• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF UNTUK PENEMUAN FAKTA DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK OPQRST PADA SISWA KELAS VIII SMP TARUNA MANDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF UNTUK PENEMUAN FAKTA DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK OPQRST PADA SISWA KELAS VIII SMP TARUNA MANDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MANDIRI

TAHUN

PELAJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Disusun oleh

Indah Puji Lestari (108013000046)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri

Tahun Pelajaran 2012/2013”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus ujian Munaqasah

pada tanggal 02 Oktober 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang pendidikan Bahasa dan

(3)

dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

INDAH PUJI LESTARI NIM 108013000046

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Indah Puji Lestari

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1990

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk

Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST

pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun

Pelajaran 2012/2013.

Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 26 September 2013

Indah Puji Lestari

(5)

Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri danmendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.

Metode yang digunakan penelitian yakni penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik OPQRST (overview, preview, question, research, summarize, dan test).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2013 di SMP Taruna Mandiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dan tes.

Hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96. Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II.Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampila nmembaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP TarunaMandiri tahun pelajaran 2012/2013.

(6)

Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”

The purpose of this study was to describe the ability of intensive reading at class VIII junior high school TarunaMandiri and describe the intensive reading skills improvement after using technique of OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri.

The research methods use class action research at consisting of a cycle I and cycle II. Each cycle consists of the planning phase, the implementation of the action, observation, and reflection. The techniques used in this research is OPQRST techniques (overview, preview, question, research, summarize, and test).

This research was carried out in February until March 2013 at class VIII junior high school TarunaMandiri. The techniques of collecting data used interviewing, observation, documentation, questioner and test.

The result of this research are the data value of the pretest is 54,23 the cycle I with value 63,65, and cycle II with a value of 80,96. Student response to this learning is very positive, seen from the improvement occurs at pretest, the cycle I, and cycle II. The results prove that there is an increase in intensive reading skills for the discovery of facts with the use of the technique OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri year 2012/2013.

(7)

iii

sebaik-baiknya. Penyusunan skripsipenulis buat untuk memenuhi persyaratan

mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi yangberjudul

“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan

Penggunaan Teknik OPQRST”.

Selama penulisan skripsi ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan

yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai

pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini.

1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

sekaligus dosen pembimbing skripsi.

3. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan

selama 4 tahun.

4. Hj. Aniq selaku Kepala Sekolah yang telah menguzinkan penulis

melakukan penelitian di SMPTarunaMandiri.

5. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Sarbiyanto, Ibu Alm.Suratmi

,dan Ibu Suwarni sebagai orang tua yang selalu memberikan doa serta

dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada kakak dan adik, Dani, Peni, dan Fina. Merekalah yang

selama ini selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak perpustakaan yang telah membantu memberikan referensi kepada

(8)

iv

yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani

masa-masaperkuliahanselama 4 tahun.

Jakarta, 26 September 2013

(9)

v Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca ... 6

2. Membaca Intensif ... 15

3. Fakta ... 18

4. Teknik OPQRST ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 25

(10)

vi

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 31

D. Karakter Penelitian Tindakan Kelas... 33

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

F. Subjek Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 35

H. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah ... 39

B. Hasil Analisis Data ... 41

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 53

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 62

(11)

vii

Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Nilai Siklus II ... 51

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Postest ... 55

(12)
(13)

ix Lampiran 2 Materi Ajar

Lampiran 3 Hasil Pretest Siswa

Lampiran 4 Hasil Postest Siswa

Lampiran 5 Lembar Observasi

Lampiran 6 Hasil Angket Siswa

Lampiran 7 Lembar Wawancara

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.

Sebagai suatu keterampilan, maka kegiatan membaca ini perlu dilatih.

Membaca bukan sekedar kegiatan memahami lambang, pembaca harus dapat

memahami apa yang dibacanya, sehingga lambang-lambang tersebut

memberikan makna bagi pembacanya. Membaca adalah kegiatan yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca seseorang akan

mendapatkan informasi. Semakin banyak membaca, maka semakin tergali

informasi yang tidak diketahui sebelumnya.

Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari membaca. Namun,

nampaknya banyak siswa yang tidak menyadari hal itu. Rendahnya minat

baca siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya tidak ditanamkan

kebiasaan membaca sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Ketika

siswa sudah terbiasa dengan membaca, maka membaca akan menjadi sebuah

kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan.

Pada fase remaja, kegiatan membaca memang bukanlah menjadi hal yang

menyenangkan bagi siswa. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan

berselancar di dunia maya, menonton film, atau membaca komik. Bila tidak

dibimbing oleh guru, maka lama-lama kegiatan membaca hanya menjadi

rutinitas menjelang ujian dan terasa sangat membosankan.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses

belajar1. Daya serap membaca siswa akan menentukan hasil akhir dari proses

belajar, maka siswa harus mampu memahami isi bacaan, baik yang tersurat

1

(15)

maupun yang tersirat. Dalam hal ini guru sebagai pendidik harus menemukan

jenis keterampilan membaca yang tepat dan dapat membimbing siswa untuk

memahami suatu teks. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

menarik minat baca siswa, sehingga guru harus kreatif untuk menciptakan

program-program yang dapat menarik minat baca siswa.

Kegiatan membaca memiliki tujuan untuk menemukan informasi yang

terdapat di dalam teks. Untuk menemukan informasi secara cepat dan akurat,

maka siswa dapat menerapkan keterampilan membaca intensif. Keterampilan

membaca intensif merupakan hal yang perlu diterapkan pada siswa sekolah

menengah, karena pada saat itu siswa mulai dikenalkan dengan istilah-istilah

baru, sehingga membutuhkan pemahaman mendalam pada suatu teks.

Keterampilan membaca intensif sangat mudah diterapkan di sekolah

menengah dan sangat efektif untuk membantu siswa memahami isi teks.

Ketika akan menerapkan keterampilan membaca intensif, guru juga harus

memberikan teknik membaca. Ada bermacam-macam teknik membaca, yang

paling sering digunakan adalah teknik SQ3R. Namun pada penelitian ini,

penulis akan menggunakan teknik OPQRST. Tidak jauh berbeda dengan

teknik SQ3R, teknik OPQRST juga menerapkan beberapa langkah yang harus

dilakukan agar kegiatan membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Teknik OPQRST adalah salah satu cara efektif memahami bacaan dan

mengingat dalam waktu yang lama. Diharapkan dengan menggunakan teknik

OPQRST siswa tidak kesulitan lagi dalam memahami bacaan dan lebih

mudah untuk menemukan informasi penting yang terdapat di dalam teks.

Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang perlu dilatih dan

tidak didapatkan secara instan Dalam penelitian ini penulis akan

mengembangkan keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Taruna

Mandiri. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Taruna Mandiri, penulis

mengetahui bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas VIII masih cukup

(16)

Siswa masih kesulitan memahami suatu teks, sehingga hanya membaca tanpa

mendapatkan pemahaman. Beberapa kegiatan sudah dilakukan oleh guru agar

siswa tertarik untuk membaca, tetapi nampaknya guru belum menemukan

metode yang tepat untuk membimbing siswa.

Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan, maka peneliti ingin

mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan membaca siswa SMP Taruna

Mandiri. Diharapkan setelah peneliti melakukan penelitian kemampuan

membaca siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk itulah peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik

OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran

2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapatlah diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya minat baca siswa.

2. Siswa masih kesulitan memahami suatu teks.

3. Guru belum menemukan metode membaca yang tepat bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Karena terbatasnya kemampuan dan kesempatan peneliti, maka

peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan keterampilan membaca

intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada

siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

(17)

keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan

teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran

2012/2013?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII

SMP Taruna Mandiri.

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif

setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP

Taruna Mandiri.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah

pengembangan pengetahuan membaca intensif dan untuk

mengembangkan teori OPQRST pada pembelajaran Bahasa Indonesia,

khususnya membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran membaca.

2. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif.

3. Siswa lebih mudah menemukan fakta setelah menggunakan

(18)

b. Bagi Guru

1. Guru dapat menggunakan teori OPQRST pada pembelajaran

membaca intensif.

2. Guru dapat menciptakan pembelajaran membaca dengan teknik

yang mudah dan menyenangkan bagi siswa.

3. Guru dapat meningkatkan minat baca siswa melalui

pembelajaran yang inovatif.

c. Bagi Penulis

1. Memperkaya wawasan mengenai penggunaan teknik OPQRST

pada keterampilan membaca intensif.

2. Mengetahui adanya peningkatan keterampilan membaca

intensif setelah menerapkan teknik OPQRST.

d. Bagi Sekolah

1. Upaya peningkatan kualitas guru dan siswa, sehingga mutu

pendidikan dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan maju.

2. Memberikan inovasi dalam pembelajaran, sehingga proses

(19)

6 A. Landasan Teori

1. Keterampilan Membaca

Membaca adalah proses menambah khazanah dan memperdalam

pengetahuan tentang sesuatu.1 Membaca membuat manusia menjadi

pintar. Membaca tidak ada batasannya, dapat dilakukan kapan dan di

mana saja. Untuk menjadi maju dan sukses, tidak ada jalan lain selain

banyak membaca.

Menurut Aniatul Hidayah, “membaca merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.”2

Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan

bertambah. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan

dari membaca, maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan

pemahaman seseorang.

Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan

dan pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia dalam

berbagai bidang informasi, mulai dari buku, majalah, koran, sampai

kepada media informasi berupa internet. Menurut Tarigan membaca

merupakan “suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis kepada

pembaca melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”3

Menurut Suhendar dan Pien, “membaca sebagai suatu bagian

komunikasi tulisan, lambang bunyi diubah menjadi

lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf dan lambang-lambang-lambang-lambang tulisan atau huruf

1

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. v. 2

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 5. 3

(20)

–huruf itulah yang diubah menjadi makna”.4 Membaca adalah menerima informasi atas dasar satuan-satuan bahasa tersebut, maka pembaca

haruslah memiliki kompetensi yang kuat akan kebahasaan tersebut.

E Brook, Smith, Kenneth Goodman dan Robert Meridith

mengatakan bahwa “membaca merupakan proses yang aktif tentang

rekonstruksi makna dari bahasa yang dinyatakan dengan lambang grafis

(tulisan)”.5 Membaca itu bahkan melebihi pemerolehan makna materi

tercetak. Pembaca dirangsang dengan kata-kata penulis dan sebaliknya

pengarang memaknai kata-kata itu dengan arti yang dimilikinya.

Smith mengungkapkan bahwa membaca adalah proses yang

digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi dari apa

yang dibacanya.6 Kaelany H.D menyatakan bahwa “membaca bisa

diartikan melihat, memahami, dan menganalisis”. Melihat apa yang

tersurat dan memahami apa yang tersirat.7 Hal ini sejalan dengan pendapat

Strevens yang menyatakan bahwa “membaca adalah kegiatan yang

kompleks karena membaca terdiri atas proses memahami bahasa tulisan”.8

Membaca merupakan proses mengkonstruksi makna bacaan.9

Pembaca aktif mengolah, memikirkan, mengembangkan, dan memaknai

teks yang sedang dibacanya. Dalam proses mengkonstruksi tersebut

banyak aspek yang terlibat. Aspek itu meliputi aspek psikologis dan

kognitif pembaca. Usaha tersebut perlu dilakukan agar pembaca dapat

memahami makna teks yang dibacanya.

4

ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 4.

5

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.14. 6

Ibid., h. 4.5. 7

Antony Ludfi Arifin. Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 81. 8

M. Subana. dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 223.

9

(21)

Membaca juga dapat diartikan sebagai mengeja atau melafalkan

apa yang tertulis.10 Intinya membaca merupakan kegiatan melihat,

mengeja, atau melafalkan dari apa yang dilihat pada suatu tulisan.

Membaca sebagai aspek keterampilan berbahasa, merupakan

komponen komunikasi tulisan. Membaca dianggap sebagai salah satu

aspek keterampilan berbahasa karena membaca bersifat reseptif, yakni

membaca merupakan proses perubahan wujud tulisan menjadi wujud

makna.11

Broughton mengemukakan bahwa “Keterampilan membaca mencakup 3 komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta

tanda-tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda-tanda-tanda baca dengan unsur-

unsur linguistik yang formal, dan (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B

dengan makna atau meaning.”12 Menurut Murby membaca melibatkan

berbagai keterampilan:

a. Mengenal ortografi teks;

b. mengambil kesimpulan mengenai makna kata dan

menggunakan kosakata yang belum dikenal;

c. memahami informasi yang diberikan secara eksplisit;

d. memahami informasi yang diberikan secara implisit;

e. memahami makna konseptual;

f. memahami fungsi komunikatif kalimat dalam bacaan;

g. memahami kaitan unsur kalimat;

h. memahami kaitan antara bagian suatu teks;

i. menginterpretasikan teks dengan memandang isi atau pesan

dari luar teks;

10

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 3. 11

ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 3 12

(22)

j. mengenal butir-butir indikator dalam wacana;

k. mengenai butir-butir informasi yang paling penting;

l. membedakan ide pokok dan ide penunjang;

m. mencari butir-butir yang penting untuk dirangkum;

n. memilih butir-butir yang relevan dari teks;

o. meningkatkan keterampilan untuk merujuk pada konsep lain

yang mendasar;

p. mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming);

q. mencari informasi khusus dari suatu teks (scanning);

r. mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram,

sketsa, skema dan sebagainya (transcoding).

s. mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain dengan

tempat-tempat kosong setiap kata kesekian (close procedure).13

Dari uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan membaca

adalah keterampilan yang melibatkan beberapa komponen yaitu

pengenalan huruf dan tanda baca, korelasi tanda baca dengan unsur

linguistik, dan menemukan makna dari hubungan antara huruf, tanda baca,

dan unsur-unsur linguistik.

a. Tujuan Membaca

Membaca haruslah memiliki tujuan. Tujuan membaca sebenarnya

adalah untuk memperoleh pemahaman.14 Antoni Ludfi Arifin

mengatakan bahwa tujuan membaca ada dua, yaitu:

1. Tujuan Kreasi

13

M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 225.

14

(23)

Membaca yang bertujuan sebagai sarana kreasi yaitu membaca

untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan cara

mengikat makna bacaan yang didapat menuju perubahan diri.

2. Tujuan Rekreasi

Tujuan membaca untuk rekreasi yaitu membaca sebagai sarana

mencari kesenangan, hiburan. Bacaan rekreasi ini didapat dari

buku-buku cerita pendek, novelette (novel pendek), novel, puisi,

dan bacaan sastra lainnya.15

Tujuan membaca menurut Morrow ialah:

1. Mengerti atau memahami isi/pesan yang tekandung dalam satu

bacaan.

2. Mencari informasi yang bersifat:

a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang

untuk menambah keilmiahannya sendiri;

b. Referensial dan faktual; yakni yang digunakan seseorang untuk

mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan

c. Efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk

mencari kenikmatan dalam membaca.16

Pada hakekatnya tujuan membaca itu amat bergantung dari situasi,

jenis bacaan, dan keterbacaan. Dalam hal ini tujuan membaca dapat

dibedakan atas jenis-jenis sebagai berikut.

a. Membaca untuk meningkatkan pengenalan dari keterampilan

memahami.

b. Membaca untuk belajar.

15

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 50-51. 16

(24)

c. Membaca untuk rekreaasi.17

Tujuan membaca menurut Tarigan adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.18

Sedangkan tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut:

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini

disebutmembaca untuk memperoleh perincian-perincian atau

fakta-fakta (reading for details or fact).

b. Membaca untuk mengetahui hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang

dilakukan oleh sang tokoh (reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada

setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga, dan seterusnya – untuk mengetahui urutan atau susunan,

organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh

sang pengarang kepada para pembaca, kualitas-kualitas para tokoh

yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk

menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak

biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam

cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut

17

M.E Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 21.

18

(25)

membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup

dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang

diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja

dalam cerita itu, hal ini disebut membaca menilai, membaca

mengevaluasi (reading to evaluation).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,

bagaimana dua cerita mempunya persamaan, bagaimana sang tokoh

menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan

atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).19

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan adalah membaca adalah untuk memperoleh informasi dari bahan

bacaan, memahami isi bacaan, dan menilai kebenaran suatu gagasan isi

bacaan yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk teks.

b. Manfaat Membaca

Membaca merupakan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang.

Membaca buku disebut sebagai kegiatan positif karena memberikan

banyak manfaat kepada siapa pun. Manfaat membaca adalah sebagai

berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan.

2. Membaca membuat seseorang menjadi lebih pintar dan cerdas.

3. Membaca dapat dijadikan pengalaman jika suatu saat seseorang

menghadapi masalah yang hampir sama.

19

(26)

4. Membaca dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan

cara berpikir seseorang.20

Menurut Antoni Ludfi Arifin, manfaat membaca adalah “membantu seseorang mengeksplorasi pengetahuan dari guru yang mahatahu.”21

Belajar tidak harus bertemu langsung kepada pemilik

ilmu dengan membaca seseorang pun dapat mengenal

pemikiran-pemikiran orang tersebut.

Banyak manfaat yang akan didapat dari membaca. Salah satunya

membaca mencegah kepikunan. Dengan membaca otak selalu terasah

dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.22 Berdasarkan manfaat membaca

yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, banyak sekali manfaat

yang diperoleh ketika membaca dan dapat diketahui bahwa membaca

intensif memiliki tujuan kreasi, karena bertujuan untuk mendapatkan

informasi.

c. Jenis-jenis Membaca

Jenis membaca memiliki beberapa macam. Berdasarkan metode

atau caranya, dikenal membaca indah, membaca sekilas, dan membaca

memindai. Berdasarkan tujuannya, dikenal membaca untuk hiburan,

mencari informasi, dan membaca teknik.23

Berkaitan dengan jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau

tidaknya si pembaca ketika membaca, dapat dibagi dua, yaitu

membaca nyaring dan membaca dalam hati. Kemudian membaca

20

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 4-5. 21

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 40. 22

Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 26. 23

(27)

dalam hati dapat dibagi lagi menjadi membaca intensif dan ekstensif.

Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan skema di bawah ini.24

Gambar 2.1

Jenis membaca menurut Subana dan Sunarti ada dua, yaitu

membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif ialah membaca

secara luas meliputi membaca sebanyak mungkin teks dalam waktu

yang sesingkat mungkin, sedangkan membaca intensif ialah studi

24

(28)

saksama, telaah teliti, pemahaman terperinci yang dilakukan dalam

kelas terhadap suatu teks yang pendek. Dari jenis-jenis membaca yang

diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis

membaca dapat dibagi berdasarkan metode dan tujuannya.

2. Membaca Intensif

Menurut Tarigan membaca intensif merupakan bagian dari membaca

dalam hati. Membaca intensif menurut Kholid Harras, Endah, dan Titik adalah “membaca secara cepat dan akurat untuk memahami teks secara tepat dan akurat25”. Dawud juga mengatakan bahwa “Membaca secara intensif dapat

diartikan dengan menempuh berbagai cara yang intensif dan efektif untuk

menangkap makna suatu bacaan”26. Membaca informasi secara cepat dan

akurat, itulah yang disebut membaca intensif.27

Menurut Brooks membaca intensif adalah “studi saksama, telaah teliti,

dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu

tugas yang pendek kira-kira 2 sampai 4 halaman setiap hari.”28 Yang

diutamakan dalam membaca intensif bukan keterampilan yang tampak,

melainkan hasilnya, seperti pemahaman yang mendalam dan rinci terhadap

teks yang dibaca. Bahannya berupa teks singkat dan panjangnya tidak lebih

dari 500 kata yang dapat dibaca dalam waktu dua menit dengan kecepatan

kurang lebih lima kata per detik.29

Sejalan dengan pemikiran Brooks, Asep mengatakan bahwa membaca

intensif adalah:

kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan

25

Kholid Harras, dkk., Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7 26

Dawud,Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: UM Press, 2008), h. 55. 27

Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195.

28

Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h. 36. 29

(29)

akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.30

Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk

belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami

baik pada tingkatan literal, interpretatif, kritis, dan evaluatif.31 Berkenaan

dengan hal tersebut pengembangan kemampuan membaca intensif sangat

penting dimiliki bagi semua orang yang selalu ingin belajar.

Dalam membaca intensif, seorang pembaca memperhatikan setiap

detail bacaan agar tidak ada yang terlewatkan. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan saat membaca intensif.

a. Pada saat membaca, mulut tidak bersuara.

b. Kepala tidak ikut bergerak mengikuti alur teks yang sedang dibaca.

c. Pada saat membaca jari tangan tidak menunjuk pada teks. Hal ini

dilakukan agar mata dapat lebih berkonsentrasi pada bacaan.32

Menurut Dawud ada beberapa teknik-teknik membaca intensif, yaitu:

a. Kemampuan membaca dengan cepat

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh kemahiran

membaca yang andal diperlukan kecepatan membaca yang

memadai.

b. Kemampuan mengenali kata pengacu dan perangkai

Isi bacaan umumnya terdiri atas beberapa gagasan utama dan

tiap-tiap gagasan utama tersebut terdiri dari gagasan penjelas.

Hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya itu terwujud

dalam penggunaan kata-kata pengacu dan kata-kata perangkai

yang tertuang dalam bacaan.

30

Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 158. 31

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7. 32

(30)

c. Kemampuan mengenali pola paragraf

Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan

beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran

itu, penulis dapat melakukannya dengan mengembangkan paragraf

deduktif, induktif, dan campuran. Pembaca yang baik harus

mampu mengenali pola paragraf dengan cepat.

d. Kemampuan mengenali pola wacana

Pada prinsipnya, pola wacana yang perlu dikenali dan diamati

mirip dengan pola pengembangan paragraf. Dalam wacana juga

terdapat pokok pikiran dan pikiran penjelas.33

Membaca intensif mengharuskan pembacanya untuk dapat memahami

secara akurat apa yang dibaca, meringkas, menilai isi, menjelaskan, menyusun

pertimbangan, bahkan menyunting penggunaan teks yang dibacanya.Tujuan

membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail

dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata,

dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.34

Grellete menyimpulkan bahwa keefektifan pengajaran membaca

tersebut ditentukan oleh implikasi membaca sebagai proses berpikir dan

membaca sebagai proses mengembangkan keterampilan memahami secara

intensif.35 Kemampuan membaca intensif perlu dimiliki oleh semua orang

yang ingin mengembangkan keterampilan belajarnya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca intensif

adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam membaca intensif yang

terpenting ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat

memahami isi bacaan secara keseluruhan.

33

Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: IKIP Malang, 2008), h. 55-58

34

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.9. 35

(31)

3. Fakta

Fakta merupakan pernyataan yang tidak terbantahkan lagi

kebenarannya.36 Kalimat yang berisi fakta merupakan kalimat yang ditulis

berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang benar-benar terjadi dan

bersifat objektif. Fakta pada umumnya berisi tentang jumlah atau

angka-angka, nama-nama, peristiwa, hari-hari, dan tanggal yang merujuk pada

kenyataan yang sebenarnya.

Menurut Nani, “fakta adalah benda atau peristiwa yang benar-benar ada atau suatu peristiwa yang sebenarnya tidak memerlukan pembuktian lagi.”37

Sejalan dengan pemikiran Nani, Ahmad Iskak dan Yustinah

menyatakan bahwa “fakta adalah keadaan atau peristiwa yang merupakan

kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi.”38 Fakta diperlukan untuk

memperkuat, membuktikan, dan mempertahankan kebenaran pendapat yang

disampaikan.39 Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya hal

atau peristiwa tersebut terbukti benar-benar ada.40

A. Ciri-ciri kalimat Fakta 1. Kenyataan

2. Informasi dari kejadian yang sebenarnya.

3. Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil

temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber

sebagai penguat argumen.

4. Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya

disertai dengan waktu kejadian41

36

Priyona Mangunrejo, UN Bahasa Indonesia SMP/MTs (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h.13. 37

Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK (Bandung: Grafindo, 2007) h.109. 38

Ahmad Iskak dan Yustinah Bahasa Indonesia Tataran Semenjana (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 24.

39

Eva Rahmawati, Be Smart Bahasa Indonesia (Bandung: Grafindo, 2008) h. 17. 40

Sumi Winarsih dan Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h. 15.

41

(32)

Berdasarkan pengertian fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa fakta

merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, biasanya fakta disertai oleh

data-data yang akurat. Fakta dapat mendukung kebenaran suatu pendapat.

4. Teknik OPQRST

Teknik OPQRST merupakan salah satu cara efektif memahami bacaan

secara detail dan mempertahankan kemampuan mengingat dalam waktu yang

lama. Teknik ini mencakup enam langkah yaitu:

a. Overview

Pada tahap ini pembaca hanya dapat memulai dengan membaca

ringkasan yang akan dibaca membaca bagian-bagian penting dari

bacaan.42 Pembaca diharapkan dapat menemukan topik yang dibahas

dan ringkasan isi (ide-ide penting dari apa yang dibaca).

b. Merencanakan Tujuan

Pembaca dapat merumuskan tujuan membacanya. Pembaca

perlu menentukan informasi apa saja yang akan dicari dan

merumuskan tujuan membacanya.

c. Bertanya

Pembaca dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana sebelum

membaca sebuah buku. Pertanyaan dasar dapat berupa konsep

5W+1H. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang dapat dirumuskan

mengenai bacaan apapun:

1. Mengenai apakah isi tulisan itu. Seseorang harus berusaha

menemukan gagasan utama tulisan itu dan bagaimana cara penulis

42

(33)

menguraikan gagasan itu secara sistematis dalam suatu kaidah

tertentu.

2. Apa yang menjadi pemikiran penulis dan bagaimana ia

mengartikulasikan pikirannya. Seseorang harus mencari

dasar-dasar pemikiran dan landasan yang dipakai penulis untuk

menyampaikan maksud tulisannya.

3. Seberapa pentingkah tulisan itu. Seseorang harus mengetahui

apakah bacaan dapat memberikan informasi, meningkatkan

pemahaman, dan mendapatkan pemahaman lebih dalam.

4. Apakah substansi tulisan itu benar semuanya atau sebagian saja.

Seseorang harus mengetahui apa yang ditulis penulis sebelum

memberikan penilaian.43

d. Membaca

Membaca diarahkan pada pencarian informasi dari proses tinjauan

awal dan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya. Pada

tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang

penting, yang mendukung ide pokok.44

e. Membuat Ringkasan

Setelah membaca pembaca dapat membuat ringkasan yang memadai

dari teks/buku yang dibaca. Ringkasan adalah menggabungkan ide

pokok yang telah dibuat sebelumnya.45 Agar menjadi padu perlu

ditambahkan kata, frase, atau kalimat di antara ide-ide pokok yang

digabungkan.

43

Winarno, Speed Reading (Solo: Platinum, 2012), h. 29-30. 44

Soedarso, Speed Reading (Jakarta: Gramedia, 2004), h.63. 45

(34)

f. Menyusun Tes

Pada tahap ini pembaca dapat membuat pertanyaan untuk menguji

pemahamannya tentang apa yang dibaca.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST”

adalah:

1. Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan

pendekatan kontekstual komponen inquiry Pada Siswa Kelas VII B

SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Penulisnya adalah

Munawaroh dari Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini

adalah 1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca

intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen

inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2)

mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10

Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks

profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I

dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes

Setelah dilakukan penelitian melalui dua siklus, dihasilkan simpulan

bahwa pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan membaca intensif buku biografi tokoh siswa. Melalui tes

awal diperoleh hasil rata-rata klasikal adalah 51,31 dan berada pada

kategori kurang. Kemudian dilaksanakan tes siklus I dan diperoleh

nilai rata-rata hasil tes siswa kelas VII E secara klasikal adalah 78,54

(35)

sebesar 27,23% dari hasil pratindakan dan berada pada kategori amat

baik. Meskipun hasil tersebut sudah cukup memuaskan, namun

peneliti masih melaksanakan pembelajaran dan tes siklus II hingga

diperoleh hasil rata-rata klasikal untuk tes siklus II yaitu 90,08 dan

berada pada kategori sangat baik, dengan peningkatan sebesar 11,54%

dari hasil tes siklus I dan peningkatan tersebut berada pada kategori

cukup.

Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh berbeda dengan

yang dilakukan peneliti, keterampilan membaca intensif diterapkan

pada membaca teks profil tokoh, sedangkan peneliti menerapkan

keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang

digunakan pun berbeda, Munawaroh menggunakan pendekatan

kontekstual komponen inquiry dan peneliti menggunakan teknik

OPQRST. Namun metode yang digunakan sama, yaitu penelitian

tindakan kelas dengan dua siklus.

2. Peningkatan keterampilan membaca intensif dengan metode kooperatif

jigsaw pada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS)

Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012. Penulisnya adalah

Vanesa Primadiyanti dari Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dan

peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas VII Mts.

Al-Mujahidin Cikarang dengan digunakannya metode kooperatif jigsaw.

Manfaat penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan membaca

intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs.

Al-Mujahidin Cikarang.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

(36)

belajar siswa dan angket. Tes hasil belajar dan angket ini diberikan

kepada sampel berjumlah 80 siswa, di mana kelas control berjumlah

40 siswa dan kelas eksperimen 40 siswa. Pengambilan sampel

populasi Purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan

tujuan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

membaca intensif setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode kooperatif jigsaw. Peningkatan ini dapat dilihat

dari hasil pretest dan posttest kelompok control dan eksperimen yang

dilakukan pada siswa kelas VII Mts. Al Mujahidin Cikarang. Pada tes

pretest nilai rata-rata kelompok control yang diperoleh sebesar 52,8

dan kelompok eksperimen 40,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

pretest kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok

control. Maka, kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan

menggunakan metode kooperatif jigsaw. Hasil tes posttest kelompok

control sebesar 72,925 dan kelompok eksperimen sebesar 78,4. Hal ini

menunjukkan bahwa metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan membaca intensif.

Penelitian yang dilakukan oleh Vanesa hampir sama yang

dilakukan oleh peneliti. Teknik yang digunakan oleh Vanesa adalah

metode kooperatif jigsaw, peneliti menggunakan teknik OPQRST.

Metode yang digunakan oleh peneliti dan Vanesa sama, yaitu

penelitian tindakan kelas.

3. Peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan

gagasan utama dengan menggunakan metode cooperative integrated

reading and composition dan teknik repetisi pada siswa kelas VII A

(37)

ini disusun oleh Afiatur Rohmah dari Universitas Negeri Semarang.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan

keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama

pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah

menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition

dan teknik Repetisi; (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa

kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah diadakan

pengajaran membaca intensif untuk menemukan gagasan utama

dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and

Composition dan teknik Repetisi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi dua

siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat

pengambilan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara,

pedoman jurnal, dan pedoman dokumentasi foto. Teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa keterampilan

membaca intensif untuk menemukan gagasan utama setelah mengikuti

pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading and

Composition dan teknik Repetisi terbukti mengalami peningkatan.

Hasil tes keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan

utama pada prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar

59,5 atau sebesar 59,47% dan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata

sebesar 66,81 atau sebesar 66,81%. Hal ini berarti terjadi peningkatan

sebesar 7,34%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas tes

membaca intensif untuk menemukan gagasan utama sebesar 75,05

(38)

Penelitian yang dilakukan oleh Afiatur dan peneliti adalah

peningkatan keterampilan membaca intensif. Afiatur meneliti

peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan

gagasan utama, sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan

membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan

Afiatur ialah metode cooperative integrated reading dan peneliti

menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan sama, yaitu

penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang akan penulis lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan

teknik yang berbeda untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif,

tetapi semuanya berhasil. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba

menggunakan teknik OPQRST untuk meningkatkan keterampilan membaca

intensif siswa kelas VIII SMP di sekolah Taruna Mandiri tahun ajaran

2012/2013.

C. Kerangka Berpikir

Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan

dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca.

Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu

dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia

modern. Membaca adalah salah satu cara dan proses belajar paling tua,

paling utama serta paling mendasar dalam upaya memuliakan kehidupan

manusia.

Pada tingkatan membaca lanjut terdapat berbagai masalah yang

menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai kemampuan secara

(39)

kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi,

kebiasaan, dan minat membaca.

Untuk mengatasi masalah-masalah dalam membaca, guru perlu

menerapkan metode membaca intensif, agar siswa lebih mudah

memahami isi bacaan. Sebagai salah satu keterampilan yang harus

dikembangkan di sekolah secara khusus pengembangan keterampilan

membaca intensif adalah untuk membentuk kemampuan memahami

informasi secara kreatif dan kritis dalam bentuk gagasan, pendapat,

pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis

Teknik OPQRST dapat digunakan untuk metode membaca

intensif. Teknik ini sangat mudah diaplikasikan dalam pembelajaran

membaca intensif. Teknik OPQRST terdiri atas beberapa langkah, yaitu:

overview, preview, question, summarize, dan test. Dengan

langkah-langkah tersebut siswa dapat menemukan informasi dengan lebih cepat.

D. Hipotesis Penelitian

Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Teknik OPQRST dapat meningkatkan keterampilan membaca

intensif siswa.

H0 : Teknik OPQRST tidak dapat meningkatkan keterampilan membaca

(40)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Jean Mc Niff mengatakan “Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri.”1

Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasdengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam

pembelajaran.2

Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara

teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut

dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri

melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan

demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama

ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, peneliti atau guru dapat

melihat sendiri praktik pembelajaran.3 PTK merupakan suatu penelitian yang

akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang

bersangkutan.

Penelitian tindakan kelas meliputi tiga unsur atau konsep, yakni

sebagai berikut:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis

untuk menyelesaikan suatu masalah.

1

Acep Yoni, MenyusunPenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Familia, 2010), h. 7. 2

Susilo, PenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h.16. 3

(41)

2. Tindakanadalahsuatuaktivitas yang sengajadengantujuantertentu

yang

berbentuksikluskegiatandengantujuanuntukmemperbaikiataumenin

gkatkanmutuataukualitas proses belajarmengajar.

3. Kelasadalahsekelompoksiswa yang dalamwaktu yang

samamenerimapembelajaran yang samadariseorang guru.4

Menurut Rochiati, penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif

meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana

uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk

kata-kata.5Penelitiantindakankelasbertujuanuntukmeningkatkanataumemperbaikipr

aktikpembelajaran. Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah

suatu rangkaian yang terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis

penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan sebagai

pemecahan masalah.6

Padatahapiniakandilakukanlangkah-langkahperencanaanuntukmemperbaikikelemahanketerampilanmembacain

tensifsiswa. Rencanakegiatan yang akandilakukanadalah

menyusunrencanapembelajaranmembacaintensifuntukmenemukaninforma

si, mempersiapkaninstrumen penelitianberupalembarobservasi,

dokumentasi, dan mempersiapkantes.

4

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 45.

5

Ibid., h. 46. 6

(42)

2. Pelaksanaan

Pelaksanaanpenelitiandilakukansesuaiperencanaan yang

sudahdibuat.Tahappertama yang

dilakukanialahmenarikperhatiansiswaterhadapmateri yang akandiajarkan.

Tahap selanjutnya adalah guru memperkenalkan teknik OPQRST dan

menyuruh siswa membaca teks secara intensif dengan menggunakan

teknik OPQRST. Kemudian tanyakaninformasiapasaja yang

didapatkandariteks yang dibaca. Tahap yang

terakhiradalahmelakukankesimpulanterhadappembelajaran yang

dilakukan.

3. Pengamatan

Kegiatanobservasiataupengamatandilakukanuntukmengetahuidanmem

perolehgambaranlengkapsecaraobjektiftentangperkembanganproses

pembelajaran7. Pengamatan yang

dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmenggunakantestertulisdanjuga

denganmenggunakanteknikwawancaraterhadapsiswa.

4. Refleksi

Padatahapinipenelitidapatmenarikkesimpulandaripenelitian yang

dilakukanpadasiklus I.Jikapenelitiansiklus I yang

dilakukanbelummemuaskan, makapenelitidapatmerencanakansiklus II.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri

yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk

memperbaiki praktik kependidikan, pemahaman tentang praktik pendidikan,

7

(43)

situasi saat praktik tersebut dilaksanakan.8 Penelitian tindakan kelas

memerlukan gagsan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara

sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).9

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk

memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kelas.Hasil penelitian

tersebut dapat menjadi pembelajaran bersama untuk guru dan para peneliti.

B. Model PenelitianTindakanKelas

Dalampelaksanaanpenelitiantindakankelas,

siswabukanhanyadiajarsepertibiasadanmengerjakan LKS yang

intinyamengerjakansoal-soalsetelahmempelajariringkasan,

tetapiharusmelakukansuatutindakan.Siswaharusaktifbekerjamelakukansesuatu

yang diarahkanoleh guru.

Model penelitiantindakankelas yang paling seringdigunakanadalah

model yang dikemukakanolehKemmisdanMc Taggart.10Penelitian tindakan

diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

mengobservasidanmengevaluasi proses danhasiltindakan (observation dan

evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai

peningkatan yang diharapkan tercapai.

Adapun model penelitian tindakan kelas yang dimaksud

menggambarkan adanya empat langkah, yang disajikan dalam bagan berikut

ini.

8

Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Rajawali Press, 2010), h. 46

9

Suharsimi Arikunto dan Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 106 10

(44)

Gambar 3.1

C. TujuanPenelitianTindakanKelas

Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

umumnya diarahkan pada pencapaian sebagai berikut:

1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses,

(45)

2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan

agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan

pembelajaran.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para

tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi

masalah-masalah pembelajaran;

4. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga

kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.11

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman

tentang keterampilan praktik pembelajaran secara reflektif dan bukan

bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang

dilakukannya.

Penelitian tindakan kelasmemilikibeberapatujuan, yaitu:

1. Untukmemecahkanpermasalahannyata yang terjadi di dalamkelas,

meningkatkanprofesionalisme guru,

danmenumbuhkanbudayaakademik di kalangan guru.

2. Peningkatankualitaspraktikpembelajaran di kelas.

3. Peningkatanrelevansipendidikan, halinidicapaimelalui proses

peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagaialattraning in-service, untukmelengkapiskilldanmetode

guru.

5. Sebagaialatuntukpendekatantambahanterhadapsistempembelajara

n yang biasanyamenghambatinovasi.

6. Peningkatanmutuhasilpendidikan.

7. Meningkatkan sikap profesional pendidik.

8. Menumbuhkembangkanbudayaakademik di lingkungansekolah.

11

(46)

9. Peningkatanefisiensipengelolaanpendidikan.12

Menurut Susilo tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai

berikut:

1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di

kelas.

2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada

peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

3. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka

mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

4. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat

dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama

proses penelitian itu berlangsung.13

Dengan tujuan tersebut penelitian tindakan kelas memang sangat baik

untuk dilakukan para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran,

meningkatkan kinerja guru, dan penelitian ini tidak mengganggu tugas pokok

guru. Ketika melaksanakan penelitian tindakan kelas guru dapat memecahkan

sendiri masalah yang dihadapinya saat proses pembelajaran.

D. Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal

(konvensional) pada umumnya. Penelitian tindakan kelas memiliki

karakteristik sebagai berikut.

1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil

atau nyata yang muncul dalam dunia kerja peneliti atau yang ada dalam

kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

12

Kunandar, LangkahMudahPenelitianTindakanKelas, (Jakarta: RajawaliPers, 2011). h. 63-64. 13

(47)

2. Problem solving oriemted (berorientasi pada pemecahan masalah).

3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

4. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui

urutan yang terdiri dari beberapa tahap.

5. Action Oriented. Dalam PTK selalu adanya tindakan tertentu untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahn praktis yang

dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar.

8. Partisipatory. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan

pihak lain.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.

10.Dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklus terdiri dari perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.14

E. TempatdanWaktuPenelitian

Penelitianinidilakukan di kelas VIII SMP TarunaMandiri semester II

tahunpelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raya Pamulang II nomor

3, Benda Baru, Pamulang, denganjumlahsiswa 26 orang,

padamatapelajaranBahasa Indonesia.

(48)

TarunaMandiri.Setelahitudilanjutkandenganpemberiantindakan.Penelitianinia

kanberakhirpadaminggupertamabulanMaret.

F. SubjekPenelitian

Penelitianinidilaksanakan dikelas VIII SMP TarumaMandiri semester

II tahunpelajaran 2012/2013,denganjumlah 26

siswa.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmendeskripsikanpeningkatanketerampil

anmembacaintensifuntukmenemukaninformasidenganmenggunakanteknik

OPQRST.

G. TeknikPengumpulan Data

Teknikpengumpulan data yang digunakanpenelitiadalah:

a. Teknik wawancara

Wawancara adalah salah satu cara menggali data. Hal ini harus

dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail

dan valid. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber.15

b. Teknikobservasi

Observasi adalahkegiatanpengumpulan data

melaluipengamatanatasgejala, fenomenadanfaktaempiris yang

terkaitdenganmasalahpenelitian.

Denganteknikinipenelitimengamatikegiatansiswaselama di kelas.

15

(49)

Peneliti perlu memperhatikan beberapa prinsip umumjika

menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti antara lain:

1. Aspek tingkah laku dan jenis interaksi telah ditentukan.

2. Peneliti telah menyiapkan instrument, berupa checklist.

3. Observer harus dilatih dan memahami aspek yang diobservasi.

4. Penentuan kriteria gejala yang diamati harus dapat dikontrol.

5. Validitas instrument terjamin.16

c. Teknikangket

Angket adalahseperangkatpertanyaan yang disusunsecaralogis,

sistematis, danobjektifuntukmenerangkanvariabel yang diteliti.17

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

diharapkan dari responden.

d. Tekniktes

Tes ialahteknik yang digunakanuntukmengukurbakat, minat,

danketerampilan.

Penggunaantekniktesinidisesuaikandenganmasalah yang diteliti.

e. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang

diperoleh dalam observasi.18 Dokumentasi yang digunakan berupa

tes tertulis siswa, daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat

16

Musfiqon, H.M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012), h. 122. 17

Ibid., h. 127. 18

(50)

melakukan kegiatan penelitian. Untuk memberikan gambaran

secara konkret mengenai siswa.

H. TeknikAnalisis Data

Tahapanakhirpenelitianadalahanalisis data.Kegiatan

analisisinidilaksanakansetelah data terkumpuldandireduksi,

sesuaidenganmasalahfokus penelitian.Apabilahasilanalisis data

menunjukkantidaksignifikan, di

dalaminterpretasihasilanalisisperludicarisumberpenyebabtidaksignifikannyahi

potesistersebut.19

Adapunlangkah-langkahanalisis data yang adalahsebagaiberikut:

1. Data yang diperolehbersumberdaripenelitianpertamadankedua

yang dilakukandengan menggunakan instrumen-instrumen yang

digunakanpadasaatmelakukanpenelitian di kelas VIII SMP

TarunaMandiri.

2. Setelah data terkumpul, penelitimengelompokkan data

tiaptindakan.

3. Setelahdilakukanpengelompokan data, lalu penelitimenentukan

rata-rata hasiltes yang didapat,

kemudiandianalisisdenganmenggunakanrumus. Tingkat

keberhasilansiswaberdasarkanskortes yang

diperolehditetapkandalamnilaidenganmenggunakanrumus:

Nilai akhir =

100

19Jamal Ma’mur Asmani

(51)

Selanjutnyadihitungnilai rata-rata denganrumus:

Nilai rata-rata (x) =

Kemudianpenelitimencaripresentasipeningkatannilai pretest,

siklus I, dansiklus II denganlangkah-langkahberikut:

a. Mencariselisihnilaidenganrumusberikut:

b. Setelahitupenelitimencaripersentasepeningkatandenganrum

usberikut:

Persentasepeningkatannilai =

4. Setelahdianalisis, makaakanterlihatperbedaan antarahasil pretest,

siklus I, dan siklus

II,kemudiandapatdisimpulkanhasiltiaptindakansertapengambilank

(52)

39 A.Deskripsi Data Sekolah

1. Profil SMP Taruna Mandiri

Nomor Statistik Sekolah : 20 2 280309 022

Nama Sekolah : SMP Taruna Mandiri

Alamat : Jalan Raya Pamulang No. 3

Kelurahan : Benda Baru

Kecamatan : Pamulang

Kota : Tangerang Selatan

Provinsi : Banten

Kode Pos : 15416

No. Telepon/Fax : 021-74635180/74635182

Alamat email : sekolahtarunamandiri@yahoo.com

Website : www.sekolahtarunamandiri.sch.id

Tahun dibuka : 2005

Status Sekolah : Swasta

SK/Izin Perndirian : 421.1/377 tahun 2005

Akreditasi : A

2. Visi

Membangun generasi mandiri yang beretos kerja tinggi dan berjiwa

pemimpin.

3. Misi

a) Menyiapkan pemimpin masa depan yang menguasai iptek dan memiliki

(53)

b) Mewujudkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia dan bangga terhadap

budaya bangsa

c) Meningkatkan kemampuan intelektual, ketarampilan praktis dan

kemampuan dalam memecahkan masalah.

4. Keunggulan kompetitif sekolah

a. Menggunakan Bahasa Mandarin

b. Pembinaan agama yang konsisten

c. Program pembiasaan diri yang baik

d. Student care

e. English day

5. Data Ruang Sekolah SMP Taruna Mandiri

a. Ruang teori/kelas

b. Laboratorium IPA

c. Laboratorium Kimia

d. Laboratorium Fisika

e. Laboratorium Biologi

f. Laboratorium Bahasa

g. Laboratorium Komputer

h. Laboratorium Multimedia

i. Ruang perpustakaan konvensional

j. Ruang serbaguna/aula

k. Ruang UKS

l. Koperasi

m. Ruang BP/BK

n. Ruang kepala sekolah

o. Ruang guru

Gambar

Tabel 4.5 Analisis Angket ...............................................................................
Tabel 3.I  .........................................................................................................
Gambar 2.1
Gambar 3.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

(2013) menyatakan bahwa penggunaan suhu pemanasan yang tinggi serta waktu hidrolisis yang semakin lama dapat mendukung terjadinya proses pemutusan ikatan glikosidik

Berdasarkan pemaparan diatas dalam praktek jual beli buah karbitan dipasar rakyat tani mengandung unsur tipuan dan ketidakjelasan dalam prakteknya juga dapat merugikan

a. Terdapat beberapa faktor yang mendu- kung peningkatan religiusitas siswa muslim tersebut, yaitu: 1) Keluarga. Di antara ketiga siswa, dua orang siswa memiliki orang tua yang

Pada Gambar 7 diatas dapat dilihat kenaikan nilai kohesi pada pengujian kuat geser langsung tanah pada setiap penambahan campuran zeolit yang

Pengujian Hapus Data Kuesioner Menghapus data pada data kuesioner yang telah disimpan Aplikasi dapat menghapus data dan menghapus dari database tabel kuesioner

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Hasil pengujian hipotesa H7 menunjukkan bahwa Kemudahan Penggunaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Pengguna, yaitu dengan diperolehnya nilai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan