• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Komunikasi Politik dalam Penguatan Basis Massa (Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jaringan Komunikasi Politik dalam Penguatan Basis Massa (Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN KOMUNIKASI POLITIK DALAM PENGUATAN BASIS MASSA

(Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

SKRIPSI

Oleh: Silvia Ramadhani

06220285

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

JARINGAN KOMUNIKASI POLITIK DALAM PENGUATAN BASIS MASSA

(Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh: Silvia Ramadhani

06220285

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Mengalun segala puji bagi Sang Maha Bijaksana, Allah SWT, yang telah

memberikan segala rahmat serta hidayahnya hingga di detik ini saya masih berhak

turut campur dalam mewarnai dunia meski hanya sementara. Karena

kemurahan-Nya pula, akhirnya skripsi dengan judul JARINGAN KOMUNIKASI DALAM

PENGUATAN BASIS MASSA (STUDI PADA PARTAI DEMOKRASI

INDONESIA [PDI] PERJUANGAN KOTA MALANG) ini dapat diselesaikan.

Tak lupa, shalawat serta salam selalu terhaturkan pada sang revolusioner dunia,

Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan secercah cahaya terang untuk

menuntun kita dalam kegelapan, yakni agama Islam.

Menelusuri setiap lekuk penelitian yang pada dasarnya merupakan syarat

untuk meraih gelar sarjana, layaknya “plesir” ke “negeri intelektual”. Berniat

menggugurkan tugas terakhir sebagai mahasiswa, ternyata proses penyelesaian

skripsi lebih dari skedar menikmati berbagai pemandangan indah. Puluhan puncak

emosi hingga lautan luas penuh kejenuhan selalu memanjakan diri untuk banyak

belajar tentang kehidupan.

Penelitian ini sejatinya berawal dari ketertarikan peneliti terhadap

komunikasi politik partai yang syarat akan kepentingan. Seperti yang telah banyak

diketahui, sebagai negara yang baru menganut sistem demokrasi, Indonesia

bagaikan kepompong yang masih hendak mengembangkan sayapnya.

Disebut-sebut belum siap menyandang gelar negara demokrasi, partai politik hanya

dijadikan batu loncatan untuk meraih kekuasaan. Dampaknya, fungsi partai

terlupakan, masyarakat pun menjadi tumbal langganan para pihak yang

berkepentingan.

Masih dalam tanda tanya besar tentang hal tersebut, peneliti banyak

menemukan berbagai informasi yang berkenaan dengan Kota Malang sebagai

basis massa PDI Perjuangan. Tehitung sejak reformasi, partai ini mampu

menduduki jumlah terbanyak kursi di DPRD Kota Malang, sebelum akhirnya

dikalahkan oleh Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2009 yang menggesernya

(5)

Meski akhirnya menempati posisi kedua di kepengurusan kali ini, jumlah

perwakilan anggota DPRD Kota Malang Fraksi PDI Perjuangan tak pernah

kurang dari 10 orang dari seluruh total komposisi anggota DPRD yakni 45 orang.

Hal inilah kemudian yang menarik peneliti, mengalami goncangan reformasi yang

tak henti-henti, bagaimana jaringan komunikasi yang digunakan PDI Perjuangan

Kota Malang dalam Penguatan Basis Massanya hingga mampu bertahan di kancah

perpolitikkan Kota Malang.

Tak ada gading gajah yang tak retak. Peribahasa ini lalu menjadi deskripsi

yang tepat untuk menggambarkan keadaan peneliti yang banyak memiliki

kekurangan khususnya dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karenanya,dengan penuh kerendahan hati saya ingin menyampaiakan

ucapan terimakasih tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah turut andil dan

membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Adapun ucapan tersebut saya

sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Papa dan Mama, yang tak pernah berhenti

mengajarkan kepada saya tentang “kekuatan” untuk menatap dunia dengan

berbagai drama dalam setiap sudut kehidupan. Terimakasih telah membuat

saya mampu menerjemahkan berbagai kejadian yang lebih dari sekedar

sandiwara atau telenovela. Apapun itu, saya akan tetap mencintai kalian.

2. Dr.Muhadjir Efendy, M.Ap. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang (UMM)

3. Dr.Wahyudi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UMM.

4. Dra. Frida Kusumastutik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

FISIP UMM

5. Sugeng Winarno, M.A. selaku dosen pembimbing I, atas segala waktu,

kesabaran, ketelitian, dan masukan yang telah bapak ajarkan. Terimakasih

pula atas analogi-analogi sederhana yang membuat saya mampu berfikir

dengan lebih ringkas dan mudah.

6. Nurudin, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang tak henti meniupkan

(6)

mengerjakan skripsi yang terkadang hampir padam, kembali membara.

Terimakasih pula atas segala dukungan, kemudahan, pengertian, dan

kesabaran yang telah bapak berikan. Lebih dari seorang pembimbing,

keberadaan bapak layaknya orang tua bagi saya.

7. Jamroji, S.Sos. selaku penguji I dan Isnani Dzuhrina, S.Sos. selaku

penguji II atas segala kritik serta saran yang diberikan.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, baik sebagai

pengajar akademik maupun guru kehidupan.

9. Muhammad Ali, Dian Crish, Drs.Satridjo Poedji Juliantono, Hariono,

Ir.Gandung Nurul Huda, Suyatno, dan Muhammad Suherman atas segala

waktu, kesempatan, dan bantuan yang telah diberikan hingga penelitian ini

dapat berjalan dengan lancar.

10. Para sahabat yang tak pernah lelah menggenggam erat tangan ini, Mama

Yuli, Tis’atul Zahro, Nur Alifah, Fitrah Fibriani, Iib Robbiatus’sania, Mey

Fita Pratiwi, dan Ibnun Hasan Mahfud. Terimakasih karena tak pernah

membiarkan saya “berjalan” sendirian. Membuat saya kuat dan mampu

bertahan. Kehadiran kalian membuat seorang Cicil sekali lagi memiliki

alasan untuk menang melawan kehidupan.

11. Khikmawanto untuk segala ilmu dan ketegasan yang diajarkan, “Tidak ada

satu hal pun yang tidak dapat dibangun di dunia ini”.

12. Teman-teman Koran Kampus Bestari, Zakiya Al Khalim, Devi Anggraeni

Oktavika, Tuti Nurdiana, Nuris, Rara, Nina, Nunung, Yuli, Vella, Rahmi,

Fuad, Fika, dan teman-teman reporter lain. Terimakasih atas persahabatan,

ilmu, dan pengalaman yang telah dibagikan.

13. Teman-teman seperjuangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Renaissance FISIP, Gilang, Riska, Sandra, Arsad, Erwin, Idrus, dll.

Terimakasih atas kenangan yang terindah. Kelak, di masa tua kita akan

tersenyum sambil memandang bintang, dan berbalik arah serta melintasi

zaman dimana kita tertawa dan menangis bersama. Saat itu, bukan lagi

rasa iri dan benci yang akan menyelimuti, tetapi senyuman keki dengan

(7)

14. Keluarga besar Permata Hijau A-15, Ika, Melli, dan Bibi atas kebersamaan

dan kesenangan yang selama ini telah dilimpahkan. Sungguh persaudaraan

yang akan sulit untuk kembali ditemukan.

15. Lotus. For all of your inspiration. It’s the beautifull of a difference.

Atas segala kebaikan kalian semoga Allah SWT memberikan balasan yang

sebaik-baiknya. Amien.

Billahifii Sabilil Haq Fastabiqul Khoirat.

Malang, 5 Januari 2011

Penyusun,

Silvia Ramadhani

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Komunikasi Politik ... 10

1. Unsur-unsur Komunikasi Politik ... 12

B.Jaringan Komunikasi... 16

C.Arus Komunikasi ... 20

1. Komunikasi ke Atas ... 20

2. Komunikasi Ke Bawah ... 21

3. Komunikasi Lateral ... 21

D.Penguatan Basis Massa ... 22

1. Konstituen ... 23

(9)

3. Pendukung Lain ... 24

E.Partai Politik ... 25

1. Fungsi Partai Politik ... 27

F. Definisi Konseptual ... 30

1. Jaringan Komunikasi ... 30

2. Komunikasi Politik ... 30

3. Penguatan Basis Massa... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 32

B. Unit Analisis Data ... 32

C. Instrumen Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Anilisis Data ... 35

F. Teknik Keabsahan Data ... 39

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A.Sejarah Singkat PDI Perjuangan Kota Malang ... 40

B.Lambang ... 43

C.Asas, Jati Diri, dan Watak ... 44

D.Tujuan, Fungsi, dan Tugas ... 44

E.Visi & Misi PDI Perjuangan Kota Malang ... 46

F. Lokasi Sekertariat DPC PDI Perjuangan Kota Malang ... 47

G.Letak Geografis ... 48

H.Pengurus DPC PDI Perjuangan Kota Malang ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 49

B. Basis Massa PDI Perjuangan ... 51

(10)

D. Komunikasi Dalam Penguatan Basis Massa ... 56

1. Jaringan Komunikasi Semua Saluran dalam Rapat ... 56

1.1. Komunikasi ke Atas ... 68

1.2. Komunikasi ke Bawah ... 69

2. Jaringan Komunikasi Rantai dalam program Bantuan Kesehatan ... 73

3. Pesan pada Proses Komunikasi dalam Penguatan Basis Massa... 80

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B.Saran ... 85

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Susunan Pengurus DPC hingga Anak Ranting PDI Perjuangan Kota Malang

Lampiran 2 : Pemberitaan mengenai kurangnya fungsi partai politik

Lampiran 3 : Hasil Wawancara

Lampiran 4 : Dokumentasi berbagai kegiatan partai

(12)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Alfian (1991). Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Arbi Sanit (1985). Perwakilan Politik di Indonesia. Jakarta: CV.Rajawali.

Firmansyah (2007). Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas.

Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hamidi (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

Joseph A.Devito (1997). Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar. Jakarta:

Professional Book.

Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun (1993). Indonesia dan Komunikasi Politik.

Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Miriam Budiarjo (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Peni Suparto (2010). Demokrasi yang Terpasung. Yogyakarta: AYNAT

Publising.

Ramlan Surbakti (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia

Widisarana Indonesia.

Rochajat Harun dan Sumarmo (2006). Komunikasi Politik Sebagai Suatu

Pengantar. Bandung: Mandar Maju.

Rosady Ruslan (1998). Manajemen Public Relation, dan Media Komunikasi,

Konsepsi, dan Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

R.Wayne Pace dan Don F.Faules (2001). Komunikasi Organisasi Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Rosdakarya.  

Syamsudin Haris (2005). Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.  

(13)

Non Buku

id.news.yahoo.com

www.aktualnews.com/politik/

www.jawapos.ci.id/metropolis/indeks

www.malangkota.go.id

Laporan Pertanggungjawaban Konferensi Tingkat Cabang (Konfercab) PDI Perjuangan Kota Malang Tahun 2010

Hasil Penelitian Terdahulu

(14)

   

 

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengawal demokrasi di Indonesia, masyarakat memiliki kekuatan penuh

untuk ikut berpartisipasi dalam menegakkan pilar-pilar demokrasi melalui partai

politik (parpol). Sayangnya, hingga saat ini parpol-parpol di Indonesia belum

mampu mengemban tugas tersebut. Fenomena yang muncul di permukaan,

keberadaan partai politik tak lebih dari sekedar pepesan kosong yang “terlihat”

mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) dengan berbagai kegiatan. Sisanya, mereka

lenyap dan hanya kembali saat pesta demokrasi segera digelar. Satu potret nyata

tersaji, bahwasanya hingga saat ini partai politik masih belum berhasil

memposisikan diri sebagai lembaga politik yang mampu menjalankan fungsinya.

Tidak berjalannnya fungsi partai politik dengan semestinya, membawa

imbas terhadap basis massanya. Ketika mendekati Pemilu, partai politik baru akan

menjalankan perannya pada basis massa. Meski “dipaksa” demikian, hal tersebut

kerap berjalan tidak efektif. Contohnya saja munculnya berbagai kasus

suap-menyuap di tengah masyarakat ketika Pemilu telah mendekati waktu pemungutan

suara.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan The Habibie Center (THC)

pada Tahun 2009 diketahui bahwa, reformasi yang telah dijalankan Indonesia lebih

dari sepuluh tahun ternyata tidak membuat fungsi Parpol berjalan dengan

(15)

   

 

2

edukasi parpol hanya terbatas pada urusan internal partai seperti pengkaderan dan

pelatihan. Hal ini menjadikan masyarakat ibarat belajar politik secara otodidak.1

Selain hasil survei di atas, disahkannya Undang-undang Parpol oleh

jajaran DPR merupakan salah satu cermin belum berjalannya fungsi Parpol

selama ini. Anggota Komisi II DPR dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Abdul Malik Haramain mengatakan UU Partai Politik digunakan untuk

memaksimalkan fungsi partai politik, bukan untuk memberangus keberadaan

partai kecil. "Kita berpikir bagaimana memperkuat fungsi partai karena kita sadar,

belum semua partai maksimal dalam melaksanakan fungsinya," ujarnya dalam

diskusi tentang UU Parpol dan Pemilu 2014 yang diselenggarakan Seven Strategic

Studies.2

Disahkannya UU Parpol memang bukan tanpa alasan. Hal ini mengingat

culture politik masyarakat Indonesia yang semakin jauh dari makna demokrasi.

Masyarakat cenderung menganggap Pemilu sebagai hal yang menghasilkan

keuntungan jangka pendek, yakni money politik. Di Indonesia, kasus suap-menyuap

bukan lagi hal yang harus ditutupi-tutupi. Fenomena ini seakan menjadi nafas

dalam tiap digelarnya pemungutan suara. Masyarakat bahkan telah memiliki

berbagai macam istilah khusus yang khas untuk membungkus berbagai kecurangan

yang dijalankan.

Situs resmi Harian Jawa Pos yang terbit padatanggal 24 Mei 2010 pada

rubrik METROPLIS memuat laporan khusus tentang berbagai kecurangan yang

terjadi di Indonesia, salah satunya “serangan fajar”.

“…kecurangan pra coblosan lain yang sering terjadi adalah serangan fajar. Ini adalah istilah untuk menyebut pembagian uang atau       

1

aktualnews.com/politik/ (Diakses pada tanggal 10 Januari 2011 pukul 20.33)  2

(16)

   

 

3

sembako menjelang coblosan. Tempat sasaran operasi pun tidak diambil secara acak, tapi dipilih dari hasil survei. Hasil pemetaan survei memang

menyebutkan daerah-daerah mana saja yang memungkinkan dan urgent

untuk dilakukan politik uang (money politics) tersebut. Istilah kerennya di

tingkatan operator adalah smart money atau uang yang dibagikan secara

pintar…..,” ujar salah satu sumber berita yang terlibat kasus tersebut3

Kasus ini merefleksikan satu fenomena, bahwasanya fungsi pendidikan

politik partai tidak berjalan. Masyarakat dicekoki dengan berbagai kepentingan

pihak-pihak tertentu hanya untuk mendulang suara. Hasilnya, mereka sekedar

dijadikan tumpangan oleh para elit politik menduduki singgasana kekuasaan.

Malang sebagai Basis PDI Perjuangan

Kota Malang terletak di dataran tinggi sebelah selatan Jawa Timur. Berada

di ketinggian antara 440-667 m di atas permukaan laut, Kota Malang dikelilingi

beberapa gunung, yakni Gunung Arjuno di sebelah utara, Gunung Tengger di

sebelah timur, Gunung Kawi di sebelah barat, dan Gunung Kelud di sebelah selatan.

Luas wilayah Kota Malang 110,06 dengan jumlah penduduk di tahun 2008

sebesar 816.637 jiwa, yang terdiri dari 411.973 jiwa penduduk perempuan dan

404.664 jiwa penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Kota Bunga ini kurang

lebih 7.420 jiwa per kilometer persegi. Jumlah tersebut tersebar di 5 kecamatan,

yakni Klojen (126.760 jiwa), Blimbing (171.051 jiwa), Kedungkandang (162.104

jiwa), Sukun (174.868 jiwa), dan Lowokwaru (181.854 jiwa) dan terdiri dari 57

Kelurahan, 526 unit RW dan 3935 unit RT.4

Pada masa penjajahan Belanda, Kota Malang menjadi pusat birokrasi

perdagangan Belanda nomor dua setelah Surabaya, yang masyarakatnya dikenal

bersubkultur “Mataraman” atau yang biasa dikenal dengan istilah abangan.

Konsep abangan ini mengacu pada kategori Clifford Gretz yang merujuk pada

      

3

www.jawapos.ci.id/metropolis/indeks (Diakses pada tanggal 5 Juni 2010 pukul 21.45) 

4 

(17)

   

 

4

suatu kelompok yang praktik keagamaan mereka cenderung melakukan

sinkritisme (upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan kepercayaan)

agama Islam, Hindu, serta system kepercayaan animisme.5

Sekitar tahun 1950, dengan masyarakat abangannya Malang merupakan

basis Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI didirikan oleh Ir.Soekarno pada

tanggal 4 Juli 1972 di Bandung. Partai ini memiliki ciri

Sosio-Nasionalisme-Demokrasi yang dicetuskan Bung Karno untuk menghilangkan kapitalisme,

imperialisme, dan kolonialisme.

Terus mengalami goncangan politik dalam Indonesia yang tidak stabil di

bawah kekuasaan rezim orde baru, PNI bersama empat partai lainnya yakni Partai

Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekan

Indonesia, dan Partai Murba melakukkan fusi dan membentuk Partai Demokrasi

Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973. Pembentukkan partai ini merupakan

intruksi dari Presiden Soeharto dengan alasan menghindari terjadinya konflik.

Dengan maksud menyederhanakan partai dan memfokuskan

pengelompokkan partai ke dalam tiga golongan besar di Indonesia, Soeharto

secara tidak langsung memaksa para pecatur politik membentuk dua kubu besar.

Kedua kubu tersebut yakni kubu materiil sprituil (PDI) dan kubu sprituil materiil

yang diwujudkan dalam pembentukkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Berhasil mengelompokkan beberapa partai ke dalam dua kubu, Soeharto

lalu memunculkan Golongan Karya (Golkar). Munculnya Golkar yang merupakan

mesin politik para penguasa orde lama, membuat PDI dan PPP muncul hanya

sebagai penyemarak jalannnya Pemilu. Hal ini terus berlangsung hingga rezim

orde baru tumbang yakni pada era penggulingan Soeharto. Soeharto turun dengan       

5

Syamsudin Haris, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, PT Gramedia Pustaka Utama,

(18)

   

 

5

lebih dulu berhasil memainkan isu politik yang membawa perpecahan di tubuh

PDI, yang kala itu pecah menjadi PDI di bawah kepemimpinan Soerdjadi dan

PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Megawati.

“Non aktifnya” PDI, membuat suara para simpatisan kubu Megawati

dirahkan pada PPP. Alhasil, perpecahan ini membuat perubahan besar dan

menyebabkan partai berlambang ka’bah tersebut mengalami lonjakan suara lebih

dari 20% pada Pemilu Tahun 1992.

Memiliki kedekatan historis dengan Soekarno, PDI lama yang muncul

dengan nama PDI Perjuangan dan mengusung Megawati sebagai Ketua

Umumnya sejak periode 1993-1998, besar di Kota Malang. Setelah lengsernya

Soeharto pada tahun 1998, seperti wilayah Indonesia yang lain, di Kota Bunga

PDI Perjuangan mendapat ruang untuk kembali berkibar dan menguatkan diri

dengan menguasai hati rakyat.

Benar saja, peningkatan jumlah pemilih pada Pemilu Tahun 1999 menjadi

saksi perubahan besar bangkitnya partai berlambang banteng ini. Dengan

mengusung jargon “partainya wong cilik”, PDI Perjuangan berhasil mendudukkan

15 anggotanya di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang.

(19)

   

 

[image:19.612.128.502.106.388.2]

6

Tabel 1.

PERBANDIGAN KOMPOSISI

ANGGOTA DPRD KOTA MALANG TAHUN 1999-2004 NO.

NAMA PARTAI JUMLAH

ANGGOTA

1. PDI PERJUANGAN 15

2. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) 12

3. GOLONGAN KARYA (GOLKAR) 7

4. PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (PPP) 3

5. PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2

6. PARTAI KEADILAN 1

7. TNI/POLRI 5

JUMLAH TOTAL ANGGOTA 45

Sumber: Diolah dari Syamsuddin Haris, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai,

PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, Hal.81

Tabel 2

PERBANDINGAN KOMPOSISI

ANGGOTA DPRD KOTA MALANG TAHUN 2004-2009

NO. NAMA PARTAI JUMLAH

ANGGOTA

1. PDI PERJUANGAN 14

2. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) 8

3. PARTAI DEMOKRAT 7

4. GOLONGAN KARYA (GOLKAR) 6

5. PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 5

6. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) 5

TOTAL 45 Sumber: Diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kota Malang

[image:19.612.127.516.467.688.2]
(20)

   

 

[image:20.612.128.511.162.429.2]

7

Tabel 3

PERBANDINGAN KOMPOSISI

ANGGOTA DPRD KOTA MALANG TAHUN 2009-2014

Sumber: Data diolah dari Daftar Legislatif Pemerintah Kota Malang (www.malangkota.go.id)

Sejak mengalami kebangkitan besar pada tahun 1998, PDI Perjuangan

berhasil menduduki peringkat teratas dengan menempatkan 15 wakilnya di kursi

DPRD Kota Malang. Namun, pada tahun 2004, seiring terus berjalannya arus

demokrasi, PDI Perjuangan mengalami penurunan suara. Hal ini lantaran pada

tahun ini, demokrasi di Indonesia semakin tak terkendali. Muncul banyak partai

yang kemudian juga mempengaruhi keberadaan PDI Perjuangan. Hasilnya, partai

ini mengalami penurunan presentase jumlah suara hingga harus merelakan satu

kursi di DPRD Kota dengan hanya mendudukkan 14 orang anggotanya.

Tahun 2009, PDI Perjuangan yang terus mengusung jargon “partainya

wong cilik” kecolongan banyak suara. Hal ini sehubungan dengan naiknya Susilo

NO. NAMA PARTAI JUMLAH

ANGGOTA

1. PARTAI DEMOKRAT 12

2. PDI PERJUANGAN 10

3. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

(PKB) 5

4. PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

(PKS) 5

5. GOLONGAN KARYA (GOLKAR) 5

6. PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 4

7. GERINDA 4

(21)

   

 

8

Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan kader Partai Demokrat menjadi

orang nomor satu di Indonesia. Demokrat yang semula dipandang sebelah mata,

menjadi akrab di telinga masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di tataran Kota

Malang. Kedatangan Demokrat ke dunia percaturan politik Kota Malang, telah

menggeser PDI Perjuangan sebagai partai dengan perwakilan terbanyak di kursi

DPRD. Meski demikian, jumlah keseluruhan wakil PDI Perjungan masih bertahan

di angka 10.

Bertahannya PDI Perjuangan dengan meraih lebih dari 20% komposisi

anggota DPRD inilah yang kemudian menarik peneliti, bagaimana cara partai ini

berkomunikasi dengan basis massanya untuk mempertahankan keberpihakkan

massanya di tengah derasnya arus demokrasi? Bagaimana pula jaringan

komunikasi yang mereka bentuk untuk menguatkan basis massanya?

B. Rumusan Masalah

Dari runtutan latar belakang di atas, kiranya penulis ingin membatasi

masalah penelitian sehingga sesuai dengan yang penulis inginkan yakni:

Bagaimana jaringan komunikasi politik yang digunakan PDI Perjuangan

Kota Malang dalam penguatan basis massanya?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah sebelumnya, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana jaringan komunikasi politik

(22)

   

 

9

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis:

Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangsih nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial, khususnya

di bidang ilmu komunikasi yang menyikapi persoalan jaringan komunikasi.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi

peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian serupa di kemudian

hari.

2. Manfaat Praktis:

Sebagai hasil belajar secara konkrit, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu media evaluasi bagi PDI Perjuangan. Selain itu,

penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi partai politik di

Indonesia untuk memahami dan pada akhirnya menerapkan jaringan

komunikasi yang tepat untuk menguatkan basis massanya. Dengan

demikian, fungsi partai politik secara nyata dapat berjalan dan cita-cita

Indonesia menjadi negara demokrasi yang sesungguhnya mampu

Gambar

Tabel 1. PERBANDIGAN KOMPOSISI
Tabel 3 PERBANDINGAN KOMPOSISI

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan MUI NTB yang tidak menyalahkan intervensi Pemerintah provinsi NTB melalui SE Gubernur yang mengatur tentang batas usia minimal menjadi 21 tahun syarat usia menikah

mendokumentasikan sistem informasi yang terdapat di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan (RSCK), dengan harapan dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan di masa

Seperti halnya model Kemp, model lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk terkait dengan pembelajaran adalah model Pengembangan Dick &

Identifikasi Dan Aplikasi Strain Azolla Asal Bondowoso Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah ( Oryza sativa L ) Fakultas Pertanian: Universitas Muhammadiyah

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Pasal 83 Pemilihan Gagal ayat (1) d. : Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No.

Bagi penggunaan peta minda, pelajar tidak menghadapi masalah untuk membuat keputusan memilih templet yang paling sesuai untuk menghasilkan nota berbanding penggunaan alat

PEMANFAATAN AMPAS KEDELAI MENJADI BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF (BBA) DENGAN PROSES TRANS-.. ESTERIFIKASI

1) Kegiatan penilaian surat masuk sebenarnya sudah mulai dilaksanakan pada tahap pencatatan, yaitu pada waktu menilai sementara apakah surat masuk termasuk yang