INKULTURASI BUDAYA: STUDI TENTANG PENERAPAN
POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI
DI TANJUNG PURA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MAYA MASYITAH
2122151005
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
Penelitian ini mengenai pengamatan inkulturasi budaya bentuk-bentuk dan pengaruh pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa inkulturasi adalah masuknya budaya asing yang kemudian mengalami penyisipan dan penyesuaian pada suatu agama dengan suatu budaya. Ada beberapa budaya asing dan budaya lokal yang menjadi inkulturasi budaya. Begitu pula dengan pola hias yang memadukan beberapa bentuk ornamen dan bentuk pola ciri khas suatu budaya pada pola hias dengan penyederhanaan bentuk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pengaruh pola hias pada interior Mesjid Azizi dengan metode penelitian deskriptif kualiatatif. Mesjid Azizi memiliki interior seperti masa kerajaan Ottoman di Turki, memiliki warna khas melayu islam yaitu hijau dan kuning, serta dari luar ornamen geometris Cina, dan bentuk-bentuk khas Turki.
Mesjid Azizi memiliki ornamen budaya lokal Melayu yang diterapkan pada bagian interiornya dengan jumlah 27 ornamen dengan bentuk flora, bentuk fauna, bentuk alam dan bentuk benda. Kaligrafi Arab yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi berjumlah 92 dan merupakan jenis kaligrafi dengan khat Tsulust. Ornamen Geometris Cina yang diterapkan berjumlah 17 dan sangat jelas terlihat pada ukiran bagian pintu Mesjid memasuki Liwan. Bentuk pola hias Turki terlihat pada bentuk mimbar dengan bentuk kerucut pada bagian kubah mimbar yang sangat mirip dengan bentuk kerucut yang diterapkan pada istana Topkapi di Istanbul, Turki, maka fungsi penerapan pola hias dengan perpaduan banyak budaya baik lokal maupun asing pada Mesjid Azizi adalah agar lebih bervariasi demi keindahan suatu ruang bentuk bangunan dengan suatu perpaduan pola hias.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga dikemudian kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau. Amin.
Dalam hal ini penulis mengambil Skripsi yang berjudul : “Inkulturasi Budaya: Studi Tentang Penerapan Pola Hias Pada Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura”. Penulisan skripsi ini bermaksud untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, baik dalam teori pendukung, sistem penulisan serta dalam penyusunan kata-kata. Hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan yag penulis miliki, maka dalam kekurangan penulisan ini baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja penulis mohon maaf.
Pada kesempatan yang berbahagian ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis juga mengucapkan terima kas ih yang sebesar-besarnya kepada:
6. Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.
7. Drs. Gamal Kartono, M.Si. Sekretaris Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan dan dosen Penguji
8. Drs. Heri Soeprayogi, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi. 9. Drs. Heru Maryono, M.Sn. Dosen Pembimbing Akademik. 10.Drs. Sri Wiratma, M.Si. Dosen Penguji.
iii
12.Orang tua tercinta Ibunda N gatini dan Ayahanda Alm Sakijo yang senantiasa menyertakan do’a dan dukungan dalam segala bentuk dan sebagai motivasi kepada penulis.
13.BAPPEDA Kabupaten Langkat, Camat Tanjung Pura, BKM Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
14.Abang, kakak penulis Buyamin, Susilawati, Hestiawati, Taufik Abdi, Mariati, dan Harmaini yang banyak membantu dalam bentuk materi.
15.Orang tersayang Dwi Chandra Handoko yang dari awal sampai akhir selalu mendampingi dan membantu baik dalam materi ataupun dukungan.
16.Sahabat penulis, Ripase Nostanta Purba, Lisa Odillia, Rina Andriani Hsb, Siti Rahmadani Srg, Yunita Selpia Nst, Anita Thresia dan Asmadinoto yang telah menjadi penyemangat dalam hidup penulis dan rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Jurusan Pendidikan Seni Rupa kelas A angkatan 2012 serta rekan-rekan PPLT SMA Negeri 1 Kuala.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberi bantuan secara langsung maupun tidak langsung selama ini kepada penulis serta terima kasih kepada seluruh kawan dan lawan yang telah menjadi motivasi penulis.
Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang berpengalaman dalam penulisan Skripsi, sehingga dapat menjadi manfaat bagi penulis.
Medan, Juni 2016
v
vi
1. Ornamen Aceh ... 88
2. Ornamen Geometris Islam Cina ... 89
3. Pola Hias dari Eropa ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
Daftar Pustaka ... 93
Lampiran ... 96
Lampiran I . Wawancara ... 96
Lampiran II. Dokumentasi Penelitian ... 98
Lampiran III. Biodata Narasumber ... 102
ix
DAFTAR TABLE
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 41
Tabel 3.2. Indikator Sampel ... 43
Tabel 3.3. Tabulasi Data ... 50
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk Dasar Ragam Hias Aceh ... 15
Gambar 2.2. Ornamen Sinar Matahari Pagi ... 17
Gambar 2.3. Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis ... 18
Gambar 2.4. Ragam Hias Genting Tak Putus ... 18
Gambar 2.5. Ragam Hias Lilit Kangkung ... 18
Gambar 2.6. Motif Bunga Kendur ... 19
Gambar 2.7. Moambar tif Bunga Melati 1 ... 19
Gambar 2.8. Motif Bunga Melati 2 ... 19
Gambar 2.9. Motif Bunga Manggis ... 19
Gambar 2.10. Motif Bunga Cengkih ... 20
Gambar 2.11. Motif Bunga Melur ... 20
Gambar 2.12. Motif Bunga Cina ... 20
Gambar 2.13. Motif Bunga Hutan ... 20
Gambar 2.14. Ornamen Motif Terali Biola ... 21
Gambar 2.15. Kaligrafi Khat Kufi ... 23
Gambar 2.16. Kaligrafi Khat Tsulust ... 23
Gambar 2.17. Kaligrafi Khat Nashki ... 24
Gambar 2.18. Kaligrafi Khat Farisi ... 24
Gambar 2.19. Kaligrafi Khat Diwani ... 25
Gambar 2.20 Khat Diwani Jali ... 26
Gambar 2.21. Kaligrafi Khat Riq’ah ... 26
Gambar 2.22. Lengkung Mesjid Aliran Arab ... 27
Gambar 2.23. Lengkung Mesjid Aliran Moor ... 28
viii
Gambar 2.25. Lengkung Mesjid Aliran India ... 28
Gambar 2.26. Mihrab ... 31
Gambar 2.27. Mimbar ... 32
Gambar 2.28. Liwan ... 33
Gambar 2.29. Kubah bagian dalam ... 34
Gambar 2.30. Interior Dalam Mesjid ... 35
Gambar 2.31. Liwan ... 37
Gambar Bagan 3.1. Desain Penelitian ... 45
Gambar 4.1. Denah Jalan Menuju Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 60
Gambar 4.2. Bagian-bagian Mesjid Azizi Tanjung Pura ... 61
Gambar 4.3. Layout denah Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 62
Gambar 4.4. Tampak Bagian Liwan Mesjid Sebelah Barat ... 63
Gambar 4.5. Tampak Bagian Mihrab dan Mimbar ... 63
Gambar 4.6. Tampak Bangunan Depan Istana ... 64
Gambar 4.7. Tampak Bangunan Belakang sebelah Barat Istana ... 64
Gambar 4.8. Tampak Bagian Atas Bagian Dalam Kubah ... 65
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing
ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya
budaya-budaya asing ke Indonesia, secara tidak langsung bangsa-bangsa tersebut
membawa kebudayaan yang dimilikinya masuk dan berkembang di Indonesia.
Oleh karena itu Indonesia memiliki berbagai suku bangsa dengan berbagai
kebudayaan yang beraneka ragam yang berkembang selama berabad-abad dan
dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat,
seperti media interaksi yaitu handphone, internet dan segala media sosial yang
berkembang sangat canggih di masyarakat dunia membuka semua pengetahuan
yang awalnya sulit untuk diperoleh menjadi sangat mudah untuk mengakses
segala informasi yang dibutuhkan. Seperti Inkulturasi yang merupakan
elemen-elemen yang membangkitkan sisi-sisi baru pada kebudayaan yang telah tersusun
dan hidup selama ratusan tahun dapat diketahui dengan adanya media interaksi.
Dimana Inkulturasi mendorong kebudayaan berkembang menjadi lebih kaya dari
yang sebelumnya. Budaya-budaya asing yang datang ke Indonesia meninggalkan
jejak berupa hasil budaya manusia seperti nilai-nilai, agama, ideologi, seni dan
2
Agama yang berkembang di Indonesia diantaranya Hindu, Budha, Kriten
dan Islam, sementara itu agama memiliki pengaruh di seluruh penjuru wilayah di
Indonesia, mulai dari adat-istiadat, tradisi, ritual pelaksaan ibadah, tempat ibadah
dan keseniannya. Mesjid adalah tempat ibadah bagi umat yang beragama Islam.
Dekorasi atau pola hias pada mesjid terkait langsung pada jaman dan budaya
masyarakat pelaku dari budaya tersebut. Penerapan pola hias pada Mesjid sangat
bervariasi dan berbeda-beda pada setiap mesjid, tergantung pada dimana mesjid
itu berada dan budaya apa yang berkembang di daerah tersebut.
Di Sumatera Utara terdapat tujuh etnis diantaranya: Batak Toba, Batak
Karo, Pak-Pak Dairi, Batak Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Setiap
etnis memiliki perbedaan disebabkan oleh pengaruh lingkungan kebudayaan dan
pola kehidupan masing-masing daerah. Suku Melayu merupakan salah satu etnis
di Sumatera Utara yang bermukim di Pesisir Timur pulau Sumatera dan Pesisir
Barat kalimantan. Salah satu wilayah yang menjadi tempat bermukim suku
Melayu di wilayah Sumatera Utara adalah kota Tanjung Pura di Kabupaten
Langkat.
Keberadaan suku Melayu di kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat
merupakan wilayah Kesultanan Melayu Langkat. Banyak peninggalan bersejarah
yang ada di kota ini, salah satu peninggalan bersejarah kerajaan ini yang masih
terawat sampai saat ini adalah Mesjid Azizi.
Mesjid Azizi di Tanjung Pura Kabupaten Langkat dibangun oleh Sultan
3
Sultan Musa al-Muazzamsyah pada tahun 1902 Masehi di kota Tanjung Pura Kab.
Langkat. Mesjid Azizi di Tanjung Pura merupakan peninggalan dari kerajaan
Melayu yang mengagumkan setelah istana Maimun di Medan. Dengan pola
bangunan yang indah, tata letak, interior yang megah menjadikan Mesjid Azizi di
Tanjung Pura menjadi warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya, dengan
demikian kekayaan budaya dimasa lalu akan tetap selalu dikenang oleh
generasi-generasi yang akan datang. (BKM Mesjid Azizi Tanjung Pura H. Abul Hasan, SE)
Arsitektur bangunan pada Mesjid Azizi merupakan gabungan dari budaya
Melayu dan beberapa budaya lain seperti Aceh, Turki, Persia, India dan Arab.
Mesjid Azizi di Tanjung Pura memiliki warna Ornamen khas Melayu Islam yaitu
warna kuning. Jika dari luar arsitektur bangunan fisik kubah dan menara seperti
bangunan mesjid islam di India, sementara arsitektur dalam mesjid mengadopsi
bangunan mesjid pada masa kerajaan Otoman di Turki. (citizen jurnalis tv NET10
Agus Sidarta, Langkat, SUMUT)
Arsitektur bagian dalam Mesjid Azizi memang mengadopsi bangunan
interior pada masa kerajaan Otoman di Turki, namun penerapan pola hias pada
interiornya mengadopsi ornamen-ornamen khas Melayu dan Aceh, serta
kaligrafi-kaligrafi Arab, yang merupakan Inkulturasi Budaya rupa. Disisi lain masyarakat
sekitar kurang memahami bahwa pola hias pada interior Mesjid Azizi ini
merupakan perpaduan budaya lain yang merupakan inkulturasi budaya. Hal inilah
4
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian pada bangunan
Mesjid Azizi dengan judul penelitian “Inkulturasi Budaya: Studi Tentang
Penerapan Pola Hias pada Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura Kabupaten
Langkat”, untuk lebih mengatahui pola hias apa saja yang diterapkan pada Mesjid
Azizi di Tanjung Pura.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah serta cakupan masalah diketahui tidak terlalu luas. Berdasarkan
permasalahan dalam latar belakang yang telah dikemukan, serta berpedoman pada
tujuan dari identifikasi masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam
penelitian ini adalah penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung
Pura.
1. Bentuk penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung
Pura tidak semua khas budaya Melayu.
2. Masuknya budaya budaya Melayu dan beberapa budaya lain pada
interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
3. Wujud inkulturasi budaya Melayu, Aceh, Turki, Persia, India, dan
Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
4. Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan beberapa
budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada Mesjid Azizi
5
5. Meneliti bagaimana masuknya pengaruh budaya lain seperti Aceh,
Turki, Persia, India dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan
teoristis maka penulis merasa perlu membatasi masalah-masalah dan lain-lain
yang timbul dari rencana tertentu untuk memudahkan pemecahan masalah yang
dihadapi dalam penelitian ini.
Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai
berikut:
1. Bentuk-bentuk penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di
Tanjung Pura tidak semua khas budaya Melayu.
2. Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan beberapa
budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada Mesjid Azizi
di Tanjung Pura.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan “suatu pernyataan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data”. Rumusan masalah dalam penelitian ini
6
1. Bagaimana bentuk-bentuk pola hias yang diterapkan pada interior
Mesjid Azizi di Tanjung Pura?
2. Bagaimana Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan
beberapa budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada
Mesjid Azizi di Tanjung Pura?
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnnya pasti
mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka
maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin
dicapai dari kegiatan tersebut.
Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak di
capai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui lebih jauh tentang bentuk-bentuk pola hias pada interior
Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
2. Dapat mengidentifikasi bagaimana Mesjid Azizi di Tanjung Pura ini
7
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan dokumentasi bagi perpustakaan UNIMED
dan daerah Sumatera Utara.
b. Sebagai bahan rujukan dan referensi yang relevan bagi
mahasiswa dan pemerintah daerah setempat dalam sektor
kesenian parawisata.
c. Menambah literatur baru tentang Mesjid Azizi peninggalan
bersejarah budaya Melayu.
d. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya khusus yang
berkaitan dengan inkulturasi budaya pada bangunan, khususnya
bangunan Melayu.
2. Manfaaat Praktis
a. Sebagai bahan pengenalan bagi masyarakat pentingnya
peninggalan bangunan bersejarah Mejid Azizi di Tanjung Pura.
b. Menambah wawasan mengenai jejak peninggalan bersejarah
bagi generasi penerus dan masyarakat yang ingin mengetahui
bagian-bagian dari penerapan pola hias pada interior Mesjid
Azizi di Tanjung Pura.
c. Sebagai pedoman bagi pemerintah dan masyarakat untuk upaya
90 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Setelah data diperoleh, diolah dan dianalisis, kemudian diperoleh
beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.
a. pola hias pada interior Mesjid Azizi merupakan perpaduan dari
budaya asing dan budaya lokal. Budaya lokal itu sendiri yaitu
budaya Melayu yang banyak menerapkan ornamen melayu dan
khas warna kuning. Sedangkan budaya asing yang menjadi
perpaduan pola hias yaitu Arab, Cina, dan Turki dengan
menerapkan bentuk khasnya yaitu kaligrafi Arab, ornamen
geometris Cina, dan bentuk-bentuk khas Turki.
b. Bentuk-bentuk pola hias yang jelas terlihat yang merupakan
perpaduan beberapa budaya sangat jelas terlihat pada mimbar,
mihrab, bentuk lengkung tiang penyangga, lampu gantung, liwan
dan pintu masuk kedalam liwan mesjid.
c. Ornamen yang diterapkan pada perpaduan pola hias pada interior
Mesjid diantaranya adalah lilit kangkung, bagian dalam bidai
susun, awan laut, itik sekawan, pucuk rebung, bidai susun, kaluk
pakis dan motif bunga melati juga ornamen geometris.
2. Mengidentifikasi bagaimana Mesjid Azizi di Tanjung Pura ini
91
a. Penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura
tidak hanya dari Turki, Arab, Cina dan Melayu saja, akan tetapi
ada juga dari beberapa negara-negara di Eropa, seperti Belanda,
Spanyol dan Moor.
b. Mesjid Azizi memiliki ornamen budaya lokal Melayu yang
diterapkan pada bagian interiornya dengan jumlah 27 ornamen
dengan bentuk flora, bentuk fauna, bentuk alam dan bentuk benda.
Kaligrafi Arab yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi
berjumlah 92 dan merupakan jenis kaligrafi dengan khat Tsulust.
Ornamen Geometris Cina yang diterapkan berjumlah 17 dan sangat
jelas terlihat pada ukiran bagian pintu Mesjid memasuki Liwan.
Bentuk pola hias Turki terlihat pada bentuk mimbar dengan bentuk
kerucut pada bagian kubah mimbar yang sangat mirip dengan
bentuk kerucut yang diterapkan pada istana Topkapi di Istanbul,
Turki.
c. Berbagai bentuk inkulturasi budaya pada interior Mesjid Azizi
yang mencampurkannya menjadi satu dalam satu interior ini adalah
wujud dari asimilasi.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka diperoleh
92
1. Mengajak kembali masyarakat pada umumnya khususnya masyarakat
Tanjung Pura untuk lebih mau belajar dan memahi tentang sejarah
dibalik Mesjid Azizi di Tanjung Pura. Dimana Mesjid ini merupakan
bukti adanya Kesutanan Langkat pada masa itu. Serta melestarikan
budaya yang merupakan milik bangsa kita.
2. Harapan penulis melalui penelitian inkulturasi budaya penerapan pola
hias pada interior Mesjid Azizi ini bagi pemerintah daerah maupun
masyarakat kota Tanjuung Pura agar lebih menjaga dan merawat serta
memberikan perhatian khusus kepada Mesjid Azizi di Tanjung Pura
yang sudah merupkan cagar budaya.
3. Karena pada saat ini daerah kota Tanjung Pura merupakan jalan lintas
menuju ke Aceh tentunya tempat ini juga menjadi salah tempat
persinggahan yang banyak di datangi banyak wisatawan luar maupun
dalam negeri. Maka dengan upaya tersebut masyarakat kota Tanjung
Pura dapat mengenalkan budayanya kepada wisatawan yang sedang
berkunjung ke kota Tanjung Pura. Khususnya memperkenalkan
bangunan khas Melayu dengan bentuk dan warna ornamen Melayu
yang bernilai estetis dan merupakan bukti adanya Kesultanan Langkat
di daerah Tanjung Pura ini.
4. Kepada masyarakat kota Tanjung Pura secara khusus generasi muda
agar tetap memelihara dan menjaga serta mengembangkan bentuk dan
warna ornamen tradisioanal Melayu yang merupakan ciri khas daerah
93
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Bhakti dan Wahid, Julaihi. 2013. Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu
Amril, Sjamsu. Data Arsitek Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga 1995. Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi Aceh-Nias: RTRW 2010 ; NAD, 2007
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bawono, Agung. 2000. Keberadaan ornamen pada masjid anniam pedusunan argosari sedayu bantul yogyakarta serta perspektifnya dari hukum islam. Skripsi SI. Yogyakarta: Program Studi Kriya, ISI Yogyakarta.
Budiwiwaramulja, Dwi. 2004. Golden Section pada Ragam Hias Melayu. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 54-55
Crollius, Ary Roest. 1984. Antropologi Kebudayaan, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
De Chiara, Joseph; Callender, John Hancock. Time Saver Standards for Building Types 3rd Editions. Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1990.
D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York, New York: Maxmillan Publishing Company.
Ernst, N. (2002). Data Arsitek (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Hadjad, Abdul. Dkk. 1984. Arsitektur Tradisional Propinsi Daerah Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian SejarahDan Budaya.
Hasan, Abul. 2016. BKM Mesjid Azizi Tanjung Pura.
Huda, Nurul. 2003. Melukis Ayat Tuhan: Pengantar Praktis Berkaligrafi Arab. Yogyakarta: Gama Media Offset.
Interior decorating vs. interior design. Dari http://allartschool.com (diambil tanggal 16 November 2007.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2008 : 1506)
94
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Reineka Cipta.
Laurel Heydir. 2014. artikel. Pengantar Antropology Budaya
Mesra, 2010. artikel Perancangan Produk Cinderamata Dari Kayu Bermotif Kaligrafi Arab Dan Ornamen Melayu Sumatera.
M. nazir,2003. metode penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, cet.ke-5Sunaryo. Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize
Mudra, Mahyudin. 2004. Balai Adat Melayu Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Sachari, Agus. 2001. Wacana Transformasi Budaya. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Pemda Tingkat I Provinsi Sumatera Utara: Medan.
Situmorang, Oloan. 1993. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Angkasa Bandung.
Sugiyono,2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Sumalyo, Yulianto. 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim. Makasar: UGM Gadjah Mada University Press.
Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara, Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Dahara Prize: Semarang
Winarta, Bea. 1982. Penerapan Arsitektur. Jakarta: Itermasa
Yunus, Ahmad. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan peneitian gabungan.Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.
http://www.britannica.com/topic/Hagia-Sophia
95
https://kisahmuslim.com/3875-sejarah-kota-cordoba-peradaban-di-cordoba-bagian-24.html
http://antikeropa.com/lampu-gantung-antik-eropa
http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2014/07/10-bangunan-dengan-hiasan-kaca-patri.html
http://dokumen.tips/documents/sejarah-keramik.html