MANDIRI
TAHUN
PELAJARAN
2012/2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Disusun oleh
Indah Puji Lestari (108013000046)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus ujian Munaqasah
pada tanggal 02 Oktober 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang pendidikan Bahasa dan
dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
INDAH PUJI LESTARI NIM 108013000046
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Indah Puji Lestari
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1990
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk
Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST
pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, 26 September 2013
Indah Puji Lestari
Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri danmendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.
Metode yang digunakan penelitian yakni penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik OPQRST (overview, preview, question, research, summarize, dan test).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2013 di SMP Taruna Mandiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dan tes.
Hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96. Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II.Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampila nmembaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP TarunaMandiri tahun pelajaran 2012/2013.
Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
The purpose of this study was to describe the ability of intensive reading at class VIII junior high school TarunaMandiri and describe the intensive reading skills improvement after using technique of OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri.
The research methods use class action research at consisting of a cycle I and cycle II. Each cycle consists of the planning phase, the implementation of the action, observation, and reflection. The techniques used in this research is OPQRST techniques (overview, preview, question, research, summarize, and test).
This research was carried out in February until March 2013 at class VIII junior high school TarunaMandiri. The techniques of collecting data used interviewing, observation, documentation, questioner and test.
The result of this research are the data value of the pretest is 54,23 the cycle I with value 63,65, and cycle II with a value of 80,96. Student response to this learning is very positive, seen from the improvement occurs at pretest, the cycle I, and cycle II. The results prove that there is an increase in intensive reading skills for the discovery of facts with the use of the technique OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri year 2012/2013.
iii
sebaik-baiknya. Penyusunan skripsipenulis buat untuk memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi yangberjudul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan
Penggunaan Teknik OPQRST”.
Selama penulisan skripsi ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan
yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai
pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini.
1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
sekaligus dosen pembimbing skripsi.
3. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan
selama 4 tahun.
4. Hj. Aniq selaku Kepala Sekolah yang telah menguzinkan penulis
melakukan penelitian di SMPTarunaMandiri.
5. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Sarbiyanto, Ibu Alm.Suratmi
,dan Ibu Suwarni sebagai orang tua yang selalu memberikan doa serta
dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada kakak dan adik, Dani, Peni, dan Fina. Merekalah yang
selama ini selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Pihak perpustakaan yang telah membantu memberikan referensi kepada
iv
yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.
9. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani
masa-masaperkuliahanselama 4 tahun.
Jakarta, 26 September 2013
v Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Karya Sendiri
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca ... 6
2. Membaca Intensif ... 15
3. Fakta ... 18
4. Teknik OPQRST ... 19
B. Penelitian yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 25
vi
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 31
D. Karakter Penelitian Tindakan Kelas... 33
E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
F. Subjek Penelitian ... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah ... 39
B. Hasil Analisis Data ... 41
C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 53
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 62
vii
Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 47
Tabel 4.3 Nilai Siklus II ... 51
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Postest ... 55
ix Lampiran 2 Materi Ajar
Lampiran 3 Hasil Pretest Siswa
Lampiran 4 Hasil Postest Siswa
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Hasil Angket Siswa
Lampiran 7 Lembar Wawancara
Lampiran 8 Dokumentasi
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10 Lembar Uji Referensi
1 A. Latar Belakang Masalah
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.
Sebagai suatu keterampilan, maka kegiatan membaca ini perlu dilatih.
Membaca bukan sekedar kegiatan memahami lambang, pembaca harus dapat
memahami apa yang dibacanya, sehingga lambang-lambang tersebut
memberikan makna bagi pembacanya. Membaca adalah kegiatan yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca seseorang akan
mendapatkan informasi. Semakin banyak membaca, maka semakin tergali
informasi yang tidak diketahui sebelumnya.
Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari membaca. Namun,
nampaknya banyak siswa yang tidak menyadari hal itu. Rendahnya minat
baca siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya tidak ditanamkan
kebiasaan membaca sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Ketika
siswa sudah terbiasa dengan membaca, maka membaca akan menjadi sebuah
kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan.
Pada fase remaja, kegiatan membaca memang bukanlah menjadi hal yang
menyenangkan bagi siswa. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan
berselancar di dunia maya, menonton film, atau membaca komik. Bila tidak
dibimbing oleh guru, maka lama-lama kegiatan membaca hanya menjadi
rutinitas menjelang ujian dan terasa sangat membosankan.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses
belajar1. Daya serap membaca siswa akan menentukan hasil akhir dari proses
belajar, maka siswa harus mampu memahami isi bacaan, baik yang tersurat
1
maupun yang tersirat. Dalam hal ini guru sebagai pendidik harus menemukan
jenis keterampilan membaca yang tepat dan dapat membimbing siswa untuk
memahami suatu teks. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menarik minat baca siswa, sehingga guru harus kreatif untuk menciptakan
program-program yang dapat menarik minat baca siswa.
Kegiatan membaca memiliki tujuan untuk menemukan informasi yang
terdapat di dalam teks. Untuk menemukan informasi secara cepat dan akurat,
maka siswa dapat menerapkan keterampilan membaca intensif. Keterampilan
membaca intensif merupakan hal yang perlu diterapkan pada siswa sekolah
menengah, karena pada saat itu siswa mulai dikenalkan dengan istilah-istilah
baru, sehingga membutuhkan pemahaman mendalam pada suatu teks.
Keterampilan membaca intensif sangat mudah diterapkan di sekolah
menengah dan sangat efektif untuk membantu siswa memahami isi teks.
Ketika akan menerapkan keterampilan membaca intensif, guru juga harus
memberikan teknik membaca. Ada bermacam-macam teknik membaca, yang
paling sering digunakan adalah teknik SQ3R. Namun pada penelitian ini,
penulis akan menggunakan teknik OPQRST. Tidak jauh berbeda dengan
teknik SQ3R, teknik OPQRST juga menerapkan beberapa langkah yang harus
dilakukan agar kegiatan membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Teknik OPQRST adalah salah satu cara efektif memahami bacaan dan
mengingat dalam waktu yang lama. Diharapkan dengan menggunakan teknik
OPQRST siswa tidak kesulitan lagi dalam memahami bacaan dan lebih
mudah untuk menemukan informasi penting yang terdapat di dalam teks.
Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang perlu dilatih dan
tidak didapatkan secara instan Dalam penelitian ini penulis akan
mengembangkan keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Taruna
Mandiri. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Taruna Mandiri, penulis
mengetahui bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas VIII masih cukup
Siswa masih kesulitan memahami suatu teks, sehingga hanya membaca tanpa
mendapatkan pemahaman. Beberapa kegiatan sudah dilakukan oleh guru agar
siswa tertarik untuk membaca, tetapi nampaknya guru belum menemukan
metode yang tepat untuk membimbing siswa.
Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan, maka peneliti ingin
mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan membaca siswa SMP Taruna
Mandiri. Diharapkan setelah peneliti melakukan penelitian kemampuan
membaca siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk itulah peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik
OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran
2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapatlah diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya minat baca siswa.
2. Siswa masih kesulitan memahami suatu teks.
3. Guru belum menemukan metode membaca yang tepat bagi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya kemampuan dan kesempatan peneliti, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan keterampilan membaca
intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada
siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan
teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran
2012/2013?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII
SMP Taruna Mandiri.
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif
setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP
Taruna Mandiri.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah
pengembangan pengetahuan membaca intensif dan untuk
mengembangkan teori OPQRST pada pembelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran membaca.
2. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif.
3. Siswa lebih mudah menemukan fakta setelah menggunakan
b. Bagi Guru
1. Guru dapat menggunakan teori OPQRST pada pembelajaran
membaca intensif.
2. Guru dapat menciptakan pembelajaran membaca dengan teknik
yang mudah dan menyenangkan bagi siswa.
3. Guru dapat meningkatkan minat baca siswa melalui
pembelajaran yang inovatif.
c. Bagi Penulis
1. Memperkaya wawasan mengenai penggunaan teknik OPQRST
pada keterampilan membaca intensif.
2. Mengetahui adanya peningkatan keterampilan membaca
intensif setelah menerapkan teknik OPQRST.
d. Bagi Sekolah
1. Upaya peningkatan kualitas guru dan siswa, sehingga mutu
pendidikan dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan maju.
2. Memberikan inovasi dalam pembelajaran, sehingga proses
6 A. Landasan Teori
1. Keterampilan Membaca
Membaca adalah proses menambah khazanah dan memperdalam
pengetahuan tentang sesuatu.1 Membaca membuat manusia menjadi
pintar. Membaca tidak ada batasannya, dapat dilakukan kapan dan di
mana saja. Untuk menjadi maju dan sukses, tidak ada jalan lain selain
banyak membaca.
Menurut Aniatul Hidayah, “membaca merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.”2
Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan
bertambah. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan
dari membaca, maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan
pemahaman seseorang.
Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan
dan pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia dalam
berbagai bidang informasi, mulai dari buku, majalah, koran, sampai
kepada media informasi berupa internet. Menurut Tarigan membaca
merupakan “suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis kepada
pembaca melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”3
Menurut Suhendar dan Pien, “membaca sebagai suatu bagian
komunikasi tulisan, lambang bunyi diubah menjadi
lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf dan lambang-lambang-lambang-lambang tulisan atau huruf
1
Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. v. 2
Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 5. 3
–huruf itulah yang diubah menjadi makna”.4 Membaca adalah menerima informasi atas dasar satuan-satuan bahasa tersebut, maka pembaca
haruslah memiliki kompetensi yang kuat akan kebahasaan tersebut.
E Brook, Smith, Kenneth Goodman dan Robert Meridith
mengatakan bahwa “membaca merupakan proses yang aktif tentang
rekonstruksi makna dari bahasa yang dinyatakan dengan lambang grafis
(tulisan)”.5 Membaca itu bahkan melebihi pemerolehan makna materi
tercetak. Pembaca dirangsang dengan kata-kata penulis dan sebaliknya
pengarang memaknai kata-kata itu dengan arti yang dimilikinya.
Smith mengungkapkan bahwa membaca adalah proses yang
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi dari apa
yang dibacanya.6 Kaelany H.D menyatakan bahwa “membaca bisa
diartikan melihat, memahami, dan menganalisis”. Melihat apa yang
tersurat dan memahami apa yang tersirat.7 Hal ini sejalan dengan pendapat
Strevens yang menyatakan bahwa “membaca adalah kegiatan yang
kompleks karena membaca terdiri atas proses memahami bahasa tulisan”.8
Membaca merupakan proses mengkonstruksi makna bacaan.9
Pembaca aktif mengolah, memikirkan, mengembangkan, dan memaknai
teks yang sedang dibacanya. Dalam proses mengkonstruksi tersebut
banyak aspek yang terlibat. Aspek itu meliputi aspek psikologis dan
kognitif pembaca. Usaha tersebut perlu dilakukan agar pembaca dapat
memahami makna teks yang dibacanya.
4
ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 4.
5
Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.14. 6
Ibid., h. 4.5. 7
Antony Ludfi Arifin. Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 81. 8
M. Subana. dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 223.
9
Membaca juga dapat diartikan sebagai mengeja atau melafalkan
apa yang tertulis.10 Intinya membaca merupakan kegiatan melihat,
mengeja, atau melafalkan dari apa yang dilihat pada suatu tulisan.
Membaca sebagai aspek keterampilan berbahasa, merupakan
komponen komunikasi tulisan. Membaca dianggap sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa karena membaca bersifat reseptif, yakni
membaca merupakan proses perubahan wujud tulisan menjadi wujud
makna.11
Broughton mengemukakan bahwa “Keterampilan membaca mencakup 3 komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta
tanda-tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda-tanda-tanda baca dengan unsur-
unsur linguistik yang formal, dan (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B
dengan makna atau meaning.”12 Menurut Murby membaca melibatkan
berbagai keterampilan:
a. Mengenal ortografi teks;
b. mengambil kesimpulan mengenai makna kata dan
menggunakan kosakata yang belum dikenal;
c. memahami informasi yang diberikan secara eksplisit;
d. memahami informasi yang diberikan secara implisit;
e. memahami makna konseptual;
f. memahami fungsi komunikatif kalimat dalam bacaan;
g. memahami kaitan unsur kalimat;
h. memahami kaitan antara bagian suatu teks;
i. menginterpretasikan teks dengan memandang isi atau pesan
dari luar teks;
10
Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 3. 11
ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 3 12
j. mengenal butir-butir indikator dalam wacana;
k. mengenai butir-butir informasi yang paling penting;
l. membedakan ide pokok dan ide penunjang;
m. mencari butir-butir yang penting untuk dirangkum;
n. memilih butir-butir yang relevan dari teks;
o. meningkatkan keterampilan untuk merujuk pada konsep lain
yang mendasar;
p. mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming);
q. mencari informasi khusus dari suatu teks (scanning);
r. mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram,
sketsa, skema dan sebagainya (transcoding).
s. mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain dengan
tempat-tempat kosong setiap kata kesekian (close procedure).13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan membaca
adalah keterampilan yang melibatkan beberapa komponen yaitu
pengenalan huruf dan tanda baca, korelasi tanda baca dengan unsur
linguistik, dan menemukan makna dari hubungan antara huruf, tanda baca,
dan unsur-unsur linguistik.
a. Tujuan Membaca
Membaca haruslah memiliki tujuan. Tujuan membaca sebenarnya
adalah untuk memperoleh pemahaman.14 Antoni Ludfi Arifin
mengatakan bahwa tujuan membaca ada dua, yaitu:
1. Tujuan Kreasi
13
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 225.
14
Membaca yang bertujuan sebagai sarana kreasi yaitu membaca
untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan cara
mengikat makna bacaan yang didapat menuju perubahan diri.
2. Tujuan Rekreasi
Tujuan membaca untuk rekreasi yaitu membaca sebagai sarana
mencari kesenangan, hiburan. Bacaan rekreasi ini didapat dari
buku-buku cerita pendek, novelette (novel pendek), novel, puisi,
dan bacaan sastra lainnya.15
Tujuan membaca menurut Morrow ialah:
1. Mengerti atau memahami isi/pesan yang tekandung dalam satu
bacaan.
2. Mencari informasi yang bersifat:
a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang
untuk menambah keilmiahannya sendiri;
b. Referensial dan faktual; yakni yang digunakan seseorang untuk
mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan
c. Efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk
mencari kenikmatan dalam membaca.16
Pada hakekatnya tujuan membaca itu amat bergantung dari situasi,
jenis bacaan, dan keterbacaan. Dalam hal ini tujuan membaca dapat
dibedakan atas jenis-jenis sebagai berikut.
a. Membaca untuk meningkatkan pengenalan dari keterampilan
memahami.
b. Membaca untuk belajar.
15
Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 50-51. 16
c. Membaca untuk rekreaasi.17
Tujuan membaca menurut Tarigan adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.18
Sedangkan tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini
disebutmembaca untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta (reading for details or fact).
b. Membaca untuk mengetahui hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan oleh sang tokoh (reading for main ideas).
c. Membaca untuk menemukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga, dan seterusnya – untuk mengetahui urutan atau susunan,
organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh
sang pengarang kepada para pembaca, kualitas-kualitas para tokoh
yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk
menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam
cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut
17
M.E Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 21.
18
membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup
dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja
dalam cerita itu, hal ini disebut membaca menilai, membaca
mengevaluasi (reading to evaluation).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,
bagaimana dua cerita mempunya persamaan, bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan
atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).19
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan adalah membaca adalah untuk memperoleh informasi dari bahan
bacaan, memahami isi bacaan, dan menilai kebenaran suatu gagasan isi
bacaan yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk teks.
b. Manfaat Membaca
Membaca merupakan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang.
Membaca buku disebut sebagai kegiatan positif karena memberikan
banyak manfaat kepada siapa pun. Manfaat membaca adalah sebagai
berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Membaca membuat seseorang menjadi lebih pintar dan cerdas.
3. Membaca dapat dijadikan pengalaman jika suatu saat seseorang
menghadapi masalah yang hampir sama.
19
4. Membaca dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan
cara berpikir seseorang.20
Menurut Antoni Ludfi Arifin, manfaat membaca adalah “membantu seseorang mengeksplorasi pengetahuan dari guru yang mahatahu.”21
Belajar tidak harus bertemu langsung kepada pemilik
ilmu dengan membaca seseorang pun dapat mengenal
pemikiran-pemikiran orang tersebut.
Banyak manfaat yang akan didapat dari membaca. Salah satunya
membaca mencegah kepikunan. Dengan membaca otak selalu terasah
dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.22 Berdasarkan manfaat membaca
yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, banyak sekali manfaat
yang diperoleh ketika membaca dan dapat diketahui bahwa membaca
intensif memiliki tujuan kreasi, karena bertujuan untuk mendapatkan
informasi.
c. Jenis-jenis Membaca
Jenis membaca memiliki beberapa macam. Berdasarkan metode
atau caranya, dikenal membaca indah, membaca sekilas, dan membaca
memindai. Berdasarkan tujuannya, dikenal membaca untuk hiburan,
mencari informasi, dan membaca teknik.23
Berkaitan dengan jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau
tidaknya si pembaca ketika membaca, dapat dibagi dua, yaitu
membaca nyaring dan membaca dalam hati. Kemudian membaca
20
Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 4-5. 21
Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 40. 22
Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 26. 23
dalam hati dapat dibagi lagi menjadi membaca intensif dan ekstensif.
Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan skema di bawah ini.24
Gambar 2.1
Jenis membaca menurut Subana dan Sunarti ada dua, yaitu
membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif ialah membaca
secara luas meliputi membaca sebanyak mungkin teks dalam waktu
yang sesingkat mungkin, sedangkan membaca intensif ialah studi
24
saksama, telaah teliti, pemahaman terperinci yang dilakukan dalam
kelas terhadap suatu teks yang pendek. Dari jenis-jenis membaca yang
diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis
membaca dapat dibagi berdasarkan metode dan tujuannya.
2. Membaca Intensif
Menurut Tarigan membaca intensif merupakan bagian dari membaca
dalam hati. Membaca intensif menurut Kholid Harras, Endah, dan Titik adalah “membaca secara cepat dan akurat untuk memahami teks secara tepat dan akurat25”. Dawud juga mengatakan bahwa “Membaca secara intensif dapat
diartikan dengan menempuh berbagai cara yang intensif dan efektif untuk
menangkap makna suatu bacaan”26. Membaca informasi secara cepat dan
akurat, itulah yang disebut membaca intensif.27
Menurut Brooks membaca intensif adalah “studi saksama, telaah teliti,
dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu
tugas yang pendek kira-kira 2 sampai 4 halaman setiap hari.”28 Yang
diutamakan dalam membaca intensif bukan keterampilan yang tampak,
melainkan hasilnya, seperti pemahaman yang mendalam dan rinci terhadap
teks yang dibaca. Bahannya berupa teks singkat dan panjangnya tidak lebih
dari 500 kata yang dapat dibaca dalam waktu dua menit dengan kecepatan
kurang lebih lima kata per detik.29
Sejalan dengan pemikiran Brooks, Asep mengatakan bahwa membaca
intensif adalah:
kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan
25
Kholid Harras, dkk., Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7 26
Dawud,Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: UM Press, 2008), h. 55. 27
Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195.
28
Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h. 36. 29
akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.30
Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk
belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami
baik pada tingkatan literal, interpretatif, kritis, dan evaluatif.31 Berkenaan
dengan hal tersebut pengembangan kemampuan membaca intensif sangat
penting dimiliki bagi semua orang yang selalu ingin belajar.
Dalam membaca intensif, seorang pembaca memperhatikan setiap
detail bacaan agar tidak ada yang terlewatkan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat membaca intensif.
a. Pada saat membaca, mulut tidak bersuara.
b. Kepala tidak ikut bergerak mengikuti alur teks yang sedang dibaca.
c. Pada saat membaca jari tangan tidak menunjuk pada teks. Hal ini
dilakukan agar mata dapat lebih berkonsentrasi pada bacaan.32
Menurut Dawud ada beberapa teknik-teknik membaca intensif, yaitu:
a. Kemampuan membaca dengan cepat
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh kemahiran
membaca yang andal diperlukan kecepatan membaca yang
memadai.
b. Kemampuan mengenali kata pengacu dan perangkai
Isi bacaan umumnya terdiri atas beberapa gagasan utama dan
tiap-tiap gagasan utama tersebut terdiri dari gagasan penjelas.
Hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya itu terwujud
dalam penggunaan kata-kata pengacu dan kata-kata perangkai
yang tertuang dalam bacaan.
30
Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 158. 31
Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7. 32
c. Kemampuan mengenali pola paragraf
Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan
beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran
itu, penulis dapat melakukannya dengan mengembangkan paragraf
deduktif, induktif, dan campuran. Pembaca yang baik harus
mampu mengenali pola paragraf dengan cepat.
d. Kemampuan mengenali pola wacana
Pada prinsipnya, pola wacana yang perlu dikenali dan diamati
mirip dengan pola pengembangan paragraf. Dalam wacana juga
terdapat pokok pikiran dan pikiran penjelas.33
Membaca intensif mengharuskan pembacanya untuk dapat memahami
secara akurat apa yang dibaca, meringkas, menilai isi, menjelaskan, menyusun
pertimbangan, bahkan menyunting penggunaan teks yang dibacanya.Tujuan
membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail
dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata,
dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.34
Grellete menyimpulkan bahwa keefektifan pengajaran membaca
tersebut ditentukan oleh implikasi membaca sebagai proses berpikir dan
membaca sebagai proses mengembangkan keterampilan memahami secara
intensif.35 Kemampuan membaca intensif perlu dimiliki oleh semua orang
yang ingin mengembangkan keterampilan belajarnya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca intensif
adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam membaca intensif yang
terpenting ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat
memahami isi bacaan secara keseluruhan.
33
Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: IKIP Malang, 2008), h. 55-58
34
Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.9. 35
3. Fakta
Fakta merupakan pernyataan yang tidak terbantahkan lagi
kebenarannya.36 Kalimat yang berisi fakta merupakan kalimat yang ditulis
berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang benar-benar terjadi dan
bersifat objektif. Fakta pada umumnya berisi tentang jumlah atau
angka-angka, nama-nama, peristiwa, hari-hari, dan tanggal yang merujuk pada
kenyataan yang sebenarnya.
Menurut Nani, “fakta adalah benda atau peristiwa yang benar-benar ada atau suatu peristiwa yang sebenarnya tidak memerlukan pembuktian lagi.”37
Sejalan dengan pemikiran Nani, Ahmad Iskak dan Yustinah
menyatakan bahwa “fakta adalah keadaan atau peristiwa yang merupakan
kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi.”38 Fakta diperlukan untuk
memperkuat, membuktikan, dan mempertahankan kebenaran pendapat yang
disampaikan.39 Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya hal
atau peristiwa tersebut terbukti benar-benar ada.40
A. Ciri-ciri kalimat Fakta 1. Kenyataan
2. Informasi dari kejadian yang sebenarnya.
3. Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil
temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber
sebagai penguat argumen.
4. Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya
disertai dengan waktu kejadian41
36
Priyona Mangunrejo, UN Bahasa Indonesia SMP/MTs (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h.13. 37
Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK (Bandung: Grafindo, 2007) h.109. 38
Ahmad Iskak dan Yustinah Bahasa Indonesia Tataran Semenjana (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 24.
39
Eva Rahmawati, Be Smart Bahasa Indonesia (Bandung: Grafindo, 2008) h. 17. 40
Sumi Winarsih dan Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h. 15.
41
Berdasarkan pengertian fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa fakta
merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, biasanya fakta disertai oleh
data-data yang akurat. Fakta dapat mendukung kebenaran suatu pendapat.
4. Teknik OPQRST
Teknik OPQRST merupakan salah satu cara efektif memahami bacaan
secara detail dan mempertahankan kemampuan mengingat dalam waktu yang
lama. Teknik ini mencakup enam langkah yaitu:
a. Overview
Pada tahap ini pembaca hanya dapat memulai dengan membaca
ringkasan yang akan dibaca membaca bagian-bagian penting dari
bacaan.42 Pembaca diharapkan dapat menemukan topik yang dibahas
dan ringkasan isi (ide-ide penting dari apa yang dibaca).
b. Merencanakan Tujuan
Pembaca dapat merumuskan tujuan membacanya. Pembaca
perlu menentukan informasi apa saja yang akan dicari dan
merumuskan tujuan membacanya.
c. Bertanya
Pembaca dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana sebelum
membaca sebuah buku. Pertanyaan dasar dapat berupa konsep
5W+1H. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang dapat dirumuskan
mengenai bacaan apapun:
1. Mengenai apakah isi tulisan itu. Seseorang harus berusaha
menemukan gagasan utama tulisan itu dan bagaimana cara penulis
42
menguraikan gagasan itu secara sistematis dalam suatu kaidah
tertentu.
2. Apa yang menjadi pemikiran penulis dan bagaimana ia
mengartikulasikan pikirannya. Seseorang harus mencari
dasar-dasar pemikiran dan landasan yang dipakai penulis untuk
menyampaikan maksud tulisannya.
3. Seberapa pentingkah tulisan itu. Seseorang harus mengetahui
apakah bacaan dapat memberikan informasi, meningkatkan
pemahaman, dan mendapatkan pemahaman lebih dalam.
4. Apakah substansi tulisan itu benar semuanya atau sebagian saja.
Seseorang harus mengetahui apa yang ditulis penulis sebelum
memberikan penilaian.43
d. Membaca
Membaca diarahkan pada pencarian informasi dari proses tinjauan
awal dan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya. Pada
tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang
penting, yang mendukung ide pokok.44
e. Membuat Ringkasan
Setelah membaca pembaca dapat membuat ringkasan yang memadai
dari teks/buku yang dibaca. Ringkasan adalah menggabungkan ide
pokok yang telah dibuat sebelumnya.45 Agar menjadi padu perlu
ditambahkan kata, frase, atau kalimat di antara ide-ide pokok yang
digabungkan.
43
Winarno, Speed Reading (Solo: Platinum, 2012), h. 29-30. 44
Soedarso, Speed Reading (Jakarta: Gramedia, 2004), h.63. 45
f. Menyusun Tes
Pada tahap ini pembaca dapat membuat pertanyaan untuk menguji
pemahamannya tentang apa yang dibaca.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST”
adalah:
1. Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan
pendekatan kontekstual komponen inquiry Pada Siswa Kelas VII B
SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Penulisnya adalah
Munawaroh dari Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini
adalah 1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca
intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen
inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2)
mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10
Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks
profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I
dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes
Setelah dilakukan penelitian melalui dua siklus, dihasilkan simpulan
bahwa pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan membaca intensif buku biografi tokoh siswa. Melalui tes
awal diperoleh hasil rata-rata klasikal adalah 51,31 dan berada pada
kategori kurang. Kemudian dilaksanakan tes siklus I dan diperoleh
nilai rata-rata hasil tes siswa kelas VII E secara klasikal adalah 78,54
sebesar 27,23% dari hasil pratindakan dan berada pada kategori amat
baik. Meskipun hasil tersebut sudah cukup memuaskan, namun
peneliti masih melaksanakan pembelajaran dan tes siklus II hingga
diperoleh hasil rata-rata klasikal untuk tes siklus II yaitu 90,08 dan
berada pada kategori sangat baik, dengan peningkatan sebesar 11,54%
dari hasil tes siklus I dan peningkatan tersebut berada pada kategori
cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh berbeda dengan
yang dilakukan peneliti, keterampilan membaca intensif diterapkan
pada membaca teks profil tokoh, sedangkan peneliti menerapkan
keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang
digunakan pun berbeda, Munawaroh menggunakan pendekatan
kontekstual komponen inquiry dan peneliti menggunakan teknik
OPQRST. Namun metode yang digunakan sama, yaitu penelitian
tindakan kelas dengan dua siklus.
2. Peningkatan keterampilan membaca intensif dengan metode kooperatif
jigsaw pada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS)
Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012. Penulisnya adalah
Vanesa Primadiyanti dari Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dan
peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas VII Mts.
Al-Mujahidin Cikarang dengan digunakannya metode kooperatif jigsaw.
Manfaat penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan membaca
intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs.
Al-Mujahidin Cikarang.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
belajar siswa dan angket. Tes hasil belajar dan angket ini diberikan
kepada sampel berjumlah 80 siswa, di mana kelas control berjumlah
40 siswa dan kelas eksperimen 40 siswa. Pengambilan sampel
populasi Purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan
tujuan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
membaca intensif setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif jigsaw. Peningkatan ini dapat dilihat
dari hasil pretest dan posttest kelompok control dan eksperimen yang
dilakukan pada siswa kelas VII Mts. Al Mujahidin Cikarang. Pada tes
pretest nilai rata-rata kelompok control yang diperoleh sebesar 52,8
dan kelompok eksperimen 40,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
pretest kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok
control. Maka, kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode kooperatif jigsaw. Hasil tes posttest kelompok
control sebesar 72,925 dan kelompok eksperimen sebesar 78,4. Hal ini
menunjukkan bahwa metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan membaca intensif.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanesa hampir sama yang
dilakukan oleh peneliti. Teknik yang digunakan oleh Vanesa adalah
metode kooperatif jigsaw, peneliti menggunakan teknik OPQRST.
Metode yang digunakan oleh peneliti dan Vanesa sama, yaitu
penelitian tindakan kelas.
3. Peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan
gagasan utama dengan menggunakan metode cooperative integrated
reading and composition dan teknik repetisi pada siswa kelas VII A
ini disusun oleh Afiatur Rohmah dari Universitas Negeri Semarang.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan
keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama
pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah
menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition
dan teknik Repetisi; (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa
kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah diadakan
pengajaran membaca intensif untuk menemukan gagasan utama
dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and
Composition dan teknik Repetisi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi dua
siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat
pengambilan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara,
pedoman jurnal, dan pedoman dokumentasi foto. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa keterampilan
membaca intensif untuk menemukan gagasan utama setelah mengikuti
pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading and
Composition dan teknik Repetisi terbukti mengalami peningkatan.
Hasil tes keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan
utama pada prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar
59,5 atau sebesar 59,47% dan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata
sebesar 66,81 atau sebesar 66,81%. Hal ini berarti terjadi peningkatan
sebesar 7,34%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas tes
membaca intensif untuk menemukan gagasan utama sebesar 75,05
Penelitian yang dilakukan oleh Afiatur dan peneliti adalah
peningkatan keterampilan membaca intensif. Afiatur meneliti
peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan
gagasan utama, sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan
membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan
Afiatur ialah metode cooperative integrated reading dan peneliti
menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan sama, yaitu
penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan
teknik yang berbeda untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif,
tetapi semuanya berhasil. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba
menggunakan teknik OPQRST untuk meningkatkan keterampilan membaca
intensif siswa kelas VIII SMP di sekolah Taruna Mandiri tahun ajaran
2012/2013.
C. Kerangka Berpikir
Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan
dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca.
Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu
dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia
modern. Membaca adalah salah satu cara dan proses belajar paling tua,
paling utama serta paling mendasar dalam upaya memuliakan kehidupan
manusia.
Pada tingkatan membaca lanjut terdapat berbagai masalah yang
menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai kemampuan secara
kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi,
kebiasaan, dan minat membaca.
Untuk mengatasi masalah-masalah dalam membaca, guru perlu
menerapkan metode membaca intensif, agar siswa lebih mudah
memahami isi bacaan. Sebagai salah satu keterampilan yang harus
dikembangkan di sekolah secara khusus pengembangan keterampilan
membaca intensif adalah untuk membentuk kemampuan memahami
informasi secara kreatif dan kritis dalam bentuk gagasan, pendapat,
pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis
Teknik OPQRST dapat digunakan untuk metode membaca
intensif. Teknik ini sangat mudah diaplikasikan dalam pembelajaran
membaca intensif. Teknik OPQRST terdiri atas beberapa langkah, yaitu:
overview, preview, question, summarize, dan test. Dengan
langkah-langkah tersebut siswa dapat menemukan informasi dengan lebih cepat.
D. Hipotesis Penelitian
Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Teknik OPQRST dapat meningkatkan keterampilan membaca
intensif siswa.
H0 : Teknik OPQRST tidak dapat meningkatkan keterampilan membaca
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Jean Mc Niff mengatakan “Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri.”1
Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasdengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran.2
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut
dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri
melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan
demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama
ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, peneliti atau guru dapat
melihat sendiri praktik pembelajaran.3 PTK merupakan suatu penelitian yang
akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang
bersangkutan.
Penelitian tindakan kelas meliputi tiga unsur atau konsep, yakni
sebagai berikut:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis
untuk menyelesaikan suatu masalah.
1
Acep Yoni, MenyusunPenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Familia, 2010), h. 7. 2
Susilo, PenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h.16. 3
2. Tindakanadalahsuatuaktivitas yang sengajadengantujuantertentu
yang
berbentuksikluskegiatandengantujuanuntukmemperbaikiataumenin
gkatkanmutuataukualitas proses belajarmengajar.
3. Kelasadalahsekelompoksiswa yang dalamwaktu yang
samamenerimapembelajaran yang samadariseorang guru.4
Menurut Rochiati, penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif
meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana
uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk
kata-kata.5Penelitiantindakankelasbertujuanuntukmeningkatkanataumemperbaikipr
aktikpembelajaran. Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah
suatu rangkaian yang terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis
penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan sebagai
pemecahan masalah.6
Padatahapiniakandilakukanlangkah-langkahperencanaanuntukmemperbaikikelemahanketerampilanmembacain
tensifsiswa. Rencanakegiatan yang akandilakukanadalah
menyusunrencanapembelajaranmembacaintensifuntukmenemukaninforma
si, mempersiapkaninstrumen penelitianberupalembarobservasi,
dokumentasi, dan mempersiapkantes.
4
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 45.
5
Ibid., h. 46. 6
2. Pelaksanaan
Pelaksanaanpenelitiandilakukansesuaiperencanaan yang
sudahdibuat.Tahappertama yang
dilakukanialahmenarikperhatiansiswaterhadapmateri yang akandiajarkan.
Tahap selanjutnya adalah guru memperkenalkan teknik OPQRST dan
menyuruh siswa membaca teks secara intensif dengan menggunakan
teknik OPQRST. Kemudian tanyakaninformasiapasaja yang
didapatkandariteks yang dibaca. Tahap yang
terakhiradalahmelakukankesimpulanterhadappembelajaran yang
dilakukan.
3. Pengamatan
Kegiatanobservasiataupengamatandilakukanuntukmengetahuidanmem
perolehgambaranlengkapsecaraobjektiftentangperkembanganproses
pembelajaran7. Pengamatan yang
dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmenggunakantestertulisdanjuga
denganmenggunakanteknikwawancaraterhadapsiswa.
4. Refleksi
Padatahapinipenelitidapatmenarikkesimpulandaripenelitian yang
dilakukanpadasiklus I.Jikapenelitiansiklus I yang
dilakukanbelummemuaskan, makapenelitidapatmerencanakansiklus II.
Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri
yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk
memperbaiki praktik kependidikan, pemahaman tentang praktik pendidikan,
7
situasi saat praktik tersebut dilaksanakan.8 Penelitian tindakan kelas
memerlukan gagsan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara
sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).9
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kelas.Hasil penelitian
tersebut dapat menjadi pembelajaran bersama untuk guru dan para peneliti.
B. Model PenelitianTindakanKelas
Dalampelaksanaanpenelitiantindakankelas,
siswabukanhanyadiajarsepertibiasadanmengerjakan LKS yang
intinyamengerjakansoal-soalsetelahmempelajariringkasan,
tetapiharusmelakukansuatutindakan.Siswaharusaktifbekerjamelakukansesuatu
yang diarahkanoleh guru.
Model penelitiantindakankelas yang paling seringdigunakanadalah
model yang dikemukakanolehKemmisdanMc Taggart.10Penelitian tindakan
diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),
mengobservasidanmengevaluasi proses danhasiltindakan (observation dan
evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai
peningkatan yang diharapkan tercapai.
Adapun model penelitian tindakan kelas yang dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah, yang disajikan dalam bagan berikut
ini.
8
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Rajawali Press, 2010), h. 46
9
Suharsimi Arikunto dan Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 106 10
Gambar 3.1
C. TujuanPenelitianTindakanKelas
Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
umumnya diarahkan pada pencapaian sebagai berikut:
1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses,
2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan
agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan
pembelajaran.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para
tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi
masalah-masalah pembelajaran;
4. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.11
Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman
tentang keterampilan praktik pembelajaran secara reflektif dan bukan
bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang
dilakukannya.
Penelitian tindakan kelasmemilikibeberapatujuan, yaitu:
1. Untukmemecahkanpermasalahannyata yang terjadi di dalamkelas,
meningkatkanprofesionalisme guru,
danmenumbuhkanbudayaakademik di kalangan guru.
2. Peningkatankualitaspraktikpembelajaran di kelas.
3. Peningkatanrelevansipendidikan, halinidicapaimelalui proses
peningkatan proses pembelajaran.
4. Sebagaialattraning in-service, untukmelengkapiskilldanmetode
guru.
5. Sebagaialatuntukpendekatantambahanterhadapsistempembelajara
n yang biasanyamenghambatinovasi.
6. Peningkatanmutuhasilpendidikan.
7. Meningkatkan sikap profesional pendidik.
8. Menumbuhkembangkanbudayaakademik di lingkungansekolah.
11
9. Peningkatanefisiensipengelolaanpendidikan.12
Menurut Susilo tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di
kelas.
2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada
peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.
3. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka
mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.
4. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat
dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama
proses penelitian itu berlangsung.13
Dengan tujuan tersebut penelitian tindakan kelas memang sangat baik
untuk dilakukan para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran,
meningkatkan kinerja guru, dan penelitian ini tidak mengganggu tugas pokok
guru. Ketika melaksanakan penelitian tindakan kelas guru dapat memecahkan
sendiri masalah yang dihadapinya saat proses pembelajaran.
D. Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal
(konvensional) pada umumnya. Penelitian tindakan kelas memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil
atau nyata yang muncul dalam dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peneliti).
12
Kunandar, LangkahMudahPenelitianTindakanKelas, (Jakarta: RajawaliPers, 2011). h. 63-64. 13
2. Problem solving oriemted (berorientasi pada pemecahan masalah).
3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).
4. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui
urutan yang terdiri dari beberapa tahap.
5. Action Oriented. Dalam PTK selalu adanya tindakan tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahn praktis yang
dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar.
8. Partisipatory. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan
pihak lain.
9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.
10.Dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklus terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.14
E. TempatdanWaktuPenelitian
Penelitianinidilakukan di kelas VIII SMP TarunaMandiri semester II
tahunpelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raya Pamulang II nomor
3, Benda Baru, Pamulang, denganjumlahsiswa 26 orang,
padamatapelajaranBahasa Indonesia.
TarunaMandiri.Setelahitudilanjutkandenganpemberiantindakan.Penelitianinia
kanberakhirpadaminggupertamabulanMaret.
F. SubjekPenelitian
Penelitianinidilaksanakan dikelas VIII SMP TarumaMandiri semester
II tahunpelajaran 2012/2013,denganjumlah 26
siswa.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmendeskripsikanpeningkatanketerampil
anmembacaintensifuntukmenemukaninformasidenganmenggunakanteknik
OPQRST.
G. TeknikPengumpulan Data
Teknikpengumpulan data yang digunakanpenelitiadalah:
a. Teknik wawancara
Wawancara adalah salah satu cara menggali data. Hal ini harus
dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail
dan valid. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber.15
b. Teknikobservasi
Observasi adalahkegiatanpengumpulan data
melaluipengamatanatasgejala, fenomenadanfaktaempiris yang
terkaitdenganmasalahpenelitian.
Denganteknikinipenelitimengamatikegiatansiswaselama di kelas.
15
Peneliti perlu memperhatikan beberapa prinsip umumjika
menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti antara lain:
1. Aspek tingkah laku dan jenis interaksi telah ditentukan.
2. Peneliti telah menyiapkan instrument, berupa checklist.
3. Observer harus dilatih dan memahami aspek yang diobservasi.
4. Penentuan kriteria gejala yang diamati harus dapat dikontrol.
5. Validitas instrument terjamin.16
c. Teknikangket
Angket adalahseperangkatpertanyaan yang disusunsecaralogis,
sistematis, danobjektifuntukmenerangkanvariabel yang diteliti.17
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden.
d. Tekniktes
Tes ialahteknik yang digunakanuntukmengukurbakat, minat,
danketerampilan.
Penggunaantekniktesinidisesuaikandenganmasalah yang diteliti.
e. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang
diperoleh dalam observasi.18 Dokumentasi yang digunakan berupa
tes tertulis siswa, daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat
16
Musfiqon, H.M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012), h. 122. 17
Ibid., h. 127. 18
melakukan kegiatan penelitian. Untuk memberikan gambaran
secara konkret mengenai siswa.
H. TeknikAnalisis Data
Tahapanakhirpenelitianadalahanalisis data.Kegiatan
analisisinidilaksanakansetelah data terkumpuldandireduksi,
sesuaidenganmasalahfokus penelitian.Apabilahasilanalisis data
menunjukkantidaksignifikan, di
dalaminterpretasihasilanalisisperludicarisumberpenyebabtidaksignifikannyahi
potesistersebut.19
Adapunlangkah-langkahanalisis data yang adalahsebagaiberikut:
1. Data yang diperolehbersumberdaripenelitianpertamadankedua
yang dilakukandengan menggunakan instrumen-instrumen yang
digunakanpadasaatmelakukanpenelitian di kelas VIII SMP
TarunaMandiri.
2. Setelah data terkumpul, penelitimengelompokkan data
tiaptindakan.
3. Setelahdilakukanpengelompokan data, lalu penelitimenentukan
rata-rata hasiltes yang didapat,
kemudiandianalisisdenganmenggunakanrumus. Tingkat
keberhasilansiswaberdasarkanskortes yang
diperolehditetapkandalamnilaidenganmenggunakanrumus:
Nilai akhir =
100
19Jamal Ma’mur Asmani
Selanjutnyadihitungnilai rata-rata denganrumus:
Nilai rata-rata (x) =
Kemudianpenelitimencaripresentasipeningkatannilai pretest,
siklus I, dansiklus II denganlangkah-langkahberikut:
a. Mencariselisihnilaidenganrumusberikut:
b. Setelahitupenelitimencaripersentasepeningkatandenganrum
usberikut:
Persentasepeningkatannilai =
4. Setelahdianalisis, makaakanterlihatperbedaan antarahasil pretest,
siklus I, dan siklus
II,kemudiandapatdisimpulkanhasiltiaptindakansertapengambilank
39 A.Deskripsi Data Sekolah
1. Profil SMP Taruna Mandiri
Nomor Statistik Sekolah : 20 2 280309 022
Nama Sekolah : SMP Taruna Mandiri
Alamat : Jalan Raya Pamulang No. 3
Kelurahan : Benda Baru
Kecamatan : Pamulang
Kota : Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
Kode Pos : 15416
No. Telepon/Fax : 021-74635180/74635182
Alamat email : sekolahtarunamandiri@yahoo.com
Website : www.sekolahtarunamandiri.sch.id
Tahun dibuka : 2005
Status Sekolah : Swasta
SK/Izin Perndirian : 421.1/377 tahun 2005
Akreditasi : A
2. Visi
Membangun generasi mandiri yang beretos kerja tinggi dan berjiwa
pemimpin.
3. Misi
a) Menyiapkan pemimpin masa depan yang menguasai iptek dan memiliki
b) Mewujudkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia dan bangga terhadap
budaya bangsa
c) Meningkatkan kemampuan intelektual, ketarampilan praktis dan
kemampuan dalam memecahkan masalah.
4. Keunggulan kompetitif sekolah
a. Menggunakan Bahasa Mandarin
b. Pembinaan agama yang konsisten
c. Program pembiasaan diri yang baik
d. Student care
e. English day
5. Data Ruang Sekolah SMP Taruna Mandiri
a. Ruang teori/kelas
b. Laboratorium IPA
c. Laboratorium Kimia
d. Laboratorium Fisika
e. Laboratorium Biologi
f. Laboratorium Bahasa
g. Laboratorium Komputer
h. Laboratorium Multimedia
i. Ruang perpustakaan konvensional
j. Ruang serbaguna/aula
k. Ruang UKS
l. Koperasi
m. Ruang BP/BK
n. Ruang kepala sekolah
o. Ruang guru