PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Sisilia Yuliaty Hariputri NIM: 106051001885
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
KARYA MUHIDIN M. DAHLAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Sisilia Yuliaty Hariputri NIM: 106051001885
Dibawah Bimbingan:
Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 1 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi yang berjudul ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 11 November 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua, Sekertaris,
Dr. H. Arief Subhan, M.A. Hj. Umi Musyarrofah, M.A. NIP: 19660110 199303 1 044 NIP: 19710816 199703 2 002
Anggota,
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. Drs. Sunandar, M.A. NIP: 19610422 199003 2 001 NIP: 19620626 199402 1 002
Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 November 2010
Sisilia Yuliaty Hariputri
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”
Islam memerintahkan penyebaran ilmu pengetahuan atau menyebarkan dakwah dengan cara dan bentuk apapun, baik tulisan maupun visual, termasuk di dalamnya mencetak, menjual dan mengedarkannya. Maka novel merupakan salah satu pilihan untuk dijadikan sarana penyebaran agama Islam, mengingat banyak diminati oleh berbagai kalangan. Berbeda dengan karya sastra lainnya, novel ini dikemas secara unik, penuh dengan hal-hal kontradiktif dan kontroversi. Meski demikian novel ini sarat akan pesan dakwah dan telah memberi tahu satu hal, bahwa beragama haruslah didasari dengan rasa ikhlas agar tidak mengalami kekecewaan seperti yang dialami oleh tokoh dalam novel ini.
Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!? dan pesan dakwah apa yang cenderung mendominasi isi novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!?.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Berelson analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dalam teknik analisis data dibuat kategorisasi pesan dakwah yang terdapat pada paragraf dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. Kemudian membuat lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, hasil kesepakatan tim juri dijadikan sebagai koefisien reabilitas dan terakhir melakukan penghitungan prosentase mengenai pesan dakwah yang dominan.
Dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! terdapat 11 sub judul, namun yang dijadikan objek penelitian hanya 4 sub judul. Kategori pesan dakwahnya adalah akidah, syariah, dan akhlak. Setelah dilakukan penghitungan maka dapat diketahui bahwa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ini adalah pesan akhlak dengan perolehan data sebanyak 0,44%, diikuti pesan syariah sebanyak 0,40%, kemudian pesan akidah sebanyak 0,16%.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini selesai.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan moril maupun spiritual dari berbagai pihak. Untuk semua itu tidak ada balasan yang sanggup penulis berikan kecuali ucapan terima kasih dari hati sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.
3. Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A., sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Mas Muhidin M. Dahlan yang telah bersedia memberikan informasi atas novel yang ditulisnya.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama mengikuti perkuliahan.
6. Ibu dan Bapak (Alm) tercinta yang dengan tulus memberikan kasih sayang dan dukungan tiada henti. Chessy, Catura, Fachru (kakak), dan Farid (adik) yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
untuk kuliah. Kebersamaan kita akan selalu dirindukan.
8. Sahabat-sahabatku, yang dengan setia memotivasi, membantu dan memberi informasi-informasi penting sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.
9. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10.Seluruh kerabat dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna baik untuk masa kini dan di kemudian hari bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi penulis pribadi. Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu mohon maaf atas segala kekurangan, tak lupa mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT., selalu melindungi kita semua. Amin.
Jakarta, 11 November 2010
Penulis
ABSTRAK……… i
KATA PENGANTAR………. ii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR TABEL……… vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5
1. Tujuan Penelitian………. 5
2. Manfaat Penelitian………... 6
D. Metodologi Penelitian……… 6
E. Tinjauan Pustaka……… 10
F. Sistematika Penulisan………. 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi ………... 13
B. Pesan Dakwah……… 14
1. Akidah……….. 15
2. Syariah………. 17
3. Akhlak……….. 18
C. Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya………. 20
D. Novel Sebagai Media Dakwah………...23
BAB III SEKILAS TENTANG MUHIDIN M. DAHLAN DAN KARYA-KARYANYA A. Riwayat Hidup Muhidin M. Dahlan……….. 25
B. Karya-karya Muhidin M. Dahlan………... 27
C. Gambaran tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”………. 28
DAHLAN
A. Pesan-pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku
Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan……….. 31
1. “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”………... 32
2. “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”……….. 35
3. “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”…... 38
4. “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”………... 40
B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”……….. 43
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan………. 45
B.Saran………... 46
DAFTAR PUSTAKA………... 48
LAMPIRAN……….. 50
vi
Tabel 1 Kategori Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku
Menjadi Pelacur!”………... 31
Tabel 2 Sub Judul yang Diteliti dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”………... 32
Tabel 3 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 32
Tabel 4 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”………... 33
Tabel 5 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 35
Tabel 6 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”………... 36
Tabel 7 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 38
Tabel 8 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”………... 39
Tabel 9 Koefisien Reabilitas Kesepakatan……….. 40
Tabel 10 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”………. 41
Tabel 11 Tingkat Kesepakatan antar Juri………... 51
Tabel 12 Rincian Kategori Pesan Akidah……….. 57
Tabel 13 Rincian Kategorisasi Pesan Syariah………... 63
A. Latar Belakang Masalah
Berdakwah menggunakan sarana media cetak tentunya membutuhkan bakat mengarang, karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan. Selain bersifat keterampilan praktis, pendekatan ini bisa juga disebut sebagai seni.
Lebih jauh lagi, ukuran keberhasilan seorang jurnalis Muslim dalam menorehkan penanya terletak pada adanya perubahan sikap dan perilaku sasaran dakwah. Oleh karena itu, da’wah bil qalam juga dimaksudkan untuk menghantar pembaca menjadi mahir dan efektif dalam hal menyampaikan gagasan dakwah, khususnya dalam bahasa tulis-menulis atau mengarang.1
Jalaluddin Rahmat dalam karyanya, Islam Aktual, mengatakan bahwa
da’wah bil qalam adalah dakwah melalui media cetak. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan teknologi informasi.2
Sejalan dengan perkembangan jaman, kini kita telah memasuki abad 21 akan tetapi, perkembangan informasi yang masuk ke rumah-rumah penduduk melalui televisi dan gelombang suara menyebabkan menurunnya minat membaca buku-buku keagamaan. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah informasi yang muncul lewat radio dan televisi sebagian besar merupakan informasi yang
1
Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, (Bandung: Teraju, 2004), h. 12.
2
Ibid, h. 120.
mengarah kepada konsumerisme dan hedonisme. Sehingga menjadi tantangan besar bagi para da’i untuk bisa mengambil perhatian masyarakat.3
Bagi seorang da’i yang memiliki komitmen dengan dakwah, kondisi di atas akan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Menulis buku-buku bernuansa dakwah adalah pilihan yang sudah selayaknya untuk dilakukan. Agar buku-buku menjelma fungsinya sebagai pencerdas dan pencerah umat.4
Berdakwah tidak harus berceramah, dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen (cerita pendek), cerbung (cerita bersambung), cergam (cerita bergambar) dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah di dalamnya. Beberapa penulis juga sudah melakukan hal ini. Bahkan sekarang pun beberapa ustadz juga telah menulis buku, hal ini tentunya juga sebagai suatu media dakwah. Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda.5
Saat ini masih banyak orang yang membaca sebuah karya sastra sekedar menikmatinya sebagai hiburan saja, tanpa berusaha untuk merenungkan apa pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggali isi pesan yang terdapat dalam sebuah novel atau karya sastra.
3
Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, (Bandung: Media Qalbu, 2004), h. 7.
4
Ibid, h. 29. 5
Novel yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan ini diadaptasi dari sebuah pengalaman nyata, yang mengisahkan seorang perempuan bernama Nidah Kirani, muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Kecintaannya pada agama membuat dia memilih untuk hidup yang sufistik. Dan keinginannya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.
Semangatnya dalam beragama seperti gayung bersambut ketika ia menerima doktrin-doktrin bahwa Islam yang ada di Indonesia sekarang ini tidak murni. Yang murni hanya ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dengan tafsiran, Islam itu bukan agama. Islam itu Dien atau sistem yang hukum-hukumnya ditata dalam syariat. Singkatnya ia ikut tergabung dalam organisasi itu, Organisasi dimana jemaahnya ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Setelah sekian lama tergabung dalam organisasi itu, ia merasa tidak ada kemajuan dalam organisasinya. Sistem yang tidak transparan yang di dalamnya terdapat kepalsuan dan kebohongan. Ia merasa sangat kecewa. Belum lagi banyak masalah yang timbul akibat keaktifannya dalam organisasi itu. Bukannya segera bertobat dan kembali ke jalan Allah. Ia malah justru merasa kecewa dengan Allah. ia merasa tidak ada intervensi dari Allah padahal ia telah sebegitu berjuangnya selama menegakkan agama.
lebih menguntungkan ketimbang hanya sekedar free sex dengan teman-teman kampusnya.6
Novel ini memberikan pesan kepada kita para pembaca, khususnya para orang tua agar memperhatikan pentingnya memupuk pemahaman agama Islam yang benar sejak dini, juga pentingnya keyakinan akan pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang dirundung konflik. Meski novel ini disinyalir mengundang kontroversi dan kecaman keras dari berbagai kalangan, namun ada juga yang memberikan pujian karena buku ini telah memulai suatu pengungkapan beberapa hal yang tak terungkap, menerobos tabu-tabu di mana banyak orang yang menghindarinya. Satu hal yang paling penting adalah membongkar kemunafikan dari sejumlah manusia yang bersembunyi di balik topeng-topeng perjuangan agama, ideologi, dan atas nama nilai-nilai kebajikan.7
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas karya Muhidin M. Dahlan ini dengan mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah penelitian ini dibatasi pada empat sub judul dari sebelas sub judul pembahasan yang ada dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan yang diterbitkan oleh Scripta Manent 2006.
6
Hadi, Bedah Buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya : Muhidin M Dahlan, artikel diakses pada 24 Oktober 2009 dari http://hadi.staff.uns.ac.id.
7
Yakni, Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangan Cinta-Mu!, Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia, Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan, dan Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
a. Apa isi pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan?
b. Apa pesan dakwah yang mendominasi isi novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel
Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam Pengakuan Kesatu, Pengakuan Kedua, Pengakuan Keempat, dan Pengakuan Kedelapan pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat menjadi sebuah kajian yang menarik dalam menempatkan novel sebagai salah satu media dakwah dan menambah khazanah serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi dan penyiaran Islam. Disamping itu, kita juga dapat menemukan pesan-pesan dakwah yang ada pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menambah wawasan untuk Islam, mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta para praktisi dakwah dan menunjukkan bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam mengembangkan tugas dakwah melalui tulisan, salah satunya dengan hasil karya sastra seperti novel.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
pesan yang nampak.8 Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah paragraf-paragraf yang ada pada empat sub judul pembahasan terpilih dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
karya Muhidin M. Dahlan. Sedangkan objek penelitiannya adalah isi pesan yang ada pada empat sub judul pembahasan terpilih dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu dengan membaca dan mengamati setiap paragraf dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.
b. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan variabel berupa catatan, buku-buku penelitian, dakwah, komunikasi, artikel, serta data lainnya tentang novel tersebut yang didapat dari internet.
4. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap paragraf yang masuk kedalam tiga kategori pesan dakwah, kemudian dianalisis untuk mencari isi pesan dakwah apa yang terkandung didalamnya.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam menganalisa data:
a. Melakukan kategorisasi terhadap paragraf-paragraf dalam novel
Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. Menurut Moch. Ali Aziz dalam
8
bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah, pesan dakwah terdiri dari tiga aspek yakni akidah, syariah dan akhlak. Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:
1) Akidah, yaitu tulisan-tulisan yang membahas tentang keyakinan, kepercayaan, keimanan yang termasuk dalam rukun iman.
2) Syariah, yaitu tulisan-tulisan yang memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam hal ibadah dan mua’amalah. Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan mu’amalah berkenaan dengan hidup antara sesama manusia seperti pernikahan, kewarisan, pidana, peradilan, ekonomi, sosial, dan budaya.
3) Akhlak, yaitu tulisan-tulisan yang membahas tentang etika, moral, budi pekerti manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya.
b. Memasukkan data kedalam lembar koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
c. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori-kategori isi novel dimintakan pengujian kategori kepada tiga koder atau juri untuk mengisi lembar koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan.
d. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas dihitung dengan rumus Holsty9, yaitu:
9
Koefisien Reabilitas: 2M N1 + N2
Keterangan:
2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri (komposit reabilitas), dengan menggunakan rumus:
Komposit Reabilitas: N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Keterangan: N = Jumlah juri
X = Rata-rata koefisien reabilitas antar juri
e. Kemudian dilakukan penghitungan prosentase mengenai pesan dakwah yang dominan yang terdapat dalam novel ini, selanjutnya menganalisa data. Prosentase pesan dakwah yang dominan dihitung dengan rumus:
P = F x 100%
N
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah
5. Teknik Penulisan
Penulis: Hamid Nasuhi dkk, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Ciputat: CeQDA, 2007).
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skiripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah dan Komunikasi maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan penulis, terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi tetapi sampai saat ini hanya menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang penulis ajukan, seperti:
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara garis besar ia membahas tentang pesan dakwah dan moral yang terdapat dalam novel Gadis Pantai. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Ia juga menggunakan 3 koder atau juri. Dengan kategori akidah, syariah dan akhlak. Selain itu, Toni Sultoni juga membahas pesan dakwah yang paling dominan dimana akidah menjadi urutan tertinggi dengan perolehan data sebanyak 38,1%, akhlak 28,6% dan syari’ah 11,2%.
itu, ia membahas pesan dakwah yang paling dominan yaitu akidah sebanyak 52,8%, akhlak 33,10% dan syariah 23,1%.
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Di Atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy, ditulis oleh Zakiyah Fiddin, 2008. Skripsi ini membahas tentang novel karya Habiburrahman El-Shirazy yaitu Di Atas Sajadah Cinta yang terdapat 38 pembahasan, namun yang diteliti hanya dari sampel bilangan ganjil dari 38 pembahasan maka yang diteliti hanya 19 pembahasan. Ia menganalisisnya per bab dan per dialog. Dalam kategori pesan, Zakiyah Fiddin membagi 3 kategori yaitu akidah, akhlak dan syariah. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Dalam skripsi ini ia membahas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel Di Atas Sajadah Cinta yaitu akidah dengan perolehan data sebanyak 52,63%, akhlak 26,31% dan syariah 5,26%.
Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah tidak satu pun penulis menemukan skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan. Dapat disimpulkan penulis ialah orang pertama yang mengangkat novel ini sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya Muhidin M. Dahlan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori yang terdiri dari pengertian analisis isi, pesan dakwah, pengertian novel dan jenis-jenisnya, novel sebagai media dakwah.
BAB III : Sekilas tentang Muhidin M. Dahlan dan karya-karyanya yang terdiri dari riwayat Muhidin M. Dahlan, karya-karyanya, dan gambaran tentang novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.
BAB IV : Pesan-pesan dakwah dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!, terdiri dari Pengakuan Kesatu, Kedua, Keempat, Kedelapan, dan pesan dakwah yang dominan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.
A. Pengertian Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.1 Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif bahkan keduanya sekaligus.2
Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.3
Berelson (1952) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu: analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.4
1
Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), Modul 1-9, edisi ke-2, h. 7.9.
2
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1993), Modul 1-9, edisi ke-2, h. 2.13.
3
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2007), cet. ke-2, h. 228.
4
Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 164 dan 171.
“Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas maka muncullah prinsip analisis isi:
1. Prinsip sistematik
Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.
2. Prinsip objektif
Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.
3. Prinsip kuantitatif
Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.
4. Prinsip isi yang nyata
Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak…”5
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita, radio, televisi, iklan maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian.6
B. Pesan Dakwah
Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al-da’wah. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis. Oleh sebab itu, apabila sebuah pesan dakwah bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis tidak dapat
5
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 229. 6
disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat Al-Qur’an sekalipun. Namun, jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsu semata, maka yang demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan penunjang (selain Al-Qur’an dan hadis).7
Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “Semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.8 Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari, membagi pokok-pokok ajaran Islam menjadi tiga bagian, yakni akidah, syariah, dan akhlak.9
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan dakwah yang harus disampaikan kepada objek dakwah (mad’u) mencakup beberapa aspek, sebagai berikut:
1. Akidah
Menurut bahasa, akidah diambil dari kata al-‘Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh dan mengukuhkan. Menurut istilah, akidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (meng-Esakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruknya, dan mengimani semua cabang dari
7
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 318-319. 8
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. ke-2, h. 43.
9
pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.10
Secara khusus akidah bersifat keyakinan bathiniyah yang mencakup rukun iman, namun pembahasannya tidak tertuju pada masalah yang wajib diimani saja tetapi juga masalah yang dilarang oleh Islam.11 Misalnya, meminta bantuan kepada selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisaa’ ayat 48:
⌧
☺
☺
☺
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.”12
Akidah merupakan dasar bagi setiap muslim untuk memberikan arah bagi kehidupan manusia. Akidah menjadi tema dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah. Oleh karena itu, akidah merupakan materi yang wajib disampaikan oleh para da’i, dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang keyakinan kaum muslim terhadap keberadaan Allah SWT dengan segala ke-Maha Kuasaan-Nya, maka akan menambah kecintaan para objek dakwah terhadap Tuhannya, sehingga terlahir
10
Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), cet. ke-1, h. 3.
11
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 49. 12
pribadi-pribadi muslim yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.
2. Syariah
Secara bahasa syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang. Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari akidah sebagai fondasi dan akhlak yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.13
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya begitu pula pergaulan hidup dengan sesama manusia.14 Ketetapan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, sedangkan ketetapan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya disebut muamalah.
a. Ibadah
Ibadah secara umum meliputi segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.15 Termasuk didalamnya thaharah, shalat, puasa, zakat, dan haji.16
13
Forum Studi Islam, Syariah, artikel diakses pada 08 September 2010 dari http://soni69.tripod.com/Islam/syariah.htm
14
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 61.
15
Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, h. 41.
16
b. Muamalah
Muamalah berarti aturan-aturan (hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, kebudayaan, dan sebagainya.17
3. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata
khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi, Abuddin Nata mendefinisikan akhlak adalah “Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi sebuah kepribadiannya”.18
Imam Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua bagian, yaitu akhlak yang yang terpuji (akhlaqul mahmūdah) dan akhlak yang tercela (akhlaqul madzmūmah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan amanah misalnya termasuk kedalam akhlak yang terpuji. Sedangkan berbuat dzalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, dan curiga termasuk kedalam akhlak yang tercela. Maka tentu saja akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT.19
Berdasarkan ruang lingkupnya, akhlak mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Pencipta. Berkenaan dengan akhlak
17
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), edisi 1-3, h. 2.
18
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4. 19
kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
Sedangkan akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti fisik, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya. Kemudian jika bertemu saling mengucapkan salam, berkata baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, mendo’akan, serta saling membantu.
Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lainnya. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengadung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.20
20
C. Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya 1. Pengertian Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.21
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan.22
Menurut Abdullah Ambary novel adalah “Cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya”.23 Sedangkan menurut Suprapto, “Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku”.24
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa novel sebagai salah satu bentuk dari karangan fiksi yang menceritakan kejadian luar
21
Wikipedia, Pengertian Novel, artikel diakses pada 4 Maret 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Novel.
22
Novel, artikel diakses pada 24 Oktober 2009 dari http://sobatbaru.blogspot.com. 23
Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia, (Bandung: Djantika, 1983), h. 61. 24
biasa dalam kehidupan seseorang dan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak setiap tokoh yang ada.
2. Jenis-jenis Novel
Menurut Mochtar Lubis yang dikutip oleh Umar Yunus, jenis-jenis novel terdiri dari:
a. Avontur, pada jenis novel ini dipusatkan pada seorang tokoh utama, pengalaman tokoh dimulai dari penglaman pertama diteruskan pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang dari rintangan satu ke rintangan lainnya, untuk mencapai tujuan. Biasanya novel ini mempunyai sifat romantis yang diperankan oleh seorang wanita, juga memiliki cerita yang kronologis.
b. Psikologis, jenis novel ini lebih mengutamakan pemeriksaan seluruhnya dari pikiran-pikiran pelaku. Berisi kupasan tentang watak, bakat, karakter para pelakunya serta kemungkianan perkembangan jiwa.
c. Detektif, novel jenis ini melukiskan penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian untuk membongkar suatu kejahatan. Dalam novel jenis ini dibutuhkan bukti-bukti agar dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya.
masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.
e. Kolektif, jenis novel ini melukiskan tentang semua aspek kehidupan yang ada atau semua jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita. Novel seperti ini tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja, tetapi juga ada pemeran pendukung.25
Sedangkan menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1986:29), jenis novel adalah sebagai berikut:
a. Novel Percintaan
Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara seimbang bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. b. Novel Petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita. Jika wanita disebut dalam novel ini maka penggambarannnya kurang berkenan. Jenis novel ini adalah bacaan pria. Karena tokoh-tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak masalah untuk laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan wanita.
c. Novel Fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini menggunakan karakter yang tidak realistis, setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penelitinya.26
25
Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 883. 26
D. Novel Sebagai Media Dakwah
Berdakwah di era informasi seperti saat ini tidak cukup jika hanya disampaikan melalui lisan tanpa bantuan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers (percetakan), radio, televisi, atau film. Karena kata-kata yang terucapkan dari manusia hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedang alat-alat komunikasi itu jangkauannya tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.
Novel adalah alat atau media tulisan yang digunakan juru dakwah dalam penyampaian pesan-pesan dakwah yang berbentuk karya sastra. Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 27:
☺
⌧
☺
☺
⌧
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”27
Dalam sebuah karya, utamanya novel selalu terdapat apa yang disebut dengan pesan moral. Novel yang ceritanya berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan akan lebih komunikatif dengan para pembacanya, mereka seolah-olah ikut berada dalam cerita tesebut. Bila sedang membaca terlebih lagi kisah yang dibaca mempunyai kesamaan dengan apa yang dialaminya, maka ia akan menangis dan tertawa sendiri. Dalam hal ini sesuai dengan makna dari kata amar
27
ma’ruf nahi munkar, dengan mempengaruhi orang lain agar timbul dalam dirinya pengertian, pengahayatan dan pengamalan ajaran agama Islam.
DAN KARYA-KARYANYA
A. Riwayat Hidup Muhidin M. Dahlan
Muhidin M. Dahlan. Biasa disapa Gus Muh. Lahir pada tengahan 1978.
Pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII), Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Muhidin M. Dahlan
adalah anak muda yang berani berikrar bahwa menulis adalah pilihan hidup.
Gagal kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (Teknik Bangunan) dan IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta (Sejarah Peradaban Islam) membuatnya harus
mengganti orientasi hidupnya. Akhirnya keterampilan menulis artikel maupun
resensi buku di sejumlah media massa membuatnya bisa untuk mempertahankan
hidup atau untuk sekadar membeli buku.
Secara terus terang, ketika pertama kali menulis untuk buletin di
organisasinya, Pelajar Islam Indonesia (PII), Muhidin hanya memindahkan tulisan
orang lain. Praktis tulisan pertamanya itu adalah hasil rangkuman dari sejumlah
buku. Seperti penulis pemula lainnya, saat tulisan dimuat ia sangat bangga.
Beberapa istilah yang sebenarnya tidak dimengerti pun menghiasi tulisannya
sebagai bentuk gagah-gagahan. Aktivitas dan energi menulis Muhidin terus
bergelora hingga saat kuliah di Yogyakarta.
Setelah sibuk mengelola buletin kampus yang jatuh bangun karena
keterbatasan dana dan penuh intrik, Muhidin mulai merambah media massa
nasional. Tulisan pertamanya yang berupa tanggapan atas tulisan orang lain
dimuat di halaman empat koran nasional terbesar di Indonesia. Padahal, halaman
empat koran tersebut disebut-sebut kalangan penulis sebagai halaman “angker”
karena kalau mengirimkan artikel untuk halaman itu harus siap-siap untuk
menerima jawaban khasnya: “Maaf kami kesulitan tempat untuk memuat tulisan
Anda yang berjudul ... .”
Menulis adalah setali dengan aktivitas membaca. Gila baca sejak di udik
adalah dasar berharga dalam perkembangan kegiatan kreatif Muhidin. Bahkan
saat mendapatkan honor tulisan hanya sebagian kecil saja untuk biaya makan
sebagian besar dialokasikan untuk membeli buku. Cinta dan komitmennya kepada
tulis menulis dan buku menjadikan Muhidin sangat kuat menahan lapar dan derita.
Anak pelaut yang cukup pintar, nekat pergi ke kota dan berproses dengan
pergulatan kehidupan kota Pelajar. Gagal menjadi sarjana, dan menemukan buku
sebagai pelabuhan hidupnya. Maka ia pun bergumul dengan buku sejadinya.
Hingga lahir anak-anak mengagumkan yang selalu menjadi kembang
perbincangan di dunia buku. Dari tangan mudanya terlahir Mencari Cinta (2002),
Di Langit Ada Cinta (2003), Terbang Bersama Cinta (2003).
Namanya mulai diperhitungkan ketika ia memilih judul yang mendobrak:
Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! (2003). Novel tentang pencarian seorang
perempuan muda akan Tuhannya itu yang kemudian menyeretnya ke beberapa
“persidangan” umum dengan caci maki yang meruntuhkan nyali. Buku itu di
bakar sekelompok ormas Islam dan dilarang beredar.1
Muhidin sendiri sebenarnya adalah “alumni” dari komunitas yang sangat
membenci Pancasila dan menganggap membom gereja adalah sebuah prestasi.
Tapi, ia berhasil memerdekakan diri dari belenggu indoktrinasi semacam itu.
1
Berbekal kesadaran dan pencerahan yang diperolehnya, ia mulai melakukan
otokritik. Namun, Muhidin tidak hendak menyatakan kritiknya itu dengan
ramai-ramai demonstrasi di jalan. Ia memanfaatkan kekuatan dan ketajaman pena
sebagai medium penggugah kesadaran dan penyebar daya otokritik. Muhidin
menggugat dengan sastra, dengan tulisan, salah satu cara yang elegan dalam
berpolemik.
Dengan segala kontroversinya, kehadiran Muhidin dengan karya-karya
alternatifnya itu layak diapresiasi. Di tengah-tengah masyarakat yang lebih suka
memaksakan “kaca buram” untuk melihat dan menilai diri sendiri, Muhidin
membawakan semangkuk “air sastra” nan jernih yang bisa dipakai untuk berkaca
dan mengkritisi diri.2
B. Karya-karya Muhidin M. Dahlan
Beberapa buku yang ditulis Muhidin M. Dahlan dan pernah diterbitkan
antara lain, yaitu:
1. Sosialisme Religius (Kreasi Wacana, 2000).
2. Postkolonial: Sikap Kita Terhadap Imperialisme (Jendela, 2001).
3. Amnesti: Antologi Cerpen 12 Nobelis dan 2 Begawan Sastra Lainnya
(Jalasastra, 2002).
4. Mencari Cinta (Pustaka Sufi, 2002).
5. Di Langit Ada Cinta (Pustaka Sufi, 2003).
6. Aku, Buku dan Sepotong Sajak Cinta (Scripta Manent, 2003).
7. Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! (Scripta Manent, 2003).
2
8. Terbang Bersama Cinta (Melibas, 2004).
9. Adam Hawa (Scripta Manent, 2005).
10. Kabar Buruk dari Langit (Scripta Manent, 2005).
Berikut ini adalah buku-buku yang ditulis bersama penulis lainnya:
1. Pledoi Sastra: Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung
Kipanjikusmin (Melibas, 2004).
2. Laporan dari Bawah: Sehimpunan Cerita Pendek Lekra 1950-1965
(Merakesumba, 2007).
3. Tanah Air Bahasa: Seratus jejak Pers Indonesia (Blora Institute, 2007).
4. Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra 1950-1965 (Merakesumba,
2008)
5. Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan
Harian Rakjat 1950-1965 (Merakesumba, 2008).
6. Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku (Indonesia Buku,
2009).
C. Gambaran Tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Ini kisah perempuan bernama Nidah Kirani. Dia seorang muslimah yang
taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya
dihabiskan untuk salat, baca Al-Qur’an, dan berdzikir. Dia memilih hidup yang
sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya menonsumsi roti ala
kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu: untuk menjadi
Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecawaan. Organisasi garis keras
yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa
mengantarkan ber-Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis
sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang
tertutup. Berkali-kali digugatnya kondisi itu, tapi hanya kehampaan yang hadir.
Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung
jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya.
Dalam keadaan kosong itulah ia terjerembab dalam dunia hitam. Ia
melampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obatan
terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan, kan kutuntaskan
pemberontakan pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya
tanpa ada secuil pun raut sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap
topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya―baik aktivis
sayap Kiri maupun sayap Kanan (Islam)—yang selama ini lantang meneriakkan
tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen Kampus
Matahari Terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia
remang pelacuran yang ternyata merupakan anggota DPRD dari fraksi yang
selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia.
Jika dilihat dari isinya novel ini tentu mengalami banyak kontroversi dan
menyulut reaksi yang berlebihan dari berbagai kalangan. Ada yang mengatakan
bahwa Muhidin berusaha menyudutkan gerakan Islam tertentu. Ada pula yang
mengatakan dia kafir dan mengusung ide-ide kufur yang sangat Marxis dengan
derajat kebencian terhadap agama yang luar biasa besarnya.3
3
Namun di sisi lain ada juga yang memberikan kritik yang proposional dan
tak disertai dengan kemarahan yang meluap-luap sebab buku ini tak ada
apa-apanya dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi di sekeliling kita. Ada yang
berpendapat bahwa buku ini roman teologis yang memberi ajar dan memberitahu
satu hal bahwa beragama harus ikhlas supaya tidak ditimpa kekecewaan
sebagaimana yang dialami oleh tokoh yang ada dalam buku ini. Seorang psikologi
yang turut membedah buku ini bahkan mengatakan bahwa buku ini telah
memerkaya khasanah dunia psikologi ihwal kejiwaan seorang manusia ketika
bersentuhan dengan agama.4
4
DALAM NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN
A. Pesan-Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan
Kategori pesan dakwah yang terkandung dalam novel Tuhan, Izinkan Aku
Menjadi Pelacur! adalah akidah, syariah dan akhlak. Sedangkan pada setiap
kategori dibagi dalam beberapa sub kategori. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di
bawah ini:
Tabel 1
Kategori Pesan Dakwah
dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”
No. Kategori Sub Kategori
1. Akidah
a. Iman Kepada Allah b. Iman Kepada Malaikat c. Iman Kepada Kitab d. Iman Kepada Rasul e. Iman Kepada Hari Kiamat f. Iman Kepada Qadha dan Qadar
2. Syariah a. Ibadah b. Muamalah
3. Akhlak a. Mahmudah b. Madzmumah
Pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! ini terdapat 11 sub judul,
namun yang dijadikan objek penelitian hanya 4 sub judul. Berikut ini adalah sub
judul yang diteliti:
Tabel 2
Sub Judul yang Diteliti dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” No. Urutan
Sub Judul Sub Judul Cerita
Jumlah Pargaraf 1. 1 Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku
dalam Hangat Cinta-Mu! 62
2. 2
Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum
Tuhan di Indonesia
49
3. 4 Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan
Imanku Disiakan 35
4. 8 Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah
adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu 26
Dari semua sub judul di atas diteliti pesan-pesan dakwah yang terkandung
dalam setiap sub judul tersebut dengan kategori dan sub kategori yang telah
dibuat, dan narasi yang diteliti dalam novel tersebutberbentuk paragraf.
Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori isi pesan dakwah
dalam Pengakuan Kesatu, Pengakuan Kedua, Pengakuan Keempat, dan
Pengakuan Kedelapan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!,
diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dari
orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penilaian secara objektif.
Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas.
Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul pertama:
1. “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!” Tabel 3
Koefisien Reabilitas Kesepakatan
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,85
(itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).
Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,97 (itu berarti menunjukkan kesepakatan
yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,85
(itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab
sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar
juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,96, itu berarti terjadi tingkat
kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.
Setelah dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas
kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan
dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik
kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam sub judul Pengakuan Kesatu:
Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!. Berikut ini adalah hasil
prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:
Tabel 4
Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul
“Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Akidah 11 0,18
2. Syariah 34 0,55
3. Akhlak 17 0,27
Dalam sub judul yang pertama ini pesan syariah memperoleh hasil
tertinggi sebanyak 0,55%, selanjutnya pesan sebanyak akhlak 0,27% dan urutan
terakhir pesan akidah sebanyak 0,18%.
Pada sub judul ini mengisahkan tentang seorang wanita muslimah yang
ghirah keagamaannya sedang tumbuh. Cita-citanya hanya satu, yakni menjadi
muslimah yang memeluk Islam secara kaffah. Keinginannya seolah terjawab
dengan kehadiran sosok laki-laki yang bernama Dahiri, ia adalah salah seorang
teman dalam kelompok pengajiannya. Dari temannya yang bernama Dahiri inilah
Nidah mengetahui bahwa ada satu jemaah yang mempunyai misi suci, yaitu
menyelamatkan akidah keislaman umat Islam di Indonesia dan membuatkan
wadah yang suci bagi kemaslahatan hidup mereka.
Singkat cerita, setelah beberapa pertemuan mendengarkan penjelasan dari
temannya yang baru dikenal itu akhirnya Nidah memutuskan untuk ikut
bergabung dalam jemaah tersebut. Rupanya Nidah tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan mulia ini, setiap hari aktivitasnya diisi dengan beribadah. Ia pun
dengan segala ketotalan hatinya memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah,
ayat-ayat-Nya, hukum-hukum-Nya, di bawah pimpinan seorang khalifah.
Berikut ini adalah salah satu kutipan pargraf yang ada pada sub judul
Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!:
Dari paragraf di atas tokoh utama dari novel ini memahami betul
bagaimana seharusnya mempersiapkan mental untuk menghadapi tugas yang
berat, yakni berdakwah kepada orang lain. Sebagaimana yang dilakukan oleh
Nabi SAW., Nidah memperdalam pemahamannya tentang Al-Qur’an. Disamping
itu ia juga meningkatkan prestasinya dalam menjalankan salat.
Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Imran
bin Hushain, ia berkata:
رآﻨ او
ﺀﺎﺸﺧﻓ اﻦﻋ
ﻰﻬﻨﺗ
ةﻼﺼ اﻦا
:
ﷲا ﻮﻗ
ﻦﻋ
ﺴﻮ
ﻪﻴ ﻋ
ﷲا
ﻰ ﺼﻲﺑﻨ ا
لﺋﺴ
Artinya: “Nabi SAW., pernah ditanya oleh seseorang tentang tafsir ayat: ‘sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.’”
Dari kutipan Hadis di atas maka jelaslah bahwa salat akan menjadi
benteng bagi diri kita, agar tehindar dari perbuatan keji, seperti berzina,
merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan munkar
lainnya. Maka salat yang dikerjakan dengan khusyu’ akan melatih kita untuk
selalu zikir, yaitu selalu ingat kepada Allah.1
2. “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”
Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul
kedua:
Tabel 5
Koefisien Reabilitas Kesepakatan
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai Ke 1 & 2 49 36 13 0,73 Ke 1 & 3 49 4 8 0,84 Ke 2 & 3 49 35 14 0,71
1
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,73
(itu berarti menunujukkan kesepakatan cukup tinggi antar kedua juri).
Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,84 (itu berarti menunjukkan kesepakatan
yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,71
(itu berarti menunujukkan kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab
sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar
juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,90, itu berarti terjadi tingkat
kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.
Setelah dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas
kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan
dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik
kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam sub judul Pengakuan Kedua:
Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia.
Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah
dihitung:
Tabel 6
Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul
“Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Akidah 6 0,12
2. Syariah 22 0,45
3. Akhlak 21 0,43
Dalam sub judul kedua ini pesan syariah kembali menjadi pesan dakwah
yang memperoleh proesentase tertinggi sebanyak 0,45%, selanjutnya pesan akhlak
sebanyak 0,43% dan pesan akidah sebanyak 0,12%.
Pada sub judul yang kedua ini menceritakan tentang kepindahan Nidah
dari pondok pesantren ke pos jemaah yang baru ia masuki. Awalnya setelah
memutuskan untuk pindah, Nidah merasakan semangat yang sangat
menggebu-gebu dan berharap dapat menemukan banyak hal baru yang akan menambah nilai
ibadahnya. Namun, yang ia dapati bertolak belakang dengan apa yang selama ini
dibayangkan, para jemaah di sana jauh dari semangat perjuangan bahkan
ibadahnya sangat biasa. Terbawa suasana dan lingkungan pos jemaah, ibadah
Nidah kian menurun. Ditengah kebingungannya ia memutuskan untuk pindah ke
pos jemaah lainnya, tapi keadaan di sana pun sama buruknya bahkan membuat sisi
sufistik dalam dirinya yang susah payah ia bangun mulai pudar.
Karena menyempitnya ruang dakwah dan hambarnya sisi sufistik di pos
barunya, Nidah memilih rutin mudik ke kampung halamannya di Wonosari.
Melihat kampungnya yang tandus dan warga yang jauh dari agama, Nidah
tergugah untuk memperbaiki keadaan kampungnya. Ia mengisi pengajian di
masjid, menanamkan semangat juang untuk membangun negara Islam di bumi
Indonesia dan mendoktrin jemaahnya dengan doktrin yang ia dapat dari pos
jemaah, terutama para remaja. Pada awalnya semua berjalan lancar, tapi tak lama
warga sekitarnya merasa terganggu atas kehadirannya dan menganggap Nidah
membawa ajaran sesat. Alhasil Nidah diusir dari kampungnya. Karena peristiwa
itu, para petinggi jemaah mengungsikan Nidah dari pos jemaahn ke sebuah
Berikut ini adalah salah satu kutipan paragraf yang ada pada sub judul
Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum
Tuhan di Indonesia:
Khatam juga aku membacai dan memahaminya. Lalu apa lagi yang akan kulakukan? Aku ingin sekali berdiskusi dan bertukar pikir, tapi dengan siapa. Sepertinya orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Karena tidak ada diskusi yang intensif, aku pun memperkuat ibadahku—tepatnya mempertahankan prestasi ibadah yang telah kucapai sebelumnya di Pondok Ki Ageng. Begitu setiap harinya. (h. 59, prg. 67)
3. “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”
Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul
ketiga:
Tabel 7
Koefisien Reabilitas Kesepakatan
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai Ke 1 & 2 35 27 4 0,77 Ke 1 & 3 35 32 3 0,91 Ke 2 & 3 35 27 4 0,77
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,77
(itu berarti menunujukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri). Kesepakatan
antar juri 1 & 3 sebesar 0,91 (itu berarti menunjukkan kesepakatan yang sangat
tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,77 (itu berarti
menunujukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab
sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar
juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,93, itu berarti terjadi tingkat
Pada sub judul ketiga dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri
atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang
mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga
dapat ditarik kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam sub judul
Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan. Berikut ini adalah hasil
prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:
Tabel 8
Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul
“Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Akidah 9 0,26
2. Syariah 2 0,06
3. Akhlak 24 0,68
Total 35 100
Dalam sub judul ketiga ini pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dengan
prosentase sebanyak 0,68%, selanjutnya akidah sebanyak 0,26% dan syariah
sebanyak 0,06%.
Pada sub judul ketiga ini menceritakan tentang keterpukulan Nidah setelah
pengusiran dan kepindahan yang dialaminya. Ia merasa apa yang ia dapat
sekarang tidak sepadan dengan apa yang telah dilakukan, semua usahanya sia-sia.
Ia terjebak dalam pikiran yang semeraut, entah siapa yang harus disalahkan atas
apa yang ia alami saat ini. Setelah lama berseteru dengan pikirannya, ia
memutuskan bahwa penyebab semua ini adalah tuhannya. Kini Nidah mulai
Ditengah kegalauan hatinya, datang Hudan si pengedar narkotika. Orang
yang dahulu selalu ia kecam jalan hidupnya sebagai manusia terkutuk, tapi kini
Hudan menjadi teman baiknya. Teman yang mengenalkan dunia malam dan
jalanan, dunia baru dalam sejarah kehidupan Nidah.
Berikut ini adalah salah satu kutipan paragraf yang ada pada sub judul
Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan:
“Tuhan, kenapa aku Kau perlakukan seperti ini. Kamu tahu betapa aku bersungguh-sungguh berniat untuk menjadi hamba. Lihatlah Kau apa yang kulakukan selama ini. Aku telah berinfaq sedemikian banyak. Bahkan lebih besar dari yang lain-lain di jalan yang Kau ridhai. Kalau malam aku dirikan salat. Itu semua kutunjukkan untuk mengabdi kepada-Mu semata. Tapi mengapa itu semua harus berujung dengan kekecewaan.” (h. 100, prg. 122)
Hikmah yang dapat kita ambil dari paragraf di atas yaitu, ketika kita
mengalami kekecewaan atas kondisi yang sebenarnya tidak diinginkan maka
jangan tiba-tiba menyalahkan kuasa Tuhan. Perlu disadari bahwa sebagai
manusia, kita harus lebih banyak intropeksi diri atas segala perilaku yang telah
diperbuat. Kita juga diingatkan untuk selalu berserah diri kepada Allah dan
memohon ampun kepada-Nya.
4. “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”
Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul
keempat:
Tabel 9
Koefisien Reabilitas Kesepakatan
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 1 (itu
berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).
Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,92 (itu berarti menunjukkan kesepakatan
yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,92
(itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab
sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar
juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,98, itu berarti terjadi tingkat
kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.
Selanjutnya ada sub judul keempat pun dilakukan penghitungan reabilitas
terhadap tiga juri atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya
paragraf-paragraf yang mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah
frekuensi sehingga dapat ditarik kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah
dalam sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang
Pernah Kutahu. Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan
dakwah yang telah dihitung:
Tabel 10
Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul
“Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”
No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase
1. Akidah 2 0,08
2. Syariah 11 0,42
3. Akhlak 13 0,5
Dalam sub judul yang terakhir ini pesan akhlak kembali menjadi posisi
tertinggi dengan prosentase sebanyak 0,5%, selanjutnya pesan syariah 0,42% dan
pesan akidah 0,08%.
Dalam sub judul keempat ini menceritakan tentang kehidupan baru Nidah
yang menyeretnya jauh dari kebaikan. Terlebih setelah Nidah mengenal Didi,
darinya Nidah mengenal pergaulan bebas (free sex). Nidah mulai terbiasa jatuh
dari pelukan satu pria ke pria lainnya, dari satu losmen ke losmen lainnya. Setelah
lama menjalin hubungan dengan Didi, teman yang pernah Nidah kencani tersebut,
Didi memaksa Nidah untuk menikah dengannya. Tapi Nidah menolak karena
menurutnya menikah hanya akan menghapus kebebasannya dalam bergaul.
Karena ajakannya ditolak, maka Didi mengadukan Nidah pada orang tuanya, ia
menuturkan bahwa Nidah telah terlibat dalam free sex. Tak lama setelah
pengaduan Didi itu, ayah Nidah meninggal dunia. Sempat terbesit perasaan
bersalah di hati Nidah, tapi itu tidak berlangsung lama karena menurunya,
kematian itu sudah takdir dan tak harus ditangisi berlebihan.
Berikut ini adalah salah satu kutipan pargraf yang ada pada sub judul
Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu:
Dengan ketakutan aku mundur dan menyandar di dinding. Tapi Didi mengejarku dan terus mendekatiku. Dari matanya yang merah, aku melihat bara. Ada lidah dendam yang mengesumat dari sinarannya. Kedua tangannya menangkap tanganku, menelikungnya, dan dengan cepat tangan kanannya mencekikku. Aku meronta. Tapi dia tak melepaskan cekikannya. (h. 202, prg. 166)
Perilaku kasar yang dilakukan Didi terhadap Nidah sebaiknya jangan
ditiru, karena pada saat kita marah sesungguhnya setan sedang menguasai diri
seseorang sebaiknya kita bersabar dan memaafkannya, karena itu adalah sikap
yang dianjurkan dan niscaya Allah akan menyangi orang yang berbuat baik.
B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”
Berdasarkan perolehan data-data di atas, maka dapat diketahui bahwa
pesan-pesan yang dominan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! ini
yaitu: pertama, pada sub judul Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam
Hangat Cinta-Mu! syariah menjadi pesan dakwah yang dominan dengan
prosentase tertinggi sebanyak 0,55%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,27%
dan urutan terakhir pesan akidah sebanyak 0,18%. Kedua, pada sub judul
Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum
Tuhan di Indonesia pesan syariah kembali menjadi pesan dakwah yang
memperoleh proesentase tertinggi sebanyak 0,45%, selanjutnya pesan akhlak
sebanyak 0,43% dan pesan akidah sebanyak 0,12%.
Ketiga, pada sub judul Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku
Disiakan pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dengan prosentase sebanyak
0,68%, selanjutnya akidah sebanyak 0,26% dan syariah sebanyak 0,06%.
Keempat, pada sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh
yang Pernah Kutahu pesan akhlak kembali mendominasi memperoleh prosentase
tertinggi sebanyak 0,5%, selanjutnya pesan syariah 0,42% dan pesan akidah
0,08%.
Kemudian berdasarkan hasil pengolahan data dari keseluruhan sub judul