• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun 20"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN SOSIOPSIKOLOGI TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN RAWAT

JALAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JAMSOSTEK DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN

TINGKAT PERTAMA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG BELAWAN

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

AISYATUR RIDHA 107032001/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN SOSIOPSIKOLOGI TERHADAP

PEMANFAATAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JAMSOSTEK DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG BELAWAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Aisyatur Ridha

Nomor Induk Mahasiswa : 107032001

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(3)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN SOSIOPSIKOLOGI TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN RAWAT

JALAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JAMSOSTEK DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN

TINGKAT PERTAMA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG BELAWAN

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AISYATUR RIDHA 107032001/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 10 Pebruari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes

Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes 1. Namora Lumongga, M.Sc, Ph.D

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DAN SOSIOPSIKOLOGI TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN RAWAT

JALAN PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JAMSOSTEK DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN

TINGKAT PERTAMA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG BELAWAN

TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaandi suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Pebruari 2014

(6)

i ABSTRAK

Tingkat pemanfaatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ( JPK ) PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 berada pada indikator yang ditetapkan yaitu sebesar 12 – 17 %, namun terjadi penurunan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya berasal dari konsumen, yang terdiri dari faktor sosiodemografi dan sosiopsikologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan sosiopsikologi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat – I (PPK Tk. I). Jenis penelitian ini menggunakan explanatory atau confirmatory research. Populasi adalah pengunjung PPK Tk. I dengan menggunakan kuisioner kepada 386 sampel terpilih di 13 Klinik yang menjadi PPK Tk. I.

Berdasarkan hasil uji statistik faktor sosiodemografi dengan menggunakan Chi Square, diperoleh hubungan signifikan antara status perkawinan dengan pemanfaatan PPK Tk. I (sig < 0,05), sedangkan pada variabel pendidikan, pekerjaan dan penghasilan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan PPK Tk. I (sig > 0,05). Adapun pada hasil uji statistik pada faktor sosiopsikologi, diperoleh hubungan signifikan antara prosedur pelayanan kesehatan dan keyakinan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan PPK Tk. I (sig < 0.05), sedangkan pada variabel persepsi tentang rasa sakit tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh PPK Tk. I (sig > 0,05). Hasil uji regresi logistik menunjukkan, bahwa status perkawinan dan prosedur pelayanan kesehatan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di PPK Tk.I. Namun yang dominan memengaruhi adalah status perkawinan ( sig =0,001) yang berarti peserta yang berstatus menikah dan memiliki keluarga dapat memengaruhi pemanfaatan PPK Tk. I 3,867 kali dibandingkan dengan peserta yang belum menikah. Disimpulkan bahwa status perkawinan, prosedur pelayanan kesehatan, dan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan PPK Tk.I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan, dimana status perkawinan lebih dominan memengaruhi pemanfaatan PPK Tk. I bagi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Program JPK Jamsostek.

(7)

ii ABSTRACT

The level of the use of JPK (Health Care Security) program of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, from 2008 to 2011 was not in accordance with the stipulated indicator figure of 12% to 17%. The use of health service is highly influenced by some factors; one of them comes from consumers that consist of socio-demographic and socio-psychological factors.

The objective of the research was to find out the correlation of socio-demographic and socio-psychological factors of JPK participants of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, with the use of health service performed by Health Service Administrator Level –I (PPK Tk. I). The research used explanatory or confirmatory research method. The population was the visitors of PPK Tk. I, distributing questionnaires to 368 selected respondents in 13 clinics which became the administrators of PPK TK. I.

Based on the statistic test of socio-demographic factor, using Chi square test, it was found that there was significant correlation between marital status and the use PPK Tk I (sig < 0.05), while in the variables of education, job, and income, there was no significant correlation between marital status and the use of PPK Tk I (sig > 0.05). The result of logistic regression test showed that marital status and health service procedure influenced the use of health service in PPK Tk I. However, the variable of marital status is the most dominant influence (sig = 0.001) which indicated that the participants who had been married and had families could influence the use of PPK Tk I 3.867 times, compared with those who were still single. It was concluded that marital status, health service procedure, and trust in health service had significant influence on the use of PPK Tk I of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, where marital status was more dominant in influencing the use of PPK Tk I by the participants of JPK program, Jamsostek.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Sosiopsikologi terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek di Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun 2013” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam bidang keahlian Administrasi Kebijakan Kesehatan pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan, dorongan, bantuan, serta masukan berharga dari berbagai pihak. Kesemuanya menghadirkan energi baru yang memotivasi penulis untuk dapat melakukan yang terbaik dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada :

1. Bapak Prof. Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc,(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

(9)

iv

3. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes dan Ibu Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M. Kes. atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi selama menjadi dosen pembimbing dan perkuliahan.

5. Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD dan Dra. Syarifah, MS, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan berharga untuk kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf akademik di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi selama ini.

7. Bapak Panji Wibisana, SH. beserta seluruh staf PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan, atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan selama melaksanakan penelitian sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada waktunya.

8. Ayah dan Ibu saya tercinta, Muliadi dan Anas Salamah, serta Mama Mulia Rita Susilawati yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil serta doa-doa tulus yang senantiasa terlantun sehingga tugas akhir ini dapat terlaksana dengan baik.

(10)

v

dalam proses studi penulis. Terima kasih pula kepada anak-anakku terkasih, Ahmad Fursanul Akbar dan “calon bidadari kecil” di rumah kami yang sedang tumbuh berkembang di dalam rahim bunda saat menyusun tesis ini.

10.Adik-adik tersayang Laila Hidayah, SST. dan suami, Edi Kurniawan, ST., Mustaqim Ahmad, Amd., Meutia Sari Aprina yang selalu menyemangati dan membuat suasana segar di tengah-tengah kesibukan penulis bekerja dan studi. 11.Semua mahasiswa program S-2 IKM angkatan 2010 atas segala dukungan,

bantuan dan sarannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. 12.Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya tesis ini, terima kasih atas

dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kemajuan dunia kesehatan masyarakat di masa mendatang.

Medan, Pebruari 2014 Penulis

(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Aisyatur Ridha, lahir di Paya Mabar, 29 September 1980. Memiliki golongan darah B, Agama Islam yang bertempat tinggal di Komplek Villa Mulia Sejahtera Blok B-16 JL.Seser Kelurahan Amplas , Medan 20229. Istri dari Aulia Akbar , ST, M.DevPract (Adv) dengan satu orang anak yang bernama Ahmad Fursanul Akbar.

Tahun 1993, saya lulus pendidikan SD , tahun 1996 lulus SMP, tahun 1999 SMU dengan sekolah di Daerah Stabat Kabupaten Langkat dan melanjut ke Perguruan Tinggi Negeri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dan selesai tahun 2004.

(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

1.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 12

1.1.1. Faktor Sosial Budaya ... 12

1.1.2. Faktor Organisasi ... 13

1.1.3. Faktor yang Berhubungan dengan Konsumen ... 14

1.1.4. Faktor Pelaksana Pelayanan Kesehatan ... 15

1.2. Upaya Kesehatan... 16

1.3. PT Jamsostek (Persero) ... 18

1.3.1. Latar Belakang Historis Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) PT. Jamsostek (Persero) ... 18

1.3.2. Sistem Penyelenggaraan Program JPK PT. Jamsostek (Persero)... 19

1.3.3. Kedudukan, Peran dan Fungsi PPK ... 21

1.3.4. Prosedur Pelayanan JPK ... 25

1.3.5. Faktor Pendukung dan Kendala ... 31

(13)

viii

1.3.7. Indikator-Indikator Pengendalian Pemanfaatan

PPK ... 35

1.4. Landasan Teori ... 37

1.4.1. Teori Faktor yang Memengaruhi Kesehatan ... 37

1.4.2. Teori tentang Determinan Perilaku Kesehatan... 38

1.4.3. Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 39

1.5. Kerangka Konsep ... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Jenis Penelitian ... 43

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.3. Populasi dan Sampel ... 43

3.4. Metode Pengambilan Data ... 45

3.4.1. Data Primer ... 45

3.4.2. Data Sekunder ... 47

3.4.3. Variable dan Definisi Operasional ... 48

3.4.4. Aspek Pengukuran ... 50

3.4.5. Metode Analisa Data ... 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54

1.1. Gambaran PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 54

1.2. Univariat... 55

1.2.1. Karakteristik Peserta Program JPK di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Berdasarkan Faktor Sosiodemografi ... 55

1.2.2. Karakteristik Peserta Program JPK di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Berdasarkan Faktor Sosiopsikologi ... 56

1.2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 60

1.3. Analisis Bivariat ... 61

[image:13.612.126.528.95.710.2]
(14)

ix

1.3.2. Analisis Hubungan Faktor Sosiopsikologi dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama ... 63 1.4. Analisis Multivariat... 65 BAB 5. PEMBAHASAN ... 67

5.1. Hubungan Faktor Sosiodemografi Peserta Program JPK Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Kantor Cabang Belawan ... 67 5.1.1. Hubungan Status Perkawinan Peserta Program JPK

Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 68 5.1.2. Hubungan Pendidikan Peserta Program JPK

Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 71 5.1.3. Hubungan Pekerjaa Peserta Program JPK

Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 73 5.1.4. Hubungan Pendapatan Peserta Program JPK

Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 74 5.2. Hubungan Faktor Sosiopsikologi dengan Pemanfaatan

Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 75 5.2.1. Hubungan Persepsi tentang Sakit Peserta Program

JPK Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 76 5.2.2. Hubungan Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta

(15)

x

PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang

Belawan ... 78

5.2.3. Hubungan Keyakinan Pelayanan Kesehatan Peserta Program JPK Jamsostek dengan Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 80

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

xi

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Tingkat Pemanfaatan Program JPK PT. Jamsostek (Persero) Kacab

Belawan Tahun 2008- 2011 ... 5

3.1. Angka Kunjungan Rata-rata Per Bulan Peserta Program JPK di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun

2012 ... 44

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabitas ... 46 3.3. Aspek Pengukuran ... 50 4.1. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan Faktor

Sosiodemografi di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) PT. Jamsostek Kantor Cabang Belawan ... 55 4.2. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan

Prosedur Pelayanan Kesehatan di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) PT. Jamsostek Kantor Cabang Belawan ... 56 4.3. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan

Pernyataan tentang Persepsi Sakit di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) PT. Jamsostek Kantor Cabang Belawan ... 57 4.4. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan Persepsi

Tentang Sakit di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) PT. Jamsostek Kantor Cabang Belawan ... 58 4.5. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan

(17)

xii

4.6. Distribusi Karakteristik Peserta Program JPK Berdasarkan Keyakinan Pelayanan Kesehatan di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) PT. Jamsostek Kantor Cabang Belawan ... 60 4.7. Gambaran Tingkat Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 60 4.8. Hubungan Faktor Sosiodemografi Peserta Program JKP dengan

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan ... 61 4.9. Hubungan Faktor Sosiopsikologi Peserta Program JKP dengan

(18)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Grafik Indeks Kepuasan Pelanggan PT. Jamsostek (Persero) Tahun

(19)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 89

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 90

3. Daftar Pertanyaan / Kuisioner ... 91

(20)

i ABSTRAK

Tingkat pemanfaatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ( JPK ) PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 berada pada indikator yang ditetapkan yaitu sebesar 12 – 17 %, namun terjadi penurunan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya berasal dari konsumen, yang terdiri dari faktor sosiodemografi dan sosiopsikologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan sosiopsikologi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat – I (PPK Tk. I). Jenis penelitian ini menggunakan explanatory atau confirmatory research. Populasi adalah pengunjung PPK Tk. I dengan menggunakan kuisioner kepada 386 sampel terpilih di 13 Klinik yang menjadi PPK Tk. I.

Berdasarkan hasil uji statistik faktor sosiodemografi dengan menggunakan Chi Square, diperoleh hubungan signifikan antara status perkawinan dengan pemanfaatan PPK Tk. I (sig < 0,05), sedangkan pada variabel pendidikan, pekerjaan dan penghasilan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan PPK Tk. I (sig > 0,05). Adapun pada hasil uji statistik pada faktor sosiopsikologi, diperoleh hubungan signifikan antara prosedur pelayanan kesehatan dan keyakinan pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan PPK Tk. I (sig < 0.05), sedangkan pada variabel persepsi tentang rasa sakit tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh PPK Tk. I (sig > 0,05). Hasil uji regresi logistik menunjukkan, bahwa status perkawinan dan prosedur pelayanan kesehatan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di PPK Tk.I. Namun yang dominan memengaruhi adalah status perkawinan ( sig =0,001) yang berarti peserta yang berstatus menikah dan memiliki keluarga dapat memengaruhi pemanfaatan PPK Tk. I 3,867 kali dibandingkan dengan peserta yang belum menikah. Disimpulkan bahwa status perkawinan, prosedur pelayanan kesehatan, dan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan PPK Tk.I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan, dimana status perkawinan lebih dominan memengaruhi pemanfaatan PPK Tk. I bagi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Program JPK Jamsostek.

(21)

ii ABSTRACT

The level of the use of JPK (Health Care Security) program of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, from 2008 to 2011 was not in accordance with the stipulated indicator figure of 12% to 17%. The use of health service is highly influenced by some factors; one of them comes from consumers that consist of socio-demographic and socio-psychological factors.

The objective of the research was to find out the correlation of socio-demographic and socio-psychological factors of JPK participants of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, with the use of health service performed by Health Service Administrator Level –I (PPK Tk. I). The research used explanatory or confirmatory research method. The population was the visitors of PPK Tk. I, distributing questionnaires to 368 selected respondents in 13 clinics which became the administrators of PPK TK. I.

Based on the statistic test of socio-demographic factor, using Chi square test, it was found that there was significant correlation between marital status and the use PPK Tk I (sig < 0.05), while in the variables of education, job, and income, there was no significant correlation between marital status and the use of PPK Tk I (sig > 0.05). The result of logistic regression test showed that marital status and health service procedure influenced the use of health service in PPK Tk I. However, the variable of marital status is the most dominant influence (sig = 0.001) which indicated that the participants who had been married and had families could influence the use of PPK Tk I 3.867 times, compared with those who were still single. It was concluded that marital status, health service procedure, and trust in health service had significant influence on the use of PPK Tk I of PT Jamsostek (Persero), Belawan Branch Office, where marital status was more dominant in influencing the use of PPK Tk I by the participants of JPK program, Jamsostek.

(22)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak azasi manusia dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan (Grossman, 1972). Di Indonesia, urusan kesehatan menjadi urusan wajib pemerintahan, sehingga Pemerintah Republik Indonesia berkewajiban untuk menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang–Undang Dasar 1945.

Amanat UUD 1945 ini menjadi acuan dan titik tolak pembangunan bidang kesehatan yang kemudian dituangkan ke dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, salah satunya melalui peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. Untuk mencapai hal ini, diperlukan upaya lebih intensif untuk peningkatan sumber daya pembiayaan, yang bukan hanya bersumber dari Pemerintah, tetapi juga dari sektor publik untuk kegiatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit.

(23)

Berbagai penelitian menunjukkan sebagian besar pengeluaran langsung masyarakat digunakan secara kurang efektif dan efisien sebagai akibat dari adanya informasi yang tidak sama antara pemberi pelayanan dan penerima pelayanan (pasien dan keluarganya). Keadaan ini mendorong perlu adanya langkah strategis dalam menciptakan sistem pembiayaan yang bersifat praupaya. Peluang inilah yang kemudian ditangkap oleh perusahaan-perusahaan asuransi di bidang kesehatan, salah satunya PT. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dengan membuat suatu sistem pembiayaan yang bersifat praupaya untuk pelayanan kesehatan para pesertanya. Hal ini sejalan dengan hukum permintaan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Thabrany & Pujianto bahwa perluasan cakupan asuransi kesehatan dapat meningkatkan akses dan konsumsi terhadap pelayanan kesehatan. Orang yang memiliki jaminan kesehatan mempunyai probabilitas mendapatkan rawat jalan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki jaminan kesehatan (Lihestiningsih, 2001).

(24)

sedangkan untuk terapi yang membutuhkan penanganan khusus, pasien dirujuk ke klinik atau rumah sakit yang telah ditunjuk oleh PT. Jamsostek (Persero). Klinik atau rumah sakit rujukan ini disebut PPK-II.

Keberadaan UU Nomor 3 Tahun 1992 ini memiliki dampak positif ataupun negatif terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta. Dampak positif yang mungkin bisa dirasakan langsung adalah semakin dekat dan terjangkaunya pelayanan kesehatan yang layak kepada masyarakat dengan kehadiran sebuah badan penyelenggara yang dijamin Undang-Undang. Adapun dampak negatif dari UU tersebut, pelayanan kesehatan yang dikelola oleh sebuah lembaga seperti PT. Jamsostek (Persero) sangat rentan terhadap penyimpangan mutu pelayanan yang diberikan kepada peserta, karena produk jasa yang dikelolanya merupakan amanat sebuah undang-undang yang mewajibkan orang atau lembaga untuk memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku tersebut. Pelanggan atau konsumen yang dikelola perusahaan milik negara ini merupakan pekerja, umumnya pekerja formal dari berbagai perusahaan yang tersebar diseluruh Indonesia. Luasnya wilayah pelayanan ini tentunya membawa konsekuensi tidak meratanya fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di tiap daerah baik dari segi keberadaannya, fasilitasnya, maupun dari segi kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

(25)

selalu dilaksanakan secara berkala. Disamping itu, untuk mendapatkan persepsi dan masukan dari peserta program JPK, telah dilakukan survei kepuasan peserta secara rutin sejak tahun 2002 sampai dengan sekarang yang dilaksanakan oleh lembaga survei independen. Secara umum, hasil survei menunjukkan peningkatan yang cukup berarti sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut berikut:

Gambar 1.1. Grafik Indeks Kepuasan Pelanggan PT. Jamsostek (Persero) Tahun 2002 – 2011

Sumber : Laporan PT. Jamsostek (Persero)Tahun 2002-2011

Dari grafik diatas dapat dianalisis berdasarkan trend, terlihat tingkat kepuasan peserta JPK naik dari tahun ke tahun yang menunjukkan semakin baiknya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PPK yang ditunjuk PT. Jamsostek (Persero). Walaupun secara nasional tingkat kepuasan peserta sudah cukup baik, namun di tingkat Kantor Cabang, masih didapatkan keluhan peserta

42.5

66.7 70

73.1

84.37 83.47 85.71

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2002 2005 2006 2008 2009 2010 2011 Tahun

[image:25.612.126.528.247.485.2]
(26)

tentang penyelenggaraan Program JPK terutama di PPK I, seperti yang dialami oleh Kantor Cabang Belawan, yang merupakan lokasi dari penelitian ini.

PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan merupakan Kantor Cabang yang memiliki peran strategis untuk melayani jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang bekerja di wilayah salah satu kawasan industri yang menopang perekonomian Kota Medan. Sebagai tumpuan perekonomian Kota Medan, maka para tenaga kerja dan keluarganya membutuhkan status derajat kesehatan yang baik sehingga akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada tempat kerjanya. Akan tetapi, ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh peserta terhadap kualitas pelayanan kesehatan melalui program JPK antara lain seperti dokter tidak datang tepat waktu, dokter/ tenaga medis kurang menyediakan waktu untuk konsultasi, jumlah dokter / tenaga medis kurang banyak, informasi penyakit yang tidak jelas, pengambilan obat lambat, obat yang diberikan hanya obat generik, ataupun jam buka PPK yang tidak 24 jam. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan PPK yang ditunjukkan dengan indikator pengendalian pemanfaatan PPK pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 3.1. Tingkat Pemanfaatan Program JPK PT. Jamsostek (Persero) Kacab Belawan Tahun 2008- 2011

No Tahun Kunjungan (%)

Dokter Umum Dokter Gigi

1 2008 17,40 0,77

2 2009 20,41 2,61

3 2010 15,45 1,77

4 2011 15,87 2,46

Standar (%) 12 - 17 0,8 – 1

(27)

Data pemanfaatan Pelayanan tersebut secara jelas menunjukkan masih rendahnya persentase peserta program JPK yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi haknya. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun seseorang telah mempunyai jaminan pelayanan kesehatan, masih terdapat hambatan akses atau kesulitan berobat ketika dirinya mengalami gangguan sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan. Kondisi ini walaupun masih memenuhi indikator yang ditetapkan PT.Jamsostek ( Persero) bahwa angka kunjungan PPK-I yang sehat berada pada standar 12–17 % namun terjadi penurunan angka kunjungan dalam 4 tahun terakhir, hal ini mungkin karena tenaga kerja dan keluarganya yang mengalami sakit langsung ke PPK–II yaitu rumah sakit sebagai kasus gawat darurat. Mereka lebih memilih ke rumah sakit yang memiliki jam buka 24 jam dengan dokter yang stand by sehingga tenaga kerja dan keluarganya merasa mendapatkan kepastian pelayanan. Kadangkala kasus tersebut menjadi kasus rawat inap di rumah sakit. Hal ini tentu saja merugikan PT. Jamsostek (Persero) dari segi pembiayaan karena double payment (dua kali pembayaran).

(28)

pelaksanaan managed care maka PPK–I tersebut diputuskan ikatan kerjasamanya oleh PT. Jamsostek ( Persero) seperti pada tahun 2011 yaitu Klinik Belawan.

Selain pembinaan kepada PPK–I, PT. Jamsostek (Persero) juga melakukan sosialisasi tentang sistem dan prosedur mendapatkan pelayanan kesehatan program JPK kepada perusahaan baru maupun perusahaan yang sudah menjadi peserta. Disamping itu PT. Jamsostek (Persero) juga melakukan rekap keluhan secara berkala yang disampaikan langsung oleh peserta ataupun melalui call center serta adanya survei kepuasaan peserta yang dilakukan oleh pihak independen dan semuanya dilaporkan kepada kantor pusat PT. Jamsostek (Persero). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmad (2012) terhadap PPK–I PT. Jamsostek (Persero) Cabang Belawan dari segi kinerja dokter dengan hasil kepuasaan kerja terhadap kinerja dokter dalam pelayanan peserta Program JPK Jamsostek di PPK–I dipengaruhi oleh kepuasan kerja intrinsik yaitu sikap dokter terhadap pekerjaan mereka khususnya aspek pekerjaan sendiri, tanggung jawabnya, pengembangan dirinya dan pengakuan akan pekerjaannya.

Namun walaupun beberapa upaya telah dilakukan angka kunjungan di PPK–I belum memenuhi standart yang diharapkan maka dalam hal ini dianggap perlu penelitian yang dilakukan kepada peserta Program JPK yang terkait dengan faktor sosiodemografi dan sosio psikologi.

(29)

faktor needs (kebutuhan); faktor predisposing seperti keadaan sosiodemografi, sikap, kepercayaan dan nilai sosial budaya; dan faktor enabling seperti: pendapatan keluarga, ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan baik dari segi harga/biaya pelayanan, jarak dan waktu pelayanan.

Hal yang sama juga sesuai pendapat Dever (1984) yang mengutip pendapat Donabedian bahwa faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari faktor konsumen (sosial demografi dan sosiopsikologi) dan faktor pelaksana pelayanan kesehatan.

Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan juga sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Zaini (2003) yang menemukan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan RS. Pusri oleh karyawan dan keluarganya sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit, persepsi dan jarak tempat tinggal. Adapun Haryono, dkk. (2006) yang meneliti pemanfaatan pelayanan rawat inap Puskesmas dan Balai Pengobatan Swasta di Tapanuli Tengah, menyimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi dan dukungan sosial. Barlin (2008) juga meneliti pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Suka Bajo di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa faktor akses geografis dan kelengkapan fasilitas memiliki hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

(30)

mengetahui pemanfaatan peserta program JPK terhadap cakupan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh PPK-I. Hasil dari penelitian ini, secara umum diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan atau lembaga asuransi yang menyelenggarakan program pelayanan kesehatan. Secara khusus, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk penyempurnaan program JPK serta perbaikan terhadap kinerja PPK-I dalam memberikan pelayanan kepada peserta program JPK di Kantor Cabang Belawan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, belum diketahuinya hubungan faktor - sosiodemografi dan sosiopsikologi terhadap pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan merupakan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini cukup penting untuk dilakukan guna mengetahui sejauh mana hubungan faktor sosiodemografi dan sosiopsikologi peserta program JPK dalam memanfaatkan cakupan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh PPK-I.

1.3. Tujuan Penelitian

(31)

Pertama (PPK-I) peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini akan membuat kesimpulan sementara sebagai berikut :

Adanya hubungan antara faktor sosiodemografi dan faktor sosiopsikologi peserta Program JPK Jamsostek terhadap pemanfaatan PPK I.

1.5. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai faktor–faktor yang mendukung perilaku individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan.

2. Bagi Kantor Cabang

Melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh peserta sehingga dapat melakukan program jaga mutu PPK–I yang bekerjasama dalam menyelenggarakan program JPK Jamsostek.

3. Bagi Kantor Pusat

(32)

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

(33)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan telah dilakukan mulai tahun 1960-an. Beberapa ahli yang meneliti tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain Andersen, Newman serta Donabedian. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sosial budaya, faktor organisasi, faktor terkait konsumen dan faktor terkait penyedia pelayanan (Dever, 1984).

2.1.1. Faktor Sosial Budaya

Sosial budaya memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan meliputi teknologi dan nilai. Teknologi memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal penggunaan teknologi untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kebutuhan akan perawatan kesehatan (Lewis Thomas di dalam Dever, 1984) seperti imunisasi, penggunaan antibiotik dan kemotherapi. Nilai sosial juga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, walaupun hal ini sedikit sulit uantuk dipelajari karena berupa norma sosial dan kepercayaan yang memengaruhi semua aspek dalam proses perawatan kesehatan, sebagai contoh, pertolongan persalinan di New York (1971) 98 % dilakukan di rumah sakit namun di Belanda (1968) 95 % masih dilakukan di rumah. Suchman (1964) menemukan bahwa

(34)

adanya perbedaan pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia, khususnya pada masyarakat yang memiliki struktur sosial yang terdiri cosmopolitan dan paroki. Dia menemukan bahwa group cosmopolitan lebih cepat memutuskan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sementara group paroki masih sangat tergantung kepada hubungan kekerabatan dalam pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2.1.2. Faktor Organisasi

Faktor kedua yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah struktur dan proses yang merupakan bagian dari organisasi pelayanan kesehatan yaitu hubungan antara pasien dan pusat pelayanan kesehatan yang terdiri dari : a. Ketersediaan Sumber Daya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat, tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Akses Geografis

(35)

pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis daripada pemakaian pelayanan kuratif sebagaimana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau keluhan, dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan, akan berakibat pada semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan.

c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya, sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Umumnya, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada pusat pelayanan kesehatan seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras dan hubungan keagamaan. d. Karakteristik dari Struktur Perawatan dan Proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek tunggal, praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola pemanfaatan yang berbeda. Hal ini juga menjadi faktor penting yang menggambarkan hubungan antara pasien dan pusat pelayanan kesehatan dan seberapa sering pasien akan memanfaatkan pelayanan kesehatan.

(36)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara beberapa karakter yang melekat pada konsumen dan pusat pelayanan kesehatan dalam lingkungan sosial. Tingkat kesakitan atau kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah satu karakter yang dapat diukur dengan indikator berupa tingkat kesakitan, persepsi gejala suatu penyakit, pencegahan penularan penyakit kronis, kehilangan hari kerja dan diagnosa atas suatu penyakit. Hal paling dominan yang menentukan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan adalah persepsi tentang sakit. Menurut Dever (1984), ada dua faktor yang memengaruhi konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan terdiri dari :

1. Faktor Sosiodemografi

Faktor ini meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status perkawinan dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan)

2. Faktor Sosiopsikologi

Hasil penelitian bahwa setiap orang melihat gejala penyakit itu berbeda dan hal ini menyebabkan perilaku yang berbeda dalam mencari tempat pelayanan kesehatan. Selain sikap persepsi sakit, keyakinan terhadap pelaksana pelayanan kesehatan, dokter dan jenis penyakit memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

2.1.4. Faktor Pelaksana Pelayanan Kesehatan

(37)

tenaga kesehatan di tempat pelayanan kesehatan. Faktor ini dapat di bagi dalam 2 kelompok yaitu :

1. Faktor Ekonomi

Fuchs dan Kramer (1972) mengemukakan suatu hipotesis yang menjelaskan bahwa faktor penyediaan teknologi dan jumlah dokter yang melayani menentukan akan menentukan tingkat kebutuhan konsumen terhadap fasilitas pelayanan kesehatan atau memutuskan kapan saatnya memerlukan suatu pelayanan kesehatan. Konsumen sering tidak mampu untuk mengevaluasi apakah penyedia pelayanan kesehatan menawarkan perawatan yang lebih baik sebagai pengganti

2.

pelayanan yang seharusnya didapatkan. Lebih jauh lagi, seringkali konsumen tidak mengetahui manfaat apa yang akan diperoleh ketika akan menggunakan fasilitas pelayanan yang akan dipilihnya, sehingga tidak dapat memutuskan secara rasional dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Karakteristik Pelaksana Pelayanan Kesehatan

(38)

2.2. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Hal ini berarti, bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan ini, individu, kelompok, maupun akan masyarakat melakukan berbagai upaya guna mencapai derajat kesehatan sebagaimana yang diharapkan, baik yang dilakukan secara melembaga oleh pemerintah ataupun swadaya masyarakat. Apabila ditinjau dari sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, sarana pelayanana pada umumnya dibedakan menjadi 3 kategori, yakni:

1. Sarana Pelayanan Kesehatan Primer

Sarana pelayanan ini merupakan sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit ringan. Sarana kesehatan ini paling dekat dan paling mudah diakses oleh masyarakat. Dengan demikian, pelayanan kesehatan yang tersedia merupakan pelayanan yang paling pertama menyentuh permasalahan kesehatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

2. Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua

Merupakan sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus atau penyakit yang tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

3. Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga

(39)

tingkat tiga. Oleh karena itu, sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga ini biasanya menangani kasus-kasus yang memerlukan penanganan khusus dari penyedia layanan kesehatan.

2.3. PT Jamsostek (Persero)

PT. Jamsostek (Persero) merupakan salah satu penyelenggara upaya kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya sesuai amanat UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. UU ini menjadi payung hukum dalam penentuan kebijakan dan langkah yang dilakukan PT. Jamsostek (Persero) dalam upaya memberikan jaminan sosial bagi tenaga kerja di Indonesia, termasuk dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan.

2.3.1. Latar Belakang Historis Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) PT. Jamsostek (Persero)

(40)

memberikan produktivitas kerja yang baik, setiap tenaga kerja harus sehat. Bila mereka sakit, harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum dapat bekerja kembali.

Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan justru seolah-olah tidak menjadi program utama yang dimanfaatkan oleh tenaga kerja. Hal ini terlihat dari cakupan kepesertaan JPK yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan program-program Jamsostek lainnya. Kondisi ini bukan merupakan kesalahan pengelolaan di PT. Jamsostek (Persero), melainkan karena peraturan yang menjadi ketentuan implementatif dari UU Nomor 3 Tahun 1992 mempunyai celah untuk tidak berlaku wajib secara absolut bagi tenaga kerja yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat 4 yang menyatakan bahwa “bagi perusahaan yang telah menyelenggarakan program JPK bagi tenaga kerja dengan manfaat yang

(41)

benar-benar mempunyai program JPK yang lebih baik dari program JPK PT. Jamsostek (Persero).

2.3.2. Sistem Penyelenggaraan Program JPK PT. Jamsostek (Persero)

Sebagai penyelenggara program, tidak semua program yang dikelola PT. Jamsostek (Persero) dapat diselenggarakan sendiri oleh perusahaan seperti halnya program JPK. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan program JPK, PT. Jamsostek (Persero) berkewajiban untuk melibatkan pihak lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk itu, pelayanan kesehatan dalam jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan oleh pihak lain dalam hal ini adalah Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) seperti dokter praktik, klinik, rumah bersalin, Puskesmas dan Rumah Sakit. Sarana Pelayanan ini ada yang merupakan milik pemerintah, namun ada pula milik swasta. Beragamnya fasilitas yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan ini membawa konsekuensi bahwa tidak semua pelayanan yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dari segi cakupan maupun mutu layanannya.

(42)

mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang berbeda, termasuk dalam hal penyelenggaraan program JPK.

Kantor Cabang (Kacab) merupakan ujung tombak pelayanan yang akan berhadapan langsung dengan peserta. Untuk Program JPK , terdapat fungsi kantor cabang selain membina peserta juga membina PPK. PT. Jamsotek (Persero) dan PPK tentu saja mempunyai hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku, yang diikat dalam dokumen Ikatan Kerjasama (IKS). IKS ini dilakukan oleh Kantor Cabang sebagai pelaksana teknis pemberian jaminan kepada peserta PT. Jamsostek (Persero). Hubungan kerja yang diikat dalam IKS adalah memberikan manfaat pelayanan kesehatan kepada peserta PT. Jamsostek (Persero) sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan di dalam IKS.

2.3.3. Kedudukan, Peran dan Fungsi PPK

Sebagaimana diamanatkan UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dalam penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, PPK berkedudukan sebagai mitra PT. Jamsostek (Persero) dan sebagai

provider atau pemberi pelayanan kesehatan kepada peserta. Dengan kedudukan tersebut, maka fungsi PT. Jamsostek (Persero) adalah menginformasikan secara benar kepada setiap PPK yang bekerjasama dengan PT. Jamsostek (Persero) tentang :

1. Cakupan pelayanan yang ditanggung

(43)

3. Prosedur pelayanan yang wajib ditaati oleh peserta

4. Sistem pencatatan dan pelaporan yang dipersyaratkan oleh Badan Penyelenggara.

Dengan kedudukan ini, maka terdapat 3 pihak yang saling berinteraksi dalam program jaminan sosial tenaga kerja ini. Ketiganya adalah :

1. PT. Jamsostek (Persero) sebagai pengelola program 2. PPK sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada peserta

3. Peserta sebagai tertanggung yang berhak mendapatkan pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku.

Diantara ketiga pihak ini, kedudukan PPK memang sangat strategis karena akan sangat menentukan kualitas pelayanan PT. Jamsostek (Persero) kepada pesertanya. Hal ini menjadi dilema tersendiri, karena apabila PPK memberikan pelayanan yang kurang baik, maka itu akan identik dengan tidak baiknya kualitas pelayanan PT. Jamsostek (Persero). Oleh karena itu, hubungan kerjasama sebagai mitra dalam penyelenggaraan program JPK harus benar-benar terjalin dengan baik guna menjaga kualitas pelayanan yang diberikan kepada peserta.

2.3.3.1. Kedudukan PPK

(44)

sebagaimana yang telah diatur oleh undang-undang, kepuasan peserta harus diutamakan.

Salah satu upaya memberikan pelayanan yang baik kepada peserta adalah melalui PPK. Dengan peran yang penting ini, maka PT. Jamsostek (Persero) harus memperlakukan PPK sebagai mitra penting sehingga mereka dapat memberikan pelayanan yang baik pula kepada peserta PT. Jamsostek (Persero).

2.3.3.2. Peran PPK

Peran PPK yang lain yang cukup strategis adalah sebagai sumber informasi tentang prosedur pelayanan JPK yang harus diketahui dan ditaati oleh peserta. Mengingat dekatnya hubungan peserta dengan PPK yang mungkin melebihi kedekatan peserta dengan PT. Jamsostek (Persero), maka adalah bijak apabila manajemen PT. Jamsostek (Persero) membekali PPK dengan informasi yang lengkap dan memadai sehingga nantinya apabila diperlukan, PPK tersebut dapat memberikan penerangan kepada peserta secara lebih jelas dan rinci.

(45)

2.3.3.3. Fungsi PPK

Dalam program JPK PT. Jamsostek (Persero), fungsi PPK sangat penting yaitu sebagai :

1. Agen penyaring peserta yang berhak dan tidak berhak mendapatkan manfaat dari PT.Jamsostek (Persero). Ini dimungkinkan karena setiap peserta yang datang ke PPK harus menunjukkan kartu tanda peserta yang syah dan masih berlaku

2. Sentra Pelayanan, khususnya pelayanan kesehatan. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan pula PPK digunakan sebagai tempat menyalurkan keluhan, protes ataupun tempat untuk bertanya terkait informasi seputar manfaat Jamsostek yang menjadi hak peserta. Fungsi ini terkait dengan peran ganda yang dijalankan oleh PPK dalam membina hubungan dengan peserta. Akibat peran ganda ini, seringkali peserta tidak menyadari bahwa secara organisasi, PPK merupakan struktur organisasi yang terpisah dengan PT. Jamsostek (Persero).

(46)

masukan dan informasi yang disampaikan, oleh PPK, PT. Jamsostek (Persero) dapat melakukan pembenahan yang dibutuhkan guna meningkatkan kualitas layanan yang disediakannya.

4. Agen pengendali mutu dan biaya juga merupakan peran penting PPK, mengingat komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) dalam pelaksanaan program JPK adalah biaya pelayanan kesehatan (biaya pelkes). Biaya itu merupakan tagihan PPK sesuai pelayanan yang telah atau akan diberikan kepada peserta PT. Jamsostek (Persero). PPK yang menjalankan fungsinya dengan baik, akan menghasilkan pelayanan yang bermutu baik dengan biaya pelayanan yang terkendali. Bila ini dilakukan oleh semua PPK, maka pada akhirnya biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) akan terkendali pula.

5. Barometer kepuasan peserta bisa diukur dari kinerja PPK, karena pada dasarnya PPK merupakan representasi kepuasan peserta terhadap pelayanan PT. Jamsostek (Persero). PPK yang puas terhadap PT. Jamsostek (Persero), umumnya akan memberikan pelayanan yang baik terhadap peserta, sehingga peserta pun akhirnya akan puas juga atas pelayanan yang mereka terima.

2.3.4. Prosedur Pelayanan JPK

(47)

kesehatan yang dibutuhkannya. Adapun prosedur pemilihan PPK I oleh peserta sebagai berikut :

1. Peserta mengisi formulir F1a yang disediakan oleh Account Officer (AO) 2. Setiap peserta harus memilih 1 PPK–I yang tercantum dalam daftar PPK–I

yang boleh dipilih. Anggota keluarga boleh memilih PPK–I yang berbeda dengan tenaga kerja (tempat tinggal yang berbeda)

3. Selanjutnya tiap peserta akan mendapatkan Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) yang berlaku satu kartu satu peserta. Pada kartu tersebut tercantum antara lain :

a. Nama Tenaga Kerja b. No. NPP

c. No. KPK

d. Nama peserta, status e. Alamat

f. PPK I yang dipilih

g. Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero) h. Masa berlaku

(48)

5. Bila karena sesuatu dan lain hal, peserta memerlukan atau menginginkan pindah PPK–I, maka peserta tersebut diharuskan mengisi formulir No.F1. Perpindahan PPK–I dimungkin sekurang-kurangnya 6 bulan setelah pemilihan sebelumnya.

2.3.4.1. Prosedur Pelayanan Rawat Jalan

Seluruh rawat jalan, harus dilakukan melalui PPK–I terlebih dahulu. Bila diperlukan, PPK–I dapat merujuk ke PPK–II. Berikut adalah tahapan dan prosedur pelayanan rawat jalan yang disediakan oleh PPK:

a. Prosedur di PPK–I

Prosedur dan tahapan pelayanan yang diberikan di PPK-I adalah sebagai berikut:

1. Setiap peserta yang datang harus menunjukkan Kartu Pelayanan Kesehatan (KPK) yang sah dan masih berlaku

2. PPK–I mencek data peserta sesuai Daftar Nama Tertanggung (DNT) terbaru yang dikeluarkan oleh PT. Jamsostek (Persero) cabang setempat 3. Bila peserta tidak tercantum di DNT terbaru, maka PPK–I berhak tidak

memberikan pelayanan atau melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke

(49)

4. Bila diperlukan rujukan, maka PPK–I harus mengisi formulir rujukan dan memberikan kepada peserta sesuai prosedur rujukan yang wajib ditaati oleh peserta, dan memintanya agar dokter konsulen (dokter spesialis) mengisi kolom atau bagian jawaban rujukan

5. Untuk penyakit kronik, PPK–I dapat mengeluarkan resep dan peserta diminta mengambil obat di Apotek yang telah ditunjuk.

b. Prosedur di PPK–II

Prosedur dan tahapan pelayanan yang diberikan di PPK-II adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan pelayanan medis untuk PPK – II Rumah Sakit peserta harus memperlihatkan KPK pada petugas

2. Petugas akan menunjukkan poliklinik yang dimaksud sesuai perintah surat rujukan

3. Berkas surat rujukan diserahkan kepada petugas / suster pada poliklinik yang dituju.

4. Pastikan dokter spesialis menuliskan jawaban rujukan pada rujukan sebelah kanan.

(50)

6. Hasil pemeriksaan diagnostik dikirim kepada dokter spesialis yang meminta. Selanjutnya patuhi perintah dokter yang berhubungan dengan pengobatan.

7. Pastikan dokter spesialis menulis jadwal kontrol berikutnya.

8. Pada setiap jenis pelayanan yang diberikan, peserta harus menandatangani surat bukti pelayanan (konsul dokter spesialis, laboratorium, radiologi, tindakan medis, dll.)

2.3.4.2. Prosedur Kegawatdaruratan (Emergensi)

Prosedur dan tahapan pelayanan yang diberikan apabila terjadi keadaan darurat (emergensi) adalah sebagai berikut:

1. Pada keadaan emergensi peserta dapat langsung datang ke rumah sakit yang ditunjuk dengan membawa KPK untuk mendapatkan pertolongan.

2. Apabila tidak dapat menjangkau rumah sakit yang ditunjuk, maka peserta dapat mendatangi rumah sakit lain yang tidak bekerjasama dengan terlebih dahulu menanggung biaya pelayanan kesehatannya yang kemudian bisa diganti (reimbursement) sesuai standar PT. jamsostek (Persero)

3. Pelayanan emergensi dapat berupa pelayanan konsultasi, tindakan medis, pemeriksaan penunjang, dan obat (resep obat) sesuai kebutuhan medis

(51)

5. Apabila dokter menentukan pasien dapat pulang maka dokter akan memberikan resep/obat dan untuk selanjutnya berlaku ketentuan rawat jalan spesialis atau dikembalikan kepada PPK – I

6. Bukti pelayanan yang telah diberikan harus ditandatangani oleh peserta. 2.3.4.3. Prosedur Rawat Inap

Prosedur dan tahapan pelayanan yang diberikan apabila diperlukan rawat inap terhadap peserta adalah sebagai berikut:

1. Peserta mendatangi PPK rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan medis dengan memperlihatkan KPK, surat rujukan PPK – I dan perintah rawat dari poliklinik atau unit gawat darurat rumah sakit kepada petugas RS (P2D)

2. Dokumen perintah rawat inap diserahkan kepada suster pada ruang perawatan 3. Pasien/peserta akan mendapatkan perawatan dan pengobatan sesuai kebutuhan

medis meliputi ruang, makan, obat-obatan, tindakan medis, pemeriksaan penunjang diagnostik, dll

4. Petugas menyerahkan surat keterangan rawat inap atas nama pasien peserta kepada keluarga untuk dibawa ke Kacab PT. Jamsostek (Persero) guna pengurusan surat jaminan

5. Berkas surat keterangan rawat inap diserahkan kepada petugas Kacab PT. Jamsostek (Persero) yang selanjutnya akan memberikan surat jaminan rawat 6. Surat jaminan rawat tersebut diserahkan kepada petugas di loket pendaftaran

(52)

7. Apabila lama hari rawat inap inap dalam surat jaminan telah hampir terlampaui, rumah sakit akan menghubungi Kacab PT. Jamsostek (Persero) atau bisa melalui keluarga dengan minta perpanjangan surat jaminan dari Kacab PT. Jamsostek

8. Sesuai kebutuhan medis, Kacab PT. Jamsostek (Persero) akan memperpanjang atau tidak tidak memperpanjang surat jaminan

9. Apabila pasien peserta dinyatakan bisa pulang, peserta diharuskan menandatangani surat bukti perawatan inap

10.Resume medis harus diisi dengan lengkap oleh dokter yang merawat

11.Pasien harus diingatkan kapan harus kembali untuk kontrol dan nasehat lainnya seperti obat yang harus diminum, diet dll

2.3.4.4. Prosedur Klaim Penggantian Biaya (Reimbursement)

Prosedur dan tahapan untuk proses reimbursement adalah sebagai berikut: 1. Klaim yang dapat diklaim penggantian biayanya (reimburse) adalah kasus

kegawatdarutan sesuai ketentuan yang berlaku baik didalam dan luar kota 2. Syarat klaim yang direimburs harus lengkap dan melampirkan perincian yang

jelas sehingga data yang dilampirkan dapat dianalisa dan diverifikasi , dimana resume medis mutlak dilampirkan

(53)

4. Klaim yang direimbursement akan dilakukan verifikasi berdasarkan quality assurance dan pengecekan kasus meragukan

5. Apabila terjadi selisih biaya pengajuan dengan yang disetujui untuk dibayarkan, maka selisih tersebut menjadi tanggung jawab peserta untuk menanggungnya.

2.3.5. Faktor Pendukung dan Kendala

Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan sosial seperti Jamsostek, memang tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi, baik dari PPK maupun dari peserta, bahakan dari internal perusahaan pengelola sendiri. Meskipun demikian, disamping kendala, ada juga kemudahan dan faktor pendukung yang harus dikenali untuk dimaksimalkan, sehingga dapat meminimalisir kendala-kendala yang ada.

Beberapa faktor pendukung yang perlu dikenali di program pemeliharaan kesehatan PT. Jamsostek (Persero) ini adalah :

1. Kepesertaan bersifat wajib

2. Produk tidak bervariasi karena cakupan layanan sudah diatur oleh peraturan perundangan

3. Hanya menganggung peserta di usia produktif 4. Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja

5. Peserta meliputi tenaga kerja dan keluarga

(54)

7. Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero) berjumlah 121 Kantor Cabang dan tersebar di daerah tingkat II

Faktor pendukung ini harus mampu dimaksimalkan oleh manajemen PT. Jamsostek (Persero) karena akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan peserta serta PPK itu sendiri. Faktor pendukung lain adalah sebaran peserta, yang umumnya merupakan pekerja formal, sehingga tidak berada pada tempat yang sangat jauh/terpencil sehingga sulit dicapai.

Disamping faktor pendukung, juga ada faktor penghambat yang menjadi kendala keberhasilan program. Diantara faktor kendala yang ada dikelompokkan menjadi :

1. Kendala dari peserta

a. Ekspektasi terlalu tinggi

b. Sebaran tempat tinggal tidak merata

c. Pengetahuan tentang program yang dikelola dengan pendekatan sistem yang belum dipahami dengan baik

d. Umumnya dari sosial ekonomi yang kurang baik, sehingga angka kesakitan relatif cukup tinggi

e. Kurang memahami prosedur pelayanan yang telah ditentukan 2. Kendala dari PPK

(55)

d. Pengetahuan tentang program yang dikelola dengan pendekatan sistem ini masih kurang baik

e. Kulitas SDM kurang baik f. Tidak mempunyai SOP

g. Manajemen sumber daya yang kurang baik h. Tidak mempunyai SOP

i. Manajemen sumber daya yang kurang atau bahkan tidak profesional

Kedua faktor diatas harus mampu dikelola dengan baik, sehingga segi positif dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan aspek negatif dapat ditekan serendah mungkin. Untuk itulah diperlukan sebuah program yang akan memandu para pembina dan PPK untuk dapat melakukan hal tersebut.

2.3.6. Indikator Mutu dalam Pelayanan JPK

Indikator merupakan acuan untuk menyamakan bahasa dan persepsi terhadap satu hal. Begitu pula ketika membicarakan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka jaminan pemeliharaan kesehatan, harus berpedoman kepada indikator-indikator tertentu yang telah disepakati. Oleh karenanya, ada standar yang telah disepakati sebagai acuan definisi dan batasan tentang mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta PT. Jamsostek (Persero).

Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai acuan adalah : 1. Kelengkapan fasilitas

(56)

sarana medis dan non medis ini dapat diukur menggunakan standar perijinan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang untuk itu.

b. SDM yang tersedia : jumlah dan kualitas SDM yang tesedia merupakan indikasi potensi kemampuan fasilitas tersebut memberikan pelayanan yang bermutu. SDM merupakan operator penting dalam pelayanan, sehingga keberadaannya merupakan kunci keberhasilan. Dengan melihat jumlah dan kualitas SDM yang tersedia, dapat diproyeksikan kemampuan fasilitas tersebut tersebut untuk memberikan pelayanan yang bermutu.

c. Proporsi jumlah peserta dan PPK : hal ini akan memberikan gambaran kualitas yang dapat diberikan. Peserta yang terlalu banyak di satu PPK mempunyai potensi untuk terjadinya penurunan mutu layanan. Sebaliknya peserta yang terlalu sedikit dapat juga menjadi indikasi ketidaksenangan orang terhadap PPK tersebut.

2. Cakupan Program, terdiri atas: a. Jumlah kunjungan

b. Utilisasi c. Unit Cost

d. Jumlah dan prosentase rujukan 3. Kepuasan peserta

a. Jumlah keluhan b. Jenis keluhan

(57)

2.3.7. Indikator-indikator Pengendalian Pemanfaatan PPK

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan program JPK, telah berhasil dikumpulkan data unit cost nasional maupun regional yang dapat diamati perubahannya dari tahun ke tahun. Pengamatan terhadap tingkat pemanfaatan pertama kali ditetapkan pada tahun 1996 melalui Surat Edaran Direksi No SE/05/0596 tentang pengendalian Pemanfaatan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK). Dalam perjalanan penyelenggaraan program JPK selama ini, terbukti bahwa tingkat pemanfaatan tersebut masih berlaku dan tidak banyak berubah.

Indikator – indikator yang perlu diperhatikan : 1. Persentase kunjungan PPK Tk. I sebanyak 12% - 17%

2. Persentase kunjungan PPK Tk. II rawat jalan dokter spesialis sebanyak 0.6%-0.8%

3. Persentase kasus rawat inap sebanyak < 0.3% 4. Rata – rata lama hari rawat 5 -7 hari

5. Persentase rujukan atau contact rate :

1) Persentase rujukan ke rawat jalan spesialis dari kunjungan PPK–I sebanyak 3% - 6%

2) Persentase rujukan ke rawat inap dari kunjungan PPK-II sebanyak 30 %-40%

3) Persentase rujukan ke rawat inap dari kunjungan PPK–I sebanyak 1%-2% 6. Persentase kunjungan dokter gigi sebanyak 0.8 %-1%

(58)

Produk PT. Jamsostek (Persero) adalah managed care yang manfaatnya dalam bentuk pelayanan. Pelayanan diberikan dengan berjenjang dari pelayanan primer hingga sekunder dan tersier. Untuk memberikan pelayanan kepada pesertanya, PT. Jamsostek (Persero) bekerjasama dengan PPK yang akan memberikan pelayanan kesehatan. PPK-I sebagai sentra pelayanan merupakan pelayanan primer yang menjadi ujung tombak dari rangkaian pelayanan kesehatan program JPK.

Pelayanan primer adalah pelayanan terbanyak digunakan oleh peserta karena jenis kasus dan cakupan pelayanan di pelayanan primer memang paling banyak dan bervariasi. Disamping itu peserta yang memerlukan pelayanan di PPK–II harus berdasarkan rujukan dari PPK–I. Karenanya jumlah PPK–I harus tersedia dalam jumlah yang banyak dan tersebar mendekati lokasi tempat tinggal atau lokasi kerja peserta PT. Jamsostek (Persero).

2.4. Landasan Teori

2.4.1. Teori Faktor yang Memengaruhi Kesehatan

(59)

dikelompokkan menjadi 4 (Blum,1974), berturut–turut besarnya pengaruh tersebut adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan (environment), yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.

2. Perilaku (behavior)

3. Pelayanan kesehatan (health services) 4. Keturunan

Keempat faktor tersebut dalam memengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing- masing saling memengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung memengaruhi kesehatan juga memengaruhi perilaku. Demikian pula sebaliknya, perilaku juga memengaruhi lingkungan, kemudian perilaku juga memengaruhi pelayanan kesehatan dan seterusnya. Melihat keempat faktor pokok yang memengaruhi kesehatan masyarakat tersebut, maka dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, hendaknya intervensi juga diarahkan kepada empat faktor tersebut.

2.4.2. Teori tentang Determinan Perilaku Kesehatan

(60)

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat yang sering terjadi 2.4.3. Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Di dalam model Anderson terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan (Notoatmodjo, 2012), dengan penjelasan sebagai berikut: a. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam tiga kelompok.

(61)

2) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya.

3) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa:

a) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

b) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. c) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan

kesehatan.

b. Karakteritik Pendukung (Enabling Characteristics)

c. Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, seseorang tidak akan bertindak untuk penggunaannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar.

d. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

(62)

Kebutuhan (need) dibagi menjadi dua kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis)

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan Model Anderson ini dapat di ilustrasikan sebagai berikut:

[image:62.612.98.561.282.554.2]

Gambar 2.1. Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Model Anderson

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual untuk analisis pemanfaatan pelayanan kesehatan

Enabling

Predisposing Tingkat Level

Demografi Keluarga Tingkat yang dirasa

Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan,

Pendapatan, Asuransi

Disability,Gejala penyakit,

Diagnosis, Keadaan Struktur Sosial

Pendidikan, Ras, Pekerjaan, Besar Keluarga, Etnis, Agama, Tempat Tinggal,

k

Keyakinan

Nilai-nilai Sehat dan Sakit, Sikap terhadap Pelayanan Kesehatan, Pengetahuan

Komunitas Rasio Petugas Kesehatan dan Fasilitas dengan Populasi, Biaya

(63)

rawat jalan di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK-I) oleh peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan adalah sebagai berikut: terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di PPK-I oleh peserta Program JPK PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan. Sedangkan variabel independen meliputi: status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, persepsi tentang sakit, prosedur pelayanan kesehatan, keyakinan pelayanan kesehatan. Berikut ini dapat digambarkan kerangka konsep penelitian :

[image:63.612.136.516.379.613.2]

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Dependen Variabel Independen

Status Perkawinan (X1)

Pendidikan (X2) Pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan di

PPK-I oleh peserta Program JPK PT. Jamsostek

(Persero)

Pekerjaan (X3)

(64)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan pendekatan penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research). Metode ini digunakan untuk menyoroti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di PPK-I oleh peserta Program JPK PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan. Sedangkan variabel independen meliputi: status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, persepsi tentang sakit, prosedur pelayanan kesehatan, keyakinan pelayanan kesehatan. Proses analisa dilakukan dengan cara menguji hipotesa yang telah dirumuskan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di PPK–I yang bekerjasama dengan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Belawan.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung di PPK–I yang bekerjasama dengan PT. Jamsostek (Persero) yang menggunakan Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) Program JPK Jamsostek.

(65)

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode accidental sampling

yaitu pengambilan sampel yang berkunjung di PPK - I. Hasil dari sampling

[image:65.612.131.533.236.449.2]

tersebut dinilai lebih objektif.

Tabel 3.1. Angka Kunjungan Rata- Rata Per Bulan Peserta Program JPK di PPK-I PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Belawan Tahun 2012

No Nama PPK Kunjungan Sampel

1 BP Bina Sejahtera 2904 132

2 Klinik Delima 214 10

3 BP Haji Pancing 1025 47

4 BP Helvetia III 307 14

5 BP Helvetia VIII 149 7

6 BP Haji Bilal 656 30

7 BP Haji Medan Mabar 1492 68

8 BP Haji Tanjung Mulia 772 35

9 BP Mutiara Kota Bangun 383 17

10 BP Haji Medan Krakatau 164 8

11 Klinik

Gambar

Gambaran PT. Jamsostek (Persero) Kantor Cabang
Gambar 1.1. Grafik Indeks Kepuasan Pelanggan PT. Jamsostek (Persero)
Gambar 2.1. Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Model Anderson
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, karunia, kekuatan, nikmat yang diberikan dan

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan ridho -Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar,

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan, sehingga akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “ Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, serta ridho-Nya, yang telah

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkatlimpahan rahmat, karunia dan hidayahNyasehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Melawan Dampak Kapitalis