• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII

SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh :

Diamony Sri Hana Sirait NIM. 4123111015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Diamony Sri Hana Sirait dilahirkan di Medan pada tanggal 11 November

1994. Anak pertama dari Ayah yang bernama Kabner Sirait dan Ibu yang bernama

Tomu Parulian Simangunsong. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri

147609 Aliaga I. Pada tahun 2002, penulis pindah ke SD Negeri 142426 Padang

Sidempuan, kemudian pada tahun 2004, penulis pindah ke SD Negeri 02 Pagi

Jakarta, terakhir pada tahun 2005, penulis pindah ke SD Budhaya I Jakarta dan

lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP

Negeri 257 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan

sekolah di SMA Negeri 58 Jakarta dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012,

penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika

(4)

iii

PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII

SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016

Diamony Sri Hana Sirait (4123111015)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, (2) apakah keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016..

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, sedangkan variabel terikat yaitu keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 (eksperimen A) sebanyak 40 orang dan kelas VIII-2 (eksperimen B) sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data menggunakan uji F.

Berdasarkan hasil analisis data gain dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Begitu juga dengan hasil analisis data keaktifan siswa dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala kebaikan, penyertaan, kasih dan karuniaNya yang memberikan kekuatan,

kesehatan, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Perbandingan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di Kelas VIII SMPN 18 Medan T.A 2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika,

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara

lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Matematika.

6. Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd , M.Si, selaku Pembimbing Skripsi penulis

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan,

(6)

v

7. Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang

telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, Bapak Dr. Mulyono, M.Si, dan Bapak

Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak H. Bambang Sudewo, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah

mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 18

Medan.

11. Ibu Dra. Maryam Sitompul, sebagai guru bidang studi matematika di SMP

Negeri 18 Medan dan peserta didik kelas VIII-1 dan VIII-2 atas kerjasama

dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda Kabner Sirait dan

Ibunda Halinda Panjaitan untuk do’a, kepercayaan, dukungan dan nasehat

yang tak pernah lelah diberikan kepada penulis, untuk pengorbanan dan juga

kerja kerasnya dalam memperjuangkan penulis sampai ke jenjang pendidikan

ini.

13. Kepada Whyta Leli Damanik teman seperjuangan yang hebat terimakasih

buat bantuan dan semangat yang tak terlupakan.

14. Khusus kepada sahabat-sahabat terbaik Venina Sinaga, Yulitaria Sihotang,

Eva Kartika untuk do’a, canda tawa dan dukungan yang tak terbalaskan.

15. Teman seperjuangan Tia Mariani, Ruth Melani Simatupang, Meylinda

Saragih, Risky Setia Ayu, Denisha Siburian, Febri Yanti, Rikardo Hutagaol

untuk dukungan dan info yang telah diberikan.

16. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2012 atas kebersamaan yang sangat luar

biasa, terima kasih untuk perjuangan dan kecerian bersama yang sulit

dilupakan.

17. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita

(7)

vi

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga

dukungan dan bantuan yang telah diberikan dibalaskan oleh Tuhan Yang Maha

Kuasa. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang

sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan

dalam dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Gambar xi

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Defenisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Belajar 10

2.1.2. Proses Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika 12

2.1.3. Hasil Belajar 14

2.1.4. Model Pembelajaran dan Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 20

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 26

2.1.7. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif 28

(9)

viii

2.1.8. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe 30

NHT & TGT 2.1.9. Keaktifan/Aktivitas Belajar 32

2.1.9. Materi Pembelajaran Garis Singgung Lingkaran 36

2.2. Penelitian yang Relevan 43

2.3. Kerangka Konseptual 44

2.4. Rumusan Hipotesis 46

BAB III METODE PENELITIAN 47

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

3.1.1 Lokasi Penelitian 47

3.1.2. Waktu Penelitian 47

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 47

3.2.1. Populasi Penelitian 47

3.2.2. Sampel Penelitian 47

3.3. Variabel Penelitian 48

3.3.1. Variabel Bebas 48

3.3.2. Variabel Terikat 48

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 48

3.5. Prosedur Penelitian 50

3.6. Instrumen Penelitian 53

3.6.1 Test Kemampuan 53

3.6.1.1. Validasi Ahli Terhadap Tes Hasil Belajar 53

3.6.2. Lembar Observasi Keaktifan/Aktivitas Siswa 54

3.6.2.1. Validasi Ahli Terhadap Lembar Observasi 55

3.7. Teknik Analisis Data 55

3.7.1. Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Siswa 55

3.7.1.1. Menghitung Rata – Rata Skor 55

3.7.1.2. Menghitung Standard Deviasi 56

3.7.1.3. Menghitung Varians 56

(10)

ix

3.7.1.5.Uji Homogenitas 58

3.7.1.6. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa 59

3.7.1.7. Uji Hipotesis Keaktifan Belajar Siswa 60

3.7.1.8. Analisis Peningkatan Hasil Belajar 61

3.7.1.9. Analisis Data Aktivitas Siswa 62

3.7.1.10.Menganalisis Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 63

4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest Matematika Siswa pada 63

Kelas TGT dan NHT

4.1.2 Deskripsi Nilai Posttest Matematika Siswa pada 65

Kelas TGT dan NHT

4.1.3 Deskripsi Skor Keaktifan Matematika Siswa pada 67

Kelas TGT dan NHT

4.2 Analisi Data Hasil Penelitian 71

4.2.1. Analisis Data Hasil Belajar 71

4.2.1.1 Uji Normalitas Data 71

4.2.1.2 Uji Homogenitas Data 71

4.2.1.3 Uji Hipotesis 72

4.2.1.4. Analisis peningkatan hasil belajar 72

4.2.2. Analisis Data Observasi Keaktifan Belajar 73

4.2.1.1 Uji Normalitas Data 73

4.2.1.1 Uji Homogenitas Data 74

4.2.1.1 Uji Hipotesis 74

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 74

4.2.1. Pembahasan Hasil Belajar Siswa 74

(11)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 81

5.2 Saran 82

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen 21

Gambar 2.2 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36

Gambar 2.3 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36

Gambar 2.4 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 37

Gambar 2.5 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38

Gambar 2.6 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38

Gambar 2.7 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39

Gambar 2.8 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39

Gambar 2.9 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 40

Gambar 2.10 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41

Gambar 2.11 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41

Gambar 2.12 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 42

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian 52

Gambar 4.1 Perbedaan Rata-rata Pretest Kelas TGT dan NHT 65

Gambar 4.2 Perbedaan Rata-rata Postest Kelas TGT dan NHT 67

Gambar 4.3 Persentase Keaktifan Siswa Untuk Tiap-Tiap Kategori 69

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 18

Tabel 2.2 Poin Turnamen Untuk 3 Pemain 22

Tabel 2.3 Tingkatan Penghargaan Tim Pada TGT 22

Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran TGT 24

Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran NHT & TGT 31

Tabel 2.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 35

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 49

Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Siswa 53

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 54

Tabel 3.4 Kategori Besar Nilai g 61

Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa 62

Tabel 4.1 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 64

Tabel 4.2 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan B 65

Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 66

Tabel 4.4 Data Postest Kelas Eksperimen A dan B 67

Tabel 4.5 Perbedaan Skor Keakifan pada Kelas TGT dan NHT 68

Tabel 4.6 Data Pengamatan Terhadap Keaktifan Belajar Siswa 69

Tabel 4.7 Kadar Aktivitas Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 69

Tabel 4.8 Data Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kedua Kelas 70

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 71

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar 72

Tabel 4.11 Hasil N-Gain Pretest-Posttest pada Kelas Eksperimen A dan B 72 Tabel 4.12 Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen A dan 73

Eksperimen B Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Uji Normalitas Data Keaktifan 73

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pra Penelitian 86

Lampiran 2. RPP I (Eksperimen NHT) 88

Lampiran 3. RPP II (Eksperimen NHT) 96

Lampiran 4. RPP I (Eksperimen TGT) 104

Lampiran 5. RPP II (Eksperimen TGT) 115

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa I 127

Lampiran 7. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I 131

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 134

Lampiran 9. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II 139

Lampiran 10. Pedoman Penilaian Keaktifan Belajar Matematika Siswa 142

Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa 143

Lampiran 12. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Belajar Matematika 155

Siswa Lampiran 13. Kisi-Kisi Pre Test 158

Lampiran 14. Pre Test 159

Lampiran 15. Alternatif Jawaban Pre Test 161

Lampiran 16. Lembar Pedoman Penskoran Pre Test 164

Lampiran 17. Lembar Validasi Soal Pre Test 165

Lampiran 18. Kisi-Kisi Post Test 168

Lampiran 19. Post Test 169

Lampiran 20. Alternatif Jawaban Post Test 171

Lampiran 21. Pedoman Penskoran Post Test 174

Lampiran 22. Lembar Validasi Post-Test 175

Lampiran 23. Tabulasi data pretest kelas eksperimen A dan kelas B 178

Lampiran 24. Tabulasi data posttest kelas eksperimen A dan kelas B 180

Lampiran 25. Data Nilai Pretes dan Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas 182

Eksperimen B

(15)

xiv

Lampiran 26. Data Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen 184

A dan B

Lampiran 27. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 187

kelas eksperimen A dan kelas eksperimen B

Lampiran 28. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 192

Lampiran 29. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 199

Lampiran 30. Perhitungan uji hipotesis data hasil belajar 202

Lampiran 31. Analisis N-Gain Hasil Belajar 206 Lampiran 32. Tabulasi Data Observasi Keaktifan Siswa Untuk Setiap 208

Kategori Aktivitas Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B

Lampiran 33. Data observasi keaktifan siswa kelas eksperimen A dan 213

eksperimen B

Lampiran 34. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 214

Skor Keaktifan belajar Siswa kelas eksperimen A dan kelas

eksperimen B

Lampiran 35. Perhitungan uji normalitas data 216

Lampiran 36. Perhitungan uji homogenitas data keaktifan belajar 219

Lampiran 37. Perhitungan uji hipotesis 220

Lampiran 38. Dokumentasi penelitian 223

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak setiap individu, melalui pendidikan setiap

individu dapat mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan

kehidupan. Macam – macam jalur pendidikan yang dapat ditempuh di Indonesia tertuang dalam Pasal 13 ayat 1, Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: “Jalur pendidikan terdiri

atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Pendidikan pertama kali diperoleh di lingkungan keluarga (Pendidikan

Informal), kemudian lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan

masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan informal adalah pendidikan

yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak

sadar dalam lingkungan. Peranan keluarga sangat penting dalam proses

pendidikan ini. Pendidikan formal adalah pendidikan berstruktur dan berjenjang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal adalah pendidikan berstruktur di luar pendidikan formal

seperti lembaga kursus.

Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang sangat penting

dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah

tenaga pengajar atau guru. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 5 ayat 1 menjelaskan, bahwa: “Setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya menyampaikan

pelajaran untuk mengejar ketercapaian kurikulum, melainkan guru harus

memperhatikan keadaan belajar peserta didik apakah telah mengusai materi

(17)

2

berkesulitan dalam belajar dan terlebih – lebih bagi peserta didik yang

berkesulitan dalam belajar.

Pendidikan di Indonesia kualitasnya saat ini masih jauh dari negara –

negara lain, senada dengan pernyataan tersebut Janawi (2013:3) menyatakan

bahwa:

“Kualitas pendidikan Indonesia dinilai banyak kalangan belum memiliki kualitas yang memadai bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, dan Vietnam”.

Pernyataan diatas didukung oleh Kunandar (dalam Janawi, 2013:3) yang

menjelaskan bahwa:

“Rendahnya kualitas pendidikan kita dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompotensi yang dimiliki. Bakal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari dari lembaga pendidikan lebih bersifat teoritik, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif”.

Guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki

kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar. Guru tidak cukup

hanya mampu menguasai materi pelajaran, tetapi guru juga harus mampu

mengelola kelas, sesuai dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa sendiri

dengan cara memilih strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa

untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Pendidikan khususnya bidang ilmu matematika sangat penting dan perlu

dikuasai oleh segenap warga bangsa Indonesia, baik penerapannya maupun pola

pikirnya. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) menjelaskan bahwa:

(18)

3

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

sulit dan tidak menyenangkan, dengan alasan bidang studi ini identik dengan

hitung menghitung, memerlukan pengusaan yang baik dan benar serta menuntut

intelektualitas yang relatif tinggi dalam mempelajarinnya. Hal ini sejalan dengan

yang diungkapkan Hudojo (2005:202) bahwa:

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik bagi yang tidak berkesulitan belajar dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan guru matematika di

SMP Negeri 18 Medan yaitu Ibu Dra Maryam Sitompul, menyatakan bahwa

masih banyak siswa di kelas VIII yang belum menguasai matematika terlihat dari

hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah. Rata-rata hasil belajar

matematika di sekolah tersebut pada semester ganjil adalah sekitar 60 dengan

KKM 75. Kebanyakan siswa kurang berminat dan berkonsentrasi dalam belajar,

terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam belajar seperti kurang dalam

bertanya apabila siswa tersebut belum memahami materi yang baru saja

disampaikan dan jarang mengkritik selama pembelajaran berlangsung. Demikian

sebaliknya, apabila guru bertanya, banyak siswa yang tidak dapat menjawab

pertanyaan yang diajarkan guru. Adanya kecenderungan bahwa kegiatan

pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered), siswa hanya mendengar

penjelasan dari guru kemudian menulis penjelasan tersebut dari papan tulis. Guru

menggunakan metode diskusi konvensional saja terkadang kurang berhasil,

karena hanya sedikit siswa yang aktif dan dapat serius belajar dalam kelompok,

sedangkan siswa lainnya kebanyakan bertindak pasif, hanya menunggu hasil kerja

temannya yang aktif belajar.

Berdasarkan pernyataan diatas, menekankan bahwa model konvensional

masih mendominasi pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif baik dalam

berpikir maupun bertindak selama proses pembelajaran berlangsung, hal tersebut

mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hal yang sama

diungkapkan oleh Trianto (2009:5) bahwa:

(19)

4

tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar)”.

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan rangkaian

aktivitas/keaktifan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut

didukung oleh Sardiman (2011:97) yang menyatakan bahwa:

“Dalam kegiatan belajar, subyek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, dalam belajar diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik”.

Hamalik (2009:89) juga menyatakan bahwa: “Dalam diri masing-masing

siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri”.

Berdasarkan kutipan - kutipan tersebut, menekankan bahwa proses

pembelajaran yang baik harus melibatkan keaktifan komponen yang melakukan

aktivitas belajar – mengajar, yakni siswa dan guru dan juga menekankan bahwa

setiap peserta didik memiliki potensi untuk aktif dalam belajar. Keaktifan tersebut

meliputi keaktifan fisik maupun mental. Oleh karena itu, perlunya guru memilih

model pembelajaran yang pelaksanaannya menitikberatkan pada keaktifan siswa

dan meningkatkan hasil belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan meningkatkan

prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini didukung

oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan – kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.

Dengan adanya diskusi antar siswa maka pembelajaran melibatkan

keaktifan setiap siswa dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh

Isjoni (2011) bahwa:

(20)

5

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan yang lain”.

Kemudian tuntutan yang diberikan pada siswa untuk saling belajar

mengajar sesama mereka, membentuk setiap siswa untuk bertanggung jawab

memahami materi pelajaran terlebih dahulu. Hal ini memungkinkan setiap siswa

memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Slavin (dalam Wina Sanjaya, 2008:242)

juga mengatakan bahwa:

“Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri”. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan model

pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together).

Model pembelajaran tipe TGT terdiri atas lima komponen utama yaitu

presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Dalam pelaksanaanya

,siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi memecahkan persoalan

yang diberikan. Selain itu, siswa dituntut untuk bersaing dalam memainkan game

akademik bersama dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor

tim asalnya. Sehingga terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam

suatu permainan yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan

keterlibatan siswa dalam memecahkan persoalan memberi peluang untuk

menambah pemahaman siswa, sehingga memungkinkan hasil belajar siswa

menjadi lebih baik. Hal tersebut didukung oleh Yuniar (dalam jurnal penelitian

Pendidikan Matematika UNJEM Vol. 4 Nomor 3 tahun 2013) yang menyatakan

bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan hasil rata – rata

persentase keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan siklus I.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat komponen utama

yaitu numbering, questioning, heads together, dan answering. Dalam

pembelajaran NHT guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang tiap

kelompok beranggota 5 orang dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam

(21)

6

guru menjelaskan materi yang bersangkutan selanjutnya guru memberikan suatu

permasalahan untuk dipecahkan masing – masing kelompok kemudian guru akan

memanggil nomor siswa secara acak untuk mempersentasikan hasil diskusi

kelompoknya. Masing – masing kelompok berusaha agar tiap anggotanya

mengetahui jawabannya karena guru tidak akan memberitahukan nomor siswa

yang akan mewakili kelompoknya untuk presentasi, hal ini memungkinkan

keaktifan dan hasil belajar setiap siswa lebih baik. Hal tersebut didukung Janah

(dalam jurnal Pendidikan Matematika UNESA Vol. 1 Nomor 1 tahun 2013) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil respon siswa dalam tindakan model

pembelajaran NHT dapat dilihat bahwa siswa senang dengan pemberian respon

positif pada pembelajaran ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, memungkinkan

mendorong keaktifan siswa dengan adanya diskusi antar sesama anggota

kelompok. Tuntutan pengajaran teman sebaya dalam kegiatan diskusi, membuat

siswa harus memahami materi pembelajaran terlebih dahulu. Hal tersebut

memungkinkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal yang

membedakan dari kedua tipe tersebut adalah tahapan - tahapan pembelajaran dari

kedua model tersebut, yaitu adanya pengulangan pada tipe TGT dalam bentuk

kompetensi game dan turnamen sehingga menuntut siswa bersaing dengan tim

lain untuk memperoleh skor bagi tim asalnya. Sedangkan tipe NHT hanya sampai

pada tahap answering yang menuntut tanggung jawab individual untuk dapat

mempresentasikan hasil diskusinya.

Berdasarkan uraian diatas, tahapan - tahapan pembelajaran model TGT

dan NHT berbeda. Namun, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dan NHT sama – sama baik dalam mengoptimalkan keaktifan dan hasil belajar

matematika siswa. Dari hal tersebut, maka peneliti akan mengadakan penelitian

(22)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

dapat diidentifikasikan adalah:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan.

2. Siswa di SMP Negeri 18 Medan kurang berminat dan berkonsentrasi

belajar matematika .

3. Aktivitas/keaktifan belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan

masih tergolong rendah.

4. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 18 Medan masih berorientasi

pada guru.

5. Metode diskusi konvensional yang pernah diterapkan oleh guru di SMP

Negeri 18 Medan masih kurang berhasil.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang telah teridentifikasi dan

keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada keaktifan

dan hasil belajar matematika siswa serta penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di kelas

VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang dikemukakan maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

maupun NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi

dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

(23)

8

3. Bagaimana keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dan NHT?

4. Apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi

dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan

tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih

tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran

2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model

pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk

(24)

9

2. Bagi Peserta Didik

a. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam

proses pembelajaran.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan

mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan

berbagi ilmu pengetahuan terhadap orang lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam

usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran

matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan

sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peniliti lain yang ingin

meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah

pembelajaran yang meliputi lima komponen utama yaitu presentasi di

kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.

b. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah

pembelajaran yang meliputi empat komponen utama yaitu Numbering,

questioning, heads together dan answering.

c. Keaktifan belajar matematika siswa adalah bentuk partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran matematika yang mengacu pada indikator oral

activities, mental activities dan writing activities.

d. Hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan – kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika

(25)

81 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Berdasarkan uji n-gain skor diperoleh bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis peningkatan hasil

belajar dimana reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe TGT

adalah 0,64 termasuk dalam kategori peningkatan sedang dan reratan n-gain

model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 0,41 termasuk juga dalam

kategori peningkatan sedang.

2. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih

tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung

Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan T.A 2015/2016, hal ini

dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 3,113 >

1,668.

3. Berdasarkan analisis data keaktifan siswa diperoleh bahwa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT aktivitas siswa termasuk

dalam kategori aktif. Hal ini dibuktikan dari persentase rata-rata skala

keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah

68,36% termasuk dalam kategori aktif dan pada kelas NHT adalah 60,63%

termasuk dalam kategori cukup aktif.

4. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa keaktifan

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok

(26)

82

T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana

thitung > ttabel yaitu 2,68 > 1,668.

5. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Terbukti dari

hasil analisis data dimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran

NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa dengan pembelajaran

TGT lebih tinggi dibandingkan siswa dengan pembelajaran NHT.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan:

1. Kepada guru, diharapkan memilih model pembelajaran yang menciptakan

ketertarikan, semangat dan melibatkan keaktifan belajar siswa yang relevan

terhadap pembelajaran. Dengan begitu memungkinkan siswa untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Seperti model pembelajaran TGT

yang menerapkan permainan dan turnamen akademik lebih membuat siswa

tertarik dan semangat untuk belajar terbukti dengan aktivitas belajarnya

lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan

dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran TGT lebih

tinggi dibandingkan pembelajaran NHT.

2. Untuk peneliti selanjutnya atau calon guru, dalam mengamati aktivitas

belajar siswa lebih baik berdasarkan pencapaian waktu dan hanya beberapa

siswa yang diamati. Artinya pengamatan dilakukan secara bersamaan mulai

awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir dengan cara menuliskan

nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang paling dominan pada setiap

waktu 5 menit, 4 menit digunakan untuk mengamati dan 1 menit untuk

menuliskan nomor kategori pada lembar pengamatan yang telah disediakan.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam mengamati aktivitas siswa harus

memperhatikan 2 kategori aktivitas, yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif.

Kriteria proses pembelajaran dikatakan baik jika aktivitas siswa yang paling

sering dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan aktivitas

(27)

83

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Amrozi, Soetarno, dan Suharno, (2014), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk, Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2(3): 295-310.

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: teori, diagnostik, dan remediasinya, Rineka cipta, Jakarta.

Asmin dan Abil, (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan.

Agus dkk, (2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa, Jurnal Penelitian Pendidikan 2:184-192.

Barkley, (2012), Collaborative Learning Technique, Nusa Media, Bandung.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Hamalik, O., (2009), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hardian, (2012), Pembelajaran Kooperatif, Mempraktikkan Pembelajaran Kooperatif di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.

(28)

84

Janawi, (2013), Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran, Ombak, Yogyakarta.

Janah, F., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat, Jurnal Penelitian Pendidikan 1:0-216.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Milfayetty, S., dkk, 2015, Psikologi Pendidikan, Unimed, Medan.

E. Mulyasa, (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ngalimun, (2012), Strategi Dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Banjarmasin.

Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, PT Ciputat Press, Ciputat.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Memepengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sudjana, (2008), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Slavin, R., (2005), Cooperative Learning:teori, riset dan praktik, Nusa Media, Bandung.

(29)

85

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Yuniar, D., (2013), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Authentic Assessment Untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Pada Materi Luas Permukaan Prisma dan Limas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan 4:53-60.

Referensi

Dokumen terkait

(5) Guru kurang menguasai kelas sehingga anak yang kurang aktif tidak dapat diperhatikan. Rendahnya hasil belajar bahasa Jawa juga tercermin dari hasil belajar bahasa

 Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik sediaan larutan pewarna rambut alami kulit buah naga super red mempunyai nilai kejernihan yang baik, pH tidak masuk dalam

Selain paket satu, kami juga ada paket menengah, yaitu paket 3, Anda hanya butuh mengeluarkan Rp 1.350.000 dengan jumlah sate 60 porsi, gulai 70 porsi dan tengkleng solo 40

tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa oleh :

Langkah-langkah perencanaan menu diet diabetes mellitus : (1) menentukan jumlah kebutuhan energi/kalori pasien untuk mengetahui jenis diet yang sesuai (2) menghitung

Komodifikasi Seks dan Pornografi Dalam Representai Estetika Iklan Komersial di Media Massa. Publicly private and privately public: Social networking on