• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah 1"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN KOLONIALISME DAN

IMPERIALISME YANG DILAKUKAN OLEH

BANGSA EROPA

Disusun Oleh

:

1. Adinda Risti Karisma Dewi

(02)

2. Andini Naelis Saadah

(03)

3. Ebentera Santosa

(05)

4. Galang Adhyaksa Pratama

(11)

5. Latifah Ridho Febrianti

(19)

6. Marthalena Poetra Ryshaldo

(21)

XI – MIPA – 4

(2)

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

TINDAKAN KOLONIALISME DAN

IMPERIALISME YANG DILAKUKAN OLEH

BANGSA EROPA

Disusun Oleh

:

Adinda Risti Karisma Dewi

(02)

XI – MIPA – 4

SMA NEGERI 1 PATI

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul “Tindakan Kolonialisme dan Imperialisme yang Dilakukan oleh Bangsa Eropa” telah disahkan dan disetujui pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 10 Agustus 2016

Disetujui oleh :

Kepala Sekolah Guru Pembimbing

Budi Santosa,S.Pd., M.Pd., M.Si Dra. Sri Endah Rida I., M.Pd

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan makalah ini yang berjudul “Tindakan Kolonialisme dan Imperialisme yang Dilakukan oleh Bangsa Eropa” kepada :

1. Bapak Budi Santosa,S.Pd., M.Pd., M.Si selaku Kepala SMA N 1 Pati 2. Ibu Dra. Sri Endah Rida I., M.Pd selaku guru pengampu mapel Sejarah

Indonesia

3. Bapak dan Ibu Guru SMA N 1 Pati

4. Bapak, Ibu, dan keluarga terkasih yang telah memberi dorongan dan semangat kepada kami

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad, taufiq, hidayah, dan karunianya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah yang berjudul “Tindakan Kolonialisme dan Imperialisme yang Dilakukan oleh Bangsa Eropa” ini disusun guna menyelesaikan tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia..

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ini perlu menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Budi Santosa,S.Pd., M.Pd., M.Si selaku Kepala SMA N 1 Pati 2. Ibu Dra. Sri Endah Rida I., M.Pd selaku guru pengampu mapel Sejarah

Indonesia

3. Orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan daalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menginginkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun demi sempurnanya karya tulis pada waktu yang akan datang. Penulis mempunyai keinginan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri juga bagi pembaca.

Pati, 10 Agustus 2016

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Halaman Persembahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

BAB II Pembahasan ... 4

2.1 Penjelajahan Bangsa -Bangsa Eropa ... 4

2.2 Perkembangan VOC di Indonesia ... 8

2.3 Masa Pemerintahan Hindia Belanda ... 14

BAB III Penutup ... 34

3.1 Kesimpulan ... 34

3.2 Saran ... 34

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali dengan adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dalam bentuk gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju.

Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk berpikiran maju (progresif) dari kondisi atau masa sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan pada kepentingan kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di kota-kota pelabuhan Italia, seperti Florence, Genoa, dan Venesia.

Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan banyak penemuan-penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-ekonomi, dan kebudayaan.

1. Di Bidang Ilmu Pengetahuan

(8)

2. Di Bidang Teknologi

Selain di bidang ilmu pengetahuan, Nicolaus Copernicus juga mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat kompas yang dapat digunakan untuk menunjukkan arah dalam pelayaran. Pada tahun 1610, muncul ilmuwan baru dari Italia bernama Galileo yang mendukung dan memperjelas pokok-pokok ajaran Heliosentris dari Copernicus. Pada saat itu, Galileo telah mampu mengembangkan teknologi dengan cara membuat teropong jauh (teleskop).

3. Di Bidang Sosial Ekonomi

Pada tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut wilayah Konstantinopel (terutama Bandar Bizantium yang biasa digunakan sebagai bandar penghubung perdagangan antara Asia dan Eropa). Peristiwa itu mengakibatkan terputusnya jalur perdagangan antara Asia dan Eropa sehingga para pedagang sulit untuk mendapatkan rempah-rempah. Kondisi sosial ekonomi para pedagang Eropa menurun akibat krisis lalu lintas perdagangan ini, dan memaksa mereka untuk mencari jalan lain dalam menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan membelinya secara langsung dengan cara berlayar menjelajahi samudera.

Perjalanan Marco Polo dari Venesia (Italia) ke negeri Cina dan ajaran Copernicus yang menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola, telah mampu mempengaruhi dan mendorong pelaut-pelaut Eropa lain seperti bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Perancis untuk berlayar mengarungi samudera ke segala penjuru dunia hingga dapat menemukan daerah-daerah baru yang kemudian dikuasai sebagai daerah jajahannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelajahan samudra bangsa-bangsa Eropa? 2. Bagaimana perkembangan VOC di Indonesia?

(9)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penjelajahan bangsa-bangsa Eropa 2. Untuk mengetahui perkembangan VOC di Indonesia 3. Untuk mengetahui masa pemerintahan Hindia Belanda 4. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem tanam paksa

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan siswa tentang tindakan kolonialisme dan imperalisme 2. Menambah pengetahuan siswa mengenai tindakan yang dilakukan Bangsa

Eropa saat memerintah di Hindia Belanda

(10)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penjelajahan Bangsa-Bangsa Eropa

a. Melacak Perburuan “Mutiara dari Timur”

Indonesia bagaikan ”mutiara dari timur” dengan kepulauan yang sangatlah indah dan kaya, memiliki berbagai macam flora dan fauna, hasil dan persediaan tambang yang ada di mana-mana, ditambah lagi hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Hal ini menyebabkan bangsa-bangsa lain tertarik untuk datang. Pada abad ke-16 mulailah Indonesia dijajah bangsa Barat.

1. Memahami Motivasi, Nafsu, dan Kejayaan Barat

Bangsa-bangsa di dunia menjelajahi samudra untuk menemukan dunia baru. Hal ini dikarenakan keinginan untuk survive, memenuhi kepuasan dan kejayaan dalam kehidupan dunia. Selain itu, muncul nafsu untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan kejayaan politik. Awalnya mereka ke wilayah sebelah timur (timurnya Eropa) sebagai penghasil rempah-rempah yang disukai bangsa Eropa.

Rempah-rempah sangat laris di Eropa, jadi mereka sekuat tenaga mencari daerah penghasil rempah-rempah. Daerah penghasil rempah-rempah itu adalah Indonesia, orang-orang Eropa menyebutnya Hindia. Datangnya bangsa Barat ke Indonesia juga dilatarbelakangi peristiwa jatuhnya Konstantinopel. Perang Salib juga disebut-sebut mendorong datangnya bangsa Barat ke Indonesia.

2. Menganalisis Petualangan, Penjelajahan, dan Penemuan Dunia Baru

Awalnya Laut Tengah menjadi pusat perdagangan internasional antara pedagang dari Barat dan Timur. Karena jatuhnya Konstantinopel, akses bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah secara murah di Laut Hitam menjadi tertutup. Rempah-rempah di Eropa jadi mahal, jadi mereka mencari daerah penghasil rempah-rempah.

(11)

Gold : memburu kekayaan dan keuntungan dengan megumpulkan emas, perak, dan bahan tambang.

Glory : memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Mereka bersaing untuk berkuasa di dunia baru yang mereka temukan.

Gospel : menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama.

a. Spanyol

Diprakasai oleh Christhoper Colombus. Pada tanggal 3 Agustus 1492, dia berangkat dari pelabuhan Spanyol berlayar kearah barat. Pada tanggal 6 September 1492 rombongannya sampai di Kepulauan Kanari (sebelah barat Afrika). Kemudian menjelajahi Samudra Atlantik. Setelah berlayar sekitar satu bulan lebih, rombongan Colombus mendarat di pantai bagian dari Kepulauan Bahama. Colombus mengira sudah sampai di Tanah Hindia. Tempat mendarat ini dinamakan San Salvador. Berikutnya rombongan Colombus berlayar dan mendarat di Haiti. Merasa ekspedisinya sudah berhasil, Colombus kembali ke Spanyol dan Colombus diakui sebagai penemu Benua Amerika.

Keberhasilan Colombus memicu pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan samudra, apalagi Colombus belum menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah Magellan/Magalhaens disertai kapten bernama Yan Sebastian del Cano. Megellan mengambil jalur yang mirip dengan jalur yang dilayari Colombus. Lalu Magellan mendarat di ujung selatan Amerika, di tempat ini ada selat yang agak sempit dan dinamai Selat Magellan.

Setelah terus berlayar hingga 3 bulan lebih, mereka akhirnya sampai di Filipina. Magellan menyatakan bahwa Filipina sebagai koloni Spanyol. Hal ini menyebabkan pertempuran antar kedua pihak dan akhirnya Magellan terbunuh. Rombongan yang selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka terus berlayar ke selatan hingga menemukan Maluku yang ternyata penghasil rempah-rempah. Kapal-kapal mereka dipenuhi rempah-rempah dan mereka kembali ke Spanyol.

b. Portugis

(12)

Hindia. Sebelumnya, sudah ada pelaut yang mencari daerah Timur dengan menelusuri pantai arah Afrika bernama Bartholomeus Diaz.

Pada Juli 1497, Vasco da Gama berangkat dari Lisabon untuk mulai menjelajah. Vasco dan Gama mengambil rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz. Tahun 1498 rombongan Vasco da Gama mendarat di Kalikut dan Goa di pantai barat India. Ia lalu mendirikan kantor dagang yang dilengkapi oleh benteng. Atas keberhasilannya ini, Raja Portugis mengangkatnya menjadi penguasa di Goa atas pemerintahan Portugis.

Setelah bertahun-tahun, orang Portugis sadar bahwa India bukan penghasil rempah-rempah. Mereka mendengar bahwa Malaka merupakan pusat perdagangan rempah-rempah. Mereka lalu melanjutkan ekspedisi yang dipimpin Alfonso de Albuquerque. Akhirnya Portugis berhasil menguasai Malaka dan kekuatan Portugis semakin mendekati Indonesia khususnya Maluku.

c. Belanda

Tahun 1594, Barents mencoba berlayar untu mencari dunia Timur melalui daerah Kutub Utara. Ia gagal melanjutkan perjalanannya karena kapalnya terjepit es dan terhenti di pulau yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha kembali ke negerinya, tetapi ia meninggal di perjalanan.

Pada tahun 1595, Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai pelayaran dengan kekuatan empat kapal dan 249 awak kapal beserta 64 pucuk meriam, mengambil jalur laut yang biasa dilalui orang – orang Portugis.

(13)

Pada tahun 1598, van Heemskerck dengan armadanya mendarat di Banten. Heemskerck dan anggotanya bersikap hati-hati dan lebih bersahabat, sehingga rakyat Banten menerima kedatangan mereka. Kapal-kapal mereka mulai berlayar ke Timur dan singgah di Tuban lalu dilanjutkan menuju Maluku.

Di bawah pimpinan Jacob van Neck, mereka sampai di Maluku pada tahun 1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik oleh rakyat Maluku. Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan orang-orang Portugis. Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini mendapatkan keuntungan yang berlipat. Dengan demikian semakin banyak kapal-kapal dagang yang berlayar menuju Maluku.

d. Inggris

Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Inggris dapat mengambil keuntungan besar karena mendapatkan rempah-rempah secara bebas dan relatif murah di Lisabon. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar Lisabon. Oleh karena itu, Inggris berusaha mencari sendiri negeri penghasil rempah-rempah.

Dalam pelayarannya ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris sampai di India pada tahun 1600. Inggris membentuk kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC) untuk memperkuat kedudukannya di India. Pada tahun 1811, Inggris pernah memegang kekuasaan di Tanah Hindia. Di samping itu, beberapa rombongan pelaut Inggris melewati jalur yang pernah ditempuh para pelaut Spanyol. Pada tahun 1607, kelompok Pilgrim Father berhasil mendarat di Amerika bagian Utara dan membangun koloni di Massachusetts.

2.2 Perkembangan VOC di Indonesia

(14)

Tujuan kedatangan orang-orang Eropa ke dunia timur untuk mendapat keuntungan dan kekayaan yang dapat dicapai setelah menemukan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara. Mereka saling berinteraksi dan bersaing antarbangsa maupun dengan bangsa mereka sendiri dalam meraup keuntungan berdagang. Untuk memperkuat posisi di dunia timur masing-masing kongsi dagang dari suatu negara membentuk persekutuan dagang bersama.

Persaingan yang cukup keras juga terjadi di antarperusahaan dagang orang-orang Belanda. Kenyataan ini mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah dan parlemen Belanda, sebab akan merugikan Kerajaan Belanda sendiri. Terkait dengan itu, maka pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten Generaal) pada tahun 1598 mengusulkan agar antarkongsi dagang Belanda bekerja sama membentuk sebuah perusahaan dagang yang lebih besar.

Pada 20 Maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan kongsi dagang Belanda di Nusantara bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau “Perserikatan Maskapai Perdagangan Hindia Timur/Kongsi Dagang India Timur”. VOC secara resmi didirikan di Amsterdam. Adapun tujuan dibentuknya VOC yakni sebagai berikut :

(1) Menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda yang telah ada

(2) Memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain.

VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang, sehingga disebut “Dewan Tujuh Belas” (de Heeren XVII). Mereka terdiri dari delapan perwakilan kota pelabuhan dagang di Belanda. Markas Besar Dewan ini berkedudukan di Amsterdam. Beberapa kewenangan dan hak-hak VOC diantaranya :

(15)

2. Membentuk angkatan perang sendiri 3. Melakukan peperangan

4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat 5. Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri 6. Mengangkat pegawai sendiri

7. Memerintah di negeri jajahan

Dengan memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan boleh melakukan peperangan, membuat VOC cenderung ekspansif. VOC terus berusaha memperluas daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. VOC juga memandang bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai musuhnya. Mengawali ekspansinya tahun 1605, VOC telah berhasil mengusir Portugis dari Ambon. Benteng pertahanan Portugis di Ambon dapat diduduki tentara VOC. Benteng itu kemudian oleh VOC diberi nama Benteng Victoria.

Tahun 1610, “Dewan Tujuh Belas” harus menjalankan tugas-tugas dan menyelesaikan berbagai urusan VOC, termasuk urusan ekspansi untuk perluasan wilayah monopoli. “Dewan Tujuh Belas” yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda mengurus wilayah yang ada di Kepulauan Nusantara, sehingga tidak dapat menjalankan tugas sehari-hari secara cepat dan efektif. Sementara itu persaingan dan permusuhan dengan bangsa bangsa lain juga semakin keras, maka pada 1610 secara kelembagaan diciptakan jabatan baru dalam organisasi VOC, yakni jabatan gubernur jenderal yang merupakan jabatan tertinggi yang bertugas mengendalikan kekuasaan di negeri jajahan VOC.

(16)

Pada tahun 1611, Pieter Both mengadakan perjanjian dengan penguasa Jayakarta, guna pembelian sebidang tanah seluas 50x50 vadem ( satu vadem sama dengan 182 cm) berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung yang menjadi cikal bakal hunian dan daerah kekuasaan VOC di tanah Jawa serta menjadi cikal bakal Kota Batavia. Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian dan menanamkan pengaruhnya di Maluku dan berhasil mendirikan pos perdagangan di Ambon.

b. VOC semakin merajalela

Pada tahun 1614, Pieter Both digantikan oleh Gubernur Jenderal Gerard Reynst (1614-1615). Baru berjalan satu tahun ia digantikan gubernur jenderal yang baru yakni Laurens Reael (1615-1619). Pada masa jabatan Laurens Reael ini berhasil dibangun Gedung Mauritius yang berlokasi di tepi Sungai Ciliwung.

Orang-orang Belanda yang tergabung dalam VOC itu memang cerdik. Pada awalnya mereka bersikap baik dengan rakyat. Hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara juga berjalan lancar. Orang-orang Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both diizinkan oleh Pangeran Wijayakrama untuk membangun tempat tinggal dan loji di Jayakarta. Sikap baik rakyat dan para penguasa setempat ini dimanfaatkan oleh VOC untuk semakin memperkuat kedudukannya di Nusantara. Lama kelamaan orang-orang Belanda mulai menampakkan sikap congkak, dan sombong.

Setelah merasakan nikmatnya tinggal di Nusantara dan menikmati keuntungannya yang melimpah dalam berdagang, Belanda semakin bernafsu ingin menguasai dan kadang-kadang melakukan paksaan dan kekerasan. Hal ini telah menimbulkan kebencian rakyat dan para penguasa lokal.

(17)

pasukan Banten pada awal tahun 1619 juga mengusir Inggris dari Jayakarta. Selanjutnya Jayakarta sepenuhnya dapat dikendalikan oleh Kesultanan Banten.

J.P. Coen adalah gubernur jenderal yang sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. Ia juga dikenal sebagai peletak dasar penjajahan VOC di Indonesia. Disertai dengan sikap congkak dan tindakan yang kejam, J.P.Coen berusaha meningkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara. Cara-cara VOC untuk meningkatkan eksploitasi kekayaan alam dilakukan antara lain :

1. Merebut pasaran produksi pertanian, biasanya dengan memaksakan monopoli, seperti monopoli rempah-rempah di Maluku.

2. Tidak ikut aktif secara langsung dalam kegiatan produksi hasil pertanian. Cara memproduksi hasil pertanian dibiarkan berada di tangan kaum pribumi, tetapi yang penting VOC dapat memperoleh hasil-hasil pertanian itu dengan mudah, sekalipun harus dengan paksaan.

3. VOC sementara cukup menduduki tempat-tempat yang strategis.

4. VOC melakukan campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama menyangkut usaha pengumpulan hasil bumi dan pelaksanaan monopoli. VOC memiliki daya tawar yang kuat, sehingga dapat menentukan harga.

5. Lembaga-lembaga pemerintahan tradisional/kerajaan masih tetap dipertahankan dengan harapan bisa dipengaruhi/dapat diperalat, kalau tidak mau baru diperangi.

(18)

Untuk memperkuat kebijakan monopoli ini di setiap daerah yang dipandang strategis armada VOC diperkuat. Benteng-benteng pertahanan dibangun. Sebagai contoh Benteng Doorstede dibangun di Saparua, Benteng Nasau di Banda, di Ambon sudah ada Benteng Victoria, Benteng Oranye di Ternate, dan Benteng Rotterdam di Makasar.

Dalam rangka memperluas pengaruh dan kekuasaannya, VOC pun sampai ke Irian/Papua yang dikenal sebagai wilayah yang masih tertutup dengan hutan belantara yang begitu luas. Penduduknya juga masih bersahaja dan primitif. Orang Belanda yang pertama kali sampai ke Irian adalah Willem Janz. Bersama armandanya rombongan Willem Janz menaiki Kapal Duyke dan berhasil memasuki tanah Irian pada tahun 1606. Willem Janz ingin mencari kebun tanaman rempah-rempah.

Pada tahun 1616-1617, Le Maire dan William Schouten mengadakan survei di daerah pantai timur laut Irian dan menemukan Kepulauan Admiralty bahkan sampai ke New Ireland. Dengan penemuan ini maka nama William diabadikan sebagai nama kepulauan, Kepulauan Schouten.

Pada waktu orang-orang Belanda sangat memerlukan bantuan budak, maka banyak diambil dari orang-orang Irian. Pengaruh VOC di Irian semakin kuat. Bahkan pada tahun 1667, Pulau-pulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC. Dengan demikian daerah pengaruh dan kekuasaan VOC sudah meluas di seluruh Nusantara.

c. VOC semakin merajalela

(19)

Harapan, India sampai Irian/Papua.Semakin banyak daerah yang dikuasai ternyata juga membuat pengelolaan semakin kompleks. Semakin luas daerahnya, pengawasan juga semakin sulit. Kota Batavia semakin ramai dan semakin padat.

Pada tahun 1749 terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Pada tanggal 27 Maret 1749, Parlemen Belanda mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Anggota pengurus “Dewan Tujuh Belas” yang semula dipilih oleh parlemen dan provinsi pemegang saham (kecuali Provinsi Holland), sepenuhnya menjadi tanggung jawab Raja. Raja juga menjadi panglima tertinggi tentara VOC.

Dengan demikian VOC berada di bawah kekuasaan raja. Kepentingan pemegang saham menjadi terabaikan. Pengurus tidak lagi berpikir memajukan usaha perdagangannya, tetapi berpikir untuk memperkaya diri. Keuntungan VOC semakin merosot, bahkan tercatat pada tahun 1673 tidak mampu membayar dividen, kas juga merosot tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutang pun tidak terelakkan.

Sementara itu para pejabat VOC juga semakin feodal. Pada tanggal 24 Juni 1719, Gubernur Jenderal Henricus Zwaardecroon mengeluarkan ordonansi untuk mengatur secara rinci cara penghormatan terhadap gubernur jenderal dan Dewan Hindia beserta istri dan keturunannya. Kemudian Gubernur Jenderal Jacob Mosel juga mengeluarkan ordonansi baru pada tahun 1754 untuk mengatur tentang kendaraan kebesaran.

(20)

Gubernur Jenderal Van Hoorn konon menumpuk harta sampai 10 juta gulden ketika kembali ke Belanda pada tahun 1709, sementara gaji resminya hanya sekitar 700 gulden sebulan. Gubernur Maluku berhasil mengumpulkan kekayaan 20-30 ribu gulden dalam waktu 4-5 tahun, dengan gaji sebesar 150 gulden per bulan. Untuk menjadi karyawan VOC juga harus dengan menyogok. Pengurus VOC di Belanda memasang tarif sebesar f.3.500,- bagi yang ingin menjadi pegawai onderkoopman, untuk menjadi kapitein harus menyogok f.2000,- dan begitu seterusnya yang semua telah merugikan uang lembaga.

Demikianlah para pejabat VOC terjangkit penyakit korupsi karena ingin kehormatan dan kemewahan sesaat. Beban utang VOC semakin berat, sehingga akhirnya VOC sendiri bangkrut. Bahkan ada sebuah ungkapan, VOC kepanjangan dari Vergaan Onder Corruptie (tenggelam karena korupsi) (Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012).

Menurut penilaian, pemerintah VOC sebagai kongsi dagang tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah. Pada waktu itu sebagai Gubernur Jendral VOC yang terakhir Van Overstraten masih harus bertanggung jawab tentang keadaan di Hindia Belanda. Ia bertugas mempertahankan Jawa dari serangan Inggris.

2.3 Masa Pemerintahan Hindia Belanda 1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang menamakan dirinya kaum patriot. Kaum ini terpengaruh oleh semboyan Revolusi Perancis: liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite

(21)

Pada awal tahun 1795, pasukan Perancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai Perancis. Dibentuklah pemerintahan baru sebagai bagian dari Perancis yang dinamakan Republik Bataaf (1795-1806). Sebagai pemimpin Republik Bataaf adalah Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.

Sementara itu dalam pengasingan, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris ditempatkan di Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang terkenal dengan “Surat-surat Kew”. Isi perintah itu adalah agar para penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris bukan kepada Perancis.

Dengan “Surat-surat Kew” itu pihak Inggris bertindak cepat dengan mengambil alih beberapa daerah di Hindia seperti Padang pada tahun 1795, kemudian menguasai Ambon dan Banda tahun 1796. Inggris juga memperkuat armadanya untuk melakukan blokade terhadap Batavia.

Sudah barang tentu pihak Perancis dan Republik Bataaf juga tidak ingin ketinggalan untuk segera mengambil alih seluruh daerah bekas kekuasaan VOC di Kepulauan Nusantara. Karena Republik Bataaf ini merupakan vassal dari Perancis, maka kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh oleh Perancis.

Kebijakan yang utama bagi Perancis waktu itu adalah memerangi Inggris. Oleh karena itu, untuk mempertahankan Kepulauan Nusantara dari serangan Inggris diperlukan pemimpin yang kuat. Ditunjuklah seorang muda dari kaum patriot untuk memimpin Hindia, yakni Herman Williem Daendels. Ia dikenal sebagai tokoh muda yang revolusioner.

(22)

H.W. Daendels sebagai Gubernur Jenderal memerintah di Nusantara pada tahun 1808-1811. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris. Sebagai pemimpin yang ditunjuk oleh Pemerintahan Republik Bataaf, Daendels harus memperkuat pertahanan dan juga memperbaiki administrasi pemerintahan, serta kehidupan sosial ekonomi di Nusantara khususnya di tanah Jawa.

Daendels adalah kaum patriot dan liberal dari Belanda yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Di dalam berbagai pidatonya, Daendels tidak lupa mengutip semboyan Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat Hindia.

Daendels ingin memberantas praktik-praktik feodalisme. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lebih dinamis dan produktif untuk kepentingan negeri induk (Republik Bataaf). Langkah ini juga untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan sekaligus membatasi hak-hak para bupati yang terkait dengan penguasaan atas tanah dan penggunaan tenaga rakyat.

Dalam rangka mengemban tugas sebagai gubernur jenderal dan memenuhi pesan dari pemerintah induk, Daendels melakukan beberapa langkah strategis, terutama menyangkut bidang pertahanan-keamanan, administrasi pemerintahan, dan sosial ekonomi.

a) Bidang Pertahanan Dan Keamanan

Memenuhi tudas mempertahankan jawa dari serangan inggeis, Deanles melakukan langkah-langkah:

1. Membangun benteng-benteng pertahanan baru

(23)

Kegiatan tersebut telah merubah citra Deanles, yang semula adalah tokoh muda yang demokratis dengan semboyannya : liberte, egalite dan fraternite

berubah menjadi tokoh yang diktator. Deanles juga mengerahkan orang pribumi untuk kerja rodi, rakyat yang sudah jatuh miskin menjadi semakin menderita.

b) Bidang Pemerintahan

Deanles juga melakukan perubahan dibidang pemerintahan, Ia juga banyak melakukan perubahan dalam tata cara dan adat istiadat didalam kerajaan – kerajaan Jawa. Kalau sebelumnya pejabat VOC datang dengan mengikuti tata cara dan adat istiadat berbeda dengan Deanles yang menolak mengikuti tata cara seremonial tersebut.

Deanles berhasil mempengaruhi Mangkunegara II dengan membentuk “legiun Mangkunegara”, Deanles semakin berani melakukan interversi di kerajaan-kerajaan local. Akibatnya raden Rangga terdorong melancarkan serangan terhadap kekuatan colonial, namun serangan ini berhasiln dipatahkan.

Deanles memberikan ultimatum kepada Raden Hamengkubuwono II, namun ditolak, pada 30 Desember 1810 pasukan Deanles menuju Yogyakarta dengan 3.200 pasukan dan memaksa Hamenkubuwono II turun tahta digantikan oleh puteranya sebagai Sultan Hamengkubuwono III.

Selain itu Deanles juga melakukan beberapa tindakan yang memperkuat kedudukan di Nusantara diantaranya :

1. Membatasi secara ketat kekuasaan raja-raja di Nusantara 2. Membagi Pulau jawa menjadi 9 daerah prefektur

3. Kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diganti menjadi pegawai pemerintah yang digaji

4. Kerajaan banten dan Cirebon dihapuskan dan daerahnya dinyatakan sebagai wilayah kolonial

(24)

Untuk memperlancar pemerintahan dan ketertiban, Deanles juga melakukan perbaikan di bidang peradilan, antara lain:

1. Deanles membentuk 3 jenis peradilan : 1) Peradilan untuk orang Eropa, 2) Peradilan untuk orang timur asing, 3) Peradilan untuk orang pribumi.

2. Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu.

d) Bidang Sosial Ekonomi

Deanles diberi tugas memperbaiki keadaan di tanah hindia, sembari mengumpulkan dana perang. Ia pun melakukan tindakan yang dapat mendatangkan keuntungan, antara lain:

1. Deanles memaksaan perjanjian dangan penguasa Surakarta dan Yogyakarta yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah kedalm colonial

2. Meningkatkann usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak 3. Menigkatkan penanaman tanam yang hasilnya laku dipasar dunia 4. Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya 5. Melakukannya penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta

b. Pemerintahan Janssen

Pada bulan Mei 1811 Deanles pulang ke negerinya dan digantikan oleh Jan Willem Janssen yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur jendral di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun 1802-1806.

(25)

Pengalaman pahit janssen pun terulang, ia kembali terusir dari daerahnya sendiri, lalu bergabung dengan legion Mangkunegara dan prajurit dari Yogyakarta dan Surakarta, namun pasukan INggris lebih kuat hingga Janssen menyerah di Tuntang. Penyerahan resmi ke pihak Inggris ditandai dengan perjanjian Kapitulasi Tuntang tanggal 18 September 1811.

2. Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia (1811-1816)

18 September adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia. Gubernur Jendral Lord Minto mengangkat Raffles sebagai penguasanya dengan berpusat di Batavia. Dalam rangka menjalankan pemerintahanya Raffles berpegang pada 3 prinsip, yaitu:

1. Kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus dan diganti dengan penanaman bebas oleh rakyat

2. Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah colonial

3. Pandangan bahwa tanah adalah milik pemerintah maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa

a. Kebijakan dalam bidang pemerintahan

Dalam pemerintahan Raffles didampingi oleh penasehat yang terdiri atas : Gillespie, Mutinghe, dan Crassen. Secara geopolitik Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan, dan membina hubungan baik dengan pangeran dan penguasa yang membenci Belanda sebagai upaya memperkuat kedudukan Inggris.

(26)

turun tahta dan Sultan raja kembali menjadi Sultan Hamengkubuwono III, sebagai imbalan Sultan menandatangani kontrak dengan pihak Inggris, yaitu :

1. Sultan raja secara resmi menjadi Sultan Hamengkubuwono III dan Pangeran Natakusuma sebagai penguasa tersendiri dari wilayah kesultanan dengan gelar Paku Alam I

2. Sultan Hamengkubuwono II dan putranya Pangeran Mangkudiningrat diasingklan ke Penang

3. Semua harta Sultan Sepuh selama memerintah dirampas dan dianggap sebagai milik Inggris

b. Tindakan dalam bidang ekonomi

Raffles telah melakukan beberapa tindakan untuk memajukan perekonomian di Hindia. Tetapi program itu tujuan utamanya untuk meningkatkan keuntungan pemerintah kolonial. Beberapa kebijakan dan tindakan yang dijalankan Raffles antara lain sebagai berikut :

1. Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) meletakkan dasar bagi perkembangan sistem perekonomian uang.

2. Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi. 3. Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.

4. Penghapusan sistem monopoli.

5. Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.

Kebijakan dan program land rent yang dicanangkan Raffles tersebut tidak terlepas dari pandangannya mengenai tanah sebagai faktor produksi. Menurut Raffles, pemerintah adalah satu-satunya pemilik tanah. Dengan demikian sudah sewajarnya apabila penduduk Jawa menjadi penyewa dengan membayar pajak sewa tanah dari tanah yang diolahnya.

(27)

dirata-rata setiap wajib pajak itu akan menyerahkan sekitar 2/5 dari hasil. Setelah itu petani bebas menggunakan sisanya.

Pajak yang dibayarkan penduduk diharapkan berupa uang. Tetapi kalau terpaksa tidak berupa uang dapat juga dibayar dengan barang lain misalnya beras. Kalau dibayar dengan uang, diserahkan kepada kepala desa untuk kemudian disetorkan ke kantor residen. Tetapi kalau dengan beras yang bersangkutan harus mengirimnya ke kantor residen setempat atas biaya sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ulah pimpinan setempat yang sering memotong/mengurangi penyerahan hasil panen itu.

Para pimpinan atau pejabat Pribumi sudah dialihfungsikan menjadi pegawai pemerintah yang digaji. Pelaksanaan sistem land rent itu diharapkan dapat lebih mengembangkan sistem ekonomi uang di Hindia. Kemudian ditempatkannya desa sebagai unit administrasi pelaksanaan pemerintah, dimaksudkan agar desa menjadi lebih terbuka sehingga bisa berkembang. Kalau desa berkembang maka produksi juga akan meningkat, hidup rakyat bertambah baik, sehingga hasil penarikan pajak tanah juga akan bertambah besar.

Raffles juga ingin memberikan kebebasan bagi para petani untuk menanam tanaman yang sekiranya lebih laku di pasar dunia, seperti kopi, tebu, dan nila. Raffles memang orang yang berpandangan maju. Ia ingin memperbaiki tanah jajahan, termasuk ingin meningkatkan kemakmuran rakyat. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan menghadapi berbagai kendala.

(28)

jembatan, dan melakukan monopoli garam. Secara umum Raffles boleh dikatakan kurang berhasil untuk mengendalikan tanah jajahan sesuai

3. Dominasi Pemerintahan Kolonial Belanda

Pada tahun 1816, Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia. Pemerintah Inggris sebenarnya telah menunjuk John Fendall untuk menggantikan Raffles. Tetapi pada tahun 1814 sudah diadakan Konvensi London. Salah satu isi Konvensi London adalah Inggris harus mengembalikan tanah jajahan di Hindia kepada Belanda. Pada tahun 1816, Kepulauan Nusantara kembali dikuasai oleh Belanda. Sejak itu dimulailah Pemerintahan Kolonial Belanda.

a. Jalan Tengah bersama Komisaris Jenderal

Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah Hindia diperintah oleh badan baru yang diberi nama Komisaris Jenderal. Komisaris Jenderal ini dibentuk oleh Pangeran Willem VI yang terdiri atas tiga orang, yakni:

1. Cornelis Theodorus Elout (ketua), 2. Arnold Ardiaan Buyskes (anggota), dan

3. Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota).

Sebagai rambu-rambu pelaksanaan pemerintahan di negeri jajahan Pangeran Willem VI mengeluarkan UndangUndang Pemerintah untuk negeri jajahan (Regerings Reglement) pada tahun 1815. Salah satu pasal dari undang-undang tersebut menegaskan bahwa pelaksanaan pertanian dilakukan secara bebas. Hal ini menunjukkan bahwa ada relevansi dengan keinginan kaum liberal sebagaimana diusulkan oleh Dirk van Hogendorp.

(29)

Komisaris Jenderal itu bimbang untuk menerapkan prinsip-prinsip liberalisme dalam mengelola tanah jajahan di Nusantara.

Hindia dalam keadaan terus merosot dan pemerintah mengalami kerugian. Kas negara di Belanda dalam keadaan menipis. Mereka sadar bahwa tugas mereka harus dilaksanakan secepatnya untuk dapat mengatasi persoalan ekonomi baik di Tanah Jajahan maupun di Negeri Induk.

Sementara itu perdebatan antar kaum liberal dan kaum konservatif terkait dengan pengelolaan tanah jajahan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya belum mencapai titik temu. Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang besar bila diserahkan kepada swasta, dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam. Sedangkan kelompok konservatif berpendapat pengelolaan tanah jajahan akan menghasilkan keuntungan apabila langsung ditangani pemerintah dengan pengawasan yang ketat.

Dengan mempertimbangkan amanat UU Pemerintah dan melihat kenyataan di lapangan serta memperhatikan kaum liberal dan kaum konservatif, Komisaris Jenderal sepakat untuk menerapkan kebijakan jalan tengah. Eksploitasi kekayaan di tanah jajahan langsung ditangani pemerintah Hindia Belanda agar segera mendatangkan keuntungan bagi negeri induk, di samping mengusahakan kebebasan penduduk dan pihak swasta untuk berusaha di tanah jajahan. Tetapi kebijakan jalan tengah ini tidak dapat merubah keadaan.

(30)

Van der Capellen mengeluarkan kebijakan yang berkembang ke arah sewa tanah dengan penghapus peran penguasa tradisional (bupati dan para penguasa setempat). Kemudian Van der Capellen juga menarik pajak tetap yang sangat memberatkan rakyat. Timbul banyak protes dan mendorong terjadinya perlawanan. Kemudian ia dipanggil pulang dan digantikan oleh Du Bus Gisignies.

Du Bus Gisignies berkeinginan membangun modal dan meningkatkan ekspor. Tetapi program ini tidak berhasil karena rakyat tetap miskin sehingga tidak mampu menyediakan barangbarang yang diekspor. Yang terjadi justru impor lebih besar dibanding ekspor. Tentu ini sangat merugikan bagi pemerintah Belanda.

Kondisi tanah jajahan dalam kondisi krisis, kas negara di negeri induk pun kosong. Hal ini disebabkan dana banyak tersedot untuk pembiayaan perang di tanah jajahan. Kesulitan ekonomi Belanda ini semakin diperberat dengan adanya pemisahan antara Belanda dan Belgia pada tahun 1830. Dengan pemisahan ini Belanda banyak kehilangan lahan industri sehingga pemasukan negara juga semakin berkurang.

b. Sistem Tanam Paksa

Cultuurstelsel yang oleh sejarawan Indonesia disebut sebagai Sistem Tanam Paksa, adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.

(31)

cultuurstelstel pun tetap dikenakan pajak. Warga yang tidak memiliki lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh di lahan pertanian.

Tanam paksa adalah era paling eksploitatif dalam praktik ekonomi Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah.

Petani yang pada zaman VOC wajib menjual komoditi tertentu pada VOC kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal Hindia Belanda pada 1835 hingga 1940.

Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini, Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda, pada 25 Desember1839.

Cultuurstelsel kemudian dihentikan setelah muncul berbagai kritik dengan dikeluarkannya UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870, yang mengawali era liberalisasi ekonomi dalam sejarah penjajahan Indonesia.

Pemerintah Belanda terus mencari cara bagaimana untuk mengatasi masalah ekonomi. Berbagai pendapat pun mulai dilontarkan oleh para para pemimpin dan tokoh masyarakat. Pada tahun 1829, Johannes Van den Bosch mengajukan usulan kepada raja Belanda yang berkaitan dengan cara melaksanakan politik kolonial Belanda di Hindia.

(32)

jajahan. Mereka menggunakan konsep daerah jajahan sebagai tempat mengambil keuntungan bagi negeri induk

Konsep Bosch itu kemudian dikenal dengan Cultuurstelsel (Tanam Paksa). Dengan cara ini diharapkan perekonomian Belanda dapat dengan cepat pulih dan semakin meningkat. Bahkan dalam salah satu tulisan Van den Bosch membuat suatu perkiraan bahwa dengan Tanam Paksa, hasil tanaman ekspor dapat ditingkatkan sebanyak kurang lebih f.15. sampai f.20 juta setiap tahun.

Van den Bosch menyatakan bahwa cara paksaan seperti yang pernah dilakukan VOC adalah cara yang terbaik untuk memperoleh tanaman ekspor untuk pasaran Eropa. Dengan membawa dan memperdagangkan hasil tanaman sebanyak-banyaknya ke Eropa, maka akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar.

Ketentuan Tanam Paksa

Raja Willem tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch tersebut. Pada tahun 1830, Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa. Setelah sampai di Jawa, Van den Bosch segera mencanangkan sistem Tanam Paksa.

Secara umum Tanam Paksa mewajibkan para petani untuk menanam tanaman-tanaman yang dapat diekspor di pasaran dunia, diantaranya tembakau, tebu, dan nila. Rakyat kemudian diwajibkan membayar pajak dalam bentuk barang sesuai dengan hasil tanaman yang ditanam petani.

Secara rinci beberapa ketentuan Tanam Paksa itu termuat pada Lembaran Negara (Staatsblad) Tahun 1834 No. 22. Ketentuan-ketentuan itu antara lain sebagai berikut :

(33)

2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan Tanam Paksa tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.

3. Waktu yang diperlukan untuk menanam tanaman Tanam Paksa tidak boleh melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.

4. Tanah yang disediakan untuk tanaman Tanam Paksa dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.

5. Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa wajib diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayarkan oleh rakyat, maka kelebihannya akan dikembalikan kepada rakyat.

6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan rakyat petani, menjadi tanggungan pemerintah.

7. Penduduk desa yang bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedangkan para pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum. 8. Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan atau

pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari dalam satu tahun.

Menurut ketentuan-ketentuan di atas, tampaknya tidak terlalu memberatkan rakyat. Bahkan pada prinsipnya rakyat boleh mengajukan keberatan apabila memang tidak dapat melaksanakan sesuai dengan ketentuan. Ini artinya ketentuan Tanam Paksa itu masih memperhatikan martabat dan nilai-nilai kemanusiaan.

(34)

begitu penting itu maka kepala desa tetap berada di bawah pengaruh dan pengawasan para pamong praja.

Pelaksanaan Tanam Paksa tidak sesuai dengan peraturan yang tertulis. Hal ini mendorong terjadinya tindak korupsi dari para pegawai dan pejabat yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa. Tanam Paksa telah membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya kelaparan dan kematian di berbagai daerah.

Sementara itu dengan pelaksanaan Tanam Paksa ini Belanda telah mengeruk keuntungan dan kekayaan dari tanah Hindia. Dari tahun 1831 hingga tahun 1877 perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 juta gulden, utang-utang lama VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun.

Belanda menikmati keuntungan di atas penderitaan sesama manusia. Memang harus diakui beberapa manfaat adanya Tanam Paksa, misalnya, dikenalkannya beberapa jenis tanaman baru yang menjadi tanaman ekspor, dibangunnya berbagai saluran irigasi, dan juga dibangunnya jaringan rel kereta api. Beberapa hal ini sangat berarti dalam kehidupan masyarakat kelak.

c. Sistem Usaha Swasta

Pelaksanaan tanam paksa telah berhasil memperbaiki perekonomian Belanda. Keutungan dari tanam paksa telah mendorong Belanda berkembang sebagai negara industri dan mendorong munculnya kaum liberal yang didukung oleh para pengusaha. Muncul perdebatan tentang pelaksanaan tanam paksa dan timbullah pro dan kontra mengenai pelaksanaan tanam paksa.

(35)

Matschappij) yang mendukung pelaksanaan tanam paksa karena mendapat hak monopoli untuk mengangkut hasil tanam paksa dari Hindia Belanda ke Eropa.

Pihak yang menentang adalah kelompok masyarakat yang merasa kasihan terhadap penderitaan rakyat pribumi. Mereka umumnya kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh ajaran agama dan penganut asas liberalisme. Kaum liberal menghendaki tidak adanya campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi. Kegiatan ekonomi sebaiknya diserahkan kepada pihak swasta.

Nederlansche Handel Matschappij adalah perusahaan dagang yang didirikan oleh Raja William I di Den Haag pada 9 Maret 1824 sebagai promosi di bidang perdagangan dan perusahaan pengiriman, dan memegang peran penting dalam mengembangkan perdagangan Belanda-Indonesia.

Pandangan dan ajaran kaum liberal itu semakin berkembang dan pengaruhnya semakin kuat. Pada tahun 1850, Pemerintah mulai bimbang. Apalagi setelah kaum liberal mendapatkan kemenangan politik di Parlemen (Staten Generaal) yang memiliki peranan lebih besar dalam urusan tanah jajahan.

Sesuai dengan asas liberalisme, kaum liberal menuntut adanya perubahan dan pembaruan. Peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dikurangi dan memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk mengelola kegiatan ekonomi. Pemerintah berperan sebagai pelindung warga, mengatur tegaknya hukum, dan membangun sarana prasarana agar semua aktivitas masyarakat berjalan lancar.

(36)

Tanam paksa mulai dihapus dan mulai diterapkan sistem politik ekonomi liberal yang didorong oleh isi kesepakatan di dalam Traktat Sumatera yang ditandatangani pada tahun 1871. Traktat Sumatera berisi bahwa Belanda diberi kebebasan untuk meluaskan daerahnya sampai ke Aceh. Tetapi sebagai imbangannya Inggris meminta Belanda agar menerapkan ekonomi liberal sehingga pihak swasta termasuk Inggris dapat menanamkan modalnya di tanah jajahan Belanda di Hindia.

Penetapan pelaksanan sistem politik ekonomi liberal memberikan peluang pihak swasta untuk ikut mengembangkan perekonomian di tanah jajahan. Selanjutnya Belanda mengeluarkan berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang diantaranya :

1. Undang-undang Perbendaharaan Negara (Comptabiliet Wet) tahun 1864, isinya bahwa setiap anggaran belanja Hindia Belanda harus diketahui dan disahkan oleh Parlemen.

2. Undang-undang Gula (Suiker Wet), mengatur tentang monopoli tanaman tebu oleh pemerintah yang kemudian secara bertahap akan diserahkan kepada pihak swasta.

3. Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870, mengatur tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan dan ditegaskan, bahwa :

a. Tanah di negeri jajahan di Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian. Tanah penduduk pribumi berupa sawah, kebun, ladang dan sebagainya. Tanah pemerintah berupa hutan, pegunungan dan sebagainya.

b. Pemerintah mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah.

(37)

Sejak dikeluarkan UU Agraria, pihak swasta semakin banyak memasuki tanah jajahan di Hindia Belanda dengan memainkan peranan penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan. Oleh karena itu, mulailah era imperialisme modern dan berkembanglah kapitalisme di Hindia Belanda.

Tanah jajahan berfungsi sebagai :

1. Tempat untuk mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa, dan tempat penanaman modal asing

2. Tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa 3. Penyedia tenaga kerja yang murah

Untuk mendukung pengembangan sektor ekonomi, diperlukan sarana dan prasarana untuk membantu kelancaran pengangkutan hasil-hasil perusahaan perkebunan dari daerah pedalaman ke daerah pantai atau pelabuhan yang akan diteruskan ke dunia luar.

Pada tahun 1873, dibangun serangkaian jalan kereta api. Jalan-jalan kereta api yang pertama dibangun adalah antara Semarang dan Yogyakarta, kemudian antara Batavia dan Bogor, dan antara Surabaya dan Malang. Pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Sumatera pada akhir abad ke-19.

Pada tahun 1883, Maskapai Tembakau Deli telah memprakarsai pembangunan jalan kereta api. Pembangunan ini direncanakan untuk daerah yang telah dikuasai dan yang akan dikuasai, serta untuk kepentingan pertambangan. Pembangunan ini didasarkan pada pertimbangan politik dan militer.

(38)

Bagi rakyat Bumiputera pelaksanaan usaha swasta tetap membawa penderitaan. Pertanian rakyat semakin merosot. Pelaksanaan kerja paksa masih terus dilakukan dan rakyat masih harus membayar pajak, sementara hasil-hasil pertanian rakyat banyak yang menurun. Kerajinan rakyat mengalami kemunduran karena terdesak oleh alat yang lebih maju. Alat transportasi tradisional juga semakin terpinggirkan.

d. Perkembangan Agama Kristen

Perkembangan agama kristen di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, yakni kristen katholik dan kristen protestan. Penyebarannya melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan sehingga dapat berkembang di berbagai daerah. Bahkan di daerah Indonesia bagian Timur seperti di Papua, Minahasa, Timor, Nusa Tenggara Timur dan Tapanuli di Sumatera, agama kristen menjadi mayoritas.

Proses masuknya agama kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua gelombang atau dua kurun waktu. Pertama, agama kristen masuk di Indonesia sejak zaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, diceritakan bahwa pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di pantai Malabar, dan Sri Lanka. Dari Malabar itu agama kristen menyebar ke berbagai daerah.

(39)

Agama kristen (katholik dan protestan) masuk dengan cara damai melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan. Agama ini tumbuh di daerah pantai di Semenanjung Malaya dan juga pantai barat di Sumatera. Penganut agama Kristen hidup di kota-kota pelabuhan sambil beraktivitas sebagai pedagang. Mereka juga membangun pemukiman di daerah itu.

Pada abad ke-16, agama kristen menyebar lebih intensif seiring dengan datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Orang-orang Portugis menyebarkan agama kristen katholik (selanjutnya disebut katholik). Orang-orang Belanda membawa agama kristen protestan (selanjutnya disebut kristen).

Pada abad ke-16, terjadi penjelajahan samudra untuk menemukan dunia baru yang dipelopori oleh orang-orang Portugis dan Spanyol dengan semboyannya;

gold, glory, dan gospel. Dengan motivasi dan semboyan itu maka penyebaran agama katholik yang dibawa oleh Portugis tidak dapat terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik. Periode ini sering disebut sebagai The Age of Discovery.

Setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis kemudian meluaskan eksploitasi ke Kepulauan Maluku untuk memburu rempah-rempah. Pada tahun 1512, kapal Portugis mendarat di Hitu, di Pulau Ambon, Kepulauan Maluku untuk melakukan perdagangan dan menyebarkan agama katholik sehingga berkembanglah agama katholik di beberapa daerah di Kepulauan Maluku.

Penyiar agama katholik diawali oleh para pastor. Pastor yang terkenal waktu itu adalah Pastor Fransiscus Xaverius SJ dari ordo Yesuit yang aktif mengunjungi desa-desa di sepanjang Pantai Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara dan Kepulauan Morotai. Usaha penyebaran agama katholik ini kemudian dilanjutkan oleh pastor-pastor yang lain.

(40)

ini dengan semangat piesme, yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen. Penyebaran agama kristen ini juga semakin intensif saat Raffles berkuasa. Agama katholik dan kristen berkembang pesat di Indonesia bagian timur.

Pada abad ke-16, agama katholik juga berkembang di Minahasa setelah Portugis singgah di sana dibawah pimpinan pastor Diogo de Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas pada tahun 1563 atau saat masuknya agama katholik di Sulawesi Utara. Dalam ekspedisi itu, sejumlah rakyat dan raja menyatakan sudah masuk agama katholik dan dibabtis.

(41)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bangsa-bangsa Barat ke Indonesia dikarenakan Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani (1453). Perang Salib juga disebut-sebut mendorong datangnya bangsa Barat ke Indonesia.

2. Bangsa-bangsa Barat (Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris), menjelajahi samudra dan mencari daerah baru untuk memburu rempah-rempah.

3. Orang-orang Spanyol datang ke Indonesia melalui jalur timur, sedangkan Portugis melaui jalur barat, diikuti Belanda dan Inggris.

4. Orang-orang Barat telah menemukan mutiara dari timur penghasil rempah-rempah, yakni Kepulauan Nusantara.

3.2 Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

http://buihkata.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-kolonialisme-dan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Cultuurstelsel

Referensi

Dokumen terkait

Dari keempat surat di atas yang menarik adalah tiga surat yang dikirim Raja Tanette kepada Gubernur Jenderal di Batavia sebab isinya berkaitan dengan beberapa peristiwa sejarah

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 13 Yang berperan dalam memediakan kembali iklan tersebut di Hindia Belanda adalah. karyawan sekretariat dari kantor Gubernur

Belanda. Selain itu beliau juga seorang ilmuwan Palaeoantropologi. Benteng Van Den Bosch sampai saat ini sudah berusia 169 tahun lebih tua dari usia kemerdekaan negara

POS Indonesia (Persero) begitu panjang, Kantor POS pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus

Melalui kutipan tersebut, Van den Bosh, gubernur jenderal Hindia Belanda yang menerapkan sistem tanam paksa, menilai bahwa orang Jawa adalah orang yang harus bekerja di bawah

peta perang Diponegoro pemberian Pak Roni Sodewo ketua Trah Pangeran Diponegoro (Patrapadi) yang ber-tahun 1825-1830 buatan Mayor De Stuers menantu Jenderal de kock, membuktikan

Selanjutnya disusun usulan proyek pembangunan Pusat Kristiani Jakarta pada tanggal 26 November 2002. Usulan tersebut dikirimkan kepada Gubernur DKI Jakarta dengan surat No. FKKJ

 Complaint discrimination by North Launceston selectors, North Launceston players Marleen van den Bosch, Mark Dickinson and Tony Butters  Northern Sides Celebration lunch, Marleen