PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII
SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016
Oleh :
Diamony Sri Hana Sirait NIM. 4123111015
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Diamony Sri Hana Sirait dilahirkan di Medan pada tanggal 11 November
1994. Anak pertama dari Ayah yang bernama Kabner Sirait dan Ibu yang bernama
Tomu Parulian Simangunsong. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
147609 Aliaga I. Pada tahun 2002, penulis pindah ke SD Negeri 142426 Padang
Sidempuan, kemudian pada tahun 2004, penulis pindah ke SD Negeri 02 Pagi
Jakarta, terakhir pada tahun 2005, penulis pindah ke SD Budhaya I Jakarta dan
lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 257 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan
sekolah di SMA Negeri 58 Jakarta dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012,
penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika
iii
PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII
SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016
Diamony Sri Hana Sirait (4123111015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, (2) apakah keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016..
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, sedangkan variabel terikat yaitu keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 (eksperimen A) sebanyak 40 orang dan kelas VIII-2 (eksperimen B) sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data menggunakan uji F.
Berdasarkan hasil analisis data gain dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Begitu juga dengan hasil analisis data keaktifan siswa dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala kebaikan, penyertaan, kasih dan karuniaNya yang memberikan kekuatan,
kesehatan, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Perbandingan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di Kelas VIII SMPN 18 Medan T.A 2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara
lain:
1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.
4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.
5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.
6. Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd , M.Si, selaku Pembimbing Skripsi penulis
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan,
v
7. Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang
telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
8. Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, Bapak Dr. Mulyono, M.Si, dan Bapak
Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.
10. Bapak H. Bambang Sudewo, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 18
Medan.
11. Ibu Dra. Maryam Sitompul, sebagai guru bidang studi matematika di SMP
Negeri 18 Medan dan peserta didik kelas VIII-1 dan VIII-2 atas kerjasama
dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.
12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda Kabner Sirait dan
Ibunda Halinda Panjaitan untuk do’a, kepercayaan, dukungan dan nasehat
yang tak pernah lelah diberikan kepada penulis, untuk pengorbanan dan juga
kerja kerasnya dalam memperjuangkan penulis sampai ke jenjang pendidikan
ini.
13. Kepada Whyta Leli Damanik teman seperjuangan yang hebat terimakasih
buat bantuan dan semangat yang tak terlupakan.
14. Khusus kepada sahabat-sahabat terbaik Venina Sinaga, Yulitaria Sihotang,
Eva Kartika untuk do’a, canda tawa dan dukungan yang tak terbalaskan.
15. Teman seperjuangan Tia Mariani, Ruth Melani Simatupang, Meylinda
Saragih, Risky Setia Ayu, Denisha Siburian, Febri Yanti, Rikardo Hutagaol
untuk dukungan dan info yang telah diberikan.
16. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2012 atas kebersamaan yang sangat luar
biasa, terima kasih untuk perjuangan dan kecerian bersama yang sulit
dilupakan.
17. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita
vi
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga
dukungan dan bantuan yang telah diberikan dibalaskan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang
sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan
dalam dunia pendidikan.
Medan, Juni 2016 Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vii
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel xii
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Pembatasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
1.7. Defenisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Belajar 10
2.1.2. Proses Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika 12
2.1.3. Hasil Belajar 14
2.1.4. Model Pembelajaran dan Pembelajaran Kooperatif 16
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 20
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 26
2.1.7. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif 28
viii
2.1.8. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe 30
NHT & TGT 2.1.9. Keaktifan/Aktivitas Belajar 32
2.1.9. Materi Pembelajaran Garis Singgung Lingkaran 36
2.2. Penelitian yang Relevan 43
2.3. Kerangka Konseptual 44
2.4. Rumusan Hipotesis 46
BAB III METODE PENELITIAN 47
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 47
3.1.1 Lokasi Penelitian 47
3.1.2. Waktu Penelitian 47
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 47
3.2.1. Populasi Penelitian 47
3.2.2. Sampel Penelitian 47
3.3. Variabel Penelitian 48
3.3.1. Variabel Bebas 48
3.3.2. Variabel Terikat 48
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 48
3.5. Prosedur Penelitian 50
3.6. Instrumen Penelitian 53
3.6.1 Test Kemampuan 53
3.6.1.1. Validasi Ahli Terhadap Tes Hasil Belajar 53
3.6.2. Lembar Observasi Keaktifan/Aktivitas Siswa 54
3.6.2.1. Validasi Ahli Terhadap Lembar Observasi 55
3.7. Teknik Analisis Data 55
3.7.1. Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Siswa 55
3.7.1.1. Menghitung Rata – Rata Skor 55
3.7.1.2. Menghitung Standard Deviasi 56
3.7.1.3. Menghitung Varians 56
ix
3.7.1.5.Uji Homogenitas 58
3.7.1.6. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa 59
3.7.1.7. Uji Hipotesis Keaktifan Belajar Siswa 60
3.7.1.8. Analisis Peningkatan Hasil Belajar 61
3.7.1.9. Analisis Data Aktivitas Siswa 62
3.7.1.10.Menganalisis Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 63
4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest Matematika Siswa pada 63
Kelas TGT dan NHT
4.1.2 Deskripsi Nilai Posttest Matematika Siswa pada 65
Kelas TGT dan NHT
4.1.3 Deskripsi Skor Keaktifan Matematika Siswa pada 67
Kelas TGT dan NHT
4.2 Analisi Data Hasil Penelitian 71
4.2.1. Analisis Data Hasil Belajar 71
4.2.1.1 Uji Normalitas Data 71
4.2.1.2 Uji Homogenitas Data 71
4.2.1.3 Uji Hipotesis 72
4.2.1.4. Analisis peningkatan hasil belajar 72
4.2.2. Analisis Data Observasi Keaktifan Belajar 73
4.2.1.1 Uji Normalitas Data 73
4.2.1.1 Uji Homogenitas Data 74
4.2.1.1 Uji Hipotesis 74
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 74
4.2.1. Pembahasan Hasil Belajar Siswa 74
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 81
5.2 Saran 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen 21
Gambar 2.2 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36
Gambar 2.3 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36
Gambar 2.4 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 37
Gambar 2.5 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38
Gambar 2.6 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38
Gambar 2.7 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39
Gambar 2.8 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39
Gambar 2.9 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 40
Gambar 2.10 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41
Gambar 2.11 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41
Gambar 2.12 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 42
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian 52
Gambar 4.1 Perbedaan Rata-rata Pretest Kelas TGT dan NHT 65
Gambar 4.2 Perbedaan Rata-rata Postest Kelas TGT dan NHT 67
Gambar 4.3 Persentase Keaktifan Siswa Untuk Tiap-Tiap Kategori 69
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 18
Tabel 2.2 Poin Turnamen Untuk 3 Pemain 22
Tabel 2.3 Tingkatan Penghargaan Tim Pada TGT 22
Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran TGT 24
Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran NHT & TGT 31
Tabel 2.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 35
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 49
Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Siswa 53
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 54
Tabel 3.4 Kategori Besar Nilai g 61
Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa 62
Tabel 4.1 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 64
Tabel 4.2 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan B 65
Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 66
Tabel 4.4 Data Postest Kelas Eksperimen A dan B 67
Tabel 4.5 Perbedaan Skor Keakifan pada Kelas TGT dan NHT 68
Tabel 4.6 Data Pengamatan Terhadap Keaktifan Belajar Siswa 69
Tabel 4.7 Kadar Aktivitas Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 69
Tabel 4.8 Data Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kedua Kelas 70
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 71
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar 72
Tabel 4.11 Hasil N-Gain Pretest-Posttest pada Kelas Eksperimen A dan B 72 Tabel 4.12 Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen A dan 73
Eksperimen B Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Uji Normalitas Data Keaktifan 73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Wawancara Pra Penelitian 86
Lampiran 2. RPP I (Eksperimen NHT) 88
Lampiran 3. RPP II (Eksperimen NHT) 96
Lampiran 4. RPP I (Eksperimen TGT) 104
Lampiran 5. RPP II (Eksperimen TGT) 115
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa I 127
Lampiran 7. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I 131
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 134
Lampiran 9. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II 139
Lampiran 10. Pedoman Penilaian Keaktifan Belajar Matematika Siswa 142
Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa 143
Lampiran 12. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Belajar Matematika 155
Siswa Lampiran 13. Kisi-Kisi Pre Test 158
Lampiran 14. Pre Test 159
Lampiran 15. Alternatif Jawaban Pre Test 161
Lampiran 16. Lembar Pedoman Penskoran Pre Test 164
Lampiran 17. Lembar Validasi Soal Pre Test 165
Lampiran 18. Kisi-Kisi Post Test 168
Lampiran 19. Post Test 169
Lampiran 20. Alternatif Jawaban Post Test 171
Lampiran 21. Pedoman Penskoran Post Test 174
Lampiran 22. Lembar Validasi Post-Test 175
Lampiran 23. Tabulasi data pretest kelas eksperimen A dan kelas B 178
Lampiran 24. Tabulasi data posttest kelas eksperimen A dan kelas B 180
Lampiran 25. Data Nilai Pretes dan Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas 182
Eksperimen B
xiv
Lampiran 26. Data Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen 184
A dan B
Lampiran 27. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 187
kelas eksperimen A dan kelas eksperimen B
Lampiran 28. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 192
Lampiran 29. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 199
Lampiran 30. Perhitungan uji hipotesis data hasil belajar 202
Lampiran 31. Analisis N-Gain Hasil Belajar 206 Lampiran 32. Tabulasi Data Observasi Keaktifan Siswa Untuk Setiap 208
Kategori Aktivitas Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
Lampiran 33. Data observasi keaktifan siswa kelas eksperimen A dan 213
eksperimen B
Lampiran 34. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 214
Skor Keaktifan belajar Siswa kelas eksperimen A dan kelas
eksperimen B
Lampiran 35. Perhitungan uji normalitas data 216
Lampiran 36. Perhitungan uji homogenitas data keaktifan belajar 219
Lampiran 37. Perhitungan uji hipotesis 220
Lampiran 38. Dokumentasi penelitian 223
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak setiap individu, melalui pendidikan setiap
individu dapat mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Macam – macam jalur pendidikan yang dapat ditempuh di Indonesia tertuang dalam Pasal 13 ayat 1, Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: “Jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.
Pendidikan pertama kali diperoleh di lingkungan keluarga (Pendidikan
Informal), kemudian lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan
masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan informal adalah pendidikan
yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak
sadar dalam lingkungan. Peranan keluarga sangat penting dalam proses
pendidikan ini. Pendidikan formal adalah pendidikan berstruktur dan berjenjang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan berstruktur di luar pendidikan formal
seperti lembaga kursus.
Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah
tenaga pengajar atau guru. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 5 ayat 1 menjelaskan, bahwa: “Setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya menyampaikan
pelajaran untuk mengejar ketercapaian kurikulum, melainkan guru harus
memperhatikan keadaan belajar peserta didik apakah telah mengusai materi
2
berkesulitan dalam belajar dan terlebih – lebih bagi peserta didik yang
berkesulitan dalam belajar.
Pendidikan di Indonesia kualitasnya saat ini masih jauh dari negara –
negara lain, senada dengan pernyataan tersebut Janawi (2013:3) menyatakan
bahwa:
“Kualitas pendidikan Indonesia dinilai banyak kalangan belum memiliki kualitas yang memadai bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, dan Vietnam”.
Pernyataan diatas didukung oleh Kunandar (dalam Janawi, 2013:3) yang
menjelaskan bahwa:
“Rendahnya kualitas pendidikan kita dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompotensi yang dimiliki. Bakal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari dari lembaga pendidikan lebih bersifat teoritik, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif”.
Guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki
kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar. Guru tidak cukup
hanya mampu menguasai materi pelajaran, tetapi guru juga harus mampu
mengelola kelas, sesuai dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa sendiri
dengan cara memilih strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa
untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Pendidikan khususnya bidang ilmu matematika sangat penting dan perlu
dikuasai oleh segenap warga bangsa Indonesia, baik penerapannya maupun pola
pikirnya. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) menjelaskan bahwa:
3
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
sulit dan tidak menyenangkan, dengan alasan bidang studi ini identik dengan
hitung menghitung, memerlukan pengusaan yang baik dan benar serta menuntut
intelektualitas yang relatif tinggi dalam mempelajarinnya. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan Hudojo (2005:202) bahwa:
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik bagi yang tidak berkesulitan belajar dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan guru matematika di
SMP Negeri 18 Medan yaitu Ibu Dra Maryam Sitompul, menyatakan bahwa
masih banyak siswa di kelas VIII yang belum menguasai matematika terlihat dari
hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah. Rata-rata hasil belajar
matematika di sekolah tersebut pada semester ganjil adalah sekitar 60 dengan
KKM 75. Kebanyakan siswa kurang berminat dan berkonsentrasi dalam belajar,
terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam belajar seperti kurang dalam
bertanya apabila siswa tersebut belum memahami materi yang baru saja
disampaikan dan jarang mengkritik selama pembelajaran berlangsung. Demikian
sebaliknya, apabila guru bertanya, banyak siswa yang tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajarkan guru. Adanya kecenderungan bahwa kegiatan
pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered), siswa hanya mendengar
penjelasan dari guru kemudian menulis penjelasan tersebut dari papan tulis. Guru
menggunakan metode diskusi konvensional saja terkadang kurang berhasil,
karena hanya sedikit siswa yang aktif dan dapat serius belajar dalam kelompok,
sedangkan siswa lainnya kebanyakan bertindak pasif, hanya menunggu hasil kerja
temannya yang aktif belajar.
Berdasarkan pernyataan diatas, menekankan bahwa model konvensional
masih mendominasi pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif baik dalam
berpikir maupun bertindak selama proses pembelajaran berlangsung, hal tersebut
mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hal yang sama
diungkapkan oleh Trianto (2009:5) bahwa:
4
tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar)”.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan rangkaian
aktivitas/keaktifan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut
didukung oleh Sardiman (2011:97) yang menyatakan bahwa:
“Dalam kegiatan belajar, subyek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, dalam belajar diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik”.
Hamalik (2009:89) juga menyatakan bahwa: “Dalam diri masing-masing
siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri”.
Berdasarkan kutipan - kutipan tersebut, menekankan bahwa proses
pembelajaran yang baik harus melibatkan keaktifan komponen yang melakukan
aktivitas belajar – mengajar, yakni siswa dan guru dan juga menekankan bahwa
setiap peserta didik memiliki potensi untuk aktif dalam belajar. Keaktifan tersebut
meliputi keaktifan fisik maupun mental. Oleh karena itu, perlunya guru memilih
model pembelajaran yang pelaksanaannya menitikberatkan pada keaktifan siswa
dan meningkatkan hasil belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan meningkatkan
prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini didukung
oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) yang menyatakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan – kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.
Dengan adanya diskusi antar siswa maka pembelajaran melibatkan
keaktifan setiap siswa dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh
Isjoni (2011) bahwa:
5
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan yang lain”.
Kemudian tuntutan yang diberikan pada siswa untuk saling belajar
mengajar sesama mereka, membentuk setiap siswa untuk bertanggung jawab
memahami materi pelajaran terlebih dahulu. Hal ini memungkinkan setiap siswa
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Slavin (dalam Wina Sanjaya, 2008:242)
juga mengatakan bahwa:
“Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri”. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan model
pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together).
Model pembelajaran tipe TGT terdiri atas lima komponen utama yaitu
presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Dalam pelaksanaanya
,siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi memecahkan persoalan
yang diberikan. Selain itu, siswa dituntut untuk bersaing dalam memainkan game
akademik bersama dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
tim asalnya. Sehingga terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam
suatu permainan yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan
keterlibatan siswa dalam memecahkan persoalan memberi peluang untuk
menambah pemahaman siswa, sehingga memungkinkan hasil belajar siswa
menjadi lebih baik. Hal tersebut didukung oleh Yuniar (dalam jurnal penelitian
Pendidikan Matematika UNJEM Vol. 4 Nomor 3 tahun 2013) yang menyatakan
bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan hasil rata – rata
persentase keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan siklus I.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat komponen utama
yaitu numbering, questioning, heads together, dan answering. Dalam
pembelajaran NHT guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang tiap
kelompok beranggota 5 orang dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam
6
guru menjelaskan materi yang bersangkutan selanjutnya guru memberikan suatu
permasalahan untuk dipecahkan masing – masing kelompok kemudian guru akan
memanggil nomor siswa secara acak untuk mempersentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Masing – masing kelompok berusaha agar tiap anggotanya
mengetahui jawabannya karena guru tidak akan memberitahukan nomor siswa
yang akan mewakili kelompoknya untuk presentasi, hal ini memungkinkan
keaktifan dan hasil belajar setiap siswa lebih baik. Hal tersebut didukung Janah
(dalam jurnal Pendidikan Matematika UNESA Vol. 1 Nomor 1 tahun 2013) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil respon siswa dalam tindakan model
pembelajaran NHT dapat dilihat bahwa siswa senang dengan pemberian respon
positif pada pembelajaran ini.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, memungkinkan
mendorong keaktifan siswa dengan adanya diskusi antar sesama anggota
kelompok. Tuntutan pengajaran teman sebaya dalam kegiatan diskusi, membuat
siswa harus memahami materi pembelajaran terlebih dahulu. Hal tersebut
memungkinkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal yang
membedakan dari kedua tipe tersebut adalah tahapan - tahapan pembelajaran dari
kedua model tersebut, yaitu adanya pengulangan pada tipe TGT dalam bentuk
kompetensi game dan turnamen sehingga menuntut siswa bersaing dengan tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim asalnya. Sedangkan tipe NHT hanya sampai
pada tahap answering yang menuntut tanggung jawab individual untuk dapat
mempresentasikan hasil diskusinya.
Berdasarkan uraian diatas, tahapan - tahapan pembelajaran model TGT
dan NHT berbeda. Namun, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan NHT sama – sama baik dalam mengoptimalkan keaktifan dan hasil belajar
matematika siswa. Dari hal tersebut, maka peneliti akan mengadakan penelitian
7
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan.
2. Siswa di SMP Negeri 18 Medan kurang berminat dan berkonsentrasi
belajar matematika .
3. Aktivitas/keaktifan belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan
masih tergolong rendah.
4. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 18 Medan masih berorientasi
pada guru.
5. Metode diskusi konvensional yang pernah diterapkan oleh guru di SMP
Negeri 18 Medan masih kurang berhasil.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang telah teridentifikasi dan
keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada keaktifan
dan hasil belajar matematika siswa serta penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di kelas
VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang dikemukakan maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
maupun NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi
dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
8
3. Bagaimana keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan NHT?
4. Apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi
dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016?
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan
tahun ajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih
tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran
2015/2016.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model
pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk
9
2. Bagi Peserta Didik
a. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam
proses pembelajaran.
b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan
mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan
berbagi ilmu pengetahuan terhadap orang lain.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam
usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran
matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peniliti lain yang ingin
meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
1.7. Defenisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah
pembelajaran yang meliputi lima komponen utama yaitu presentasi di
kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.
b. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah
pembelajaran yang meliputi empat komponen utama yaitu Numbering,
questioning, heads together dan answering.
c. Keaktifan belajar matematika siswa adalah bentuk partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran matematika yang mengacu pada indikator oral
activities, mental activities dan writing activities.
d. Hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan – kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika
81 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan uji n-gain skor diperoleh bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis peningkatan hasil
belajar dimana reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe TGT
adalah 0,64 termasuk dalam kategori peningkatan sedang dan reratan n-gain
model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 0,41 termasuk juga dalam
kategori peningkatan sedang.
2. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung
Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan T.A 2015/2016, hal ini
dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 3,113 >
1,668.
3. Berdasarkan analisis data keaktifan siswa diperoleh bahwa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT aktivitas siswa termasuk
dalam kategori aktif. Hal ini dibuktikan dari persentase rata-rata skala
keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
68,36% termasuk dalam kategori aktif dan pada kelas NHT adalah 60,63%
termasuk dalam kategori cukup aktif.
4. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok
82
T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana
thitung > ttabel yaitu 2,68 > 1,668.
5. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Terbukti dari
hasil analisis data dimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa dengan pembelajaran
TGT lebih tinggi dibandingkan siswa dengan pembelajaran NHT.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan:
1. Kepada guru, diharapkan memilih model pembelajaran yang menciptakan
ketertarikan, semangat dan melibatkan keaktifan belajar siswa yang relevan
terhadap pembelajaran. Dengan begitu memungkinkan siswa untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Seperti model pembelajaran TGT
yang menerapkan permainan dan turnamen akademik lebih membuat siswa
tertarik dan semangat untuk belajar terbukti dengan aktivitas belajarnya
lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan
dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran TGT lebih
tinggi dibandingkan pembelajaran NHT.
2. Untuk peneliti selanjutnya atau calon guru, dalam mengamati aktivitas
belajar siswa lebih baik berdasarkan pencapaian waktu dan hanya beberapa
siswa yang diamati. Artinya pengamatan dilakukan secara bersamaan mulai
awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir dengan cara menuliskan
nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang paling dominan pada setiap
waktu 5 menit, 4 menit digunakan untuk mengamati dan 1 menit untuk
menuliskan nomor kategori pada lembar pengamatan yang telah disediakan.
3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam mengamati aktivitas siswa harus
memperhatikan 2 kategori aktivitas, yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif.
Kriteria proses pembelajaran dikatakan baik jika aktivitas siswa yang paling
sering dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan aktivitas
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Amrozi, Soetarno, dan Suharno, (2014), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk, Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2(3): 295-310.
Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: teori, diagnostik, dan remediasinya, Rineka cipta, Jakarta.
Asmin dan Abil, (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan.
Agus dkk, (2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa, Jurnal Penelitian Pendidikan 2:184-192.
Barkley, (2012), Collaborative Learning Technique, Nusa Media, Bandung.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.
Hamalik, O., (2009), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Hardian, (2012), Pembelajaran Kooperatif, Mempraktikkan Pembelajaran Kooperatif di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.
84
Janawi, (2013), Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran, Ombak, Yogyakarta.
Janah, F., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat, Jurnal Penelitian Pendidikan 1:0-216.
Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Milfayetty, S., dkk, 2015, Psikologi Pendidikan, Unimed, Medan.
E. Mulyasa, (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Ngalimun, (2012), Strategi Dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Banjarmasin.
Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, PT Ciputat Press, Ciputat.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Memepengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sudjana, (2008), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Slavin, R., (2005), Cooperative Learning:teori, riset dan praktik, Nusa Media, Bandung.
85
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Yuniar, D., (2013), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Authentic Assessment Untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Pada Materi Luas Permukaan Prisma dan Limas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan 4:53-60.