• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara beban kerja mental (mental workload) dan kelelahan (fatigue)terhadap motivasi kerja sales promotion girl/male (spg/spm) pt.pasaraya tosersajaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara beban kerja mental (mental workload) dan kelelahan (fatigue)terhadap motivasi kerja sales promotion girl/male (spg/spm) pt.pasaraya tosersajaya"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi (S,Psi.)

FAKULTAS PSIKOL.OGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (!JIN) SYARIF hidayatuluセh@

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi (S,Psi.)

Oleh : AHMAD SUBEKTI MUBAROK NIM: 101070023053

Di Bawah Bimbingan : Pembimbing I

airul Gani Psi. Drs. Abdul Rahman M.Si

NIP. 150 293

FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF hidjャセyatullah@

(3)

Pasaraya Tosersajaya" telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Februari 2007 telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Sidang Munaqasah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ora. Hartati M.Psi

.215.938

Penguji I

0 . Sofiand Zakaria M. Psi. T Ors. Abdul Rahrna

NIP.1502

Pembimbing I

J

(4)

kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang

membicarakan kebenaran d1ln mereka tidak dianiaya"

(QS. Al-Mu'minun :62)

"SPiN"IV:M. }l©JU}l:J{ P/l(SCJ!CR!}?SI

fJr£(jJJ:N©)I5{

SICR:}f}l ©}U}l:M. ©11?.J )l'T)'lS £P.Ejl:J{

Q3P.(}3jl:N

:M.P!NJ}l©I PCYJ(VS

rt'JI:N<]

PF/Rf,P}l:NJL1f"

Aa_cevi@yahoo.com

Maha Suci Allah atas cin-raNya, Maha Besar Kasih sayangNya.

Karya ini ku persembahkan untuk yang ter:sayang dan dicintai Allah

(5)

(D) Ahmad Subekti Mubarak

(E) Hubungan Antara Beban Kerja Mimtal (Mental Workload) Dan Kelelahan (Fatigue) Terhadap Motivasi Kerja Sales Promotion Girl/ Male (SPGI SPM) PT. Pasaraya Tosersajaya

(F) xvii+ 121 halaman

(G) Mentai workload adalah penilaian karyawan tentang efek yang timbul

dari beban atensi (antara kapasitas kerja karyawan dan tuntutan kerjanya) ketika sedang melakukan suatu tugas tertentu. Ketika kapasitas kerja karyawan dan tuntutan kerja tidak s13imbang, maka akan menimbulkan efek fatigue tarhadap karyawan. Dalam bekerja karyawan mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka motivasi yang diperlukan harus besar. Namun ketika faktor mental

workload dan fatigue mempengaruhi motivasi karyawan, maka

optimalisasi hasil akan berkurang dari kadar pengaruh yang diberikan. Jenis penelitian ini adalah korelas1onal. Teknik sampling yeng

digunakan adalah sampel random sampling (n = 64). Data dikumpulkan dengan menggunakan Kuesioner dan diolah

menggunakan prosedur statistik Multiple Regresi dan Path Analysis.

Sampel penelitian ini adalah karyawan Sales Promotion Girl/ Male (SPG/ SPM) yang telah bekerja selama 1 (satu エ。ィセQョI@ di PT. Pasaraya Tosersajaya, yang bergerak dalam bidang ritel. Analisa data ketiga variabel menggunakan perhitungan l<orelasi product moment.dari

Pearson. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program statistik SPSS/PC + versi wim 11.5'. Hasil yang dipEiroleh menunjukkan bahwa, 1 ). Terdapat hubungan kausal positif dan signifikan antara Mental Workload dengan Fatigue ( R = 0,615), 2). Terdapat hubungan terbalik antara Fatigue dengan motivasi kerja Uika kelelahan meningkat maka motivasi kerja menurun, dan sBbaliknya) (R = -0,617), 3). Dan terdapat hubungan terbalik antara Mental

Workload dengan Motivasi Kerja (R= -0,358). hasil selanjutnya

menemukan bahwa Mental Workload berhubungan kausal baik secara langsung (R2=0,128) maupun tidak langsung melalui Fatigue (R2 = 0,380), dengan Motivasi Kerja.

(6)

(C) February 2007

(D) Ahmad Subekti Mubarak

(E) Correlation Between Mental Workload And Fatigue to Motivation Work of Sales Promotion Girl/ Male PT. Pasaraya Tosersajaya

(F) Mental workload is the employees evaluation of the attentional load margin (between their motivated capacity and the current task demand) while achieving adequate task performance in a mission-relevant context. When capacities work uneven job demand and

employees, hence will generate effect fatigue to employees. In working the employees have motivation which different each other in fulfilling his requirement. To get result gratifying, hence motivate that is needed have to be big. But when factor mental workload and fatigue influence employees' motivation, hence optimal result will decrease from given influence rate.

(G) Type of this Research is correlational. Technique of Samplirig used is sample random sampling (n

=

64). Data collected by using quEistionary and processed to use statistical prncedure of multiple regressions And Path Analysis. Sample of this Research is employe13s of Sales

Promotion Girl/ Male (SPG/ SPM) what have worked during 1 (one year) [in) PT. Pasaraya Tosersajaya, moving in the field of retell. Analyze third data of variable use calculation of correlation of product moment from Pearson. Data processing conducted constructively the statistical program of SPSS/PC + version of 11.5. Result obtained indicates that, 1 ). There are positive correlation causal and significant between Mental Workload by Fatigue (r

=

0,615), 2). There are

negative correlation causal and significant between Fatigue with Motivation Work (r = -0,617), 3). And there are negative correlation causal and significant between Mental Workload with Motivation Work (r

=

-0,358). Result hereinafter find that Mental Workload correlate causal either through direct (R2

=

0, 128) and also indirectly through Fatigue (R2

=

0,380), with Motivation Work.
(7)

karunia tiada henti, puji syukur yang tak henti alas segala nikmat yang telah diberikan dan atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Baginda Rasulullah Al-Anbiyc:1 wal Mursaliin Muhammad SAW, keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah di jalan-Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materiil dari semua pihak oleh karena itu dalam

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Oekan Fakultas Psikologi, lbu Hj. Ora. Netty Hartati, M. Si., Pernbantu Oekan I bagian akademik,lbu Hj. Ora. Zahrotun Nihayah, M. Si., dan seluruh dosen serta staf Fakultas. Terima kasih alas ilmunya, bimbingan dan motivasi serta pelayanan yang dengan tulus ikhlas diberikan kepada penulis dari pertama kali silaturahim hingga selesai skripsi ini.

2. Bapak Ors. Asep Haerul Gani, Psi. selaku pembimbing I dan Bapak Ors. Abdul Rahman Saleh, M. Si, selaku pembimbing II, yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi arahan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Bapak Hendro Sasongkobowo,SH., Bapak Amin dan sel1Jruh staff HRO

PT. Pasaraya Tosersajaya dan SPG/ SPM PT. Pasaraya1 Tosersajaya. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untul< mengadakan penelitian ini.

(8)

Romdhoni,alm. yang sudah membimbing anak-anaknya dengan warisan harta kasih sayang, semangat, dan ilrnu. Semangat yang luar biasa yang ditanamkan dalam diri anak-anakmu dengan mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas sebagai penggerak hidup yang diserahkan seluruhnya dari Allah

swr

kepada penulis dalam mengenyam pendidikan dan mengarungi kehidupan.

lbunda dan Ayahanda saya mencintaimu saya akan mBmbahagiakanmu dan memberikan yang terbaik untukmu. Terima kasih, ya Allah lindungilal1 dan sayangilah kedua orangtuaku, terimalah keduanya disisi-Mu

sebagaimana mereka menerimaku dengan kasih sayangnya, Amin. 7. Kakak-kakakku yang dicintai Allah Hj. Azizah,S.Ag. & Syafi'i, H. Shopal

Jamil & Ka Nani, Sholahuddin & Eche, Megawati, Zulaiha & Abanri Asli, lr.Fathul Qorib & Ka Levi, Mashuri & Teteh, Syahroni, SE., Rumiyati, SE. & Abang Wisnu, yang telah memberikan kasih sayang dan curahan moril serta materil. Terima kasih, moga selalu menjadi kelLJarga sakinah, mawaddah, warahmah. Dan 15 ponakanku yang lucu dan imut yang selalu memberikan keceriaan dan semangat pada penulis.

8. K.H. Jamhari Abdul Jalal, Le. Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah II Bogar dan Para Alumni lkatan Keluarga Besar Pondok Pesantren

Darunnajah Cipining (IKPDC). Semoga Tarbiyatul /slamiyah menjadi

dakwah yaumiyah dalam diri.

(9)

Diah, Wiwid, Yunita, Yuli Safitri, Endah, Reres, Samrah, Aya, Ade, Babeh, Enoey, Fitri, Hilman, lip, Asnari, Zambiq, Ary,dkk) dan teman-teman angkatan 2001 lainnya, terima kasih alas kasih sayang dan

kebersamaannya mari kita menuju kesuksesan bersama, semoga silaturahim kita tetap kuat.

11. Teman-teman IMAMUPSI, FP21, LOK, BEMF Psikologi, Komunitas Bahasa, dan adik-adik kelasku (angkatan 2002, 2003, 2004). Terima kasih atas persaudaraan yang terjalin, berjuang terus saudaraku!!! 12. Teman-temanku, Rosaeni, Mas Deli, Ka' Agus, Reres, Ely, Eka Munifah,

Maria Dewi, Yeyen, terima kasih alas referensi dan bantuannya. 13. Keluarga Besar Pondok Pesantren Hypnotherapy Gg. Bacang, terima

kasih untuk sharing ilmunya dan semoga bermanfaat bagi penulis serta masyarakat.

14. Seluruh pihak terkait yang telah memberikan spirit yan9 tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga menjadi amal ibadall yang bisa mernbawa kebaikan dunia akhirat.

Jakarta, Muharrom 1428 H Februari 2007 M

(10)

HALAMAN PENGESAHAN... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 111

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ... 1v

ABSTRAKSI... . . . v

ABSTRACTION... vi

KATA PENGANTAR ... .... vii

DAFTAR ISi... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... x

DAFT AR TABEL... ... ... . .. .. ... . .. ... .. ... .. ... ... ... .. . .. ... ... . .. . ... .. ... . ... .. ... ... . .. ... .... .. . xiv

DAFT AR GAMBAR. .. . . .. . . .. . . .. .. . .. . ... .. . .. ... . .. . . .. . . . .. . .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . xvi

DAFTAR LAMPIRAN... ... XVII BAB1 PENDAHULUAN 1-15 1.1 Latar Belakang Masai ah . . . 1

1.2 ldentifikasi Masalah. .. . ... .. . . .. . .. ... .. . ... . . . .. . .. ... .. . . .. . .. . .. . .. . ... .. . . . 9

1. 3 Batasan dan Rurnusan Masalah . . . 1 O 1.3.1 Pernbatasan rnasalah... 10

1.3.2 Rurnusan masalah... 12

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . 12

1.4.1 Tujuan penelitian... ... 12

1.4.2 Manfaat penelitian... ... ... .. ... 13

1.5 Sisternatika Penulisan . . . ... . .. .. . ... ... . . ... . . .. . ... ... ... ... 14

BAB 2 LANDASAN TEORI 16-56 2.1. Motivasi Kerja.. ... . . .. . . .. . . ... . . .. . .. .. . . .. .. . . .. . . .. . .. . . .. . . . 16

(11)

2.2.2 Perbedaan Burnout, Fatigue dan Exhaustion... 31

2.2.3 Karakterisitik Fatigue... 33

2.2.4 Sindrorn Fatigue... 33

2.3 Beban Kerja Mental (Mental Workload)... 36

2.3.1 Pengertian Beban Kerja Mental (Mentc1! Workload).. 36

2.3.2 Sistern Pernprosesan lnforrnasi pada Manusia... 38

2.3.3 Proses Terjadinya Beban Kerja (Workload)... 43

2.3.4 Hubungan Antara Perforrna dan Behan Kerja... 47

2.4 Kerangka Berpikir. .... ... ... ... . . ... ... . ... ... . .... .. . . .. . .. . ... .. . ... . .. .. . 52

2.5 Hipotesa Penelitian... ... 54

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 57-77 3.1 Jenis Penelitian... .. ... ... ... .... ... .. . . ... ... 57

3.1.1 Pendekatan Penelitian... ... ... .. ... ... ... . ... ... . ... 57

3.1.2 Metode Peneli!Jan... ... ... ... .. ... .... .... ... ... ... ... .. 58

3.1.3 Definisi Variabel dan Variabel Operasional... 60

3.2 Pengarnbilan Sarnpel. ... ... ... ... . ... ... .. . ... ... .. ... ... ... ... 62

3.2.1 Populasi dan Sarnpel... 62

3.2.2 Teknik Pengarnbilan Sarnpel... 63

3.3 Pengurnpulan Data... 64

3.3.1 Metode dan lnstrurnen Penelitian... 64

3.3.2 lnstrurnen Pengurnpulan Data... 66

3.4 Teknik Analisa Data... ... 68

(12)

3.5.5 Uji Linearitas... 78

3.5.6 Perbedaan tingkat mental workload dan fatigue berdasarkan jenis kelamin, Usia, pendidikan, status pernikahan, lama kerja dan lantai gedung... 79

3.5.3 Prosedur Penelitian... ... ... 80

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA 82-107 4.1 Gambaran Umum Responden... 82

4.2 Presentasi Data... 86

4.2.1 Uji Normalitas... 86

4.2.2 Uji Homogenitas... .... . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. 89

4.2.3 Uji Linearitas.. ... ... ... . .. . .... . .. . . . ... . .. . .. .... . . .. . . .. . . .. . . ... .. . . 90

4.2.4 Distribusi Penyebaran Skar Responden... 91

4.3 Pengujian Hipotesis... ... ... . .. .. .. ... .... .. ... ... . 94

4.4 Hasil Tambahan... 102

4.4.1 Perbedaan tingkat mental workload berdasarkan jenis kelamin, Usia, pendidikan, status pernikahan, lama kerja dan lantai gedung... 102

(13)

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23

Distribusi Skala Mativasi Ker1a

Gambaran Umum Respanden Berdasarkan .Jenis Kelarnin Gambaran Umum Respanden Berdasarkan Usia

Gambaran Umum Respanden Berdasarkan Pendidikan

Gambaran Umum Respanden Berdasarkan Status Pernikahan Gambaran Umum Respanden Berdasarkan Masa Bekerja Sebaran Sampel Penelitian

Narmalitas Mental Workload

Narmalitas Fatigue

Narmalitas Mativasi Kerja Nilai Uji Hamogenitas Nilai Uji Linearitas

Statistik Deskriptif Penyebaran Skar Responden Klasifikasi Skar Skala Mental Workload

Klasifikasi Skar Skala Fatigue

Klasifikasi Skar Skala Mativasi Kerja l<arelasi Antar Variabel

Nilai R hitung Mental Workload dengan Fatigue

Nilai R hitung Fatigue dengan Mativasi Kerja

Nilai R hitung Mental Workload dengan Motivasi Kerja Nilai Perbedaan Antar Dua Variabel

Multiple Regresi

[image:14.595.62.511.35.708.2]
(15)

Table4.28 Table 4.29 Table 4.30 Table 4.31 Table4.32 Table4.33

Independent Sampel T-Test Berdasarkan Jenis Kelemin Uji F tingkat Fatigue Berdasarkan Usia

Uji F Tingkat Fatigue Berdasarkan Pendidikan

Independent Sarnpel T-Test Berdasarkan Status Pernikahan Uji F Tingkat Fatigue Berdasarkan Lama Bekerja

(16)

Gambar2.3 Gambar 2.4 Gambar2.5 Gambar 2.6 Gambar2.7

Gambar2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10 Gambar 2.11

Gambar 3.1 Gambar4.1 Gambar4.2 Gambar4.3

lstilah Ekspektansi Dipandang dari Sudut Perspektif Manajerial Model Ekspektansi

Ciri-ciri Orang yang Termotivasi

Model Pemprosesan lnformasi dari Wickens&Hollands (2000) Perbedaan sumber untuk Persepsi dan Sumber-sumber yang Tersedia untuk Menyeleksi S1Jatu Tindakan Kerangka Konseptual Relasi antar Variabel yang

Mempengaruhi Performa Manusia dan Beban Kerja Sifat Tujuan dan Dinamika Proses Tujuan Mempengaruhi Performa

Relasi antara Beban Tugas dan Penentuan Beban Kerja Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Mental Workload

dan Fatigue Terhadap Motivasi Kerja

Paradigma Rancangan Penelitian Scatterplot Mental Workload

Scatterplot Fatigue

(17)

Lampiran 3 Normalitas Lampiran 4 Regresi Lampiran 5 Homogenitas

Lampiran 6 Reliability Mental Workload Scale Lampiran 7 Reliability Fatigue Scale

Lampiran 8 Reliability Motivasi Kerja Scale Lampiran 9 Validitas Item Mental Workload Lampiran 10 Validitas Item Fatigue

(18)

1.1

Latar Belakang Masalah

Perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam bidang bisnis rite! di Indonesia semakin berkembang pesat, ditunjang dari masyarakat Indonesia yang konsumtif terhadap kebutuhan sehari-hari. Perkembangan perusahaan ritel menjadi sangat kompetitif untuk dapat menarik customer sebanyak-banyaknya dengan berbagai tawaran produk dan pelayanan terbaik yang dimiliki perusahaan. Hal ini terbukti dengan muncul berbagai perusahaan rite! di Indonesia yang semakin kuat dari pengusaha rite! dunia dan lokal untuk membuka usaha seperti Carrefour (Perancis), Seibu (Jepang),

Mark&Spencer (inggris), Giant (Hero Group), Makro (Belanda), Matahari, Pasaraya, Cilandak Town Square, TOSERBA, Factory Outlet (Majalah Manajemen 4/2003) dan bahkan perusahaan ritel kecil yang masuk ke pelosok lingkungan masyarakat seperti lndoMart, AlfaMart, dan lain-lain.

(19)

memiliki status dan identitas pribadi, dan sarana untuk mencapai tujuan yang diraih seseorang. Menemukan makna hidup dari pekerjaan inilah inti yang dicari oleh setiap orang.

Melalui pekerjaan memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara objektif, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaaan dan eksistensi terhadap lingkungan sekitar (Hegel, dan Anoraga, 2001 ). Sebagai bagian dari perjuangan untuk rnenunjukkan akan eksistensi seseorang, maka pekerjaan di bidang apa pun rnenuntut sesorang untuk bisa melaksanakannya secara optimal, sehingga produktivitas yang dihasilkan baik.

Perusahaan dengan mutu produk dan jasa bail< akan memperoleh Return On

Investment (ROI) yang lebih tinggi dari perusahaan dengan mutu produk dan

(20)

2003) mengemukakan bahwa perusahaan yang unggul adalah perusahaan yang dekat dengan pelanggannya, tanggap terhadap mereka dan melayani mereka dengan baik.

Oalam melayani kebutuhan pelanggan, peran human service sangat menunjang pengembangan perusahaan rite! tersebut, karena merupakan sarana bagi customer untuk memperoleh informasi produk secara langsung dan memberikan pelayanan customer alas produk yang diminati, sehingga menjadikan suatu value tersendiri dari pelayanan jasa yan9 diberikan. Bagi perusahaan itu sendiri, human service mempunyai peran sebagai front liner,

yang berhubungan langsung dengan customer, sehingga dapat memenuhi kebutuhan customer alas produk yang dibutuhkan dan dapat mernberikan penjelasan sec.ara langsung dari mutu dan fungsi produk yang diminati.

(21)

Datam rangka memperoteh pengetahuan yang cukup secara terus-menerus untuk meningkatkan nilai produk dan jasa petayanan, perusahaan harus mengetahui tingkat kepuasan dari petanggan yang ada maupun petanggan potensiat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Datam hat ini,

perusahaan harus mengetahui dimensi mutu dari produk dan jasa petayanan yang paling penting bagi customer C:an dimensi yang bersedia dikorbankan oteh customer demi harga lebih murah. Tujuan utama dari kepuasan

pelanggan adalah untuk membangun dan memperbaiki, serta

mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan dan produk yang dihasilkannya. Kepuasan pelanggan sangat mempengaruhi keputusan untuk melakukan pembelian kembali suatu produk.

Perubahan-perubahan kebijakan karyawan yang terjadi di perusahaan atas perkembangan usaha bisnis ritel membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerja mereka sendiri. Setiap orang dimanapun ia berada dalam suatu organisasi, lembaga sosial, ataupun perusahaan, ia akan mendapatkan beban kerja yang dituntut oleh perusahaan tempat ia bekerja. (Majalah Warta Ekonomi, Maret 2005)

(22)

D'Aveni, 1994). Pelayanan seperti karyawan Sales Promotion Girl/Male

(SPG/ SPM) terhadap customer untuk mendapat efek value positif yang sangat tinggi tentu bukan pekerjaan yang mudah. Karyawan harus

memberikan performance yang baik, spirit kerja yang ekstra, senyum-salam-sapa-sopan dan santun yang akrab terhadap customer dari berbagai macam kalangan dan kepribadian, standar attitude yang sesuai motto perusahaan, perhatian yang fokus, berdiri distand-nya masing-masing dan tentunya pengetahuan tentang produl< dan jasa yang itu membutuhkan pemikiran sistematis serta komunikatif (Hermawan Kartajaya, 2006). Hal ini dapat menjadi beban kerja yang dapat diatasi ketika kualitas standar karyawan memadai dan sesuai dengan motivasi kerja karyawan, tetapi jika tuntutan beban kerja berlebih (workload) dari yang seharusnya baik beban kerja fisik atau mental serta kurangnya motivasi kerja maka akan menjadikan kelelahan

(fatigue) secara fisik maupun mental dalam melakukan tu1;1as-tug:asnya.

Seperti yang dikatakan oleh Grandjean (1993), kelelahan umumnya biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi.

(23)

dengan substraksi atau berkurangnya energi tubuh. Gejc:ta yang ketiga bertambahnya faktor pengerern, sehingga seseorang bosan, malas, kemudian tidak melakukan apapun. Lalu digabungkan tiga 9ejala tersebut timbullah kejemuan atau kebosanan dan kelelahan. Untuk mengatasinya, perlu diusahakan adanya variasi dalam bekerja, atau pergantian tugas. Selain itu, perlu penciptaan suasana kerja dengan mengatur cahaya dalam ruang kerja, alunan musik, maupun memperindah ruangan untuk mengurangi rasa bosan.

Apabila perusahaan tidak dapat mengatasi rasa kelelahan dan kebosanan, maka akibat yang ditimbulkan adalah menurunnya produktivitas dan rnotivasi kerja. Selanjutnya, kerusakkan meningkat, karena kelelahan mempunyai hubungan yang erat dengan kecelakaan dalam melaksanakan tugas (kecelakaan kerja).

Dalam Peraturan Perusahaan Rite! Pasal 1 セセ@ Keselamatan dan k・ウ・セゥ。エ。ョ@

Kerja Nomor 1-2 : (1) Perusahaan wajib menyediakan tempat dan sarana kerja sesuai UU No.1Tahun1970. (2) Perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk menjamin bahwa :

(24)

diperlukan.

Kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau cliberi upah sesuai dengan

perjanjian, mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik. Mengenai gaji clan adanya harapan (expectation) merupakan hal yang menciptakan motivasi seorang karyawan bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang baik. Seorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan

produksi kesatuan kerjanya, dan perusahaan di mana ia bekerja Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal

bekerja. Bila sekelompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja perusahaan yang baik pula.

Dari uraian di atas bahwa tuntutan kerja karyawan di perusahaan rite! dengan

turn-over yang tinggi memiliki beban kerja yang cukup banyak atas

pelayanannya kepada customer. Kondisi pekerja baik secara pisiv., psikis maupun emosional dalam lingkungan pekerjaan yang tidak nyaman

(25)

gejala kelelahan (faiigue) bagi pekerja dan berkurangnya motivasi kerja. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian apakah terdapat hubungan antar beban kerja mental (mental workload) dan kelelahan (fatigue) terhadap motivasi kerja karyawan.

1.2. ldentifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah penulis jabarkan di atas, terdapat intisari beberapa permasalahan yang ada, yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara beban kerja mental (Mental workload) pada perkembangan persaingan dunia Rite!?

2. Apakah ada hubungan antara beban kerja mental (Mental Workload) pada peran konsumtif masyarakat dalam berbelanja?

3. Apakah ada hubungan antara beban kerja mental (Mental Workload) pada kesehatan kerja karyawan?

4. Apakah ada hubungan antara motivasi kerja karyawan pada loyalitas pelanggan (costumer) kepada perusahaan?

5. Apakah ada pengaruh beban kerja mental (Mental Workload) pada kelelahan (Fatigue) kerja karyawan?

6. Apakah ada hubungan kelelahan (Fatigue) pada motivasi kerja karyawan? 7. Apakah ada hubungan antara beban kerja mental (MerJtal workload)

(26)

8. Apakah ada perbedaan antara beban kerja mental

(Mental Workload)

dan Motivasi Kerja dengan kelelahan

(Fatigue)

dan Motivasi Kerja?

9. Apakah ada hubungan yang signifikan secara langsunf1 atau tidak

langsung (melalui

Fatigue)

antara

Mental Workload

dengan Motivasi kerja karyawan?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Untuk membatasi meluasnya permasalahan penelitian, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah-rnasalah yang berkaitan dengan :

1. Hubungan antar beban kerja mental

(mental workload)

dan kelelahan

(fatigue)

terhadap motivasi kerja Sales Promotion Girl/ Male ( SPG/ SPM) PT. Pasaraya Tosersajaya.

· 2.

Mental workload

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian karyawan tentang efek yang timbul dari beban atensi (antara kapasitas kerja karyawan dan tuntutan l<erjanya) ketika sedang melal<ul<an suatu tugas tertentu. Sedangkan indikator-indil<atomya adalah: beban perhatian (atensi), kemampuan kerja, beban tugas, fisik, psikis dan emosional. 3.

Fatigue

yang dimaksud dalam penelitian ini suatu sindmm psikologi:
(27)

pada pekerjaan yang sifatnya human service. Kemudian indikator-indikatornya adalah : kelelahan fisik, psikis maupun emosional.

4. Motivasi ketja yang dimaksud dalarn penelitian ini adalah suatu proses

dirnana kebutuhan-kebutuhan rnendorong seseorang untuk rnelakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. L.alu indikator-indikatornya adalah : INSTRINSIK (faktor-faktor pendorong yang bersumber dari dalam diri): Prestasi yang diraih (achievement),

Pengakuan orang lain (recognition), Tanggung jawab (responsibility),

Peluang untuk maju (advencement), Kepuasan kerja itu sendiri (the work

it self), Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth).

EKSTRINSIK (faktor-faktor pendorong yang bersumber dari luar diri): Kompensasi, Keamanan dan keselamatan kerja, Kondisi kerja, status, Prosedur perusahaan, Mutu dari supervisi te.knis dari hubungan interpersonal.

5. Karyawan adalah semua orang yang terikat secara formal dalam suatu hubungan kerja tetap dengan perusahaan dan oleh karenanya menerima balas jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan. Karyawan yang akan menjadi responden adalah Sales Promotion Girl/ Male (SPG/ SPM) yang bekerja di PT. Pasaraya Tosersajaya minimal 1 tahun, usia antara 18-40 tahun, dan pendidikan minimal SL TA.

(28)

1.3.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, rnaka dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan yang signitikan antara Mental workload dengan Motivasi Kerja l<aryawan?

2. Apal<ah ada hubungan yang signifikan antara Mental INorkload dengan

Fatigue?

3. Apakah ada hubungan yang signifil<an antara Fatigue dengan Motivasi kerja l<aryawan?

4. Apakah ada perbedaan antara Mental Workload terhadap Motivasi Kerja dengan Fatigue terhadap Motivasi Kerja?

5. Apal<ah ada hubungan yang signifil<.an secara langsung atau tidak

langsung (melalui Fatigue) antara Mental Workload dengan Motivasi kerja karyawan?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

(29)

1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Mental VVorkload dengan Motivasi Kerja karyavvan, Mental Workload dengan Fatigue, dan Fatigue dengan Motivasi Kerja karyawan.

2. Untuk mengetahui hubungan mental workload, dan Fatigue terhadap

Motivasi Kerja karyawan.

3. Untuk mendeskripsikan rnengenai hubungan antara Mental Workload, Fatigue dan Motivasi Kei-ja karyawan.

4. Untuk mengetahui perbedaan antara Mental Workload terhadap Motivasi Kerja karyawan dengan Fatigue terhadap Motivasi Kerja karyawan.

5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan secara langsung atau tidak langsung (melalui Fatigue) antara Mental Workload dengan Motivasi kerja karyawan.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penulis berharap bahwa dari penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat, diantaranya sebagai berikut :

1. Pengembangan pengetahuan mengenai Mental workload, Fatigue dan

Motivasi Kerja dalam kajian Psikologi khususnya di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(30)

3. Dapat memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya dibidang Psikologi lndustri dan Organisasi.

Secara praktis, penulis berharap peneli!ian ini dapat bermanfaat; diantaranya:

1.

Diperoleh data tentang mental workload, fatigue dan rnotivasi kerja di

lingkungan kerja karyawan.

2. Karyawan, agar dapat meningkatkan mo!ivasi kerja sehingga

meningkatkan produk!ivitas kerja dan dapat menjadikan pengetahuan mental workload dan fatigue sebagai motivasi menjaga kesehatan fisik/ psikis serta dapat mengantisipasi strategi dari efek mental workload dan fatigue.

3.

Perusahaan, agar dapat memberikan semangat dan mo!ivasi kepada karyawannya untuk dapat menjaga dan meningkatkan motivasi kerja guna tercapainya tujuan dan harapan perusahaan. Dengan cara; memberikan pela!ihan mengenai mental workload, memberikan suasana kondusif dalam bekerja sehingga kelelahan (fatigue) dalam bek13rja dapat teratasi.

1.5. Sistematika Penulisan

(31)

Bab 1 : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan ma.salah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 : Merupakan landasan teori yang terdiri dari: Motivasi Kerja,

menyangkut; Pengertian, Teori motivasi kerja, Manfaat Motivasi l<erja, dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja. Fatigue, menyangkut; Pengertian, burnout dan exhaustion, karakteristik fatigue, clan sinclrom fatigue. Beban Kerja Mental (Mental workload), menyangkut; Pengertian, Sistem pemprosesan informasi pada manusia, Proses terjadinya beban kerja. Kerangka berpikir. Hipotesis penelitian.

Bab 3 : Merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari : jenis peneilitian; pendekatan penelitian dan metode penelitian, definisi variabel dan variabel operasinal , pengambilan sarnpel; populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data; metode pengumpulan data, instrumen

pengumpulan data, teknik analisa data dan prosedur penelitian; uji validitas item, uji reliabilitas, persiapan dan pelaksanaan penelitian.

Bab 4 : Presentasi dan analisa data yang terdiri dari : gambaran umum responden, presentasi data dan analisa data, pengujian hipotesis, dan hasil tambahan.

(32)

2.1. Motivasi Kerja

Motivasi merupal<an masalah kompleks dalam organisasi, f;arena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu denfian yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah ur.ik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).

2.1.1.

Pengertian Motivasi Kerja
(33)

motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari moiifnya. Sedangkan motivasi dikatakan sebaga1 energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Ernest L. McCormick (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa motivasi kerja

didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubun9an dengan lingkungan kerja.

e--

<incentice ),. _

⦅NNNセ@

Hセ@

Unsatisfied need

*) Sumber : Mangkunegara (2002:94)

セ⦅lMM

( Satisfied need

(34)

2.1.2. Teori Motivasi Kerja

1. Teori Kebutuhan (Maslow's Model)

Model Maslow lni sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebu!uhan manusia, maka teori ini digunakan untuk

menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk kerja. Menurut Maslow, pada umumnya terdapat hierarki kebutuhan manusia, yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 :

Kebutuhan Aktualisasi

/ I

Kebutuhan Harga Diri

/r

セオエオィ。ョ@

/

セオエオィ。ョ@

Keamanan Sosial

[?ebutuhan Fisik

Sumber: Arep Ishak & Tanjung Hendri (2003:26)

Gambar 2.2. Mas/ow's Need Hierarcf1y

1. l<ebutuhan fisiologik (physiological needs), misalnya makanan, minuman, istirahaUtidur, seks. Kebutuhan inilah yang merupakan k•ebutuhan

pertama dan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu. Karena dengan terpenuhinya kebutuhan ini, orang dapat

(35)

akan memperoleh imbalan, baik berupa uang ataupun barang yanf;1 akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama ini.

2. Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri. Pada puncak hirarki, terdapat kebutuhan untuk realisasi diri, atau

aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa k13butuhan-kebutuhan individu unluk merealisasi potensi yang ada pada dirinya, untuk mencapai pengembangan diri secara berkelanjutan, untuk menjadi kreatif.

2. Teori Penguatan (Reinforcement Theory)

Teori ini dapat dirumuskan sebagai berikut: M=f(R&C)

M

=

Motivasi

0 f

=

frekuensi

R

=

Reward (penghargaan) - primer/sekunder

C

=

Consequens (Akibat) - positif/negative
(36)

menyebutkan bahwa perilaku seorang di masa mendatang diben!uk oleh akibat dari perilakunya yang sekarang.

Jenis reinforcement ada empat, yaitu: (a) positive reinforcement (penguatan positif), yaitu penguatan yang dilakukan ke arah kinerja yang positif; (b)

negative reinforcement (penguatan negatif), yaitu penguatan yang dilakukan

karena mengurangi atau menghentikan keadaan yang tidak disukai.

Misalnya, berupaya cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan karena tidak tahan mendengar atasan mengomel terus-menerus; (c) extinction (peredaan), yaitu tidak mengukuhkan suatu perilaku, sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. Hal ini dilakukan unl'Jk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan; (d) punishment, yaitu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.

Reward adalah pertukaran (penghargaan) yang diberikan perusahaan atau

jasa yang diberikan penghargaan, yang secara garis besar terbagi dua kategori, yaitu: (a) gaji, keuntungan, liburan; (b) kenaikan pangkat dan jabatan, bonus, promosi, simbol (bintang) dan penugasan yang menarik.

(37)

dan adil; (d) dapat diberikan dalam berbagai bentuk; (e) dikaitkan dengan prestasi.

3. Teori Harapan (Expectacy Theory)

Teori ekspektansi menyatakan bahwa motivasi kerja dideterminasi oleh keyakinan-keyakinan individual sehubungan dengan hubungan upaya-kinerja, dan didambakannya berbagai macam hasil kerja, yang berka:tan dengan tingkat kinerja yang berbeida-beda. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori tersebut berlandaskan logika: Boイ。ョセQMッイ。ョァ@ akan melakukan apa yang dapat mereka lakukan, apabila merek1:i berk19inginan untuk rnelakukannya". Vroom (dalam Winardi,

2002:109-110)

berpendapat bahwa motivasi terhadap kerja merupakan hasil dari ekspektansi dikali instrumentalitas, dikali valensi.

Hubungan multiplikatif tersebut berarti bahwa daya tarik motivasional jalur pekerjaan tertentu, sangat berkurang, apabila salah satu di antara hal berikut: ekspektansi, instrumentalilas, atau valensi mendekati nol. Sc9baliknya agar imbalan tertentu memiliki sebuah dampak motivasional tinggi serta positif, berbagai hasil kerja, maka ekspektansi, instrumentalitas, dan valensi yang berkaitan dengan imbalan tersebut harus tinggi serta positif.

(38)

Hubungan antara motivasi seseorang melakukan suatu l<e9iatan dengan kinerja yang akan diperolehnya yakni apabila motivasinya rendah jangan berharap hasil kerjanya (kinerjanya) bail<. Motivasi dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan pribadi seperti rasa tertarik atau memperoleh harapan.

Orang-orang melaksanakan

upaya kerja

Guna

f - -

·r@·.

Ekspektansi

Kinerja tugas

Dan

111cnca.I?!!!.+

1nstrumentalis

Sumber: Schem1erhon et al (dalam Winardi, 2002:110)

[

Hasil-hasil yang berhubungan dengan kcrja

-["Valensi

Gambar 2.3.lstilah Ekspektansi dipandang dari sudut Perspektif Manajerial

Selain teori ekspektansi diatas, terdapat teori motivasi dengan model lain yang dirumuskan sebagai berikut:

I

M={(E - P)} {(P - 0) V}

!

Penjelasannya adalah: M

=

Motivasi

E

=

Pengharapan (Expectation)

P

=

Prestasi (Performance)

0

=

Hasil (Outcome)
(39)

Secara sederhana, dalam teori ini, motivasi merupakan interaksi antara harapan setelah dikurangi prestasi, dengan kontribusi penrnaian yang dikaitkan dengan prestasi dikurangi hasil. Karena kebutuhan di atas

rnerupakan generalisasi karena kenyataannya kebutuhan orang t:dak sama, maka dikenai The Expectacy JV/ode/ yan9 menyatakan. "Mc>tivasi adalah fungsi dari berapa banyak yang diinginkan dan berapa besar kemungkinan pencapaiannya" (lihat Gambar 2.3). Dari teori di alas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan motivasi, maka seorang manaj1ar harus (Arep Ishak & Tanjung Hendri, 2003:32-34):

1.

Mengakui bahwa setiap karyawan memiliki kebutuhan yang be·beda dan preferensi yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki kebutuhan yang sama.

2. Mencoba memahami kebutuhan utama seorang karyawan. Memahami apa yang dibutuhkan apalagi kebutullan L'lama karyawan, merupakan perilaku atasan yang dicintai bawahan.

3. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya melalui prestasi. Hal ini tidak sulit jika dilakukan dengan ketulusan, bukan pamrih.

4. Teori Penetapan Tujuan Locke

Suprihanto, dkk (2003:52-53) menyatakan bahwa teori penetapan tujuan

(40)

tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance) yang lebih tinggi. Pencapaian tujuan dilakukan melalui usaha partisipasi. Meskipun demikian pencapaian tujuan bt3lum tentu

dilakukan oleh banyak orang.

Dalam pencapaian tujuan yang partisipatif mempunyai dampak positif berupa timbulnya penerimaan (acceptance), artinya sesulit apapun apabila orang telah menerima suatu pekerjaan maka akan dijalankan dengan baik. Sementara itu dalam pencapaian tujuan yang partisipatif dapat pula berdampak negatif yaitu timbulnya superioritas pada orang·-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.

Teori Penetapan Tujuan Locke mengatakan bahwa tujuan dan maksud individu yang disadari adalah determinan utama perilaku. Perilaku orang akan terus berlangsung sampai perilaku i!u mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi. Menu rut teori ini, prestasi akan tergantung pada tingkat

kesukaran tujuan, kerincian tujuan, dan kornitmen seseorang terhadap tujuan. Tujuan yang lebih sukar akan membuat orang frustrasi sehingga prestasinya juga rendah.

(41)

berprestasi lebih baik. Sedangkan variabel komitmen terhadap tuj•..ian menyangkut keterlibatan seseorang terhadap tujuan. Seseorang yang memiliki komitmen tinggi bisa diharapkan akan berprestasi lebih baik.

Kemam;an=J

... !

l

Motivasi

セ@

[ Usaha

r-..

Prcstasi

QMMセセMKMMMMN@

[Hasil3

j

___. Hasil4

[image:41.595.63.452.160.480.2]

Sumber: Arep Ishak & Tanjung Hendri (2003:33)

Gambar 2.4. Model Ekspektansi

2.1.3. Manfaat Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat

(42)

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa

dihargai/diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau Oleh individu yang

bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep Ishak & Tanjung Hendri, 2003:16-17).

I

Orang yang I

セセエ・⦅イュ⦅ッエゥカ。ウゥ@

I

I

Bekeria sesuai staudar ]

r---·-J

L

Senang bekerja

[ Merasa

「・ィ。セ@

LBekeria

ォ・[セ@

I

Sedikit pen)!awasan

J

CSC-marigat imng ti.nggi

I

[image:42.595.56.467.161.485.2]

Sumber: Arep Ishak & Tanjung Hendri (2003:17)

Gambar 2.5. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

(43)

dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance

factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation.

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan factor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain:

1.

Prestasi yang diraih (achievement)

2. Pengakuan orang lain (recognition)

3.

Tanggungjawab (responsibility)

4. Peluang untuk maju (advancement)

5. Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self)

6. Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth)

Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene

factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk

memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam fal<tor ekstrinsik, m13liputi:

1.

Kompensasi
(44)

4. Status

5. Prosedur perusahaan

6. Mutu dari supevisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.

2.2. Kelelahan (Fatigue)

2.2.1.

Pengertian Kelelahan (Fatigue)

lstilah " Kelelahan" pertama muncul pada abad 16 sebagai uraian dari tugas membosankan; suatu perasaan/pengerlian yang berlaku di dalam terminologi militer. Pada awal abad 19, pemakaiannya mulai bergeser. Hidup modern yang begitu cepat dan menggembirakan, dan teknologiteknologinya -khususnya pembuatan jalan kereta api -- yang merasa digusarkan antara kegembiraan dan ketakutan.

Pada tahun 1857, Dokter Perancis E. A. Duschene mengenali sakit yang dilaporkan oleh pengarah kereta sebagai "la maladie des

(45)

perusahaan lnggris menjadi bertanggung jawab untuk keselamatan alas mereka para penumpang pada tahun 1864.

Definisi fatigue menurut Chaplin (2000) dalam kamus lengkap psikologi adalah berkurangnya kemampuan untuk melakukan pekerjaan; satu

perasaan subjektif, kelelahan setelah melakukan pekerjaan yang lama sekali atau setelah mengalami ketegangan syaraf yang lama. Menurut The Centers

for Disease Central, AS, seperti yang dikutip oleh Harton() (2001) yang

dimaksud sindrom kelelahan kronis (CFS.I Chronic Fatigue Syndrom) adalah sebuah kondisi klinis yang merupakan rangkaian beberapa gejala pertanda kelelahan yang persisten sifatnya (www.Tempo.co.id).

Kelelahan manusia kini dikenali diseluruh dunia sebagai hal yang utama penyebab dari kecelakaan, khususnya dalam industri pengangkulan. Kelelahan tidak hanya fisik, llmu faal Victorian menghormati jiwa sebagai sesuatu yang bisa dilelahkan oleh overstimulation badan atau pikiran. Oleh karena itu, kelelahan bukan hanya fisik, tetapi juga mental.

Komisi Dewan Keselamatan Pengangkutan Eropa menggambarkan

Kelelahan (Fatigue) sebagai "Kelelahan mengenai keseganan atau ketidak-mampuan untuk melanjutkan suatu akti11itas, yang biasanya sebab aktivitas

(46)

dari pendapat Perpustakaan lnstitut Kesehatan Nasional Amerika Serikat menggambarkan Fatigue sebagai merasa keletihan, kelelahan, atau ketiadaan energi. Sinonim kelelahan adi;.lah keletihan; kel·esuan dan kelelahan itu sendiri. lnstitusi Kesehatan tersebut mengatakan bahwa

kelelahan yang terjadi berbeda dari keadaan mengantuk sebagai suatu rasa kebutuhan untuk tidur, sedangkan kelelahan adalah suatu ketiadaan motivasi dan energi. Keadaan mengantuk dan kelesuan dapat dikatakan sebagai gejala dari kelelahan. Ditambahkan juga, kelelahan bisa merupakan tekanan emosional, kebosanan, atau kekurangan tidur.

Bagaimanapun juga, tidak ada tanda spesifik dari gejala psikologis yang serius ataupun kekacauan fisik. Karena kelelahan merupakan keluhan umum, kadang-kadang suatu penyebab yang serius mungkin tak terdeteksi. lnstitusi Perpustakaan Kesehatan Nasional meniberikan sekilas pemyebab yang umum terjadinya kelelahan :

" Kekurangan darah merah.

• Kekacauan tidur, seperti kesulitan untuk tidur, atau narcolepsy. • Sakit berkelanjutan.

• Suatu alergi yang memimpin kearah demam karena ah3rgi jerami. • Penggunaan alkohol.

(47)

• lnfeksi atau peradangan. • Gagal jantung.

• Kencing manis.

• Penyakit ginjal atau hati kronis. • Radang sendi.

" Kekurangan gizi.

2.2.2. Perbedaan Burnout, Fatigue dan Exhaustion

Burnout atau kejenuhan dan kebosanan yang memuncak kini semakin disadari sebagai suatu masalah serius yang mempengaruhi manusia. Menurut Sutjipto (2004), istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan pada masyarakat oleh Herberi Freudenberger pada tahun 1973, dengan definisi sebagai berikut :

" .... a state of fatigue or frustration brought about by devotion to a

cause, way of life, or relationship that failed to produce the axpected

reward' (Freudenberger dan Richelson, 1980).

Menurut Freudenberger seperti yang dikutip oleh Ningdyah (1999), burnout

merupakan suatu keadaan lelah atau frustrasi yang terjadi, karena seseorang bekerja terlalu keras untuk mencapai harapan-harapannya, tanpa

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri. Sedangkan Jenkins dan Baird seperti dikutip Sukmaningrum (2005), mendefinisikan burnout

(48)

"Burnout adalah kondisi dimana seseorang mengalami kelelahan emosional dan tekanan psikologis akibat keterlibatan jangka panjang pada situasi interpersonal yang menuntut".

Definisi burnout yang lebih luas diungkapkan oleh Pines dan Aronson (1988), mendefenisikan burnout sebagai:

"a state of physical, emotional and mental exhaustion caused by long

term involvement in situations that are emotionally demanding".

Dari definisi tersebut, burnout dipandang sebagai keadaan lelah, yang meliputi kelelahan secara fisik, emosional dan mental karena adanya

keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosi.

Sedangkan exhaustion dalam kamus lengkap psikologi aclalah satu kondisi metabolis yang terkuras habis, dengan ciri-ciri teramat lelah, kegiatan di bawah normal (underactiv1ty), dan kepekaan minimal terhadap perangsang; keadaan akhir dari sindrom adaptasi, dicirikan dengan pengurasan habis-habisan secara metabolis (Chaplin, 2000).

(49)

atau tugas. Sedangkan exhaustion terjadi ketika seseorang merasa lelah setelah melakukan pekerjaan atau tugasnya, tetapi tidak ada hasilnya.

2.2.3. Karakteristik Fatigue

Karakteristik-karakteristik fatigue yang akan diuraikan, masih ada hubungan dengan gejala-gejala yang timbul dari fatigue itu sendiri alas pemahaman secara fisik maupun mental (psikis). Karaxteristik tersebut adalah:

• Hilangnya kesiap-siagaan.

• Kesukaran memelihara mata untuk tetap focus. • Sering menguap.

• Hilangnya konsentrasi dan berpikir imajinasi. • 'Mengapung' ketika berjalan diluar.

• Berubah-ubah (emosi) tak menentu. • Memori kadarluasa.

2.2.4.

Sindrom Fatigue
(50)

a. Emosi

Menurut Pines dan Arronson (seperti dikutip oleh Sutjipto, .2004), bahwa dalam sindrom fatigue, kelelahan emosional dapat ditunjukan oleh rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, perasaan tidak menolong, keluh kesah yang tiada henti, suka marah, gelisah, tidak perduli terhadap tujuan, tidak perduli dengan orang lain, merasa tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, sia-sia, putus asa, sedih, tertekan, dan tidak berdaya.

b. Fisik

Kelelahan emosional seringkali disertai dengan kelelahan fisik. lndividu yang mengalami fatigue biasanya merasa capek, susah bangun pagi untuk

melakukan aktivitas atau susah tidur pada malam hari. Keleilahan fisik muncul sebagai hasil akhir kelelahan emosional dimana individu merasakan habisnya energi untuk menghadapi walaupun hanya 1 hari atau 1 orang lagi.

(51)

kebiasaan makan. Energi fisik dicirikan seperti energi yang rendah, rasa letih yang kronis, dan lemah.

c. Mental

Orang yang mengalami kelelahan emosional biasanya juga merasakan berkurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatiannya, memecahkan masalah, melakukan penilaian ataupun mengingat sesuatu. Kekurangan ini bukanlah kehilangan kemampuan kognilif yang sesungguhnya, tetapi secara emosional rnenimbulkan gangguan terhadap efektifitas kernampuan individu yang sesungguhnya.

(52)

2.3 Beban Kerja Mental

(Mental Workload)

2.3.1 Pengertian Beban Kerja Mental (Mental Workload)

Beban kerja adalah istilah yang mencakup dimensi yang sangat luas tentang aktivitas manusia, tetapi istilah beban kerja mental (mental workload) dibatasi pada aktivitas mental yang utama saja, dimana koordinasi aktivitas fisik seperti kelelahan otot tidak diperhitungkan sebagai factor yang panting. Namun konsep tentang beban kerja mental itu sendiri rnasih sulit

didefinisikan secara tepat karena sifatnya yang multidimensi dan multidisiplin.

Beban kerja mental umumnya dihubungkan dengan stressor dan efek-efek yang ditimbulkannya. Stressor itu sendiri dapat berasal dari aspek fisik (lingkungan kerja, pakaian, suhu, dll) atau dapat juga dari aspek-aspek psikologis dan organisasi (gangguan ritme circadian, tekanan personal, atau gaya manajemen). lni berarti sulit memisahkan antara beban kerja fisik dan beban kerja mental. Sama sulitnya seperti memisahkan aspeik kognitif dan emosional dai beban kerja mental (Singleton, 1989). Henry R Jex

(53)

Mental workload is the operator's evaluation of the altentional load margin (between their motivated capacity and the current task demand) while achieving adequate task performanc€1in a

mission-relevant context. ( dalam Hancock and Meshkati,

1988: 11 )

Lebih lanjut Wickens & Hollands (2000) menegaskan konsep beban kerja mental sebagai "relationship between resources supply and task demand',

hubungan antara kemampuan kerja dan tuntutan tugas. Artinya, beban kerja mental merupakan garnbaran tentang kesenjangan antara tugas definitive dengan pelaksanaannya dilapangan. Maka beban kerja mental dalam penelitian ini didefinisikan sebagai diskrepansi antara performa yang ditampilkan operator untuk melakukan suatu tugas, dibandingkan dengan tingkat performa sesuai tuntutan tugas. Dan karena pengukuran beban kerja mental dilakukan berdasarkan penilaian subyektif operator terhadap beban kerjanya, maka dikatakan bahwa penelitian ini mengukur p13rsepsi beban kerja mental.

Para disainer system menyadari bahwa optimalnya perforrna manusia

bukanlah semata bicara tentang bagaimana mendisain sistem yang canggih. Yang terpenting adalah bagaimana mendisain system agar dapat

(54)

2.3.2 Sistem Pemprosesan lnformasi pada Manusia

Model pemprosesan informasi manusia pertama kali diperkenalkan oleh Atkinson dan Shiffrin (1977). Dari sinilah konsep-konsep mengenai sensory

memory, memori jangka pendek, memof"i jangka panjang, berikut

proses-proses seperti encoding, retrieval, dan recall, pertama kali 1jiperkenalkan (Benyamin, Jr., Hopkins, Nation, 1987). Namun model pemprosesan informasi Atkinson & Schiffrin ini belum menjelaskan lebih detail tentang pemprosesan informasi pada aktivitas berpikir manusia yang kompleks. Untuk itu, sebagai kerangka pemikiran yang melandasi analisis dalam skripsi ini, digunakan model pemprosesan informasi manusia dari Wickens &

Hollands (2000) sebagai berikut :

Sclcksi

ᄋᄋᄋᄋᄋᄋ

セオュ「セ@

... ,

;1 - '

j: '

' 1 I

i I

Memori Jangka Panj:'.£]

41··

Working memory

Kognisi

'-1

⦅Z⦅セ⦅Mー⦅Mイ⦅ッ]ウ・]ウ]イ・]ウー]ッ]ョセMセセセMpM」セイウセ・MーMャウ⦅ゥ⦅jMMMMMMBGャ⦅⦅ウ⦅」⦅i・⦅ォウ⦅ゥ⦅r⦅」セーMッッG@

_ pengindcraan •

セZZj@

J

[image:54.595.51.485.158.632.2]

Sistem lingkungan (umpan batik)

(55)

Model ini menganalisis tahap-tahap pemprosesan informasi pada manusia dalam situasi yang lebih kompleks. Berikut diuraikan penjelasan tentang proses yang terjadi pada tiap-tiap tahapan disertai dengan contoh kasus. Wickens & Hollands mengambil contoh aktivitas supir truk saat mengendarai truk dijalan raya. Namun, untuk memperjelas pemahaman, penjelasan dalam skripsi ini menggunakan contoh aktivitas karyawan yang siap melayani

konsumen.

Proses Penginderaan. Setiap informasi dan peristiwa dari iingkungan sekitar harus memperolel1 akses untuk mencapai otak agar bisa diproses. Karyawan harus melihat konsumen untuk tahu bahwa konsumen sudah masuk sekitar area pelayanan produk. Untuk itu property indera baik visual maupun

pendengaran Uuga indera-indera lainnya) harus bekerja dengan baik dan menangkap seluruh informasi itu lalu menyampaikannya ke otak. lndera penerima ini terhubung erat dengan mernori jangka pendek manusia. Mekanisme kerja memori tipe ini temporer dan hanya mampu

mempertahankan representasinya di otak sekitar 1 - 1,5 detik (untuk visual). Dan 2 - 4 detik (untuk pendengaran).

(56)

persepsi. Setelah melakukan proses persepsi, penginderaan tadi dipahami karyawan sebagai tanda bahwa konsumen telah berada dibawah kendalinya.

Proses persepsi mempunyai dua karakter yang amat penting. Pertama, proses dilakukan secara langsung dan cepat (hanya butuh sedikit atensi). Kedua, proses dilakukan simultan baik oleh input-input dari indera (bottom-up

processing), dan oleh input-input dari memori jangka panjang yang berisi

ekspektasi manusia tentang peristiwa apa yang terjadi (top down processing).

Kecepatan dan otomatisasi dari proses persepsi inilah yan1;1 membedakannya dari proses operasi kognitif. Ketika karyawan melillat sekitar area pelayanan terhadap konsumen tanpa diikuti perubahan suatu indikator tertentu, ini disebut operasi persepsi. Namun ketika dia telah menyadari bahwa perhatian tersebut tanpa perubahan indikator tertentu berarti ada error pada sistem perhatian tersebut, ini disebut operasi kognitif.

Persepsi sebagiannya ditentukan oleh stimulus yang datan9, dimana input dari lingkungan ini dianalisis lalu disampaikan oleh indera penerima melalui kanal-kanal syaraf informasi ke otak. lni sebabmya proses dinamakan

bottom-up proccessing. Ketika sumber-sumber data dari indera penerimanya

(57)

ini, yang diambil dari memori jangka panjang. Proses persepsi ini dinamakan

top-down proccessing (Rummelhart,

1977).

Kedua proses baik bottom-up

maupun top-down bekerja sama dengan harmonis, sehingga menghasilkan kerja persepsi yang cepat dan akurat.

Kognisi dan Memori. Batas antara persepsi dan kognisi ウQセイゥョァォ。ャゥ@ kabur karena keduanya punya efek yang sama terhadap tingkah laku (action). Satu hal yang membedakannya hanyalah bahwa pada proses kognisi dibutuhkan lebih banyak waktu, usaha mental atau perhatian. lni karena operasi kognitif (mengingat, menalar, mengkalkulasi, dsb) dilakukan dengan menggunakan

working memory (Baddeley,

1986),

suatu kumpulan informasi yang bisa

diaktifkan sewaktu-waktu. Cirinya adalah bahwa aktivitas ini dilakukan dengan sadar dan bersifat meminta informasi, sementara sumber-surnber yang tersedia amat terbatas (Norman & Bobrow,

1975).

Karena sifat yang rentan, operasi working memory ini amat mudah diinterupsi atau diganggu aktivitas mental yang lain.
(58)

Seleksi Respon dan Eksekusi. Pemahaman akan situasi lingkungan yang diperoleh melalui persepsi dan proses kognisi sesudahnya akan memicu tindakan berikut yaitu pemilihan respon. Ada perbedaan ant:sra pemilihan respon dengan pemilihan tindakan. Yang terakhir ini menunl.ut adanya koordinasi otot yang akan mengontrol gerak, untuk menyakinkan bahwa gerak yang diharapkan benar-benar tercapai. Yang sering teirjadi adalah seleksi respon tidak ditindaklanjuti dengan eksekusi yang baik dikarenakan berbagai keterbatasan, baik fisik si karyawan rnaupun perhatian yang ada disekitar.

Umpan Balik. Adanya pola berulang (loop) umpan balik di model ini

mengindikasikan bahwa eksekusi tindakan yang terpilih tadi telah dipelajari

(learned) konsekuensi-konsekuensinya oleh karyawan. Pilihan

tindakan-tindakan itu akan mempengaruhi system dimana manusia ini berinteraksi. Sebaliknya, system dan lingkungan juga ikut memberikan andil dalam membentuk pilihan tindakan yang dieksekusi oleh manusia.

Atensi. Komponen terakhir dari model ini adalah atensi (attention). Banyak operasi mental yang tidak berjalan secara otomatis melainkan memang sudah merupakan hasil seleksi. Kapasitas perhatian yang !Eirbatas ini

(59)

untuk membagi perhatiannya pada beberapa operasi mental sekaligus (Gpher, 1993, Kahneman, 1973).

Demikian penjelasan tentang model pemprosesan informasi manusia menurut Wickens & Hollands. Selanjutnya beranjak pada pembal1asan mengenai bagaimana proses l<ognisi menyebabkan limbulnya beban kerja mental.

2.3.3 Proses Terjadinya Beban kエセイェ。@

Beban kerja timbul !<arena adanya keterbatasan dalam kemampuan manusia memproses informasi yang dia terima. Dalam psikologi ini clil<enal dengan fenomena "battleneck theorj'. Limitasi dalam kemampuan atensi manusia menunjukkan adanya kemandegan (battleneck) dalam kemampuan

memproses informasi. V'Jickens & Hollands (2000) menuturl<an tiga garis besar permasalahan berkaitan dengan keterbatasan atensi manusia ini : • Atensi Sefel<tif (Selective Attention). Terkadang rnanusia lebih

cenderung memilih hal-hal yang kurang penting dari lingkungan l<ita untuk diproses. Akibatnya, stimuli yang kurang penting justru terabaikan.

Jebakan kognisi ini kerap disebut !<anal kognisi (cognitive tunneling).

(60)

-terkecuali kita memang sangat terdorong untuk melakukannya - manusia condong mudah terganggu konsentrasinya. Perbedaan antara gaga! menyeleksi dan atensi yang terfokus adalah pada kasus yang pertama, intensi mengerjakannya ada, hanya saja pilihan tindakannya tidak tepat. Pada yang kedua, kegagalan tadi disebabkan adanya stimulus yang lebih kuat dari tempat lain (Yantis, 1993).

セ@ Atensi yang Terbagi (divided attention). Ketika masalah terjadi pada atensi yang terfokus tadi, sebagian dari atensi kita secara tidak disengaja terarah pada stimuli yang tidal< kita harapkan untuk diproses. Sedangkan bila masalah itu terjadi pada atensi yang terbagi, kita ticlak mampu

membagi atensi kita diantara berbagi stimuli itu, karena kita ingin

mengerjakan semuanya. Artinya, batas kemampuan a!Emsi manusia dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk menampilkan time-share (bagi waktu) terhadap tugas-tugasnya dan kadang juga dapat menggambarkan daya integrasi seseorang memproses informasi dari banyak sumber sekaligus.

(61)

bottleneck theory sebagai berikut:

Untuk mencapai sukses dalam kerja yang menuntut pernbagian atensi dan waktu (time-shared) yang optimal, manusia harus mengembangl<.an

kemampuan mengalokasikan kemampuan/ sumber dayanya (resources) di tiap-tiap tugas tersebut. lni memang bukan hal rnudah, terutarna karena memang struktur kognisi manusia itu tersusun dengan sangat terbatas. Kemampuan time-sharing ini dianalogikan sebagai kemampuan manusia untuk rnenampilkan dua perforrna tugas yang menuntut waktu reaksi tinggi

(two reaction time task) pada saat yang bersamaan Hasil yang sempurna

nyaris tidak mungkin dicapai. Pashler (1989) mengurai temi bottleneck-nya

sebagai tahapan proses pengolahan stimulus satu persatu. Proses untuk mengkonfirrnasi data terdahulu, terletak di tahap primer bottleneck. Dalam proses perseptual ini berarti di tahap seleksi respon. Yaitu bahwa dua respon bebas (independen), yang berasal dari dua stimulus yang !ak terduga

(62)

Sementara dalam penelitian lainnya ditemukan juga bahwa sumber-sumber yang tersedia untuk menyeleksi respon harus dialokasikan dalam sebuah atau seluruh atau tidak sama sekali, terhadap satu task tertentu saja. Artinya, menyeleksi respon-respon pada saat yang bersamaan untuk dua task atau lebih tidak mungkin dilakukan, menurut teori ini. Membaca dan mendengar sekaligus (dua aktivitas perseptual), tidak bisa terbagi dalam dua bagian (atensi) yang sempurna. Maka model yang lebih tepat tentang struktur pemprosesan informasi ini dijabarkan sebagai berikut :

Proses

Penginderaan

·· cZsオュ「」イMウQセ@

J

Persepsi Proses

セャセMMMMセQMMMMQイMᄋM[ゥャ^ャ@

Penginderaan

Working memory

[image:62.595.52.528.37.695.2]

Proses Penginderaan

Gambar 2.7. Perbedaan sumber-sumber untuk persepsi dan sumber-sumber yang tersedia untuk menyeleksi suatu tindakan (Wickens & Hollands, 2000)

Terlihat bahwa sumber-sumber yang tersedia untuk melal<ul<an proses persepsi itu amat terbatas dan seringkali harus dibagi-bagi untuk beberapa jalur perceptual, sama seperti sumber-sumber yang tersedia untuk

(63)

Konsep tentang beban kerja yang selama ini banyak dipakai para disainer system adalah tingkat kesulitan tugas (task difficulty) atau kompleksitas tugas

(complexity). Namun deskripsi demikian sebenarnya masih menyimpan

banyak pertanyaan. Beban kerja memang sulit didefinisikan, terlebih karena sifatnya yang multidimensi. Tapi ada factor penentu yang selalu tampil dalam setiap dekripsi tentang beban kerja, yaitu "human cosf, usaha yang

dikeluarkan manusia untuk mencapai level performa tertentu di bawah satu kondisi kerja yang spesifik. Performa akan rendah bila tuntutan kerja

(demand) melampaui kemampuan (capability).

Mengacu pada uraian tentang performa bottleneck yang terjadi pada system informasi manusia, dapat dikatakan bahwa performa pelayanan karyawan SPG/ SPM akan rendah apabila tuntutan kerja untuk mengoiah informasi yang diterimanya melebihi kapasitas kognisinya. Dan karena pekerjaan pemandu bertumpu pada system pemprosesan inforrnasi, sumber-sumber beban kerja itu dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena bottleneck itu dalam proses pengolahan informasi SPG/ SPM.

2.3.4. Hubungan Antara Performa dan Beban Kerja

(64)

Imposed Workload

l

Task Variables Objectives: Goals Criteria Temporal Structure: Duration Rate Procedures System Resources: Information Equipment Personal Operator Qualifications

Environ111ent: S'ocial

Physical Incidental Variables Lセケウエ・ュ@ fmlures Operators errors Environn1ental Changes Stale of the operator

Subjective experience Operator Behavior Selection a/Strategies Operator Capabilities Se11so1ymotor skills Cognitive Skills

KnDlflledge based

Co111111it111en.1 of Resources Physical

Mental

Operator's Perception of: Task goals & structure

[>erforn1ance

Preconceptions & Biases

Performance Speed Reliability Accuration Precis.\•ion Consequences of per.fornu1nce Direct feedback Knolvi'edge of results +---'

Physiological

I

[image:64.595.55.523.32.625.2]

conceque.nces

Gambar 2. 7. Kerangka konseptual relasi antar variabel yang mempengaruhi performa manusia dan beban kerja (Hart & Staveland, dalam Hancock &

(65)

Mereka menyatakan bahwa beban kerja ditimbulkan oleh faktor-faktor tugas, tekanan waktu, system teknologi, kualifikasi operator, organisasi, dan

berbagai variabel incidental seperti perubahan lingkungan atau error pada system (gambar 2.7). salah satu yang mempengaruhi faktor-faktor penyebab beban kerja adalah kemampuan kerja operator (ability skill). Menurut Hart &

Staveland, kemampuan kerja rnempengaruhi beban kerja. KE!mampuan kerja yang tinggi dapat mengurangi timbulnya resiko beban kerja yang ditimbulkan oleh rendahnya kualitas kerja. Selanjutnya, beban kerja akan membentuk persepsi operator terhadap pekerjaannya Semakin tinggi beban kerja yang dipersepsi oleh operator, pekerjaannya akan dinilai semakin berat

Persepsi terhadap beban kerja ini lalu berpengaruh terhadap perilaku kerja operator yang meliputi; pemilihan strategi berpikir, kemampuan mental dan sensorimotor, serta komitmen melaksanakan tugas. lni berarti, makin enggan operator bekerja karena tekanan beban kerja yang berat, makin buruk

performa yang ditampilkannya, karena beban kerja dapat mengakibatkan munculnya gangguan pada performa operator (Berry, 1998).

(66)

aktivitas kerja. Proses motivasi itu sendiri menggambarkan bagaimana tujuan dapat mempengaruhi performa.

Sumber-sumber

tujuan (

-Pengembangan strategi

Kompetensi moneter

セ@

t.

セ@

-n-en-s1---d-iI-n-en_s_i l-UJ-.u-an--, セMpM・⦅イヲゥ⦅ッ⦅ョョ⦅\⦅QZM

Vmpanbalik

pesifikasi •t---..._:_ _ _.

Tingkat kesulitan Kompleksilas Kontlik

TUJUAN

Komitmen pada lujuan

Penerimaan 1ujuan

MMMMMMMMMMMMMセ@

Gambar 2.8. Sifat Tujuan dan Dinamika Proses Tujuan Mempengaruhi Performa (Berry, 1998)

(67)

Hilburn & Jorna ('1998) mengajukan teori lain yang mernperjelaskan faktor-faktor yang menginduksi beban kerja. Beban kerja dinyatakan sebagai akibat dari adanya beban tugas. Beban tugas secara umum dibedakan dari beban kerja. Beban tugas adalah tuntutan pekerjaan yang berasal dari tugas, sementara beban kerja adalah pengalaman subyektif operator terhadap tuntutan pekerjaannya (Hilburn & Jorna, 1998).

Airspace denzand

TASK LOAD

Experience

Skill

I

Strategy

lJ\

f-;

WORKLOAD

Interface

Other task demand

[image:67.595.52.476.183.504.2]

etc ... etc ...

Gambar 2.9. Relasi antara beban tugas dan penentuan beban kerja (Hilburn & Jorna, 1998)

(68)

2.4

Kerangka Berpikir

0

""'

R2

l

J

[image:68.595.57.470.108.511.2]

R1

0

0

Gambar 2.10. Ba

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Skala Mental Workload
Gambar 2.4. Model Ekspektansi
Gambar 2.5. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
Gambar 2.6. Model Pemprosesan lnformasi dari Wickens&Hollands (2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PRODUKSI Pengembangan bahan pangan baru: (i) Efisiensi bahan ; (ii) Bahan pangan baru KETERSEDIAAN Rantai nilai komoditas Industri pangan: pengembangan produk pangan

Sesuai surat Wakil Rektor Bidang Umum, Perencanaan dan Keuangan Nomor: 268/UN51/KP/2016 tanggal 22 April 2016 tentang Pengumuman Lowongan Pekerjaan Tahun 2016, bersama

Kepuasan pasienpengguna layanan BPJS/ASKES, Layanan Umum dan In Health terhadap daya tanggap dalam pelayanan kesehatan gigi pada informan merasakan tidak puas

Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi peneliti..

a) Mengidentifikasi semua biaya yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru di Salatiga, berupa biaya langsung dan tidak langsung. b)

Pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang berorientasi pada pelayanan pelanggannya atau konsumen, perusahaan harus senantiasa memperhatikan komunikasi dengan

Letter of Credit merupakan jaminan bersyarat dan merupakan surat yang diterbitkan oleh bank ( issuing bank ) atas permintaan importir yang diajukan kepada bank lain

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bahan amelioran dapat meningkatkan pH, dimana peningkatan yang cenderung lebih tinggi terjadi pada perlakuan aplikasi