• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Ibu Bayi (Umur 9-11 Bulan) Terhadap Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Ibu Bayi (Umur 9-11 Bulan) Terhadap Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENDORONG IBU BAYI (UMUR 9-11 BULAN) TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI

CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN

ACEH SELATAN TAHUN 2010

SKRIPSI

0leh : ADLI YUZAR NIM. 081000292

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG IBU BAYI (UMUR 9-11 BULAN) TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI

CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN

ACEH SELATAN TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ADLI YUZAR NIM. 081000292

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 29 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dr. Heldy BZ, MPH NIP. 19680320 199308 2 001 NIP. 19520601 198203 1003

Penguji II Penguji III

Siti Khadijah Nasution SKM, M.Kes dr. Fauzi, SKM NIP. 19730803 199903 2 001 NIP. 140052649

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

ABSTRAK

Penyakit campak adalah suatu penyakit akut yang mudah menular serta salah satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada Tahun 2007, sebesar 1,7 juta kematian pada anak atau 5% balita Indonesia adalah akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Salah satu program yang terbukti efektif untuk menekan angka kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Puskesmas Sawang merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Selatan dengan cakupan imunisasi campak yang rendah yaitu 19,86% pada Tahun 2009 dari target 90%.

Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan) dan faktor pendorong (dukungan petugas imunisasi, dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai bayi (umur 9-11 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Sawang yang berjumlah 53 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak yaitu variabel pengetahuan (p=0,017). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak adalah pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada : 1) Petugas Puskesmas Sawang untuk meningkatkan advokasi ke kepala desa dan para tokoh masyarakat desa, 2) Petugas Puskesmas Sawang untuk meningkatkan kerja sama dengan kader dan diharapkan adanya pelatihan kader agar dapat membantu dalam menyebarkan informasi mengenai imunisasi campak, baik pada saat pendataan (kunjungan rumah) maupun penyuluhan kelompok (rumah ibadah, tempat arisan atau sekolah).

(4)

ABSTRACT

Measles is an acute contagious disease and one of the main causes of children death in the world. In 2007, there were 1.7 million or 5% of Indonesia under-five-years-old children death were caused by diseases that can be prevented by immunization (PD3I). One of the programs that have been proved effectively to suppress the number of death from PD3I is immunization. Sawang Health Centre was one of the health centres in South Aceh District that only covered less than 19.86% of measles immunization in 2009 out of the 90% targeted.

The type of research was survey with an explanatory that aimed to explain the influence of predisposing (education, knowledge, job, belief), enabling (availability of health services, distance to health care facilities) and reinforcing factors (immunization staff support, family support) of infants’s mother (age 9-11 months) on the measles immunization in the working area of Sawang Health Centre Sawang Subdisttrict in South Aceh District in 2010. The population were all mothers who had baby (age 9-11 months) in the working area of Sawang Health Centre amounted to 53 people. All population were sample. Data were collected by using questionnaire and analyzed by using multiple logistic regression test.

Results showed that variable which had significant influence on the measles immunization was knowledge (p=0.005). Variables which had no significant influence were education, job, beliefy, distance to health care facilities, immunization staff support and family support.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adli Yuzar

Tempat/Tgl Lahir : Air Sialang, 22 Juli 1983

Agama : Islam

Status Perkawianan : Belum Kawin

Jumlah anggota keluarga : 5 (anak ke-3 dari 5 bersaudara)

Alamat Rumah : Desa Air Sialang Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan

Riwayat Pendidikan

1989 – 1995 : SD Negeri 3 Seubadeh Kabupaten Aceh Selatan 1995 – 1998 : SMP Negeri 1 Samadua Kabupaten Aceh Selatan 1998 – 2001 : SMA Negeri I Samadua Kabupaten Aceh Selatan 2001 – 2004 : AKFIS Harapan Bangsa Banda Aceh

2008 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Riwayat Pekerjaan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta, berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Ibu Bayi (Umur 9-11 Bulan) Terhadap Pemberian Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(7)

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

7. Kepala Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Yastri selaku jurim Puskesmas Sawang, bidan desa dan kader yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sawang atas bantuan dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.

9. Khusus kepada kedua orang tua tercinta, Bapak M.Djazuar,S.Pd dan Ibu Erliah, Abang ku Khairul Fitri,ST, Irwandi,S.Pt, dan adik-adik ku Briptu Tedi Herman, Lia Wardianti serta seluruh keluarga besar saya yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan sikripsi ini, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

(8)

Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak yang dapat berguna untuk pembangunan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberkati kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.1.11. Tahap Pemberantasan Campak... 15

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi Campak ... 17

2.2.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) ... 18

2.2.1.1. Pendidikan ... 18

2.2.1.2. Pengetahuan ... 19

2.2.1.3. Pekerjaan ... 21

2.2.1.4. Kepercayaan ... 22

2.2.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor) ... 22

2.2.2.1. Ketersediaan Sarana Pelayanan kesehatan ... 22

(10)

2.2.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) ... 23

2.2.3.1. Dukungan Petugas Imunisasi ... 24

2.2.3.2. Dukungan Keluarga ... 24

4.1.1. Sejarah Puskesmas Sawang ... 36

4.1.2. Lokasi Puskesmas Sawang ... 36

4.2.1. Deskripsi Faktor Predisposisi ... 41

4.2.1.1. Pendidikan ... 41

4.2.1.2. Pengetahuan ... 42

4.2.1.3. Pekerjaan ... 45

4.2.1.4. Kepercayaan ... 46

4.2.2. Deskripsi Faktor Pendukung ... 47

4.2.2.1. Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 47

4.2.3. Deskripsi Faktor Pendorong ... 48

(11)

4.2.3.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Dukungan

Keluarga... 50

4.2.4. Deskripsi Responden Berdasarkan variabel Pemberian Imunisasi Campak ... 52

4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 54

4.4. Hasil Uji Statistuk Multivariat ... 59

4.5. Hasil Wawancara ... 61

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1. Variabel yang Memiliki Pengaruh terhadap Pemberian Imunisasi Campak……….... 62

5.1.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 62

5.2. Variabel yang Tidak Memiliki Pengaruh terhadap Pemberian Imunisasi Campak……….... 64

5.2.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 64

5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 65

5.2.3. Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 66

5.2.4. Pengaruh Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 68

5.2.5. Pengaruh Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 68

5.2.6. Pengaruh Dukungan Petugas Imunisasi terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 69

5.2.7. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Imunisasi Campak ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Hasil pengolahan statistik

3. Surat izin penelitian dari FKM USU

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun

2009 ... 5

Tabel 3.1. Aspek Penguran Variabel Bebas (Independen) ... 34

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 34

Tabel 4.1. Distribusi Kependudukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang... 37

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang ... 38

Tabel 4.3. Distribusi Puskesmas Pembantu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang……….. 38

Tabel 4.4. Distribusi Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang……... 39

Tabel 4.5. Jenis Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang ... 41

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 40

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan ... 42

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Imunisasi Campak... 44

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Imunisasi Campak... 45

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan ... 46

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan tentang Imunisasi Campak... 46

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan tentang Imunisasi Campak... 47

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan dan Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan... 48

(13)

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Petugas Imunisasi tentang Imunisa Campak... 50 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga tentang Imunisasi Campak... 52 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Keluarga

tentang Imunisasi Campak... 52 Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemberian Imunisasi

Campak... 53 Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memberi Imunisasi

Campak... 53 Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Tidak Memberi

Imunisasi Campak... 54 Tabel 4.21. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 55 Tabel 4.22. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 55 Tabel 4.23. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 56 Tabel 4.24. Hubungan antara Kepercayaan dengan Pemberian Imunisasi

Campak ... 56 Tabel 4.25. Hubungan antara Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan dengan

Pemberian Imunisasi Campak ... 57 Tabel 4.26. Hubungan antara Dukungan Petugas Imunisasi dengan Pemberian

Imunisasi Campak ... ... 58 Tabel 4.27. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian

Imunisasi Campak... 58 Tabel 4.28. Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat.. 59 Tabel 4.29. Hasil Analisi Multivariat Regresi Logistik antara Pendidikan,

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

ABSTRAK

Penyakit campak adalah suatu penyakit akut yang mudah menular serta salah satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada Tahun 2007, sebesar 1,7 juta kematian pada anak atau 5% balita Indonesia adalah akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Salah satu program yang terbukti efektif untuk menekan angka kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Puskesmas Sawang merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Selatan dengan cakupan imunisasi campak yang rendah yaitu 19,86% pada Tahun 2009 dari target 90%.

Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan tipe explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan) dan faktor pendorong (dukungan petugas imunisasi, dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai bayi (umur 9-11 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Sawang yang berjumlah 53 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak yaitu variabel pengetahuan (p=0,017). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak adalah pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada : 1) Petugas Puskesmas Sawang untuk meningkatkan advokasi ke kepala desa dan para tokoh masyarakat desa, 2) Petugas Puskesmas Sawang untuk meningkatkan kerja sama dengan kader dan diharapkan adanya pelatihan kader agar dapat membantu dalam menyebarkan informasi mengenai imunisasi campak, baik pada saat pendataan (kunjungan rumah) maupun penyuluhan kelompok (rumah ibadah, tempat arisan atau sekolah).

(16)

ABSTRACT

Measles is an acute contagious disease and one of the main causes of children death in the world. In 2007, there were 1.7 million or 5% of Indonesia under-five-years-old children death were caused by diseases that can be prevented by immunization (PD3I). One of the programs that have been proved effectively to suppress the number of death from PD3I is immunization. Sawang Health Centre was one of the health centres in South Aceh District that only covered less than 19.86% of measles immunization in 2009 out of the 90% targeted.

The type of research was survey with an explanatory that aimed to explain the influence of predisposing (education, knowledge, job, belief), enabling (availability of health services, distance to health care facilities) and reinforcing factors (immunization staff support, family support) of infants’s mother (age 9-11 months) on the measles immunization in the working area of Sawang Health Centre Sawang Subdisttrict in South Aceh District in 2010. The population were all mothers who had baby (age 9-11 months) in the working area of Sawang Health Centre amounted to 53 people. All population were sample. Data were collected by using questionnaire and analyzed by using multiple logistic regression test.

Results showed that variable which had significant influence on the measles immunization was knowledge (p=0.005). Variables which had no significant influence were education, job, beliefy, distance to health care facilities, immunization staff support and family support.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Campak (measles) merupakan penyakit akut yang mudah menular serta salah satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir semua anak di bawah umur 5 tahun akan terserang penyakit campak, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia remaja atau dewasa yang tidak terlindungi oleh imunisasi.

Pada sidang World Health Organization (WHO) Tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamu (host) atau reservoir campak hanya pada manusia. Eradikasi dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi. Pada sidang World Health Assembly (WHA) Tahun 1998 menetapkan kesepakatan global salah satunya reduksi campak dengan cara mengurangi angka kesakitan sebesar 90% dan angka kematian sebesar 95% dari angka kesakitan dan angka kematian sebelum pelaksanaan program imunisasi campak. Beberapa negara seperti Amerika, Australia dan beberapa negara lain telah memasuki tahap eliminasi campak (Depkes RI, 2005).

(18)

Indonesia. Setiap tahun diperkirakan lebih dari 30.000 anak di dunia meninggal karena komplikasi penyakit campak yang artinya setiap 20 menit satu anak meninggal karena penyakit campak. Pada Tahun 2000 di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56% dari 852.937 anak pada Tahun 2000 menjadi 373.421 pada Tahun 2006. Jumlah kasus campak di South East Asia Regional Office (SEARO) meningkat dari 78.574 kasus pada Tahun 2000 menjadi 94.562 pada Tahun 2006 (Depkes RI, 2008). Menurut WHO, pada Tahun 2008 terdapat 164.000 kematian anak di dunia yang disebabkan oleh penyakit campak berarti hampir 450 kematian setiap hari atau 18 kematian setiap jam (Anonim, 2010).

Menurut Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan (2007), 1,7 juta kematian pada anak atau 5% balita Indonesia adalah akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Pada Tahun 1984 cakupan nasional imunisasi campak sebesar 12,7%, kemudian meningkat menjadi 80% pada Tahun 1990 dan akhirnya bertahan di atas angka tersebut sampai Tahun 2006. Cakupan imunisasi campak nasional terjadi peningkatan sebesar 89,8% pada Tahun 2007 dan 90,5% pada Tahun 2008 (Profil Kesehatan Indonesia, 2009). Salah satu program yang terbukti efektif untuk menekan angka kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Imunisasi merupakan upaya preventif untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes RI, 2007).

(19)

minimnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Guna mencapai target 100% UCI desa/kelurahan pada Tahun 2014, Kepmenkes mengembangkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI).

GAIN UCI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi yang meliputi : 1) penguatan PWS (pemantauan wilayah setempat) untuk memetakan setiap wilayah berdasarkan cakupan, analisis masalah dan menyusun langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasi segera permasalahan setempat yang diarahkan terutama pada daerah cakupan rendah tanpa menurunkan kinerja pada daerah yang tahun sebelumnya telah bisa mencapai target UCI desa/kelurahan serta tetap menjaga mutu pelayanan sesuai standar, 2) menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik, biaya, dan sarana pelayanan, 3) pemberdayaan masyarakat melalui tokoh masyarakat (TOMA), aparat desa, dan kader, dan 4) pemerataan jangkauan terhadap semua desa/kelurahan yang sulit atau tidak terjangkau pelayanan (Kepmenkes RI, 2010).

(20)

lengkap. Tahun 2014 mencapai UCI 100%, dan 90% bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap (Kepmenkes RI, 2010).

Menurut Saleh (2009), meski campak telah masuk ke dalam program imunisasi nasional sejak Tahun 1982, sampai saat ini masih ditemukan kejadian luar biasa (KLB) campak. Hal itu terjadi karena cakupan imunisasi campak yang masih rendah, dan tidak merata di beberapa daerah, yang mungkin disebabkan adanya hambatan di lapangan. Selain itu masih ada masyarakat yang menolak imunisasi karena takut ada efek samping. Padahal vaksin campak tergolong aman, meskipun dapat menimbulkan reaksi pada sebagian kecil anak, namun jarang bersifat serius. Reaksinya bisa berupa ruam/bercak merah pada permukaan kulit, demam ringan dan pilek adalah reaksi yang paling umum ditemui setelah imunisasi dan dapat diobati.

(21)

Puskesmas Sawang adalah salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Aceh Selatan yang berjarak sekitar 20 km dari Kota Tapaktuan yang mencakup 15 desa dengan luas daerah sekitar 149 km2 dengan jumlah penduduk 13.471 jiwa. Puskesmas Sawang merupakan puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi campak ketiga terendah di Kabupaten Aceh Selatan yaitu 19,86% setelah Puskesmas Ladang Rimba 16,67%, dan Puskesmas Krueng Luas 7% (Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, 2009). Adapun jumlah cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2009

Sumber : Laporan Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Tahun 2009. No Nama Desa Jlh

Bayi

Jenis Imunisasi

BCG DPT1+HB1 DPT3+HB3 Polio Campak

1. Lhok Pawoh 32 16 20 9 16 10

2. Ujung Karang 19 9 11 6 9 12

3. Sawang II 12 6 9 10 10 9

4. Sawang I 21 11 9 5 3 6

5. Meuligo 18 7 9 5 6 3

6. Sikulat 7 0 1 2 2 1

7. Tr.Mdr.Baroh 24 7 6 2 4 2

8. Tr.Mdr. Tunong 20 14 11 8 8 2

9. Panton Luas 18 0 3 3 5 1

10. BL Galinggang 18 5 0 2 2 0

11. Simpang Tiga 24 10 8 5 6 5

12. Mutiara 24 1 4 4 5 1

13. Kuta Baro 12 2 2 5 5 2

14. Ujung Padang 23 11 10 4 6 2

15. Sawang Ba'u 25 1 7 4 2 3

Total 297 100 110 74 89 59

(22)

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi campak pada wilayah kerja Puskesmas Sawang hanya mencapai 19,86% dari target 90%, artinya cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan masih jauh dari pencapaian UCI desa/kelurahan. Hal ini juga dapat dilihat dalam pemberian imunisasi polio yang cuma dilakukan dengan memberikan tetesan pada mulut yang tidak memerlukan waktu yang lama serta tidak harus menunggu beberapa orang bayi masih menunjukkan rendahnya cakupan imunisasi yaitu sebesar 29,97%, tetapi di wilayah kerja Puskesmas Sawang selama Tahun 2009 tidak ditemukan adanya kasus campak (Profil Puskesmas Sawang Tahun 2010).

Menurut Deluma yang dikutip Ariebowo (2005), pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, salah satunya adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini dilakukan dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi di atas 80% dengan status UCI desa di semua wilayah kerja puskesmas.

Berdasarkan penjelasan dari juru imunisasi (Jurim) Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan, rendahnya cakupan imunisasi campak diasumsikan karena tingkat kesadaran, kepercayaan serta dorongan keluarga terhadap pentingnya imunisasi campak bagi kesehatan anak masih kurang.

(23)

meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat, 2) faktor pendukung (enabling factor) yang meliputi lingkungan fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas), untuk menunjang seseorang bertindak atau berperilaku, dan 3) faktor pendorong (reinforcing factor) yang meliputi dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Berdasarkan penelitian Hartati (2008), faktor perilaku yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi campak di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2007 adalah pendidikan, ekonomi, pengetahuan dan tindakan petugas imunisasi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Khalimah (2007), ditemukan bahwa variabel pendidikan, pekerjaan, sikap dan pengetahuan ibu memiliki hubungan dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang.

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan kepercayaan), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan), dan faktor pendorong (dukungan petugas imunisasi, dan dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan kepercayaan), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan), dan faktor pendorong (dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Diharapkan hasil penelitian dapat memberi masukan bagi Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan khususnya petugas imunisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat guna meningkatkan jumlah cakupan imunisasi campak.

(25)
(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Campak

2.1.1. Pengertian Campak

Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal atau gejala awal seperti demam, batuk, coryza/pilek, dan konjungtivitas, kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulo papuler yang menyeluruh di seluruh tubuh (Setiawan, 2008).

2.1.2. Penyebab

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 370 C. Toleransi terhadap perubahan pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, dan trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu-700C (Ranuh, 2008).

2.1.3. Cara dan Masa Penularan

Ada beberapa cara dan masa penularan penyakit campak :

1. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung.

(27)

2.1.4. Masa Inkubasi

Sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih; jarak masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama 24 jam atau di sekitarnya (Depkes RI, 2008).

2.1.5. Gejala dan Tanda-Tanda

Penyakit campak ditandai dengan munculnya beberapa gejala yaitu :

1. Panas badan biasanya ≤ 38 0C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.

2. Khas (Pathognomonis) ditemukan koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa bucal).

3. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7) ke seluruh tubuh.

4. Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah menunjukkan kehitaman (hiperpigmentasi) perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala-gejala tersebut di atas maka kasus tersebut termasuk kasus campak klinis (Depkes RI, 2008).

(28)

Menurut Depkes RI (2008), sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi vitamin A serta human immunodeficiency virus (HIV), campak dapat menjadi lebih berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu :

1. Diare

2. Bronchopneumonia 3. Malnutrisi

4. Otitis media 5. Kebutaan 6. Encephalitis

7. Measles encephalitis hanya 1/1000 penderita campak

(29)

2.1.7. Dosis dan Cara Pemberian

Menurut Ranuh (2008), dosis dan cara pemberian imunisasi campak : 1. Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah

1000 Tissue Culture Infectious Dose 50 (TCID50) atau sebanyak 0,5 ml.

2. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.

3. Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuscular.

4. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.

5. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD dalam program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).

2.1.8. Bayi dan Anak Berisiko Infeksi Campak

Menurut Ranuh (2008), pada populasi dengan insidens yang tinggi pada infeksi campak dini, imunisasi measles, mumps, dan rubella (MMR) dapat diberikan pada usia 9 bulan. Indikasi lain pemberian vaksin MMR adalah :

1. Anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, syndrom down.

2. Anak berusia ≥ 1 tahun yang berada di day care centre, family day care dan playgroups.

(30)

2.1.9. Pencegahan

2.1.9.1. Pencegahan Jangka Pendek

Orang yang rentan terhadap penyakit campak yang mengadakan kontak dengan penderita campak dapat dilindungi dengan memberikan vaksin MMR atau vaksin chick chorioallantonik membrane (CAM-70) atau Edmonston-Zagreb. Vaksin profilaksis (pencegahan) biasanya diberikan pada bayi yang berumur lebih dari 9 bulan dalam 72 jam setelah mendapat paparan infeksi virus. Selain itu dapat juga diberikan normal human immunoglobulin (NHIG) jika sudah mengadakan kontak lebih dari 72 jam, tetapi tidak lebih dari 7 hari.

Pemberian imunisasi vaksin campak dalam waktu 72 jam adalah cukup efektif, karena masa inkubasi vaksin lebih singkat (4-6 hari), sedangkan masa inkubasi virus campak tipe liar adalah 10-14 hari (Setiawan, 2008).

2.1.9.2. Pencegahan Jangka Panjang

(31)

2.1.10. Kontra Indikasi

Menurut Ranuh (2008), kontra indikasi dalam pemberian vaksin MMR terdiri dari :

1. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau gangguan imunitas, mereka yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgbb/hari prednisolon). 2. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit

bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau neomisin.

3. Anak dengan demam akut, pemberian MMR harus ditunda sampai penyakit ini sembuh.

4. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk bacille calmette guerin (BCG) dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu.

5. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin (darah, plasma) atau transfusi darah (whole blood).

6. Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV). Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada spesialis anak konsultan.

2.1.11. Tahap Pemberantasan Campak

Menurut Bidansmart (2010), pemberantasan campak meliputi beberapa tahap, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda :

1. Tahap Reduksi

(32)

a. Tahap pengendalian campak

Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi > 80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4 – 8 tahun.

b. Tahap pencegahan KLB

Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB relatif lebih panjang

2. Tahap Eliminasi

Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptable) harus diselidiki dan mendapatkan imunisasi tambahan.

3. Tahap Eradikasi

Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.

Reduksi campak mempunyai 5 strategi yaitu :

a. Imunisasi Rutin 2 kali, pada bayi 9 -11 bulan dan anak Sekolah Dasar Kelas I (belum dilaksanakan secara nasional) dan imunisasi tambahan atau suplemen. b. Surveilans campak.

(33)

e. Pemeriksaan laboratorium.

Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilens eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan data/laporan rutin rumah sakit dan puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak terlaporkan, pemantauan dini (SKD-KLB) campak pada desa-desa berpotensi KLB pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta ikut berkontribusi melaporkan bila menemukan campak.

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Bayi dalam Pemberian Imunisasi Campak

Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing Factor) yang meliputi pengetahun, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat.

2. Faktor pendukung (Enabling Factor) yang meliputi lingkungan fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas), untuk menunjang seseorang bertindak atau berperilaku.

(34)

Mengacu pada teori Green di atas maka peneliti akan memfokuskan pada beberapa variabel yang berhubungan dengan penggunaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :

2.2.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Menurut Notoatmodjo (2005), faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda faktor ini terdiri dari :

2.2.1.1. Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(35)

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003),

2.2.1.2. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh manusia melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

(36)

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, dan menyebutkan.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

(37)

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.1.3. Pekerjaan

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu.

Istilah pekerjaan sangat erat hubungannya dengan tugas/kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban.

1. Tugas/kewajiban

Tugas/kewajiban merupakan suatu bagian integral atau suatu elemen dari suatu pekerjaan.

2. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kewajiban tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan, keterampilan, dan keahliannya.

3. Pertanggungjawaban/Tanggung gugat

(38)

2.2.1.4. Kepercayaan

Menurut Fowler (1995), kepercayaan adalah proses pengenalan konstitutif, yang mendasari proses penyusunan dan pemeliharaan suatu kerangka acuan arti dan makna seseorang pribadi yang timbul dari rasa kasih sayang dan komitmen pada pusat-pusat nilai lebih tinggi yang memiliki daya untuk mempersatukan segala pengalaman dunia dengan demikian memberi arti pada seluruh hubungan, konteks, pola-pola kehidupan sehari-hari, serta pada pengalaman akan masa lampau dan mendatang.

Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2. Faktor Pendukung (Enabling factor)

(39)

2.2.2.1 Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdiri dari rumah sakit, puskesmas, pustu, poliklinik, posyandu, polindes, praktek dokter/bidan swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemberian imunisasi campak pada bayi. Ibu yang mau memberikan imunisasi campak pada bayi tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi campak melainkan ibu tersebut dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi campak.

Syarifudin (2009), meskipun kesadaran dan pengetahun masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktek (practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO), terutama di negara-negara berkembang ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung untuk masyarakat berperilaku hidup sehat.

2.2.2.2. Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan

(40)

2.2.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Menurut Notoatmodjo (2005), faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku tetapi tidak melakukannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

2.2.3.1. Dukungan Petugas Imunisasi

Menurut Sarfino (Smet, 1994), dukungan petugas kesehatan (petugas imunisasi) merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas imunisasi) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui (imunisasi campak).

Santrock (2005) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan informasi dan umpan balik (feedback) dari orang lain bahwa individu itu dicintai, diperhatikan, dihargai dalam hubungan komunikasi yang hebat (Smet, 1994).

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).

(41)

2.2.3.2. Dukungan Keluarga

Menurut Budi (2007), dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya.

Rodin & Salovey (Smet, 1994) mengemukakan bahwa perkawinan dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Gottlieb (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai info verbal/non verbal, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku bagi pihak penerima (Smet, 1994).

Menurut Sarfino (Smet, 1994), dukungan sosial dibagi ke dalam empat jenis, yaitu :

1. Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia. Sumber dukungan ini paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan harmonis.

(42)

3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitanya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga.

4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya.

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

1. Faktor Predisposisi • Pendidikan • Pengetahuan • Pekerjaan • Kepercayaan

2. Faktor Pendukung

• Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan

• Jarak ke sarana pelayanan kesehatan

Pemberian

Imunisasi Campak

3. Faktor Pendorong

• Dukungan petugas

imunisasi

(43)

Berdasarkan kerangka konsep tersebut dapat didefinisikan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan ibu bayi (umur 9-11 bulan) dalam pemberian imunisasi campak. Dalam hal ini diukur dari pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan kepercayaan. 2. Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung terjadinya perilaku atau yang

memfasilitasi ibu bayi (umur 9-11 bulan) dalam pemberian imunisasi campak. Dalam hal ini diukur dari ketersediaan pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan

3. Faktor pendorong adalah faktor yang mendorong ibu bayi (umur 9-11 bulan) dalam pemberian imunisasi campak. Dalam hal ini diukur dari dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga.

4. Pemberian imunisasi campak adalah jumlah cakupan bayi (umur 9-11 bulan) yang mendapatkan imunisasi campak.

2.4. Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan kepercayaan) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.

(44)

imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan menggunakan tipe explanatory yaitu untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan kepercayaan, faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan), dan faktor pendorong (dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010 (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober Tahun 2010 di Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Lokasi tersebut dipilih dengan alasan karena keterbatasan si peneliti, masih rendahnya cakupan imunisasi campak yaitu sebesar 19,86% dibandingkan dengan target 90% pada Tahun 2009, dan belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan imunisasi campak.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(46)

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan yaitu 53 orang (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui dua cara, yaitu :

1. Data primer : yaitu data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden (ibu) dengan menggunakan kuesioner.

2. Data sekunder : yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yakni Laporan Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

3.5. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat maka definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Tingkat pendidikan adalah lembaga pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki. Tingkat pendidikan ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu :

a. Tinggi, apabila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi

b. Sedang, apabila responden tamat Sekolah Menengah Pertama(SMP)/Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).

c. Rendah, apabila responden tamat SD/tidak tamat SD

(47)

pencegahan, cara penularan, usia pemberian imunisasi campak, efek samping dari imunisasi campak, akibat jika bayi tidak diimunisasi campak, dan tempat perolehan imunisasi campak. Pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori : a. Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mengetahui segala sesuatu

tentang imunisasi campak.

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden cukup mengetahui segala sesuatu tentang imunisasi campak.

c. Tingkat pengetahuan buruk, apabila responden kurang mengetahui segala sesuatu tentang imunisasi campak.

3. Pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu, meliputi :

a. Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja b. Wiraswasta

c. Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Honorer dan d. lainya.

4. Kepercayaan adalah keyakinan responden terhadap pemberian imunisasi campak yang dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kecacatan. Kepercayaan responden dibagi dalam 2 kategori :

a. Baik, apabila responden mempercayai imunisasi campak dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kecacatan.

(48)

5. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yaitu ada tidaknya sarana kesehatan yang terdapat di sekitar tempat tinggal ibu, seperti : rumah sakit, puskesmas, pustu, posyandu, dan lainya yang dapat diakses responden. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dibagi dalam 2 kategori:

a. Tersedia, apabila adanya sarana kesehatan yang dapat diakses oleh responden. b. Tidak tersedia, apabila tidak adanya sarana kesehatan yang dapat diakses oleh

responden.

6. Jarak ke sarana pelayanan kesehatan adalah persepsi responden terhadap kemampuan untuk memperoleh layanan kesehatan secara geografis.

a. Dekat, apabila responden memiliki persepsi bahwa jarak yang ditempuh untuk menuju ke sarana pelayanan kesehatan dekat.

b. Jauh, apabila responden memiliki persepsi bahwa jarak yang ditempuh untuk menuju sarana pelayanan kesehatan jauh

7. Dukungan petugas kesehatan adalah dukungan atau dorongan yang diberikan petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi campak. Dukungan petugas imunisasi dibagi dalam 2 kategori :

a. Mendukung, apabila responden mendapatkan dukungan atau dorongan dari petugas imunisasi baik berupa penyampaian informasi, saran tentang imunisasi campak, serta sikap petugas imunisasi dalam memberikan pelayanan imunisasi campak.

(49)

tentang imunisasi campak, serta sikap petugas imunisasi dalam memberikan pelayanan imunisasi campak.

8. Dukungan keluarga adalah dukungan atau dorongan yang diberikan keluarga dalam pemberian imunisasi campak. Dukungan keluarga dibagi dalam 2 kategori:

a. Mendukung, apabila responden mendapatkan dukungan atau dorongan dari keluarga baik berupa anjuran dalam imunisasi campak serta pesan-pesan yang diberikan keluarga dalam memberikan imunisasi campak.

b. Tidak mendukung, apabila responden tidak mendapatkan dukungan atau dorongan dari keluarga baik berupa anjuran dalam imunisasi campak serta pesan-pesan yang diberikan keluarga dalam memberikan imunisasi campak. 9. Pemberian imunisasi campak adalah pemberian imunisasi campak terhadap bayi

berusia 9-11 bulan. Pemberian imunisasi campak dibagi dalam 2 kategori : a. Memberikan, apabila responden memberikan imunisasi campak pada bayinya b. Tidak memberikan, apabila responden tidak memberikan imunisasi campak

pada bayinya.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

(50)

petugas imunisasi dan dukungan keluarga) ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel terikat adalah pemberian imunisasi campak. Aspek pengukuran berdasarkan pemberian imunisasi campak dengan menggunakan skala nominal dengan jawaban Ya (skor 1) dan Tidak (skor 0). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut :

N

Jawaban Bobot

Kategori

Variabel Skor

Skala

Perguruan Tinggi

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Ordinal

2. Pengetahuan

10

1. Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga 2. Wiraswasta 3. Pegawai Swasta 4. Pegawai Negeri

Sipil/Honorer

1. Tidak tersedia

2. Tersedia Ordinal

6. Jarak Sarana

1. Tidak mendukung 2. Mendukung

5-7

1. Tidak mendukung 2. Mendukung

5-7

(51)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

2.7. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan α=0,05 yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi,

pendukung, dan pendorong terhadap pemberian imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010.

Uji regresi logistik ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus (binary). Tujuan adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Yasril, 2009).

Rumus regresi logistik ganda:

( )

( o X X iXi)

Keterangan :

P(z) = Variabel dependen

Variabel Skor

Skala 2. diberikan

0 1

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Sawang 4.1.1. Sejarah Puskesmas Sawang

Puskesmas Sawang didirikan pada Tahun 1996 dengan luas puskesmas 1.376 m², di mana terdapat empat unit bangunan gedung yang terdiri atas dua gedung puskesmas dan dua rumah dinas. Kondisi fisik bangunan secara umum masih baik.

4.1.2. Lokasi Puskesmas Sawang

Puskesmas Sawang terletak di Desa Meuligo bersebelahan dengan Kantor Camat Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

4.1.3. Data Geografi

Kecamatan Sawang memiliki luas wilayah 149 km2 dengan jarak 20 km dari ibu kota Kabupaten Tapaktuan. Secara geografi batas-batas Kecamatan Sawang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Kluet Tengah Sebelah Selatan berbatasan dengan : Samudera Hindia

(53)

4.1.4. Data Demografi 4.1.4.1. Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Sawang pada Desember 2009 sebesar 13.471 jiwa, terdiri atas laki-laki 6.688 jiwa (49,65%) dan perempuan 6.783 jiwa (50,35%). Jumlah penduduk menyebar di 15 desa dengan distribusi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Kependudukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2010

No Desa Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah 1.

Lhok Pawoh Ujung Karang Sawang II Sawang I Meuligo Sikulat

Blang Geulinggang Tr. Meuduro Baroh Tr. Meuduro Tunong Panton Luas

(54)

4.1.4.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sawang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2010

4.1.5. Sarana Kesehatan 4.1.5.1. Puskesmas Pembantu

Wilayah kerja Puskesmas Sawang membawahi 6 unit puskesmas pembantu. Secara rinci puskesmas pembantu di wilayah kerja Puskesmas Sawang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Puskesmas Pembantu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2010

No Pendidikan Frekuensi (%)

1. Buta Huruf/ Tidak Sekolah 1.396 18,39

2. Sekolah Dasar 2.734 36,04

3. SLTP 1.325 17,46

4. SLTA 1.385 18,25

5. Diploma I 35 0,46

6. Diploma II 190 2,50

7. Diploma III 164 2,16

8. S-1 342 4,51

9. S-2 16 0,21

10. S-3 0 0

Jumlah 7.587 100

N0 Nama Pustu Lokasi

1. Pustu Tr. Meuduro Trieng Meuduroe Baroh 2. Pustu Sawang II Sawang II

(55)

4.5.1.2. Posyandu

Dalam wilayah kerja Puskesmas Sawang terdapat 21 posyandu. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2010

4.1.6. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di Puskesmas Sawang terdiri dari 51 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

No Nama Posyandu Lokasi Strata

1. Melati (Pos I) Panton Luas Madya

2. Mawar Kembang (Pos II) Panton Luas Madya 3. Pelita Hati (Pos I) Trieng Meuduroe Tunong Purnama 4. Teratai (Pos II) Trieng Meuduroe Tunong Madya 5. Kasih Ibu Trieng Meuduroe Baroh Purnama

6. Bijeh Mata Sikulat Purnama

7. Bungong Seulanga Meuligo Purnama

8. Permata Bunda Blang Geulinggang Madya

9. Melati (Pos I) Kuta Baro Madya

10. Ephorbhia (Pos II) Kuta Baro Madya

11. Sayang Anak Sawang Ba’U Purnama

12. Bunga Mawar Mutiara Purnama

13. Pelangi Ujung Padang Madya

14. Permata Bunda (Pos I) Sawang Satu Purnama 15. Sayang Bunda (Pos II) Sawang Satu Purnama

16. Harapan Bunda Sawang Dua Purnama

17. Mutiara Hati (Pos I) Ujung Karang Purnama 18. Cempaka (Pos II) Ujung Karang Purnama 19. Permata Bunda Simpang Tiga Purnama

20. Intan (Pos I) Lhok Pawoh Purnama

(56)

Tabel 4.5. Jenis Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang

Sumber : Profil Puskesmas Sawang, 2010

4.1.7. Program Puskesmas

Puskesmas Sawang saat ini memiliki 6 upaya kesehatan wajib yaitu Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) serta Upaya Pengobatan. Salah satu dari upaya kesehatan wajib tersebut adalah program imunisasi bayi yang masih memiliki cakupan yang rendah terhadap pemberian imunisasi campak yaitu sebesar (19,86%) pada Tahun 2009 dengan target 90%.

No Jenis Ketenagaan Pendidikan Frekuensi Jumlah PNS PTT BAKTI

1. Dokter Umum S1 Kedokteran - 2 - 2

2. Dokter Gigi S1 Ked. Gigi - 1 - 1

3. Sarjana Kesehatan S1 KESLING 1 - 1 2 4. Perawat

S1 PSIK - - - 0

D III AKPER 11 - 4 15

SPK 2 - 4 6

5. Perawat Gigi D.III AKG 2 - 1 3

SPRG 1 - - 1

6. Bidan

D.III AKBID - 1 - 1

D.I PPB –A 7 - - 7

D.I PPB –C 4 - - 4

7. Farmasi D.III AKFAR 1 - - 1

SMF - - - 0

8. Tenaga Gizi D.III AKZI 1 - 1 2

SPAG 1 - - 1

9. Analis Kesehatan D.III AAK - - 1 1

SMAK 1 - - 1

10. Sanitarian D.III AKL - - 2 2

SPPH - - - 0

11. Fisoterapi D.III AKFIS - - 1 1

(57)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dalam penelitian yang meliputi : pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga.

4.2.1. Deskripsi Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan kepercayaan, yaitu sebagai berikut :

4.2.1.1. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden berpendidikan SD/tidak tamat SD yaitu sebanyak 10 responden (18,9%), berpendidikan SMP yaitu sebanyak 27 responden (50,9%), berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 4 responden (7,6%) dan berpendidikan Akademi/Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 12 responden (22,6%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan responden sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 31 responden (58,5%), kemudian diikuti dengan pendidikan kategori tinggi yaitu sebanyak 12 responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah

f %

1. 2. 3. 4.

Tamat SD/Tidak Tamat SD Tamat SMP

Tamat SLTA

Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

(58)

(22,6%) dan pendidikan kategori rendah yaitu sebanyak 10 responden (18,9%). Secara rinci dapat terlihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan

4.2.1.2. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak menjawab tahu penyakit campak adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan demam, batuk, mata merah, bercak putih keabuan pada pipi dan bercak merah di seluruh tubuh yaitu sebanyak 35 responden (66,0%), sedangkan yang tidak tahu yaitu sebanyak 18 responden (34,0%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai penyebab penyakit campak adalah virus, responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 48 responden (90,6%), sedangkan yang tahu yaitu sebanyak 5 responden (9,4%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai penyakit campak dapat menular adalah responden terbanyak menjawab tahu yaitu sebanyak 28 responden (52,8%), sedangkan yang tidak tahu yaitu sebanyak 25 responden (47,2%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi adalah responden terbanyak menjawab tahu yaitu sebanyak 39 responden (73,6%), sedangkan yang tidak tahu sebanyak 14 responden (26,4%).

No Kategori Pendidikan Jumlah

f %

1. 2. 3.

Rendah Sedang Tinggi

10 31 12

18,9 58,5 22,6

(59)

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai manfaat imunisasi campak adalah responden terbanyak menjawab tahu yaitu sebanyak 46 responden (86,8%), sedangkan yang tidak tahu yaitu sebanyak 7 responden (13,2%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan penyakit campak adalah responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 31 responden (58,5%), sedangkan yang tahu yaitu sebanyak 22 responden (41,7%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai waktu imunisasi campak adalah responden terbanyak menjawab tahu yaitu sebanyak 29 responden (54,7%), sedangkan yang tidak tahu yaitu sebanyak 24 responden (45,3%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai efek samping dari imunisasi campak adalah responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 27 responden (50,9%), sedangkan yang tahu yaitu sebanyak 26 responden (49,1%).

Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai akibat dari bayi yang tidak diimunisasi campak adalah responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 47 responden (88,7%), sedangkan yang tahu yaitu sebanyak 6 responden (11,3%).

(60)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Imunisasi Campak

No Pernyataan f %

1. Penyakit campak adalah penyakit infeksi virus yang ditandai dengan demam, batuk, mata merah, bercak merah keabuan pada pipi dan bercak kemerahan di seluruh tubuh.

a. Tahu

2. Penyebab penyakit campak adalah virus. a. Tahu

3. Penyakit campak dapat menular. a. Tahu

4. Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi campak.

5. Manfaat imunisasi campak adalah meningkatkan kekebalan bayi terhadap serangan penyakit campak. a. Tahu

6. Penyakit campak ditularkan melalui : percikan ludah dan udara (batuk, dan bersin (sekresi hidung)).

7. Bayi diimunisasi campak pada usia 9 bulan. a. Tahu

(61)

Tabel 4.8. (Lanjutan)

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel pengetahuan responden di atas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa pengetahuan responden tentang campak terbanyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 29 responden (54,7%), kemudian diikuti dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 responden (24,5%), dan kategori buruk yaitu sebanyak 11 responden (20,8%). Secara rinci dapat terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Imunisasi Campak

4.2.1.3. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja/ibu rumah tangga yaitu sebanyak 41 responden (77,4%), dan

9. Akibat dari bayi yang tidak diimunisasi campak adalah bayi akan mudah terkena penyakit campak dan penyakit lain yang ditimbulkan dari campak (misalnya : paru-paru basah, dan diare berat).

a. Tahu

10. Imunisasi campak pada bayi bisa diperoleh di tempat pelayanan kesehatan (posyandu, puskesmas, dll).

No Tingkat Pengetahuan Jumlah

(62)

diikuti dengan pegawai negeri sipil/honorer yaitu sebanyak 12 responden (22,6%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan

4.2.1.4. Kepercayaan

Hasil penelitian mengenai kepercayaan responden tentang imunisasi campak dapat menyebabkan anak menjadi bodoh adalah responden terbanyak menjawab tidak percaya yaitu sebanyak 51 responden (96,2%), sedangkan yang percaya yaitu sebanyak 2 responden (3,8%).

Distribusi kepercayaan responden mengenai imunisasi campak dapat menyebabkan bayi menjadi sakit (demam) adalah responden terbanyak menjawab tidak percaya yaitu sebanyak 47 responden (88,7%), sedangkan yang percaya yaitu sebanyak 6 responden (11,3%).

Distribusi kepercayaan responden mengenai imunisasi campak dapat menyebabkan bayi menjadi lumpuh adalah responden terbanyak menjawab tidak percaya yaitu sebanyak 51 responden (96,2%), sedangkan yang percaya yaitu sebanyak 2 responden (3,8%). Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi dapat dilihat pada Tabel 4.11.

No Kategori Pekerjaan Jumlah

f %

1. 2.

Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja Pegawai Negeri Sipil/Honorer

41 12

77,4 22,6

(63)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan tentang Imunisasi Campak

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel kepercayaan responden di atas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa kepercayaan responden tentang imunisasi campak terbanyak berada pada kategori baik yaitu sebanyak 51 responden (96,2%), sedangkan kategori buruk yaitu sebanyak 2 responden (3,8%). Secara lebih rinci dapat terlihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan tentang Imunisasi Campak

No Kategori Kepercayaan Jumlah

f %

1. Ibu percaya bahwa imunisasi campak dapat menyebabkan bayi menjadi bodoh.

a. Percaya b. Tidak Percaya

2 51

3,8 96,2

Jumlah 53 100

2. Ibu percaya bahwa imunisasi campak dapat menyebabkan bayi menjadi sakit.

a. Percaya b. Tidak Percaya

6 47

11,3 88,7

Jumlah 53 100

3. Ibu percaya bahwa imunisasi campak dapat menyebabkan bayi menjadi lumpuh.

a. Percaya b. Tidak Percaya

2 51

3,8 96,2

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) Jumlah Kategori Kategori
Tabel  4.1. Distribusi Kependudukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan responden yang berada di Puskesmas Teladan Medan Tentang Imunisasi Campak, didapatkan hasil bahwa :.

Hasil uji chi-square menunjukkan dari 12 variabel independen ada 4 variabel yang berhubungan signifikan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari (nilai p

ketepatan jadwal imunisasi campak. d) Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan. jadwal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi campak berada pada kategori sedang, sikap responden

Berdasarkan hasil peneletian dan pembahsan Tidak ada hubungan pemberian imunisasi campak dengan pengetahuan ibu di desa Cot bada Tunong Kecamatan Peusangan kabupaten Bireuen

Penelitian ini dilakuka mengumpulkan data pada ibu ya anaknya untuk imunisasi campak Bilalang Kota Kotamobagu yaitu orang sebagai responden dengan kuesioner 25

Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan uji statistic Chi- Square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dengan pelaksanaan imunisasi campak dan

Pada tahun 2010 di wilayah kerja puskesmas Barikin terdapat 1 kasus campak.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan,sikap dan Usia ibu bayi terhadap imunisasi campak