• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS KONTEKSTUAL TERINTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER PADA MATERI SISTEM KOLOID.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS KONTEKSTUAL TERINTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER PADA MATERI SISTEM KOLOID."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

ESTER TRISNA MANALU. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Berbasis Kontekstual Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Pada Materi Sistem Koloid. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universtitas Negeri Medan, September 2016.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual terintegrasi nilai-nilai karakter, mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif dan mengetahui hasil belajar siswa yang ditinjau dari aspek afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan menggunakan penuntun praktikum kimia yang telah dikembangkan. Penelitian dilakukan di SMA Cahaya Medan. Sampel penelitian sebanyak dua kelas yang diambil secara purpopive pumplino yaitu kelas eksperimen I menggunakan PPKBK dan kelas eksperimen II menggunakan PP yang tersedia di sekolah Instrumen penelitian adalah rubrik validasi, tes dan lembar observasi. Penelitian dimulai dari analisis penuntun praktikum kimia di sekolah, pengembangan, validasi, revisi dan uji coba penuntun praktikum yang telah dikembangkan. Hasil penelitian diperoleh (1) berdasarkan hasil analisis buku PP kimia pada materi sistem koloid penerbit Erlangga, Pudak Scientifik, Duta Nusantara dan Laskar Aksara belum sesuai dengan BSNP, (2) berdasarkan BSNP PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter lebih valid dibandingkan dengan PP kimia yang digunakan di sekolah, (3) terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter 0,73 sedangkan yang dibelajarkan dengan PP kimia yang digunakan sekolah 0,63, (4) terdapat perbedaan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek psikomotorik yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter sebesar 91 dan yang dibelajarkan dengan PP kimia yang digunakan sekolah sebesar 85, sedangkan ditinjau dari aspek afektif yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter sebesar 92 dan yang dibelajarkan dengan PP kimia yang digunakan sekolah sebesar 81.

(5)

ii

ABSTRACT

ESTER TRISNA MANALU. Development Laboratory Guidance Chemistry Based Contextual Integrated Values Character On Colloid System Materials. Thesis. Medan: Graduate Program State universtity of Medan, September 2016.

This research is a development that aims to develop guiding chemistry lab contextually based integrated character values, knowing improving student learning outcomes in terms of cognitive and determine student learning outcomes in terms of affective and psychomotor using guiding chemistry laboratory that has been developed , The study was conducted in Cahaya Medan high school. Samples are two classes were taken by purposive sumpling using PPKBK experimental class I and class II experiment using PP available in school study instrument is a rubric validation, test and observation sheet. Research began on analytical chemistry lab at the school guidance, development, validation, revision and test laboratory guides that have been developed. The product of research is (1) based on the analysis of chemical PP book in colloidal system materials publisher grants, Pudak Scientific, Duta Nusantara and Laskar Aksara is not in accordance with BSNP, (2) based PPKBK BSNP integrated character values is more valid than the PP chemicals used in schools, 93) there is a difference in improving student learning outcomes in terms of cognitive, that learned to use the integrated PPKBK character values of 0.73, while that learned with chemicals used PP 0,63 school, (4) there are differences in student learning outcomes in terms of psychomotor aspect that learned to use PPKBK integrated character values at 91 and that learned with PP chemicals used school at 85, while in terms of affective aspects that learned to use PPKBK integrated character values of 92 and PP with chemicals schools at 81.

(6)

v

2.1.1. Penelitian dan Pengembangan 8

2.1.2. Praktikum dalam Pembelajaran Kimia 11

2.1.3. Penuntun Praktikum 12

2.1.4. Pembelajaran Kontekstual 13

2.1.4.1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual 14 2.1.4.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual 15

2.1.5. Pendidikan Karakter 17

2.1.5.1. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 17 2.1.5.2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 18

2.1.6. Penilaian Hasil Belajar 20

2.1.7. Standar Buku Ajar Berdasarkan BSNP 22

(7)

vi

2.3. Hipotess 24

TAT III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 25 3.2. Populasi Sampel Penelitian 25 3.3. Jenis Penelitian 26 3.4. Prosedur Penelitian 26 3.5. Teknik Pengumpulan Data 29 3.6. Teknik Analisis Data 31 3.6.1. Analisis Rubrik Validasi Penuntun Praktikum Kimia 31 3.6.2. Analisis Tes 32

3.6.3. Analisis Tes Hasil Uji Coba 35

3.6.2. Analisis Lembar Observasi 37

(8)

vii

4.2.4.4. Uji Homogenitas Data 53

4.2.4.5. Uji Hipotesis 54

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 55

TAT V. PENITIP

5.1. Kesimpulan 58

5.2. Saran 59

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perbandingan Pembelajaran Kontekstual dengan Konvensional 14

Tabel 3.1. Kriteria Validasi Penuntun Praktikum 32

Tabel 4.1. Tabulasi hasil analisis PP kimia pada materi sistem koloid Penerbit Erlangga yang digunakan di sekolah 41

Tabel 4.2. Tabulasi Komponen PPKBK yang dikembangkan 43

Tabel 4.3. Perbandingan Rata-Rata Hasil Uji Kelayakan 44

Tabel 4.4. Hasil Analisis Distraktor Instrumen Tes 49

Tabel 4.5. Data Hasil Belajar Kelas Ekperimen I dan Eksperimen 50

Tabel 4.6. Kategori Gain Kelas Eksperimen I dan eksperimen II 51

Tabel 4.7. Rata-Rata Gain Kelas Eksperimen I dan II 52

(10)
(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Model

Borg dan Gall 10

Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan Penelitian Tahap Pengembangan 27 Gambar 3.2 Skema Pelaksanaan Penelitian Tahap Uji Coba 28 Gambar 4.1 Hasil Analisis PPKBK dan PP Sekolah

Pada Aspek Kelayakan Isi 45 Gambar 4.2 Hasil Analisis PPKBK dan PP Sekolah Pada

Aspek Bahasa 46

Gambar 4.3 Hasil Analisis PPKBK dan PP Sekolah Pada

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran Kimia 64

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen I 67

Lampiran 3. RPP Kelas Eksperimen II 78

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Soal 86

Lampiran 5. Instrumen Penilaian Psikomotorik Siswa 93 Lampiran 6. Instrumen Penilaian Afektif Siswa 99 Lampiran 7. Instrumen Angket Validasi Penuntun Praktikum 100

Lampiran 8. Tabulasi Hasil Validasi angket Kelas Eksperimen I 102 Lampiran 9. Tabulasi Hasil Validasi angket Kelas Eksperimen II 103

Lampiran 10.Tabel Validitas Konstruk Instrumen Tes 104 Lampiran 11.Tabel Reliabilitas Instrumen Tes 105 Lampiran 12. Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Tes 106 Lampiran 13. Tabel Daya Pembeda Instrumen Tes 107 Lampiran 14. Tabel Distraktor Instrumen Tes 108 Lampiran 15. Data hasil Belajar Kognitif, Psikomotorik dan Afektif 110

Lampiran 16. Uji Normalitas Pretes 111

Lampiran 17. Uji Normalitas Gain 112

Lampiran 18. Uji Normalitas Psikomotorik 113

Lampiran 19. Uji Normalitas Afektif 114

Lampiran 20. Uji Homogenitas Pretes 115

(13)

1

BABBIB

B

PENDAHULUANB

B

1.1.BLatarBBelakangB

Sains merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, sehingga dipelajari mulai siswa sekolah dasar. Tujuan utama pendidikan sains adalah untuk membantu siswa menjadi ilmiah dan terpelajar (Türkmen, 2007). Kimia sebagai bagian dari sains secara khusus memusatkan kajiannya pada materi, sifat-sifat materi, struktur materi, komposisi materi, ikatan yang terjadi pada materi, perubahan materi, serta energi yang terlibat dalam perubahan materi tersebut. Oleh karena itu, ada dua hal penting yang harus diperhatikan sebagai hakekat ilmu kimia, yakni kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses.

Kimia sebagai produk adalah temuan para ilmuwan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori sedangkan kimia sebagai proses berupa kerja ilmiah. Dengan demikian tidak tepat jika ilmu kimia hanya dipelajari melalui membaca, menulis, mendengarkan yang pada umumnya menggunakan metode ceramah atau hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur atau metode ilmiah (Jahro dan Susilawati, 2008).

Kimia sebagai proses menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung bagi siswa. Ini dapat diwujudnyatakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa melakukan suatu proses kerja ilmiah berupa observasi atau eksperimen melalui kegiatan laboratorium (Sujarwanta, 2012). Kegiatan laboratorium merupakan sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ketrampilan proses IPA, membangkitkan minat belajar dan memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori atau konsep-konsep yang telah dipelajari sehingga teori atau konsep-konsep tersebut menjadi lebih bermakna pada struktur kognitif (Nugraha, 2008).

(14)

2

kesimpulan sendiri tentang suatu objek atau keadaan tertentu. Dengan demikian kegiatan praktikum selain memperoleh pengalaman kerja kimia nyata, juga merangsang siswa agar berlatih berpikir dengan cara-cara kritis dan ilmiah (Utomo, 2011).

Hasil penelitian Demircioglu dan Yadigaroğlu (2011), menemukan bahwa metode praktikum lebih efektif dalam memperoleh pemahaman siswa karena mereka memiliki banyak pengalaman dalam mengukur, menafsirkan, menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Hal ini diketahui pada kelas ekperimen mengalami kemajuan dalam meningkatkan pengetahuan siswa melalui hasil pengamatan. Sejalan dengan pendapat Hamidu (2014), yang mengatakan bahwa metode praktikum akan mencapai tujuan pendidikan sains dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan dan aplikasinya, keterampilan praktis ilmiah dan kemampuan pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir ilmiah, pemahaman tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan ilmuwan bekerja serta meningkatkan minat dan motivasi. Begitu juga hasil pengamatan peneliti pada saat mengajar dengan metode praktikum, siswa begitu antusias dan bersemangat mengamati objek walaupun praktikum yang dilakukan masih tergolong sederhana.

Suatu lembaga pendidikan kimia di Amerika menganjurkan sebaiknya 30% dari waktu pembelajaran ditekankan pada kegiatan laboratorium (Campbell dan Bohn, 2008). Namun kenyataan di lapangan tidak semua sekolah memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. Sekolah yang memiliki laboratorium penggunaannya masih kurang optimal (Ashadi, 2009). Kendala yang ditemukan pada hasil penelitian Yusrika (2014) sehubungan dengan kurang optimalnya penggunaan laboratorium adalah kurang lengkapnya alat dan bahan kimia di laboratorium dan tidak tersedia buku penuntun praktikum (PP) kimia yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

(15)

3

diperoleh bahwa pada umumnya PP yang beredar masih belum sesuai dengan kebutuhan siswa, masih terpaku pada alat, bahan dan cara kerja. Padahal ada banyak hal yang bisa diungkap di dalam suatu penuntun praktikum seperti sifat bahan dan alat yang akan digunakan yang seharusnya diketahui oleh siswa sehingga berguna untuk meminimalkan resiko jika terjadi kecelakaan, alternatif alat dan bahan yang akan digunakan jika alat dan bahan yang dimaksud tidak tersedia, karakter siswa yang diharapkan dalam pelaksanaan praktikum serta alat penilaian pelaksanaan praktikum khususnya mengukur aspek afektif dan psikomotorik siswa.

Pengembangan PP perlu dilakukan karena merupakan suatu pedoman dan alat evaluasi dalam pelaksanaan praktikum. PP perlu didesain semenarik mungkin agar aktifitas laboratorium menarik bagi siswa. Pengembangan dapat dilakukan dengan mereview buku PP yang telah ada selama ini dan mengadopsi sebagian dari buku pengelolaan laboratorium sehingga mudah dilaksanakan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pembelajaran kimia akan mendapatkan hasil yang maksimal apabila keseluruhan potensi kecerdasan siswa dapat dieksplorasi dalam pembelajarannya sehingga ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya (Dihanti, 2012). Oleh karena itu pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengembangan PP adalah pembelajaran kontekstual.

(16)

4

membantu siswa menghubungkan apa yang mereka sudah ketahui dengan apa yang mereka diharapkan dalam belajar dan membangun pengetahuan baru dari hasil analisis dan sintesis proses belajar tersebut. Pada akhirnya mereka menemukan makna dari proses pembelajaran itu karena mereka berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan pengalaman sebelumnya pengalaman dan membangun pengetahuan yang ada (Berns dan Erickson, 2001).

Hasil penelitian Elvinawati (2008) menunjukkan penerapan pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan sistem koloid meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI. Hasil penelitian Sabil (2011) diperoleh peningkatan kualitas belajar mahasiswa sebesar 87,1%, dan rata-rata hasil belajar mahasiswa mencapai 77.

Salah satu prinsip dari pembelajaran kontekstual adalah adanya pengembangan berbagai karakter siswa (Chrisiana, 2005). Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Pengintegrasian nilai-nilai karakter pada materi pembelajaran selain menjadikan peserta didik menguasai kompetensi pelajaran yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya sebagai perilaku (Kemendiknas, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian pengembangan untuk mengembangan penuntun praktikum kimia S0A, sehingga peneliti memilih judul penelitian PengembanganB PenuntunB PraktikumB KimiaB BerbasisB KontekstualBTerintegrasiBNilai-NilaiBKarakterPadaBMateriBSistemBKoloid.B

1.2.BIdentifikasiBMasalahB

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul masalah yang penting untuk dikaji dan diteliti. Adapun yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

(17)

5

3. PP kimia yang beredar belum sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. PP kimia yang dikembangkan berbasis kontekstual terintegrasi nilai-nilai karakter.

5. Penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual (PPKBK) meningkatkan kualitas, hasil belajar dan aktifitas belajar siswa.

6. Pengintegrasian nilai-nilai karakter pada materi pembelajaran menjadikannya sebagai perilaku siswa.

1.3BatasanBMasalahB

Agar penelitian memberikan arah yang tepat, serta dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu, masalah pada:

1) PP kimia yang akan dikembangkan dibatasi pada materi kimia S0A kelas XI yaitu sistem koloid.

2) PP kimia yang akan dikembangkan adalah berbasis kontekstual.

3) PP kimia yang telah dikembangkan divalidasi oleh dosen kimia Universitas Negeri 0edan sebanyak dua orang dan guru kimia S0A negeri maupun swasta yang berpengalaman dan aktif di laboratorium sebanyak dua puluh orang.

4) Uji coba penuntun praktikum kimia yang telah dikembangkan dilakukan kepada satu kelas sebanyak 34 orang siswa.

5) Uji coba penuntun praktikum kimia yang telah dikembangkan mengukur hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

1.4RumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(18)

6

2. Apakah PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter berdasarkan BSNP lebih valid dibandingkan PP kimia yang digunakan sekolah?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter dengan PP kimia yang digunakan sekolah?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter dengan PP kimia yang digunakan sekolah?

1.5 TujuanBPenelitianB

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. 0engetahui bagaimana hasil analisis PP kimia pada materi sistem koloid penerbit Erlangga, Pudak Scientific, Duta Nusantara dan Laskar Aksara sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

2. 0engetahui apakah penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual terintegrasi nilai-nilai karakter berdasarkan BSNP lebih valid dibandingkan PP kimia yang digunakan sekolah.

3. 0engetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter dengan PP kimia yang digunakan sekolah. 4. 0engetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa ditinjau dari

aspek afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter dengan PP kimia yang digunakan sekolah.

1.6 ManfaatBPenelitianB

0anfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. 0anfaat Teoritis

a. Dapat mengembangkan dan memperoleh penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual terintegrasi nilai-nilai karakter khususnya pada materi sistem koloid.

(19)

7

2. 0anfaat Praktis

a. Sebagai bahan acuan bagi guru, calon guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan, dan peneliti lain yang ingin mengkaji secara lebih mendalam tentang pengembangan penuntun praktikum kimia untuk materi kimia lain.

b. 0enambah pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk menyusun penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual yang terintegrasi nilai-nilai karakter pada materi sistem koloid.

(20)

58

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB

5.1BKesimpulanB

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:B

1. Berdasarkan hasil analisis buku PP kimia pada materi sistem koloid penerbit Erlangga, Pudak Scientific, Duta Nusantara dan Laskar Aksara diperoleh beberapa kelemahan sehingga tidak sesuai dengan badan standar nasional pendidikan (BSNP).

2. Berdasarkan BSNP PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter lebih valid dibandingkan dengan PP kimia yang digunakan di sekolah.

3. Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif, yang dibelajarkan menggunakan PPKBK terintegrasi nilai-nilai karakter 0,73 sedangkan yang dibelajarkan dengan PP kimia yang digunakan sekolah 0,63

(21)

59

5.2.BSaranB

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penuntun praktikum kimia berbasis kontekstual terintegrasi nilai-nilai karakter ini, dapat digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya kegiatan praktikum pada materi sistem koloid untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, psikomotorik dan afektif

(22)

60

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.

Arikunto, S. 2002. ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashadi. 2009. Kesulitan Belajar Kimia Bagi Siswa Sekolah Menengah. Surakarta. (http://pustaka.uns.ac.id, diakses pada 29 April 2016).

Belawati, T. 2006. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Berns, R.G. dan Erickson, P.M. 2001. Contextual Teaching and Learning

Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone

Research@work. 5(1): 1-8.

BSNP. 2006. Panduan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Depertemen Pendidikan Nasional.

Campbell, T. dan Bohn, C. 2008. Science Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S, Descriptive Research from the Classroom, Science Educator. 17(1): 36-44.

Clemente, C.H. dan Vesta, R.W. 2010. Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Systemics, Cybernetics And Informatics. 6(4): 54-58.

Chrisiana, W. 2005. Upaya Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa (Studi Kasus di Jurusan Teknik Industri UK Petra). Jurnal Teknik

Industri. 7(1): 83-90.

Demircioglu, G. dan Yadigaroğlu, M. 2011. The Effect Of Laboratory Method On High School Students’ Understanding Of The Reaction Rate, Western

Anatolia Journal of Educational Sciences. ISSN 1308-8971: 510-516.

Depdiknas. 2006. Petunjuk Teknik Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Dihanti, E. 2012. Contextual Teaching And Learning (CTL) Sebagai Strategi Dan

Model Pembelajaran. Depok: Widyaiswara LPMP Jawa Barat.

Direktorat tenaga kependidikan. 2008. Hasil Belajar

(23)

61

Hake,R.1998.AnalyzingChange/GainScore.(http:www.physics.indiana.edu/sdi/An

alyzingChange-Gain.pdf, diakses Maret 2016)

Hamidu, M.Y., Ibrahim, A.I. dan Mohammed, A. 2014. The Use of Laboratory Method in Teaching Secondary School Students: a key to Improving the Quality of Education. International Journal of Scientific and Engineering

Research. 5(9): 81-86.

Jahro, I.S. dan Susilawati. 2008. Analisis Penerapan Metode Praktikum Pada

Pembelajaran Ilmu Kimia Di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Pendidikan

Kimia. 1(4) : 20-26.

Jumadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual Dan Implementasinya. Yogyakarta: Makalah Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004.

Karno. 2003. Mengenal Analisis Tes. Bandung: Jurusan PPB FIB UPI.

Kemendiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran.

Panduan Guru Mata Pelajaran.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan dan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa: akarta. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran

2010. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Kasihani. 2002. Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual. Prosiding Seminar

Akademik. 2:1- 6.

Khumairah, F., Suhery, T. dan Hadeli. 2014. Pengembangan Modul Kimia Dasar Materi Termokimia Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis Untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia, 1(2): 116-117.

Nasekun. 2015. Integrasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTS Ma’arif Wadas Kandangan Temanggung

Tahun Pelajaran 2014/2015. Salatiga. Tesis Program Pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Nugraha, A. W. 2006, Penerapan Model Praktikum Semi Riset Pada Praktikum

Semi Riset Kimia Fisika II. Medan: Laporan Hasil Penelitian FMIPA

Universitas Negeri Medan (http://smk3ae,

wordpress.com.2008/11/17/penerapan-model-praktikum-semi-riset-pada-praktikum-kimia-fisika-2, diakses pada 3 Maret 2016).

Reid, N. and Shah, I. 2007. The role of laboratory work in university chemistry.

(24)

62

Ridwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Sabil, H. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) Pada Materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA. Edumatica. 1(1): 44-56.

Sarjana, K. 2008. Bentuk Ikonik Bilangan Bulat Sebagai Komponen Pembelajaran Kontekstual. J. Pijar MIPA. 3(1): 35 – 38.

Schell, J. W. 2001. An emerging framework for contextual teaching and learning

in preservice teacher education. Retrieved from

(http://www.coe.uga.edu/ctl/theory/framework, pdf, diakses pada 8 Juni 2016).

Smith, B.P. 2010. Intructional Strategies in Family and Consumer Sciences Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model.

Journal Of Family and Consumer Sciences. 28(1): 23-38.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D: Bandung ALFABETA.

Sujana. 2014. Literasi Kimia Mahasiswa PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar.

Jurnal Pendidikan IPA. 3(1): 5-11.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sujarwanta, A. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan. 16(1 ): 75-83.

Tobing, F. 2011. Pengembangan penuntun Praktikum Untuk Kelas X SMA Sesuai Dengan Tuntutan KTSP. Medan: Program Pasca Sarjana UNIMED. Tresnawati, R. dan Dwiyanti, G. 2013. Pengembangan prosedur praktikum Kimia SMA Pada Topik Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, Jurnal riset dan

praktik pendidikan kimia. 1(1): 37-43.

Türkmen, H. dan Usta, E. 2007. The Role Of Learning Cycle Approach Overcoming Misconceptions In Science. Kastamonu Education Journal. 15(2): 491-500.

Utomo, P. 2011. Adaptasi Pelaksanaan Praktikum Kimia Negara OECD.

Yogyakarka: PPM Unggulan FMIPA UNY.

Widyaningsih, T. 2014. Internalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Karakter pada

Siswa SMP dalam Perspektif Fenomenologis. Jurnal Pembangunan

(25)

63

Yusrika, H.W. 2014. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Inovatif Untuk

SMA/MA Kelas XII Sesuai Kurikulum 2013. Medan: Program Pasca

Sarjana UNIMED.

Gambar

Tabel 2.1. Perbandingan Pembelajaran Kontekstual dengan Konvensional  14
Gambar  2.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Model

Referensi

Dokumen terkait

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

Submitted to Faculty of Cultural Studies University of Sumatera Utara Medan.. in partial fulfillment of the requirements for the degree of Sarjana

[r]

Sunsang pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2011 , dengan ini diumumkan bahwa

Skripsi dengan judul “ PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM KREDIT MODAL KERJA PADA PD BPR BKK JEPARA CABANG WELAHAN BESERTA AKIBAT HUKUMNYA ” , secara umum mengulas

Dari tabel 9 dan berdasarkan nilai packet loss sesuai dengan versi TIPHON sebagai standarisasi, pada area Kantor Bandar Udara Rendani untuk kategori degredasi

Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan Demam Berdarah Dengue (DBD) perilaku siswa yang berhubungan dengan pencegahan demam berdarah masih belum ada, dimana dari

 Setiap jenis pekerjaan memerlukan ciri personal charateristik tertentu yang belum tentu dapat dihasilkan dari pendidikan.  Personal charateristik perlu diperhitungkan dalam