• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran program nikmatnya sedekah untuk membangun kesadaran bersedekah pada jamaah di MNC TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran program nikmatnya sedekah untuk membangun kesadaran bersedekah pada jamaah di MNC TV"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Hj. Rachmi Ardhila NIM. 107051001598

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Hj. Rachmi Ardhila NIM. 107051001598

Pembimbing:

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP. 19690607 199503 2 003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi berjudul Peran Program Nikmatnya Sedekah Untuk Membangun Kesadaran Bersedekah Pada Jamaah di MNC TV, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat, 23 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Komunikasi Penyiaran Islam

Ciputat, 23 September 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.si Umi Musyarrofah, MA NIP.19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Umi Musyarrofah, MA Drs. Masran, MA

NIP. 19710816 199703 2 002 NIP.150 275 384 Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2011

Hj. Rachmi Ardhila

(5)

i Nim : 107051001598

Program Nikmatnya Sedekah untuk Membangun Kesadaran Bersedekah pada Jamaah di MNC TV

Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) merupakan salah satu televisi

swasta yang menayangkan program dakwah yaitu acara “Nikmatnya Sedekah”. Program “Nikmatnya Sedekah” selain menayangkan tentang fadilah-fadilah

(keutamaan) bersedekah, juga menayangkan testimoni dari para bintang tamu tentang pengalaman nyata mereka setelah bersedekah. Hal tersebut diharapkan bisa membangun perubahan kesadaran bersedekah jamaah.

Dari pendahuluan tersebut, peneliti ingin menganalisis mengenai bagaimana progam “Nikmatnya Sedekah” dalam membangun perubahan kesadaran bersedekah terhadap jamaah MNC TV? Dan bagaimana peran program

“Nikmatnya Sedekah” terhadap perubahan kesadaran bersedekah para jamaah di MNC TV tersebut?

Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis program nikmatnya sedekah dalam membangun perubahan terhadap jamaah tentang pentingnya sedekah, dan untuk mengetahui dan menganalisis peran program Nikmatnya Sedekah Terhadap kesadaran sedekah para jamaah di MNC TV.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengelola data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain sebagainya. Subjek penelitian ini adalah jamaah yang berada di MNC TV dan objeknya adalah tentang kesadaran bersedekah dengan adanya program acara Nikmatnya Sedekah. Adapun teknik pengambilan informan dengan menggunakan teknik konstruk operasional, dan bersifat representatif, sehingga sampel terwakili. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi.

(6)

ii

Alhamdulillahirrabil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT sekalian alam. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasullah Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman kebenaran yang sesungguhnya.

Alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta dorongan yang kuat dari orang tua tercinta, akhirnya penulisan skiripsi ini berjalan dengan baik dan lancar. Semua ini takkan tercapai tanpa adanya usaha, perjuangan,

dorongan, dari semua pihak dan do’a serta tawakkal kepada sang pencipta.

Merupakan sebuah kebahagiaan serta anugerah yang terindah yang dirasakan oleh penulis setelah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan juga.

Semua impian dan cita-cita penulis dapat terwujud karena adanya dukungan dari beberapa pihak yang dengan senang hati telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Maka pada kesempatan kali ini, penulis sangat perlu untuk menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terkait. Rasa terima kasih yang sangat penulis haturkan kepada:

(7)

iii

2. Bapak Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta para Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA.Ag, Pembantu Dekan II Drs.H.Mahmud Jalal, MA, dan Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarrofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang selalu bersedia membantu penulis dan memberikan informasi serta waktu untuk penulis berkonsultasi.

4. Ibu Dra. Rini Laili Prahatini, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dengan ilmu-ilmunya. Semoga ilmu yang penulis dapat bisa bermanfaat.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyampaikan ilmu pengetauhan dan berbagai masukan yang berharga kepada penulis selama masa perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini..

(8)

iv ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta, dan seperjuangan Lena Ulfiana, Fakhrunnisa, Anggi Ria, Nadia Nurfitria, Nia Kurniati, Huswatun Hasanah, Fakhrunnisa, Anggi Ria, dan Ahmad Tamamy yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan sekripsi ini.

10..Teman-teman Fell Darrk Febyana Anggun Sari, Siti Rosmalya, Donna Syilvia, Rudhita Desy, Amalucky Tadzkiroh, , Khilda Ayu, Rezky Amalia Putri, dan Benazir Ayu terimakasih atas semangat dan do’anya.

11.Keluarga besar mahasiswa KPI D angkatan 2007 yang sudah kompak dan memiliki rasa kekeluargaan antar sesama dalam menjalani perkuliahan. 12.Teman-teman KKN kelompok 31 angkatan 2007

Akhirnya peneliti hanya dapat mengucapkan puji syukur syukur dan terima kasih untuk kesekian kalinya serta mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekhilafan dan kealfaan peneliti. Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan imbalan dan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Kiranya sekeping mutiara yang terpatri dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin

Jakarta, 23 September 2011

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Peran... 14

B. Sejarah Televisi dan Pengertian Televisi ... 14

1. Sejarah Televisi ... 14

2. Pengertian Televisi ... 17

3. Pengertian Program ... 20

C. Sedekah ... 21

1. Pengertian Sedekah ... 21

2. Macam-macam Sedekah ... 24

D. Unsur- unsur Dakwah ... 26

(10)

vi

4. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 46

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

C. Pemilihan Informan ... 47

D. Model Penelitian ... 48

E. Teknik Pengambilan Data ... 49

F. Sumber Data ... 51

G. Fokus Pertanyaan Penelitian ... 52

H. Konsep Operasional Menurut Responden ... 52

I. Uji Validitas dan Keabsahan Penelitian ... 53

J. Teknik Analisa Data ... 54

K. Asumsi Penelitian ... 55

L. Teknik Pemeriksaan Data ... 56

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN A. Gambaran Umum Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) ... 58

1. Berdirinya Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) . 58 2. Visi dan Misi Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) ... 65

(11)

vii

6. Identitas Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) .... 66 B. Program Acara Dakwah yang Berada di Media Nusantara

Citra Televisi (MNC TV) ... 67 C. Struktur Program Nikmatnya Sedekah di Media Nusantara

Citra Televisi (MNC TV) ... 69 D. Konsep Program Nikmatnya Sedekah di Media Nusantara

citra Televisi (MNC TV) ... 70 E. Hasil dan Analisa Data Penelitian ... 73

1. Peran Progam “Nikmatnya Sedekah” Dalam Membangun Kesadaran Bersedekah Terhadap jamaah Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) ... 73 2. Pengaruh Program “Nikmatnya Sedekah” Terhadap

Kesadaran Bersedekah Para Jamaah di Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) ... 78

BAB V PENUTUP

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada saat ini hakikatnya sedang berada dalam satu peralihan memasuki abad baru yang dijuluki dengan abad teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi tersebut telah membawa dampak pada perkembangan komunikasi massa. Sehingga arus informasi dapat berjalan cepat dan mampu menembus ruang dan waktu antara tempat yang berbeda.

Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi tersebut menghantarkan umat manusia pada satu kemudahan untuk berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya hanya dapat dilakukan dengan komunikasi, itu sebabnya berkomunikasi merupakan kebutuhan manusia yang berarti menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, perasaan dan hati nurani kepada orang lain, baik verbal maupun non verbal, langsung maupun tidak langsung.1

Di antara media massa komunikasi elektronik, televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara satu negara dengan

1

(13)

negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarkan signal televisi. Inilah yang disebut globalisasi di bidang informasi.2

Budaya masyarakat Indonesia saat ini masih berada level budaya dengar dan lihat. Artinya sebagian besar penduduk Indonesia adalah permisa televisi dan sebagian lainnya adalah membaca surat kabar. Sehingga televisi

memiliki “magnet” yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, yaitu

“magnet” berupa audio dan visual.3

Televisi selain menyajikan aspek hiburan dan informasi juga pendidikan yang diantaranya adalah siaran agama Islam.

Televisi dapat menjadi sosial kontrol terhadap kejadian di masyarakat, karena itu televisi sebagai media massa telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dewasa ini. Oleh karenanya televisi merupakan peluang yang sangat baik bagi dakwah Islam, jika kita dapat mengetahui dan mengoptimalkan fungsi televisi sebagai media penyebar ajaran Islam.4

Seperti dalam undang-undang tentang penyiaran5 UU RI No. 32 Th. 2002 tentang penyiaran Adalah pasal yang terkait ringkasan undang-undang tentang undang-undang penyiaran televisi, yaitu bab 1, Ketentuan umum. pasal 1.

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara atau gambar yang berbentuk grafis,

2

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi “Menjadi Reporter Profesional”, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung: 2005.

3

Wawan Kusnadi, Komunikasi Masa”Sebuah Analisis Media Televisi”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hal.68

4

Awald Manshur. Televisi Manfaat dan Mudarat, (Jakarta : Fikahati Aneska, 1996), cet. Ke-2, hal. 77

5

(14)

karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan, izin penyelenggaraan penyiaran adalah hak yang diberikan oleh negara kepada penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran.

Selanjutnya dalam bab II dari pasal 2, 3, dan 4 berisikan tentang asas, tujuan fungsi, dan arah terdapat pada pasal 2 yang berisikan tentang Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan asas manfaat, adil, dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagamaan, kemitraan, etika, kemandirian, dan tanggung jawab. Pasal 3 berisikan tentang Penyiaran diselengggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.6 Pasal 4 berisikan tentang Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.

Maka dari itu peranan televisi untuk pengembangan dakwah di sisi lain harus diakui, bahwa dakwah melalui televisi sungguh efektif dari segi

penyampaian. Karena, dengan berdakwah melalui televisi mad’u lebih leluasa

6

(15)

untuk berkomunikasi dengan da’inya dan televisi memiliki kelebihan yaitu pancaran siarannya lebih luas ke seluruh Nusantara. Bahkan penonton yang menonton melalui televisi bisa berinteraksi secara langsung. Berdakwah melalui televisi lebih mudah untuk mengajak para masyarakat Indonesia untuk menontonnya ketimbang dakwah konvensional yang biasa digunakan oleh juru dakwah kita selama ini, seperti mimbar-mimbar dalam momentum jum’at maupun beragam pengajian yang diadakan.7

Saat ini, dakwah mengalami kemajuan dalam berbagi hal di antaranya dari teknik atau metode dakwahnya serta media dakwah yang sangat variatif dan menarik perhatian masyarakat. Namun dalam proses berdakwah hendaknya pesan-pesan agama disampaikan dengan cara yang baik seperti yang terangkum dalam surat An-Nahl ayat 125.

















































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”8

Perkembangan dakwah di era sekarang ini terlihat mengalami banyak kemajuan. Hal ini tentu karena dakwah pada masa sekarang ini sudah ditunjang oleh media dan peralatan yang canggih serta modern, sehingga

7

A.Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal.188

8

(16)

cakupan dan jangkauan pemirsanya (mad’unya) tidak hanya orang-perorang, atau kelompok-perkelompok, tetapi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dari masyarakat perkotaan sampai pedesaan, dari Sabang sampai Marauke, dari barat sampai ke timur, bahkan sampai keseantero dunia secara bersamaan, kita dapat menyampaikan dan menerima pesan-pesan dakwah.9

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba membangun kebenaran kekuatan efek televisi adalah mempengaruhi objek dakwah (mad’u) untuk melakukan kegiatan dakwah bersedakah. Sedekah (shadaqah) diartikan dengan banyak penafsiran. Pertama, sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima, tanpa disertai imbalan atau keuntungan dari sedekah tersebut. 10

Sedekah dapat diartikan hukumnya adalah sunnah, hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima sedekah akan memanfaatkannya pada yang haram. Bisa pula hukumnya menjadi wajib misalnya untuk menolong orang yang berada dalam keadaaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tidak dapat terlaksanakan kecuali dengan sedekah. 11

9

A.Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal.188

10

Juhali Syiah, Mimbar-mimbar Amal. (Surabaya:Akses Printing, 2000) hal. 24.

11

(17)

Melalui Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) misalnya, dari sebagian acara yang disediakan di Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV), masyarakat kita bisa menikmati santapan rohani secara rutin. Bahkan, lebih dari itu pesan-pesan keagamaan bukan saja disalurkan melalui program-program mimbar keagamaan, tetapi juga lewat sajian-sajian film dan syair-syair lagu.

Perlu kita ketahui bahwa Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) merupakan stasiun TV yang membuat acara-acara keagamaan yang masih eksis sampai saat ini. Diantaranya, Nikmatnya Sedekah, Taman Hati, Bengkel Hati, dan lain-lain. Tidak hanya itu Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) menjalankan fungsinya sebagai media massa, yakni memberi penerangan (informasi), menghibur (rekreatif), dan mendidik (educatif).12

Pada saat ini Media Nusantara Citra televisi (MNC TV) menambahkan program acara baru siaran keagamaan, yang bertema “Nikmatnya Sedekah”, acara ini memiliki nuansa yang berbeda dan baru dalam penyajiannya dibandingkan dengan acara keagaaman yang lain dimana acara ini tidak hanya menghadirkan narasumber bintang tamu dan pakar agama seperti acara-acara sebelumnya atau yang telah ada melainkan acara ini menghadirkan kisah-kisah nyata dari para audience atau para jama’ah yang berada di Media Nusantara Citra (MNC TV) dalam mengkaji topik yang sedang diperbincangkan.

Sebelum acara ini masuk pada topik pembahasan terlebih dahulu dihantarkan dengan surat Al-Fatihah, kemudian bintang tamu dan narasumber

12

(18)

mengulas topik yang diangkat, selanjutnya topik tersebut ditanggapi atau di komentari oleh pakar agama dan juga terdapat peran aktif dari audience

maupun penelpon yang menonton acara tersebut dari layar televisi yang bertanya tentang topik tersebut.

Menariknya dari acara “Nikmatnya Sedekah” ini, diharapkan dapat

meningkatkan perubahan perilaku terhadap jama’ah “Nikmatnya Sedekah”

yang berada di Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV). Di sini peran program “Nikmatnya Sedekah” merupakan peran yang sangat penting dalam berdakwah, sehingga dapat memberikan efek ataupun pengaruh bersedekah kepada khalayak. Dan acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bersedekah pada jamaah. Acara ini menyajikan tausiyah tentang nikmatnya bersedekah dan manfaatnya bersedekah sebagai solusi masalah-masalah yang telah terjadi yang dikuatkan oleh komentar-komentar atau testimoni para pelakunya. Acara ini di kemas dengan bahasa yang sangat sederhana. Di sertai dengan kisah-kisah nyata dari para audiennya.

Dalam acara “Nikmatnya Sedekah” Ust.Yusuf Mansur Menjadi pengisi acaranya. Dengan tutur bahasa yang sederhana membuat audiennya dan pemirsa yang menonton di rumah mudah untuk mencerna ilmu tausiyah yang diberikan. Acara “Nikmatnya Sedekah” ini disiarkan di Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV) setiap hari Selasa-Rabu pukul 04.00-06.00 WIB.

(19)

sebuah program televisi terhadap program dakwah di televisi, dengan judul penelitian Peran Program Nikmatnya Sedekah untuk Membangun Kesadaran Bersedekah Pada Jamaah di MNC TV.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian tentang peran program Nikmatnya Sedekah untuk membangun kesadaran

jama’ah dalam bersedekah.

1. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan di atas, agar ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini nantinya lebih fokus, maka penulis merasa perlu membatasi permasalahan tersebut mengenai efek media massa (televisi) dalam upaya membangun kesadaran melakukan suatu ajakan (bersedekah).

Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan lebih terfokus pada aspek upaya program”Nikmatnya sedekah” dalam membangun kesadaran bersedekah terhadap jamaahnya. Serta merubah pola pikir mereka tentang arti sedekah dan manfatnya. Sehingga para jamaah jadi termotivasi untuk bersedekah setelah melihat testimoni dari para bintang tamu.

2. Perumusan Masalah.

Permasalahan yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut:

(20)

b. Bagaimana peran program “Nikmatnya Sedekah” terhadap perubahan kesadaran bersedekah para jamaah di MNC TV tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis lebih detail mengenai program

“Nikmatnya Sedekah dalam melakukan perubahan kesadarn bersedekah

terhadap jamaah di MNC TV.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis peran program “Nikmatnya Sedekah” terhadap perubahan kesadaran bersedekah para jamaah di MNC TV.

D. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetauhan

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, dalam penerpan dibidang komunikasi media massa.

2. Akademis

Dapat menambah khazanah kepustakaan tentang program televisi

“Nikmatnya Sedekah” di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Praktis

(21)

E. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Peneliti juga mencari skripsi yang ada di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan di sekretariat jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam guna memastikan apakah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, terdapat judul skripsi yang mempunyai bidang-bidang kajian serupa dengan penelitian yang peneliti ambil.

a. “Peran Kontes Daiah TPI 2006 Dalam Mencetak Muballighah” yang disusun oleh Wardatul Jannah dengan NIM: 10501022588, penelitian ini berisikan mencari kontes daiah yang kreatif, berwawasan luas dan lain.lain-lain. Guna untuk mendapatkan pengetauhan, pengalaman, jaringan dakwah, dan pola pembinaan dakwah yang ideal. Dengan mencari kontest daiah mereka ini semualah pelaku dakwah profesional dengan almamater TPI yang diharapkan untuk mengemban amanah dan membawa manfaat bagi masyarakat.

b. “ Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Terhadap Tayangan

Infotaiment DI Televisi” yang disusun oleh Devi Rahayu dengan NIM:

(22)

c. “Peran Televisi Dalam Peningkatan Elektabilitas Calon Presiden (Studi Kasus Pada Pemilihan Umum Presiden Republik Indonesia

2009)” yang disusun oleh Dedy Kurnia Syah Putra dengan NIM:

106051001793, penelitian ini berisikan dengan adanya media massa seperti televisi dapat membangun popularitas seseorang agar lebih memanfaatkan fasilitas yang ada dan agar visi misi mereka semua lebih dikenal oleh masyarakat.

Berbeda dengan skripsi-skripsi lain yang membahas tentang proses pra produksi, produksi, pasca produksi, dan manfaat. Dilihat dari sisi dakwahnya dari program kajiannnya dan tentang kualitas programnya

yaitu program “Nikmatnya Sedekah” yang berada di MNC TV sangat

berbeda.

Judul Skripsi yang berjudul “Peran Program Nikmatnya Sedekah untuk Membangun Kesadaran Bersedekah Pada Jamaah di MNC TV”. Penulis membahas tentang perannya program acara nikmatnya bersedekah. Apakah program acara “Nikmatnya sedekah” tersebut dapat membangun kesadaran bersedekah jamaah yang berada di MNC TV atau tidak.

F. Sistematika Penulisan

(23)

BAB I Pendahuluan

Terdiri dari Latar belakang masalah, Batasan dan Rumusan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teori

Terdiri dari Sejarah Televisi, Pengertian Televisi, Pengertian Program, Pengertian Sedekah, Macam-macam Sedekah, Unsur-unsur Sedekah, Pengertian Sedekah, Unsur-Unsur-unsur Dakwah, Metode

Dakwah Seorang Da’i Kepada Mad’u, Media Dakwah, dan

Televisi Sebagai Media Dakwah. BAB III Metodologi Penelitian

Terdiri dari Lokasi dan Jadwal Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Pemilihan Informan, Model Penelitian, Teknik Pengambilan Data, Sumber Data, Fokus Pernyataan Penelitian, Konsep Operasional Menurut Responden, Uji Validitas dan Keabsahan, Teknik Analisa Data, Asumsi Penelitian, dan Teknik Pemeriksaan Data.

BAB IV Temuan dan Analisa Data

(24)

MNC TV, Struktur Program Nikmatnya Sedekah di MNC TV, Konsep Program Nikmatnya Sedekah di Media Nusantara Citra Televisi (MNC TV), Hasil Wawancara dan Observasi, Analisis. BAB V Penutup

(25)

14 A. Pengertian Peran

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama.1 Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai berikut;

Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.2

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.

B. Sejarah Televisi dan Pengertian Televisi 1. Sejarah Televisi

Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun dan mengalami perubahan inovasi yang lebih sempurna. Sebelum

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h. 735.

2

(26)

memasuki bahasan sejarah televisi, awal mula televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831).3 Penemuan Faraday yang oleh para pakar ilmu komunikasi teknologi disebut sebagai awal dari era komunikasi elektronik, dan gelombang elektromagnetik inilah yang digunakan sebagai penghantar pengiriman sinyal dalam menyiarkan gambar bergerak di televisi.4

Perbedaan pendapat terhadap awal mulanya kemunculan televisi karena adanya perbedaan dalam menentukan awal sejarah televisi itu sendiri. Seperti disebutkan di atas, kemunculan televisi tidak terlepas dari awal mula ditemukannya gelombang elektromagnetik, sedang pendapat lain menyatakan jika kehadiran televisi bermula dari penemuan televisi secara wujud asli seperti yang ada pada saat ini.

Pada mulanya, televisi pertama yang diciptakan adalah televisi mekanik yang belum memiliki kemampuan siaran. Televisi mekanik hanya mampu menampilkan gerakan gambar namun belum dapat disiarkan. Karena belum adanya sistem saluran untuk menyiarkan kepada khalayak.5 Dalam perkembangannya, Philo Farnsworth dan Zworykin, dua nama yang diyakini sebagai penemu melakukan percobaan untuk perkembangan televisi.

Keduanya berhasil dalam mencatatkan sejarah kemajuan teknologi televisi secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun

3

Stanley J. Baran, Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. (New York: McGraw Hill, 2004), h.233.

4

Sitepu Ary, Televisi dalam Kehidupan Sosial. (Jakarta:Pustaka Jaya, 1999), h.76.

5

(27)

1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Meskipun mereka berdua mengembangkan televisi dalam waktu yang bersamaan namun dalam tempat yang berbeda. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928 dengan menggunakan sistem mekanik. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka miliki umumnya berkualitas seadanya, atau hanya sekedar gerakan gambar yang sudah terekam sebelumnya. Pada masa itu ukuran layar televisi hanya sekitar tiga sampai delapan inci, sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, kecuali dalam hal siaran televisi elektronik lebih unggul.6

Pada tahun berikutnya, Vladimir Kosma Zworikyn mendaftarkan hak paten atas penemuan televisinya. Meskipun pemegang hak paten tersebut banyak diragukan oleh para pakar teknologi komunikasi. Nama tokoh penemu yang seharusnya berhak atas hak paten penemu televisi tidak bisa berbuat banyak.7 Setidaknya, penulis melengkapi sejarah televisi ini dengan timeline history yang penulis ambil dari sumber yang terjaga kredebilitasnya.

Sedangkan pada masa Vladimir bukan lagi masa penemuan melainkan hanya pengembangan teknologi televisi. Efek televisi yang telah merenggut perhatian banyak kalangan ini bukanlah bermula dari seorang profesor elektronik atau semacamnya. Penemuan televisi yang

6

Gilbert Zwartjes, The Theory of Mass Media, Television and Human Growth. (London: Sage Publication, 1999), h. 148.

7

(28)

fenomenal tersebut berawal dari otak jenius seorang anak petani New York. Dan tepat pada tahun 1927 Philo Farnsworth berhasil menciptakan tabung yang dapat menangkap gambar bergerak, dan gambar yang pertama dihasilkan gambar philo sendiri.8

2. Pengertian Televisi

Sebelum membahas lebih jauh tentang televisi, setidaknya perlu diketahui terlebih dahulu mengenai terminologi televisi. Secara etimologis, televisi berasal dari gabungan kata “tele” dan “vision” yang berarti “penglihatan jauh”. Kata tele dan vision diambil dari bahasa latin yang

bermakna penglihatan jauh. Ini dimaksudkan karena adanya transmisi pengiriman gambar dan suara yang dihasilkan oleh teknologi televisi dan diterima oleh publik secara bersamaan dengan jarak jauh.9 Dalam bahasa Inggris disebut television yang diartikan dengan melihat dari jarak jauh.10

Definisi TV dalam Ensiklopedi Encarta menyebutkan bahwa yang dimaksud televisi adalah sebuah sistem pengiriman dan penerimaan gambar serta suara dengan sinyal elektronika yang dikirimkan melalui kawat atau kabel dan fiber optik atau dengan radiasi elektronika. Sinyal-sinyal tersebut biasanya disiarkan dari stasiun televisi sebagai tempat produksi pada alat-alat penerimaannya pada televisi yang ada di rumah atau diteruskan oleh penyedia jasa televisi kabel.

8

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, edisi kedelapan. (jakarta: kenca, 2008), h. 54.

9

Televisi adalah media pembaharuan dalam bidang ilmu komunikasi yang berafiliasi pada ilmu publizistic. Lihat: Lathief Rosyidi, Dasar-DasarRetrorika Komunikasi dan Informasi, (Medan:Firma Rimbow, 1989), h.221. lihat juga: Stanley J. Baran, Introauction to Mass Communication; Media Lieracy and culture, (New York:McGraw Hill, 2004), h.165

10

Penglihatan jarak jauh adalah di mana tempat pengantar siaran (studio) dan penerima

siaran (Televisi) dalam jarak yang jauh. Lihat:Sunandar, “Telaah Format Keagamaan di televisi,

(29)

Menelaah pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektronika diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan kemudian transmisi tersebut disalurkan melalui pemancar satelit. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat (pesawat televisi). Di dalam pesawat televisi gelombang elektromagnetik diubah kembali menjadi gambar bergerak dan suara. Televisi sebagai suatu rangkaian dari media massa memiliki fungsi sebagai pelayanan sosial terhadap publik. Untuk itu, tugas televisi yang terpenting adalah memenuhi hak pemirsa,11 yang dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi, dengan menggunakan efek gambar dan suara. Sifat dinamis televisi semakin menambah daftar istimewa media ini, dengan dinamisasinya yang menghasilkan informasi yang tidak monoton.12

Selain itu, sebagai media komunikasi, televisi memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada khalayak. Sesuai dengan koridor fungsinya, yaitu meliputi pendidikan dan hiburan sebagai sarana kontrol sosial yang berupa media audio visual dengan jangkauan yang sangat luas. Sudrajat

11

Maksud dari hak pemirsa adalah hak yang disebut right to know. Televisi harus memenuhi kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak. Secara detail fungsi televisi terbagi menjadi empat bagian. Pertama, to Inform. Televisi berfungsi sebagai informan, setidaknya televisi memberitakan sebuah berita yang berhubungan dengan kepentingan publik. Kedua, to educated. Televisi berfungsi sebagai pendidik. Artinya setiap informasi yang ditayangkan melalui televisi harus bersifat mendidik. Ketiga, to entertain. Televisi berfungsi menjadi penghibur bagi khalayak. Tentunya hiburan yang mendidik pula. Keempat, to Influence. Televisi juga berfungsi mempengaruhi, dari keempat fungsi tersebut berpusat pada Social Control. Di mana fungsi terakhir ini adalah cakupan dari fungsi sebelumnya, yakni sebagai kontrol sosial. Yang mana televisi memiliki andil besar dalam mengontrol interaksi sosial. Lihat: sukma Indrayanti, media dan Masyarakat Modern. (Yogyakarta:Kencan mega, 2001), h.47.

12

(30)

menyebutkan, sebagaimana yang telah dikutip oleh Kartikasari dalam bukunya

yang berjudul ”Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam tayangan

Televisi: studi tentang pengaruh sistem modern terhadap prilaku sosial remaja Cianjur menyatakan jika pengertian televisi adalah suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambaran hidup yang meliputi gambar dan suara.13

Istilah televisi sendiri baru muncul dan dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906, di kota Paris, yang pada saat itu sedang berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara. Dari pertemuan tersebut setidak terdapat beberapa rumusan penting mengenai elektronika yang salah satu dari berbagai rumusan tersebut adalah terbentuknya rumusan mengenai terminologi televisi.14

Hal ini yang dimiliki televisi adalah daya tarik televisi itu sendiri, keistimewaan televisi terdiri dari gabungan antara unsur audio (pendengaran) dan unsur visual (penglihatan). Kemampuan menampilkan gambar hidup dan suara membuat televisi menjadi media paling banyak meraih pemirsa. Karena kemampuannya dalam meraih perhatian khalayak menjadi agenda penting dalam hal penyebaran informasi.

Dari berbagai pendapat tentang televisi tersebut, setidaknya penulis dapat menyimpulkan adanya magnetical dalam membicarakan efek televisi. Daya gabungan antara visual dan audio visual yang dimiliki, menjadikan televisi menduduki peringkat teratas dibanding media massa lainnya.

13

Tatiek Kartikasari et.al., Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam Tayangan Televisi; Studi tentang pengaruh sistem modern terhadap prilaku sosial remaja Cianjur, (Jakarta:Depdikbud, 1995),h. 30.

14

(31)

3. Pengertian Program

Program berasal dari Bahasa Inggris yaitu programme atau program yang berarti acara atau rencana.15program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.

Secara etimologi dalam kamus Bahasa Indonesia terbitan Departement Pendidikan Kebudayaan (1998), program adalah acara (seperti sebuah siaran, pengelolaan dan sebagainya).16

Secara terminologi, Undang-undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran untuk mengadu kepada pengertian acara.

Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Sedangkan menurut Omar Abidin Gilang program merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran.17

15

Morissan M.A, Manajemen Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1, h.199.

16

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), cet.ke-1,h.702.

17

(32)

C. Sedekah

1. Pengertian Sedekah

Dalam Kamus Besar Indonesia mendefinisikan sedekah adalah pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi.18

Sedekah secara bahasa berasal dari kata shadah yang artinya benar, tersurat dari kata ini bahwa orang yang bersedekah adalah orang yang benar imannya.19 Adapun secara terminologi syari’at, shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain.

Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas yang digunakan dalam al-Quran untuk mencakup segala jenis sumbangan. Zakat lebih disebut pula sedekah karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan, sedangkan sedekah adalah sukarela yang lain sepenuhnya tergantung pada keinginan orang yang menyumbang.

Dalam pengertian Kamus Arab Indonesia mengenai sedekah H.Muhammad Yunus menulis shadaqah berasal dari kata اقدص -قدصي -قدص

18

Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, h. 1008

19

(33)

yang artinya memberikan sedekah dengan sesuatu.20 Menurut al Hasan yang dikutip oleh Khalid Fadlullah dalam arti umum sedekah dirumuskan sebagai pemberian hanya kepada orang yang berhak dan patut diberi karena perintah Allah dan Rasul-nya, baik perintah wajib maupun sunnah yang merupakan kemasyarakatan dan kemanusiaan.

Kata sedekah berasal dari kata berarti benar, Qadli Abu Bakar bin Araby dalam pendapatanya yang berharga mengapa zakat dinamakan sedekah. Sedekah dari kata shidiq benar dalam hubungannya dengan segala baik perbuatan maupun ucapan serta keyakinan.21 Sedengkan sedekah dalam arti khusus, Rahmat Jatmika mengungkapkan, bahwa sedekah adalah suatu pemberian dari seorang muslim secara sukarela karena taqarub kepada Allah yang merupakan amal ibadah kepada Allah dalam wujud pemberian saja, harta atau benda yang bernilai kepada perorangan atau badan hukum yang bergerak dijalan Allah, untuk menghilangkan penderitaan seseorang.22

Jadi sedekah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang muslim untuk menciptakan kesejahtaraan umat termasuk menciptakan kelestarian lingkungan hidup dari alam semesta ini, guna memperoleh hidayah dan ridha Allah.

20

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah Al-Quran, 1993), h.21

21

Yusuf Qordhawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lantera Antar Nusa, 1993), h.34

22

(34)

Di dalam al-Qur’an surat An-Nisaa ayat 114





























































































Artinya: ''Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.'' (QS An Nisaa [4]: 114).23

Sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunah, adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan atau tidak. Terakhir ada kalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.24

23

Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahannya, (Medina AL-Munawwarah: komplek percetakan Al-Quranul Karim, 1998), H. 140

24Oyyo Radyt, “

(35)

Menurut Fuqaha, sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ali Imran (3): 92









































Artinya: ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...'' (QS Ali Imran [3]: 92).25

2. Macam-macam Sedekah26

Dari pengertian di atas, bisa diartikan bahwa terdapat macam-macam sedekah. Sehingga sedekah bukan sekedar diartikan pada proses mengeluarkan harta yang kita miliki untuk kita bagikan pada orang lain saja. Ada beberapa macam makna sedekah,menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, di antaranya adalah :

a. Sedekah Hati. Yakni jenis sedekah yang bisa kita wujudkan dengan jalan menjauhkan hati untuk tidak berprasangka buruk dan berpikir

25

Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahannya, H. 91

26

(36)

negatif pada orang lain. Sebaliknya, hati selalu digunakan untuk berpikir positif pada orang lain dan mendoakan hal yang baik.

b. Sedekah Sosial. yaitu dengan selalu menjalin hubungan baik kepada manusia lain serta bisa mengedepankan rasa saling menghormati pada sesama manusia.

c. Sedekah Pemikiran. Wujud sedekah yang berupa proses pencarian solusi jika di lingkungan kita terdapat masalah. Sehingga dengan pemikiran, kita bisa membantu mencari jalan keluar dari masalah yang ada tersebut.

d. Sedekah Informasi. Kita bisa memberikan informasi yang kita ketahui kepada orang lain yang membutuhkan agar bisa diperoleh manfaat. Seperti menyampaikan kepada orang lain, daerah mana yang terjadi bencana alam dan jenis bantuan apa yang dibutuhkan di lokasi tersebut.

(37)

D. Unsur –unsur Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Untuk memahami tentang dakwah secara tepat, maka perlu dikemukakan berbagai pengertian dakwah baik secara etimologis maupun dalam pengertian istilahnya.

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah,merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madli), yad’u(mudlari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan27, sedangkan kata

kerja atau fi’il adalah da’a, yad’u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.28

Di antara makna-makna dakwah adalah:

a. An-Nida artinya memanggil, da’a fulanun ilaa fulaanin, artinya fulan mengundang fulan.

b. Menyeru, ad-du’a ila syai’I artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.

c. Ad-da’wah ila qadhiyah artinya menegaskan atau membelanya, baik yang haq maupun yang bathil.

d. Suatu usaha berupa perkataan, atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu madzhab atau agama.

e. Memohon dan meminta kebaikan, ini yang sering disebut dengan istilah berdoa.29

27

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. (Jakarta: Penamadani. 2008). Cet ke-2, h.144.

28

Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1986). Cet ke-2,h.7

29 Jum’ah Amin Abdul Aziz,

(38)

Dakwah adalah tema yang terambil dalam Al-Qur’an. Ada banyak ayat di antara kata-kata yang digunakannya adalah dakwah atau bentuk-bentuk lain yang akar katanya sama dengan akar kata dakwah, yaitu dal, ain, wawu.

Menurut hasil penelitian, Al-Qur’an menyebutkan kata da’wah dan derivasinya sebanyak 19 kali, tersebar dalam 55 surat dan bertempat dalam 176 ayat. Ayat-ayat tersebut sebagian besar (sebanyak 141 ayat) turun di Makkah, 30 ayat turun di Madinah dan 5 ayat dipertentangkan antara Makkah dan Madinah sebagai tempat turunnya.30

Dari segi terminologi, kata dakwah memiliki definisi-definisi yang variatif seperti dikemukakan oleh banyak pakar ilmu dakwah.

a. Secara integral KH. Didin hafidhudin mendefinisikan:

Dakwah sebagai proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengembang dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku sasaran dakwah dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan.31

b. M.Quraish Shihab mendefinisikan:

Dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik (dari yang awalnya

30

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Semarang:Walisongo Press, 20030, Cet ke-1, h.4.

31

(39)

berperilaku buruk sampai kepada arah keadaan yang lebih baik) dan sempurna, baik terhadap pribadi ataupun terhadap masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih baik dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.32

c. Menurut HMS. Nasarudin Latif, mengemukakan :

Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil, manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.33

d. Muhammad Natsir

Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat konsep Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan perseorangan peri kehidupan berumah tangga (usrah), peri kemasyarakatan, dan peri kehidupan bernegara.34

Dari definisi-definisi tersebut di atas meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan, tetapi apabila dibandingkan satu sama lain, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:

32

M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung:Mizan 1998). Cet ke-17,h. 194

33 Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel,

Prinsip dan Strategis Dakwah, (bandung;pustaka Setia, 2001), Cet ke-2. H.24.

34

(40)

a. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam serta menjalankan segala perintahnya.

b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah.35

c. Nahi Munkar, mencegah perbuatan yang dilarang Allah, proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang di ridhoi oleh-Nya.

Pengertian dakwah tersebut bukan hanya merupakan sebuah pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus dikerjakan.

2. Unsur-unsur Dakwah a. Da’i

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah.

Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu

faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Da’i pada dasarnya

adalah penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas

kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa

tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan

35

(41)

mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.36

Bahkan da’i adalah indentik dengan dakwah itu sendiri. Dikatakan

demikian, karena seorang da’i harus menjadi teladan dan panutan yang

baik di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, da’i harus memiliki sifat -sifat yang terpuji atau akhlak yang mulia. Keluhuran budi pekerti ini menjadi salah satu pendorong yang memungkinkan masyarakat (mad’u)

dapat mengikuti jalan kebenaran yang diserukan sang da’i. Sifat-sifat yang

mulia itu adalah sifat-sifat yang harus dimiliki semua kaum muslim.

Namun, bagi seorang da’i, sifat-sifat itu harusalah memiliki nilai lebih.

Dengan perkataan lain, sifat-sifat yang mulia itu bagi seorang da’i harus tampak lebih mantap, lebih sempurna, dan lebih menonjol, sehingga ia dapat menjadi dakwah yang hidup dan menjadi teladan yang bergerak.37 b. Mad’u

Mad’u dapat dikatakan pula mitra dakwah atau penerima dakwah.

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.38

36

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. (Jakarta: Penamadani. 2008). Cet ke-2, h.311.

37

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h.312.

38

(42)

c. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak di capai. Namun secara global dapatlah dikatakan materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

1) Masalah Keimanan (Aqida)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.39

2) Masalah Keislaman

Syariah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhanya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.

3) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibanding dengan masalah keimanan dan keislaman. Akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurnaan keimanan dan keislaman.40

39

Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah, Agus Hasan Bashori, Kitab Tauhid 2, (Jakarta: darul Haq, 1998), cet. Ke-1, h.15

40

(43)

d. Metode Dakwah Seorang Da’i kepada Mad’u41

Dakwah ditujukan kepada ummat manusia dalam keadaan umurnya yang berbeda-beda, serta tingkatan kedudukannya dikalangan masyarakat di samping kecerdasan dan alam lingkungannya, dan kemauan serta jalan fikirannya. Hal ini menyebabkan para da’i harus menjadi orang -orang yang bijaksana, mahir dalam menyampaikan pendapat dan

pengertiannya kepada mad’unya.

Para da’i yang mendapat taufiq dan kejayaan ialah mereka yang

sanggup memberikan untuk tiap-tiap individu, apa yang diperlukannya,

baik berupa buah fikiran atau pun pengarahan. Da’i mestilah berusaha

meyakinkan orang itu tentang kebenaran apa yang diajukannya, kemudian berusaha menarik orang itu supaya bergerak mengamalkan apa yang

diajarkannya. Da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang menimbulkan

kesan dalam hati mad’unya.

Menurut Fathi Yakan42, dalam hal ini para pendakwah perlu memperhatikan hal-hal yang berikut:

1) Berkenalan dengan seseorang sebelum menyampaikan da’wah kepadanya:

Adalah suatu kewajiban bagi seorang da’i, agar ia berkenalan lebih dahulu dengan seseorang yang akan menerima dakwahnya. Ia harus memahami terlebih dahulu bagaimana latar belakang kehidupan orang itu, bagaimana jalan ikhtiarnya, dan bagaimana pengertian dan

41

Fathi Yakan, Bagaimana Kita menyeru Kepada Islam,(T.tp: T.pn, t.t), h.21.

42

(44)
[image:44.595.145.518.98.444.2]

gambarannya terhadap alam raya ini. Para pendakwah harus menyelidiki hal itu dengan mengadakan wawancara dan sebagainya, sehingga ia menemui apa kekurangan dan kesulitan yang sedang

dialami oleh mad’unya. Dengan demikian, para da’i menemui pintu

-pintu dan jendela-jendela, yang mungkin dijadikannya sebagai batu loncatan untuk mengetuk pintu hati orang yang diserunya itu. Jadi, harus banyak bergaul secara individu, dan mengadakan percobaan dan usaha, yang diharapkan akan membawa kejayaan. Pendakwah mesti mencatat pengalaman-pengalamannya, kemudian, ia berusaha menyampaikan dakwah kepada mad’unya itu disertai dengan pengarahan dan memberikan contoh teladan yang menimbulkan kesan

yang menarik dan mempengaruhi jalan fikiran mad’u itu.

2) Dari mana penda’wah harus mulai dan bagaimana caranya.

Untuk menemukan titik yang tepat dalam menentukan tempat

memulai tugasnya, da’i harus mengorbankan waktu yang tidak sedikit,

supaya ia berjaya dalam usahanya untuk meyakinkan mad’unya

terhadap ajaran yang disuguhkannya itu. Jangan sampai terjadi, da’i

salah memilih tempat yang akan menjadi titik tolak dakwahnya. 3) Sistematika yang akan dijadikan panduan:

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahawa perlu sekali

ditetapkan. Sistematika yang baik, agar da’i dapat mengetahui,

(45)

keras untuk benar-benar mengenali mad’u yang akan dihadapinya. Jika hal ini sudah

Terlaksana, maka mudahlah ia memperbandingkan di antara satu

mad’u dengan mad’u yang lain, kira-kira bagaimana kedudukan mad’unya

di kalangan masyarakat, dan bagaimana cara menghadapinya. Selanjutnya, Menurut Fathi Yakan da’i dapat mengikuti tiga langkah yang berikut, sebagai ukuran dasar dakwahnya:

1) Pembentukan Aqidah: 43

Membentuk aqidah, maksudnya menciptakan cara berfikir yang benar, terhadap alam raya serta manusia dan kehidupan ini. Untuk itu, harus diyakinkan terhadap Rukun Iman, terutama Iman kepada Allah Maha Pencipta. Usaha ini merupakan dasar dalam pembentukan keperibadian seorang muslim. Inilah asas dan titik tolak dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Dan inilah simpulan atau ikatan yang terbesar, pangkal terbukanya simpulan-simpulan yang lain-lain.

Pembinaan aqidah ini kemudian akan bersambung dengan pembinaan amal. Mad’u harus diyakinkan bahawa Islam adalah pedoman hidup yang akan menuntun manusia dalam memenuhi tuntutannya dalam kehidupan ini. Islam berasal dari wahyu ilahi, pemberian Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Islam adalah peraturan yang lengkap, mencakup segala lapangan kehidupan manusia Islam terbit dan filsafat alam yang murni yang akar-akarnya

43

(46)

berdiri sendiri. Sedang peraturan yang lain-lain, semuanya kurang lengkap,karena memang kekurangan dasar, karena semuanya berasal dari manusia. Dan sifat manusia yang hidup di sesuatu daerah, menyebabkan peraturan-peraturan yang dibuatnya itu kurang tidak lengkap, karena terpengaruh dengan alam sekitar tempat ia berada. Inilah desakan yang menghimpit manusia sebagai pembuat peraturan.

Untuk mengemukakan hal itu. da’i harus mempelajari fikrah islamiyyah secara mendalam dan harus juga mempelajari pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang lain-lain yang berada di luar

Islam. Dengan demikian. Da’i dapat berusaha meyakinkan mad’unya

tentang kekurangan yang ada dalam peraturan yang lain dan bagaimana lengkapnya peraturan dalam ajaran Islam.

2) Dan Iman menuju Amal

Kalau Keimanan mad’unya sudah baik, aqidahnya sudah

mendarah daging, dan sudah sempuma kefahamannya tentang Islam, maka langkah elanjutnya adalah peringkat amal. Da’i perlu berusaha mewujudkan teori iman itu dalam bentuk amal, ibadah, budi pekerti dan tingkah laku keislaman yang benar.44

e. Metode Dakwah

Seseorang yang hendak berdakwah mestilah mengetauhi cara, teknik atau metode (uslub) berdakwah. Tanpanya masyarakat yang menjadi sasaran dakwah akan menolak dan menerima secara negatif.

44

(47)

Al-Quran ialah sumber utama rujukan dakwah. Al-Quran banyak

mengemukakan metode dakwah untuk menjadi panduan kepada para da’i

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “hados” (jalan cara)45. Dengan demikian, kita dapat diartikan bahwa metode dakwah adalah cara jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan. Ketika kita membahas tentang metode dakwah, pada umumnya merujuk pada Surat An-Nahal 16/125:

































































































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah mengetauhi tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetauhi orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl/16:125)46

Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat di atas, antara lain sebagai berikut:

1) Bi al-Hikmah47

Menurut A.Muiz hikmah dalam bahasa Arab bermaksud kebijaksanaan, pandai, adil, lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan, perkarayang betul dan tepat, keilmuan dan pemaaf.

45

M. Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991). Cet. Ke -1,h.61.

46

Kementrian Urusan Agama Islam, Al-Quran dan Terjemahannya, H. 421

47A.Muiz,”

(48)

Dimaksud dengan kebijaksanaan ialah seseorang da’i perlu

bijak (arif) dalam semua bidang ilmu pengetauhan baik ilmu pengetauhan, baik ilmu agama maupun ilmu akademik dengan psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Adil berarti meletakkan sesuatu kena pada tempatnya, seperti seorang bersalah mestilah di hukum dengan hukuman yang setimpal dengannya, atau seorang hakim yang menjatuhkan hukuman secara adil. Contoh lemah lembut pula ialah seperti memaafkan musuh yang menjadi seharusnya.

Maksud hikmah juga ialah seorang rasul atau nabi menyeru, menyampaikan kebenaran daripada Allah kepada manusia. Makna hikmah bukan saja seperti maksud yang diuraikan di atas tetapi lebih luas daripada itu.

Hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi terpaksa atau keberatan.

Allah berfirman dalam Surah Al-baqaroh; ayat 269









































































Artinya : Tuhan memberikan kebijaksanaan (hikmat) kepada siapa yang disukai-Nya, dan orang yang diberi-Nya kebijaksanaan itu, sesungguhnya telah diberi kebaikan yang banyak, hanyalah orang yang berakal dapat mengerti.(Q.S.Al-Baqaroh:269)48

48

(49)

2) Mauidzah al Hasanah (nasehat yang baik)

Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan carayang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak didengar, menyentuh perasaan, lurus di pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci/menyebut kesalahan audience sehingga pihak obyek dengan rela hati atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak obyek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain.49

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauidhah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek dakwah.50

Al- Mau’izah Al-Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.51

49

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontomporer,(Yogyakarta:Minat Pustaka,2000),h.43.

50

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997),h.121.

51 A.Muiz,”Komunikasi Islam”A.Muiz,”Komunikasi Islam”(BANDUNG:pt.Remaja

(50)

3) Mujadalah atau Berdiskusi dengan Baik

Mujadalah ialah berdebat dengan mereka (sasaran dakwah) secara yang baik. Debat atau memiliki kebolehan dalam berhujah dan berpidato dengan berlandaskan kepa

Gambar

gambarannya terhadap alam raya ini. Para pendakwah harus
gambar hidup yang bisa dilihat dan didengar yaitu film, video, televisi,
gambaran umum acara tersebut. Selain itu peneliti mengadakan

Referensi

Dokumen terkait

Alasan penulis mengambil objek mahasiswa Ilmu Komunikasi UMS, karena menurut penulisdaya tangkap dan penilaian dalam menyaksikan sebuah program acara di televisi lebih cepat dan

Berdirinya Majelis Ta’lim ditengah kompleks lokalisasi ini menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang peran bimbingan keagamaan Islam yang