FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEMANDIRIAN PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 04 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN TAHUN 2009
OLEH:
AHMAD ZAKARIYA NIM: 105104003445
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KEMANDIRIAN PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 04 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
AHMAD ZAKARIYA NIM: 105104003445
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Desember 2009
iv
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMANDIRIAN PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI
MULIA 04 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Desember 2009
Pembimbing
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 Desember 2009
Penguji I
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat NIP: 132 146 260
Penguji II
Ita Yuanita S.Kp, M.Kes NIP: 150 408 677
Penguji III
vi
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 Desember 2009
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, 26 November 2009
Ahmad Zakariya, NIM: 105104003445
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009
xx + 67 halaman + 7 tabel + 6 gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan secara fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas sosial mereka, sehingga secara umum akan berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009.
Penelitian ini dilaksanakan di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Tahun 2009. Populasi penelitian adalah WBS (Warga Binaan Sosial) yang berjumlah kurang lebih 150 WBS, sedangkan jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 46 WBS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan study cross sectional. Pengumpulan data variabel dependen (faktor kesehatan dan faktor sosial) dan variabel independen (kemandirian lanjut usia) menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat berupa uji beda dua proposi (chi square).
Hasil penelitian menunjukkan dari 46 responden diperoleh 82,6% mempunyai kemandirian baik. Frekuensi responden mempunyai kondisi kesehatan baik diperoleh 52,2%. Frekuensi responden hubungan sosial baik diperoleh 78,3%. Hasil uji statistik chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang berarti antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia (Pvalue= 0,128) sedangkan antara kondisi sosial dengan kemandirian lansia mempunyai hubungan yang berarti (Pvalue= 0,007).
iii STUDY PROGRAME OF NURSING
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ahmad Zakariya, NIM: 105104003445
Factors Related to The Independence of Elderly Patients at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 04 Margaguna South Jakarta in The Year 2009 xx + 67 pages + 7 tables + 6 figures + 8 appendixes
ABSTRACT
Growing old is a natural process which means that someone has been through three life stages of childhood, adulthood and old age. These three different stages of both biological and psychological. Entering old age is to experience physical and psychological changes. These changes generally lead to deterioration of physical and psychological health that will ultimately affect their social activities, until in general will affect the independence of elderly patients in activities of daily living. The purpose of this study was to determine factors associated with the independence of elderly patients at Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Jakarta 04 Margaguna in the year 2009.
This research was carried out in 04 Budi Mulia PSTW Margaguna Year 2009. Population research is senior citizens or WBS (Warga Binaan Sosial). The number of populations approximately 150 WBS, while the number of samples of the study was 46 WBS. This study used quantitative research with cross sectional method. Dependent variable data collection (physical, psychological and social conditions) and the independent variables (self-reliance for elderly patient) using a questionnaire research instruments. Data analysis was performed univariate analysis of frequency distribution and bivariate analysis of two different tests of proportions (chi square).
The results of this study showed that the 46 respondents had gained independence about 82.6% are good and 17.4% for less independence in performing daily activities. Frequency of respondents have a good health condition obtained about 52.2%, while health conditions less obtained 47.8%, frequency of respondents obtained a good social relations 78.3%, while respondents who had less social relationships obtained 21.7%. The results of the chi-square statistical test showed no significant relationship between health conditions and independency of elderly patients (Pvalue = 0.128), while the social conditions and independency of elderly patient have a meaningful relationship (Pvalue = 0.007).
ix
KATA PENGANTAR
m
هتاكربو ها ةمحرو كي ع اسلا
Alhamdulillahirabbil’alamin adalah untaian kata terindah sebagai ungkapan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha Kuasa dari segala
yang ada di langit dan di bumi, atas Berkat dan RahmatNya lah sehingga skripsi yang
berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam, tidak lupa pula peneliti tujukan kepada junjungan kita,
baginda Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.
Salam dan rahmat semoga tetap tercurah kepada beliau beserta keluarga dan para
sahabat dekat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Peneliti secara ikhlas dan penuh kerendahan hati memberikan ucapan
terimakasih atas terselesaikannya laporan skripsi ini kepada:
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA,
selaku Dekan dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Umum Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai Pembimbing I skripsi serta
kepada, (Alm) Ns. Sri Mulyani, S.Kep. M.KM selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya serta dengan sabar membimbing dan memberikan
pengarahan kepada peneliti, semoga segala amalnya diterima disisi Allah SWT.
3. Segenap dosen dan staf yang telah membantu serta memberikan ilmu
x
Margaguna Jakarta Selatan atas segala kesempatan untuk melakukan kegiatan
penelitian dan pengarahan yang telah diberikan kepada peneliti.
5. Pihak PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan, Ibu Umi Sukriati, AMK
dan penanggung jawab ruangan, atas segala bimbingan, arahan dan motivasinya.
6. Ayahanda, Bapak H. Harun (alm), yang telah mengamanahkan kepada peneliti
dan saudara-saudara peneliti untuk menyelesaikan pendidikan sampai kuliah,
alhamdulillah ayah sekarang peneliti sudah menjalankan amanah itu, terima kasih tak lupa peneliti ucapkan juga kepada Ibunda, Ibu Hj. Rasiti yang telah sabar mendidik dan selalu mendo’akan peneliti untuk selalu sukses lahir bathin.
7. Saudaraku, kakakku tersayang terima kasih atas dukungan, bantuan dan
pengertiannya. Ang Jam dan Ka Rini, terima kasih atas pinjaman laptop selama penyusunan skripsi ini dan juga motivasi serta segala bantuannya demi
kesuksesan penyusunan skripsi ini.
8. Temanku (Jimmi Setiawan, Tati, Neneng, Fauziah) yang telah setia membantu
dalam pengambilan data serta segala motivasi dan dukungannya.
9. Fadil, Sauki, Azwar, atas tempat persinggahan selama penelitian berlangsung
bahkan sampai kita lulus bareng.
10.Azwar, Tati, Umsiah, Maya, sahabat yang selalu dalam senang maupun susah,
mendukung, memberi semangat, arahan, serta dukungan dalam segala hal.
11.Sahabat-sahabatku tercinta Ners’05 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu, terima kasih atas segala kenangan, perhatian, dukungan, arahan serta
bantuan yang telah diberikan yang akan selalu dikenang dalam kebersamaan
untuk selamanya.
12.Adik-adiku tercinta dalam seperjuangan di Ilmu Keperawatan, terima kasih atas
xi
Tiada gading yang tak retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun untuk kokohnya laporan ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya. Amin ya Rabbal ’alamin.
هتاكربو ها ةمحرو كي ع اسلاو
Jakarta, 23 Desember 2009
viii T
Taappaakk ttiillaass ppeerrjjaallaannaann hhiidduupp mmeemmbbuuttuuhhkkaann ssuuaattuu ppeerrjjuuaannggaann
S
Seellaammaa kkuurraanngg lleebbiihh eemmppaatt ttaahhuunn ddiirriikkuu mmeenniittii ppaaddaa jjeennjjaanngg p
peennddiiddiikkaann ppeerrkkuulliiaahhaann
D
Diimmuullaaiinnyyaa ddeennggaann ppaappaann iinnffoorrmmaassii tteerrttaannggggaall 1155 AAgguussttuuss 22000055 m
meennyyaattaakkaann bbaahhwwaa ddiirriikkuu ddiitteerriimmaa ddiikkaammppuuss iinnii
B
Beerraawwaall ddaarrii sseebbuuaahh cciittaa--cciittaa uunnttuukk ppeennggaabbddiiaann ppaaddaa SSaanngg IIllaahhii,, D
Diirrii,, MMaassyyaarraakkaatt,, NNuussaa ddaann BBaannggssaa
B
Beellaajjaarr aaddaallaahh kkeewwaajjiibbaannkkuu uunnttuukk ppeerruubbaahhaann ppeerriillaakkuu
A
Akkttiivviiss aaddaallaahh ppeerrwwuujjuuddaann sseeppeennuuhh hhaattii sseebbuuaahh ppeennggaabbddiiaannkkuu
K
Keessuukksseessaann aaddaallaahh kkeettaakkwwaaaannkkuu ppaaddaa SSaanngg IIllaahhii RRaabbbbii
I
Inniillaahh llaannggkkaahh sseebbuuaahh pprroosseess yyaanngg tteellaahh ddiirriikkuu llaalluuii ddaann ttiiddaakk h
haannyyaa bbeerrhheennttii ddiissiinnii,, ttaappii
S
Seebbuuaahh llaannggkkaahh ppeerrttaammaa uunnttuukk bbeekkaall mmeenniittii llaannggkkaahh--llaannggkkaahh s
seellaannjjuuttnnyyaa
S
Seemmooggaa ddaallaamm sseettiiaapp jjeennggkkaall llaannggkkaahh kkiittaa sseellaannjjuuttnnyyaa sseellaalluu m
meemmbbaawwaa ppaaddaa kkeebbeennaarraann ddaallaamm ppeennggaabbddiiaann ppaaddaa IIllaahhii,, DDiirrii,, N
Nuussaa ddaann BBaannggssaa
S
S
k
k
r
r
i
i
p
p
s
s
i
i
i
i
n
n
i
i
k
k
u
u
p
p
e
e
r
r
s
s
e
e
m
m
b
b
a
a
h
h
k
k
a
a
n
n
k
k
e
e
p
p
a
a
d
d
a
a
xii DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Pertanyaan Penelitian ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
1. Profesi Keperawatan ... 6
2. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) ... 6
xiii BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Lanjut Usia ... 8
1. Pengertian Lanjut Usia ... 8
2. Tugas Perkembangan Lanjut Usia ... 10
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia ... 12
1. Faktor Kesehatan ... 12
a) Kesehatan Fisik ... 12
b) Kesehatan Psikis ... 13
2. Faktor Sosial ... 15
C. Kemandirian ... 17
D. Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem ... 22
1. Model Konsep Dorothea Orem ... 22
2. Teori Keperawatan Dorothea Orem ... 23
E. Penelitian Terkait ... 25
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26
A. Kerangka Konseptual Penelitian ... 26
B. Hipotesis Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional ... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Rancangan Penelitian ... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel ... 30
1. Populasi ... 30
xiv
3. Kriteria Inklusi ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 33
E. Pengumpulan Data ... 33
F. Pengolahan Data ... 35
G. Tekhnik Analisis Data ... 36
H. Analisis Statistik ... 37
BAB V HASIL PENELITIAN ... 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
1. Sejarah PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan .... 38
2. Visi dan Misi PSTW Budi Mulia 04 Margaguna ... 41
3. Program Kegiatan PSTW Budi Mulia 04 Margaguna ... 41
B. Analisis Univariat ... 42
1. Distribusi Karakteristik Responden ... 42
a) Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 42
b) Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
c) Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 44
d) Distribusi Responden BerdasarkanSuku/Adat ... 45
2. Kondisi Kesehatan ... 45
3. Kondisi Hubungan Sosial ... 46
4. Kemandirian ... 47
C. Analisis Bivariat ... 48
1. Hubungan Variabel Kesehatan dengan Kemandirian ... 48
2. Hubungan Variabel Sosial dengan kemandirian ... 49
BAB VI PEMBAHASAN ... 51
A. Keterbatasan Penelitian ... 51
xv
1. Umur ... 52
2. Jenis Kelamin ... 53
3. Agama ... 54
4. Suku/Adat ... 55
5. Kondisi Kesehatan Responden ... 56
6. Kondisi Sosial Responden ... 56
7. Kemandirian Responden ... 57
C. Analisis Bivariat ... 58
1. Hubungan Kondisi Kesehatan dengan Kemandirian ... 58
2. Hubungan Kondisi Sosial dengan Kemandirian ... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
1. Profesi Keperawatan ... 62
2. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) ... 62
3. Peneliti Selanjutnya ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xvi
[image:17.612.114.538.54.442.2]DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27
Tabel 5.1 Ruang WBS di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan
Tahun 2009 ... 40
Tabel 5.2 Distribusi Kesehatan Responden Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 46
Tabel 5.3 Distribusi Sosial Responden Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia
04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 47
Tabel 5.4 Distribusi Kemandirian Responden Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 48
Tabel 5.5 Tabulasi Silang Antara Kondisi Kesehatan dengan Kemandirian
di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 49
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Kondisi Sosial dengan Kemandirian di
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Maslow’s Hierarchy of Need ... 21
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ... 26
Gambar 5.1 Distribusi Umur Responden di PSTW Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 43
Gambar 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden di PSTW Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 43
Gambar 5.3 Distribusi Agama Responden di PSTW Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan Tahun 2009 ... 44
Gambar 5.4 Distribusi Suku/Adat Responden di PSTW Budi Mulia 04
[image:18.612.115.539.54.454.2]xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonana Pengambilan Data
Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil Output uji Realibilitas
Lampiran 5 Hasil Output Penelitian
Lampiran 6 Undang – Undang Kesejahteraan Lanjut Usia
Lampiran 7 Profile PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan
Lampiran 8 Jadwal Kegiatan WBS PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta
xix
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Abstraksi : Proses atau perbuatan memisahkan, penyusunan abstrak.
ADL : Activity Daily Living
AHH : Angka Harapan Hidup
AKS : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Apraksia : Hilangnya kemampuan melakukan koordinasi pergerakan
anggota tubuh.
Bintal : Pembinaan Mental
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Demensia : Sindrom mental organik yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup
gangguan mengingat, penilaian dan pemikiran abstrak.
Depkes : Departemen Kesehatan
Dinsos : Dinas Sosial
FE-UI : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
xx
IPTEK : Ilmu pengetahuan dan teknologi
Kesos : Kesejahteraan Sosial
KH : Karbohidrat
Kompulsif : Bersifat mendorong, bersifat memaksa.
Konstruktif : bersangkutan dengan konstruksi; bersifat membina,
memperbaiki, membangun, dsb.
Lansia : Lanjut Usia
Menkes : Menteri Kesehatan
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
TMII : Taman Mini Indonesia Indah
WBS : Warga Bina Sosial
Well being : Kesejahteraan/kesehatan
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, Angka
Harapan Hidup (AHH) di Indonesia terjadi peningkatan yaitu pada tahun 1971:
46,6 tahun, sedangkan pada tahun 1999: 67,5 tahun. Dengan demikian populasi
lanjut usia (lansia) akan meningkat juga yaitu: pada tahun 1990 jumlah penduduk
60 tahun sekitar kurang lebih 10 juta jiwa (5,5%) dari total populasi penduduk
dan pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali menjadi kurang lebih 29 juta
jiwa (11,4%) dari total populasi penduduk. (Lembaga Demograpi FE-UI, 1993).
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lansia meningkat secara konsisten dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1980, harapan hidup perempuan adalah 54 tahun dan
laki-laki adalah 50,9, sedangkan pada tahun 2000 angka harapan hidup
perempuan adalah 70 tahun dan laki-laki 65 tahun. (Darmojo, 2001, dalam
Mubarak dkk 2006).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa,
dan masa tua (Nugroho, Wahyudi, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan
secara fisik maupun psikis. Perubahan fisik ditandai dengan kulit yang
2
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya
mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan
berpengaruh juga pada aktivitas sosial mereka, sehingga secara umum akan
berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia dalam Hardywinoto dan
Setiabudhi (2005), penurunan fisik, peran sosial dan psikis dapat mempengaruhi
kemandirian lansia. Lansia yang mengalami penurunan fisik, sekaligus
mengalami penurunan peran sosial dan psikis sehingga lebih tergantung kepada
orang lain, dengan kata lain lansia tidak mandiri. Hal ini dapat dikatakan bahwa
apabila keadaan fisik, psikis dan sosial lansia dalam keadaan baik atau tidak
mengalami gangguan, maka lansia akan menjadi mandiri didalam hidupnya.
Menurut teori Dorothea Orem dalam A. Aziz Alimul Hidayat (2004), yang
dikenal dengan model self care menjelaskan bahwa bentuk pelayanan
keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Setiap manusia
menghendaki adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan manusia,
seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri dan
orang lain dalam memelihara kesejahteraan. Self care juga merupakan perubahan
sebagai hubungan interpersonal dan dapat mempengaruhi dalam perubahan
konsep diri. Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur dalam kebutuhan dasar.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu staf pegawai
keperawatan pada tanggal 5 Mei 2009 yang dilakukan peneliti di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan, mengatakan bahwa
Warga Bina Sosial (WBS) di PSTW ini pada umumnya/sebagian besar sudah
mandiri yaitu kurang lebih 80% mandiri dan kurang lebih 20% dibantu dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti mandi, makan dan aktivitas lainnya,
seperti juga dikatakan beliau kurang lebih 17 WBS dibantu dalam pemenuhan
personal hygiene dan kurang lebih 5 WBS dibantu dalam pemenuhan kebutuhan
dasar seperti makan. Dari hal tersebut peneliti tertarik ingin mengkaji secara
menyeluruh beberapa faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia,
yaitu faktor kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikis dan kondisi sosial lansia.
B. Rumusan Masalah
Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia.
Makin panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut
usia yang selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran fungsi alat tubuh,
4
menjadi mudah lupa, serta berkurangnya kegiatan dan interaksi (baik dengan
anak-anak, saudara atau teman), mengalami rasa kesepian, kebosanan dan
sebagainya. Apalagi jika ia kehilangan pekerjaan akan mempengaruhi
berkurangnya peranan dalam keluarga atau masyarakat atau kondisi sosial.
Keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam
menjalankan aktivitas dan pemenuhan dalam kebutuhan dasar, maka perlunya
antisipasi untuk menangani hal tersebut sehingga lansia tidak menggantungkan
dirinya kepada orang lain dan menjadikan masa tersebut merupakan
masa-masa yang bahagia.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka beberapa masalah utama yang
dihadapi lanjut usia pada umumnya adalah: (1) Menurunnya daya tahan fisik (2)
Kemunduran psikis (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan
terpisah dari orang tua (4) Kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia (5) Pola
tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal bersama
dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha. Dengan permasalahan yang
komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan
hubungan faktor-faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial terhadap kemandirian
lanjut usia.
C. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan
“Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kemandirian lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan?”.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui distribusi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis
kelamin, agama dan suku/adat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
04 Margaguna Jakarta Selatan tahun 2009.
b. Mengetahui distribusi kondisi kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan tahun 2009.
c. Mengetahui distribusi kondisi hubungan sosial lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan tahun 2009.
d. Mengetahui distribusi kemandirian lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
6
e. Mengidentifikasi hubungan antara faktor kesehatan dengan kemandirian
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta
Selatan tahun 2009.
f. Mengidentifikasi hubungan antara faktor sosial dengan kemandirian lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan
tahun 2009.
E. Manfaat Penelitian
1. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi profesi
keperawatan untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan
khususnya asuhan keperawatan kepada lansia dan mendorong kemandirian
lanjut usia.
2. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang bermanfaat
bagi PSTW khususnya tenaga kesehatan di PSTW untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia, sehingga dapat
memberikan perlakuan atau pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan lanjut
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal pengembangan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
termasuk adanya infeksi. (Paris Constantinides, 1994, dalam Mubarak dkk
2006).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Secara
biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial
sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di
bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap
pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1965 pasal 1, dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia adalah: ”Seseorang dinyatakan sebagai orang
jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima dari orang lain”
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dalam Mubarak dkk (2006), lanjut
usia meliputi:
a. Usia Pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
c. Usia Tua (old) antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c. Kelompok lansia risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
10
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999), demikian juga batasan lanjut
usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang
pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak
mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan
demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia
adalah yang berumur 56 tahun ke atas, namun demikian masih terdapat
perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat
dikelompokkan kedalam penduduk lanjut usia. Pada penelitian ini digunakan
batasan umur ≥60 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia dan sebagai
responden dalam penelitian.
2. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Pada setiap tahap kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan
tertentu, demikian juga halnya pada lanjut usia. Sebagian tugas
perkembangan lanjut usia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi
seseorang dari pada kehidupan orang lain (Hurlock, 1996).
Tugas perkembangan lansia menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1996)
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya.
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
Lansia diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Hal ini sering
diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan
didalam, diluar rumah maupun dalam lingkungan PSTW. Lansia juga
diharapkan dapat mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu
yang menghabiskan sebagian besar waktu ketika lansia masih muda. Akibat
dari menurunnya tingkat kesehatan dan sosial, maka lansia perlu
menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup yang sesuai dengan
keadaan saat itu, yang sangat sering berbeda dengan apa yang dilakukannya
pada masa lalu (Hurlock, 1996).
Berdasarkan pendapat dari Havighurst dan Hurlock mengenai tugas
perkembangan lansia diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tugas
perkembangan lansia itu adalah menentukan siapakah dirinya dan bagaimana
12
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik serta menjalani hidup dengan
rasa penuh bahagia.
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lanjut Usia
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia menurut
Departemen Sosial Republik Indonesia dalam Hardywinoto dan Setiabudhi terdiri
dari dua faktor, yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.
1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Faktor
kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia dan daya tahan fisik terhadap
serangan penyakit, sedangkan faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian
terhadap kondisi lanjut usia.
a) Kesehatan Fisik
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai
menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai
menampakkan diri pada usia ini. (Depkes dan Kesejahteraa Sosial, 2001).
Pada lanjut usia juga mengalami penurunan kekuatan fisik, pancaindera,
potensi dan kapasitas intelektual. Dengan demikian, orang lanjut usia
harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan penurunan tersebut.
Perubahan biologis ini terjadi pada massa otot yang berkurang,
penurunan pancaindera, kemampuan motorik yang menurun yang dapat
menyebabkan usia lanjut menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan
fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek,
melambannya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraksia) dan gangguan
dalam menyusun rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi,
yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari yang disebut demensia atau pikun (Depkes, 2003), sehingga keluhan
yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran
pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.
b) Kesehatan Psikis
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya
satu sama lain (Darmojo, 2000).
Hal-hal tersebut dapat menjadi stressor, yang kalau tidak dicerna
dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stress dalam
14
Menurunnya kondisi psikis juga ditandai dengan menurunnya fungsi
kognitif, adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri
orang lanjut usia maka akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia (sifat
stereotype) sebagai berikut: (1) Tipe kepribadian Konstruktif, orang yang
mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai
toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes) dan tahu diri. (2) Tipe
ketergantungan (dependent), orang lansia ini masih dapat diterima di
tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri,
tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. (3) Tipe defensive,
orang ini biasanya dahulu mempunyai pekerjaan/jabatan yang tidak stabil,
bersifat selalu menolak bantuan, emosi tidak terkontrol, memegang teguh
pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. (4) Tipe bermusuhan
(hostility), mereka menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. (5) Tipe
membenci/menyalahkan diri sendiri (Self haters), orang ini bersifat kritis
terhadap diri sendiri dan menyalahkannya, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi (Darmojo, 2000).
Kehidupan spiritual mempunyai peran yang sangat penting. Seseorang
yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan memelihara umurnya dan
mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti kata sebuah hadis:
“Sebaik-baik manusia adalah umurnya panjang dan baik amal
kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturahmi itu memperpanjang
umur, kita sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.
2. Faktor Sosial
Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya
pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman sekerja
yang biasanya menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat dijumpai
setiap hari. Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya/sekampung sudah lebih
dahulu meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan
keluarga dan masyarakat yang relatif berusia muda.
Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah
karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran
sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial.
Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain.
Pekerjaan yang dilakukan seorang diri pun dapat menimbulkan kebahagiaan
seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya, karena
pengalaman-pengalaman tadi dapat dikomunikasikan dengan orang lain
(Suhartini, 2004).
Menurut Gulardi (1999) dalam Suhartini (2004) ada dua syarat yang harus
dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial: (1) Perilaku
16
interaksi dengan orang lain (2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh
sarana bagi pencapaian tujuan. Tujuan yang hendak dicapai dapat berupa
imbalan intrinsik, yaitu imbalan dari hubungan itu sendiri, atau dapat berupa
imbalan ekstrinsik, yang berfungsi sebagai alat bagi suatu imbalan lain dan
tidak merupakan imbalan bagi hubungan itu sendiri. Jadi pada umumnya
kebahagiaan dan penderitaan manusia ditentukan oleh perilaku orang lain.
Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan kesenangan disatu
pihak dan ketidak senangan di pihak lain.
Lebih lanjut dikatakan oleh Soerjono Soekamto (1997) bahwa interaksi
sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
(1) Adanya kontak sosial. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini
kontak sosial dapat dilakukan melalui, surat, telepon, radio dan sebagainya.
(2) Adanya komunikasi. Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari
dilakukan. Akan tetapi komunikasi bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai
contoh salah paham merupakan hasil dari komunikasi yang tidak efektif dan
sering terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal lebih
sulit lagi. Hal ini disebabkan lanjut usia memiliki ciri yang khusus dalam
perkembangan usianya. Ada dua sumber utama yang menyebabkan kesulitan
berkomunikasi dengan lanjut usia, yaitu penyebab fisik dan penyebab psikis.
Penyebab fisik, pendengaran lanjut usia menjadi berkurang sehingga orang
lanjut usia sering tidak mendengarkan apa yang dibicarakan. Secara psikis,
seorang yang lebih sensitif, mudah tersinggung sehingga sering menimbulkan
kesalah pahaman. Simulasi yang bersifat simulatif/merangsang lanjut usia
untuk berpikir, dan kemampuan berpikir lanjut usia akan tetap aktif dan
terarah.
C. Kemandirian
Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka mengalami menurunnya
fungsi luhur/pikun atau mengidap berbagai penyakit. Ketergantungan lanjut usia
yang tinggal di perkotaan akan dibebankan kepada anak, terutama anak wanita
(Herwanto 2002). Anak wanita pada umumnya sangat diharapkan untuk dapat
membantu atau merawat mereka ketika orang sudah lanjut usia. Anak wanita
sesuai dengan citra dirinya yang memiliki sikap kelembutan, ketelatenan dan
tidak adanya unsur “sungkan” untuk minta dilayani. Tekanan terjadi apabila
lanjut usia tidak memiliki anak atau anak pergi urbanisasi ke kota. Mereka
mengharapkan bantuan dari kerabat dekat, kerabat jauh, dan kemudian yang
terakhir adalah panti werdha.
Lanjut usia yang mempunyai tingkat kemandirian tertinggi adalah pasangan
lanjut usia yang secara fisik kesehatannya prima. Dari aspek sosial ekonomi dapat
dikatakan cukup memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidup, baik
lanjut usia yang memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak. Tingginya
18
menyelesaikan pekerjaan di rumah tangga yang berkaitan dengan pemenuhan
hayat hidupnya.
Kemandirian orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental.
Ditinjau dari kualitas kesehatan mental, dapat dikemukakan hasil kelompok ahli
dari WHO pada tahun 1959 (Hardywinoto: 1999) yang menyatakan bahwa mental
yang sehat/mental health mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1) Dapat
menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau realitas
tadi buruk (2) Memperoleh kepuasan dari perjuangannya (3) Merasa lebih puas
untuk memberi daripada menerima (4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan
cemas (5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan (6) Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari
depan (7) Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif (8) Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
Selain itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup.
Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) menurut
Setiati (2000) ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar
meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air
besar/kecil,dan mandi. Sedangkan AKS instrumental meliputi aktivitas yang
komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan
Salah satu kriteria orang mandiri adalah dapat mengaktualisasikan dirinya
(self actualized) tidak menggantungkan kepuasan-kepuasan utama pada
lingkungan dan kepada orang lain. Mereka lebih tergantung pada potensi-potensi
mereka sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan pertumbuhannya. Adapun
kriteria orang yang mandiri menurut Koswara (1991) adalah mempunyai (1)
kemantapan relatif terhadap stressor, goncangan-goncangan atau frustasi (2)
kemampuan mempertahankan ketenangan jiwa (3) kadar arah yang tinggi (4)
agen yang merdeka (5) aktif dan (6) bertanggung jawab. Lanjut usia yang mandiri
dapat menghindari diri dari penghormatan, status, prestise dan popularitas
kepuasan yang berasal dari luar diri mereka anggap kurang penting dibandingkan
dengan pertumbuhan diri.
Seorang lansia yang mandiri menurut R. Boedhi Darmojo dalam buku Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI (2006) adalah mampu mengidentifikasikan sepuluh
kebutuhan dasar lansia sebagai berikut :
1. Makanan cukup dan sehat (Healthy food)
2. Pakaian dan kelengkapannya (Cloth and common accessories)
3. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (Homes, a place to stay)
4. Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care, facilities)
5. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (Technical, Judicial
assistance)
6. Transportasi umum bagi lansia (Facilities for public transportation, etc)
20
8. Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (Recreational activities, picnics, etc)
9. Rasa aman dan tentram (Safety feeling)
10.Bantuan alat-alat panca indera seperti kacamata, hearing aid (Other
assistance/aid). Kesinambungan bantuan dan fasilitas (continuation of
subsidies and facilities).
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991)
yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang,
papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah
kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah
seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian,
olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs)
adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5)
Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
Gambar 2.1 : Maslow’s Hierarchy of Need (From Potter PA, Perry AG: Basic a critical thinking approach, ed 4, St Louis, 1999, Mosby)
Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan
menimbulkan masalah terhadap kesehatan fisik dan psikis lanjut usia sehingga
dapat menghambat kemandirian seorang lanjut usia.
Poerwadi (2001) mengartikan mandiri adalah dimana seseorang dapat
mengurusi dirinya sendiri, ini berarti bahwa jika seseorang sudah menyatakan
dirinya siap mandiri berarti dirinya ingin sesedikit mungkin minta pertolongan
atau tergantung kepada orang lain. Hal ini juga selaras dengan model konsep yang
diungkapkan Dorothea Orem yang dikenal dengan model konsep Self Care
memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang
dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan,
kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Self
Actualization
Self - esteem
Love and belonging needs Safety and security
Physiologic
22
D. Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem 1. Model Konsep Dorothea Orem
Model konsep Dorothea Orem dikenal dengan model Self Care
(perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam
keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas
pedoman kemampuan pengambilan keputusan. Setiap manusia menghendaki
adanya Self care dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, seseorang
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri dan orang
lain dalam memelihara kesejahteraan, self care juga merupakan perubahan
tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas pengalaman
sosial sebagai hubungan interpersonal, self care akan meningkatkan harga diri
seseorang dan dapat mempengaruhi dalam perubahan konsep diri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan
tentang pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam kelompok
kebutuhan dasar yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara
(oksigenasi), pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam
pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi,
pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial,
kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan
sehat dan kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan
2. Teori Keperawatan Dorothea Orem a. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi:
pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan; kedua,
self care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain; ketiga, adanya tuntutan atau
permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan
mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat;
keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditunjukkan
pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah
Activity Daily Living (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam
kebutuhan dasar manusianya. Sifat dari self care selanjutnya adalah untuk
perkembangan kepercayaan diri serta ditunjukkan pada penyimpangan
kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalam kondisi
sakit atau dalam proses penyembuhan.
24
b. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa atau
pada lansia serta kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya
perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam
pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian
masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain,
memberikan support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
Dalam praktik keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan
praktik dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan
masalah, menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta
kebutuhan pasien, mempersiapkan bantuan secara teratur bagi pasien dan
mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan
E. Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitian Ratna, (2004) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemandirian Orang Lanjut Usia (Studi Kasus di Kelurahan Jambangan)”, bahwa
dari faktor kesehatan sebagian besar baik yaitu sebanyak 83 orang (79,8%)
sedangkan sisanya pada kategori sedang sebanyak 21 orang (20,2%). Pada hasil
penelitian ini tidak diperoleh derajat kesehatan pada kategori kurang. Faktor
ekonomi sebagian besar responden mempunyai kondisi ekonomi yang sedang
yaitu sebanyak 97 orang (93,3%) sedangkan yang termasuk kategori baik ada 5
orang (4,8%) dan yang paling sedikit adalah pada kategori kurang sebanyak 2
orang (1,9%). Faktor sosial sebagian besar responden mempunyai kondisi sosial
yang sedang yaitu sebanyak 98 orang (94,2%) sedangkan yang termasuk kategori
baik dan kurang masing-masing ada 3 orang (2,9%).
Hasil penelitian mengenai variabel kemandirian diperoleh responden yang
mandiri sebanyak 76 orang (73,1%) sedangkan yang termasuk kategori tidak
26 BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS PENELITIAN DAN
DEFINISI OPERASIONAL
[image:47.612.137.538.60.413.2]A. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas variabel bebas terdiri dari faktor
kesehatan dan faktor sosial, sedangkan variabel terikat adalah kemandirian
lanjut usia. Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan denga kemandirian lanjut usia yang meliputi
kesehatan dan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna
Jakarta Selatan.
B. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor kesehatan dengan kemandirian lanjut usia.
2. Ada hubungan antara faktor sosial dengan kemandirian lanjut usia. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemandirian lanjut usia:
1. Faktor Kesehatan:
a) Kesehatan Fisik
b) Kesehatan Psikis
2. Faktor Sosial
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Kesehatan
(Fisik dan Psikis) Kondisi fisik dan psikis dari seorang lansia. Kondisi sehat fisik adalah suatu kondisi sehat badan /tubuh. Kondisi sehat psikis adalah kondisi sehat secara rohani/jiwa Meliputi sistem indera: sehat pendengaran, penglihatan, kemampuan melaksanak-an aktivitas, menyusun rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan (fisik) dan menerima proses menua dengan rasa bahagia dalam kehidupan-nya (psikis) Kuesioner (kuesioner no. 1-10) Baik, jika tidak mengalami gangguan dalam sistem organ tubuh dan keadaan emosi baik Kurang, jika salah satu dari kondisi fisik/psikis mengalami gangguan Ordinal
2 Sosial Hubungan
28
No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Hasil Ukur Skala dengan lingkungan meliputi: anak/ keluarga, teman sebaya WBS dan tenaga kesehatan/ staf pegawai sehari-hari; kegiatan bimbingan rohani, olahraga/ senam,bimbi-ngan keterampilan, pelayanan kesehatan, kesenian, rekreasi. dengan lingkungan PSTW dan ber-partisipasi dalam kegiatan PSTW. Kurang, jika tidak mampu untuk interaksi dan jarang mengikuti kegiatan PSTW.
3 Kemandiri-
No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Hasil Ukur Skala tanpa
bantuan
orang lain.
program
kegiatan
panti, makan,
berpakaian,
BAK/BAB
dan mandi.
dan orang
lain.
Kurang, jika dalam AKS
membutuh-kan atau
mempunyai
ke-tergantungan
terhadap
lingkungan
dan orang
30 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional yaitu pengambilan data variabel bebas dan variabel terikat
dilakukan pada satu waktu/bersamaan waktunya (Setiadi, 2007)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan
pada bulan Oktober-November 2009. Alasan peneliti memilih lokasi PSTW Budi
Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan karena berdasarkan studi pendahuluan
dalam PSTW tersebut, lansia atau WBS berasal dari latarbelakang karakteristik
yang bervariasi.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia di PSTW Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan dengan jumlah 150 Warga Bina Sosial (WBS).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 1998, dalam Setiadi 2007). Sampel pada
penelitian ini adalah para lanjut usia (Warga Bina Sosial) di PSTW Budi
Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan.
Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan teknik
cluster. Besarnya sampel minimal menggunakan rumus uji beda proporsi:
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan (α) sebesar
5%)
= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
P = 0,6 (Proporsi distribusi pengetahuan menurut penelitian di Kelurahan
32
P = 0,6 – 0.3 = 0,3
P̅ = (P +P )/2 = (0.6+0,3)/2= 0,45
n =
=
=
=
=
=
= 41,9 = 42 responden
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka
peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.
Cadangan 10% x 42 = 4,2 = 4 responden
Total = 42 orang + 4 orang = 46 orang
Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu
3. Kriteria Inklusi
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a) Lansia berumur ≥ 60 tahun
b) Bersedia untuk menjadi responden
c) Mampu untuk berkomunikasi atau menjawab pertanyaan (kooperatif)
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat
hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar kuesioner.
Lembar kuesioner terdiri dari point A untuk menyimpulkan data demografi
dan point B untuk mengukur variabel kesehatan yang terdiri dari 10 pertanyaan
dengan nilai tertinggi 10 dan terendah 0, variabel sosial terdiri dari 5 pertanyaan
dengan nilai tertinggi 5 dan terendah 0 dan variabel kemandirian terdiri dari 10
pertanyaan dengan nilai tertinggi 10 dan terendah 0.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengisian
34
yang harus dijawab oleh responden dengan bantuan peneliti untuk menjelaskan
dan memberikan pemahaman atas pertanyaan kuesioner tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh bebrapa numerator, sebelum
dilakukan penyebaran kuesioner peneliti menyamakan persepsi dulu dengan
numerator terkait kuesioner yang akan dibagikan agar tidak terjadi perbedaan
persepsi akan maksud dari isi pertanyaan. Dari 46 kuesioner yang dibagikan
kepada responden, seluruhnya kembali kepada peneiti dalam keadaan lengkap.
Sehingga seluruh kuesioner dapat diikut sertakan dalam tahap analisis.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu kuesioner diujicobakan pada
lanjut usia di PSTW budi mulia 04 Margaguna Jakarta selatan, dengan jumlah
responden 10 orang. Lanjut usia yang sudah dijadikan sampel dalam uji validitas
tidak dijadikan sampel dalam penelitian. Uji coba ini dimaksudkan untuk
mengetahui kendala atau hambatan dalam menjawab kuesioner yang akan
dilaksanakan nantinya pada pengumpulan data serta melihat kevalidan dan
reliabilitas dari instrumen yang digunakan. Hasil uji coba kuesioner tersebut
kemudian dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan program
perangkat komputer, maka hasil uji reliabilitas untuk butir-butir kuesioner pada
pertanyaan didapat nilai Alpha conbach’s 0,700.
Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, maka dilaksanakan
penelitian dengan penyebaran kuesioner kepada responden di PSTW Budi Mulia
04 Margaguna Jakarta Selatan dengan responden yang berbeda pada saat
kepada peneliti dalam keadaan lengkap, sehingga seluruh kuesioner dapat diikut
sertakan dalam tahap analisis.
F. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data, ada beberapa kegiatan yang dilakukan
peneliti, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya pemberian
kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
36
4. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dianalisis, apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan
statistika deskriptif, sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika
inferensial. (Aziz Alimul Hidayat, 2007).
G. Teknik Analisis Data
Penilaian Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner dalam penelitian ini terdapat 25 pertanyaan, terdiri dari:
variabel kesehatan dengan 10 pertanyaan, variabel sosial dengan 5 pertanyaan
dan variabel kemandirian dengan 10 pertanyaan, dari semua pertanyaan harus
dijawab oleh responden.
Lembar kuesioner yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui
kelengkapan datanya, setelah data lengkap kemudian dinilai skor dari kelompok
variabel, terdiri dari:
a. Variabel faktor kesehatan
Jika skor kesehatan ≥ 5 dikatakan baik, sedangkan
Jika skor kesehatan < 5 dikatakan kurang baik.
b. Variabel faktor sosial
Jika skor sosial ≥ 3 dikatakan baik, sedangkan
c. Variabel kemandirian
Jika skor kemandirian ≥ 5 dikatakan baik, sedangkan
Jika skor kemandirian < 5 dikatakan kurang baik.
H. Analisis Statistik
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
variabel dependen dan independen. Variabel tersebut diantaranya faktor
kesehatan (fisk dan psikis) dan faktor sosial. Sedangkan variabel dependen
yaitu kemandirian pada lanjut usia.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen yaitu faktor kesehatan (fisk dan psikis) dan faktor
sosial dengan kemandirian pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 04
Margaguna Jakarta Selatan. Tehnik analisis yang dilakukan yaitu dengan
Analisis Chi-Squaredengan menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan α
5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti
hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
38 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi
sejarah, visi misi dan program kegiatan PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta
Selatan.
1. Sejarah PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta Selatan.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna merupakan
Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan kesehatan
masyarakat PSTW Budi Mulia 04 Margaguna adalah lembaga pemerintah
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang
tidak mampu / kurang beruntung dengan sumber dana APBD provinsi DKI
Jakarta. Landasan hukum Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04
Margaguna : 1) Undang – undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia. 2), Peraturan Gubernur provinsi DKI Jakarta No 104 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. 3) SK.
Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di lingkungan Dinas
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Margaguna berdiri tahun
1965 dengan nama PSTW Budi Mulia Jakarta Timur yang berlokasi di
kelurahan Ceger, karena pembangunan TMII maka dipindahkan ke kelurahan
Dukuh kecamatan Kramat Jati dengan luas lahan 2300 M2 karena lokasi di
kelurahan Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering dilanda banjir
luapan kali Cipinang / banjir kiriman dari Bogor dan tahun 2002 pada saat
Jakarta dilanda banjir bandang dan lokasi Panti terendam air sehingga
bangunan rusak berat maka penghuni Panti diungsikan ke Panti Sosial Bina
Remaja di Tebet selama kurang lebih 14 bulan dan pada tahun 2003 pindah ke
Jl. Margaguna No.1 Radio Dalam, Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan
Cilandak Jakarta Selatan sampai saat ini. Pada bulan juli 2005 jumlah Warga
Bina Sosial sebanyak 144 orang dengan jumlah laki-laki 48 orang dan
perempuan 96 orang.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 04 Margaguna
Jakarta Selatan memiliki delapan ruangan untuk warga binaan sosial, yang
terdiri dari tiga ruangan lanjut usia