajak

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017 , dengan ini kami

Simpulan penelitian ini adalah haasil penelitian dan pembahasan dari penerapan layanan informasi dengan teknik modeling simbolik berbasis film keteladanan Rasul

merupakan langkah pertamanya untuk memahami kebenaran. Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti, karena itu beri kesempatan untuk bereksplorasi dengan lingkungan

dūnistikos sklaida ir recepcija (plg. gerasimova 2010) – išleisti rinktiniai Vydūno raštai, dramos, iš vokiečių kalbos išverstas ir išleistas vėlyvasis jo opus magnum