• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Desain Grafis dan Perkembanganny (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Desain Grafis dan Perkembanganny (1)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 2

MAKALAH TI.34

APLIKASI KOMPUTER GRAFIS

Oleh:

Achmad Rizali

20152205043

STMIK AKBA KOTA MAKASSAR

(3)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 3 DAFTAR ISI

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER GRAFIS

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar ... 4

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 5

B. Tujuan ... 5

C. Manfaat ... 5

BAB II : SEJARAH DESAIN GRAFIS Sejarah Desain Grafis ... 6

A. Sejarah Awal ... 6

B. Era Cetak ... 7

C. Perkembangan Lanjutan ... 8

BAB III : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DESAIN GRAFIS DI INDONESIA Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis Di Indonesia ... 12

BAB IV : LOGO DAN MAKNANYA Logo dan Maknanya ... 26

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 29

B. SARAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka ... 30

STMIK AKBA KOTA MAKASSAR

(4)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini, dengan judul “Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia” dalam

waktu yang telah ditentukan.

Desain grafis adalah seni dalam berkomunikasi menggunakan tulisan, ruang, dan

gambar. Bidang ini merupakan bagian dari komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup

seni visual, tipografi, tata letak, dan desain interaksi.

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah

Aplikasi Komputer Grafis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak khususnya

Mahasiswa yang menekuni Pemrograman Visual.

Makassar, 01 Oktober 2016

Penyusun,

(5)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar

untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga

dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.

Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan ”fine art”. Seperti jenis desain lainnya,

desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang

dihasilkan rancangan, atau pun disiplin ilmu yang digunakan desain.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk

mengetahui Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia.

C. Manfaat

Setelah Membaca dan Memahami Makalah ini, Mahasiswa diharapkan :  Mengetahui Sejarah Desain Grafis

 Mengetahui Peran Penting Desain Grafis

(6)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 6

BAB II

SEJARAH DESAIN GRAFIS

A. SEJARAH AWAL

Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar

untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga

dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.

disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya,

disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang

dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).

Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di

dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.

Pada tahun, Henry Cole menjadi salah seorang yang paling berpengaruh dalam

pendidikan desain di Inggris, ia meyakinkan pemerintah tentang pentingnya desain dalam

sebuah jurnal yang berjudul Journal of Design and Manufactures. Dia menyelenggarakan The

Great Exhibition sebagai perayaan atas munculnya teknologi industri modern dan desain

bergaya Victoria.

Dari tahun 1891 sampai 1896, Percetakan William Morris Kelmscott mempublikasikan buku

karya desain grafis yang dibuat oleh gerakan Arts and Crafts , dan membuat buku dengan

desain yang lebih bagus dan elegan untuk dijual kepada orang-orang kaya. Morris

membuktikan adanya potensi pasar untuk produk-produk desain grafis. Morris juga

mempelopori pemisahan desain grafis dari seni rupa. Karya –karya Morris dan karya dari pergerakan Private Press secara langsung mempengaruhi Art Nouveau, dan secara tidak

langsung mempengaruhi perkembangan desain grafis pada awal abad ke 20.

Kata Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New

Kind of Printing Calls for New Design yang ditulis oleh William Addison Dwiggins, seorang

desainer buku Amerika.

Raffe's Graphic Design, yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama

(7)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 7 Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak peninggalan

manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar

(pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih

bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan

lain-lain). Tulisan/ aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan

komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak kapan

manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah

menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya

seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux, Perancis.

Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua,

buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum

ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk

penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan

kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja

para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat

dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini

karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan

keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam

jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.

B. ERA CETAK

Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban

manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg

(1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan

menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini

adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal

dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan

(8)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 8 Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu

oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg

tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku.

Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung

realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan karyanya

“Where of Babilon”.

Johannes Gutenberg (1398-1468)

Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik

cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan tehnik cetak

tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan tehnik cetak datar yang memanfaatkan prinsip

saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang

menggunakan media batu litho. Tehnik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran

secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan

dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni

poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The Golden Age of The Poster”. Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya

besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.

C. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT

Berikut ini merupakan peristiwa-peristiwa penting di dunia yang berperan dalam sejarah

perkembangan desain grafis.

1851, The Great Exhibition

Diselenggarakan di taman Hyde London antara bulan Mei hingga Oktober 1851, pada saat

Revolusi industri. Pameran besar ini menonjolkan budaya dan industri serta merayakan

teknologi industri dan disain. Pameran digelar dalam bangunan berupa struktur besi-tuang

dan kaca, sering disebut juga dengan Istana Kristal yang dirancang oleh Joseph Paxton.

Ilustrasi Crystal Palace

Buku optik dari Great Exhibition

(9)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 9 Pelukis post-Impressionist dan ilustrator art nouveau Prancis, Henri Toulouse-Lautrec

melukiskan banyak sisi Paris pada abad ke sembilan belas dalam poster dan lukisan yang

menyatakan sebuah simpati terhadap ras manusia. Walaupun lithography ditemukan di

Austria oleh Alois Senefelder pada tahun 1796, Toulouse-Lautrec membantu tercapainya

peleburan industri dan seni.

Poster Aristide Bruant

1910, Modernisme

Modernisme terbentuk oleh urbanisasi dan industrialisasi dari masyarakat Barat. Sebuah

dogma yang menjadi nafas desain modern adalah “Form follow Function” yang di lontarkan oleh Louis Sullivan.Symbol terkuat dari kejayan modernisme adalah mesin yang juga

diartikan sebagai masa depan bagi para pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih cocok

dengan “bahasamesin”, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat ornamental dan dekoratif

dianggap tidak sesuai dengan “estetika mesin”.

1916, Dadaisme

Suatu pergerakan seni dan kesusasteraan (1916-1923) yang dikembangkan mengikuti masa

Perang Dunia Pertama dan mencari untuk menemukan suatu kenyataan asli hingga

penghapusan kultur tradisional dan bentuk estetik. Dadaisme membawa gagasan baru, arah

dan bahan, tetapi dengan sedikit keseragaman. Prinsipnya adalah ketidakrasionalan yang

disengaja, sifat yang sinis dan anarki, dan penolakan terhadap hukum keindahan.

1916, De Stijl

Gaya yang berasal dari Belanda, De Stijl adalah suatu seni dan pergerakan disain yang

dikembangkan sebuah majalah dari nama yang sama ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De

Stijl menggunakan bentuk segi-empat kuat, menggunakan warna-warna dasar dan

menggunakan komposisi asimetris. Gambar dibawah adalah Red and Blue Chair yang

dirancang oleh Gerrit Rietveld.

The Red and Blue Chair

1918, Constructivism

Suatu pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow pada tahun 1920, yang ditandai oleh

(10)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 10 berpengaruh pada pandangan moderen melalui penggunaan huruf sans-serif berwarna merah

dan hitam diatur dalam blok asimetris.

Model dari Menara Tatlin, suatu monumen untuk Komunis Internasional.

1919, Bauhaus

Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan arsitek terkenal Walter Gropius. Sampai

akhirnya harus ditutup pada tahun 1933, Bauhaus memulai suatu pendekatan segar untuk

mendisain mengikuti Perang Duni Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi

bukannya hiasan.

Gedung Bauhaus

1928-1930, Gill Sans

Tipograper Eric Gill belajar pada Edward Johnston dan memperhalus tipe huruf Underground

ke dalam Gill Sans. Gill Sans adalah sebuah jenis huruf sans serif dengan proporsi klasik dan

karakteristik geometris lemah gemulai yang memberinya suatu kemampuan beraneka ragam

(great versatility).

Foto Eric Gill

1931, Harry Beck

Perancang grafis Harry Back ( 1903-1974) menciptakan peta bawah tanah London (London

Underground Map) pada tahun 1931. Sebuah pekerjaan abstrak yang mengandung sedikit

hubungan ke skala fisik. Beck memusatkan pada kebutuhan pengguna dari bagaimana cara

sampai dari satu stasiun ke stasiun yang lain dan di mana harus berganti kereta.

Harry Beck dan Peta bawah tanahnya

1950s, International Style

International atau Swiss style didasarkan pada prinsip revolusioner tahun 1920an seperti De

Stijl, Bauhaus dan Neue Typography, dan itu menjadi resmi pada tahun 1950an. Grid, prinsip

matematika, sedikit dekorasi dan jenis huruf sans serif menjadi aturan sebagaimana tipografi

ditingkatkan untuk lebih menunjukkan fungsi universal daripada ungkapan pribadi.

(11)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 11 1951, Helvetica

Diciptakan oleh Max Miedinger seorang perancang dari Swiss, Helvetica adalah salah satu

tipe huruf yang paling populer dan terkenal di dunia. Berpenampilan bersih, tanpa garis-garis

tak masuk akal berdasarkan pada huruf Akzidenz-Grotesk. Pada awalnya disebut Hass

Grostesk, nama tersebut diubah menjadi Helvetica pada tahun 1960. Helvetica keluarga

mempunyai 34 model ketebalan dan Neue Helvetica mempunyai 51 model.

Sampul buku Helvetica

1960s, Psychedelia and Pop Art

Kultur yang populer pada tahun 1960an seperti musik, seni, disain dan literatur menjadi lebih

mudah diakses dan merefleksikan kehidupan sehari-hari. Dengan sengaja dan jelas, Pop Art

berkembang sebagai sebuah reaksi perlawanan terhadap seni abstrak. Gambar dibawah

adalah sebuah poster karya Milton Glaser yang menonjolkan gaya siluet Marcel Duchamp

dikombinasikan dengan kaligrafi melingkar. Di cetak lebih dari 6 juta eksemplar.

Poster karya Milton Glaser

1984, Émigré

Majalah disain grafis Amerika, Émigré adalah publikasi pertama untuk menggunakan

komputer Macintosh, dan mempengaruhi perancang grafis untuk beralih ke desktop

publishing ( DTP). Majalah ini juga bertindak sebagai suatu forum untuk eksperimen

tipografi.

(12)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 12

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DESAIN GRAFIS DI INDONESIA

Mesin cetak pertama kali didatangkan ke Indonesia (Batavia) pada tahun 1659

Industri percetakan di wilayah Nusantara berkembang sejalan dengan penerbitan surat

kabar dan buku yang diperkirakan berkembang sejak abad ke-17, ketika mesin cetak pertama

kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak ada operatornya, mesin itu

menganggur sampai berpuluh-puluh tahun.

Para pembaca koran berbahasa Belanda di Hindia Belanda di awal-awal keberadaannya

adalah orang-orang Eropa, Baru pemerintah jajahan di bawah Daendelslah yang berperan

besar dalam urusan cetak-mencetak dengan membentuk percetakan negara yang berurusan

dengan mencetak peraturan-peraturan Belanda. Maka mulailah dikenal surat kabar yang tidak

hanya memuat informasi yang nilainya ekonomis, tetapi juga memuat peraturan-peraturan

perundangan.

Iklan pertama di Hindia Belanda: 17 Agustus 1744

Perintis tumbuhnya iklan di Hindia Belanda adalah Jan Pieterzoen Coen. Dia pendiri

Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629. PPPI (Persatuan

Perusahaan Periklanan Indonesia) mengakuinya sebagai tokoh periklanan pertama di

Indonesia.

Dalam masa pemerintahannya, ia mengirim berita ke pemerintah setempat di Ambon

dengan judul Memorie De Nouvelles, yang mana salinannya ditulis dengan tulisan tangan

pada tahun 1621. Tulisan tangannya yang indah ternyata merupakan refleksi dari naluri

bersaing antara pemerintah Hindia Belanda dengan Portugis. Kedua negara rupanya terlibat

dalam perebutan hasil rempah-rempah dari kepulauan Ambon, dan Jan Pieterzoen Coen

„menulis‟ iklan untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis. Lebih dari satu abad

kemudian, setelah Jan Pieterzoen Coen meninggal, tulisan tangannya diterbitkan kembali di

surat kabar Batavia Nouvelles pada tanggal 17 Agustus 1744. Batavia Nouvelles merupakan

surat kabar pertama di Hindia Belanda. Dengan demikian, iklan yang dimuatnya pun

merupakan iklan pertama di Hindia Belanda. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa surat kabar

(13)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 13 Yang berperan dalam memediakan kembali iklan tersebut di Hindia Belanda adalah

karyawan sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal Imhoff, Jourdans.

Surat kabar Batavia Nouvelles hanya berusia dua tahun.

INDUSTRI PERCETAKAN ABAD KE 18-20

Surat kabar yang pertama kali dicetak adalah De Bataviase Nouvelles terbit di Batavia

pada tahun 1744, kemudian De Locomotief terbit pada tahun 1852 di Semarang

dan Bataviassch Niewsblaad terbit di Batavia pada tahun 1885.

Dunia persuratkabaran milik warga pribumi adalah Bromartani yang terbit di Surakarta pada

tahun 1920-an. (Kartodirjo,1992:112-113) Pada tahun 1776, setelah pelarangan penerbitan

surat kabar De Bataviase Nouvelles pada tanggal 20 November 1745, pemerintah kolonial

memberi izin kepada L Dominicus seorang pakar dalam percetakan untuk menerbitkan

mingguan yang diberi nama Het Vendu-Nieuws (Berita Lelang). Mingguan ini berisi berita

lelang perusahaan-perusahaan perdagangan di bawah VOC. Sedangkan pemasangan iklan

diluar perusahaan VOC dikenakan biaya. Mingguan ini bertahan terbit antara tahun 1776

hingga 1809. (Riyanto,2000:52-53)

Di abad ke-19, terbit beberapa surat kabar berbahasa Indonesia (Melayu) di antaranya ˜Soerat Kabar Bahasa Melajoe™ yang diterbitkan di Surabaya pada tahun 1861. Kemudian ˜Bintang Timoer surat kabar dua mingguan yang memuat pelbagai berita sosial-ekonomi. Kemudian di

Semarang pada tahun 1860 terbit Selompret Melajoe of Semarang. Pada tahun 1883 para

pengusaha Cina mulai terlibat usaha percetakan dan buku, terutama penerbitan buku

terjemahan sastra Cina klasik yang kemudian berkembang menjadi komoditas percetakan

yang semakin meluas.

Berkembangnya industri percetakan merupakan tahap penting dalam keterbukaan

budaya, karena di dalamnya terdapat perluasan dan pelintasan komunikasi verbal maupun

gambar. Rekaman melalui gambar dan penataan huruf di masa tersebut telah tampak sebagai

bagian penting dari industri percetakan. Pada tahun 1919 telah tercatat 120 perusahaan yang

mempekerjakan 3.080 orang di industri percetakan, sebagian di antara kegiatan industri

tersebut adalah pekerjaan desain grafis. Tidak tercatat angka secara pasti berapa jumlah

(14)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 14 jumlah ilustrator, perancang grafis dan fotografer. Selama pemerintahan kolonial, tercatat

lebih 3000 seniman bangsa asing (Belanda, Jerman) yang dicatat dalamLexicon of Foreign

Artists Who Visualized Indonesia (1600-1950) dengan pelbagai bidang pekerjaan seni; di

antaranya pelukis, peneliti seni, ilustrator cat air, juru gambar, pematung, ilustrator,

pendesain grafis dan perupa produk industri. Sedangkan seniman bangsa Indonesia tidak

dimasukkan ke dalam leksikon tersebut. Terlepas dari hal tersebut, fenomena itu

menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi cetak memiliki peran dan makna yang cukup

penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, dalam percaturan sejarah

kebudayaan, perkembangan karya cetak sebagai bagian dari peradaban bangsa belum

mendapat posisi yang penting.

Brosur-brosur pertama untuk “go public”

Pertumbuhan iklan di jaman Hindia Belanda, sangat dipengaruhi pula oleh masuknya

modal swasta ke sektor perkebunan dan pertambangan pada tahun 1870. Karena

perkembangan itu ternyata menumbuhkan kebutuhan baru, berupa pembentukan

lembaga-lembaga penelitian untuk mengembangkan dan mengakumulasi modal mereka, seperti yang

dilakukan oleh asosiasi perusahaan-perusahaan gula, Suikersyndicaat, misalnya. Asosiasi ini

juga bertugas sebagai lembaga penelitian, dan sekaligus memproduksi pula brosur-brosur

sebagai wahana informasi dan promosi. Dengan demikian, para calon penanam modal di

perusahaan perkebunan mereka mengetahui seberapa jauh rentabilitas investasi mereka.

Javaasche Bank menggunakan barang-barang cetakan untuk mengundang modal asing ke

Hindia Belanda. Brosur dan buklet perkenalan mereka umumnya dicetak di percetakan

(15)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 15 1938

Pada tahun 1938 berdiri PERSAGI (Persatuan Akhli Gambar Indonesia) di Jakarta

dengan anggota kurang lebih tiga puluh pelukis (di antaranya Agus Djaja sebagai ketua, S.

Sudjojono, Abdul Salam, Sumitro, Sudibio, Sukirno, Suromo, Surono, Setyosa, Herbert

Hutagalung, Syoeaib, Emiria Sunasa, dan sejumlah seniman lainnya). Serikat ini sering

dianggap sebagai awal seni rupa modern Indonesia.

Para pelukis PERSAGI berupaya membangun „gaya Indonesia baru‟ yang

dikembangkan dari paduan antara nilai estetik tradisi dan nilai estetik modern. Semasa

kolonisasi Jepang di Indonesia, PERSAGI mendapat wadah yang bernama Keimin Bunka

Shidoso (Pusat Kebudayaan Jepang) yang didirikan pada tahun 1943. Spirit yang

dicanangkan Jepang untuk membangun „Kebudayaan Timur‟ mendapat tanggapan postif, hal

ini terbukti dari keterlibatan para pelukis dalam membina senilukis Indonesia, dan

tokoh-tokohnya antara lain adalah S. Sudjojono, Agus Djaja, dan Affandi yang kemudian diikuti

oleh sejumlah pelukis muda di antaranya Otto Djaja, Henk Ngantung, Hendra Gunawan,

Djajengasmoro, Kartono Yudhokusumo, Kusnadi, Sudjana Kerton, Trubus, Baharuddin, dan

sejumlah seniman lainnya.

1945

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung

Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia.

Empat Serangkai yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,

dan Kyai Haji Mas Mansyur “ memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai

tenaga pelaksana dan S Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan

(16)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 16 1960 - 1972 Logo mulai populer

Iklan-iklan produk konsumen tampak mengalami kemandegan kreativitas, khususnya

dalam hal penulisan naskahnya. Bagian besar rancangan produk iklan dalam negeri bertema

“anjuran memakai” yang tidak monoton. Kata-kata “pakailah selalu” senantiasa digunakan dalam setiap teks iklan. Struktur verbal iklan masih tetap dipengaruhi oleh iklan-iklan zaman

kolonial. Bahkan mereka pun masih banyak menggunakan istilah-istilah dari bahasa Belanda,

seperti Te Huur (sewa), Barbier (cukur rambut), Restaurant, atau Te Koop (dijual). Kata-kata

ini memang sering dijumpai diucapkan di radio, atau tertulis dalam kolom-kolom media

cetak.

Secara visual pengaruh “Hollandsch denken en Hollandsch inzicht” (berfikir dan berpandangan ala Belanda) juga terasa sangat dominan. Dalam iklan restoran atau hotel

misalnya, selalu digunakan model seorang berpakaian jas dan celana panjang putih, memakai

peci dan sebuah serbet yang tersampir di pundak kirinya, dalam posisi siap menerima

perintah tuannya, yang seorang Belanda pula. Atau visualisasi budaya Barat lainnya, seperti

penggunaan tokoh-tokoh Walt Disney dengan Mickey Mouse, Donald Duck, Cinderella,

Putri Salju dan sebagainya. Atau ilkan-iklan keluarga tentang kelahiran dengan ilustrasi

burung pelikan terbang membawa bayi.

Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan besar sudah mulai berani menggunakan sedikit

teks, dan sekaligus menyadari pentingnya khalayak sasaran mengenal logotype (ciri logo)

produk-produk mereka. Sayangnya, berbeda dengan teori periklanan, banyak produk ataupun

merek baru yang tidak menyatakan kebaruannya dalam iklan-iklan mereka. Di samping itu,

nuansa yang tercipta dari iklan-iklan tersebut hampir seluruhnya hanya untuk tujuan

penjualan (sales) semata.

Populernya penggunaan logo sebagai identitas suatu produk atau merek, membawa bisnis

baru untuk perusahaan periklanan dari kliennya. Yaitu merancangkan logo yang sesuai

dengan jenis, kepribadian dan citra produk yang ingin dikembangkan produk-produk tersebut.

Beberapa perusahaan bahkan meminta perusahaan periklanannya untuk juga menguruskan

nomor pendaftaran (gedeponeerd) merek atau logo produk mereka tersebut di Kantor

(17)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 17 Membanjirnya kebutuhan mendaftarkan merek ini tidak seimbang dengan kesadaran mereka

beriklan, memasyarakatkan logo-logo tersebut. Situasi ini membawa dampak di bidang

hukum. Karena saat itu ternyata muncul banyak logo yang mirip satu sama lain. Akibatnya,

justru mereka akhirnya merasa perlu memuat iklan-iklan pengaduan, atau sekedar

menjelaskan tentang perbedaan logo produknya dengan yang milik perusahaan lain. Beberapa

di antara mereka yang mirip logonya dan memuat iklan pengumuman ini, bahkan sama-sama

pula belum terdaftar.

Gerakan Seni Rupa Baru (1975-1979, 1987)

Peristiwa Desember Hitam itu menjadi cikal bakal terbentuknya Gerakan Seni Rupa

Baru (GSRB) pada tahun 1975 yang menghantarkan dunia seni rupa Indonesia melahirkan

pemahaman baru atas persoalan ideologis kesenian; konsepsi estetika dunia seni rupa; subject

matter; batasan-batasan akademik, hingga menyentuh persoalan-persoalan interpretasi

subjektivitas (Seni Grafis Yogyakarta dalam Wacana Seni Kontemporer, Wiwik Sri

Wulandari, 2008, halaman 101-102)

.

Salah satu konsep GSRB adalah meniadakan batasan antara seni murni dan seni terapan

(baca: seni tidak murni), dan semua fenomena kesenian termasuk desain pun kemudian

dianggap sederajat.

Sepanjang perjalanannya, eksponen GSRB yang juga desainer grafis tercatat antara lain FX

Harsono, Syahrinur Prinka (1947-2004), Wagiono Sunarto, Priyanto Sunarto, Gendut Riyanto

(1955-2003), Harris Purnama dan Oentarto.

Pada tahun 1979 Gerakan Seni Rupa Baru membubarkan diri, tetapi sempat dihidupkan

(18)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 18 1979 Penggunaan istilah desain komunikasi visual

Gert Dumbar, seorang desainer grafis Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan

komunikasi visual di FSRD ITB. Menurutnya, desain grafis tidak hanya menangani desain

untuk percetakan tetapi juga moving image,display dan pameran. Sejak tahun 1979, istilah

desain komunikasi visual mulai dipakai menggantikan istilah desain grafis.

1980 Pameran desain grafis pertama di Indonesia

Pada tanggal 16-24 Juni 1980 di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, jalan

Menteng Raya 25, Jakarta diselenggarakan pameran desain grafis oleh tiga desainer grafis

Indonesia: Hanny Kardinata, Gauri Nasution dan Didit Chris Purnomo, bertajuk Pameran

Rancangan Grafis 80 Hanny, Gauri, Didit•. Pameran ini tercatat sebagai pameran desain

grafis pertama di Indonesia yang diadakan oleh desainer-desainer grafis Indonesia (Pameran

Rancangan Grafis Hanny, Gauri, Didit Mau Merubah Dunia, Agus Dermawan T, Kompas, 25

Juni 1980, hal. 6). Pameran ini membawa misi memperkenalkan profesi desainer grafis ke

masyarakat luas, dan agar karya desain grafis diapresiasi sebagai karya seni.

1980 Organisasi desain grafis pertama di Indonesia

Logo IPGI hasil coretan tangan Sadjiroen, desainer uang Indonesia. Organisasi desain

grafis pertama di Indonesia terbentuk pada tanggal 25 April 1980 dan diresmikan pada

tanggal 24 September 1980 dengan nama Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI)

bersamaan dengan diselenggarakannya sebuah pameran besar bertajuk Grafis 80• di Jakarta

yang berlangsung hingga tanggal 30 September 1980 di Wisma Seni Mitra Budaya, Jalan

(19)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 19 1980

Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang

sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaan-perusahaan

ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya adalah Vision

(Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali, S Prinka dan

Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan GUA Graphic

(Gauri Nasution). Di Bandung sebelumnya sudah ada design center Decenta yang didirikan

pada tahun 1973, antara lain oleh AD Pirous, T Sutanto, Priyanto Sunarto, yang walau lebih

mengandalkan pada disiplin seni grafis juga menangani beragam produk desain grafis, mulai

sampul buku, kartu ucapan, logo, kalender, pameran dan elemen estetis gedung.

Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang

cukup signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto),

Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali),

dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes

Djajadiningrat), Studio OK• (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.

Pada masa ini, studio mana pun dituntut bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang

dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer

bak superman atausuperwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan hidup.

Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art menjadi

trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah Tempo• dan

“Zaman• adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok Letraset/Mecanorma

adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.

Salah satu desainer yang mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air brush adalah Tony

Tantra. Tony Tantra menggunakan media kaos yang dijualnya di Bakungsari, Kuta, pada

akhir 80an, dengan label “Tony Illustration”. Tony, bersama Harris Purnama dan Gendut

(20)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 20 2002 Majalah desain grafis pertama di Indonesia

Dimotori oleh M Arief Budiman (Petakumpet) majalah desain grafis pertama Blank!

Magazine terbit di Yogyakarta dengan visi ingin memberdayakan orang-orang kreatif melalui

sudut pandang visual yang ekstrem (To empower creative people through extreme visual

perspective). Setelah beroperasi selama kurang lebih 2 tahun (2002-2004), Blank! Magazine

harus ditutup pada 3 Maret 2004, setelah merugi lebih dari 140 juta rupiah. Penerbitan

majalah ini berlangsung hingga enam edisi.

Studio-studio desain grafis pertama di Indonesia

Sepanjang tahun 1970 dan seterusnya mulai bertumbuh perusahaan-perusahaan desain

grafis yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan,

perusahaan-perusahaan ini mengkhususkan diri pada desain non-iklan, semuanya berada di

Jakarta: Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto,Priyanto

Sunarto, S Prinka), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi, Hanny Kardinata) dan GUA Graphic

(Gauri Nasution). Dan pada dekade berikutnya, di Jakarta muncul antara lain Gugus Grafis

(FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana

(Iwan Ramelan, Djodjo Gozali), Headline (Sita Subijakto), BD+A (Irvan Noe‟man), dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes

Djajadiningrat), Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja) dan lain-lain.

Setiap studio membawa serta kekhasannya masing-masing sebagai akibat dari „ideologi‟ desainernya. Misi keIndonesiaan menuntun cara kerja Citra Indonesia dalam mengolah

karya-karya desainnya. Di dalam Citra Indonesia ada seorang tokoh budaya, SJH Damais,

yang menjadi „kamus berjalan‟ bagi pendekatan-pendekatan yang ingin diterapkan. Sementara Gugus Grafis berupaya setia dengan ideologi GSRB-nya walau tidak seluruh nilai

dan praksis seni rupa kontemporer bisa diterapkan pada semua kesempatan yang didapat.

Pada tahun 1973 ada Decenta (Design Centre Association) di Bandung, yang terlibat AD

Pirous, G Sidharta, Adrian Palar, Sunaryo, T Sutanto, Priyanto Sunarto. Saat itu ada

pertentangan antara pandangan bahwa seni itu universal dengan pandangan seni yang digali

dari bumi sendiri. Decenta menjadi tempat menggali khasanah Indonesia yang diterapkan

dalam seni (grafis, lukis, patung) dan desain (pameran, elemen estetis,

furnitur, curtain, greeting card, sampul buku). Pendekatannya formal atau total, formal

(21)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 21 dalam masyarakat tradisi. Meski bukan studio desain grafis, Decenta sudah melayani

pekerjaan-pekerjaan desain grafis (walau masih sedikit).

Pada masa ini, studio mana pun „dituntut‟ bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang

dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer

bak superman atau superwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan

hidup. Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art

menjadi trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah

“Tempo” dan “Zaman” adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk

sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok

Letraset/Mecanorma adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.

Pertumbuhan usaha di bidang desain grafis serentak dengan perkembangan di bidang

pendidikannya. Menyusul STSRI “ASRI” di Yogyakarta dan FSRD ITB di Bandung yang sudah ada terlebih dulu, pada tahun 1976 juga dibuka di LPKJ (Lembaga Pendidikan

Kesenian Jakarta) dan kemudian di Universitas Trisakti pada tahun 1978.

Pameran IPGI ke-2 digelar pada tanggal 22-31 Agustus 1983 di Galeri Utama TIM,

Jakarta dengan tajuk “Grafis „83”. Ini adalah untuk pertama kalinya – setelah 15 tahun berdiri

– Dewan Kesenian Jakarta dan TIM (Taman Ismail Marzuki) menyelenggarakan sebuah pameran seni terap, yang secara tidak langsung merupakan pengakuan resmi otoritas kesenian

atas desain grafis sebagai seni. Sudarmadji, Ketua Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian

Jakarta mengungkap bahwa “Kemasan pasta gigi atau sabun, jika isinya sudah diambil dan

digunakan, maka kemasan (pembungkusnya) langsung begitu saja dibuang. Poster atau

reklame yang terpampang di jalan, begitu tahu isinya, habis perkara. Jarang yang

penghayatannya dilanjutkan dari aspek artistik dan estetisnya.”

Selanjutnya bersama JAGDA (Japan Graphic Designer Association), IPGI pernah

menyelenggarakan dua pameran besar, yaitu pada 9-15 Februari 1988 di Galeri Ancol, Pasar

Seni Ancol, Jakarta yang dilanjutkan di Aula Timur ITB, Jalan Ganesha 10, Bandung, dan

pada tahun 1989 berturut-turut di tiga kota: 23-30 Maret di Gedung Pameran Seni Rupa

Depdikbud (sekarang Galeri Nasional) di jalan Merdeka Timur 14, Jakarta; 12-20 April di

Yayasan Pusat Kebudayaan, jalan Naripan, Bandung dan 26 April-3 Mei di Kampus Institut

(22)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 22 Selama perjalanannya, desainer yang aktif menggerakkan roda IPGI: Gauri Nasution, Hanny

Kardinata (Bendahara), Karnadi Mardio (Wakil Ketua), Priyanto Sunarto, Sadjiroen,

Syahrinur Prinka, Tjahjono Abdi, Wagiono Sunarto (Ketua), Yongky Safanayong.

Upaya menyejajarkan desain dengan cabang kesenirupaan yang lain, juga menjadi landasan

kurasi “Jakarta Art & Design Expo „92” atau “JADEX„92” yang digelar di Jakarta Design

Center tanggal 25-30 September 1992. Untuk pertama kalinya semua cabang seni rupa – seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, seni keramik, instalasi, desain interior, desain grafis,

desain produk, desain tekstil, desain busana, desain aksesori, kria kayu, kria keramik dan kria

bambu – „dipersatukan‟ dalam sebuah pameran besar. “Sejauh ini, pengkajian kemungkinan persentuhan itu – khususnya melalui sebuah pameran – belum dilakukan. Pameran-pameran yang diselenggarakan umumnya berkaitan dengan keutamaan masing-masing cabang seni

rupa yang lalu lebih menunjukkan perbedaan. Pameran desain, mengutamakan aspek fungsi

dan kaitannya dengan berbagai bidang usaha. Pameran lukisan, patung atau grafis, bila tak

menekankan tujuan menjual, terlalu sibuk dengan apresiasi”.

IPGI ganti nama jadi ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia)

Pada tanggal 7 Mei 1994 IPGI menyelenggarakan kongres pertamanya di Jakarta Design

Center dimana berlangsung penggantian nama organisasi menjadi ADGI (Asosiasi Desainer

Grafis Indonesia). Pada saat itu dilakukan juga serah terima jabatan dari pengurus IPGI ke

pengurus ADGI (Ketua: Iwan Ramelan, Sekretaris: Irvan Noe‟man), pemilihan President

Elect (Gauri Nasution), pengesahan AD/ART dan kode etik serta pengesahan Majelis Desain

Grafis.

Seirama dengan pembangunan yang sedang berjalan dengan pesat pada periode 90an, profesi

desainer grafis pun semakin dikenal, demand masyarakat juga meningkat, dan didorong oleh

faktor teknologi yang semakin canggih dan memudahkan (komputerisasi terjadi di masa ini),

terjadilah pertumbuhan jumlah perusahaan desain grafis, di antaranya di Jakarta: LeBoYe

(Hermawan Tanzil), MakkiMakki (Sakti Makki), Afterhours (Lans Brahmantyo), Avigra

(Ardian Elkana), di Yogyakarta: Petakumpet (M Arief Budiman) dan di Bali: Matamera

(23)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 23 Forum Desainer Grafis Indonesia (FDGI) berdiri

Di tengah kekosongan organisasi yang mewadahi profesi ini, pada awal tahun 2000Forum

Desainer Grafis Indonesia (FDGI) diwacanakan oleh 3 orang desainer yang juga pengajar

desain grafis yaitu Hastjarjo B Wibowo, Mendiola Budi Wiryawan dan Arif PSA. FDGI

diresmikan bersamaan dengan penyelenggaraan Pameran Poster “Melihat Indonesia Damai”

tanggal 6-14 Juni 2003 di Bentara Budaya, Jakarta. Selanjutnya pada rapat kerja FDGI di

Cibubur 11 Juli 2003 dihasilkan perubahan nama organisasi menjadi Forum Desain Grafis

Indonesia (FDGI) dengan tujuan untuk menjangkau pemangku kepentingan di luar desainer

grafis. Pada tanggal 7-11 September 2005 FDGI berhasil mengadakan pameran poster

internasional “Light of Hope for Indonesia” di arena FGDexpo 2005.

Transformasi ADGI menjadi Adgi (Indonesia Design Professionals Association)

Pada tanggal 8 September 2005 dalam acara “Gathering and Talk Show-It‟s Graphic

Designers United!” di arena FGDexpo 2005, Jakarta Convention Center yang

diselenggarakan oleh FDGI, diterbitkan Memorandum ADGI kepada Gauri Nasution,Danton

Sihombing, Hastjarjo B Wibowo dan Mendiola B Wiryawan untuk mempersiapkan Kongres

ADGI dalam waktu 6 bulan. Pada bulan Oktober 2005 para penerima mandat membentuk

Tim Revitalisasi ADGI sebanyak 16 orang yang bekerja selama 5 bulan untuk

merumuskan platform “Adgi Baru”. Berdasarkan evaluasi terhadap kinerja ADGI pada masa lalu dirumuskanlah branding platform Adgi baru yang hadir dengan deskripsi Indonesia

Design Professionals Association. Kata Adgi menjadi nama, bukan lagi akronim (ADGI).

Kongres Nasional Adgi pertama

Pada tanggal 19 April 2006 bertempat di Ballroom Hotel Le Meridien, Jakarta

diselenggarakan Kongres Adgi dimana terpilih formasi presidium yang terdiri dari 5 orang

yaitu Andi S Boediman, Danton Sihombing, Hastjarjo B Wibowo, Hermawan Tanzil dan

Lans Brahmantyo untuk mengemban tugas memimpin Adgi selama periode 1 tahun dengan

mengusung tema “Unifying Spirits”. Pada 16-30 Agustus 2006 presidium ini berhasil

menyelenggarakan pameran “Petasan Grafis” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta dengan

sub-judul “Pameran Nasionalisme Indonesia dalam Desain Komunikasi Visual”. Kongres Nasional Adgi kedua

Pada tanggal 19 April 2007 dilaksanakan Kongres Nasional Adgi kedua di gedung Galeri

Nasional, Jakarta. Melalui mekanisme pemungutan suara, Danton Sihombing terpilih sebagai

(24)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 24 2007 pada 8-12 Agustus 2007 Adgi menggelar pameran poster international “One Globe One

Flag”di Jakarta Convention Center.

Dari Adgi kembali ke ADGI

Pada tanggal 9 November 2007 Adgi menyelenggarakan “Adgi Jakarta Chapter-Member Recruitment and Gathering Night 2007 di Forbidden Citi, Jl. Wijaya I No. 55, Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan. Pada peristiwa ini disampaikan antara lain perubahan nama asosiasi

dari Adgi-Indonesia Design Professionals Association menjadi ADGI (Asosiasi Desainer

Grafis Indonesia), kembali ke nama yang disepakati pada Konggres IPGI ke I di Jakarta

Design Center tanggal 7 Mei 1994.

Ajang penghargaan desain grafis pertama berskala nasional di Indonesia

Pada tanggal 4 Juli 2009 diadakan konferensi pers IGDA (Indonesian Graphic Design

Award) 2009 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta yang sekaligus menandai dimulainya

ajang penghargaan desain grafis pertama berskala nasional ini. IGDA diselenggarakan agar

tercipta suatu standar bagi kualitas desain grafis Indonesia, yang setiap tahunnya dinyatakan

kepada publik nasional dan internasional sehingga kelak eksistensi desain grafis Indonesia

bisa diperhitungkan dalam lingkup global.

Desain grafis Indonesia di jagat industri dunia

Pertumbuhan selalu berawal dari riak kecil, berhimpun menjadi gelombang, dan gelombang

lebih besar lagi yang akhirnya membentuk desain grafis Indonesia seperti sekarang ini.

Desainer grafis Indonesia kini bisa dengan bangga menyatakan bahwa desain grafis Indonesia

telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hampir semua sektor membutuhkan sentuhan

desainer grafis. Pendidikan desain grafis pun berada di puncak pertumbuhan seperti yang

belum pernah dialami sebelumnya. Hingga sekarang sekitar 70an pendidikan tinggi

DKV telah dan segera berdiri di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,

Yogyakarta, Salatiga, Solo, Malang, Surabaya, Bali, Makassar dan menyusul di beberapa

kota lainnya.

Desain grafis Indonesia kini juga telah memiliki dua media cetak: Concept (2004) dan Versus

(2008), serta forum maya DGI (Desain Grafis Indonesia) pada

alamatwww.desaingrafisindonesia.co.cc (sekarang: DGI-Indonesia.com) yang diluncurkan

(25)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 25 DGI adalah embrio dari Museum (to be) DGI yang akan dibangun di Chandari, Ciganjur,

Jakarta Selatan.

Stabilitas ekonomi yang terjaga paska krisis, telah menumbuhkan jumlah perusahaan desain

grafis di berbagai daerah. Di Jakarta saja untuk menyebut beberapa di antaranya: Inkara

Design (Danton Sihombing, Ilma Noe‟man), DesignLab (Divina Natalia), Whitespace Design (Irvan N Suryanto), Kineto (Djoko Hartanto), Octovate (Bernhard Subiakto), Banana Inc.

(Nico A Pranoto), Jerry Aurum Design (Jerry Aurum), Mendiola Design Associates

(Mendiola B Wiryawan), Roundbox (Bima Shaw), Nubrain Design (Ato Hertianto), Fresh

Creative (Imelda Dewajani), AhmettSalina (Irwan Ahmett), Crayon Design (Melvi Samodro),

Halfnot Indesign (Heri Mulyadi), Thinking*Room (Eric Wijaya), Lumiére (Ismiaji Cahyono),

Paprieka (Eka Sofyan), Songo (Hastjarjo B Wibowo, Hagung Sihag, Arif PSA), Neuborn

(Vera Tarjono) dan masih banyak lagi.

Tidak sedikit pula desainer-desainer muda Indonesia berkarya dan sukses di luar

negeri:Henricus Kusbiantoro (Senior Art Director-Landor Associates, San Francisco), Lucia

C Dambies (Head Designer-Wharton Bradley Mack, Newcastle), John Kudos

(Principal-Studio Kudos, Chelsea), Melissa Sunjaya (Principal-Bluelounge Design, Pasadena), Kalim

Winata (Computer-Generated Images Artist-ImageMovers Digital, San Francisco),Yolanda

Santosa (Principal-Ferroconcrete, Los Angeles) dan Bambang Widodo (Principal-BWDesign,

(26)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 26

BAB IV

LOGO DAN MAKNANYA

FedEx – Tanda Panah

Logo ini memiliki kesan yang lebih mendalam. Jika dilihat ke kata „Ex‟ pada logo mereka, kamu bakal menyadari ada ruang kosong di antara huruf „E‟ dan „x‟. Ruang kosong itu ternyata menyimbolkan tanda panah ke kanan. Arti dari tanda panah ini adalah kecepatan,

keakuratan dan pentingnya perkembangan ke depan.

Baskin Robbins – 31

Di tahun 1953, Baskin Robbins menghasilkan sebuah inovasi dimana mereka menawarkan es

krim dengan total 31 rasa. Angka 31 ini dimunculkan dalam logo mereka, terlihat jelas di

antara nama Baskin dan Robbins, tidak seperti sekarang ini.

Lalu pada tahun 2005, bersamaan dengan perayaan 60 tahun mereka, logo mereka di-desain

ulang. Walaupun angka 31 yang terlihat jelas dihilangkan, angka 31 ini disembunyikan di

huruf B dan R. Jika warna mereka bukan pink, maka orang-orang kemungkinan besar tidak

akan menyadarinya. Arti dari angka 31 ini sendiri dimaksudkan agar setiap orang dapat

(27)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 27 SoNy Vaio – Simbol Analog dan Digital

Video Audio Intelligent Organizer atau singkatnya Vaio adalah salah sub-brand yang

digunakan oleh Sony untuk berbagai produk komputernya, dan nama logo atau brand ini

sangatlah terkenal. Di samping dari kata „vaio‟, ada makna tersembunyi yang jika kamu

mengerti sedikit akan istilah digital atau analog, maka kamu akan menyadarinya.

Sisi kiri dari logo dibuat menyerupai simbol gelombang yang menggambarkan ide teknologi

analog. Sedangkan sisi kanannya terdiri dari angka “1” dan “0”, dimana berartikan 2 digit

binari komputer, yaitu teknologi digital.

NBC – Burung Merak

NBC atau National Broadcasting Company merupakan perusahaan penyiaran jaringan

televisi dan radio Amerika, jika kamu menilik logo mereka ada suatu hal yang menarik. Lihat

gambar logo mereka di atas, sadarkah bahwa ada gambar burung merak di sana?

Oleh karena itulah NBC dikenal sebagai “Jaringan Merak” (Peacock Network). Selain itu, logo mereka juga memiliki arti lain, dimana 6 bulu ekor merak ini menunjuk ke 6 divisi NBC

pada saat mereka dibuat, yakni divisi Berita, Olahraga, Entertainment, Stasiun, Jaringan dan

Produksi. Kepala burung merak yang menghadap ke kanan juga berartikan bahwa ia selalu

(28)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 28 Carrefour – Huruf C

Arti dari logo Carrefour sendiri merupakan 2 panah yang satu mengarah ke kiri dan satunya

lagi mengarah ke kanan. Mengartikan kata “carrefour” dalam Perancis yang berarti

“persimpangan”, sama halnya seperti banyaknya produk yang ditawarkan oleh supermarket

ternama ini kemanapun kamu berjalan. Warnanya sendiri berdasarkan bendera Perancis,

tempat dimana Carrefour didirikan. Apakah kamu menyadari ada huruf „C‟ yang tersembunyi di balik logo Carrefour tersebut?

Amazon – Senyum dan Keragaman

Logo perusahaan ini memberikan kata amazon dengan panah di bawah huruf a sampai huruf

z. Panah itu sendiri memberikan dua arti, yang pertama adalah bahwa amazon selalu

memberikan kepuasan kepada pelanggannya sehinga mereka tersenyum, dengan lubang di

kedua huruf a sebagai mata. Kedua adalah bahwa amazon memberikan keragaman produk

(29)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk

menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga

dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.

Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan ”fine art”. Seperti jenis desain lainnya,

desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang

dihasilkan rancangan, atau pun disiplin ilmu yang digunakan desain.

B. Saran

Dari hasil pembahasan yang telah kami susun, kami memberikan saran kepada Mahasiswa

untuk meningkatkan pengetahuan tentang Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di

(30)

Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 30

DAFTAR PUSTAKA

https://baguspermady.wordpress.com/2012/10/16/sejarah-desain-grafis-didunia-dan-di-indonesia-tugas-kuliah/

http://dgi.or.id/in-depth/history/garis-waktu-desain-grafis-indonesia.html

Gambar

gambar logo mereka di atas, sadarkah bahwa ada gambar burung merak di sana?

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.. Semua

Masyarakat berpendapatan rendah yang belum mempunyai kemampuan untuk memiliki rumah memenuhi kebutuhannya dengan menyewa. Selain itu, pemenuhan kebutuhan perumahan juga

Aspek-aspek yang dinilai dalam presentasi adalah sebagai berikut: kekompakan, sistematika penyajian, partisipasi anggota,pemerataan tugas anggota,spontanitas menjawab

Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12 Januari-20 Februari 2012 ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan ekosistem mangrove dan mengetahui

Dari uraian diatas diperoleh kesimpulan bahwa Suku Mandailing memiliki pengetahuan terkait pemanfaatan tumbuhan obat mulai dari spesies tumbuhan yang digunakan, penyakit

[r]

Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud penanda wujud penanda referensi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Republika

Dilihat dari segi ilokusi, tuturan (2) merupakan tindak tutur yang mengandung makna meminta maaf yang dituturkan oleh Asahi kepada Sugiura karena ia merasa bersalah