• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN SKRIPSI. Oleh YANUAR DWI VARDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN SKRIPSI. Oleh YANUAR DWI VARDANA"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

“TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR”

KARYA MUHIDIN M DAHLAN

SKRIPSI

Oleh

YANUAR DWI VARDANA

06122007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN BAHASA DAERAH FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

(2)

KARYA MUHIDIN M DAHLAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan

Bahasa, Sastra Indonesia, dan Bahasa Daerah

Oleh

YANUAR DWI VARDANA 06122007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN BAHASA DAERAH FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

(3)
(4)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. (Q.S Al-Insyirah 6-7)

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Yanuar Dwi Vardana ini telah diperiksa

dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji

Jember, 27-07-2011

Pembimbing I

Drs. Dardiri

Jember, 27-07-2011

Pembimbing II

Fitri Amilia, S.S.

v

(6)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh Yanuar Dwi Vardana ini telah Dipertahankan di depan dewan penguji pada Tanggal 27-07- 2011

Dewan Penguji,

Dr. Hanafi, M. Pd , Ketua NIP. 196708151992031002

Drs. Dardiri, Anggota

Fitri Amilia, S.S, Anggota

Mengetahui Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hanafi, M. Pd NIP. 196708151992031002

(7)

Puji syukur peneliti ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Unsur Intrinsik Dalam Novel Tuhan Izinkan Aku

Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian pendidikan strata satu pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Bahasa Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jember.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. Hanafi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas sekripsi ini;

2. Bapak Drs. Dardiri, selaku dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan penulis dalam pembuatan/penyusunan skripsi ini mulai awal hingga akhir; 3. Ibu Fitri Amalia, S.S, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktu memberi bimbingan dan pengarahan;

4. Dosen-dosen pembina mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberi bekal ilmu dan pengetahuan;

5. kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, pengorbanan dan untaian doa yang tidak pernah putus untuk masa depan penulis;

(8)

sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 27 Juli 2011 Penulis

(9)

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. papa dan mama tercinta, terima kasih atas bimbingan, dorongan, pengorbanan, dan segala jerih payah yang telah dicurahkan kepadaku dengan tulus sehingga skripsiku bisa terselesaikan dengan baik;

2. kakakku dan adik-adikku yang telah memberi dorongan semangat dan kecerian selama ini;

3. sahabatku Iftitahul Musta’adah dan sahabat-sahabat yang lain yang telah memberi semangat dan motivasi ;

4. dan almamaterku.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR ... i

HALAMAN JUDUL DALAM... ii

HALAMAN LOGO ... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN...vi

KATA PENGANTAR ...vii

PERSEMBAHAN ... ix DAFTAR ISI ... x ABSTRAK ... xii BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 6 1.5 Definisi Operasional... 7

1.6 Ruamg Limgkup Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Novel...9

2.2 Unsur-unsur Pembangun Novel... 9

2.2.1 Tema... 10

2.2.2 Alur... 12

2.2.3 Latar ... 15

2.2.4 Penokohan dan perwatakan...16

2.2.5 Konflik…... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ...21

3.2 Data dan Sumber Data ... 22

3.3 Instrumen Penelitian... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data...28

3.5 Teknik Analisis Data ...28

3.6 Prosedur Penelitian... 29

3.6.1 Tahap Persiapan... 29

3.6.2 Tahap Pelaksanaan ... 29

3.6.3 Tahap Penyelesaian...30

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ... 31

4.1 Data Tema... 31

4.1.1 Data Tema Mayor... 31

4.1.2 Data Tema Minor... 33

4.2 Data Alur...36

(11)

4.5 Data Konflik...55

4.5.1 Data Konflik Fisik ...55

4.5.2 Data Konflik Batin... 57

BAB V PEMBAHASAN ... 60 5.1 Tema ... 60 5.1.1 Tema Mayor... 60 5.1.2 Tema Minor... 62 5.2 Alur………... 65 5.3 Latar………... 68 5.3.1 Latar tempat... 69 5.3.2 Latar waktu... 70 5.3.3 Latar sosial... 72

5.4 Penokohan dan Perwatakan... 73

5.4.1 Tokoh utama... 74

5.4.2 Tokoh tambahan...76

5.5 Konflik……... 87

5.5.1 Konflik fisik... 88

5.5.2 Konflik batin... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran... 92

Daftar Rujukan ... 94

Lampiran ... 95

Pernyataan Keaslian Tulisan ... 96

Matrik Penelitian... 97

Sinopsis ... 99

Riwayat Hidup... 102

(12)

ABSTRAK

Vardana,Yanuar Dwi. 2011. Analisis Unsur Intrinsik Dalam Novel Tuhan Izinkan

Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Bahasa Daerah,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Jember.

Pembimbing : (1) Drs. Dardiri

(2) Fitri Amilia, S.S.

Kata kunci: Unsur intrinsik Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur

Dalam penelitian ini peneliti meneliti unsur intrinsik karena unsur intrinsik

lebih mempermudah dalam penelitian sehingga peneliti lebih memfokuskan

penelitiannya dengan mendeskripsikan tema,latar,alur,penokohan,perwatakan dan

konflik. Disamping itu pada novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya

Muhidin M. Dahlan mempunyai unsur intrinsik yang begitu menarik sehingga

peneliti ingin meneliti dari segi unsur intrinsiknya.

Penelitian dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin

M. Dahlan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif

bertujuan atau difungsikan untuk menggambarkan secara akurat dan sistematis

mengenai fakta atau sifat populasi daerah tertentu. Sedangkan kualitatif untuk

menggambarkan keadaan atau fenomena kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut

kategori tertentu untuk menarik suatu kesimpulan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi,

yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-

bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber

dokumen maupun buku-buku, koran, dan majalah. Sedangkan teknik analisis data

menggunakan kualitatif, yaitu untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif dari

bahasa tertulis. Teknik ini untuk mengolah data-data tentang tema, alur, latar,

penokohan, perwatakan dan konflik.

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu 1) Tahap persiapan ini

meliputi: pemilihan judul penelitian, konsultasi judul penelitian, pengadaan studi

pustaka, penyusunan rancangan penelitian, penentuan teknik pengumpulan data. 2)

Tahap pelaksanaan yang perlu dilaksanakan antara lain: mengumpulkan data,

kegiatan untuk menganalisis data, kegiatan untuk menyimpulkan hasil penelitian. 3)

Tahap penyelesaian yang dilakukan meliputi: penyusunan konsep laporan penelitian,

revisi laporan penelitian, penggandaan laporan penelitian.

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa tema pada novel Tuhan Izinkan

Aku Menjadi Pelacur yaitu kekecewaan seorang muslimah terhadap Jemaah, laki-laki

dan Tuhannya karena apa yang ia cita-citakan selalu gagal. Kemudian ia mulai

(13)

Alur dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur adalah alur maju

(progresif) yaitu tokoh utama bertemu dengan teman-temannya yang berada di

pesantren kemudian tokoh utama mengikuti organisasi akan tetapi ia kecewa karena

setiap tanya selalu dijawab dengan dogma yang tertutup. Akhirnya tokoh utama

terjerumus ke dalam dunia malam hingga tokoh utama memutuskan untuk menjadi

pelacur eksekutif.

Latar yang terdapat dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur meliputi

latar tempat, latar waktu dan latar sosial diantaranya : Pondok Ki Ageng, Pos Jemaah,

Desa Wonosari, Pasar Kembang dan Pantai Parangtritis. Pagi hari, hari kamis,

sebulan, empat bulan dan malam minggu. Kemiskinan yang dialami tetanggaku

(Nidah Kirani) dan Nidah Kirani telah melakukan diskusi dengan beberapa orang

yang ada di kampungnya.

Penokohan dan Perwatakan dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur

yaitu Nidah Kirani ( Tokoh Utama) berwatak bulat atau round caracter. Tokoh utama

ini di dukung oleh beberapa tokoh tambahan atau tokoh pembantu yang berwatak

datar atau flat caracter diantaranya adalah Rahmi, Dahiri, Sugi, Auliah, komandan

Sardi, Hudan Hidayat, Daarul Rachim, Fuad Kumala, Awaludin, Wandi, Kusywo,

Rahmanidas Sira, Didi Eka Tanjung dan Pratomo Adhi Prasodjo.

Konflik yang terdapat dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur

adalah konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik antara Nidah Kirani dengan Didi

Eka Tanjung dan konflik batinnya yaitu pertentangan batin tokoh Nidah Kirani yang

selalu merasakan kekecewaan kepada Jemaahnya, lelaki, dan kepada Tuhannya.

`

Jember, 27 Juli 2011

Penulis

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo, 1991:3). Sebagai sebuah karya imajiner, Sastra menggambarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan- nya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1998:2) bahwa fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan- hubungan antara manusia.

Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya sastra menawarkan model-model kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan.

(15)

Membaca sebuah karya sastra berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Menurut Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 1998:3). Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya sastra haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik.

Karya sastra terutama novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang digemari oleh pembaca atau penikmat. Wolf menyatakan,“Suatu roman atau novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu kronik kehidupan, merenungkan dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik hasrat-hasrat manusia” (dalam Tarigan, 1991:118). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti, tema, plot, tokoh (penokohan), latar, sudut pandang, dan gaya bahasa yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal tersebut mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu.

Karya sastra memiliki dua unsur yang dapat dikaji, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur karya sastra yang mendukung dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik karya sastra berupa tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur karya sastra yang mendukung dari luar karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik

(16)

karya sastra berupa nilai moral, nilai pendidikan, nilai agama, nilai sosial, dan latar belakang pengarang yang terdapat dalam novel tersebut.

Untuk memahami isi novel perlu dilakukan apresiasi yang benar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis unsur intrinsik, yaitu unsur-unsur pembangun karya sastra yang mendukung dari dalam karya sastra, yang lebih memfokuskan pada tema, alur, latar,penokohan,perwatakan dan konflik. Tema dan penokohan lebih dominan mewarnai penciptaan sebuah karya sastra. Sedangkan latar dapat mengimajinasikan tempat dan suasana yang terdapat dalam karya sastra. Konflik dapat menghidupkan jalan cerita. Karya sastra yang diangkat dalam penelitian ini adalah novel „Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur‟ karya Muhidin M. Dahlan yang diterbitkan oleh ScriptaManent pada tahun 2009.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti unsur intrinsik karena unsur intrinsik lebih mempermudah dalam penelitian sehingga peneliti lebih memfokuskan penelitiannya dengan mendeskripsikan tema,latar,alur,penokohan,perwatakan dan konflik. Disamping itu pada novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan mempunyai unsur intrinsik yang begitu menarik sehingga peneliti ingin meneliti dari segi unsur intrinsiknya.

Novel „Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur‟ menarik untuk diteliti karena novel ini adalah kisah nyata seorang muslimah yang akhirnya menjadi seorang pelacur. Dengan awal mulanya dia (Nidah Kirani) seorang muslimah yang kaffah yang haus akan pelajaran-pelajaran islam, akan tetapi dia tidak puas akan pendapat sahabat dan organisasi-organisasi islam yang pernah ia ikuti.

(17)

Akhirnya hanya rasa kecewa yang ia dapatkan, ditambah lagi dengan kekecewaan dia terhadap Tuhannya juga terhadap laki-laki yang telah dia cintainya pergi meninggalkan dia tanpa ada kabar. Dan pada suatu hari bertemulah dia (Nidah Kirani) dengan seorang dosennya sendiri yang menjadi mujikarinya. Setelah pertemuan itu dia telah berubah menjadi pelacur dan dia lupa akan latar belakang dulunya. Dia juga telah mengutuk dan melaknat Tuhannya sendiri karena atas rasa kekecewaanya terhadap Tuhannya sendiri.

Novel ini menarik untuk diteliti unsur intrinsiknya karena, berbeda dengan novel-novel religius yang lainya yang lebih menonjolkan tentang tema percintaan. Sedangkan novel „Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur‟ ini ceritanya lebih dominan dengan konflik dan pertentangan antara agama dengan Si pelaku (Nidah Kirani).

Novel tersebut mengisahkan ulang perjalanan seorang muslimah yang menjadi pelacur. Awalnya, Nidah Kirani, seorang mahasiswi dan aktivis jemaah Islam yang mencita-citakan tegaknya Islam kaffah dalam Daulah Islamiyah Indonesia, mengalami kekecewaan yang dalam. Sebab spiritualitas kawan sepergerakannya ternyata biasa-biasa saja, dan di samping itu dia merasa dibodohi karena tidak tahu program dan arah gerak jemaah. Pemikiran jemaah dinilainya sebagai dogma-dogma yang tak masuk akal. Maka Nidah Kirani memberontak dan lari dari jemaah dan mulai mencoba hidup baru secara bebas. Dia lalu bergaul dengan kehidupan malam, seks, dan narkoba. Lalu menjadi perempuan penganut

free-sex yang liar dan akhirnya menjadi pelacur profesional, di bawah seorang

germo yang juga dosennya sendiri sekaligus anggota DPRD dari sebuah fraksi yang sering meneriakkan tegaknya Syariat Islam. Semua perilakunya ini

(18)

dilakukannya karena kekecewaannya yang dalam, di samping untuk memberontak kepada Tuhan yang dianggapnya telah menghancurkan dirinya. Pada akhirnya, dia melakukan perenungan, dan sampailah dia pada suatu kemantapan untuk menjadi seorang pelacur, sebagai upaya untuk memaknai eksistensi dirinya, sekaligus untuk menunjukkan bahwa menjadi pelacur berarti menguasai dan menundukkan laki-laki, bukan dikuasai dan ditundukkan laki-laki seperti halnya dalam sebuah lembaga pernikahan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah tema novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan?

b. Bagaimanakah alur novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan ?

c. Bagaimanakah latar novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan?

d. Bagaimanakah penokohan novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan?

e. Bagaimanakah perwatakan novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan ?

f. Bagaimanakah konflik novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan ?

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan untuk mendiskripsikan:

a. tema dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan;

b. alur dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan;

c. latar dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan;

d. penokohan dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan;

e. perwatakan dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan, dan

f. konflik dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan acuan untuk mengembangkan bahan pengajaran apresiasi sastra.

b. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menelaah karya sastra dan dapat dijadikan alternatif pilihan apresiasi novel, karena dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam suatu karya sastra khususnya novel.

(20)

c. Bagi Lembaga Pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran program pendidikan Bahasa Indonesia di berbagai lembaga pendidikan.

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

a. tema adalah persoalan utama yang di ungkapkan pengarang dalam sebuah karya sastra.

b. alur atau plot adalah jalan cerita atau rangkaian-rangkaian peristiwa yang membentuk jalan cerita.

c. latar atau setting adalah tempat terjadinya suatu peristiwa atau cerita.

d. penokohan adalah individu ciptaan atau rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita.

e. perwatakan adalah bagaimana cara pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh dan bagaimana mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut dalam sebuah karya sastra, yang meliputi pembawaan antara bentuk psikologi, social, logis, dan sosiologis.

f. konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bias juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

g. novel adalah suatu karya sastra yang berupa cerita panjang (kronologi). Menceritakan suatu kejadian baik fiksi maupun nonfiksi.

(21)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Dikarenakan luasnya pembahasan materi dan untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam pembahasan, maka perlu kiranya penulis menjelaskan penelitian sebagaimana ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan. Dalam

penelitian ini yang akan diteliti meliputi tema, alur, latar, penokohan, perwatakan dan konflik.

(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Novel

Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas (Sumardjo, 1991:29). Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan alur yang kompleks, penokohan yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan latar cerita yang beragam pula, jadi ukuran luas hanya salah satu unsur fiksinya saja.

Kata novel berasal dari kata latin “Novellus” yang diturunkan pula dari kata “novies” yang berarti „baru‟. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. Selanjutnya di dalam The American College Dictionary menurut Tarigan, (1991:164) diterangkan bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representative dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

2.2 Unsur-unsur Pembangun Novel

Karya sastra merupakan satuan totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangun. Struktur novel terdiri atas berbagai unsur-unsur

(23)

yang membentuk suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998:36) mengatakan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya, yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur sebuah karya sastra juga diartikan sebagai hubungan antar berbagai unsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur intrinsik novel dapat berupa tema, penokohan, latar, alur, gaya, dan sudut pandang.

2.2.1 Tema

Setiap karya fiksi tentulah mengandung tema, namun isi tema tidak mudah untuk ditunjukkan. Tema haruslah dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan unsur-unsur pembangun yang lain (Nurgiyantoro, 1998:66). Sumardjo menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang akan dikatakannya itu dapat suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya, tentang kehidupan, atau komentar cerita. Semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.

Pada intinya tema adalah ide yang mendasari cerita, gagasan umum yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Penggolongan tema dilihat dari tingkat keutamaannya, dibedakan menjadi tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Menurut Nurgiyantoro, (1998:83) tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian cerita yang dapat didefinisikan sebagai makna bagian, makna tambahan.

(24)

Menentukan tema sebuah novel harus disimpulkan keseluruhan cerita tidak hanya didasarkan pada bagian-bagian tertentu cerita. Tema merupakan makna keseluruhan yang terkandung dalam cerita. Umumnya tema melukiskan oleh pengarang secara implisit. Esten (1990:88) memberikan ciri-ciri menentukan tema sebuah cerita, yaitu.

1) mencari persoalan yang paling menonjol.

2) menentukan persoalan yang paling banyak menimbulkan konflik.

3) menghitung waktu penceritaan peristiwa-peristiwa atau tokoh-tokoh dalam cerita.

Menurut Aminuddin (1987:92) dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut.

1) memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca;

2) memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca;

3) memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca;

4) memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca;

5) menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita. 6) menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang

ditampilkannya;

7) mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya;

(25)

8) menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Dalam memahami tema yang telah disinggung dalam delapan langkah di atas, terdapat unsur lain yang akan diperoleh ketika pembaca memahami tema yaitu lewat pemahaman pokok persoalan atau pokok pikiran, yang juga diistilahkan dengan subject matter.Menurut Aminuddin, (1987:93) Dengan memahami pokok persoalan atau pikiran tersebut pembaca akan menemukan nilai-nilai didaktis yang berhubungan dengan masalah kehidupan manusia.

2.2.2 Alur

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi yang lain. Menurut Kenny (1966:14) mengemukakan alur sebagai peristiwa –peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan sebab akibat. Jauh sebelumnya, seperti ditunjukkan di atas, forster (1970 (1927):93) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan adanya hubungan kausalitas.

Dengan mendasarkan diri pada logika cerita itu pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana yang terjadi terlebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari penempatannya yang mungkin berada diawal, tengah, atau akhir teks. Oleh karena pengarang memiliki kebebasan kreatifitas, ia dapat memanipulasi urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersifat linear kronologis. Dari sinilah secara teoritis kita dapat membedakan alur kedalam dua kategori : Yang pertama disebut sebagai alur lurus, maju, atau dapat juga

(26)

dinamakan progresif sedang yang kedua adalah sorot balik, mundur atau flash- back.

Alur lurus, progresif. Alur sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa- peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau : menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, permunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

Alur Sorot-balik atau disebut flash-back. Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Karya yang berplot jenis ini, dengan demikian, langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang telah meruncing. Padahal, pembaca belum lagi dibawa masuk-mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan itu, yang kesemuannya itu dikisahkan justru sesudah peristiwa-peristiwa yang secara kronologis terjadi sesudahnya.

Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun emplisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, sebuah teks naratif, tentulah ada awal kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya. Namun, alur sebuah karya fiksi sering tak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian mana pun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan

(27)

kejadian terakhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal cerita atau dibagian awal teks, melainkan dapat terletak dibagian manapun.

alur mempunyai beberapa tahapan sebagai berikut.

1) Tahap Penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandas tumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap Pemunculan Konflik, masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awalnya munculnya .konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya, berkesesuaian dengan tahap awal pada penahapan seperti yang dikemukakan diatas.

3) Tahap Peningkatan Konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatic yang menjadi inti cerita makin mencengkam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari. 4) Tahap Klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang

dilakui, dan atau ditimpahkan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat

(28)

ditafsirkan demikian. Tahap ketiga dan keempat pembagian ini tampaknya berkesesuaian dengan tahap tengah penahapan diatas.

5) Tahap Penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir diatas.

2.2.3 Latar

Latar merupakan unsur penunjang karya sastra yang sangat penting. Suatu cerita tidak akan hidup apabila tidak ditunjang dengan latar yang sesuai dengan cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998:217) berpendapat latar disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas, menciptakan suasana tertentu seolah-olah berada dalam kenyataan.

Nurgiyantoro (1998:227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, biasanya dalam suatu cerita terdapat lebih dari satu lokasi. Latar akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sejalan dengan perkembangan tokoh dan plot.

(29)

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu juga dikaitkan dengan latar tempat, sebab pada kenyataannya kedua unsur latar tersebut saling berkaitan. Keadaan yang diceritakan harus mengacu pada waktu tertentu karena latar waktu akan selalu berubah-ubah.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Latar sosial itu dapat berupa bahasa atau dialek tertentu, nama tokoh ataupun status sosial dan kedudukan orang yang bersangkutan. Latar dalam suatu cerita membantu pembaca untuk dapat mengimajinasikan tempat, waktu, dan suasana selama tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut berinteraksi.

2.2.4 Penokohan dan Perwatakan

Menurut Nurgiyantoro, (1998:165) Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah “tokoh” menunjuk pada orang atau pelaku. Sedangkan watak atau perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998:165) tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu

(30)

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam menampilkan tokoh pengarang dapat menggunakan berbagai macam cara. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi atau kehidupan yang sebenarnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Aminuddin (1987:79) mengatakan, “Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu”.

cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh antara lain:

1) melukiskan bentuk lahir dari pelaku;

2) melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikiran; 3) melukiskan bagaimana reaksi pelaku itu terhadap kejadian-kejadian; 4) pengarang dengan langsung menganalisis watak pelaku;

5) pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku;

6) pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelaku lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama.

Setiap tokoh mempunyai perwatakan sehingga kehadirannya berkarakter. Perwatakan tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu flat character atau watak datar atau watak sederhana dan round character atau watak bulat atau watak kompleks (Forster dalam Nurgiyantoro, 1998:181). Flat character atau watak datar adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu., satu sifat – watak yang tertentu saja. Sedangkan round character atau watak bulat adalah

(31)

tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya.

Menurut Purwanto, (1992:145). Pengertian watak seringkali pula dihubungkan dengan pengertian moral atau nilai-nilai estesis, yakni tentang apa yang disebut baik dan buruk. Watak ialah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang bersangkutan.

Menurut Ahmadi dan Munawar, (2005:159-160) Watak adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, dan sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil kebiasaan sejak dari kecil, atau sebagai hasil dari pengaruh pendidikan atau lingkungan sejak kecil.

Watak erat kaitanya dengan penokohan dan peristiwa-peristiwa cerita. Setiap orang mempunyai watak sendiri-sendiri yang berbeda dengan orang yang lain. Watak pelaku dalam sebuah cerita juga berbeda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan inilah yang akan menghidupkan suatu cerita.

Perwatakan adalah penggambaran watak tokoh dalam cerita. Perwatakan berarti hal-hal yang berhubungan dengan watak. Pada umumnya, jenis perwatakan dalam sebuah novel ada dua macam sebagai berikut.

a. watak datar, atau a flat character, masing-masing tokoh diungkapkan atau disoroti satu sudut yaitu segi wataknya saja atau sikap tertentu saja dari si tokoh (Kenney dalam Sudjiman, 1988:20). Tokpoh datar bersifat statis, didalam perkembangan lakuan, watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahan

(32)

adakalanya tidak berubah sama sekali. Dengan demikian, tokoh datar mudah diingat (Forster dalam Sudjiman, 1988:21).

b. watak bulat, atau a round character, yang melukiskan tokoh secara kompleks dari segala segi. Berbagai segi wataknya itu tidak ditampilkan sekaligus melainkan berangsur-angsur. Dengan demikian, tokoh bulat mampu mem- berikan kejutan karena tiba-tiba memunculkan segi wataknya yang tak terduga-duga (Sudjiman, 1988:20-21).

Cara pengarang membeberkan perwatakan tokoh-tokohnya, sebagai berikut: a. disampaikan sendiri oleh pengarang pada pembaca.

b. disampaikan oleh pengarang lewat apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh cerita itu sendiri.

c. disampaikan lewat apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang tokoh tertentu.

d. disampaikan lewat apa yang terwakili oleh tokoh itu sebagai pemikiran, perasaan, pekerjaan dan ulangan perbuatan (Rahmanto, 1988:72).

2.2.5 Konflik

Konflik (conflict), yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa peristiwa fungsional, utama, atau kernel), merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa (baik aksi maupun kejadian) akan sangan menentukan kadar suspense, cerita yang dihasilkan.

Konflik menyaran pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak me- nyenagkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh (-tokoh) cerita, yang, jika tokoh(-tokoh) itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan

(33)

memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Meredith dan Fitzgerald, 1972 : 27). Konflik, dengan demikian, dalam pandangan kehidupan yang normal-wajar- faktual, artinya bukan dalam cerita, menyaran pada konotasi yang negatif, sesuatu yang tak menyenangkan.

Menurut Stanton (1965:16) bentuk konflik, sebagai bentuk kejadian, dapat pula dibedakan ke dalam dua kategori yaitu konflik fisik dan konflik batin, Konflik fisik (konlik elemental) adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dan lingkungan alam. Konflik internal (konflik batin), di pihak lain, adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (tokoh- tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang dipergunakan dalam pe- nelitian ini. Yang mencakup rancangan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, teknis analisis data, prosedur penelitian, dan teknik analisis.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Aminuddin, 1990:14) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu rancangan yang mendeskripsikan suatu makna melalui data berupa kata-kata tertulis untuk memberikan gambaran secara konkret dalam penelitian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yang berupa kata- kata tertulis untuk mendeskripsikan data yang dianalisis oleh peneliti tentang tema, alur, latar, penokohan, perwatakan dan konflik dalam novel Tuhan Izinkan

Aku Menjadi Pelacur‟ karya Muhidin M. Dahlan.

(35)

22

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan atau paragraf- paragraf yang mendeskripsikan tema, alur, latar, penokohan, perwatakan dan konflik dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan yang diterbitkan oleh Scripta Manent cetakan ke tiga belas Mei pada tahun 2009, terdiri atas 264 halaman. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan.

3.3 Instrumen Penelitian

Peneliti adalah instrumen pokok dalam penelitian kualitatif (Aminuddin, 1990:15). Instrumen panunjang diperlukan untuk mempermudah dalam proses pengumpulan data. Instrumen penunjang yang digunakan meliputi:

1) studi pustaka, yaitu dengan menggunakan buku-buku kepustakan.

2) tabel data / tabulasi, yaitu penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan evaluasi.

(36)

PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

No. TEMA DATA DESKRIPTIF Halaman

(1) (2) (3)

(2)

(3)

(4)

(37)

PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

No

. PERISTIWA DALAM NOVEL DATA DESKRIPTIF Halaman

(1) (2) (3) (4)

(2)

(3)

(4)

(38)

DATA LATAR DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

No Latar Data

Deskriptif Latar Sosial

Latar Tempat Latar Waktu Halaman (1)

(2) (3) (4) (5) (6) (1) (2) (3) 25

(39)

DATA PENOKOHAN DAN PERWATAKAN DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

No. Nama Tokoh Data Deskriptif Halaman

Jenis Penokohan Jenis Perwatakan Tokoh Utama Tokoh Tambahan Round Character Flat Character (1) (2) (3) (4) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 26

(40)

DATA KONFLIK DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU

MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN

No. Data Deskriptif Halaman Konflk

Bathin Konflik fisik

(1) (2) (3) (4) (5)

(2)

(3)

(4)

(41)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian (Nawawi, 1990:95). Metode dokumentasi dalam penelitian ini lakukan dengan cara mengabstrakkan dan mengeksploitasikan sumber informasi pokok tertulis dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi

Pelacur‟ karya Muhidin M Dahlan.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mengolah data yang telah ada sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang dimaksud yaitu untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif dari bahasa tertulis. Teknik ini untuk mengolah data-data tentang tema, penokohan, dan latar yang digambarkan dalam novel Tuhan Izinkan Aku

Menjadi Pelacur‟ karya Muhidin M Dahlan Untuk menganalisis novel tersebut

menggunakan tahap-tahap sebagi berikut : a. membaca dan menyeleksi data

b. mengklasifikasi data c. menganalisis

(42)

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu: tahap persiapan; tahap pelaksanaan; dan tahap penyelesaian. Berikut pemaparannya.

3.6.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini meliputi:

pemilihan judul penelitian, konsultasi judul penelitian, pengadaan studi pustaka, penyusunan rancangan penelitian, dan penentuan teknik pengumpulan data.

Pemilihan judul penelitian dimaksudkan untuk memilih dan menetapkan judul yang akan dikaji. Konsultasi judul dimaksudkan untuk menetapkan judul yang sudah ditentukan. Pengadaan studi pustaka dilakukan guna mendapatkan landasan teori yang dijadikan dasar pijakan dalam penelitian. Penyusunan rancangan penelitian dilakukan untuk membuat pedoman dalam melaksanakan seluruh kegiatan sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Kegiatan terakhir dalam tahap ini adalah penentuan teknik pengumpulan data.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dilaksanakan yaitu mengumpulkan data, kegiatan untuk menganalisis data, kegiatan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Pengumpulan data digunakan untuk melacak sumber-sumber informasi yang relevan dengan masalah penelitian. Pengolahan data dimaksudkan untuk mem- peroleh hasil analisis secara kualitatif.

(43)

Teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil berupa kata-kata atau pernyataan-pernyataan yang dipisahkan menurut kategori yang diteliti guna memperoleh kesimpulan. Kegiatan terakhir adalah menarik kesimpulan hasil penelitian.

3.6.3 Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyusunan konsep laporan penelitian, revisi laporan penelitian dan penggandaaan laporan penelitian. Penyusunan konsep laporan penelitian dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sejelas mungkin tujuan dan hasil penelitian yang telah dicapai dalam bentuk tulisan. Revisi laporan penelitian dimaksudkan guna mengadakan perbaikan laporan penelitian yang sudah disetujui. Penggandaan laporan penelitian dimaksudkan untuk menyebarkan hasil penelitian sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(44)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Data Tema

4.1.1 Data Tema Mayor

Paparan data dan temuan penelitian tentang Tema Mayor sebagaimana pada

tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Paparan Data Tema Mayor

No

TEMA

Kode

Data

DATA DESKRIPTIF

Halaman

(1) Perjalanan

seorang

muslimah yang

akhirnya

menjadi seorang

pelacur.

(1)

(2)

(3)

Tiap malam tahajjud hingga azan

subuh bersahut. Setelah tahajjud aku

bersila diatas ranjangku dan

menyantap beberapa helai roti untuk

persiapan puasa esoknya.

Tapi disini, di pos baru ini, yang ku

dapatkan adalah kehiduapan yang

individualistik. Yang kudapatkan

disini adalah betapa kehidupan ukhti-

ukhti disini sangat matrealistik

Tuhan, kenapa aku Kau perlakukan

seperti ini Kamu tahu betapa aku

bersungguh-sungguh berniat untuk

menjadi hamba. Lihatlah Kau apa

yang kulakukan selama ini.

53

67

100

(45)

Lanjutan tabel 4.1

NO. TEMA Kode Data DATA DESKRIPTIF Halaman

(4)

(5)

Kini hari masih petang ketika aku sampai di kosku kampong Kauman. Kamarku berada dipojok paling timur lantai dua. Kukeluarkan pil-pil itu dari saku tasku. Wah, aku menjadi pelacur eksekutif dan akan menemani para pejabat itu tidur di hotel-hotel. Terimakasih Pak Tomo atas informasinya.

179

219

Dari data tabel 4.1 di atas telah ditemukan Tema Mayor pada Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan adalah asal-usul seorang muslimah yang menjadi pelacur karena kekecewaannya terhadap jemaah atau organisasi. Kekecewaan tersebut membuat tokoh utama dekat dengan pergaulan bebas dan obat-obatan terlarang.

(46)

No. TEMA Kode

Data DATA DESKRIPTIF Halaman

(1) (2) (3) (4) (5) Ketotalan beribadah ditunjukan dengan ibadah. Kekecewaan terhadap ritual keagamaan jemaahnya. Usaha melupakan kekecewaan.

Kekecewaan yang tidak terjawab. Kehilangan iman mengakibatkan kehilangan virginitas. (6) (7) (8) (9) (10)

Aku ingin membersihkan jiwaku dari kekotoran dunia ini sebagaimana sebelumnya. Aku ingin mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Tuhan. Maka inilah pemandangan sehari-hari yang kulihat dalam Pos Jemaaahku ini. Hampir setiap hari aku temukan kesantaian yang sangat dan bukan sosok- sosok yang bersiap –siap menyongsong kesyahidan.

Tapi semakin kueliminasi kekecewaan itu, semakin ia meraung dalam hatiku dan mengantarkanku untuk terus mengingat-ingat kejadian yang lalu-lalu. Berkali-kali kuadukan geleparan siksa ini kepada beberapa pemuka agama yang kukenal. Tapi jawaban mereka segendang sepenarian: ”sabar Nak Kiran, sabar. Allah sedang mengujimu.

Dan aku amat tahu bahwa aku tak mungkin bisa bertahan karena benteng iman dalam hatiku telah rata mencium tanah. Tuhan yang ku agung- agungkan yang ternyata mengecewakan sudah kuusir dan sudah tak bersemayam lagi disana yang bisa membantuku mempertahankan virginitasku. 24 61 87 98 127 4.1.2 Data Tema Minor

Paparan data dan temuan penelitian tentang Tema Minor sebagaimana pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Paparan Data Tema Minor

(47)

Lanjuatan tabel 4.2

No. TEMA Kode Data DATA DESKRIPTIF Halaman

(6) (7) (8) (9) (10) Kekecewaan ditinggalkan laki- laki yang dicintai. Kekecewaan membawa seseorang pada obat-obatan terlarang. Anggapan bahaya pernikahan adalah sarana memperbudak wanita. Keputusan menjadi pelacur.

Usaha untuk jujur pada diri sendiri dan Tuhan. (11) (12) (13) (14) (15)

Sungguh-sungguh aku malu. Lelaki ini telah merontokkan harga diriku dan mengairgarami luka keperempuanku dengan mangkirnya ia dari cinta yang ia lafadz-lafadzkan dahulu.

Ketika absurditas melemparku, maka ranah pelarianku adalah obat-juga tentu saja seks. Biasanya aku menenggak 10 atau 15 pil. Dan setelah melakukan itu, baru aku terdiam sambil mataku menangkap maya yang nanar.

Nikah katanya. Huh, nikah adalah ide paling aneh yang pernah kutahu. Tidak, nikah bagiku tak lain adalah pembirokrasian ego negatif dari cinta, yakni ego kepemilikan total yang berarti sebuah pemerkosaan dan

pemenjaraan sumber energi cinta yang dimiliki seseorang.

Pak tomo, terima kasih atas uluran tanganmu. Jadilah kau germoku dan aku suka cita menjadi pelacurmu. Pelacur yang menaklukkan banyak sekali kaummu.

Aku hanya ingin menangkap saripati kehidupan dengan bilahan-bilahan kejujuran, meski kejujuran itu dikitari oleh energi-energi negatif kehidupan yang menyumbat. Dan keinginanku menjadi pelacur adalah salah satu keinginan terjujur yang bisa kuberitahukan kepada-Nya.

134

168

197

225

(48)

35

Dari data tabel 4.2 di atas telah ditemukan Tema Minor pada Novel Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan sebagai berikut :

1) Ketotalan beribadah ditunjukan dengan ibadah. 2) Kekecewaan terhadap ritual keagamaan jemaahnya. 3) Usaha melupakan kekecewaan.

4) Kekecewaan yang tidak terjawab.

5) Kehilangan iman mengakibatkan kehilangan virginitas. 6) Kekecewaan ditinggalkan laki-laki yang dicintai.

7) Kekecewaan membawa seseorang pada obat-obatan terlarang. 8) Anggapan bahaya pernikahan adalah sarana memperbudak wanita. 9) Keputusan menjadi pelacur

(49)

No.

PERISTIWA

DALAM

NOVEL

Kode

Data

DATA DESKRIPTIF

Halaman

(1)

Tokoh utama

bertemu dengan

teman-teman

yang berada di

pesantren.

(Tahap

penyituasian)

(16)

(17)

(18)

(19)

Sebetulnya dalam Pondok itu aku bersama enam orang lainnya dengan

ranjang yang berjejer, mirip jejeran ranjang di rumah sakit. Dan Rahmi

adalah orang yang ranjangnya berdekatan dengan ranjangku yang kemudian

kutahu bahwa aku memiliki kecocokan dengannya.

Aku pun menuju sekertariat Dewan Mahasiswa. Beberapa orang kutemui

disana. Tiga lelaki dan satu orang muslimah. Ku utarakan maksudku ingin

membuat sebuah forum kajian yang membahas masalah-masalah keislaman.

Dan semua itu harus dimulai dari dunia yang paling kecil: diriku sendiri.

Ya, berawal dari diri sendiri, lalu keluargamu, lalu….. bukankah begitu

perintah agama?

Aku pasrah dan aku merasa aku sedang berjalan dijalan yang telah

dituntunkan Allah dan Rosulnya. Aku menuju ke pos pembaiatan. Kata Mas

Dahiri sebelumnya, pembaiatan akan dialangsungkan disebuah rumah yang

dihuni beberapa ikhwan.

28

32

42

45

4.2 Data Alur

Paparan data dan temuan penelitian tentang Alur sebagaimana pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Paparan Data Alur

(50)

Lanjutan tabel 4.3

No

PERISTIWA DALAM

NOVEL

Kode

Data

DATA DESKRIPTIF

Halaman

(2)

(3)

Tokoh utama mengikuti

organisasi tetapi selama

mengikuti organisasi

apa yang dia

pertanyakan tidak

pernah mendapatkan

jawaban yang tepat.

(Tahap Pemunculan

Konflik)

Tokoh utama

mengalami kegagalan

dalam mengikuti

organisasi dan akhirnya

ia marah kepada

Tuhannya.

( Tahap Peningkatan

Konflik)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

Dan ukti Salimah hanya diam dan meninggalkanku diruang depan. Ya,

Allah, santai beginikah perjuangan suci dan sangat subfersif ini.

Belum lagi kalu aku mengingat-ingat ketika aku dihardik oleh seorang

ukhti kala kedapatan membaca sebuah risalah yang ditulis Chaidar

tentang jemaah kami: “Hei Mbak Kiran, untuk apa kamu membaca

buku-buku seperti itu.”

Tapi kegumbrangan itu masih kueliminasi sedemikian rupa. Mungkin

ini hanya siklus sejarah dari sebuah pergerakan. Kuendap-endapkan

dalam hati, dalam hati seorang aktivis yang terus merangkak diatas

tanah ini.

Konflik dipos itu sudah tumbuh, tapi masih ku pendam-pendam. Bibit

konflik itu sudah makin tampak dengan main sembunyi-sembunyinya

kami, mulai dari soal makanan sampai pada niat lari dari Jemaah.

oh, betapa alasanku hidup selama ini hanya dan hanya menghamba

kepada Tuhan, menyucikan diri, berjihad hidup demi tegaknya sebuah

cita-cita.

Lalu bagaimana aku bisa meyakini Tuhan yang menyiksa begini. Yang

tidsk bisa kupikir, hanya akan dipaksa-paksa untuk bersabar, bersabar,

dan terus bersabar entah sampai kapan batasnya

66

84

86

89

99

100

(51)

Lanjutan tabel 4.3

No

PERISTIWA

DALAM NOVEL

Kode

Data

DATA DESKRIPTIF

Halaman

(4)

(5)

Tokoh utama

terjerumus ke dalam

dunia malam dan dia

melampiaskan segala

frustasinya dengan

free sex dan

mengonsumsi obat-

obat terlarang.

(Tahap Klimaks)

Tokoh utama

memutuskan untuk

menjadi seorang

pelacur eksekutif.

(Tahap Penyelesaian)

(26)

(27)

(28)

(29)

“ Lupakanlah tudinganku dulu. Maafkan. Aku butuh sekarang. Obat-obat

setan itu.” Dengan mata melotot Hudan melihat menatapku, seakan belum

percaya dengan pengelihatannya sendiri.

Ditengah badai seks yang menggulung separuh pandang hidupku, sisa-sisa

ingatanku akan Tuhan terus-menerus mencuri masuk yang membuatku

sering dalam kondisi ambang. Kerap kali aku kosong.

Lalu dia bilang : “ Tapi begini Nidah, wajahmu saya permak sedemikian

rupa di salon. Jadi kamu itu seolah-olah jadi pelacur eksekutif sekalian.

Kamu nanti saya tarifi dolar. Sekali pakai US$ 200.

Dan tentang duniaku yang baru, dunia pelacuran, aku sudah pamit baik-baik

dengan Tuhan, tapi jawaban tak juga bersahut. Suara Tuhan seakan lenyap

dari cakrawala kesadaranku.

109

167

218

(52)

39

Dari tabel 4.3 di atas telah ditemukan Alur Maju (Progresif) pada Novel

Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan yaitu :

1) Tokoh utama bertemu dengan teman-temannya yang berada di pesantren.(Tahap penyituasian)

2) Tokoh utama mengikuti organisasi tetapi selama mengikuti organisasi apa yang dia pertanyakan tidak pernah mendapatkan jawaban yang tepat.(Tahap pemunculan konflik)

3) Tokoh utama mengalami kegagalan dalam mengikuti organisasi dan akhirnya dia marah kepada Tuhannya.(Tahap peningkatan konflik)

4) Tokoh utama terjerumus ke dalam dunia malam dan dia melampiaskan segala frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obat terlarang.(Tahap klimaks)

5) Tokoh utama memutuskan untuk menjadi seorang pelacur eksekutif. (Tahap penyelesaian)

(53)

No Latar Data Deskriptif Kode Data Latar Tempat Latar Waktu Latar sosial Halaman (1) (2) (3) (4) (5) Pondok Ki Ageng Pos Jemaah Wonosari Pasar Kembang Parangtritis

Di Pondok Ki Ageng, isu tentang Jemaah yang ingin mendirikan Negara yang berdasar pada Islam di Indonesia merebak dan hangat. Pos Jemaah itu terletak di sekitar kampusku. Kampus Barek atau di utara Kampus Biru. Tepatnya di Kaliurang.

Wonosari, kampung diatas bukit kota Yogyakarta. Disanalah aku dibesarkan, ditumbuhkan, dipenuhkan.

Diboncengnyalah aku menuju kesatu titik: Pasar Kembang, sekalian melihat kerja para lonte

Motor itu terus meraung mengukur dengan cepat jalan raya Parangtritis dikepagian itu.

(30) (31) (32) (33) (34) Latar Tempat Latar Tempat Latar Tempat Latar Tempat Latar Tempat 39 57 70 118 124 4.3 Data Latar Tempat, Latar Waktu dan Latar Sosial

Paparan data dan temuan penelitian tentang Latar Tempat, Latar Waktu Dan Latar Sosial sebagaimana pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Paparan Data Latar Tempat, Latar Waktu dan Latar Sosial

(54)

Lanjutan tabel 4.4

No Latar Data Deskriptif Kode Data Latar

Tempat Latar Waktu Latar sosial Halaman (6) (7) (8) (9) (10) (11) Tiga bulan Pagi hari Hari Kamis Sebulan Empat bulan Malam Minggu

Tiga bulan aku berdakwah di Pondok, tapi hasilnya tetap nihil. Ku akui gerakanku di Pondok tidak leluasa. Pagi ketika selesai mengikuti kuliah pertama, aku mengumpulkan beberapa kawan sekelasku.

Dan hari kamis dipuncak screening itu. Hari dimana aku diambil sumpah. Hari ketika aku tunaikan puasa sunnah Senin Kamis.

Sudah sebulan aku menjadi warga baru di Pos. dan aku merasakan suasana lain, suasana aneh yang sama sekali diluar dugaanku

Empat bulan lamanya aku bersembunyi di kos. Setelah seorang informan menginformasikan bahwa keadaan sudah betul-betul aman.

Waktu itu malam minggu di masjid di tengah kampung. Sebelumnya orang kampung kaget.

(35) (36) (37) (38) (39) (40) Latar Waktu Latar Waktu Latar Waktu Latar Waktu Latar Waktu Latar Waktu 56 32 46 59 82 71

(55)

Lanjutan tabel 4.4

No Latar Data Deskriptif Kode Data Latar

Tempat Latar Waktu Latar sosial Halaman (12) (13)

Kemiskinan yang dialami tetanggaku (Nidah Kirani)

Nidah Kirani telah

melakukan diskusi dengan beberapa orang yang ada dikampungnya.

Bahkan, untuk mendapatkan uang, ada yang berjualan sate belalang di pinggiran-pinggiran jalan. Dan penyakit busung lapar adalah hal yang biasa terjadi ditanah ini. Betapa miskinnya tetangga- tetanggaku itu.

Dan tanpa sadar diskusi itu berlangsung sampai subuh. Ketika kulihat mereka semua sudah kepayahan, khotbahku kuhentikan.

(41) (42) Latar Sosial Latar Sosial 70 77

(56)

43

Dari tabel 4.4 di atas telah ditemukan Latar tempat, Latar waktu dan Latar sosial pada Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan yaitu sebagai berikut :

1) Latar tempat dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan meliputi : Pondok Ki Ageng, Pos Jemaah, Desa Wonosari, Pasar Kembang, dan Pantai Parangtritis.

2) Latar waktu dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan meliputi : Pagi hari, hari kamis, satu bulan, empat bulan,tiga bulan dan malam minggu.

3) Latar sosial dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan meliputi : Kemiskinan yang dialami oleh tetanggaku (Nidah Kirani) dan Nidah Kirani telah melakukan diskusi dengan beberapa orang dikampungnya.

(57)

No Nama

Tokoh Data Deskriptif

Kode

Data Halaman Jenis Penokohan Jenis Perwatakan

Tokoh Utama

Tokoh

Tambahan Round Character

Flat Character

(1) Nidah

Kirani

Setotal doktrin yang ia semburkan ke wajah ke hatiku, setotal itu pula aku berubah. Aku seperti duplikat Mbak Rahmi di pondok Ki ageng. Sehari- hari dalam aktifitasku kuisi dengan membaca al- qur’an lengkap dengan terjemahaanya.

Belum lekang juga ingatanku ketika aku coba menanyakan arah politik jemaah. Ini politiknya bagaiman dan ke depannya seperti apa, aku sama sekali tak tahu dan aku ingin sekali tahu

Beberapa kali kawan menyapaku begini, “eh, kiran kamu lagi ngapain? “Mana kutahu kenapa aku seperti ini. Begitu selalu jawabanku. Aku seperti berjalan di atas titian mimpi tentang rona dan fatamorgana hitam. (43) (44) (45) 41 84 167 Tokoh Utama Pintar, mempunyai rasa keingin tahuan yang besar, keras kepala, aktif diforum Jemaah islam dan mudah putus asa.

4.4 Data Penokohan dan Perwatakan

Paparan data dan temuan penelitian tentang Penokohan dan Perwatakan sebagaimana pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Paparan Data Penokohan dan Perwatakan

(58)

Lanjutan tabel 4.5

No Nama

Tokoh Data Deskriptif

Kode

Data Halaman Jenis Penokohan Jenis Perwatakan

Tokoh Utama

Tokoh Tambahan

Round

Character Flat Character

(2) (3) Nidah Kirani Rahmi Dahiri

Lalu aku menabraknya dan memeluknya di atas ranjang. Tapi kemudian kulepas setelah kurasakan dada tuanya sesak. Aku duduk kembali. Dia duduk kembali.

Rahmi, yang menjadi kawan cakapku di Pondok Ki ageng, memang seorang muslimah yang taat ibadahnya. Dari gerak-geriknya, aku melihat ada pembawaan yang lain dari teman-teman putriku yang lain yang selama ini kukenal

Kata Rahmi suatu ketika, hidup harus mengikuti cara Rasul. Semua gerak-gerik kita harus mengikuti tuntunan beliau : makan,minim semua-muanya, termasuk dalam berjalan.

Sekali dua kali kukeluhkan keraguanku itu kepada Mas Dahiri dan ia menyambut keluhanku itu dengan kata-kata dan sebarisan ayat suci. Ia buru aku dengan doktrin yang sungguh-sungguh meyakinkan (46) (47) (48) (49) 217 25 24 40 Tokoh Tambahan Tokoh Tambahan Taat beribadah dan dewasa Pintar dan tegas

(59)

Lanjutan tabel 4.5

No Nama

Tokoh Data Deskriptif

Kode

Data Halaman Jenis Penokohan Jenis Perwatakan

Tokoh Utama

Tokoh Tambahan

Round

Character Flat Character

(4)

(5)

Sugi

Auliah

maksud kamu kesini untuk apa? “Tanya Mas Sugi dengan gelombang suara teratur dan mantap. Dan aku pun menjawab standar, bahwa aku ingin berdakwah, aku ingin berjuang menyelamatkan aqidah umat Islam dan ikut serta memerjuangkan lahirnya Daulah Islamiyah di Indonesia.

Sebelum baiat dilangsungkan aku disuruh Mas Sugi membaca isi baiat. Ketika sudah selesai, aku mennganggukkan kepala tanda sudah paham dan menerima sepenuhnya isi baiat.

Aku pun hanya menganguk tanda takzim. Setelah dibaiat dan dibacakan hak dan kewajiban warga Negara Islam Indonesia, aku pun dioper ke Pos dimana biasa nya para ukhti berkumpul.

Karena itu ketika semua itu kurasa janggal setelah beberapa waktu lamanya aku bergabung,

kuberanikan diri untuk bertanya kepada Mbak Auliah. (50) (51) (52) (53) 48 49 50 61 Tokoh Tambahan Tokoh Tambahan Pintar dan Berjiwa pemimpin. Sabar dan Perhatian

Gambar

Tabel 4.1 Paparan Data Tema Mayor
Tabel 4.2 Paparan Data Tema Minor
Tabel 4.3 Paparan Data Alur
Tabel 4.4 Paparan Data Latar Tempat, Latar Waktu dan Latar Sosial
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat toretis dari penelitian ini dapat diketahui pembentukan dan makna kalimat tanya dalam wacana novel Tuhan, Izinkan Aku..

data (11) menanyakan unsur inti atau predikat. Deskripsi Makna Kalimat Tanya dalam Wacana Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya Muhidin M. Kalimat tanya mempunyai

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau disebut juga dengan content analysis yang bersifat kuantitatif. Metode tersebut adalah untuk mengkaji

Skripsi berjudul Analisis Patologi Sosial dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi. Pelacur Karya Muhidin M Dahlan telah diuji dan

Tujuan penelitian adalah (1) Mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi pelacur karya Muhidin M Dahlan; dan (2) Mendeskripsikan

bersifat lurus (progresif) sehingga jalan cerita mudah dipahami. Di mulai dari tahap perkenalan. Tahap perkenalan merupakan tahap awal sebuah cerita di mulai. Tahap

dalam Novel “Tuhan, Izinkan AKu Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Narasi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu. Sebuah teks yang merupakan narasi salah

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk konflik batin yang terjadi pada tokoh utama novel yang berjudul “Tuhan Izinkan Aku Menjadi