• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA SWASTA TELADAN CINTA DAMAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA SWASTA TELADAN CINTA DAMAI."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Doni Ferijon : Development Learning Tool Through Model Cooperative Learning Jigsaw To Improve Math Reasoning Students of Class X SMA Teladan Cinta Damai. Thesis. Medan: Study Program of Matematics Education, Postgraduate, Universitas Negeri Medan, 2016

This study aims to generate a Learning Tool through Jigsaw Cooperative Learning Model. Forms of research is descriptive research. This type of research, including research and development (R&D) with development Thiagarajan’s model or models Four-D. Subjects were students of Class X SMA and Math teacher in SMA Swasta Teladan Cinta Damai. The validator in this study consisted of three people lecturer of Mathematics University of Medan and 1 person of Teachers of Mathematics. Results obtained by analysis, validation RPP average is 4.55; means valid and does not need revision, average validation Learning Modules is 4.5; means valid and does not need revision, and the average validation LKS is 4.46; means valid and does not need revision. Learning devices have been developed and then tested. The trial is limited to students using 2 classes, experimental and control classes. Against the given experimental class learning tools that have been developed, whereas the control group without the use of learning tools that have been developed. Based on the observation of the teacher's activities showed that the average 4.67; means the use of highly effective learning tools and observation of students' activity showed that the average 4.375; means the use of highly effective learning tool. Based on test results obtained by an increase in student learning mathematical reasoning skills students experimental class by 43.89%, whereas the increase of control class by 10.54%.

(6)

ABSTRAK

Doni Ferijon: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Penalaran Matematika Siswa Kelas X SMA Swasta Teladan Cinta Damai. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Perangkat Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian termasuk penelitian dan pengembangan (research and development) menggunakan model pengembangan Thiagarajan atau model Four-D. Subjek penelitian adalah siswa Kelas X SMA dan Guru Matematika di SMA Swasta Teladan Cinta Damai. Adapun validator pada penelitian ini terdiri dari 3 orang dosen Matematika Universitas Negeri Medan dan 1 orang Guru Matematika. Hasil analisis diperoleh, rata-rata validasi RPP adalah 4,55; artinya sangat valid dan tidak perlu revisi, rata-rata validasi Modul Belajar adalah 4,5; artinya sangat valid dan tidak perlu revisi, dan rata-rata validasi LKS adalah 4,46; artinya sangat valid dan tidak perlu revisi. Perangkat Pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian diuji coba. Uji coba terbatas terhadap siswa menggunakan 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terhadap kelas eksperimen diberikan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas guru diperoleh bahwa rata-rata 4,67; artinya penggunaan perangkat pembelajaran sangat efektif dan pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh bahwa rata-rata 4,375; artinya penggunaan perangkat pembelajaran sangat efektif. Berdasarkan hasil tes belajar siswa diperoleh peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa kelas eksperimen sebesar 43,89%, sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa kelas kontrol sebesar 10,54%.

(7)

iii

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 12

1.3. Batasan Masalah ... 13

1.4. Rumusan Masalah ... 14

1.5. Tujuan Penelitian ... 14

1.6. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. KerangkaTeoritis ... 16

2.2. Perangkat Pembelajaran ... 16

2.3. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 26

2.4. Hakikat Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 31

2.4.1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

2.4.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 41

2.5. Model Pengembangan Sistem Instruksional ... 47

2.6. Kemampuan Penalaran Matematika ... 54

(8)

iv

2.6.2. Kemampuan Penalaran Matematika ... 55

2.7. Efektivitas Pembelajaran ... 59

2.7.1. Pengertian Efektivitas ... 59

2.7.2. Ciri-ciri Efektivitas Pembelajaran ... 59

2.7.3. Kriteria Efektivitas Pembelajaran ... 60

2.7.4. Faktor yang mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran ... 61

2.8. Penelitian yang relevan ... 66

2.9. Kerangka konseptual ... 66

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 68

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 68

3.3. Jenis Penelitian ... 68

3.4. Prosedur Penelitian ... 69

3.5. Instrumen Penelitian ... 70

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 71

3.7. Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 78

4.3.3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Gain) ... 104

4.3.4. Skala Sikap Siswa terhadap pembelajaran ... 107

4.3.5. Tanggapan Guru dan Siswa terhadap perangkat Pembelajaran yang dikembangkan ... 109

(9)

v

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 38

Tabel 2.2. Pedoman pemberian skor Perkembanga Individu ... 46

Tabel 2.3. Tingkat Penghargaan Kelompok ... 46

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 70

Tabel 3.2. Kriteria Validitas Analisis Nilai Rata-rata ... 73

Tabel 3.3. Kriteria Efektifitas Analisis Nilai Rata-rata ... 73

Tabel 4.1. Analisis Kurikulum KTSP Sistem Persamaan Linier ... 81

Tabel 4.2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 90

Tabel 4.3. Validitas Butir Soal Penalaran Matematika SPLDV ... 90

Tabel 4.4. Validitas Butir Soal Penalaran Matematika SPLTV ... 91

Tabel 4.5. Klasifikasi Derajat Realibilitas ... 91

Tabel 4.6. Intepretasi Daya pembeda ... 92

Tabel 4.7. Daya Pembeda Butir Soal SPLDV ... 92

Tabel 4.8. Daya Pembeda Butir Soal SPLTV ... 93

Tabel 4.9. Indeks kesukaran Butir soal ... 93

Tabel 4.10. Tingkat Kesukaran Butir soal SPLDV ... 93

Tabel 4.11. Tingkat Kesukaran Butir soal SPLTV ... 93

Tabel 4.12. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ... 99

Tabel 4.13. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 100

Tabel 4.14. Hasil Belajar Siswa pada materi SPLDV ... 102

Tabel 4.15. Hasil Belajar Siswa pada materi SPLTV ... 103

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Belajar untuk mengajar, Learning to teach ... 35

Gambar 2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 38

Gambar 2.3. Ilustrasi Hubugan antara Home team dan Expert Team ... 42

Gambar 2.4. Ilustrasi Pembagian Kelompok Jigsaw ... 43

Gambar 2.5. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Thiagarajan 53 Gambar 4.1. Hasil Validasi RPP ... 87

Gambar 4.2. Hasil Validasi Modul Belajar ... 88

Gambar 4.3. Hasil Validasi LKS ... 89

Gambar 4.4. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa ... 106

Gambar 4.5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 107

Gambar 4.6. Pendapat Guru terhadap Perangkat Pembelajaran ... 110

Gambar 4.7. Pendapat Siswa terhadap Bahan Ajar (Modul dan LKS) ... 111

Gambar 4.8. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi I (butir soal 1 dan 2) ... 115

Gambar 4.9. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi I (butir soal 3, 4 dan 5) ... 116

Gambar 4.10. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi II (butir soal 1, 2 dan 3) ... 117

Gambar 4.11. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi III (butir soal 1 dan 2) ... 118

Gambar 4.12. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi III (butir soal 6, 7 dan 8) ... 119

Gambar 4.13. Alternatif penyelesaian siswa pada kolom jawaban Evaluasi III (butir soal 15) ... 120

(12)

1

BABBI

PENDAHULUAN

1.1. LatarBBelakangBMasalah

Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik perbincangan yang menarik

di kalangan masyarakat luas, lebih lagi bagi insan pendidikan. Pendidikan

merupakan sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa

yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan

masalah kehidupan yang dihadapinya, sebagai sarana yang efektif dalam usaha

melestarikan nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah

pendidikan di sekolah mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga

pendidikan tinggi dengan segala aspeknya kurikulum, metode, pendekatan,

strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia

yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang

direncanakan.

Pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan

dengan mutu pendidikan. Di dunia Internasional, kualitas Pendidikan Indonesia

berada pada peringkat ke 64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan

tahunan UNESCO Educdtuon For All Globdl Monutorung Report 2012. Dalam

laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati

posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan

angka 0,629; dengan angka tersebut Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga

ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (peringkat 18).

(13)

2

Permasalahan pendidikan tersebut harus diselesaikan karena kepemilikan atas

pengetahuan adalah kunci seseorang mencapai kesejahteraan (Baswedan, USAID

2013).

Pada Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum

2013, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) telah ditetapkan oleh pemerintah. SKL

merupakan kriteria kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Namun bagaimana untuk mencapainya dan apa

perangkat pembelajaran yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para

pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam pelaksananaan pembelajaran,

perangkat pembelajaran sangat berperan penting. Seperti yang diungkapkan oleh

Suparno (Frisnoiry, 2013:14) :

Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Kurikulum tidak akan berhasil secara optimal tanpa individualisasi dan

personalisasi. Mendasar pada penjelasan di atas maka sangat jelas bahwa mutu

pendidikan sangat perlu diperhatikan atau ditingkatkan, salah satu caranya dengan

membuat/menyusun serta mengembangkan perangkat pembelajaran karena

perangkat pembelajaran merupakan bagian dari proses pembelajaran. Sehingga

dari penjelasan tersebut di atas terlihat pentingnya perangkat pembelajaran dibuat

dalam proses pembelajaran.

(14)

3

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran

begitu penting bagi seorang guru : (1) Perangkat pembelajaran sebagai panduan,

yaitu perangkat pembelajaran benar-benar memberi arah bagi seorang guru. Hal

ini penting mengingat proses pembelajaran adalah sesuatu yang sistematis dan

terpola. Tak sedikit guru yang hilang arah atau bingung ditengah-tengah proses

pembelajaran hanya karena tidak memiliki perangkat pembelajaran. Perangkat

pembelajaran memberi panduan apa yang harus dilakukan seorang guru di dalam

kelas. Memberi panduan dalam mengembangkan teknik mengajar dan memberi

panduan untuk merancang perangkat yang lebih baik, (2) Perangkat pembelajaran

sebagai tolak ukur, yaitu seorang guru yang profesional tentu mengevaluasi setiap

hasil mengajarnya, begitu pula dengan perangkat pembelajaran. Guru dapat

mengevaluasi dirinya sendiri sejauh mana perangkat pembelajaran yang telah

dirancang teraplikasi di dalam kelas. Hal ini penting untuk terus meningkatkan

profesionalime seorang guru. hal ini bisa dimulai dengan membandingkan dari

berbagai aktivitas di kelas, strategi, metode atau bahkan langkah pembelajaran

dengan data yang ada diperangkat pembelajaran, (3) Perangkat pembelajaran

sebagai peningkatan profesionalisme, yaitu profesionalisme seorang guru dapat

ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran artinya perangkat pembelajaran tidak

hanya sebagai kelengkapan administrasi saja, tetapi lebih sebagai media

peningkatan profesionalisme, seorang guru harus benar-benar menggunakan dan

mengembangkan perangkat pembelajarannya. Memperbaiki segala yang terkait

dengan proses pembelajaran lewat perangkatnya. Jika tidak, maka kemampuan

sang guru mungkin menurun, (4) Mempermudah, yaitu memiliki perangkat

(15)

4

pembelajaran sangat mempermudah seorang guru dalam membantu proses

fasilitasi pembelajaran dengan perangkat pembelajaran, seorang guru bisa dengan

mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus

banyak berpikir dan mengingat.

Masih banyak alasan kenapa perangkat pembelajaran begitu penting bagi

seorang guru. Semangat seorang guru dalam mengajar ternyata banyak ditentukan

oleh pengaruh perangkatnya. Layaknya sebuah senjata tentu saja antara semangat

pemiliknya dan kehebatan senjatanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak

dapat dipisahkan untuk mencapai kemenangan.

Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang

disusun sedemikian rupa dimana siswa dan guru melakukan kegiatan

pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, bahan ajar, modul

praktikum, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil

belajar dan sebagainya. Jadi dalam hal ini, pentingnya pengembangan bahan ajar

sama pentingnya dalam pengembangan perangkat pembelajaran karena bahan ajar

adalah bagian dari perangkat pembelajaran sehingga guru dituntut untuk

mempunyai kemampuan mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri.

Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran, alasannya antara lain

karena ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan

tuntutan pemecahan masalah belajar (Depdiknas, 2008:8). Pengembangan

perangkat pembelajaran harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya

perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

(16)

5

Tujuan diadakannya pengembangan perangkat pembelajaran ialah untuk

menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada

yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Dimana produk tersebut disempurnakan karena dianggap kurang tepat

dalam menjalankan fungsinya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan. Terutama dalam meningkatkan kemampuan matematik siswa,

khususnya dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa.

Kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yaitu

meliputi:

1. Kemampuan pemecahan masalah

2. Kemampuan komunikasi

3. Kemampuan koneksi

4. Kemampuan penalaran

5. Kemampuan refresentasi

Salah satu kemampuan matematika tersebut adalah penalaran. Penalaran

merupakan salah satu kompetensi dasar matematik disamping pemahaman,

komunikasi dan pemecahan masalah. Penalaran juga merupakan proses mental

dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Penalaran adalah

proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan.

Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat

individual. Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat individual menjadi

kasus yang bersifat umum. Bernalar adalah melakukan percobaan di dalam pikiran

(17)

6

dengan hasil pada setiap langkah dalam untaian percobaan itu telah diketahui oleh

penalar dari pengalaman tersebut. Defenisi penalaran lain sebagai proses

pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Ciri-ciri

penalaran adalah (1) adanya suatu pola pikir yang disebut logika. Dalam hal ini

dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis.

Berpikir logis ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau

menurut logika tertentu; (2) proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran

merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik, dalam

kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analitik tersebut adalah logika

penalaran yang bersangkutan.

Kemampuan penalaran meliputi: (1) penalaran umum yang berhubungan

dengan kemampuan untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah; (2)

kemampuan yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada

silogisme, dan berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu

argumentasi; dan (3) kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya

hubungan antara benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian

mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.

Dilihat dari prosesnya penalaran terdiri atas penalaran deduktif dan penalaran

induktif. Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang konklusinya diturunkan

secara mutlak menurut premis-premisnya. Sedangkan penalaran induktif adalah

proses penalaran dalam memperoleh kesimpulan umum yang didasarkan pada

data empiris. Penalaran deduktif diantaranya meliputi: modus ponens, modus

(18)

7

tollens dan silogisme; sedangkan penalaran induktif diantaranya meliputi: analogi,

generalisasi, dan hubungan kausal.

Disamping itu penalaran juga merupakan karakteristik dari matematika,

karena menurut Depdiknas (2002:6) bahwa ”Materi matematika dan penalaran

matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi

matematika dipahamai melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar

materi matematika”. Adapun indikator yang tercakup di dalam kegiatan penalaran

matematika antara lain : (1) menarik kesimpulan logis; (2) menggunakan

penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan; (3)

memperkirakan jawaban dan proses solusi; (4) menggunakan pola dan hubungan;

(5) untuk menganalisis situasi matematika, menarik analogi dan generalisasi; (6)

menyusun dan menguji konjektur; (7) memberikan lawan contoh (counter

example); (8) mengikuti aturan inferensi; (9) memeriksa validitas argument; (10)

menyusun argument yang valid; (11) menyusun pembuktian langsung, tak

langsung dan menggunakan induksi matematika.

Terdapat beberapa model pengembangan sistem instruksional (perangkat

pembelajaran) yaitu antara lain: 1) Model IDI (Instructional Development

Institude), 2) Model PPSI (Program Pengembangan Sistem Instruksional), 3)

Model Dick dan Carey, 4) Model Kemp, 5) Model Thiagarajan, Semmel dan

Sammel. Dari berbagai model pengembangan perangkat pembelajaran peneliti

memilih model kelima yaitu Model Thiagarajan, dengan alasan model

pengembangan perangkat pembelajaran Thiangarajan mempunyai prosedur yang

(19)

8

lebih jelas dan sistematis dibanding model-model yang lain. Berikut akan

dipaparkan model pengembangan perangkat pembelajaran Thiagarajan.

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini

akan diterapkan melalui pembelajaran kooperatif, karena secara teoretik

pembelajaran ini terdapat interaksi kelompok kecil yang mendukung upaya untuk

menumbuh kembangkan kemampuan penalaran matematik siswa. Seperti yang

dinyatakan oleh Yackel, Cobb, dan Wood dalam Subanindro (2012:4) bahwa:

Interaksi kelompok kecil adalah “seen ds one wdy to encourdge the development

of mdthemdtucdl reldtuonshups, redsonung, dnd communucdtuon dnd to otherwuse

engdge students un mednungful mdthemdtucdl dctuvuty”. Artinya, interaksi

kelompok kecil dapat dilihat sebagai satu cara untuk menumbuhkembangkan

kemampuan hubungan/koneksitas, penalaran, dan komunikasi serta mengajak

teman-teman yang lain dalam kegiatan matematika yang bermakna. Menurut

Eggen and Kauchak menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan

sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.

Dalam Model Pembelajaran Kooperatif siswa berperan ganda yaitu

sebagai siswa ataupun sebagai guru. Johnson dan Johnson, Slavin, dan Sharan

menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi

pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus

turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu

pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang

teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda. Jigsaw

(20)

9

merupakan tim ahli, dimana jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot

Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan

teman-teman di Universitas Jhon Hopkins. Secara umum dalam belajar kooperatif

tipe jigsaw siswa dikelompokkan oleh secara heterogen dalam kemampuan, siswa

diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari,

masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli pada

suatu aspek tertentu dari materi tersebut, setelah di bahas maka ahli dari kelompok

berbeda berkumpul mendiskusikan topik yang sama dari kelompok yang lain

sampai mereka ahli dikonsep yang mereka pelajari, kemudian mereka kembali ke

kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman

sekelompoknya. Hal ini didukung oleh teori Vygotsky bahwa: (1) perkembangan

anak berangkat dari bidang sosial menuju bidang individual, (2) Zone of Proxumdl

Development (ZPD) yaitu suatu interval dari perkembangan aktual menuju

perkembangan potensial, (3) adanya pemberian bantuan (scdffoldung), dan (4)

adanya interaksi sosial kultur.

Siswa sendiri diarahkan untuk menemukan dan menjelaskan masalah atau

materi yang akan diselesaikan. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar

yang biasa dilakukan pada umumnya yaitu dalam pembelajaran siswa tidak

dibagi-bagi dalam bentuk kelompok dan masalah biasanya diselesaikan oleh guru

itu sendiri.

Begitu banyaknya tipe atau jenis kooperatif yang ada, namun peneliti

tertarik mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

koopertif tipe jigsaw, karena menurut penelitian-penelitian yang direview

(21)

10

Newman dan Thompson menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih

mengandalkan minat intrinsik siswa dan evaluasi kelompok, dan juga

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berusaha mereduksi bentuk-bentuk negatif

individualisme dan kompetisi, dimana tipe ini dirancang untuk meningkatkan

perilaku kooperatif, memberikan pujian/penghargaan pada kelompok (bukan

individu), dan menuntun siswa untuk merangkul teman-teman satu kelompoknya

yang berasal dari latar belakang sosial yang beragam (khususnya ras, etnik, dan

cacat fisik). Sehingga tipe jigsaw ini sangat sejalan dengan harapan pembelajaran

kooperatif secara umumnya.

Perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw juga mendukung siswa agar lebih bertanggung jawab, dan menjadikan

siswa memperoleh pengetahuan yang baru dan bermakna. Selain itu juga siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Adapun alasan peneliti tertarik memilih mengembangkan perangkat

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam

meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa. Hal ini didasari pada

pengertian kooperatif itu sendiri bahwa dalam model pembelajaran kooperatif

jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan

mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan

berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat

menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Para siswa yang terlibat di

(22)

11

dalam diskusi dimana mereka menjustifikasi pemecahan-pemecahan terutama

dihadapan ketidaksepakatan akan memperoleh pemahaman matematis yang lebih

baik saat mereka berusaha meyakinkan teman-teman mereka dari sudut pandang

yag berbeda. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa.

Selain itu pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran melalui

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah bahwa ‘siswa bekerja dengan

sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi’.

Strategi atau model pembelajaran yang mendukung kemampuan penalaran

matematik salah satunya ialah kooperatif tipe jigsaw.

Berbagai masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dibutuhkan

solusi pembelajaran yang dapat menyelesaikan semua permasalahan yang

dihadapi. Salah satunya adalah dengan pengembangan perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu sistem

pembelajaran kita saat ini terutama bagi guru dan siswa. Guru haruslah dapat

menciptakan suasana belajar yang mampu mengeksplorasi kemampuan yang

dimiliki siswanya ke kehidupan nyatanya. Agar tujuan pembelajaran mencapai

sasaran dengan baik, disamping perlu adanya pemilihan metode dan strategi

pembelajaran yang sesuai, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat

pembelajaran yang sesuai pula dengan metode dan strategi pembelajaran yang

digunakan. Selain itu diperlukan teori belajar yang mendukung terlaksananya

perangkat yang telah dibuat, dalam kesempatan ini peneliti ingin menerapkan teori

(23)

12

belajar Bruner untuk mencapai materi yang akan dikembangkan. Teori ini sangat

mendukung tuntutan kurikulum yang kita terapkan saat ini yaitu mengenai

penemuan yang mementingkan stuktur pengetahuan. Bruner menyarankan agar

siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan

prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan

melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan

prinsip-prinsip itu sendiri. Bruner memiliki tiga cara penyajian yaitu: enaktif

(melalui tindakan), ikonik (pikiran internal) dan simbolis (menggunakan kata-kata

atau bahasa).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan

suatu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengajukan suatu studi

dengan judul: “Pengembangan B Perangkat B Pembelajaran B Melalui B Model

Pembelajaran B Kooperatif B Tipe B Jigsaw B Untuk B Meningkatkan B Kemampuan

PenalaranBMatematikaBSiswaBKelasBXBSMABSwastaBTeladanBCintaBDamai”.

1.2. IndentifikasiBMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurang efektifnya perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw yang ada dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematik

siswa Kelas X SMA

2. Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah

3. Guru jarang mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(24)

13

4. Kurang efektifnya guru dan siswa dalam menerapkan perangkat pembelajaran

melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada SMA Kelas X

5. Kurangnya respon siswa belajar matematika

1.3. BatasanBMasalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas

dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis

membatasi masalah pada:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan penalaran

matematika siswa Kelas X SMA

2. Efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa

Kelas X SMA

1.4. RumusanBMasalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan

melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

2. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan

penalaran matematik siswa Kelas X SMA?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa Kelas X

SMA saat menggunakan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw?

(25)

14

5. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa Kelas X SMA saat menggunakan

perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

1.5. TujuanBPenelitianB

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk SMA

kelas X. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Mengukur efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan penalaran

matematika siswa.

4. Menganalisis peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa Kelas X

SMA saat menggunakan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

5. Menganalisis peningkatan Hasil belajar siswa Kelas X SMA saat

menggunakan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

1.6. ManfaatBPenelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan

masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat

memberikan suasana baru dalam menyempurnakan cara guru mengajar di kelas.

Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain:

(26)

15

1. Menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika

2. Meningkatkan efektivitas perangkat pembelajaran matematika Kelas X SMA 3. Memberikan informasi bagi guru matematika dalam menentukan alternatif

pendekatan pembelajaran matematika

4. Digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan perangkat

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih lanjut

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembelajaran bidang

ilmu pengetahuan lain.

(27)

126

BABBV

SIMPULANBDANBSARAN

5.1.BBSIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi SPLDV dan SPLTV telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

2. Proses Pengembangan menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang dikenal dengan model 4D, dimulai dari tahap identifikasi tujuan pembelajaran sampai tahap develop (pengembangan), menghasilkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang baik/valid dan melakukan dan uji coba terbatas untuk mengetahui hasil implementasi model yang telah dikembangkan.

3. Kemampuan penalaran matematika siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan mengalami peningkatan sebesar 43,89%, sedangkan kemampuan penalaran matematika siswa tanpa menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan mengalami peningkatan sebesar 10,54%.

4. Peningkatan Hasil Belajar siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah sebesar 46,99%, sedangkan hasil belajar siswa tanpa menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan mengalami peningkatan sebesar 9,20%.

(28)

127

5. Siswa menunjukkan sikap dan minat positif terhadap mata pelajaran matematika, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan terhadap soal-soal yang diberikan pada pembelajaran.

6. Penggunaan Perangkat pembelajaran pada proses pembelajaran adalah sangat efektif.

5.2.BSARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan maka peneliti menyarankan:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak hanya dapat dilakukan pada materi sistem persamaan linier dua variabel dan tiga variabel saja, tetapi pada materi-materi matematika lainnya. Penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran dapat dilakukan harus disesuaikan dengan standar kelayakan isi, kurikulum dan silabus yang berlaku.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membutuhkan waktu yang efektif, sehingga guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran sedemikian rupa agar penggunaan waktu benar-benar efisien.

3. Bagi peneliti berikutnya hendaknya melakukan inovasi-inovasi yang baru lagi dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan.

(29)

128

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y., (2014), Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013,

Bandung: Refika Aditama

Akker, Branch, dkk, (1999), Design Approaches and Tools in Education and

Trainning, USA: ICO, Springer-Science+Bussiness-Media, B.V

Buhari, Bustang., (2010), Four-D Model (Model Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Thiagarajan, dkk), http://bustangbuhari.wordpress.com,

diakses April 2014

Baswedan, A., (2013), Kilas Balik Dunia Pendidikan di Indonesia,

www.prestasi-iief.org, diakses 8 Desember 2014

Dick, W dan Carey, (2005), The Systemic Design Of Intructional (6 th ed). New

York: Omegatype Typography, Inc

________, (2008), Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Depdiknas

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, (2012), Petunjuk Teknis

Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Depdiknas

Faroh, N, (2011), pengaruh kemampuan penalaran dan Komunikasi matematika

Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok

Himpunan Pada Peserta Didik Semester 2 kelas VII MTS NU Nurul Huda

Mangkang Semarang, Fakultas tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang

Firdaus, F., (2013), Peran Lembaga Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan

Motivasi Belajar Anak, http://edukasi.kompasiana.com/, diakses 3 Maret

2015

Frisnoiry, S., (2013), Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk

Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika

(30)

129

Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP N 7 Binjai Medan:

Program Pascasarjana UNIMED.

Holden, J.T., (2005), An Intruction Media Selection Guide for Distance

Education, Unaited State Distance Learning Association (USDLA), USA:

USDLA Official Publication

Kemendiknas (2010), Kerangka Acuan Pendidikan Karakter. Jakarta:

Kemendiknas.

Khoerul, E., (2012), Teori-teori Motivasi Belajar,

http://ekokhoerul.wordpress.com/, diakses 3 Maret 2015

Kurniasih, I., dan Berlin, S., (2014), Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks

Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013, Surabaya: Kata Pena

Kydd, L., Crawford M., dan Riches, C., (1997), Pengembangan Profesional untuk

Manajemen Pendidikan, Jakarta: Grasindo

Masguruonline, (2013), Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Pengajaran,

(

https://masguruonline.wordpress.com/2013/05/13/pemanfaatan-media-pembelajaran-dalam-pengajaran/) diakses 3 Maret 2015

Martinis, (2014), Paradigma Penelitian Desain dan Pengembangan,

( https://martinis1960.wordpress.com/2014/05/17/paradigma-penelitian-desain-dan-pengembangan/) diakses 15 April 2015

National Foundation for Educational Research., (2011), TIMSS 2011 International

Results in Mathematics, (https://www.google.com/#q=+TIMSS+2011+,

diakses 20 Oktober 2014)

Nitami, N.P, (2014), Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas XI IPA

SMAN 2 painan melalui penerapan Pembelajaran think pair square.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNP

Padmo, D., (2004), Teknologi Pembelajaran: Peningkatan Kualitas Belajar

Melalui Teknologi Pembelajaran, Ciputat: Pusat Teknologi Komunikasi

dan Informasi Pendidikan

(31)

130

Permendikbud, (2014), Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Prawiradilaga, D.S., (2013), Mozaik Teknologi Pendidikan E-learning, Jakarta:

Kencana

Risma, (2013), Analisis Kemampuan Mengetik dengan Sistem 10 Jari Pada Siswa

Kelas XI Administrasi Perkantoran di SMK Widya Praja Ungaran,

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta

Setyosari, P., (2012), Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Siburian, T., (2014), Rahasia Bimbel, Jakarta: Pustaka Mina

Siregar, Sakinah Ubudiyah., (2012), Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berbasis Masalah untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa Kelas V MIN Pada Pokok Bahasan Pecahan, Tesis, Pasca

Sarjana, Unimed, Medan.

Subanindro, 2012, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri

Berorientasikan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik

Siswa SMA. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ” Kontrribusi

Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter

Gurru dan Siiswa, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

eprints.uny.ac.id/10099/1/P%20-%2087.pdf. [12 Januari 2014]

Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendekatan kuatitatif, Kualitatif dan R&D,

Bandung: Alfabeta

(32)

131

Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development

for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota:

Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota

Tim Pascasarjana UNIMED, (2010), Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis

& Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED

Tocharman, M., (2009), Seri Pembelajaran, Diklat/BIMTEK KTSP DIT,

Pembinaan SMA: DEPDIKNAS

Referensi

Dokumen terkait

In the present of anhydrous calcium chloride / low humidity, the rate of transpiration / water loss / evaporation of water by leafy shoot / water absorps by roots is higher compare

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan

David Groth and Toby Skandier,Network+ Study Guide(4th Edition), Sybex,AlamedaCA, 2005, pp?.

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

dimasukkan ke dalam sebuah channel decoder untuk melindungi data. Gambar 5.26 Model Umum Sistem Komunikasi Digital Spektrum.. Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah

BVA mer upakan pilihan t est case yg menger j akan nilai yg t elah dit ent ukan, dgn t eknik per ancangan t est case melengkapi t est case equivalence par t it ioning yg f

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik individu terdiri dari faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri