• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN Pb DAN Cd TANAMAN Mucuna pruriens

PADA TANAH YANG DICEMARI LOGAM BERAT

TESIS

Oleh: RIZKY AMNAH

117001002

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN Pb DAN Cd TANAMAN Mucuna pruriens

PADA TANAH YANG DICEMARI LOGAM BERAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Oleh: RIZKY AMNAH

117001002

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : PENGARUH MIKORIZA ARBUSKULAR

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN Pb DAN Cd TANAMAN Mucuna pruriens PADA TANAH YANG DICEMARI LOGAM BERAT

Nama Mahasiswa : Rizky Amnah Nomor Induk : 117001002

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA.

Anggota

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc.

Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 05 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA. ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc.

2. Dr. Deni Elfiati, SP, MP. 3. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

(5)

ABSTRAK

Rizky Amnah. Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat. Dibimbing oleh Asmarlaili S sebagai ketua komisi pembimbing dan T. Sabrina sebagai anggota komisi pembimbing.

Logam berat Pb dan Cd merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas tanah dan bersifat meracun bagi tanaman. Logam ini tidak dapat didegradasi dan bersifat akumulatif. Mikoriza arbuskular sebagai agen untuk meningkatkan fitoremediasi pada lahan tercemar dinilai sangat penting. Mikoriza arbuskular dapat meningkatkan penyerapan logam berat oleh tanaman, mengurangi toksisitas dan meningkatkan toleransi tanaman pada tanah terkontaminasi logam berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan dan serapan logam Pb dan Cd tanaman

Mucuna pruriens yang tumbuh pada tanah yang dicemari logam berat. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor, faktor pertama terdiri dari 2 taraf pemberian mikoriza arbuskular (tanpa mikoriza arbuskular dan pemberian mikoriza arbuskular) dan faktor kedua terdiri dari 6 perlakuan logam berat (tanpa logam berat, 400 ppm Pb, 600 ppm Pb, 800 ppm Pb, 400 ppm Pb + 70 ppm Cd dan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd) dengan 3 ulangan. Tanaman dipanen setelah berumur 4 bulan setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza arbuskular dapat meningkatkan pertumbuhan serta serapan logam Pb dan Cd tanaman M. pruriens

secara nyata. Perlakuan logam berat menghambat pertumbuhan tanaman dengan pertumbuhan tanaman terendah terdapat pada perlakuan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd. Serapan logam Pb tanaman M. pruriens tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian mikoriza arbuskular dan 800 ppm Pb. Serapan Cd tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian mikoriza arbuskular dan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd.

(6)

ABSTRACT

Rizky Amnah. Effect of Arbuscular Mycorrhiza on Growth and Pb-Cd Uptake of Mucuna pruriens in Soil Contaminated by Heavy Metals. Supervised by Asmarlaili S and T. Sabrina.

Heavy metals is one of the causes of decreasing soil quality and toxicity for plant. Heavy metals can not be degraded and accumulate in soil and plant tissues. Arbuscular mycorrhiza is an agent for improving phytoremediation on contaminated soil. Arbuscular mycorrhiza can stimulate heavy metals uptake by plants, reduce toxicity and improve the plants tolerance in soil contaminated with heavy metals. The objective of this research was to observe the effects of arbuscular mycorrhiza on growth and Pb-Cd uptake of Mucuna pruriens plants that grow in the soil contaminated by Pb and Cd. This research was done at screen house of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The experiment design was arranged in factorial randomized block design, three replications with two factors: first factor was inoculation arbuscular mycorrhiza (uninoculated and inoculated arbuscular mycorrhiza) and second factor was heavy metal treatments (without heavy metal, 400 ppm Pb, 600 ppm Pb, 800 ppm Pb, 400 ppm Pb + 70 ppm Cd and 600 ppm Pb + 105 ppm Cd). The plants harvested 4 months after planting. Results of the experiment showed that inoculation of arbuscular mycorrhiza enhanced the growth and the uptake of Pb and Cd by M. pruriens significantly. Heavy metal treatments inhibited the plant growth with lowest growth at treatment 600 ppm Pb + 105 ppm Cd. Pb uptake by M. pruriens was highest in the combination treatment inoculated arbuscular mycorrhiza and 800 ppm Pb. Cd uptake was highest at treatment inoculated arbuscular mycorrhiza and 600 ppm Pb + 105 ppm Cd.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrohmānirrohīm,

Alhamdulillahirobbil’ālamīn. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya penulis berhasil merampungkan tesis ini. Salawat dan salam kepada

junjungan dan tauladan umat, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat,

serta pengikut-pengikut Beliau hingga akhir zaman.

Tesis ini berjudul Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan

dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari

Logam Berat. Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis

banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S, MS, DAA dan Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Sc selaku

dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan

dan fikiran mulai persiapan penelitian hingga penulisan tesis ini.

2. Dr. Deni Elfiati, SP, MP., Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi., Dr. Ir.

Hamidah Hanum, MP dan Dr. Revandy Iskandar Damanik, MSc selaku dosen

penguji yang telah memberi saran dan ilmu dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Ayah dan Ibu, Bang Hamdan dan kedua adikku, Rezha dan Tina, yang telah

memberikan dukungan dan mengiringi ananda dengan do’a dan kasih sayang.

4. Teman-teman serta staf tata usaha dan laboratorium yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan tesis ini

(8)

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Penulis berharap tesis ini bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmad dan karunia-Nya bagi kita semua.

Aamiin.

Medan, Maret 2014

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 30 Agustus 1986 di Padangsidimpuan, Propinsi

Sumatera Utara, sebagai putri kedua dari empat bersaudara dari Ayah bernama

Pamusuk Harahap, S.Pd dan Ibu bernama Qanitah Nasution, S.Pd.

Setelah lulus dari Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal pada

tahun 1993, penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri No. 145565 Losung

Batu, lulus tahun 1999 dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Iman Losung Batu,

lulus tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 4

Padangsidimpuan. Pada tahun 2002, penulis diterima di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan. Setelah lulus SMA pada tahun 2005, penulis melanjutkan

pendidikan di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di

Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Pada tahun

2011 penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Magister

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(10)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza Arbuskular (MA) ... 4

Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) ... 7

Bioremediasi ... 9

Mucuna pruriens ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Pengambilan Contoh Tanah ... 15

Analisis Tanah Pendahuluan ... 15

Persiapan Lahan ... 16

Perbanyakan Mikoriza Arbuskular ... 16

Persiapan Bibit Tanaman Mucuna pruriens Bermikoriza ... 17

Persiapan Tanah Tercemar Pb dan Cd ... 17

Aplikasi Bibit Tanaman Mucuna pruriens Bermikoriza pada Tanah Tercemar Pb dan Cd ... 18

Pemeliharaan Tanaman... 18

Pemanenan ... 18

Parameter Pengamatan ... 19

pH H2O Tanah ... 19

Kadar Pb dan Cd (ppm) Total Tanah Setelah Panen ... 19

Kadar Pb dan Cd (ppm) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Setelah Panen ... 19

Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens ... 19

(11)

Berat Kering Tajuk dan Akar (g) ... 20

Derajat Infeksi Mikoriza (%) ... 20

Persentase Peningkatan Serapan Pb dan Cd pada Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Akibat Pemberian Mikoriza Arbuskular (MA) ... 20

Berat Kering Bintil (g/tanaman) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

pH H2O Tanah ... 22

Derajat Infeksi Mikoriza (%) ... 23

Pertumbuhan Tanaman ... 25

Kadar Pb dan Cd (ppm) Total Tanah Setelah Panen ... 27

Kadar Pb dan Cd (ppm) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Setelah Panen ... 28

Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens ... 31

Persentase Peningkatan Serapan Pb dan Cd pada Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Akibat Pemberian Mikoriza Arbuskular (MA) ... 33

Berat Kering Bintil (g/tanaman) ... 34

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

(12)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1 Konsentrasi maksimum logam berat di dalam tanah (mg kg-1 tanah)…. 8

2. Kadar logam berat dalam tanah sebagai dasar untuk pembersihan (The

US Environmental Protection Agency) ... 9

3. Jenis analisis tanah pendahuluan dan metode yang digunakan ... 16

4. Nilai pH awal tanah, pH setelah satu minggu pemberian logam berat

dan setelah panen akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat

dan interaksinya ... 22

5. Derajat infeksi (%) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya ... 24

6. Berat basah tajuk (g), berat kering tajuk (g), berat basah akar (g) dan berat kering akar (g) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya ... 26

7. Kadar Pb dan Cd (ppm) total tanah setelah panen akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya ... 28

8. Kadar Pb dan Cd (ppm) tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens

akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya .... 29

9. Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya ... 32

10. Berat kering bintil akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza arbuskular dan logam berat ... 34

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Persentase peningkatan serapan logam berat Pb dan Cd pada tajuk

dan akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1 Data analisis awal tanah …. ... 54

2. Penetapan derajat infeksi mikoriza arbuskular ... 54

3. Analisis Pb dan Cd total dalam tanah ... 55

4. Analisis kadar dan serapan Pb dan Cd pada tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens ... 56

5. Data pH tanah setelah satu minggu pemberian logam berat ... 57

6. Daftar sidik ragam pH tanah setelah satu minggu pemberian logam berat ... 57

7. Data pH tanah setelah panen ... 58

8. Daftar sidik ragam pH tanah setelah panen... 58

9. Data derajat infeksi (%) ... 59

10. Daftar sidik ragam derajat infeksi (%) ... 59

11. Data berat basah tajuk (g) ... 60

12. Daftar sidik ragam berat basah tajuk (g) ... 60

13. Data berat kering tajuk (g) ... 61

14. Daftar sidik ragam berat kering tajuk (g) ... 61

15. Data berat basah akar (g) ... 62

16. Daftar sidik ragam berat basah akar (g) ... 62

17. Data berat kering akar (g) ... 63

18. Daftar sidik ragam berat kering akar (g) ... 63

19. Data Pb total tanah setelah panen (ppm) ... 64

20. Daftar sidik ragam Pb total tanah setelah panen (ppm) ... 64

21. Data Cd total tanah setelah panen (ppm) ... 65

22. Daftar sidik ragam Cd total tanah setelah panen (ppm) ... 65

(15)

24. Daftar sidik ragam kadar Pb tajuk Mucuna pruriens (ppm) ... 66

25. Data kadar Cd tajuk Mucuna pruriens (ppm) ... 67

26. Daftar sidik ragam kadar Cd tajuk Mucuna pruriens (ppm) ... 67

27. Data kadar Pb akar Mucuna pruriens (ppm) ... 68

28. Daftar sidik ragam kadar Pb akar Mucuna pruriens (ppm) ... 68

29. Data kadar Cd akar Mucuna pruriens (ppm) ... 69

30. Daftar sidik ragam kadar Cd akar Mucuna pruriens (ppm) ... 69

31. Data serapan Pb tajuk Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 70

32. Daftar sidik ragam serapan Pb tajuk Mucuna pruriens (mg/tanaman) .. 70

33. Data serapan Cd tajuk Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 71

34. Daftar sidik ragam serapan Cd tajuk Mucuna pruriens (mg/tanaman) .. 71

35. Data serapan Pb akar Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 72

36. Daftar sidik ragam serapan Pb akar Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 72

37. Data serapan Cd akar Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 73

38. Daftar sidik ragam serapan Cd akar Mucuna pruriens (mg/tanaman) ... 73

39. Data berat kering bintil akar (g/tanaman) ... 74

40. Daftar sidik ragam berat kering bintil akar (g/tanaman) ... 74

41. Kriteria pH Tanah ... 75

(16)

ABSTRAK

Rizky Amnah. Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat. Dibimbing oleh Asmarlaili S sebagai ketua komisi pembimbing dan T. Sabrina sebagai anggota komisi pembimbing.

Logam berat Pb dan Cd merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas tanah dan bersifat meracun bagi tanaman. Logam ini tidak dapat didegradasi dan bersifat akumulatif. Mikoriza arbuskular sebagai agen untuk meningkatkan fitoremediasi pada lahan tercemar dinilai sangat penting. Mikoriza arbuskular dapat meningkatkan penyerapan logam berat oleh tanaman, mengurangi toksisitas dan meningkatkan toleransi tanaman pada tanah terkontaminasi logam berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan dan serapan logam Pb dan Cd tanaman

Mucuna pruriens yang tumbuh pada tanah yang dicemari logam berat. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor, faktor pertama terdiri dari 2 taraf pemberian mikoriza arbuskular (tanpa mikoriza arbuskular dan pemberian mikoriza arbuskular) dan faktor kedua terdiri dari 6 perlakuan logam berat (tanpa logam berat, 400 ppm Pb, 600 ppm Pb, 800 ppm Pb, 400 ppm Pb + 70 ppm Cd dan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd) dengan 3 ulangan. Tanaman dipanen setelah berumur 4 bulan setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza arbuskular dapat meningkatkan pertumbuhan serta serapan logam Pb dan Cd tanaman M. pruriens

secara nyata. Perlakuan logam berat menghambat pertumbuhan tanaman dengan pertumbuhan tanaman terendah terdapat pada perlakuan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd. Serapan logam Pb tanaman M. pruriens tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian mikoriza arbuskular dan 800 ppm Pb. Serapan Cd tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian mikoriza arbuskular dan 600 ppm Pb + 105 ppm Cd.

(17)

ABSTRACT

Rizky Amnah. Effect of Arbuscular Mycorrhiza on Growth and Pb-Cd Uptake of Mucuna pruriens in Soil Contaminated by Heavy Metals. Supervised by Asmarlaili S and T. Sabrina.

Heavy metals is one of the causes of decreasing soil quality and toxicity for plant. Heavy metals can not be degraded and accumulate in soil and plant tissues. Arbuscular mycorrhiza is an agent for improving phytoremediation on contaminated soil. Arbuscular mycorrhiza can stimulate heavy metals uptake by plants, reduce toxicity and improve the plants tolerance in soil contaminated with heavy metals. The objective of this research was to observe the effects of arbuscular mycorrhiza on growth and Pb-Cd uptake of Mucuna pruriens plants that grow in the soil contaminated by Pb and Cd. This research was done at screen house of Agriculture Faculty, University of North Sumatra, Medan. The experiment design was arranged in factorial randomized block design, three replications with two factors: first factor was inoculation arbuscular mycorrhiza (uninoculated and inoculated arbuscular mycorrhiza) and second factor was heavy metal treatments (without heavy metal, 400 ppm Pb, 600 ppm Pb, 800 ppm Pb, 400 ppm Pb + 70 ppm Cd and 600 ppm Pb + 105 ppm Cd). The plants harvested 4 months after planting. Results of the experiment showed that inoculation of arbuscular mycorrhiza enhanced the growth and the uptake of Pb and Cd by M. pruriens significantly. Heavy metal treatments inhibited the plant growth with lowest growth at treatment 600 ppm Pb + 105 ppm Cd. Pb uptake by M. pruriens was highest in the combination treatment inoculated arbuscular mycorrhiza and 800 ppm Pb. Cd uptake was highest at treatment inoculated arbuscular mycorrhiza and 600 ppm Pb + 105 ppm Cd.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencemaran oleh logam berat merupakan salah satu penyebab penting

menurunnya fungsi dan produktivitas tanah. Logam berat secara alamiah berada di

alam dan bersifat persisten. Berbagai aktivitas manusia menyebabkan konsentrasi

logam berat menjadi meningkat melebihi batas toleransinya di dalam tanah.

Berbagai sumber logam berat antara lain kegiatan pertambangan dan peleburan

bijih logam, kegiatan perindustrian, penggunaan bahan bakar fosil serta

pembuangan limbah rumah tangga.

Pb dan Cd merupakan logam berat yang umum dijumpai dalam tanah

tercemar. Pencemaran Cd terjadi di Kabupaten Brebes dan Tegal mencakup

wilayah seluas 16.697 Ha (Adiningsih et al., 2003). Kandungan Cd bawang merah

di daerah tersebut dianggap telah melebihi ambang batas pencemaran Cd. Brebes

dan Tegal merupakan pemasok bawang merah bagi beberapa daerah di Indonesia.

Kegiatan industri pada dasarnya membuang limbah ke sungai yang

berpotensi mencemari lahan-lahan pertanian. Selain itu, Penggunaan pupuk dan

pestisida yang intensif dalam jangka panjang dapat menyebabkan pencemaran

logam berat sehingga menurunan kualitas tanaman. Sayuran yang diperoleh dari

sentra produksi di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan adanya cemaran

logam Pb. Pada lahan pertanian kentang Pangalengan, Jawa Barat terukur

tercemar Cd. Kandungan Cd pada lahan tersebut telah melebihi ambang batas

konsentrasi Cd dalam tanah (Kusdianti et al., 2014).

Pb dan Cd merupakan polutan berbahaya penyebab penurunan kualitas

(19)

dalam tanah dan jaringan tanaman. Keberadaan logam tersebut dalam bahan

makanan dapat membahayakan kesehatan manusia. Menurut Darmono (1995), Cd

dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, dan jaringan. Sedangkan Pb

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan kerusakan sistem saraf.

Lahan-lahan tercemar logam berat perlu diperbaiki untuk meningkatkan

kualitas tanah dan menghindari bahaya logam berat bagi kesehatan. Salah satu

langkah yang dapat dilakukan yaitu bioremediasi menggunakan Mikoriza

Arbuskular (MA). Saat ini potensi mikoriza sebagai agen untuk meningkatkan

fitoremediasi pada lahan tercemar dinilai sangat penting. Mikoriza Arbuskular

dapat menstimulasi penyerapan logam berat oleh tanaman, mengurangi toksisitas

dan meningkatkan toleransi tanaman pada tanah terkontaminasi logam berat.

Mikoriza Arbuskular dapat meningkatkan toleransi tanaman pada tanah

terkontaminasi logam berat dengan cara khelasi logam berat pada dinding sel hifa

dan menghasilkan sejumlah asam organik. MA juga dapat menyokong

pertumbuhan tanaman melalui perbaikan struktur tanah, peningkatan serapan

unsur hara tanaman terutama P, ketahanan terhadap patogen dan kekeringan.

Penggunaan Mucuna pruriens sebagai tanaman inang bagi MA dalam

proses bioremediasi diharapkan mampu menurunkan kadar logam berat dalam

tanah melalui penyerapannya ke akar atau tajuk tanaman yang dimediasi oleh

MA. Dengan demikian, diharapkan proses bioremediasi nantinya akan lebih

mudah dan murah untuk diaplikasikan pada lahan-lahan tercemar logam berat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh MA terhadap pertumbuhan dan serapan Pb dan Cd tanaman M.

(20)

Tujuan Penelitian

1. Melihat pengaruh Mikoriza Arbuskular terhadap pertumbuhan dan serapan Pb

dan Cd tanaman Mucuna pruriens pada tanah yang dicemari logam berat.

2. Melihat pengaruh perlakuan logam berat terhadap pertumbuhan dan serapan Pb

dan Cd tanaman Mucuna pruriens pada tanah yang dicemari logam berat.

3. Melihat pengaruh interaksi antara Mikoriza Arbuskular dengan perlakuan

logam berat terhadap pertumbuhan dan serapan logam Pb dan Cd tanaman

Mucuna pruriens pada tanah yang dicemari logam berat.

Hipotesa Penelitian

1. Mikoriza Arbuskular meningkatkan pertumbuhan dan serapan logam Pb dan

Cd tanaman Mucuna pruriens pada tanah yang dicemari logam berat.

2. Perlakuan logam berat menurunkan pertumbuhan dan meningkatkan serapan

logam Pb dan Cd tanaman Mucuna pruriens pada tanah yang dicemari logam

berat.

3. Terdapat interaksi antara Mikoriza Arbuskular dengan perlakuan logam berat

terhadap pertumbuhan dan serapan logam Pb dan Cd tanaman Mucuna

pruriens pada tanah yang dicemari logam berat.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi tentang manfaat Mikoriza Arbuskular sebagai agen

bioremediasi pada lahan-lahan tercemar logam berat dengan menggunakan

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Mikoriza Arbuskular (MA)

Sebagian besar akar dari berbagai spesies tanaman pada lingkungan alami

maupun budidaya membentuk suatu hubungan simbiosis salah satunya mikoriza.

Pada lingkungan alami, hampir 80% akar tanaman membentuk asosiasi mikoriza.

Terdapat dua tipe utama mikoriza yang umum ditemukan yaitu: endomikoriza dan

ektomikoriza. Kelompok tumbuhan yang membentuk arbuskula mikoriza antara

lain Graminae, Leguminosa, Solanaceae, Liliaceae, Compoceae, tanaman

pertanian dan hortikultura (Hanafiah et al., 2009).

Akar tanaman dapat terinfeksi oleh hifa MA yang berasal dari propagul

yang terdapat di dalam tanah seperti spora, struktur cendawan yang dorman, atau

berasal dari akar tanaman lain yang terinfeksi. Derajat infeksi akar dipengaruhi

oleh jenis cendawan dan lingkungan seperti pH, temperatur, kelembaban,

pestisida dan kandungan unsur hara. Tingginya kadar inokulum dalam tanah dapat

meningkatkan derajat infeksi akar sampai titik optimum tertentu (Wood, 1995).

Hubungan simbiosis antara MA dan akar tanaman dapat memperbaiki

pertumbuhan tanaman terutama pada tanah-tanah miskin hara seperti Ultisol.

Keuntungan penggunaan MA bagi perbaikan pertumbuhan tanaman antara lain:

meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, ketahanan terhadap penyakit

(Borowicz, 2001), perbaikan struktur makro dan mikroagregat tanah (Gamal,

2005), menghasilkan enzim fosfatase yang dapat meningkatkan ketersediaan P

(Bolan, 1991), serta mampu meningkatkan penyerapan air bagi tanaman sebagai

gantinya MA mendapatkan karbohidrat dari tanaman inang (Hanafiah et al.,

(22)

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi keefektifan MA, yaitu (i)

kemampuan untuk membentuk hifa yang ekstensif dan penyebaran hifa yang baik

dalam tanah, (ii) kemampuan untuk menginfeksi pada seluruh sistem perakaran,

(iii) kemampuan untuk menyerap P dari tanah, dan (iv) umur dari mekanisme

transport sepanjang hifa ke dalam akar tanaman (Abbott dan Robson, 1982 dalam

Delvian, 2003).

Selain hubungan saling menguntungkan antara tanaman dan mikoriza

tersebut, fungsi lain MA sebagai agen bioremediasi pada tanah-tanah tercemar

logam berat telah banyak diteliti. Dalam hal ini MA dapat memodifikasi respon

tanaman terhadap kelebihan logam berat dalam tanah. Dalam penelitiannya, Wang

et al. (2007) memperoleh bahwa kadar Cu, Zn, Pb dan Cd pada tajuk serta serapan

logam tersebut pada akar dan tajuk tanaman jagung meningkat dengan adanya

inokulasi MA (Gigaspora margarita ZJ37, Gigaspora decipens ZJ38,

Scutellospora gilmori ZJ39, Acaulospora spp. dan Glomus spp.) Penggunaan

tanaman hiperakumulator dan MA dapat meningkatkan potensi proses

bioremediasi (fitoekstraksi) lahan tercemar logam berat (Gaur dan Adholeya,

2004).

Mikoriza arbuskular dapat menurunkan penyerapan logam berat oleh

tanaman (Janouskova et al., 2005; Li et al., 2009). Mikoriza Arbuskular mampu

menurunkan penyerapan logam berat oleh tanaman karena hifa MA dapat

berkontribusi dalam penyerapan dan pendistribusian logam berat ke akar tanaman,

seperti unsur mikro Cu, Zn, tak terkecuali Cd yang bersifat toksik. Terjadi

pemisahan logam berat oleh granul polyphosphate yang terdapat pada bagian

(23)

logam berat tersebut ke bagian tanaman yang menyebabkan terjadinya akumulasi

dalam mikoriza (Shetty et al., 1994). Penyerapan logam berat ke dalam hifa

dipengaruhi oleh khitin pada dinding hifa yang berperan penting dalam

pengikatan logam (Zhou, 1999). Pada kasus ini, MA dapat berkontribusi dalam

proses fitostabilisasi melalui proses retensi logam berat dalam akar dan

meningkatkan adaptasi tanaman terhadap stress lingkungan.

Selain menyimpan logam berat di dalam hifa, MA juga mengembangkan

beberapa mekanisme toksisitas melalui imobilisasi logam berat oleh molekul

intrasel (fitokelatin dan metalotionin) dan imobilisasi logam berat oleh molekul

ekstraseluler (asam-asam organik) (Baldrian, 2003).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikoriza sebagai agen

bioremediasi pada tanah tercemar logam berat yaitu: (1) tingkat toleransi MA

terhadap logam berat, (2) tingkat toleransi tanaman inang terhadap logam berat,

(3) sifat-sifat tanah (pH, kelembaban, suhu dan nutrisi), (4) kadar logam berat dan

lamanya terpapar, dan (5) ketersediaan dan sifat logam berat (Khade dan

Adholeya, 2007).

Kolonisasi MA menunjukkan adanya penundaan, penurunan, dan

perusakan dengan tingginya konsentrasi logam berat. Besarnya derajat infeksi MA

pada akar tanaman pada tanah tercemar logam berat berbeda-beda untuk setiap

jenis dan konsentrasi logam berat. Setiap MA memiliki sensifitas yang berbeda

terhadap logam berat. Dari hasil penelitian Liao et al. (2003) didapatkan bahwa

Acaulospora laevis lebih sensitif terhadap Cu dan Cd dibandingkan Glomus

(24)

Pada dasarnya hubungan simbiosis MA sangat bervariasi diantara spesies

tanaman. Respon tanaman bisa positif (mutualisme), netral, dan negatif

(parasitisme). Hubungan simbiosis merupakan hubungan yang berlanjut dari

parasitisme menuju mutualisme (Bardgett, 2005).

Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)

Timbal dan Kadmium merupakan polutan yang umum terdapat pada

lahan-lahan bekas tambang, limbah industri, polutan dari asap kenderaan dan

bahan-bahan agrokimia (pupuk dan pestisida). Timbal (Pb) merupakan unsur

logam dengan nomor atom 82, bobot atom 207,20, titik leleh 328 oC, dan titik

didih 1740 oC. Kandungan rata-rata Pb dalam kerak bumi adalah 12,5 ppm. Pb

merupakan logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah

dimurnikan dari pertambangan (Lahuddin, 2011).

Kadmium (Cd) merupakan unsur logam yang memiliki nomor atom 48,

bobot atom 112,41, titik leleh 320,9 oC, dan titik didih 767 oC. Kandungan

rata-rata Cd dalam kerak bumi adalah 0,15 ppm. Cd biasa ditemukan sebagai mineral

yang terikat dengan unsur lain seperti oksigen, klorin, atau sulfur (Notodarmojo,

2005).

Timbal dan kadmium merupakan polutan berbahaya bagi kesehatan. Pb

dan Cd masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan saluran

pernapasan. Toksisitas Pb dalam tubuh menyebabkan gangguan pada kecerdasan

anak, tulang, darah, ginjal, liver, otak, reproduksi, jantung (Linder, 1992).

Kadmium beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Akumulasi pada

(25)

tubuh diabsorbsi sekitar 5-10% dan dieliminasi terutama melalui urin. Absorbsi

Cd dipengaruhi oleh faktor diet seperti intake protein, kalsium, dan vitmin D.

Proporsi yang besar adalah absorbsi melalui pernafasan yaitu antara 10-40%

tergantung keadaan fisik (Sudarmadji et al., 2006).

Pada tanaman, logam berat dapat masuk ke dalam jaringan melalui akar

dan stomata (Alloway, 1990). Pada dasarnya logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Ni

dan Zn merupakan unsur essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil

namun dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Lain

halnya dengan Pb dan Cd, kedua logam tersebut bukan unsur essensial bagi

tanaman. Logam Pb dan Cd bersifat toksik yang dapat menghambat pertumbuhan

tanaman (Janouskova et al., 2005). Rendahnya pertumbuhan tanaman akibat

logam berat disebabkan karena adanya penurunan kandungan klorofil tanaman

(Olivares, 2003), denaturasi protein dan penghambatan terhadap aktivitas enzim

(Ahemad, 2012).

Konsentrasi maksimal Pb di dalam tanah yaitu sebesar 300 ppm, dan Cd

sebesar 3 ppm (Tabel 1). Salah satu petunjuk yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk membersihkan logam berat di dalam tanah terdapat pada Tabel 2 di bawah.

Pada tabel tersebut, batas maksimum cemaran Pb dalam tanah sebesar 400 mg/kg

dan Cd 70 mg/kg.

Tabel 1. Konsentrasi maksimum logam berat di dalam tanah (mg kg-1 tanah)

Metal Cd Zn Cu Pb Ni

Konsentrasi Maksimum 3 300 140 300 75

Sumber: Wild, 1993 dalam Wood, 1995.

(26)

Tabel 2. Kadar logam berat dalam tanah sebagai dasar untuk pembersihan (The US Environmental Protection Agency)

Unsur Kadar dalam Tanah

(mg/kg)

Cu -

Cd 70

Cr 230

Ni 1600

Pb 400

Zn 23,600

Sumber: Grubinger dan Ross, University of Vermont

Bioremediasi

Bioremediasi lahan tercemar logam berat merupakan suatu proses

membersihkan (cleanup) lahan dari bahan-bahan pencemar secara biologi atau

dengan menggunakan organisme hidup baik mikroorganisme maupun tumbuhan.

Terdapat beberapa tekhnik yang telah diaplikasikan dalam remediasi tanah

terkontaminasi logam berat, yaitu vitrifikasi, landfilling, kimia, elektrokinetik, dan

fitoremediasi (Moenir, 2010).

Secara umum, sangat sulit mengeliminasi logam berat dari lingkungan.

Logam berat seperti Pb dan Cd adalah unsur alami yang terdapat dalam tanah, air,

organisme hidup dan bersifat stabil yang tidak bisa rusak atau hancur melalui

aktivitas biologi seperti halnya kebanyakan pestisida. Oleh karena itu, terdapat

kecenderungan untuk menumpuk di dalam tanah (Wood, 1995).

Keberhasilan suatu proses bioremediasi dipengaruhi oleh jenis dan sifat

logam berat, konsentrasi logam berat, potensi mikroba (Khade dan Adholeya,

2007) serta pengaruh lingkungan seperti pH, temperatur, nutrisi dan kelembaban

(27)

Dalam proses bioremediasi, mikroorganisme menggunakan kontaminan

sebagai nutrisi atau sumber energi. Aktivitas bioremediasi memerlukan adanya

suplemen nutrisi (N dan P), penerima elektron (oksigen) dan substrat (metan,

fenol, dan toluene) atau adanya kemampuan katalitik mikroba (Ma et al., 2007).

Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan dalam proses bioremediasi

diantaranya penggunaan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur

(bioaugmentasi) dan penggunaan tanaman (fitotoremediasi). Proses fitoremediasi

dibagi menjadi rhizofiltration, phytostabilization dan phytoextractioan.

Rhizofiltration yaitu adsorpsi kontaminan pada akar tanaman atau absorpsi

kontaminan dalam akar tanaman. Phytostabilization yaitu penggunaan tanaman

perennial, tidak dipanen untuk menstabilkan atau mengimmobilisasi kontaminan

dalam tanah. Sedangkan phytoextractioan merupakan proses menumbuhkan

tanaman pada tanah terkontaminasi logam. Akar tanaman kemudian

mentranslokasikan logam ke bagian tajuk. Tanaman kemudian dipanen dan

dijadikan abu atau dikomposkan untuk mendaur logam. Abu tanaman yang telah

dibakar kemudian dibuang ke tempat pembuangan khusus (USDA, 2000).

Fitoremediasi umum digunakan pada tanah-tanah tercemar karena

memiliki berbagai keuntungan yaitu: biaya relatif lebih murah, dampak bagi

lingkungan rendah, dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas

biologi tanah dan dapat diaplikasikan dalam skala luas. Terdapat sejumlah

tanaman yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan marginal dan ekstrim

seperti tanah tercemar logam berat. Tanaman tersebut mampu menyerap dan

(28)

mengganggu kehidupannya yang dikenal sebagai tanaman hiperakumulator

(Baker, 1999).

Penggunaan MA sebagai agen bioremediasi telah banyak diketahui dapat

meningkatkan serapan logam oleh tanaman. Proses remediasi oleh tumbuhan

yang difasilitasi mikoriza didasarkan pada prinsip menyerap dan

mengimmobilisasikan logam berat di dalam tanaman atau hifa. Selain

meningkatkan serapan logam, MA juga dapat menghindarkan tanaman dari

keracunan logam berat, menyokong pertumbuhan tanaman dan dapat

memperbaiki keseimbangan pengambilan nutrisi tanaman yang tidak setimbang

akibat adanya logam berat (Alori dan Fawole, 2012).

Mucuna pruriens

Mucuna merupakan genus tanaman yang memiliki 30 spesies yang

menyebar di daerah tropik dan sub tropik. Di Indonesia, tanaman ini dikenal

dengan sebutan Karabenguk. Pada kondisi alami, Mucuna pruriens merupakan

tanaman tahunan yang agresif dengan pertumbuhan dan penyebaran yang cepat.

Menurut Sharma et al. (2012), M. pruriens memiliki batang utama yang tebal

serta memiliki akar dengan diameter mencapai 7 mm atau lebih dengan warna

coklat tua hingga hitam.

Mucuna berasal dari Malaysia, Cina dan India. Genus Mucuna meliputi

spesies tanaman annual dan perennial. Pada kondisi tanah yang subur, Mucuna

dapat membentuk percabangan dan sulur dengan panjang 3 sampai 18 meter,

daunnya trifoliate dan bersifat thermonastik, bunga berwarna ungu dengan

(29)

melalui biji atau stek batang. Akar adventif dapat terbentuk pada sulur yang

menyentuh tanah. Bintil dapat terbentuk pada akar tanaman dengan bentuk yang

tidak beraturan. Menurut Pugalenthi et al. (2005), mucuna tumbuh baik pada

temperatur 18,7 oC hingga 30 oC, toleran terhadap kekeringan tetapi kurang

toleran terhadap kelembaban yang berlebih, dapat tumbuh pada tanah dengan

kisaran pH 4,5-7,7 serta dapat menghasilkan biomassa kering hingga 10 ton/ha.

M. pruriens banyak digunakan sebagai sumber alternatif protein yang

diolah secara tradisional atau digunakan sebagai pakan ternak. Dibidang

pertanian, mucuna banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah dan tanaman

rotasi dalam mensuplai nitrogen tanah dan menghasilkan bahan organik

(Mulvaney et al., 2009), untuk manajemen hama dan pathogen, dan untuk

mengontrol gulma (Suresh et al., 2010). Sedangkan secara medis, M. pruriens

digunakan sebagai obat anti parkinsons karena mengandung senyawa

3,4-dihydroxy-L-phenylalanine (L-DOPA) pada bijinya (Ratnaningsih et al., 2012)

Beberapa keunggulan M. pruriens dalam bidang pertanian antara lain:

memiliki pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi, menjaga

kelembaban tanah, memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma,

memperbaiki struktur dan aerasi tanah, mengendalikan erosi, dan meningkatkan

kandungan nitrogen tanah. Dengan demikian, penggunaan M. pruriens mampu

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara. Analisis parameter dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah

dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga November

2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari inokulum Mikoriza

Arbuskular Acaulospora sp dan Glomus sp koleksi Laboratorium Biologi Tanah

FP-USU, Mucuna pruriens sebagai tanaman inang, senyawa Cd(CH3COO)2.

2H2O sebagai sumber logam berat Cd dan senyawa Pb(CH3COO)2. 3H2O sebagai

sumber logam berat Pb serta pupuk fosfat alam, urea dan KCl sebagai pupuk

dasar. Sebagai media tanam digunakan tanah Inceptisol Simarsayang,

Padangsidimpuan, Sumatera Utara.

Peralatan yang digunakan antara lain polybag ukuran 1 dan 5 kg,

timbangan, cangkul, ayakan, grinder, mikroskop, oven, AAS serta alat-alat

lainnya yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama terdiri dari 2

(31)

sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dan 36 satuan percobaan. Terdapat 1

tanaman per polibag sehingga jumlah seluruh tanaman sebanyak 36 tanaman.

Faktor Mikoriza Arbuskular (MA = campuran Acaulospora spdan Glomus sp)

M0 = Tanpa MA

M1 = Pemberian MA

Faktor Logam Berat

L0 = Tanpa logam berat

L 1 = 400 ppm Pb

L 2 = 600 ppm Pb

L 3 = 800 ppm Pb

L 4 = 400 ppm Pb + 70 ppm Cd

L 5 = 600 ppm Pb + 105 ppm Cd

Yijk = μ + ρi + αj +βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Respon yang diamati

μ = rata-rata umum

ρi = Pengaruh blok ke-i dari faktor perlakuan, i=1, 2, 3

αj = Pengaruh faktor mikoriza arbuskular taraf ke-j, j=0, 1

βk = Pengaruh faktor logam berat taraf ke-k, k=0, 1, 2, 3, 4, 5

(αβ)jk = Pengaruh interaksi faktor mikoriza arbuskular taraf ke-j dengan logam

berat ke-k

εijk = Pengaruh galat percobaan

Data pengamatan dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji

beda rata-rata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(32)

Pelaksanaan Penelitian

I. Pengambilan Contoh Tanah

Tanah yang digunakan adalah Inceptisol Simarsayang, Padangsidimpuan,

Sumatera Utara. Contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm,

kemudian tanah dicampur hingga rata sambil diremas-remas lalu

dikeringudarakan. Tanah yang telah kering udara tersebut diayak dengan ayakan

ukuran 2 mm lalu dimasukkan ke dalam karung goni. Selanjutnya, diukur persen

kadar air (KA) dan kadar air kapasitas lapang (KL) metode Alhricks.

KA =BTKU−BTKO

BTKO x 100%

KL =BTKL−BTKO

BTKO x 100%

Keterangan: KA = Kadar Air

KL = Kadar Air Kapasitas Lapang

BTKU = Berat Tanah Kering Udara

BTKL = Berat Tanah Kering Lapang

BTKO = Berat Tanah Kering Oven

II. Analisis Tanah Pendahuluan

Tabel 4 Menunjukkan jenis analisis dan metode yang digunakan untuk

(33)

Table 3. Jenis analisis tanah pendahuluan dan metode yang digunakan

Jenis Analisis Metode

pH H2O pH-meter

C-organik (%) Walkley & Black

N-Total (%) Destilasi

C/N Ratio -

P-tersedia (ppm) Bray-II

KTK (me/100g) N NH4OAc pH 7

Pb Total (ppm) Destruksi (HNO3-HClO4)

Cd Total (ppm) Destruksi (HNO3-HClO4)

Tekstur Hydrometer

III. Persiapan Lahan

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara. Areal yang digunakan berukuran 3 x 6 m dengan jarak antar blok

1 m dan jarak antar tanaman dalam satu blok 0,5 m. Sebelum digunakan, lahan

terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan bebatuan.

IV. Perbanyakan Mikoriza Arbuskular

Inokulum Mikoriza Arbuskular yang digunakan berasal dari koleksi

Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, USU. Inokulum Mikoriza

Arbuskular yang digunakan merupakan campuran antara Acaulospora sp dan

Glomus sp. Sebelum digunakan, inokulum terlebih dahulu diperbanyak untuk

keperluan aplikasi. Perbanyakan dilakukan di Rumah Kasa FP-USU dengan

menggunakan tanaman jagung sebagai tanaman inang.

Contoh tanah Ultisol lolos saringan 2 mm disterilisasi dengan alat

sterilisasi tanah selama 3 jam selama 2 hari di laboratorium Biologi Tanah,

Fakultas Pertanian, USU. Tanah yang telah steril dimasukkan ke dalam polybag

dengan berat setara 5 kg tanah kering oven, kemudian dimasukkan inokulum MA

(34)

Benih jagung ditanam dengan jumlah 2 benih per polybag. Tanaman dipupuk

dengan batuan fosfat 0,500 g/polybag, Urea 0,375 g/polybag dan KCl 0,250

g/polybag. Tanaman disiram setiap hari pada sore hari hingga kapasitas lapang.

Tanaman ditumbuhkan sampai berumur 3 bulan setelah tanam dimana derajat

infeksi akar tanaman telah mencapai 90%.

V. Persiapan Bibit Tanaman Mucuna pruriens Bermikoriza

Persiapan bibit tanaman M. pruriens bermikoriza dilaksanakan di Rumah

Kasa, Fakultas Pertanian USU. Inokulum MA yang digunakan berasal dari hasil

perbanyakan pada tahap sebelumnya yang terdiri dari spora, hifa, akar terinfeksi

dan tanah.

Contoh tanah Ultisol dan pasir (perbandingan 1,5:1) yang telah steril

dimasukkan ke dalam polybag dengan berat setara 1 kg tanah kering oven.

Inokulum MA (campuran spora, hifa, akar terinfeksi dan tanah) diinokulasikan

dengan berat 50 g/polybag. Benih M. pruriens ditanamkan dengan jumlah dua

benih per polybag dan diperjarang menjadi satu tanaman setelah berumur 1

minggu. Tanaman dipupuk dengan batuan fosfat 0,10 g/polybag, Urea 0,075

g/polybag dan KCl 0,05 g/polybag. Tanaman disiram setiap hari pada sore hari

hingga kapasitas lapang. Bibit M. pruriens bermikoriza ditumbuhkan sampai

berumur 1,5 bulan setelah tanam untuk kemudian dipindahkan ke tanah tercemar

logam berat yang telah dipersiapkan.

VI. Persiapan Tanah Tercemar Pb dan Cd

Contoh tanah Ultisol lolos saringan 2 mm dengan berat setara 5 kg tanah

kering oven dicampur dengan senyawa sumber logam berat Cd dan Pb

(35)

Pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk tanah hingga merata. Setelah

homogen, tanah dimasukkan ke dalam polybag ukuran 5 kg. Sumber logam berat

Cd yaitu Cd(CH3COO)2. 2H2O sedangkan Pb yaitu Pb(CH3COO)2. 3H2O.

VII. Aplikasi Bibit Tanaman Mucuna pruriens Bermikoriza pada Tanah Tercemar Pb dan Cd

Bibit M. pruriens bermikoriza dipindahtanamkan (transplanting) pada

masing-masing tanah tercemar logam berat Pb dan Cd yang telah dipersiapkan.

Pindah tanam dilakukan dengan cara merobek polybag media tanam M. pruriens

bermikoriza kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang telah tercemar logam

berat dengan membuat lobang terlebih dahulu. Tanaman disiram setiap hari pada

sore hari hingga kapasitas lapang.

VIII. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pembersihan areal tanam dari

gulma, pengendalian hama secara mekanik dan penyiraman tanaman setiap sore

hari hingga kadar air kapasitas lapang.

IX. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2,5 bulan setelah pindah

tanam (total umur tanaman 4 bulan). M. pruriens dipanen dengan cara memotong

pangkal batang tanaman kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas.

Tanah media tumbuh M. pruriens yang berada dalam polybag dikeluarkan,

diremas-remas dan diaduk hingga merata kemudian dikeringudarakan. Setelah

kering, tanah diayak dengan ukuran 0,5 mm dan dilakukan pengukuran terhadap

(36)

Parameter Pengamatan

1. pH H2O Tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan 3 kali, yaitu: sebelum pemberian logam

berat, setelah pemberian logam berat dan setelah pemanenan. Pengukuran pH

sebelum diberi logam berat dilakukan tiga hari sebelum penanaman bibit M.

pruriens bermikoriza. Sedangkan pengukuran pH setelah pemberian logam berat

dilakukan satu minggu setelah pemberian logam berat ke dalam tanah.

Timbang 10 g contoh tanah lolos saringan 2 mm dan masukkan ke dalam

botol kocok. Tambahkan 25 ml aquades, kocok 30 menit dan baca pHnya dengan

pH meter yang terlebih dahulu telah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7.

2. Kadar Pb dan Cd (ppm) Total Tanah Setelah Panen

Pengukuran kadar Cd dan Pb total tanah dilakukan dengan metode

destruksi menggunakan HNO3 dan HClO4 pekat. Langkah selanjutnya terdapat

pada Lampiran 3.

3. Kadar Pb dan Cd (ppm) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Setelah Panen

Pengukuran kadar Cd dan Pb total tanaman dilakukan dengan metode

destruksi menggunakan HNO3 dan HClO4 pekat. Langkah selanjutnya terdapat

pada Lampiran 4.

4. Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens

Serapan Pb dan Cd tajuk dan akar tanaman diperoleh dengan cara

mengalikan kadar Pb dan Cd total tajuk dan akar dengan berat kering tanaman M.

(37)

5. Berat Basah Tajuk dan Akar (g)

M. pruriens yang telah dipanen dipotong pada pangkal batang. Batang

beserta daun tanaman ditimbang untuk memperoleh berat basah tajuk. Sedangkan

akar dibersihkan dari tanah yang melekat kemudian ditimbang untuk memperoleh

berat basah akar.

6. Berat Kering Tajuk dan Akar (g)

Tajuk dan akar Mucuna pruriens yang telah ditimbang selanjutnya

dikeringkan dalam oven pada suhu 70oC selama 24 jam kemudian ditimbang

untuk memperoleh berat kering akar dan tajuk.

7. Derajat Infeksi Mikoriza (%)

Setelah panen, akar diambil seberat 1 g dari total seluruh akar pada setiap

perlakuan. Pengambilan dilakukan pada lima titik di ujung-ujung akar, dicuci

bersih lalu dihitung derajat infeksi MA. Pengamatan derajat infeksi MA dilakukan

melalui teknik pembersihan dan pewarnaan akar (staining) berdasarkan metoda

Kormanik dan Mc Graw (1982) pada Lampiran 2.

Derajat Infeksi (%) = Jumlah akar yang terinfeksi (+)

Jumlah akar yang diamati (– )dan (+) � 100 %

8. Persentase Peningkatan Serapan Pb dan Cd pada Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Akibat Pemberian Mikoriza Arbuskular (MA)

Besarnya persentase serapan Pb dan Cd tajuk dan akar tanaman M.

pruriens oleh MA dapat dihitung berdasarkan Wang et al. (2007) dengan rumus :

Persentase peningkatan serapan (Pb atau Cd)(%) =

Serapan logam berat tanaman ( inokulasi MA− tanpa inokulasi MA)

(38)

9. Berat Kering Bintil (g/tanaman)

Bintil tanaman diambil dari akar kemudian dikeringkan dalam oven pada

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL 1. pH H2O Tanah

Tabel 4 menunjukkan nilai pH awal tanah, pH setelah satu minggu

[image:39.595.108.511.287.668.2]

pemberian logam berat dan setelah panen akibat pemberian MA dan logam berat.

Tabel 4. Nilai pH awal tanah, pH setelah satu minggu pemberian logam berat dan setelah panen akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat Mikoriza Rataan

M0 M1

pH Awal

L0 4.56 4.56 4.56

L1 4.56 4.56 4.56

L2 4.56 4.56 4.56

L3 4.56 4.56 4.56

L4 4.56 4.56 4.56

L5 4.56 4.56 4.56

Rataan 4.56 4.56

pH Tanah Seteleh Satu Minggu Pemberian Logam Berat

L0 4.55 4.54 4.54 a

L1 4.44 4.44 4.44 b

L2 4.46 4.45 4.45 b

L3 4.47 4.47 4.47 b

L4 4.45 4.43 4.44 b

L5 4.45 4.44 4.44 b

Rataan 4.47 4.46

pH Tanah Setelah Panen

L0 4.10 4.12 4.11

L1 4.15 4.11 4.13

L2 4.11 4.20 4.16

L3 4.12 4.16 4.14

L4 4.07 4.10 4.09

L5 4.11 4.15 4.13

Rataan 4.11 4.14

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

(40)

Nilai pH tanah setelah aplikasi logam berat diukur satu minggu setelah

pemberian logam berat. Interaksi perlakuan MA dan logam berat tidak

berpengaruh terhadap penurunan nilai pH secara nyata namun faktor perlakuan

logam berat menurunkan nilai pH tanah secara nyata (Lampiran 6). Dari Tabel 4

di atas dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan logam berat, yakni L1, L2, L3, L4 dan

L5 menyebabkan penurunan pH tanah dari 4,56 menjadi 4,44; 4,45; 4,47; 4,44 dan

4,44 jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa logam berat (L0) yakni 4,54.

Perlakuan logam berat L1, L2, L3, L4 dan L5 tidak berbeda secara nyata dalam

menurunkan nilai pH.

Faktor perlakuan MA tidak berpengaruh terhadap penurunan nilai pH

secara nyata (Lampiran 6). Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan M0 dan M1

tidak berbeda nyata dalam menurunkan nilai pH tanah. Nilai pH M0 dan M1 yaitu

4,47 dan 4,46.

Pada pengukuran nilai pH setelah panen diperoleh bahwa kedua faktor

perlakuan MA dan logam berat maupun interaksinya tidak berpengaruh terhadap

perubahan nilai pH (Lampiran 8) secara nyata, namun terjadi penurunan nilai pH

pada kedua faktor tersebut (Tabel 4).

2. Derajat Infeksi Mikoriza (%)

Inetraksi perlakuan MA dan logam berat berpengaruh terhadap perubahan

derajat infeksi akar tanaman M. pruriens secara nyata (Lampiran 10). Besarnya

derajat infeksi akar pada interaksi perlakuan MA dan logam berat menurun

dengan semakin tingginya konsentrasi logam berat (Tabel 5). Pada interaksi

perlakuan MA (M1) dan logam tunggal Pb (L1, L2, L3) dapat dilihat bahwa derajat

(41)

perlakuan MA (M1) dan perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan L5), derajat

infeksi akar terendah terdapat pada perlakuan M1L5.

Tabel 5. Derajat infeksi (%) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat

Mikoriza

Rataan

M0 M1

……….………. % ………..

L0 16.67 ef 92.67 a 54.67

L1 22.33 def 71.33 b 46.83

L2 27.33 cde 66.67 b 47.00

L3 23.00 def 37.33 c 30.17

L4 20.00 ef 39.00 c 29.50

L5 11.33 f 33.33 cd 22.33

Rataan 20.11 56.72

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

ppm Cd.

Derajat infeksi pada perlakuan M1L0 sebesar 92,67% turun menjadi

71,33% pada M1L1 dan turun lagi menjadi 39,00% pada M1L4. Demikian juga

pada perlakuan M1L5 dan M1L2 dimana terjadi penurunan derajat infeksi yang

lebih besar pada M1L5 (33,33%) daripada M1L2 (66,67%). Terdapat perbedaan

yang nyata diantara perlakuan M1L1 dengan M1L4 dan antara perlakuan M1L2

dengan M1L5 dalam penurunan derajat infeksi akar. Hal tersebut menunjukkan

bahwa selain konsentrasi, jenis logam berat juga menentukan besarnya derajat

infeksi akar oleh MA.

Faktor perlakuan logam berat menyebabkan penurunan derajat infeksi akar

tanaman M. pruriens secara nyata (Lampiran 10). Derajat infeksi akar cenderung

menurun dengan semakin tingginya konsentrasi logam berat yang diberikan. Jenis

[image:41.595.110.510.187.347.2]
(42)

L4 dan L5 (kombinasi logam Pb dan Cd) memiliki derajat infeksi yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan perlakuan L1, L2 dan L3 (logam tunggal Pb)

namun tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan L3, L4 dan L5

dalam penurunan derajat infeksi. Derajat infeksi tertinggi terdapat pada perlakuan

L0 (54,67%) dan terendah pada perlakuan L5 (22,33%).

Faktor perlakuan MA meningkatkan derajat infeksi akar tanaman M.

pruriens secara nyata (Lampiran 10). Perlakuan pemberian MA (M1)

meningkatkan derajat infeksi menjadi 56,72% berbeda nyata dengan perlakuan

tanpa MA (M0) yakni 20,11% (Tabel 5).

3. Pertumbuhan Tanaman

Interaksi perlakuan MA dan logam berat tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman secara nyata baik pada parameter berat basah tajuk, berat

kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar tanaman (Lampiran 12, 14, 16

dan 18) namun pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa diantara perlakuan M1L1 dan

M1L4 terjadi penurunan berat basah dan kering tajuk dan akar tanaman yang tinggi

pada M1L4 jika dibandingkan dengan M1L1. Demikian juga antara perlakuan M1L2

dengan M1L5. Penurunan terbesar terdapat pada M1L5 jika dibandingkan M1L2.

Faktor perlakuan logam berat menghambat pertumbuhan tanaman secara

nyata pada parameter berat basah dan kering tajuk (Lampiran 12 dan 14). Pada

Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan logam berat cenderung menurunkan berat

basah dan kering tajuk tanaman M. pruriens. Tidak terdapat perbedaan yang

nyata diantara perlakuan pemberian tunggal Pb (L1, L2, dan L3) terhadap

(43)
[image:43.595.109.513.131.638.2]

Tabel 6. Berat basah tajuk (g), berat kering tajuk (g), berat basah akar (g) dan berat kering akar (g) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat Mikoriza Rataan

M0 M1

Berat Basah Tajuk --- g ---

L0 139.62 209.41 174.51 a

L1 114.15 180.03 147.09 ab

L2 170.61 152.90 161.76 a

L3 147.14 204.80 175.97 a

L4 98.02 134.05 116.03 b

L5 99.55 129.75 114.65 b

Rataan 128.18 b 168.49 a

Berat Kering Tajuk --- g ---

L0 35.03 50.84 42.93 a

L1 33.50 43.64 38.57 a

L2 39.66 40.72 40.19 a

L3 32.99 46.98 39.98 a

L4 26.59 37.38 31.99 b

L5 28.37 33.55 30.96 b

Rataan 32.69 b 42.18 a

Berat Basah Akar --- g ---

L0 27.05 35.70 31.38

L1 28.73 34.73 31.73

L2 27.87 31.21 29.54

L3 27.65 32.23 29.94

L4 29.47 30.94 30.20

L5 26.86 30.93 28.90

Rataan 27.94 b 32.62 a

Berat Kering Akar --- g ---

L0 4.74 7.52 6.13

L1 5.35 7.33 6.34

L2 4.50 6.40 5.45

L3 4.62 7.03 5.83

L4 5.55 6.06 5.81

L5 4.27 5.93 5.10

Rataan 4.84 b 6.71 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

ppm Cd.

Penurunan berat basah dan kering tajuk yang lebih besar terdapat pada

perlakuan kombinasi logam berat Pb dan Cd yaitu pada L4 dan L5 jika

(44)

perlakuan L4 tidak berbeda secara nyata dengan L5 dalam menghambat

pertumbuhan tanaman.

Faktor perlakuan logam berat menghambat pertumbuhan tanaman pada

parameter berat basah dan kering akar secara tidak nyata (Lampiran 16 dan 18).

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa berat basah dan kering akar tanaman M.

pruriens cenderung menurun dengan semakin tingginya kadar logam berat yang

diberikan. Penurunan berat basah dan kering akar tanaman yang lebih besar

terdapat pada perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan L5) daripada perlakuan

logam tunggal Pb (L1, L2, dan L3).

Faktor perlakuan MA berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman secara

nyata (Lampiran 12, 14, 16 dan 18). Hal ini dapat dilihat pada parameter berat

basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar tanaman M.

pruriens. Perlakuan pemberian MA (M1) mampu meningkatkan pertumbuhan

tanaman jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa MA (M0) (Tabel 6).

4. Kadar Pb dan Cd (ppm) Total Tanah Setelah Panen

Interaksi perlakuan MA dan logam berat tidak berpengaruh terhadap

perubahan kadar logam Pb dan Cd total tanah setelah panen secara nyata

(Lampiran 20 dan 22). Kadar Pb total tanah tertinggi terdapat pada perlakuan

M0L3 dan kadar Cd total tanah tertinggi terdapat pada perlakuan M0L5.

Faktor perlakuan logam berat berpengaruh terhadap perubahan kadar

logam Pb dan Cd total tanah setelah panen secara nyata. Pada Tabel 7 dapat

dilihat bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kadar logam berat total di

dalam tanah dengan semakin tingginya kadar logam berat yang diberikan. Kadar

(45)

111,62 ppm dan Cd terdapat pada perlakuan L5 (600 ppm Pb + 105 ppm Cd)

[image:45.595.113.513.187.448.2]

sebesar 46,215 ppm.

Tabel 7. Kadar Pb dan Cd (ppm) total tanah setelah panen akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat Mikoriza Rataan

M0 M1

Pb --- ppm ---

L0 3.67 3.24 3.46 c

L1 98.00 110.23 104.12 ab

L2 103.33 100.30 101.82 ab

L3 120.33 102.90 111.62 a

L4 107.67 99.37 103.52 ab

L5 101.33 100.23 100.78 b

Rataan 89.06 86.05

Cd --- ppm ---

L0 0.311 0.408 0.359 c

L1 0.387 0.317 0.352 c

L2 0.401 0.333 0.367 c

L3 0.484 0.303 0.393 c

L4 20.750 18.310 19.530 b

L5 49.523 42.907 46.215 a

Rataan 11.976 10.430

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

ppm Cd.

Faktor perlakuan MA tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar logam

Pb dan Cd total tanah setelah panen secara nyata (Lampiran 20 dan 22). Pada

Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa kadar logam Pb dan Cd total tanah setelah

panen pada perlakuan pemberian MA (M1) lebih rendah dibandingkan perlakuan

tanpa MA (M0).

5. Kadar Pb dan Cd (ppm) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Setelah Panen

Interaksi perlakuan MA dan logam berat tidak berpengaruh terhadap kadar

(46)

dan 30) namun faktor perlakuan logam berat meningkatkan kadar Pb dan Cd tajuk

dan akar tanaman M. pruriens secara nyata. Kadar Pb dan Cd tajuk dan akar

[image:46.595.112.514.202.697.2]

tanaman M. pruriens disajikan pada Tabel 8 di bawah.

Tabel 8. Kadar Pb dan Cd (ppm) tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat Mikoriza Rataan

M0 M1

Pb Tajuk --- ppm ---

L0 1.48 1.38 1.43 c

L1 37.53 41.33 39.43 b

L2 39.73 40.67 40.20 ab

L3 45.47 40.73 43.10 a

L4 37.60 39.80 38.70 b

L5 39.73 40.00 39.87 b

Rataan 33.59 33.99

Cd Tajuk --- ppm ---

L0 0.18 0.18 0.18 c

L1 0.26 0.23 0.25 c

L2 0.16 0.23 0.19 c

L3 0.20 0.19 0.20 c

L4 20.60 25.20 22.90 b

L5 27.73 31.86 29.80 a

Rataan 8.19 b 9.65 a

Pb Akar --- ppm ---

L0 5.79 6.95 6.37 d

L1 51.33 53.07 52.20 b

L2 60.80 59.20 60.00 a

L3 51.20 64.80 58.00 ab

L4 42.25 48.53 45.39 c

L5 63.79 56.00 59.89 a

Rataan 45.86 48.09

Cd Akar --- ppm ---

L0 1.72 1.43 1.57 c

L1 1.24 1.11 1.18 c

L2 1.78 1.49 1.64 c

L3 1.42 1.30 1.36 c

L4 29.47 35.28 32.37 b

L5 39.28 44.40 41.84 a

Rataan 12.48 b 14.17 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

(47)

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kadar logam berat di dalam tajuk dan

akar tanaman M. pruriens cenderung meningkat dengan semakin tingginya kadar

logam berat yang diberikan. Pada perlakuan tunggal Pb (L1, L2 dan L3), kadar Pb

tajuk tertinggi terdapat pada L3 dan akar pada L2. Pada perlakuan kombinasi Pb

dan Cd (L4 dan L5), kadar tertinggi Pb terdapat pada L5. Kadar Pb tajuk pada L3

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan kadar Pb akar pada L2 tidak

berbeda nyata dengan L5 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pada perlakuan L4 dan L5 (pemberian logam Cd), diperoleh bahwa terdapat

peningkatan kadar Cd dalam tajuk dan akar dengan semakin tingginya kadar Cd

yang diberikan. Kadar Cd pada tajuk dan akar tanaman pada perlakuan L4 dan L5

berbeda secara nyata. Kadar Cd tertinggi terdapat pada L5.

Pada parameter kadar Pb tajuk dan akar tanaman yaitu antara perlakuan

tunggal Pb (L1 dan L2) dan perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan L5) dapat

dilihat bahwa kadar Pb tajuk dan akar tanaman pada L1 (39,43 ppm dan 52,20

ppm) lebih tinggi daripada L4 (38,70 ppm dan 45,39 ppm). Demikian halnya

dengan L2 dan L5. Kadar Pb dalam tajuk dan akar tanaman pada L2 (40,20 ppm

dan 60,00 ppm) lebih tinggi daripada L5 (39,87 ppm dan 59,89 ppm). Hal ini

disebabkan karena pada perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan L5) terjadi

persaingan penyerapan antara Pb dan Cd ke dalam tajuk dan akar tanaman jika

dibandingkan dengan perlakuan tunggal Pb (L1 dan L2).

Faktor perlakuan MA tidak berpengaruh terhadap kadar Pb tajuk dan akar

tanaman M. pruriens secara nyata (Lampiran 24 dan 28) akan tetapi berpengaruh

terhadap kadar Cd tajuk dan akar tanaman secara nyata (Lampiran 26 dan 30).

(48)

dan akar tanaman jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa MA (M0) (Tabel 8).

Rata-rata kadar Pb dan Cd pada tajuk dan akar tanaman pada perlakuan M1

berturut-turut yaitu 33,99 ppm; 9,65 ppm, 48,09 ppm dan 14,17 ppm lebih tinggi

daripada M0 yaitu: 33,59 ppm; 8,19 ppm; 45,86 ppm dan 12,48 ppm.

6. Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens

Interaksi perlakuan MA dan logam berat tidak berpengaruh terhadap

serapan Pb tajuk dan akar tanaman M. pruriens secara nyata (Lampiran 32 dan 36)

namun berpengaruh terhadap serapan Cd tajuk dan akar tanaman secara nyata

(Lampiran 34 dan 38). Besarnya serapan Pb dan Cd tajuk dan akar tanaman M.

pruriens di sajikan pada Tabel 9. Pada tabel dapat dilihat bahwa serapan Pb tajuk

dan akar tanaman tertinggi terdapat pada M1L3 dan serapan Cd tajuk dan akar

tertinggi pada M1L5. Serapan Cd tajuk pada M1L5 berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan M1L4. Sedangkan serapan Cd akar pada

M1L5 berbeda nyata dengan seluruh perlakuan lainnya.

Faktor perlakuan logam berat meningkatkan serapan Pb dan Cd tajuk dan

akar tanaman secara nyata (Lampiran 32, 34, 36 dan 38). Semakin tinggi kadar

logam berat yang diberikan, semakin tinggi serapan tanaman terhadap logam

tersebut. Pada perlakuan tunggal Pb (L1, L2 dan L3), serapan Pb pada tajuk dan

akar tertinggi terdapat pada L3 namun tidak terdapat perbedaan yang nyata

diantara perlakuan tersebut dalam peningkatan serapan Pb tajuk dan akar tanaman.

Pada perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan L5) serapan Pb tajuk tertinggi pada

L4 dan serapan Pb akar tertinggi pada L5 namun tidak terdapat perbedaan yang

(49)

terdapat pada perlakuan L5 jika dibandingkan perlakuan L4. Kedua perlakuan

tersebut tidak berbeda secara nyata dalam peningkatan serapan Cd tanaman.

Tabel 9. Serapan Pb dan Cd (mg/tanaman) tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya.

Logam Berat Mikoriza Rataan

M0 M1

Serapan Pb Tajuk --- mg/tanaman ---

L0 0.0508 0.0713 0.0611 c

L1 1.2426 1.8079 1.5252 a

L2 1.5768 1.6594 1.6181 a

L3 1.4844 1.9094 1.6969 a

L4 1.0000 1.4844 1.2422 b

L5 1.1305 1.3396 1.2350 b

Rataan 1.0808 b 1.3787 a

Serapan Cd Tajuk --- mg/tanaman ---

L0 0.0062 d 0.0092 d 0.0077

L1 0.0077 d 0.0099 d 0.0088

L2 0.0063 d 0.0095 d 0.0079

L3 0.0064 d 0.0089 d 0.0076

L4 0.5485 c 0.9367 a 0.7426

L5 0.7826 b 1.0701 a 0.9264

Rataan 0.2263 0.3407 Serapan Pb Akar --- mg/tanaman ---

L0 0.0263 0.0523 0.0393 b

L1 0.2707 0.3921 0.3314 a

L2 0.2731 0.3826 0.3279 a

L3 0.2343 0.4547 0.3445 a

L4 0.2292 0.2932 0.2612 a

L5 0.2727 0.3297 0.3012 a

Rataan 0.2177 b 0.3174 a

Serapan Cd Akar --- mg/tanaman ---

L0 0.0084 d 0.0109 d 0.0097

L1 0.0062 d 0.0080 d 0.0071

L2 0.0080 d 0.0095 d 0.0088

L3 0.0068 d 0.0091 d 0.0080

L4 0.1657 c 0.2125 b 0.1891

L5 0.1675 c 0.2610 a 0.2142

Rataan 0.0604 0.0852

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Perlakuan M0=

tanpa MA, M1= pemberian MA, L0= tanpa logam berat, L 1= 400 ppm Pb, L 2= 600

ppm Pb, L 3= 800 ppm Pb, L 4= 400 ppm Pb + 70 ppm Cd, L 5= 600 ppm Pb + 105

[image:49.595.114.512.199.687.2]
(50)

Pada parameter serapan Pb tajuk dan akar tanaman M. pruriens yaitu

antara perlakuan tunggal Pb (L1 dan L2) dan perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4

dan L5) dapat dilihat bahwa serapan Pb pada tajuk dan akar tanaman pada L1

(1,5252 mg/tanaman dan 0,3314 mg/tanaman) lebih tinggi daripada L4 (1,2422

mg/tanaman dan 0,2612 mg/tanaman). Demikian juga antara L2 dan L5. Serapan

Pb tajuk dan akar pada L2 (1,6181 mg/tanaman dan 0,3279 mg/tanaman) lebih

tinggi daripada L5 (1,2350 mg/tanaman dan 0,3012 mg/tanaman). Rendahnya

serapan Pb tajuk dan akar tanaman pada perlakuan kombinasi Pb dan Cd (L4 dan

L5) terjadi akibat adanya persaingan penyerapan antara Pb dan Cd ke dalam tajuk

dan akar tanaman jika dibandingkan dengan perlakuan tunggal Pb (L1 dan L2).

Faktor perlakuan MA meningkatkan serapan Pb tajuk dan akar tanaman M.

pruriens secara nyata (Lampiran 32, 34, 36 dan 38). Perlakuan pemberian MA

(M1) mampu meningkatkan serapan Pb tajuk dan akar tanaman jika dibandingkan

dengan perlakuan tanpa MA (M0) (Tabel 9).

7. Persentase Peningkatan Serapan Pb dan Cd pada Tajuk dan Akar Tanaman Mucuna pruriens Akibat Pemberian Mikoriza Arbuskular (MA)

Gambar 1 di bawah menunjukkan persentase peningkatan serapan logam

berat Pb dan Cd pada tajuk dan akar tanaman M. pruriens akibat pemberian MA.

Gambar 1. Persentase peningkatan serapan logam berat Pb dan Cd pada tajuk dan akar tanaman Mucuna pruriens akibat pemberian mikoriza arbuskular

27.56

50.55

45.80 41.06

0 10 20 30 40 50 60

Pb Cd

[image:50.595.136.502.584.714

Gambar

Tabel 2. Kadar logam berat dalam tanah sebagai dasar untuk pembersihan (The US Environmental Protection Agency)
Tabel 4. Nilai pH awal tanah, pH setelah satu minggu pemberian logam berat dan setelah panen akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya
Tabel 5.  Derajat infeksi (%) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya
Tabel 6.  Berat basah tajuk (g), berat kering tajuk (g), berat basah akar (g) dan berat kering akar (g) akibat pemberian mikoriza arbuskular, logam berat dan interaksinya
+6

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat interaksi antara aplikasi kascing dengan inokulasi mikoriza terhadap serapan Pb tanaman dan serapan fosfor, sementara terhadap hasil tanaman cabai

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan kandungan logam Tembaga (Cu), Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada perairan Kawasan Industri Cilacap secara spektrofotometri serapan atom

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Acanthus ilicifolius terhadap paparan logam berat Pb dan Cd, serta konsentrasi yang terdapat pada bagian

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Coix lacryma-jobi terhadap paparan logam berat Pb dan Cd, serta konsentrasi yang terdapat pada bagian

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian MVA (mikoriza vesicular arbuskular) terhadap pertumbuhan dan serapan hara bibit karet ( Hevea brasiliensis

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Acanthus ilicifolius terhadap paparan logam berat Pb dan Cd, serta konsentrasi yang terdapat pada bagian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media tanam tanah pasir dan agen hayati Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau,

Sedangkan pada perlakuan tanah yang dicemari logam berat Pb berbedasangat nyata terhadap Pb tersedia tanah dan interaksi pemberian biomassa azolla dengan pemberian logam