• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PRINSIP AKUNTABILITAS DIREKSI PERSEROAN

DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk memenuhi

Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara

OLEH :

FIDYA ALDY SY. HARAHAP NIM. 060200236

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN PRINSIP AKUNTABILITAS DIREKSI PERSEROAN

DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Prof. Dr. Bismar nasution, SH. M.H1 Dr. Sunarmi, SH, M.hum** Fidya Aldy Sy. Harahap***

ABSTRAKSI

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Pengurusan perusahaan harus dilaksanakan sesuai dengan kepentingan Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan Terbatas juga diberikan batasan dalam UUPT dan Anggaran dasar. Prinsip akuntabilitas dalam Good

Corporate Governance merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Yang menjadi masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana sebenarnya penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good

Corporate Governance.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ) yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini serta melihat aplikasi dari penilaian mandiri atas praktekpraktek corporate governance yang dikeluarkan oleh forum corporate governance Indonesia.

Hasil Dari penelitian ini menunjukkan secara jelas bahwa penerapan Good

Corporate Governance yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan

dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran Direksi dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis. Hal ini tergantung pada penerapan dan kesadaran dari perseroan tersebut akan pentingnya prinsip GCG dalam dunia usaha.

1) Dosen Pembimbing I 11) Dosen Pembimbing II

111

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukrulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang senantiasa mengasihi dan menyayangi umat-Nya, serta melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada Penulis. Dengan izin-Nya penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “ TINJAUAN PRINSIP AKUNTABILITAS DIREKSI PERSEROAN DALAM PENERAPAN GOOD

CORPORATE GOVERNANCE ”

Semenjak rencana hingga selesainya penulisan skripsi ini, tak terhitung dukungan moril maupun materiil yang penulis peroleh dari segenap keluarga, pembimbing skripsi dan kerabat, sahabat, pengajar, dan rekan-rekan. Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis, yaitu :

1. Kedua orang tua saya, Drs. H. Syaifuddin Harahap dan Dra. Hj. Rohainum Aldy yang selama ini begitu tabah dan penuh kerelaan dalam membimbing dan mendoakan Penulis dengan penuh kasih sayang, juga abangku tersayang Aldy Chairul Chandra, serta Dr. Sri Zam Zam Aldy, SpAK dan H. Syamsul Arifin, SE, selaku Uwa yang turut mendukung untuk penyelesaian skripsi ini.

(4)

skripsi Penulis, yang dalam kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan bimbingan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, selaku pembimbing II skripsi Penulis, yang banyak membantu dan memberikan bimbingan serta dorongan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih Ibu.

4. Bapak Prof. DR. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K.) sebagai rektor

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak M. Husni, SH, MH yang turut membantu dan membimbing Penulis agar segera meyelesaikan skripsi.

7. Bapak Darwin Noor, SH, MM, dan Hjh. Hanifa Aldy, SH, M.Pd selaku om dan tante yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh dosen, staf dan pegawai yang bertugas di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

Atas bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan, kembali Penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan karunianya, dengan harapan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2009 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………..…..………….. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ……….……… v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………...……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………. 9

D. Keaslian Penulisan ..……… 10

E. Tinjauan Kepustakaan …………..………...……… 11

F. Metode Penelitian ……….…..………...…………. 13

G. Sistematika Penulisan ………...……….. 14

BAB II. KEWENANGAN DIREKSI PERUSAHAAN DALAM MELAKSANAKAN PENGURUSAN PERUSAHAAN A. Pengertian PT ………...……….. 17

B. Organ-Organ PT ……….... 27

C. Kewenangan Direksi Perseroan dalam melaksanakan pengurusan perusahaan ………. 43

(7)

B. Prinsip Akuntabilitas ……….. 71 C. Perbedaan Akuntabilitas dengan Prinsip-prinsip dalam Good

Corporate Governance ……….. 74

D. Tujuan Akuntabilitas dalam Good Corporate Governance ……… 79

BAB IV. PRINSIP AKUNTABILITAS DIREKSI PERSEROAN DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. Hubungan Prinsip Akuntabilitas dengan Kewenangan Direksi Perseroan

……….……….. 83 B. Manfaat Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan dalam

menjalankan Perseroan

……….……….. 91 C. Permasalahan yang muncul ……….. 98

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

TINJAUAN PRINSIP AKUNTABILITAS DIREKSI PERSEROAN

DALAM PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Prof. Dr. Bismar nasution, SH. M.H1 Dr. Sunarmi, SH, M.hum** Fidya Aldy Sy. Harahap***

ABSTRAKSI

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Pengurusan perusahaan harus dilaksanakan sesuai dengan kepentingan Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan Terbatas juga diberikan batasan dalam UUPT dan Anggaran dasar. Prinsip akuntabilitas dalam Good

Corporate Governance merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Yang menjadi masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana sebenarnya penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good

Corporate Governance.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ) yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini serta melihat aplikasi dari penilaian mandiri atas praktekpraktek corporate governance yang dikeluarkan oleh forum corporate governance Indonesia.

Hasil Dari penelitian ini menunjukkan secara jelas bahwa penerapan Good

Corporate Governance yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan

dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran Direksi dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis. Hal ini tergantung pada penerapan dan kesadaran dari perseroan tersebut akan pentingnya prinsip GCG dalam dunia usaha.

1) Dosen Pembimbing I 11) Dosen Pembimbing II

111

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini sudah harus dapat diterima bahwa globalisasi telah masuk dalam dunia bisnis di Indonesia. Globalisasi sudah tidak dapat ditolak lagi namun saat ini harus dapat dinyatakan bagaimana globalisasi tersebut menjadi manfaat bagi Indonesia. Hal ini terkait dengan perdagangan dan pergerakan roda ekonomi Indonesia yang mempunyai peran serta yang cukup tinggi dalam meningkatkan devisa Negara.

Sektor perdangan baik yang terkait dengan ekspor dan impor merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan itu para pelaku bisnis harus dengan bijak memilih instrument mana yang dapat digunakannya dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini pada dasarnya telah terjawab oleh karena semakin meningkatnya pelaku bisnis menggunakan instrument dalam menjalankan bisnisnya dengan mendirikan sebuah perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah perseroan terbatas. Mengapa perseroan terbatas dijadikan instrument tersebut? Bahwasanya perseroan terbatas merupakan salah satu badan usaha yang relative dominan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia karena memiliki sifat, ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya, yaitu: 2

2

(10)

1. Merupakan bentuk persekutuan yang berbadan hukum 2. Merupakan kumpulan modal / saham

3. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para perseronya 4. Pemegang saham memiliki tanggung jawab yang terbatas

5. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi

6. Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas 7. Kekuasaan tertinggi berada pada RUPS

Perseroan Terbatas dominan dipergunakan oleh para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya karena Perseroan Terbatas memiliki beberapa keuntungan yang membuatnya begitu menarik. Adapun keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas adalah3

1. Memungkinkan pengumpulan modal besar :

2. Memiliki status sebagai badan hukum 3. Tanggung jawab terbatas

4. Pengalihan kepemilikan lebih mudah 5. Jangka waktu tidak terbatas

6. Manajemen yang lebih kuat

7. Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin

3

(11)

8. Biasanya untuk Penanaman Modal Asing ( PMA ) ada fasilitas bebas pajak ( tax holiday )

Selain memiliki keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas juga memiliki kelemahan, yaitu4

1. Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaya pengorganisasian akan keluar sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel. Hubungan antar perorangan juga lebih formal dan berkesan kaku.

:

2. Pengenaan pajak ganda

3. Ketentuan Perundangan yang lebih ketat 4. Rahasia perusahaan relative kurang terjamin

5. Biasanya untuk PMA, sedikit rentan terhadap situasi dan kondisi social, politik dan keamanan suatu Negara.

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

4

(12)

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.5

Dalam ketentuan perUndang-Undangan dan hukum yang mengatur di Indonesia menyatakan bahwa perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana Perseroan Terbatas sebagai suatu badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya atau “persona standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subjek hukum mandiri yang dipersamakan dihadapan hukum dengan individu pribadi orang perseorangan, meskipun dapat menjadi penyandang hak dan kewajibannya sendiri, terlepas dari orang-orang yang mendirikan atau menjadi anggota dari badan hukum tersebut, Artinya, Perseroan itu dapat mempunyai harta kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-orang pribadi. Seperti telah dikatakan bahwa sebagai suatu subjek hukum mandiri, badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam hukum secara mandiri, tidaklah demi hukum mempunyai status yang sama dengan orang perorangan. Banyak hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hanya dapat dimiliki dan dilaksanakan oleh orang perorangan semata-mata 6

1. Kumpulan atau asosiasi modal (yang ditujukan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian dan atau tujuan khusus lainnya).

.

Secara materiil, perusahaan sebagai subjek hukum mandiri tercakup dalam :

5

Pasal 1 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 6

(13)

2. Kumpulan modal ini dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking) (justru ini yang menjadi tujuan dari sifat dan keberadaan badan hukum ini), dan karenanya dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan. 3. Modal yang dikumpulkan ini selalu diperuntukkan bagi kepentingan

tertentu, berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Sebagai suatu kumpulan modal, maka kumpulan modal tersebut harus dipergunakan untuk dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang sepenuhnya diatur dalam statuta atau anggaran dasarnya, yang dibuat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kumpulan modal ini mempunyai pengurus yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan badan hukum ini, yang harus sesuai dengan maksud dan tujuan kumpulan modal ini, yang berarti adanya pemisahan antara keberadaan harta kekayaan yang tercatat atas nama kumpulan modal ini dengan pengurusan harta kekayaan tersebut oleh pengurus. 5. Keberadaan modal badan hukum ini tidak dikaitkan dengan

(14)

6. Sifat keanggotaannya tidak permanen dan dapat dialihkan atau beralih kepada siapapun juga, meskipun keberadaan badan hukum ini sendiri adalah permanen atau tidak dibatasi jangka waktu berdirinya.

7. Tanggung jawab badan hukum dibedakan dari tanggung jawab pendiri, anggota, maupun pengurus badan hukum tersebut.7

Selain Persyaratan materiil tersebut, keberadaan suatu badan hukum sebagai subjek hukum mandiri juga harus didasarkan pada persyaratan formil, yaitu proses pembentukannya yang harus memenuhi formalitas dari suatu peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, hingga diakui bahwasanya suatu perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Dalam perseroan terbatas, misalnya, syarat formil yang harus dipenuhi oleh suatu perseroan terbatas untuk dapat diakui menjadi badan hukum adalah:

1. Akta pendirian dibuat dalam bentuk akta notaris8 2. Akta pendirian dibuat dalam bahasa Indonesia

;

9

3. Harus sekurangnya didirikan oleh dua orang/badan hukum yang cakap dan berwenang untuk bertindak dalam hukum sebagai pendiri

;

10

4. Nama perseroan harus mengikuti aturan yang telah ditentukan ;

11

5. Penyetoran modal harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan ;

12

7

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT (Jakarta: forum sahabat, 2008), hal 30

(15)

6. Harus disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak penandatanganan akta pendiriannya untuk memperoleh pengesahan13

Saat diperolehnya pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM itulah yang menjadikan Perseroan Terbatas itu sebagai badan hukum dalam arti formil

;

14

Perseroan Terbatas dikelola oleh Direksi sebagai pengurus perseroan yang bertindak untuk kepentingan perseroan, dan bukan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

.

15

Direksi sendiri menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran Dasar

.

16

. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan / manajemen Perseroan. Direksi haruslah memastikan bahwa perseroan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku17

(16)

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan tidak terlepas dari Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan yang merupakan salah satu prinsip dari good

corporate governance yang mempengaruhi Direksi dalam menjalankan Perusahaan

agar bisnis berjalan dengan sukses. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Oleh karena itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Dengan adanya akuntabilitas sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban berarti akan lebih jelas mengenai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab maupun menerangkan kinerja atau tindakan seseorang/ Direksi kepada pihak yang memiliki hak / kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban / keterangan. Tujuan dari penerapan bisnis ini adalah agar setiap proses pengambilan keputusan ataupun kinerja masing-masing perilaku bisnis dalam perusahaan dapat dimonitor, dinilai, dikritisi atau dapat ditelusuri sampai bukti dasarnya yang dalam hal ini dubutuhkan suatu sistem yang seimbang antara pelaku bisnis perusahaan dan ditetapkan hak, tanggung jawab serta sistem pelaporannya.

(17)

maksud dan tujuan Perseroan18

B. Perumusan Masalah

. Karena tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan Perseroan.

Sesuai topik pembahasan diatas, penulis merumuskan beberapa hal yang akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana Kewenangan Direksi perseroan dalam melaksanakan pengurusan perusahaan ?

2. Bagaimana prinsip akuntabilitas dalam Good Corporate Governance ? 3. Bagaimana penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam

penerapan Good Corporate Governance ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan :

a. Untuk mengetahui penerapan prinsip akuntabilitas Direksi dalam sebuah perseroan.

b. Untuk mengetahui tentang kewenangan Direksi Perseroan dalam menjalankan perusahaan.

c. Untuk mengetahui perbedaan prinsip akuntabilitas dengan prinsip-prinsip lainnya dalam Good Corporate Governance.

18

(18)

d. Untuk mengetahui penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good Corporate Governance.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat Penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Secara Teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memberi kontribusi pemikiran serta menimbulkan pemahaman tentang pentingnya prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good

Corporate Governance pada perusahaan.

b. Secara Praktis

Secara Praktis, pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pembaca, khususnya bagi para pelaku bisnis pada suatu perusahaan terutama para direksi sebagai bentuk kajian akademis dalam menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang pengelolaan perusahaan

D. Keaslian Penulisan

(19)

pembahasannya berbeda. Penulisan skripsi ini disusun melalui referensi buku-buku, media cetak, dan elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Jadi, penelitian ini dapat disebut “asli” dan sesuai dengan azas-azas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah:

1. Tinjauan adalah :

(1) Meninjau, melihat, sesuatu yang lebih jauh dari tempat ketinggian. (2) Melihat, memeriksa, mengintai, menyelidiki, ,memeriksa untuk

mempelajari.19

2. Prinsip Akuntabilitas adalah :

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaku bisnis perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.20 3. Direksi adalah :

Pengurus Perseroan yang bertindak untuk kepentingan perseroan dan bukan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu.21

19

Tim penyusun kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar

bahasa Indonesia, ed.3, cet.2, Balai Pustaka, Jakrta, 2002.

20

Surat Keputusan Direksi PTPN IV Nomor: 04/Dirut/Kpts/01/I/2006 tentang Kebijakan

(20)

4. Persero adalah22 (1) Saham, andil, dsb.

:

(2) Menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). 5. Penerapan Good Corporate Governance adalah 23

(1) Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan;

:

(2) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;

(3) Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan; (4) Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa

memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari;

(5) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan.

Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan.

21

Gunawan Widjaja, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT (Jakarta: forum sahabat, 2008), hal 30

22

Ahmad Yani dan gunawan widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, pada pendahuluan Hal 1

23

Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance di

(21)

Dari Pengertian atau batasan-batasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dan manfaat Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan dalam Penerapan Good Corporate Governanace adalah memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional, transparan, dan efisien dengan mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing pimpinan dalam Perusahaan tersebut dan memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan.

F. Metode penelitian

1. Bentuk penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, penelitian menggunakan metode hukum normatif, yaitu penelitian dengan hanya menggunakan data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan merger yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia.

2. Alat pengumpul data

Untuk melengkapi dan memenuhi materi skripsi, maka Penulis mencari dan mengambil materi data-data sekunder, yaitu sebagai berikut :

A. Bahan Hukum Primer

(22)

Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada BUMN. B. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau hasil kajian tentang Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam Penerapan Good Corporate Governance. Seperti : Buku-buku, seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, Koran-koran, karya tulis ilmiah, lampiran-lampiran, beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas.

C. Bahan Hukum Tertier

Yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan baku primer dan bahan baku sekunder, seperti : kamus, ensiklopedi, dan lain-lain.

G. Sistematika Penulisan

(23)

BAB I Bab ini merupakan bab pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan suatu bab yang membahas secara mendasar tentang Direksi perseroan yang masih mendasar, yaitu antara lain mengulas secara singkat tentang Perseroan Terbatas, Organ-organ Perseroan Terbatas, Pengertian Direksi dalam Perseroan, kewenangan, kewajiban, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Tujuan pengelolaan perusahaan bagi direksi.

BAB III Dalam Bab ini akan dibahas secara singkat mengenai Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam ruang lingkup Good Corporate Governance dengan prinsip-prinsip lain di Good Corporate Governance, pengertian akuntabilitas, perbedaan akuntabilitas dengan prinsip-prinsip lain di Good Corporate Governance dan Tujuan prinsip akuntabilitas dalam Good Corporate Governance.

(24)
(25)

BAB II

KEWENANGAN DIREKSI PERSEROAN

DALAM MELAKSANAKAN PENGURUSAN PERUSAHAAN

A. Pengertian PT

Dalam praktek sangat banyak kita jumpai perusahaan berbentuk perusahaan terbatas. Bahkan berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas ini, terutama untuk bisnis yang serius atau bisnis besar, merupakan model berbisnis yang paling lazim dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti Firma, Perusahaan Komanditer, Koperasi dan lain-lain.

Terhadap perseroan terbatas ini dalam beberapa bahasa disebut sebagai berikut:

1. Dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd) Company atau Limited Liability Company ; ataupun Limited (Ltd) Corporation.

2. Dalam bahasa Belanda disebut dengan Naamlooze Vennootschap atau yang sering disingkat dengan NV saja.

3. Dalam bahasa Jerman terhadap perseroan terbatas ini disebut dengan

Gesellschaft mit Beschrankter Haftung.

4. Dalam bahasa Spanyol disebut dengan Sociedad De Responsabilidad Limitada.24 Namun Demikian, apakah yang dimaksud dengan perseroan terbatas itu? Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 1 menyatakan, bahwa:25

24

(26)

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut dengan Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Dari batasan yang diberikan tersebut diatas ada lima unsur Perseroan Terbatas yaitu sebagai berikut: 26

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum; 2. Didirikan berdasarkan perjanjian;

3. Menjalankan usaha tertentu;

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham; 5. Memenuhi persyaratan Undang-Undang.

Ilmu hukum mengenal 2 (dua) macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi (orang perorangan), dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu sama lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum.

Salah satu ciri khas yang membedakan antara subjek hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut. Pada subjek hukum pribadi, status subjek

25

UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1

26

(27)

hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi orang perorangan tersebut berada dalam kandungan (pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata). Sedangkan pada badan hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh setelah ia memperoleh pengesahan dari pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para pendiri, pemegang saham maupun para pengurusnya.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak ada satu pasalpun yang menyatakan perseroan sebagai badan hukum, tetapi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 angka (1) bahwa Perseroan adalah badan hukum. Ini berarti perseroan tersebut memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu Badan Hukum

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, yang berarti Perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana Perseroan Terbatas sebagai suatu badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Undang-Undang yang telah memberikan perseroan sebagai badan hukum atau “persona

standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subyek hukum

(28)

kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.27 Oleh karena itu sebagai badan hukum , Perseroan Terbatas mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Dengan adanya kedudukan mandiri dari perseroan itu, bila terjadi pergantian Pemegang saham, Direksi dan Komisaris, maka tidak membuat perseroan berubah dari keberadaannya sebagai “persona standi in judicio”.28 Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan perbuatan pengurusnya tetapi yang harus diperhatikan adalah perseroannya, karena yang bertanggung jawab adalah perseroan.29

Mengenai definisinya, badan hukum atau legal entity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than a natural

person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions through

agents.30 Sementara dalam kamus hukum versi Bahasa Indonesia, badan hukum

diartikan dengan organisasi, perkumpulan atau paguyuban lainnya dimana pendiriannya dengan akta otentik dan oleh hukum diperlakukan sebagai persona atau sebagai orang.31

Sedangkan badan hukum itu oleh beberapa para ahli hukum sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chidir Ali antara lain memberikan batasan sebagai berikut :

32

27

Gunawan widjaja, op.cit, hal 9

28

Ibid

29

Ahmad Yani & Gunawan, op.cit, hal 7

30

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, ( St. Paul Minn : West Publishing Co, 2000 ), hal 726

31

Irma Nurhayati, Ulasan tentang status Badan Hukum Perseroan Terbatas menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, < http : / yang diakses pada tanggal, 8 Juni 2009, hal 1

32

(29)

a. E. Utrecht

“Badan Hukum adalah badan yang menurut hukum berkuasa ( berwenang ) menjadi pendukung hak”.

b. R. Subekti

“ Badan Hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat di depan hakim”.

c. Meyers

“ Badan Hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban”.

d. Wirjono Prodjodikoro

“ Badan Hukum adalah badan yang disamping manusia perseorangan juga dapat dianggap bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban, dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain”.

(30)

ditentukan oleh saat “incorporation”-nya. Dengan telah dinyatakannya suatu perusahaan sebagai incorporated, maka status badan hukum dengan sifat tanggung jawabnya yang terbataspun hadir demi hukum bagi kepentingan pemegang saham korporasi. Di Indonesia, UUPT menyatakan saat incorporation adalah saat perseroan memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.33

Menurut Steward Kyd, perseroan terbatas adalah kumpulan dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan dengan jangka waktu eksistensi yang abadi dalam bentuk yang tidak nyata ( artificial ), memiliki kemampuan bertindak sebagaimana layaknya seorang individu manusia, orang perorangan dapat memiliki atau melepaskan penilaian suatu benda, membuat perjanjian dan oerikatan, menggugat dan digugat, dan hak-hak lainnya sebagaimana diberikan oleh peraturan yang membentuk dan mengaturnya.34

Dari rumusan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa suatu perseroan terbatas sebagai suatu bentuk modern corporation memiliki setidaknya tiga karakteristik tambahan sebagai berikut :35

1. Kepemilikannya diwadahkan dalam bentuk saham-saham yang dapat dengan mudah dipindahtangankan atau dialihkan kepada siapapun juga,

33

Pasal 7 ayat ( 4 ) UUPT

34

Dikutip dari < http : // www.wikipedia.org/wiki/corporations > yang diakses pada tanggal 9 Juni 2009.

35

(31)

2. Mempunyai masa hidup yang abadi dengan jangka waktu pendirian yang tidak ditentukan lamanya, yang tidak digantungkan pada masa hidup pemegang sahamnya,

3. Sifat tanggung jawab yang tidak hanya terbatas pada pemegang saham, tidak hanya untuk tanggung jawab perdata melainkan juga tanggung jawab atas suatu tindak pidana yang dilakukan oleh perseroan. Disamping itu dikenal juga pertanggungjawaban terbatas terhadap para pengurusnya.

Dengan demikian dapatlah dilihat dan disimpulkan bahwa pada dasarnya suatu perseroan terbatas mempunyai ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut:36

1. Memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu subjek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membentuk kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu manusia, orang perorangan;

2. Memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan yang berarti menjadikan perseroan sebagai subjek hukum mandiri ( persona standi

in judicio ) yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk dapat

menggugat dan digugat dihadapan pengadilan;

36

(32)

3. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri, atau pemegang sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri, untuk kerugian dan kepentingan dirinya sendiri;

4. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Undang-Undang yang berlaku pada suatu waktu tertentu;

5. Keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya;

6. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus ( direksi ), dewan komisaris dan atau pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

2. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian

(33)

sebagaimana diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sebagai perjanjian khusus yang bernama, perjanjian pembentukan Perseroan Terbatas ini juga tunduk sepenuhnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disamping ketentuan khusus yang diatur dalam UUPT tersebut. Perjanjian pendirian Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh para pendiri tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan akta pendirian. Akta pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri perseroan dalam mengelola dan menjalankan Perseroan Terbatas tersebut. Hak-hak dan kewajiban tersebut merupakan isi perjanjian selanjutnya yang disebut dengan anggaran dasar perseroan sebagaimana ditegaskan kembali di dalam Pasal 8 ayat ( 1 ) UUPT.37

3. Menjalankan Usaha Tertentu

Perseroan Terbatas sebagai suatu badan usaha harus menjalankan kegiatan usaha. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas adalah dalam bidang perekonomian dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas haruslah kegiatan usaha yang halal, artinya kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian Perseroan Terbatas serta tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum,

37

(34)

dan atau kesusilaan. Perseroan tidak dapat didirikan dan dijalankan jika tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.38

4. Memiliki Modal yang terbagi dalam Saham-saham

Sebagai suatu badan hukum yang independen, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mandiri, lepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemegang sahamnya maupun para pengurusnya, perseroan haruslah memiliki harta kekayaan tersendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya serta untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Untuk itu pada saat perseroan didirikan, bahkan sebelum permohonan pengesahan akta pendirian perseroan ke Menteri Hukum dan HAM, para pendiri telah menyetorkan sekurang-kurangnya 50 % dari seluruh modal yang ditempatkan atau dikeluarkan perseroan yang diambil bagian oleh para pendiri.39

5. Memenuhi Persyaratan Undang-Undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan UUPT dan peraturan pelaksanaannya mulai dari pendiriannya, beroperasinya dan berakhirnya. Hal ini menunjukkan bahwa UUPT menganut system tertutu ( closed system ).

38

Ibid

39

(35)

B. Organ – Organ PT

Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.40

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan satu persatu.

Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.41

RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 1 angka 4. Akan tetapi, apabila kita melihat pada bunyi kalimat “memegang sagala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris”, maka kekuasaan yang dimaksud diatas sebenarnya kekuasaan RUPS adalah tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak berarti RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada Direksi dan Komisaris. Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa Direksi atau Komisaris mempunyai wewenang yang

40

Pasal 1 ayat (2) UUPT

41

(36)

tidak dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dari setiap organ termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri (otonom) di dalam Undang-undang no. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Setiap organ diberi kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan demi tujuan dan kepentingan Perseroan. Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi meskipun direksi diangkat oleh RUPS sebab pengangkatan direksi oleh RUPS tidak berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada direksi melainkan wewenag yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar.42

RUPS dapat diselenggarakan dengan 2 (dua) macam RUPS, yaitu sebagai berikut:

Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencampuri tindakan pengurusan perseroan sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan direksi semata-mata adalah untuk kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS.

43

a. RUPS Tahunan, yang diselenggarakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku.

b. RUPS lainnya, yang dapat diselenggarakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.

Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan sewaktu-waktu pada prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah direksi, kecuali direksi berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka

42

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & tanggung jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), hal 58

43

(37)

pemanggilan dilakukan oleh komisaris. Penyelenggaraan RUPS tersebut menurut Pasal 79 ayat (1) UUPT dapat pula terjadi karena dimohon oleh satu pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. Jadi, prakarsa menyelenggarakan RUPS disini datang dari pemegang saham. Bahkan menurut Pasal 80 ayat (1) UUPT pemohon dapat diberi izin oleh Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk :

a. Menetapkan pemberian izin kepada pemohon. b. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.

Ketentuan ini merupakan control dari pemegang saham yang diberikan oleh undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris melalui ketua Pengadilan Negeri yang berwenang member izin. Ketua Pengadilan Negeri dapat memerintahkan direksi atau komisaris unruk hadir dalam RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas dan anggaran dasar.

Selanjutnya, guna kepentingan penyelenggaraan RUPS, direksi melakukan pemanggilan kepada para pemegang saham dengan mengacu pada ketentuan sebagai berikut:44

44

(38)

a. Pemanggilan RUPS dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

b. Pemanggilan RUPS dilakukan dengan surat tercatat dan/atau dengan iklan dalam surat kabar.

c. Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.

d. Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada pemegang saham secara Cuma-Cuma jika diminta.

e. Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan ayat (3), keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.

(39)

dicapai, maka keputusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah. Sedangkan apa yang dimaksud dengan suara terbanyak biasa menurut penjelasan Pasal 87 UUPT adalah jumlah suara yang lebih banyak dari kelompok suara lain tanpa harus mencapai lebih dari setengah keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut.

2. Direksi

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.45

Pengertian pengurusan mencakup pula pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan terlaksananya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and care” oleh direksi. Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota Direksi, bahkan apabiala anggota direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai melaksanakan Pada Prinsipnya, Direksi bertanggung jawab terhadap perseroan (pemegang saham secara keseluruhan) bukan kepada pemegang saham secara perseorangan. Tugas kepengurusan direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga berwenang dan wajib mengambil insiatif membuat rencana dan perkiraan mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan persero.

45

(40)

tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena pentingnya peranan direksi, undang-undang perseroan mengatur persyaratn yang cukup berat untuk menjadi anggota Direksi.

Kepengurusan perseroan dilakukan oleh direksi.46

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang :

Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk menjalankan pengurusan perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan hutang, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi. Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab Direksi jika hanya dijalankan oleh satu orang anggota Direksi.

47

a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit ; atau b. Tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit ; atau

c. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian perseroan. Anggota Direksi

46

Pasal 92 ayat (1) UU no. 40 Tahun 2007

47

(41)

diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan dapat diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegang saham dalam pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi diatur dalam Anggaran Dasar.48

Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi serta besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS yang disebutkan tadi dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS.49 Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.50

Dalam hal anggota Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali lain ditentukan dalam Undang-undang Perseroan dan/atau Anggaran Dasar.51

48

Pasal 94 UU no. 40 Tahun 2007

49

Pasal 96 UU no. 40 Tahun 2007

50

Pasal 97 UU no. 40 Tahun 2007

51

Pasal 98 UU no. 40 Tahun 2007

(42)

Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan, apabila :52

a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ; atau

b. Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

Dalam anggaran dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan tersebut, maka RUPS mengangkat 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Negeri, Direksi yang telah merugikan perseroan.

Direksi, wajib :53

a. Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat Direksi ;

b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan ; dan

c. Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen persero lainnya.

Anggota Direksi juga wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain

52

Pasal 99 UU no. 40 Tahun 2007

53

(43)

untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus.54

Mengenai harta kekayaan perseroan, Direksi wajib meminta persetujan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik. Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan.

Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud “keluarga” adalah suami/istri dan anak-anaknya.

55

Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal pengalihan atau penjaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi atau obligasi konversi. Alasannya ialah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, karena perseroan go public menghimpun dana dari masyarakat pemegang obligasi.

54

Pasal 101 UU no. 40 Tahun 2007

55

(44)

Mengenai kepailitan perseroan, Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota Direksi secara bertanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu. Namun anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.56

Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya. Dengan keputusan pemberhentian itu, maka kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir.57

Disamping itu, anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS. Dalam RUPS tersebut

56

Pasal 104 UU no. 40 Tahun 2007

57

(45)

anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, maka pemberhentian sementara tersebut menjadi batal. Bagi Perseroan Terbuka yang menyelenggarakan RUPS tersebut, maka berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.58

a. Tata cara pengunduran diri anggota Direksi ;

Bahwasanya, dalam Anggaran Dasar diatur ketentuan mengenai :

b. Tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong ;

c. Pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara.

Dengan demikian, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga bagi Komisaris.

3. Komisaris

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.59

58

Pasal 106 UU no. 40 Tahun 2007

59

Pasal 1 angka 6 UU no. 40 Tahun 2007

(46)

Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi yang dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang atau lebih. Apabila Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.60

Menurut penjelasan Pasal 108 ayat (4) UUPT, berbeda dari Direksi yang memungkinkan setiap anggota Direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Direksi, setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Dewan Komisaris, kevuali berdasarkan keputusan Dewan Latar belakang pertimbangannya karena perseroan seperti itu diperlukan pengawasan yang lebih ketat disbanding dengan PT lainnya, karena menyangkut kepentingan masyarakat umum.

Perkataan Komisaris mengandung pengertian baik sebagai organ PT maupun sebagai organ perseorangan. Sebagai organ PT, komisaris lazim disebut juga Dewan Komisaris, sedangkan sebagai orang perseorangan disebut anggota Komisaris. Sebagai organ PT, pengertian Komisaris termasuk juga badan-badan lain yang menjalankan tugas pengawasan khusus di bidang tertentu.

60

(47)

Komisaris. Hal ini berarti bahwa komisaris yang lebih dari satu orang itu bersifat kolegial.

Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit, atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah yang menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.61

Dewan Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam mengurus perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada Direksi.

62

Tugas pengawasan itu bias berbentuk pengawasan preventif atau represif.63

Pengawasan preventif ialah melakukan tindakan dengan menjaga sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan perseroan, misalnya untuk beberapa perbuatan dari direksi yang harus dimintakan persetujuan Komisaris, apakah hal itu sudah dilaksanakan atau belum. Dalam hal ini Komisaris harus selalu mengawasinya. Sedangkan pengawasan represif ialah pengawasan yang dimaksudkan untuk menguji perbuatan Direksi apakah semua perbuatan yang

61

Pasal 110 ayat (1) UU no. 40 Tahun 2007

62

Pasal 114 ayat (2) UU no. 40 Tahun 2007

63

(48)

dilakukan oleh Direksi itu tidak menimbulkan kerugian bagi perseroan dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan anggaran dasar. Apakah nasihat-nasihat dari Komisaris sudah diperhatikan betul oleh Direksi. Semua ini adalah pengawasan preventif yang dilakukan oleh Komisaris.

Dewan Komisaris wajib :64

a. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya; b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain; dan

c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu tersebut beriktikad baik.65 Maksudnya, merupakan tindakan pengurusan berupa memberikan persetujuan secara tertulis dari Dewan Komisaris atau tindakan Dewan Komisaris mendampingi Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Yang berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perseroan dan pihak ketiga.66

64

Pasal116 UU no. 40 Tahun 2007

65

Pasal 117 UU no. 40 Tahun 2007

66

(49)

Sebagai badan hukum, Perseroan Terbatas memenuhi persyaratan sebagai berikut :67

a. Organisasi yang teratur

Organisasi yang teratur ini dapat dilihat dari adanya organ perusahaan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), Direksi dan Komisaris ( Pasal 1 ayat ( 2 ) Undang – Undang Perseroan Terbatas ). Keteraturan Organisasi perusahaan dapat diketahui melalui ketentuan Undang – Undang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan peraturan-peraturan perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.

b. Harta Kekayaan yang dipisahkan

Perseroan Terbatas mempunyai harta kekayaan sendiri yang dipisahkan dari harta kekayaan pribadi perseroannya, berupa modal yang berasal dari pemasukan harta kekayaan lainnya baik berupa benda berwujud atau tidak berwujud yang merupakan milik perseroan. Pasal 31 ayat ( 1 ) dan dihubungkan dengan Pasal 34 ayat ( 1 ) UUPT menegaskan bahwa harta kekayaan perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya.

67

(50)

c. Mempunyai tujuan tertentu

Sebagai badan hukum yang melakukan kegiatan usaha, Perseroan Terbatas mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Karena itu, kegiatan usaha yang dijalankan Perseroan Terbatas dilakukan dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan pendirian Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 15 ayat ( 1 ) huruf b UUPT dinyatakan bahwa maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ditetapkan dalam anggaran dasar. Berhubung Perseroan Terbatas menjalankan perusahaan, kegiatan Perseroan Terbatas diharapkan dapat mendatangkan keuntungan atau laba.

d. Melakukan hubungan hukum sendiri

(51)

C. Kewenangan Direksi Peseroan dalam melaksanakan pengurusan

perusahaan

Pengurusan dalam perseroan terbatas dilakukan oleh orang perorangan yang ditugaskan oleh perseroan terbatas dalam organ Direksi. Ini berarti, pengurusan mengenai kegiatan usaha perseroan terbatas, harus dilaksanakan sesuai dengan :

a. Kepentingan perseroan ;

b. Maksud dan tujuan perseroan terbatas ( intra vires act ) ;

c. Ketentuan mengenai larangan dan batasan yang diberikan dalam : 1) Undang-Undang, khususnya UUPT,

2) Anggaran Dasar perseroan tersebut.

Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi (masing-masing Direktur), kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.

Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan adalah tidak terbatas dan tidak besyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, anggaran dasar, atau keputusan RUPS. Keputusan RUPS tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUPT dan / atau anggaran dasar perseroan.

(52)

Perwakilan merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk kepentingan orang atau pihak lain, serta untuk dan atas nama orang atau pihak tersebut. Perwakilan dapat terjadi karena :

a. Kehendak Undang-Undang semata-mata, yaitu dalam hal pengurusan dan perwakilan yang dilakukan oleh orang perorangan tertentu terhadap harta kekayaan dari orang perorangan yang dinyatakan tidak cakap untuk bertindak dalam hukum ;

b. Kehendak Undang-Undang yang disertai dengan perbuatan manusia, dalam

zaakwaarneming ;

c. Putusan dan / atau penetapan Pengadilan ;

d. Pemberian kuasa yang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus (

lastgeving ) ;

e. Pengurusan yang dilakukan oleh orang-perorangan yang merupakan pengurus harta bersama yang disebut dengan “badan”, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang mempunyai aspek kehendak Undang-Undang dan perjanjian pemberian kuasa di dalamnya.

Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila :

a. Terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ; atau

(53)

Dalam hal terdapat benturan kepentingan, yang berhak mewakili Perseroan adalah :

a. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan ;

b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan ; atau

c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Pereroan.

Bagi Perseroan Terbatas, Direksi adalah trustee sekaligus Agent bagi Perseroan Terbatas. Dikatakan sebagai trustee karena Direksi malakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan, dan dikatakan sebagai agent, karena Direksi bertindak keluar untuk dan atas nama Perseroan Terbatas, selaku pemegang kuasa Perseroan Terbatas, yang mengikat Perseroan Terbatas dengan pihak ketiga. Ini berarti ada hubungan kepercayaan yang melahirkan kewajiban kepercayaan (

fiduciary duty ) antara direksi dan perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut,

Direksi memiliki : duty of loyalty and good faith ; dan duty of diligence and care ; terhadap Perseroan Terbatas.

(54)

melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah :68

a. Dinyatakan pailit ;

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit ; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan / atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Dan ketentuan atau persyaratan lain yang diatur oleh instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengangkatan anggota Direksi yang tidak memenuhi persyaratan batal karena hukum sejak saat anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut.

Dalam jangka waktu paling lambat 7 hari terhitung sejak diketahui, anggota Direksi lainnya atau Dewan Komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota Direksi yang bersangkutan dalam Surat Kabar dan memberitahukannya kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan.

Terkait dengan perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota Direksi sebelum pengangkatannya batal, maka perbuatan hukum tersebut tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab Perseroan, dan tidak mengurangi tanggung jawab anggota Direksi yang bersangkutan terhadap kerugian Perseroan. Sedangkan perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama

68

(55)

Perseroan oleh anggota Direksi setelah pengangkatannya batal, adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota Direksi yang bersangkutan.

Dalam Business Judgement Rule atau disingkat BJR merupakan aturan yang memberikan kekebalan atau perlindungan bagi manajemen perseroan dari setiap tanggung jawab yang lahir sebagai akibat dari transaksi atau kegiatan yang dilakukan olehnya sesuai dengan batas-batas kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepadanya., dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan dengan memperhatikan standar kehati-hatian dan itikad baik.69

Aturan Business Judgement Rule didasarkan pada konsepsi bahwa Direksi lebih tahu dari siapapun juga mengenai keadaan perusahaannya dan karenanya landasan dari setiap keputusan yang diambil olehnya. Untuk itu, maka Direksi ( Rule immunizies management from liability in corporate transactation undertaken

within power og corporation and authority of management where there is

reasonable basis to indicate that transaction was made with due care and in good

faith )

Business Judgement Rule adalah prinsip dalam corporate Governance yang telah menjadi bagian dari tradisi hukum common law lebih dari seratus lima puluh tahun, yang secara tradisional dipergunakan sebagai tameng untuk melindungi Direksi dari tanggung jawab setiap keputusan yang diambilnya. Jika Direksi berhak atas perlindungan Business Judgement Rule maka pengadilan tidak boleh ikut campur apalagi mempertanyakan keputusan yang diambil Direksi.

69

(56)

selama dan sepanjang dalam mengambil keputusannya, Direksi tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan yang memberikan manfaat pribadi ( self-dealing ) atau tidak mempunyai kepentingan pribadi ( personal interest ) dan telah melaksanakan prinsip kehati-hatian dengan itikad baik.

Business Judgement yang diambil Direksi tidak dapat ditentang atau dipertanyakan,

kecuali keputusan tersebut telah diambil secara ceroboh ( in negligent manner ), dilakukan dengan cara curang ( tainted by fraud ), adanya benturan kepentingan (

conflict of interest ) atau didasarkan pada suatu perbuatan melawan hukum (

illegality ).

Setiap pihak yang menyangkal, meragukan, mempertanyakan keputusan yang diambil Direksi perseroan wajib untuk membuktikan terlebih dahulu apakah keputusan yang diambil tersebut telah dilakukan dengan cara :

a. Tidak memenuhi proses, tata cara atau prisedur yang diwajibkan ;

b. Tidak dilakukan dengan semata-mata untuk kepentingan perseroan dan para stakeholdersnya, yaitu bahwa keputusan tersebut :

1) Diambil dengan kecurangan ( fraud ),

(57)

Tugas Direksi menurut UUPT

a. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada Perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan / atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya didaftar dalam daftar khusus70 ; dengan sanksi bahwa Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.71

b. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 ( tiga puluh ) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak.72

Dalam hal pemberitahuan tersebut belum dilakukan, Menteri menolak permohonan persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut ;73

c. Terkait dengan pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Perseroan, Direksi wajib memastikan bahwa pembelian tersebut dilakukan dengan cara dan proses yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 37 ayat ( 1 ) UUPT, yang jika bertentangan mengakibatkan pembelian

(58)

tersebut menjadi batal karena hukum.74 Dalam hal terjadi pertentangan yang membatalkan transaksi pembelian tersebut, maka Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum tersebut ;75

d. Terkait dengan pembagian dividen interim, Direksi wajib memastikan bahwa : 1) Akibat pembagian tersebut jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak

menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib ;

2) Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan Perseroan ;

3) Ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris ;

4) Jika ternyata setelah tahun buku perseroan berakhir perseroan menderita kerugian, pemegang saham harus dapat mengembalikan dividen interim yang telah dibagi tersebut kepada perseroan ;76

Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dan dividen interim yang telah dibagikan yang seharusnya dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan tidak dapat dikembalikan, maka Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan ;

74

Pasal 37 ayat ( 2 ) UU no. 40 Tahun 2007

75

Pasal 37 ayat ( 4 ) UU no. 40 Tahun 2007 76

(59)

Kewajiban Direksi menurut UUPT

1) Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan risalah rapat Direksi ;

2) Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan ; dan

3) Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan lainnya ;77

a. Direksi wajib menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang ;78

b. Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 ( enam ) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir ;79

c. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan public untuk diaudit apabila :

1) Kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan / atau mengelola dana masyarakat;

2) Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat ; 3) Perseroan merupakan Perseroan Terbuka ;

Referensi

Dokumen terkait

1) Pada ayat (1) disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan CSR bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam ini hanya

Kemandirian dalam praktik Good Corporate Governance menggambarkan keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

Namun terdapat beberapa fenomena yang menarik seperti belum memiliki sistem evaluasi kinerja yang baik untuk karyawan maupun perusahaan, pengambilan keputusan

sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut oleh perbankan, telah pula mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan G ood Corporate

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan

kasih sayang, dukungan, semangat, motivasi serta doannya yang selalu mengiringi setiap langkah dan proses yang ditempuh penulis untuk mencapai kesuksesan. Kakakku, Ammi,

Selain itu diharapkan adanya arahan dari Kepala Cabang minimal satu kali dalam sebulan, arahan mengenai setiap kegiatan pengelolaan bank harus selalu patuh kepada

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Terkait prinsip transparansi kepada karyawan, menurut narasumber pertama perusahaan hanya memberikan informasi penting kepada setiap kepala