• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran demokratis pada bidang studi pendidikan agama islam di SMA N 29 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran demokratis pada bidang studi pendidikan agama islam di SMA N 29 Jakarta"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Jl. Kramat No.6 Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

FATHURROHMAN WAHID 105011000054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

FATHURROHMAN WAHID 105011000054

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Dede Rosyada. MA. Dra. Manerah

NIP. 19571005 198703 1 003 NIP. 196803231994032002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

”Saya telah Menjadi Responden dan Memberikan Data dengan sebenar-benarnya kepada Saudara Fathurrohman Wahid”

Sebagai bukti responden dan telah memberikan data-data kepada saudara Fathurrohman Wahid, maka tanda tangan di bawah ini benar apa adanya.

Jakarta, 1 Maret 2010

No Nama Kelas Hari/Tanggal Waktu Tempat Tanda Tangan

1 Maulina R.A XI IPS 1 Selasa, 16-02-2010 10.00 – 11.45 Ruang Guru Agama 1.

2 Herman Susanto XI IPS 1 Selasa, 16-02-2010 10.00 – 11.45 Ruang Guru Agama 2. 3 Alka Budi Wahidin XI IPA 3 Kamis, 18-02-2010 07.30 – 08.15 Ruang Guru Agama 3.

4 Dessy Putriyanti R XI IPA 3 Kamis, 18-02-2010 07.30 – 08.15 Ruang Guru Agama 4. 5 Aprisya Krispriani XI IPA 1 Kamis, 18-02-2010 10.45 – 11.30 Mushola 5.

6 Bunga Ade Tama XI IPA 1 Kamis, 18-02-2010 10.45 – 11.30 Mushola 6 7 Muhammad Syauqi XI IPA 2 Kamis, 18-02-2010 13.15 – 14.00 Ruang Guru Agama 7.

8 Shalahudin XI IPA 2 Kamis, 18-02-2010 13.15 – 14.00 Ruang Guru Agama 8 9 Fiqih Aldiansyah XI IPS 2 Senin, 22-02-2010 10.45 – 11.30 Ruang Guru Agama 9.

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu ( S1 ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2010

(5)

pendidikan agama Islam di SMAN 29 Jakarta” berawal dari latar belakang dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang bertanggung jawab, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratif, kreatif serta integral. Adapun masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran demokratis pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 29 Jakarta. Sumber data yaitu guru agama dan kelas XI jurusan IPA dan IPS. Tujuannya untuk mengetahui penerapan pembelajaran demokratis pada PAI, mengetahui keefektivitasan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan pembelajaran demokratis, mengetahui keaktifan dan pergaulan siswa dengan sikap demokratis.

Pengumpulan data menggunakan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara baik terhadap guru, maupun siswa. Selain itu peneliti juga mengamati keadaan sekolah, kelas, dan kegiataan pembelajaran agama Islam di kelas.

Dalam pengumpulan data, dilakukan dengan observasi dan wawancara, melalui wawancara seluruh pertanyaan yang diajukan peneliti dijawab sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang sebenarnya di SMAN 29 Jakarta, sehingga data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai sumber yang akurat dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti melakukan observasi pada saat siswa datang ke sekolah, istirahat pertama dan kedua, sikap siswa pada saat di kelas dengan pembelajaran demokratis maupun di luar kelas dengan adanya interaksi antara siswa dengan siswa,dengan guru maupun dengan karyawan untuk melihat sikap demokratis di sekolah tersebut.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran demokratis memudahkan guru dalam menyampaikan materi karena siswa berperan aktif, adanya kesesuaian antara teori dengan objek penelitian, dibuktikan dengan metode yang diterapkan yaitu metode kerja kelompok, diskusi dan tanya jawab. Meskipun penerapan pembelajaran demokratis belum memuaskan namun kegiatan pembelajaran di kelas bisa berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat dengan indikator pembelajaran demokratis akan keterbukaan saluran ide dan gagasan, menyampaikan kritik sebagai analisis dalam proses penyampaian evaluasi terhadap ide-ide, memperhatikan kepedulian terhadap orang lain dan harga diri.

Penulis

Fathurrohman Wahid

105011000054

(6)

ii

Nama : Fathurrohman Wahid

NIM : 105011000054

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Pembelajaran Demokratis pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 29 Jakarta Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada

2. Dra. Manerah

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memperoleh gelar srata satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2010

(7)

Tiada kata untaian kata yang paling indah dan penuh makna untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, kepada keluarganya, sahabat dan kepada semua umatnya, semoga kelak di hari akhir nanti semua umatnya mendapatkan syafa’at darinya.

Tujuan penulisan skripsi ini salah satunya adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari bahwa hasil dari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan adnya kritik dan saran dari berbagai pihak, penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu sudah sepantasnyalah disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini;

3. Prof. Dr. Dede Rosyada dan Dra. Manerah sebagai dosen pembimbing, atas waktu, tenaga, pikiran serta kesabarannya dalam memberikan bimbingan pada penyusunan Skripsi ini;

(8)

5. Pimpinan perpustakaan pusat dan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan;

6. Dra. Hernita HB. Murap, kepala sekolah SMAN 29 Jakarta, yang memberikan kesempatan penelitian skripsi ini;

7. Drs. H. Rahmat, guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 29 Jakarta, atas waktu, dan kesediannya membantu penulis untuk memberikan data-data yang sebenar- benarnya menyangkut penyelesaian tugas akhir ini;

8. Siswa-siswi SMAN 29 Jakarta Khususnya kelas XI IPA dan IPS yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Kedua orang tua yaitu Bapak. Muhdar dan Ibu Siti Farihah yang tidak henti-hentinya memberikan doa, motivasi serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir;

10.Adik-adiku Rini Maliha, Mila Amalia, dan Halwan Yusuf yang terus memberikan hiburan melalui via telpon dikala penulis jenuh dan kurang bersemangat;

11.Keluarga besar alm. Salim Hidayat dan alm. H. Abdul Hanan, khususnya lek Muh, lek Agus, pak dhe Kholil, mba neng (hilma), mang Wasbir, abeh ano,kang Solih yang terus memberikan semangat dan doa kepada penulis walau jauh jarak di antara kita;

12.Seluruh teman-teman angkatan 2005, khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B, semoga tetap dalam kebersamaan, kompak dan tetap terjaga tali silaturahmi;

13.Seluruh sahabat-sahabatku, khususnya Sdra. Dedi, Irsyad, Fajri, Najamudin, Syukron, H. Pirman, Nanang, M. Sanusi, Yayan, asep, vera, Lin Farida, Ramada Fajri, Muhaimin, Hendrik, Darmanto, Mimif yang

(9)

iv

menyediakan alat komputernya sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

15.Keluarga besar SMP Fatahilah Pondok Pinang Jakarta, khususnya Ibu Lilis Nurhayati, Bapak Idrus, Ibu Hamilah, bu Sumi, sdra Marcelina Ayu Vandini, Linda Fitri yang terus memberikan dorongan untuk terus semangat;

16.Keluarga besar masjid Al Habliyah Tanah Kusir, khususnya bapak Rindang Rinaldi, bapak Sutrisno, bapak Harmain, Ustd. Haris, Ustd. Acun, Ustd. Warsidi, Ustd. Ade Mustofa serta ramaja masjid al Habliyah sdra. Rahman Hakim, Syahril Muhidin, Teguh, Alim, Mabe, dan Andi, yang menemani penulis dalam kesendirian untuk berbagi cerita;

17.Keluarga besar Elevate, khusunya mas Ferri, mas Fahrul, Ujang, Asep, Yus, Wulan, yang telah memberikan fasilitas tempat selama lima semester; 18.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga amal baik yang telah dilakukan akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya, serta dapat berfungsi memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 10 Maret 2010

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

SURAT PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Demokratis ... 7

1. Pengertian Sekolah Demokratis ... 7

2. Pengertian Pembelajaran Demokratis ... 11

3. Tujuan Pembelajaran Demokratis ... 12

4. Metode Pembelajaran Demokratis ... 14

5. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam pendidikan... 21

6. Keunggulan dan Hambatan Sekolah Demokratis ... 24

7. Pelaksanaan Pembelajaran Demokratis ... 25

B. Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28

(11)

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 33

4. Karakteristik Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ... 34

5. Sterategi Efektif Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 36

a. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 39

b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 43

c. Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 45

C. Pendidikan Demokratis pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam... 47

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

B. Latar Penelitian (Setting) ... 52

C. Metode Penelitian ... 61

D. Fokus Penelitian ... 63

E. Pertanyaan Penelitian ... 63

F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ... 64

G. Analisis Data ... 66

H. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data ... 66

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian... 68

1. Pembelajaran Demokratis pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 68

(12)

vii

2. Sikap Siswa di Dalam atau di Luar Kelas dengan Sikap

Demokratis ... 72

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

1. Penerapan Pembelajaran Demokratis pada Mata Pelajaran

PAI di SMA N 29 Jakarta ... 75

2. Sikap Bapak/Ibu Guru dalam Proses Pembelajaran

Demokratis di SMAN 29 Jakarta ... 78

3. Sikap Siswa SMA N 29 Jakarta dalam Proses Pembelajaran

Demokratis ... 85

4. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Demokratis

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap

Sikap Siswa ... 90

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran-saran... 94

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang RI No 26 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan pada pasal 3 bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa betujuan untuk mrngembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang bertanggung jawab, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Saat ini model pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan yang demokratis, partisipatif, dan humanis : adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik dalam berbagai

1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,(

Bandung: Citra Umbara, 2003), H. 7.

(14)

aktivitas di sekolah, kemampuan hidup bersama-sama dengan teman-teman yang mempunyai pandangan berbeda.2

Dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan pendidikan yang demokratis tersebut, disarankan adanya beberapa kemampuan dasar yang secara sadar dikembangkan menjadi bekal yang ampuh dalam hidup bermasyarakat. Kemampuan dasar yang mesti dikembangkan itu di antaranya kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratif, kreatif serta integral.3

Pemikiran kemampuan berkomunikasi ditandai dengan penguasaan bahasa dan kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan semua orang dari segala lapisan yang dirasakan sangat penting pada saat ini. Jiwa eksploratif dicirikan adanya keinginan anak untuk suka mencari, bertanya, menyelidiki, merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, dan peka menangkap gejala alam sebagai bahan untuk mengembangkan diri agar menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan berkualitas. Jiwa kreatif dicirikan anak suka menciptakan hal-hal baru dan berguna, tidak mudah putus asa berfikir literal. Semangat integratif ditandai dengan kemampuan melihat dan menghadapi beragam kehidupan dalam keterpaduan yang realistis dan utuh, adalah aspek pemberdayaan lain yang mutlak ditanamkan dan dimiliki peserta didik.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara Kaffah (menyeluruh) terutama yang berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu.

Pada era globalisasi saat ini, pendidikan diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan, pendidikan harus mampu memberikan sumbangan pada semua nilai, pertumbuhan individu dalam meningkatkan, mengembangkan dan menumbuhkan kesediaan, bakat, minat,

2

Departemen Pendidikan Nasional., Teropong Pendidikan Kita,ontologi Artikel 2005 – 2006, (Jakarta : Pusat Informasi dan Humas Dep.Dik.Nas, 2006). Cet. I h. 14

(15)

dan kemampuan akalnya. Dengan demikian sangat dibutuhkan figur guru yang profesional, yaitu guru yang mampu merencanakan, melaksanakan dan megevaluasi hasil pembelajaran, mampu memberikan bantuan yang tepat, dapat menganalisis dan mendiagnosis latar belakang keberhasilan siswa, serta mampu menafsirkan dan memanfaatkan berbagai informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dibidang profesinya.4

Mengingat pentingnya peran guru dalam pendidikan, maka seorang guru hendaknya harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki back ground pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh.

2. Memiliki gelar kesarjanaan.

3. Beban mengajar tidak melebihi ketetapan.

4. Memilliki kemampuan dasar mengajar (Basic teaching competencies)

Keempat kriteria guru di atas telah sesuai dengan tiga pilar pokok yang ditunjukan untuk suatu profesi, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.5

Menurut penulis jika semua guru memiliki kualitas yang baik maka akan mudah mencapai tujuan pendidikan, karena guru yang profesional dengan segala kemampuan dan kreatifitasnya maka akan mampu mengatasi berbagai masalah pembelajaran.

Pendidikan dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukan eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri. Padahal kreativitas dan kemampuan berfikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi tantangan yang lebih kompetitif.

4Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, dan

Aksi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004), Cet I, H. 5.

5 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan

(16)

Sebagian besar proses pembelajaran yang terjadi di sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik, mereka masih saja menjadi objek, mereka diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang tidak tahu apa-apa, orang yang harus dikasihi, oleh karenanya harus dijejali dan disuapi.

Anak-anak terus saja dianggap sebagai bejana kosong yang siap dijejali aneka bahan dan kepentingan demi keuntungan semata. Anak-anak dipasung kebebasannya, tidak lagi dilihat sebagi anak(lebih-lebih dipendidikan dasar), tetapi sebagai robot, beo dan kader politik mini yang hanya tahu melaksanakan perintah “tuan” nya.

Akibatnya seperti yang dikatakan (alm) Romo Mangunwijaya : “anak-anak tidak berproses mekar menjauhi diri mereka sendiri, melainkan menjadi objek, model pendidikan yang demikian sungguh tidak manusiawi”, alih-alih memanusiakan justru sebaliknya terjadi proses dehuminasi di sana.6

Guru pendidikan agama di samping melaksanakan tugas pengajaran yaitu menyampaikan pengetahuan dan ia juga harus melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak di samping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik.7

Oleh sebab itu agar proses pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah dapat diterima, dihayati, dan diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, maka sangat dibutuhkan guru yang memiliki kemampuan profesional yang mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga akan tercipta kondisi belajar yang efektif dan efisien.

Dan berdasarkan laporan sementara bahwasanya di SMA N 29 Jakarta sudah menerapakan pembelajaran demokratis, meskipun belum sepenuhnya dilaksanakan, keterangan ini dijelaskan oleh guru agama SMA N 29 Jakarta yaitu bapak Rahmat, pada saat peneliti memohon izin penelitian kepada kepala sekolah SMA N 29 Jakarta.

6

Departemen Pendidikan Nasional., Teropong Pendidikan Kita.., h. 14

7

(17)

Maka dari itu, untuk menindak lanjuti pemikiran dan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengkaji penelitian dengan judul “PEMBELAJARAN DEMOKRATIS PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA N. 29 JAKARTA (Jl. Kramat No.6 Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan”

Alasan penulis memilih lokasi penelitian di SMA N. 29 JAKARTA, karena letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau, sehingga memudahkan penulis untuk melakukan penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Gambaran pembelajaran demokratis pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA N.29 Jakarta

2. Usaha yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran demokratis

3. Usaha yang dilakukan sekolah dalam menerapkan pendidikan demokratis 4. Apakah proses pembelajaran demokratis berjalan efektif pada bidang studi

Pendidikan Agama Islam?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memberikan kejelasan serta terbatasnya masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan dalam judul skripsi ini sebagai berikut :

a. Pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi multi arah antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa, dalam prosesnya siswa dibiarkan aktif, bersikap kritis, diberikan kebebasan berbicara serta berfikir ilmiah.

(18)

dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu mata pelajaran PAI di SMA N 29 Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan perbedaan interpretasi, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

”Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran demokratis pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMA N 29 Jakarta?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran demokratis pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas

b. Untuk mengetahui keefektivitasan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan pembelajaran demokratis

c. Untuk mengetahui keaktifan dan pergaulan siswa dengan sikap demokratis.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru Agama untuk memproses kegiatan belajar mengajar secara demokratis

(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pembelajaran Demokratis

1. Pengertian Sekolah Demokratis

Istilah demokratis, sebagaimana dalam literatur politik diambil dari bahasa Yunani kuno, yang terdiri dari dua kata, yaitu demos yang bermakna rakyat dan kratos yang berarti kekuasaan di tangan rakyat. Maksudnya adalah bahwa kekuasaan negara berada di tangan rakyat melalui undang-undang yang diputuskan rakyat, bukan oleh kekuasaan raja atau sultan.1

Mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara subtantif, sekolah demokratis adalah membawa semangat demokratis tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.2

Sementara menurut Prof. Dr. Komarudin Hidayat dalam kata pengantar di buku A. Ubaidilah dan Abdul Rozak mengatakan bahwa sekolah demokratis adalah komponen warga negara, dari pengalaman siswa dalam praktik berdemokrasi dikelas akan sangat berharga bagi proses transformasi nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam kehidupan

1

Dede Rasyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. III h. 15

2

Dede Rasyada, Paradigma Pendidikan Demokratis…, h. 15

(20)

sosial dan sekolah dengan mendapat dukungan dari seluruh komponen pimpinan, staf dan karyawan.3

Sugarda Purbakawatja, memberikan definisi demokrasi pendidikan adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang adil.4

Definisi lain dikemukakan M. Muchjiddin Dimjati dan Muhammad Roqib, bahwa demokrasi pendidikan adalah pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua. Pendidikan yang membedakan anak menurut suku, ras, golongan, aspirasi politik, sekte, jenis kelamin atau kondisi sosial ekonomi adalah pendidikan teoritis, yang didasarkan pada prinsip sentimen, kekhawatiran dan dendam.5

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwasanya sekolah demokratis adalah sekolah yang merupakan bagian dari anggota masyarakat dengan dibiasakan bersikap demokratis di dalam sekolah, bebas berpendapat yang berprinsip pada rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua, yang dibentuk dengan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pendidikan di sekolah.

Dalam konteks ini James A. Beane dan Michael W. Apple, yang dikutip oleh Prof. Dr. Dede Rosyada dalam bukunya menjelaskan, berbagai kondisi yang sangat perlu dikembangkan dalam upaya membangun sekolah demokratis, adalah :

1. Keterbukaan saluran ide dan gagasan

2. Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan sekolah.

3. Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses penyampaian evaluasi terhadap ide-ide

3

A. Ubaidilah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). Cet. III hal.Viii

4

Sugarda Purbakawatja, Azas-azas Demokrasi dalam Pendidikan Islam,Ditinjau dengan Latar Belakang Perkembangan Masyarakat, (Jakarta : 1995), hal. 34

5

(21)

4. Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan terhadap persoalan-persoalam publik

5. Ada kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak minoritas

6. Pemahaman bahwa demokrasi dikembangkan belumlah mencerminkan demokrasi yang diidealkan

7. Terdapat sebuah institusi yang dapat terus mempromosikan dan mengembangkan cara-cara hidup demokratris

Inti dari teori ini adalah bahwa sekolah demokratis itu akan terwujud jika semua informasi penting dapat dijangkau semua stake holder sekolah / madrasah, sehingga semua unsur tersebut memahami arah pengembangan sekolah / madarasah.6

Sekolah demokratis juga harus dikembangkan dengan sikap trust atau kepercayaan, yakni orang tua percaya pada kepala sekolah untuk mengembangkan program-program sekolah menuju idealitas yang diinginkan, kemudian kepala sekolah juga percaya pada guru untuk mengembangkan program-program kurikulernya serta mengorganisir pelaksanaan program-programnya itu. Dan bagian yang sangat sensitif serta selalu menjadi persoalan universal adalah hak-hak minoritas dalam komunitas sekolah / madarsah yang harus diperhatikan sama, tidak boleh ada diskriminasi atas dasar perbedaan ras, agama atau warna kulit.

Pengembangan sekolah menuju model sekolah demokratis ini relevan untuk dilakukan karena berbagai argumentasi, yang secara garis besar dapat dikategorisasi menjadi dua, yaitu tipologi sekolah abad 21, dan model pembelajaran yang sesuai.

Dalam konteks tipologi sekolah abad ke-21 Lyn Haas yang dikutip oleh Prof. Dr. Dede Rosyada dalam bukunya menjelaskan, bahwa sekolah-sekolah sekarang harus dapat memenuhi beberapa kualifikasi ideal, yaitu :

6

(22)

1. Pendidikan untuk semua

2. Memberikan skill dan ketrampilan 3. Penekanan pada kerja sama 4. Pengembangan kecerdasan ganda

5. Integrasi program pendidikan dengan kegiatan pengabdian masyarakat Dalam aspek pelaksanaan proses pembelajaran yang sesuai, sebagaimana dikemukakan oleh John I. Goodlad yang dikutip oleh Prof. Dr. Dede Rosyada dalam bukunya menjelaskan bahwa terpenuhinya misi pendidikan sangat tergantung pada kemampuan guru untuk menanamkan seting demokrasi pada siswa, dengan memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar.7

Selanjutnya untuk memberikan gambaran tentang demokratisasi pendidikan dalam skripsi ini dikemukakan dua pandangan pemikir muslim, yakni :

Abbas Mahmud Al- Aqqad

Al Aqqad menyebut empat prinsip demokratisasi yang dapat dikembangkan guna menegakan nilai-nilai kemanusiaan,8 yakni : (1) pertanggungjawaban individu, (2) persamaan derajat manusia dan pengakuan hak-haknya (3) musyawarah sebagai sarana penyelesaian masalah dan (4) adanya jaminan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Muhammad Athiyah Al Abrasyi

Dengan menitikberatkan pada orientasi akhlak sebagai prinsip pendidikan, al Abrasyi mengusulkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan demokratisasi, pengembangan kebebasan dan kemandirian berfikir serta perlakuan yang adil terhadap anak didik. Lebih jauh pendidikan harus pula memperhatikan dimensi sosialnya, 9 yakni :

1) Pemerataan kesempatan belajar bagi wanita dan laki-laki

7

Dede Rasyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, h. 18 8

Abbas Mahmud al ‘Aqqad, Ad-Dimukratiyah fi al Islam, (Bairut : Masyurat al Maktabah al- ‘Ashriyah, 1978), h. 229

9

(23)

2) Perhatian khusus kepada kelompok yang kurang mampu.

Dari pandangan kedua pemikir di atas, setidaknya dapat memperjelas pernyataan bahwa dimensi-dimensi yang menjadi acuan demokratisasi cukup luas. Persoalan jaminan sosial atas mereka yang kurang mampu tetap menjadi bagian dari pemerataan pendidikan, meskipun dalam prakteknya belum sepenuhnya mampu dilaksanakan. Pada intinya dimensi sosial menyangkut pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan juga merupakan bagian integral dari demokratisasi.

2. Pengertian Pembelajaran Demokratis

Menurut Freire mengatakan bahwa pembelajaran demokratis adalah pendekatan yang membebaskan merupakan proses dimana pendidikan mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang nyata secara kritis.10

Sementara menurut Prof. Dr. Komarudin Hidayat dalam kata pengantar di buku A. Ubaidilah dan Abdul Rozak mengatakan bahwa pendidikan demokrasi adalah model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter bangsa melalui pembelajaran peserta didik sebagai subjek pembelajaran malaui cara-cara pembelajaran yang demokratis, partisipatif, kritis, kreatif, dan menantang aktualisasi diri mereka sendiri.11 Dalam definisi yang lain bahwa pembelajaran demokratis adalah suasana pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal dengan memperhatikan sepenuhnya terhadap inisiatif, pemikiran, gagasan, ide, kreativitas, dan karya siswa.12

Menurut Ahmad Makki bahwa pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa

10

Paulo Freire, Politik Pendidikan dan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan,(Yogyakarta : Kerjasama Pustaka Pelajar dengan ed, 2002), hal.28

11

A. Ubaidilah dan Abdul Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia..,hal. Vii–Viii 12

(24)

demokratis yaitu suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasaan mengungkapkan gagasan, dan adanya keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas di sekolah.13

Ada juga yang berpendapat bahwa pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa.14

Maksudnya bahwa dalam berinteraksi adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lain.Guru memberikan bahan pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbeda. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil reaksi antara bahan pelajaran, pendapat guru, dan pengalaman siswa sendiri. Hakikatnya pada pendidikan yang demokratis adalah pemerdekaan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang terdapat interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dengan suasana pembelajaran yang saling menghargai dan memperhatikan terhadap inisiatif, pemikiran, gagasan, ide, kreativitas, dan karya siswa sehingga dapat mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkapkan kehidupan yang nyata secara kritis.

3. Tujuan Pembelajaran Demokratis

Mengingat demokrasi bukan masalah individu maupun kelompok tertentu, pembudayaan demokrasi seyogyanya menjadi kepedulian semua orang, karena hal ini berhubungan dengan bagaimana cara hidup bersama secara damai di sebuah tempat yang bernama Indonesia yang majemuk ini,

13

Ahmad Makki , Menciptakan Pendidikan Demokratis-Humanistik, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2007), Cet. I hal. 11

14

(25)

maka keterlibatan semua pihak dalam proses pendidikan demokrasi adalah faktor pendukung penting keberhasilan program pendidikan.

Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan jati diri bangsa dalam bidang pendidikan melalui sikap demokratis, maka pembelajaran demokrtis mempunyai tujuan, yaitu : pembelajaran sebagai proses pembebasan, pembelajaran pencerdasan anak didik, menujunjung tinggi hak-hak anak, menghasilkan tindak perdamaian, anak berwawasan integratif, membangun watak persatuan, menghasilkan manusia demokratis, menghasilkan manusia yang peduli terhadap lingkungan.15

Tujuan pendidikan dalam suatu negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan berbagai ”perbudakan” lainnya.16

Pendidikan yang demokratis tidak bertujuan menciptakan manusia siap kerja, tetapi membentuk manusia matang dan berwatak yang siap belajar terus, siap menciptakan lapangan kerja (job creator) dan siap mengadakan transformasi sosial karena sudah lebih dulu mengalami tranformasi diri lewat pendidikan, karena pendidikan yang demokratis adalah sebuah karya pembentukan manusia merdeka yang human, matang, berbudaya, dan bertanggung jawab sehingga wajib dikelola oleh birokrat pendidikan yang demokratis, human, matang serta memiliki compassion dan passion pada manusia muda.17

Pendidikan yang demokratis bukan hanya untuk menyiapkan siswa bagi kehidupan mereka nanti di masyarakat, melainkan sekolah juga harus menjadi masyarakat mini, tempat praktik demokrasi yang ada dalam masyarakat perlu diadakan secara nyata dalam sekolah. Dengan demikian, anak dibiasakan dengan karakteristik kehidupan yang demokratis.

15

H. Hamzah B Uno, M.Pd. Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. III. Hal. 9

16 http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4570&caid=52&gid=2 17

(26)

4. Metode Pembelajaran Demokratis

Model pembelajaran yang memberikan peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam mengontruksi pengetahuan dan pemahaman bagi sebuah proses ”pemanusiaannya” mutlak ditumbuhkembangkan.

Untuk mendorong agar terciptanya model pendidikan yang demokartis meminjam gagasan Paul Suparno, dkk (Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi)18, antara lain :

Pertama, Hindari indoktrinasi. Biarkan siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang dipelajarinya, dan mengungkapkan alternatif pandangannya yang berbeda dengan gurunya. Kedua, Hindari paham bahwa hanya ada satu nilai saja yang benar. Guru tidak berpandangan bahwa apa yang disampaikannya adalah yang paling benar. Seharusnya yang dikembangkan adalah memberi peluang yang cukup lapang akan hadirnya gagasan alternatif dan kreatif terhadap penyelesaian suatu persoalan.

Ketiga, Beri anak kebebasan untuk berbicara. Siswa mesti dibiasakan untuk berbicara. Siswa dibiasakan dalam kontek penyampaian gagasan serta proses membangun dan meneguhkan sebuah pengertian harus diberi ruang yang seluas-luasnya.

Keempat, Berilah “Peluang” bahwa siswa boleh berbuat salah. Kesalahan merupakan bagian penting dalam pemahaman. Guru dan siswa menelusuri bersama di mana terjadi kesalahan dan membantu meletakannya dalam kerangka yang benar.

Kelima, kembangkan cara berfikir ilmiah dan berfikir kritis. Dengan ini siswa diarahkan untuk tidak selalu mengiyakan apa yang telah dia terima, melainkan dapat memahami sebuah pengertian dan memahami mengapa harus demikian.

18

(27)

Keenam, berilah kesempatan yang luas kepada siswa untuk bermimpi dan berfantasi. Kesempatan bermimpi dan berfantasi bagi siswa menjadikan dirinya memiliki waktu untuk berandai-andai tentang sesuatu yang menjadi keinginannya. Sehingga siswa dapat mencari inspirasi untuk mewujudkan rasa ingin tahunya.

Dari keenam gagasan di atas, setidaknya ada beberapa metode yang akan mendukung terlaksananya pembalajaran demokratis supaya peserta didik tidak terbelenggu dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Di antara metode-metode tersebut adalah19 :

a. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.

Dalam metode diskusi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1) Kelebihan

a) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. b) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti :

toleransi, berfikir kritis, demokratis, sistematis, sabar dan sebagainya

c) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.

d) Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.

e) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. f) Tidak terjebak ke dalam fikiran individu yang kadang-kadang

salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang

19

(28)

dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.

2) Kekurangan

a) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif

b) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.

Untuk mengatasi kelemahan dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran

b) Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari pihak guru

c) Guru mengusahakan agar seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi

d) Mengusahakan supaya siswa mendapat giliran bicara

e) Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.

Metode tanya jawab juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1) Kelebihan

a) Situasi kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya dengan berbicara/menjawab pertanyaan.

b) Melatih anak agar berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan secara teratur

(29)

d) Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh

e) Walau agak lambat, guru dapat mengontrol pamahaman atau pengertian murid pada masalah-masalah yang dibicarakan f) Pertanyaan dapat memusatkan siswa

g) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fakir

h) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

2) Kekurangan

a) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi akan memakan waktu yang lama untuk menyelesaikannya

b) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila mendapat jawaban yang menarik perhatian anak

c) Tidak dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran d) Siswa merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong

siswanya untuk berani menciptkan suasana yang santai dan bersahabat

e) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa

f) Waktu sering terbuang

g) Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan pertanyaan kepada setiap siswa.

c. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelasaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong royong.

(30)

1) Kelebihan

a) Melatih dan menumbuhkan rasa kebersamaan, toleransi dalam sikap dan perbuatan

b) Ditinjau dari segi dedaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai

c) Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik

d) Timbul rasa kesetiakawanan sosial antara kelompok yang dilandasi motivasi kerja sama untuk kepentingan dan kebaikan bersama.

e) Anak-anak yang pemalu akan lebih aktif 2) Kekurangan

a) Metode kerja kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit dan perencanaannya yang matang

b) Persaingan tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat memberikan pengertian kepada siswa

c) Bagi siswa yang tidak disiplin diri atau malas terbuka kemungkinan untuk tetap pasif

d) Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa terabaikan

e) Tugas akan menjadi lebih berat

f) Jika tugas yang diberikan kepada masing-masing kelompok tidak dibatasi dengan waktu tertentu, maka tugas tersebut cenderung terabaikan

g) Tugas akan terbengkalai jika tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis anak didik.

d. Metode Pemberian Tugas

(31)

mempertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu.

Metode pemberian tugas juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1) Kelebihan

a) Pengetahuan yang diperoleh murid baik dari hasil belajar, hasil eksperimen, banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk hidup mereka, dan akan lebih lama diingat.

b) Dapat dilaksanakan dalam berbagai bidang studi

c) Apabila tugas tersebut dalam bentuk kelompok maka murid dapat saling kerjasama dan saling membantu

d) Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian berkreatif, berinisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri 2) Kekurangan

a) Tugas rumah sering dikerjakan oleh orang lain, sehingga murid tidak tahu apa yang harus dikerjakan

b) Tugas yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental murid

c) Sukar memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individual dan murid suka menyalin pekerjaan teman.

e. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku di dalam hubungan sosial.

Metode sosiodrama juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1) Kelebihan

(32)

b) Metode ini akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas lebih hidup

c) Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri. 2) Kelemahan

a) Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak cemerlang untuk memecahkan suatu masalah

b) Perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan dalam masyarakat akan mempersulit pengaplikasian metode ini

c) Kadang-kadang anak-anak tidak mau memerankan sesuatu adegan karena malu

d) Metode ini memerlukan waktu cukup panjang

e) Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan menjadi pasif. f. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu.

Metode simulasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1) Kelebihan

a) Aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi

b) Menggalakan guru untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas simulasi sendiri tanpa bantuan siswa

c) Memungkinkan eksperimen tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya

d) Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab dikerjakan dalam bentuk aktivitas

e) Tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple

(33)

g) Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasi

h) Simulasi melatih siswa agar mampu berfikir kritis 2) Kekurangan

a) Dalam simulasi sering tidak terikutkan elemen-elemen penting b) Sering mendapat kritik dari orang tua karena aktivitas ini

melibatkan permainan

c) Efektifitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset.

5. Prinsip-prinsip Demokrasi dalam Pendidikan

Penerapan prinsip-prinsip pendidikan di atas akan memerlukan waktu yang cukup panjang, memerlukan proses yang berkelanjutan. Jadi prinsip-prinsip itu ketika sudah diturunkan dalam konsep yang lebih sederhana akan dapat berubah sesuai tuntunan dan perkembangan. Oleh karenanya harus dipahami, konsep demokrasi tidak dapat dirumuskan sekali untuk selama-lamanya, sebab nilai-nilai itu tumbuh dalam proses yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, prinsip demokrasi perlu dilihat secara keseluruhan, bukan hanya secara parsial. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut adalah20 : a. Kebebasan berpendapat

Kebebasan yang diberikan kepada manusia dapat menyelamatkan diri dari segala macam bentuk tekanan, paksaan, penjajahan dan segala macamnya. Selain itu menjadikan manusia sebagai pemimpin dalam kehidupan ini, sementara disaat yang sama juga sebagai hamba Tuhan. Sehingga orang bebas akan merasa terlepas dari sekat-sekat yang membelenggunya dibiarkan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Firman Allah dalam surat al Baqarah ayat 256 yang berbunyi :

20

(34)

Artinya :

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”

Kebebasan merupakan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada manusia, pada dasarnya dapat ditemukan pada semua agama yang berlandaskan tauhid. Kebebasan seperti ini setiap manusia merupakan hak umum bagi setiap manusia, sehingga tidak ada perbedaan manusia yang satu dengan menusia yang lainnya. Ini disebabkan karena memang manusia membutuhkan untuk bangkit dengan segala konsekuensi yang ditempatkan kepadanya yaitu ada pertanggung jawaban amal.

b. Penghormatan terhadap manusia

Dengan prinsip ini seseorang akan memperlakukan orang lain sama dengan memperlakukan dirinya sendiri sebagai manusia yang bermartabat. Manusia diperlakukan sebagai manusia disebabkan oleh kemanusiaannya itu sendiri, bukan karena jenis kelaminnya, status sosial, faktor ekonomi, pangkat, kekuatan diri dan lain-lain. Firman Allah dalam surat al Maidah ayat 8 yang berbunyi :

(35)

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan addl. Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah karenan adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

c. Persamaan

Prinsip persamaan berarti bahwa setiap individu dalam kelompok masyarakat tertentu mempunyai hak yang sama, karena sudah menjadi kesepakatan umum bahwa manusia dilahirkan sama dalam penegertian hak dan kewajiban. Firman Allah dalam surat al Hujurat ayat 13 yang berbunyi :

Artinya :

”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

(36)

dan layak. Prinsip persamaan juga akan meimbulkan sifat saling tolong menolong dan sifat kepedulian sosial dalam raung lingkup yang luas. d. Pembagian kekuasaan

Dengan prinsip ini dalam kekuasaan pihak minoritas akan tetap diberi kesempatan sesuai dengan proporsinya sehingga hak-haknya akan tetap terjaga.

6. Keunggulan dan Hambatan Sekolah Demokratis

Berbagai keunggulan model sekolah demokratis ini, sebagaimana dikemukakan oleh Dwight W. Allen yang dikutip oleh Prof. Dr. Dede Rosyada dalam bukunya menjelaskan sekolah untuk abad mendatang, dalam kerangka penguatan model sekolah demokratis,21 antara lain :

1. Akuntabilitas ; yakni bahwa kabijakan-kabijkan sekolah dalam semua aspeknya dapat dipertanggungjawabkan pada publik.

2. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan memberikan pelayanan pada siswa secara individual.

3. Keterlibatan masyarakat dalam sekolah ; yakni dalam sekolah demokratis, sistem pendidikan merupakan refleksi dari keinginan masyarakat.

Selain itu juga, Sugihartono, dkk menyatakan bahwa adanya kelebihan dan kekurangan dari teori pembelajaran demokratis22, antara lain :

Kelebihannya : a. Memanusiakan manusia

b. Teori yang paling cocok diterapkan untuk pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial c. Siswa merasa senang bergairah berinisiatif dalam belajar dan terjadi

perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri Adapun kekurangannya :

21

Dede Rasyada, Paradigma Pendidikan Demokratis…, h. 20 22

(37)

a. Jika tidak terkontrol, murid akan mempunyai sikap egois yang tingi b. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai

Dari pihak guru, kendala lebih bersifat psikologis. Bagaimanapun, selama ini guru telah tercitrakan sebagai orang yang serba tahu dan serba mampu. Bahkan, ada ungkapan guru itu digugu dan ditiru. Ini menempatkan guru pada superior siswa.

Guru memang harus berwibawa baik secara akademik maupun moral, tapi bukan berarti harus berlaku diktator dan otoriter. Harus ada perubahan paradigma,guru sekarang tidak harus serba tahu dan serba mampu karena hal itu memang mustahil. Yang penting, guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk bisa mengubah paradigma ini, guru harus menyadari bahwa wibawa tidak akan lenyap dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas. Bukankah justru wibawa guru akan terangkat bila ia mampu menampilkan performa sebagai guru yang egaliter, bisa diajak diskusi, terbuka, dan demokratis.

Sementara dari pihak siswa, kendalanya adalah belum adanya keberanian untuk berpendapat. Selama ini mereka telah terkondisi untuk pasif, menerima apa pun informasi dari guru tanpa kritik. Kondisi ini harus diubah dengan cara mendorong mereka menyampaikan gagasan dan menghargainya. Apa pun pendapat siswa, guru harus bisa memberikan apresiasi secara positif. Melalui penghargaan dan apresiasi secara positif terhadap siswa, diharapkan berangsur-angsur siswa terbiasa berpikir aktif dan berani mengemukakan pendapatnya di kelas.23

7. Pelaksanaan Pembelajaran Demokratis

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, “Pendidikan tidak dipandang sebagai proses pemaksaan dari seseorang pendidik untuk menentukan setiap langkah yang harus diterima oleh peserta didiknya

23

(38)

secara individual”.24 Dengan demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran, harus dihindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan, syarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik memnjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.

Dalam pembelajaran, siswa betul-betul sebagai subyek belajar. Bukan sebagai botol kosong yang pasrah untuk diisi dengan berbagai ilmu oleh guru. Saat sekarang, rasanya pembelajaran yang demokratis cukup mendesak untuk diimplementasikan di kelas, setidaknya berdasarkan tiga alasan,25 yakni :

Pertama, kenyataan bahwa guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Dalam era globalisasi informasi sekarang, tidak bisa dimungkiri, akses terhadap berbagai sumber informasi menjadi begitu luas: televisi, radio, buku, koran, majalah, dan Internet. Saat berada di kelas, siswa telah memiliki seperangkat pengalaman, pengetahuan, dan informasi. Semua ini bisa sesuai dengan bahan pelajaran, bisa juga bertentangan. Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya proses dialog yang berujung pada pencapaian tujuan instruksional yang ditetapkan. Tanpa demokrasi di kelas, guru akan menjadi penguasa tunggal yang tidak dapat diganggu gugat. Siswa terkekang, dan akhirnya potensi kreativitasnya terbunuh. Kedua, kompleksnya kehidupan yang bakal dihadapi siswa setelah lulus. Masa depan menuntut mereka mampu menyesuaikan diri. Prinsip belajar yang relavan adalah belajar bagaimana belajar. Artinya, di kelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa

24

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Menurut Al-Qur’an, terjemahan M. Arifin, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal.84

25

(39)

terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen.

Ketiga, dalam konteks pendidikan demokrasi masyarakat. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, siswa hendaknya sejak dini telah dibiasakan bersikap demokratis, bebas berpendapat tetapi tetap dalam rule of game. Ini bisa dimulai di kelas dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang menekankan adanya demokrasi. Bagaimana kita bisa berharap kelak mereka akan menjadi penyokong demokratisasi kalau di sekolah tidak mendapatkan pengalaman berdemokrasi.

Ciri aksi budaya yang memperjuangkan kebebasan adalah dialog, sedangkan yang mengarah pada dominasi justru anti dialog dan mendomistifikasikan rakyat, tangungjawab guru yang menempatkan diri teman dialog bagi siswa lebih besar dari pada guru yang hanya memindahkan informasi yang harus diingat siswa.26 Sebab guru sedang memupuk sikap keberanian, sikap kritis ,dan sikap toleran terhadap pandangan yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, melalui tradisi saling tukar pandangan dalam menyiapkan suatu masalah.

Mengingat pentingnya dialog ini, maka pemerintah mengamanatkan melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Amanat itu terdapat pada pasal 40 ayat 2.27 Isi dari pasal tersebut adalah:

Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban:

a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

b. Mempunyai komitemen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan

26

Paulo Freire, Politik Pendidikan dan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan...., H.130

27

(40)

c. Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan keprcayaan yang diberikan kepadanya.

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam, untuk memudahkan pembahasan ini, maka terlebih dahulu penulis akan mengemukakan arti pendidikan. Bahwa pendidikan adalah ”Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses, perbuatan, dan cara mendidik.28

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah ”usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara"29

Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.30

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan adalah proses kagiatan belajar-mengajar yang diberikan oleh

28

Yunus Namsa, Metodologi Pengantar Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet. Ke- 1, h. 22

29

Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003…, hal. 3 30

(41)

orang dewasa malalui pengajaran, latihan, dan perbuatan untuk membekali kpribadiannya akan kecerdasan intelektual dan emosionalnya sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya dengan penuh tanggung jawab serta mengarah ke arah sikap pendewasaan.

Sedangkan pengertian agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.31

Dan pengertian Islam adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi.32

Sedangkan pengertian Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk diteruskan kepada seluruh manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (Aqidah), muamalah (Interaksi Sosial) dan ahklak yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat, dan terbentuknya kata hati.33

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan ketakwaan sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang. Oleh karena itu Menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Agama Islam ini dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam34

Menurut Zakiah Daradjat, ”Pendidikan agama Islam adalah Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangaan hidup".35

31

Muhammad Daud Ali, SH. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 40

32

Muhammad Daud Ali, SH. Pendidikan Agama Islam…, hal. 50 33

Supriadi, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama, 2001), cet.Ke-2, h. 42

34

Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 39.

35

(42)

Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.36

Dengan demikian pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai panadangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, sebaiknya selalu terarah dan tertuju. Apa yang dicita-citakan membuahkan tujuan. Tujuan menurut Zakiah Dradjat dalam bukunya Prof. DR. Ramayulis ialah suatu yang diharapkan akan dicapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai dilaksanakan.37

Menurut Abu Ahmadi, dalam bukunya Prof. DR. Ramayulis mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi38 : a. Tujuan tertinggi/terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal.

Tujuan tertinggi dan terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk

36

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. I, h. 40.

37

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam..,hal. 133 38

(43)

ciptaan Allah yaitu yang dirumuskan dalam satu istilah ”Insan kamil” . Adapun indikator dari Insan kamil adalah :

1) Menjadi hamba Allah

Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Bahwsanya pendidikan harus memungkinkan menusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga peribdatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusuan terhadap-Nya.

2) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah fil ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya.

3) Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, baik individu meupun masyarakat.

b. Tujuan umum

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendidikan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.

c. Tujuan khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Tujuan ini didasarkan pada :

1) Kultur dan cita-cita bangsa

(44)

3) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentus d. Tujuan sementara

Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Maka dari itu pendidikan Islam bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.

Tujuan Pendidikan Agama Islam pada semua jenjang baik SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA adalah39 :

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berkhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Tujuan dari standar kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam di SMA/MA/SMK/MAK,40 adalah :

39

Muhaimin, MA. Analisis Kritis terhadap Permendiknas No.23/2006&No. 22/2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA, ( Malang : Lembaga Konsultasi dan Pengembangan Pendidikan Islam UIN Malang, 2007), hal.6

40

(45)

a. Memahami ayat-ayat al Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan asmaul husna

c. Berlaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah

d. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam

e. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan dunia.

Dari tujuan pendidikan agama Islam dapat dikaitkan dengan tujuan pemebelajaran demokratis bahwa kesesuaian dari tujuan tersebut adalah pada tujuan PAI ada tujuan tertinggi yang dirumuskan dengan istilah insan kamil, yang mana untuk menjadi insan kamil akan diisi dengan nilai-nilai demokratis seperti menjadi manusia yang peduli terhadap lingkungan, membangun persatuan satu sama lain, menjunjung tinggi hak-hak manusia, sehingga dalam kehidupan masyarakat nantinya akan memberikan kebijakan-kebijakan yang demokratis sesuai citra insan kamil. Kemudian pada tujuan umum di PAI akan dirasakan jiwa sosial yang tinggi dalam pergaulan dengan individu yang lain karena sudah tertanam dalam jiwanya dengan sikap demokratis.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

(46)

Islam (tarikh) sehingga secara berurutan : Ilmu Tauhid (keimanan), Ilmu Fiqh, al Qur’an, Al Hadits, Akhlak, dan Tarikh Islam.41

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam itu mencangkup lima unsur pokok yaitu: Al-quran, Hadits, Keimanaan, Akhlak, Fiqih, dan Bimbingan Ibadah serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasiaan, keselarasan, dan keseimbangan baik itu hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama dan manusia dengan makhluk lain serta lingkungannya.42

Kaitan dari ruang lingkup PAI dengan pembelajaran demokratis bahwa cakupan PAI seperti Al-quran, Hadits, Keimanaan, Akhlak, Fiqih, dan Bimbingan Ibadah serta tarikh merupakan bagian dari mata pelajaran yang akan terus digali dan dipelajari dengan menggunakan pembelajaran demokratis, dimana pada pembelajaran demokratis selalu memperhatikan terhadap inisiatif, pemikiran, gagasan dan kreativitas siswa, sehingga pengetahuan dan wawasan siswa akan semakin mendalam.

4. Karakteristik Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Mata pelajaran PAI yang terdiri atas aspek-aspek : al Qur’an-Hadis, Aqidah, Akhlak, Fiqih dan Tarikh atau Sejarah Kebdayaan, memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda-beda antara satu aspek mata pelajaran dengan aspek lainnya dalam satu rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam. Ini menggarisbawahi bahwa rumusan standar kompetensi mata pelajaran harus sinkron dengan karakteristiknya, sehingga dapat menghindari adanya overlapping (tumpang tindih).

41

Abdul Majid S. Ag. dan Dian Andayani S. Pd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. I hal. 77

42

(47)

Karakteristik dari masing-masing aspek mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut43 :

a. Al Qur’an-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari

b. Aqidah, menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asmaul husna

c. Akhlak, menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari

d. Fiqih, menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik

e. Tarikh dan Sejarah Kebudayaan, menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Abdurrahman An Nahlawi yang dikutip oleh Abdul Majid S. Ag. dan Dian Andayani S. Pd dalam bukunya menjelaskan bahwa kurikulum islami harus memenuhi beberapa ketentuan,44 yaitu :

Pertama, memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk menyucikan manusia, memelihara dari penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia.

Kedua, harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah

Ketiga, harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, tingkat pemahaman, jenis kelamin serta tugs-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang dalam kurikulum.

43

Muhaimin, MA. Analisis Kritis terhadap Permendiknas No.23/2006&No. 22/2006…, hal. 5

44

(48)

Keempat, memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis. Kelima, tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam

Keenam, harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan negara yang hendak menerapaknnya

Ketujuh, harus memilih metode yang relastis sehingga dapat diadaptasikan ke dalam berbagai kondisi.

Kedelapan, harus efektif, dapat membrikan hasil pendidikan yang bersifat behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-ledak dalam diri generasi muda.

Kesembilan, harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik.

Kesepuluh, memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktivitas seperti berjihad, dakwah Islam, serta pembangunan masyarakat muslim.

Hubungan karakteristik PAI dengan pembelajaran demokratis bahwa siswa akan terus mencari tahu rasa penasarannya terhadap pembahasan yang belum mereka pahami, dengan bertanya, bertukar fikiran, kemudian dapat menyimpulkan sendiri dengan pengetahuan-pengetahuan yang mereka terima, sehingga siswa dapat memberikan komentar dan tanggapan apabila ada permasalahan, sehingga karakteristik setiap masing-masing aspek pelajaran PAI akan semakin terarah dengan topik pembahasannya.

5. Sterategi Efektif Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam proses pendidikan diperlukan perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses itu berlangsung dalam jangka panjang, kondisi ini dikenal dengan istilah sterategi belajar mengajar. Strategi mengajar adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.45

45

Gambar

Tabel 1 Jumlah Siswa SMAN 29 Jakarta
Tabel 2
Tabel 3 Daftar Nama Guru SMA N 29 Jakarta
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian untuk reksa dana pendapatan tetap menunjukkan bahwa kinerja masa lalu, size, MER berpengaruh signifikan terhadap aliran dana ( fund flow )

Prinsip dasar rancang bangun dinding tungku untuk proses pembakaran dan pengeringan bata merah dilakukan dengan modifikasi pola dan teknik penyusunan/pembuatan

PRODUK KEINSINYURAN: • KOLABORASI YANG KONSTRUKTIF • PERSAINGAN YANG KONSTRUKTIF KARYA KEINSINYURAN YANG UNGGUL KEBERLANJUTAN KEMANUSIAAN (LINGKUNGAN DAN KEHIDUPAN)..

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

Kondisi yang sama juga terlihat pada kekayaan spesies ikan karang berdasarkan jenis dan bentuk terumbu buatan dimana jumlah spesies cenderung meningkat dengan

Menurut saya mengerjakan tugas kelompok dengan teman yang memiliki prestasi lebih rendah dari saya hanya membuat saya

belakang diatas, tentang permasalahan yang ada pada PT Peraga Lambang Sejahtera, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang ada untuk dijadikan titik tolak pada

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil pemeriksaan sputum BTA sewaktu pasien TB