• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN IZIN PENGEBORAN AIR BAWAH TANAH OLEH DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERIAN IZIN PENGEBORAN AIR BAWAH TANAH OLEH DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Retno Anggraeni

Air bawah tanah merupakan alternatif sumber air baku yang digunakan oleh Pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih karena

terbatasnya sumber air baku permukaan. Sembilan puluh persen kebutuhan air bersih masyarakat

Kabupaten Lampung Selatan dipenuhi dari sumber air baku air tanah. Kebutuhan akan air bersih

yang semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan

pengambilan air tanah sebagai sumber air baku semakin meningkat.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Air Bawah Tanah, diantaranya menyatakan bahwa setiap pengelolaan air bawah

tanah harus memiliki izin. Namun dalam implementasinya terjadi pelanggaran aturan dan

lemahnya penegakkan sanksi. Hal tersebut dapat menyebabkan pengambilan air bawah tanah

semakin tidak terkendali.

Dampak dari ketidakseimbangan antara air tanah yang diambil/dimanfaatkan dengan air tanah

yang dapat terserap mulai terlihat dengan adanya intrusi air laut pada beberapa daerah dengan

ditandai adanya perubahan rasa pada beberapa sumur bor di Kelurahan Rajabasa yang menjadi

payau. Untuk itu upaya pengendalian pemanfaatan air bawah tanah untuk menjaga kelestarian

sumber daya air tersebut perlu dilakukan.

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian izin

pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan,

dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin pengeboran air

bawah tanah kepada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan.

(2)
(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi mahluk hidup, namun pada kenyataannya saat ini dan perkiraan masa yang akan datang, keseimbangan air tanah akan terganggu jika penggunaan air tanah dari waktu ke waktu selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berkembangnya pembangunan baik di kota maupun di desa, akan mengurangi lahan resapan air sehingga jumlah air yang masuk ke dalam tanah untuk mengganti air tanah yang keluar menjadi berkurang.

(4)

2 Air bawah tanah banyak dimanfaatkan tidak sesuai dengan peruntukannya. Kebanyakan sumur-sumur air bawah tanah justru dimanfaatkan untuk kepentingan industri. Kecenderungan yang terjadi adalah potensi kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air bawah tanah untuk kepentingan industri. Ancaman kerusakan lingkungan dan kelangkaan air bawah tanah akibat eksploitasi air bawah tanah tersebut dapat diidentifikasi dari adanya gejala penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut ke daratan. Dampak dari ketidakseimbangan antara air tanah yang diambil/dimanfaatkan dengan air tanah yang dapat terserap mulai terlihat dengan adanya intrusi air laut pada beberapa daerah dengan ditandai adanya perubahan rasa pada beberapa sumur bor di Kelurahan Rajabasa yang menjadi payau.

(5)

3 Upaya penertiban dengan melakukan pengenaan sanksi terhadap sumur-sumur produksi yang memperjualbelikan air bawah tanah tapi tidak memiliki izin, belum dilakukan. Demikian pula halnya dengan sumur bor yang tidak memiliki izin namun tetap beroperasi. Himbauan-himbauan dan teguran secara lisan sudah diberikan namun belum mampu memotivasi masyarakat untuk mengurus izin. Upaya untuk menutup sumur produksi yang tidak berizin pun belum dilakukan oleh pemerintah.

Kewenangan pengelolaan sumber daya air bawah tanah harus dilaksanakan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan, mengingat kecenderungan pemanfaatan air bawah tanah meningkat lebih cepat dibandingkan pemakaian air permukaan. Kecenderungan pengambilan air secara besar-besaran berakibat pada munculnya permasalahan lingkungan dan ancaman kelangkaan air. Oleh sebab itu diperlukan mekanisme perizinan yang sesuai dengan prosedur bagi perusahaan yang akan melaksanakan pengeboran air bawah tanah pada Dinas Pertambangan dan Energi di daerah.

Secara normatif, menurut Perda Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2005, setidaknya ada 4 (empat) aspek yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan upaya pengendalian pemanfaatan air bawah tanah. Yakni meliputi aspek perizinan, pengawasan, penertiban dan konservasi/rehabilitasi.

(6)

4 guna menghindari terjadinya kerusakan kuantitas, kualitas dan lengkungan air tanah akibat penggunaan air tanah. Perizinan air tanah merupakan bentuk legitimasi dalam pengelolaan air tanah yang juga dimaksudkan sebagai pengendalian dalam pengunaan air tanah. Perizinan air tanah merupakan bentuk legitimasi dalam pengelolaan air tanah yang juga dimaksudkan sebagai pengendalian dalam penggunaan air tanah. Proses Perizinan memberikan rekomendasi teknis berkaitan dengan pengelolaan air bawah tanah.

Perizinan juga merupakan salah satu kewenangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu perwujudan pelayanan publik. Perizinan berkaitan dengan aspek kelembagaan, artinya organisasi dan struktur kewenangan antarinstansi pemberi izin atau pengelola perizinan harus didesain sedimikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pihak-pihak yang melakukan perizinan. Aspek pengawasan berfungsi menjaga agar pelakasanaannya sesuai dengan ketentuan dalam rekomendasi teknis. Pengawasan merupakan upaya pengendalian pengambilan air tanah dan upaya mencegah terjadinya kerusakan lingkungan air tanah (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2004: 177).

(7)

5 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintah daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Pada tataran teknis, pemerintah daerah dapat memberikan izin pengeboran dan izin pengambilan air bawah tanah (SIP dan SIPA). Hal ini bermakna bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan pengelolaan air bawah tanah dengan melakukan pelayanan perizinan, penarikan retribusi dan melakukan pengawasan/pengendalian terhadap pengeboran dan pengambilan air bawah tanah. Operasional pelaksanaan pengelolaan air bawah tanah dilakukan oleh dinas Pertambangan dan Energi di daerah.

Hal yang sangat penting dalam pengelolaan air tanah adalah penegakkan hukum atau (law enforcement), pemerintah berhak memberikan sanksi adminstratif atas pelanggaran ketentuan pengelolaan air tanah sesuai undang-undang yang berlaku. Aspek penertiban/penegakan aturan guna melakukan pemaksaan kepada masyarakat agar taat aturan melalui pemberian sanksi.

(8)

6 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

a. Bagaimana pemberian izin pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lampung Selatan?

b. Apakah faktor penghambat dalam pemberian izin pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lampung Selatan?

2. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi peluasan dalam pembahasan sehingga memungkinkan penyimpangan dari fokus penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam penelitian terbatas pada kajian hukum mengenai pemberian izin pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lampung Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemberian izin pengeboran oleh air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan?

D. Kegunaan Penelitian

(9)

7 1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya ilmu Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan kajian mengenai Pemberian Izin Pengeboran Air Bawah Tanah Oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan.

2. Kegunaan Praktis

a. Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai pemberian izin pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan.

(10)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kewenangan Pemberian Izin 1. Pengertian Kewenangan

Menurut Prajudi Admosudirjo (2001:86), kewenangan adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis kewenangan adalah kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Kewenangan pemberian izin merupakan hak atas pemerintah untuk dapat atau tidaknya memberikan suatu izin atau persetujuan kepada badan pribadi ataupun badan hukum yang mengajukan permohonan untuk dapat melakukan suatu kegiatan.

Kewenangan yang dijalankan pemerintah dalam pemanfaatan air bawah tanah adalah sebagai berikut:

1. Melakukan inventarisasi potensi air bawah tanah dan kelayakan pemanfaatannya untuk menjadi dasar dalam pengelolaan lebih lanjut.

2. Menertibkan izin pengeboran air bawah tanah (SIP) dan izin pengambilan/ pemakaian air bawah tanah (SIPA). Perizinan terkait dengan pemberian saran teknis yang bersifat mengikat dan aspek kewilayahan dari suatu rencana pengeboran dan pemanfaatan air bawah tanah.

(11)

9 apabila tidak memenuhi ketentuan administratif dan tekhnis yang membahayakan lingkungan. Untuk kepentingan itu maka setiap sumur diwajibkan memasang meter air, dan pada kondisi tertentu diwajibkan membuat sumur pantau yang berguna untuk mengawasi kondisi bawah permukaan tanah.

4. Melakukan pendataan dan penetapan retribusi pemanfaatan air bawah tanah sedangkan operasional pemungutannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Propinsi. Retribusi pemanfaatan air bawah tanah di desentralisasikan kepada Kabupaten/kota dan menjadi pajak pemanfaatan air bawah tanah

2. Pengertian Perizinan

Perizinan pada dasarnya adalah mekanisme pengendalian yang berisi seperangkat larangan suatu kegiatan masyarakat sampai masyarakat memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh peraturan (Chalid, 2006: 1).

Sistem perizinan merupakan instrumen yang sangat penting dalam rangka pengendalian lingkungan (Siahaan, 2004: 186). Perizinan air tanah merupakan bentuk legitimasi dalam pengelolaan air tanah juga dimaksud sebagai pengendalian dalam pendayagunaan air tanah. Izin dapat dicabut jika terbukti menimbulkan kerusakan lingkungan. Izin hanya diberikan untuk daerah-daerah yang kondisi air tanahnya masih aman atau masih memungkinkan dapat diambil tanpa mengakibatkan kemerosotan kondisi dan lingkungan air tanah.

(12)

10 penyusutan ketersediaan air tanah, penurunan muka air tanah, perubahan pola aliran air tanah, penurunan kualitas air tanah, mengganggu sistem akuifer atau penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan, mengambil air tanah dalam jumlah yang melebihi ketentuan.

Menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1451 K/10/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah menyebutkan bahwa kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan dan pengambilan air bawah tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin dari Bupati atau Walikota.

Izin dimaksud terdiri atas; izin eksplorasi air bawah tanah, izin pengeboran air bawah tanah, izin penurapan mata air, izin pengambilan air bawah tanah dan izin pengambilan mata air. Prosedural berkaitan dengan izin yang dimaksud di atas diatur dalam lampiran IV, V, dan VI Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman teknis penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang pengelolaan air bawah tanah.

3. Pengawasan

Menurut Peraturan Pemerintah tentang air tanah menyebutkan Menteri melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah yang dilaksanakan oleh gubernur dan Bupati/Walikota yang meliputi:

(13)

11 2. Pelaksanaan kegiatan konservasi dan pendayagunaan air tanah;

3. Kelayakan rekomendasi teknis untuk kegiatan pengeboran atau penggalian air tanah yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi;

4. Kelayakan izin pengeboran atau penggalian air tanah, pemakaian dan pengusahaan air tanah yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dan disebutkan juga bahwa Bupati/Walikota melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, pemakaian dan pengusahaan air tanah yang dilakukan oleh pemegang izin.

Pengawasan pengelolaan air tanah dimaksud dilakukan terhadap:

1. Pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, pemakaian dan/atau pengusahaan air tanah;

2. Kegiatan penyebab pencemaran dan perusakan lingkungan air tanah; atau 3. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan dan/atau analisis

mengenai dampak lingkungan.

(14)

12

4. Penertiban / Pembinaan

Penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan air bawah tanah menurut Peraturan Pemerintah tentang Air Tanah dilakukan dengan pemberian sanksi yang menyebutkan; Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan pengelolaan air tanah. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Penghentian sementara seluruh kegiatan; atau c. Pencabutan izin.

Sebelum melaksanakan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada Bupati/Walikota terlebih dahulu memberikan kesempatan selama jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Setiap orang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(15)

13 Pengenaan sanksi administrasi berupa penghentian sementara kegiatan dilakukan setelah pemegang izin diberi peringatan secara tertulis sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 1 bulan. Jika pemegang izin tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan setelah dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara, Pemerintah berhak menjatuhkan sanksi administratif berupa pencabutan izin. Namun sebelum pencabutan izin dilakukan, Pemerintah terlebih dahulu memberikan jangka waktu selama 3 bulan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Dalam implementasinya, sering peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan, malah dilanggar. Walaupun dalam peraturan telah disebutkan sanksi maupun hukuman yang tegas bilamana terjadi pelanggaran, hal ini lebih disebabkan karena pengawasan oleh pihak berwenang (pemerintah) belum berjalan dengan baik.

B. Pengeboran Air bawah Tanah 1. Pengertian Pengeboran Air Tanah

(16)

14 Pengeboran air merupakan suatu cara untuk mendapatkan air tanah yang pada pelaksanaanya dapat mengubah kondisi dan lingkungan air tanah antara lain berupa penyusutan ketersediaan air tanah, penurunan muka air tanah, perubahan pola aliran air tanah, penurunan kualitas air tanah, mengganggu sistem akuifer atau penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan, mengambil air tanah dalam jumlah yang melebihi ketentuan (Kodoatie, 2007:370).

Menurut Pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2005, Pengeboran air bawah tanah hanya dapat dilakukan oleh :

1. Badan Usaha yang mempunyai izin perusahaan pengeboran air bawah tanah dan juru bornya telah mendapatkan Surat Izin Sumur Bor (SUB).

2. Instansi/Lembaga Pemerintah yang instalasi bornya telah mendapat surat tanda instalasi Bor dari Asosiasi, dan telah memperolah regitrasi dari LPJK sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

2. Pengertian Air Bawah Tanah.

(17)

15 Air adalah semua air yang terdapat pada tanah, diatas atau pun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat pada lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. (UU No 7 Tentang Sumber Daya Air, 2004).

Definisi air tanah menurut UU Sumber Daya Air adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukan tanah. Air tanah juga dapat diartikan sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.

Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Kodoatie dan Sjarief, 2005: 15). Jenis air tanah menurut Kodoatie dan Sjarief (2005: 14) dapat dibedakan dengan dilihat dari daerahnya di dalam tanah.

Air bawah tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air bawah tanah menempati pada lapisan tanah atau batuan yang memiliki sifat porositas (rongga/pori) dan permeabilitas (kelulusan air dalam batuan/tanah) yang tinggi, yang disebut sebagai akuifer.

(18)

16 berdiameter ratusan meter, tetapi bias juga berdiameter sangat besar sampai puluhan kilometer.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air tanah, Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari. Keberadaan air tanah di Indonesia cukup melimpah, tetapi tidak di setiap tempat terdapat air tanah sesuai dengan kondisi geologi serta curah hujan. Air tanah terdapat di bawah permukaan tanah, letaknya di daratan dengan pelamparan dapat sampai di bawah dasar laut mengikuti sebaran serta karakteristik lapisan tanah atau batuan pada cekungan air tanah.

Air tanah dapat berada pada lapisan jenuh air (saturated zone), lapisan tidak jenuh air (unsaturated zone), atau rongga-rongga dan saluran-saluran dalam wujud sungai bawah tanah di daerah batugamping.

Dalam cekungan, air tanah dapat mengisi sungai, waduk, atau danau dan sebaliknya air sungai, waduk, atau danau dapat mengisi akuifer. Oleh karena itu pengelolaan air tanah harus dilakukan secara terpadu dengan pengelolaan air permukaan.

Potensi air bawah tanah dalam suatu cekungan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut:

(19)

17 yang terjangkau dengan sumur gali atau sumur pantek (kedalaman 1-15 meter). Kualitas air pada akuifer bebas ini sangat dipengaruhi oleh limbah atau sumber pencemaran lain yang terjadi di permukaan tanah, demikian juga cadangannya sangat tergantung pada musim. Pada musim hujan permukaan air akan naik mendekati permukaan, sedangkan pada musim kemarau permukaan air akan turun dan sumur-sumur dangkal dapat menjadi kering.

2. Air bawah tanah tertekan, yaitu air pada akuifer yang terapit oleh dua lapisan batuan impermeable atau batuan yang tidak meluluskan air, sehingga karena faktor beban dan tekanan aliran dalam akuifer air yang berada di dalamnya memiliki tekanan. Apabila dilakukan pemngeboran pada akuifer jenis ini maka air dapat menyembur ke permukaan tanpa harus dipompa, yang disebut sebagai air artesis. Kualitas air bawah tanah tertekan ini pada umumnya cukup baik dan tidak mudah terpengaruh oleh limbah atau pencemaran lain yang terjadi di permukaan tanah, hal ini disebabkan lamanya proses peresapan air permukaan untuk menjadi air bawah tanah tertekan. Cadangan air bawah tanah tertekan juga relatif lebih besar dan kurang terpengaruh pada perubahan musim tahunan. Jenis air ini hamper mendekati sebagai sumber daya yang tak terbaharui (unrenewable).

C. Prosedur Pemberian Izin Pengeboran Air Bawah Tanah

(20)

18 dalam rangka Pemberian Izin Perusahaan Pengeboran air Bawah Tanah (SIPPAT). Tujuannya adalah untuk menyeragamkan proses permohonan SIPPAT dan kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan pemegang SIPPAT dalam menjalankan kegiatannya.

Di dalam SIPPAT dicantumkan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan atau ditaati oleh pemegang SIPPAT, yaitu :

1. Setiap perubahan instalasi bor harus mendapatkan STIB berikut Plat Nomor Instalasi Bor yang baru dari asosiasi yang telah diakreditasi oleh LPJK; 2. Setiap instalasi bor harus dijalankan oleh seorang juru Bor yang harus

mempunyai Surat Ijin Juru bor;

3. Pelaksanaan pengeboran wajin diawasi oleh tenaga ahli/asisten ahli dalam bidang geologi atau bidang hidrogeologi;

4. Pemegang SIPPAT wajib melaporkanhasil kegiatan usahanya secara tertulis dan mengirimkan laporan teknik hasil pengeboran kepada Bupati/Walikota; 5. Menyampaikan laporan hasil pengeboran sesuai standar yang telah

ditentukan oleh Bupati/Walikota;

(21)

19 7. Pemilik/pengurus perusahaan pemegang SIPPAT yang terbukti melakukan pengeboran tanpa izin lebih dari 2 (dua) kali tidak diizinkan bergerak di bidang pengeboran air bawah tanah;

8. Perusahaan pemegang SIPPAT yang terbukti melakukan pengeboran tanpa izin dikenakan sanksi hukum dan penyegelan instalasi bor;

9. Memperpanjang SIPPAT sebelum habis masa masa berlakunya; 10.Ketentuan lain yang ditentukan oleh Bupati/Walikota.

Menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1451 K/10/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah menyebutkan bahwa prosedur pemberian izin pengeboran air bawah tanah adalah sebagai berikut:

1. Permohonan izin kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas Pertambangan dan Energi;

2. Permohonan memasukkan semua berkas sesuai persyaratan; 3. Petugas meneliti semua kelengkapan berkas;

4. Petugas melakukan peninjauan kelayakan lokasi;

5. Izin dikeluarkan jika semua persyaratan dan lokasi memenuhi syarat;

(22)

20 Pelaksanaan prosedur mekanisme perizinan pada Dinas Pertambangan dan Energi dilihat dari tahapan prosedurnya meliputi:

Penyampaian informasi tentang perizinan disampaikan kepada masyarakat oleh staf yang sudah mengerti tentang prosedur perizinan dan ditugaskan untuk memberikan keterangan kepada masyarakat berkaitan dengan informasi perizinan air bawah tanah jika staf tidak berada di tempat maka informasi dapat disampaikan secara langsung oleh kepala seksi perizinan (penyampaian informasi ini masih dilakukan secara lisan). Penyampaian informasi juga dilakukan dengan memberikan daftar persyaratan secara tertulis dan infromasi tentang badan/dinas teknis terkait yang berwenang mengurus persyaratan tersebut.

Setelah mendapatkan informasi pengurusan izin air bawah tanah, pemohon kemudian melengkapi semua berkas perizinan sesuai dengan persyaratan yang ada dan jika sudah lengkap semuanya, pemohon kemudian menyampaikan permohonan izin pengelolaan air bawah tanah kepada Walikota melalui Kepala Dinas Pertambangan dan Energi sebagai pejabat yang ditunjuk.

(23)

21 Pengecekan lokasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran informasi dalam berkas sesuai dengan lokasi yang akan dilakukan kegiatan pengelolaan air bawah tanah dan juga untuk mengetahui jumlah sumur yang sudah ada dan apakah perlu dibuat sumur pantau. Pengecekan ke lokasi dilakukan oleh staf dan juga dapat dihadiri oleh kepala seksi air bawah tanah. Jika lokasi rencana sudah sesuai dan memenuhi syarat, berkas permohonan dilaporkan kembali oleh staf ke kepala seksi dan dilaporkan lagi secara berjenjang ke kepala sub dinas lalu di tandatangani oleh Kepala Dinas. Bila dalam pelaporan berjenjang ditemukan adanya kekurangan kelengkapan berkas, maka pengecekan kembali dapat dilakukan dan dimungkinkan pemohon dapat dipanggil kembali untuk melengkapi kekurangan berkas. Prosedur perizinan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 2 hari, jika semua persyaratan secara lengkap telah dipenuhi oleh pemohon.

Prosedur pemberian izin Juru Bor Air Bawah Tanah dimaksudkan sebagai acuan dalam rangka pemberian Izin Juru Bor Air Bawah Tanah. Tujuannya adalah untuk menyeragamkan kesatuan tindak dalam pemberian Surat Izin Juru Bor Air Bawah Tanah, dan memberikan penjelasan tentang kewajiban Juru Bor sebagai pemegang izin dalam melaksanakan pengeboran

Proses administrasi izin juru bor air bawah tanah: Izin Juru Bor, persyaratannya meliputi:

a. Salinan ijazah calon juru bor dengan pendidikan paling rendah SMU atau sederajat;

(24)

22 bawah tanah (dilengkapi dengan bukti-bukti pengalaman kerja);

c. Pas foto calon juru bor ukuran 2 x 3 sebanyak 3 (tiga ) lembar; d. Fotocopy KTP calon juru bor;

e. Sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja dari asosiasi dan telah diregistrasi oleh LPJK;

f. Persyaratan lain yang telah ditentukan oleh bupati atau walikota

1.Hak dan Kewajiban Pemegang izin.

a. Hak dan Kewajiban pemegang izin dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 sebagai berikut:

1. Pasal 77

“Setiap pemegang izin pemakaian air tanah dan pemegang izin pengusahaan air tanah wajib:

(1) Menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran atau penggalian air tanah kepada bupati/walikota;

(2) Menyampaikan laporan debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada Menteri atau gubernur; (3) Memasang meteran air pada setiap sumur produksi untuk pemakaian atau pengusahaan air tanah;

(4) Membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh bupati/walikota; (5) Berperan serta dalam penyediaan sumur pantau air tanah;

(25)

23 (7) Melaporkan kepada Bupati/Walikota apabila dalam pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah, serta pemakaian dan pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan lingkungan.

2. Pasal 78

(1) Setiap pemegang izin pengusahaan air tanah wajib memberikan air paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari batasan debit pemakaian atau pengusahaan air tanah yang ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat.

(2) Teknis pelaksanaan pemberian air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh bupati/walikota.

2. Larangan Pemegang izin

Bagi pemegang izin dikenakan beberapa larangan yaitu:

1). Merusak, melepas, menghilangkan dan memindahkan meter air/alat ukur debit dan atau merusak segel;

2). Mengambil air dari pipa sebelum meter air;

3). Mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam izin;

4). Menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air bawah tanah; 5). Memindahkan letak titik atau lokasi pengambilan air bawah tanah;

6). Memindahkan rencana letak titik pengeboran dan atau titik penurapan atau lokasi pengambilan air;

(26)

24

3. Berakhirnya izin

Berakhirnya izin diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 sebagai berikut:

1. Pasal 79

(1) Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah berakhir karena: a. habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan;

b. izin dikembalikan; atau c. izin dicabut.

(27)

25 III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian dengan kajian mengenai pemberian izin pengeboran air bawah tanah

oleh dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan ini mengguna

kan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan

yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan

dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan hokum, sedangkan

pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan

pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada

(Soerjono Soekanto, 1986:76)

B. Sumber Data

Data merupakan sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu

penelitian yang berasal dari berbagai sumber (Soerjono Soekanto, 1986:83).

Untuk melakukan pembahasan dalam pokok permasalahan, diperlukan data yang

menunjang penelitian, yaitu sebagai berikut:

1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian, yaitu

dengan melakukan wawancara kepada para informan yang sesuai dengan

(28)

26 1. Kepala Bidang Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Lampung Selatan.

2. Kepala Seksi Perizinan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung

Selatan.

3. Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan

Energi Kabupaten Lampung Selatan.

4. Staf Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan

Energi Kabupaten Lampung Selatan.

5. Pihak perusahaan yang melakukan perizinan pengeboran air bawah tanah di

Kabupaten Lampung Selatan

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan berupa

bahan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemberian izin

pengeboran air bawah tanah oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten

Lampung Selatan. Bahan tersebut terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat, antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang sumber Daya Air.

2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1451

K/10/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas

(29)

27 3. Peraturan daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2005 tentang

Penge Pengelolaan air bawah Tanah.

b. Bahan Hukum Sekunder, meliputi :

Literature-literature pengetahuan hokum dan konsep-konsep yang ada

hubungannya dengen penulisan skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier, meliputi :

1. Kamus Umum Bahasa Indonesia

2. Literature-literature yang menunjang dalam penulisan skripsi ini dan hasil

penelitian.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Studi pustaka (library research)

Studi pustaka dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah

dan mengutip dari buku-buku literature serta melakukan pengkajian terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan (field research)

Studi lapangan dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada

responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan data yang berkaitan dengan

(30)

28 2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang

dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi Data

Merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data.

Selanjutnya, data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

b. Klasifikasi Data

Merupakan kegiatan penenmpatan data menurut kelompok-kelompok yang telah

ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar akurat untuk

dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan Data

Merupakan kegiatan penempatan dan menyusun data yang saling berhubungan

dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan

sehingga mempermudah interpretasi data.

D. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Menurut Soerjono Soekanto (1986: 112), analisis data adalah menguraikan data

dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang

kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode induktif yaitu menguraikan

(31)

48

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pengendalian pengeboran air bawah tanah merupakan upaya untuk

menjamin pemanfaatan air bawah tanah secara bijaksana serta menjaga

kesinambungan kuantitas dan kualitasnya. Demikian pula dengan pengendalian

pemanfaatan air bawah tanah di Kabupaten Lampung Selatan, pertumbuhan

kebutuhan akan air bersih seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan

perkembangan aktivitasnya serta keterbatasan sumber air baku air permukaan di

Kabupaten Lampung Selatan cenderung mendorong pemanfaatan air bawah tanah

yang terus meningkat bahkan dapat dilakukan secara berlebihan. pengambilan air

tanah yang dilakukan secara tidak terkendali dapat mengakibatkan dampak

negatif.

Upaya pengendalian air bawah tanah di Kabupaten Lampung Selatan telah

dilakukan melalui aspek perizinan, aspek pengawasan, aspek penertiban, dan

aspek konservasi (rehabilitasi). Deskripsi keempat aspek tersebut ditinjau dari

(32)

49 1. Konsep

Konsep perizinan, pengawasan, penertiban dan konservasi/rehabilitasi dilihat dari

aturan yang ada sudah ditujukan untuk pelestarian air bawah tanah. Namun dalam

pelaksanaannya aturan ini belum diterapkan secara baik. Kondisi ini juga

menyebabkan pengawasan, penertiban dan konservasi (rehabiltasi) terhadap

pengelolaan air bawah tanah di Kota Kupang belum dijalankan sesuai aturan.

Pengawasan hanya dapat dilakukan setiap tri wulan sesuai anggaran yang tersedia.

Sedangkan penertiban hanya dilakukan berupa teguran lisan dan tertulis.

Penertiban belum memberikan efek jera terhadap masyarakat yang melanggar

aturan untuk taat aturan.

Kebutuhan akan air bersih dan keinginan untuk meningkatkan ekonomi masih

merupakan kepentingan yang lebih mendesak, dibandingkan dengan kebutuhan

untuk mengendalikan pengambilan air bawah tanah guna pelestarian sumber daya

tersebut. Dampak negatif dari pengambilan air bawah tanah belum menjadi

prioritas dibandingkan dengan tujuan untuk memenuhi kekurangan air bersih guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan peningkatan ekonomi/pendapatan

masyarakat.

2. Aktor

Terkait dengan aktor/pelaksana upaya pemberian izin pengeboran air bawah tanah

di Kabupaten Lampung Selatan, maka kendala yang dialami adalah aktor sebagai

penentu kebijakan yang belum memprioritaskan alokasi anggaran bagi

pengelolaan air bawah tanah, aktor sebagai pelaksana yang belum memiliki

(33)

50 memanfaatkan/pengguna air bawah tanah yang belum sadar/peduli terhadap

pelestarian sumber daya air tersebut.

3. Mekanisme

Upaya pengendalian air bawah tanah di Kabupaten Lampung Selatan secara

umum sudah memiliki dasar aturan yang mengatur prosedur/mekanismenya,

namun dalam pelaksanaannya tidak didukung oleh ketersediaan data informasi

tentang air bawah tanah, kemampuan teknis sumber daya manusia sebagai

pelaksana yang memahami bidang air tanah dan peralatan yang mendukung

pelaksanaan mekanisme pemberian izin pengeboran air bawah tanah di Kabupaten

Lampung Selatan.

B. Saran

Dari Kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran kepada pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan, hal-hal sebagai berikut:

1. Sosialisasi aturan perlu dilakukan secara baik, dengan frekuensi yang cukup

dan memilih sasaran yang tepat.

2. Melakukan kampanye air guna meningkatkan kepedulian tentang air.

3. Menjadikan prioritas alokasi anggaran terhadap kegiatan pengelolaan air bawah

tanah demi terlaksananya kegiatan pengendalian air bawah tanah secara baik.

4. Melengkapi data berkaitan yang dengan zonasi air bawah tanah dalam rangka

(34)

51 5. Peningkatan pelayanan pengeloaan air bawah tanah dengan memberdayakan

aparat yang bertanggung jawab memberikan pelayanan lewat pelatihan dan

pendidikan di bidang air bawah tanah.

6. Peningkatan fasilitas dan peralatan penunjang yang digunakan dalam kegiatan

pelayanan air bawah tanah kepada masyarakat.

7. Peningkatan koordinasi antar instansi dalam bidang pengelolaan air bawah

tanah berkaitan dengan persyaratan pengurusan persyaratan izin yang

dilakukan oleh instansi di luar Dinas Pertambangan dan Energi.

8. Meningkatkan pelayanan dan mempermudah masyarakat dalam mengurus izin

dengan cara memberikan bantuan teknis berupa informasi dan peralatan.

9. Meningkatkan efek jera kepada pelanggar aturan dengan menerapkan

pengenaasanksi kepada beberapa contoh kasus pelanggaran aturan.

10. Melibatkan aparat kelurahan di dalam melakukan pengawasan terhadap

(35)

Oleh:

Retno Anggraeni

0542011238

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(36)

I.

PENDAHULUAN ………

1

A.

Latar Belakang ………

1

B.

Permasalahan dan

Ruang Lingkup …...………..

6

C.

Tujuan Penelitian ………

6

D.

Kegunaan Penelitian ………...

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

………...

8

A.

Kewenangan Pemberian Izin ………..

8

B. Pengeboran A

ir Bawah Tanah ………

13

C.

Prosedur Pemberian Izin Air Bawah Tanah ………...

17

III.

METODE PENELITIAN

……….

25

A. Pendekatan

Masalah ………...

25

B. Sumber

Data ………...

25

C. Prosedur Pengumpulan

dan Pengolahan Data ………

27

D. Analisis

Data ………...

28

IV.

HASIL PENELITIAN………. 29

A. Gambaran Umum Kabup

aten Lampung Selatan ………. 29

B. Pemberian Izin Pengeboran Air Bawah Tanah Oleh Dinas

Pertam-bangan dan Energi Kabupaten Lampung Selatan …...…...

.... 41

(37)

DAFTAR PUSTAKA

(38)

Abror, Saleng. 2004.

Hukum Pertambangan di Indonesia

. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Admosudirjo, Prajudi.2001.

Teori kewenangan

. Rineka Cipta Jakarta.

Hadjon, Philipus M. 2003.

Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi

. Rajawali

Press. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983.

Pengantar Penelitian hukum

. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sudrajat, Ajat. 1999.

Teknologi dan Managemen sumber Daya Mineral

, Penerbit ITB. Bandung.

Sudarmanto, 1998.

Informasi Pengambilan Air Bawah Tanah.

Yayasan Permai Alam Persada.

Jakarta.

Departemen Pertambangan dan Energi. 1991.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di

Bidang Pertambangan

. Jakarta

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang sumber Daya Air.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1451 K/10/MEM/2000 Tentang

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas PemerinTahan di bidang Pengelolaan Air Bawah

Tanah.

(39)

Nama Mahasiswa

:

RETNO ANGGRAENI

No. Pokok Mahasiswa

:

0542011238

Bagian

:

Hukum Administrasi Negara

Fakultas

:

Hukum

MENYETUJUI

I. Komisi Pembimbing

Dr.Yuswanto, S.H.,M.H.

Sri Sulastuti, S.H., M.H.

NIP. 196205141987031003

NIP. 196207271987032004

II. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(40)

1. Tim Penguji

Ketua

:

Dr.Yuswanto, S.H.,M.H.

...

Sekretaris/ Anggota :

Sri Sulastuti, S.H.,M.H.

...

Penguji Utama

:

Nurmayani, S.H.,M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr.Heryandi, S.H.,M.S.

NIP. 19621109 198703 1 003

(41)

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 03 Maret 1987, merupakan

anak dari pasangan Sutarto ST dan Sulasmi sebagai anak pertama dari tiga

bersaudara.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pratama pada tahun

1993. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negri 1

Kampung Sawah Lama diselesaikan pada tahun 1999. Penulis kembali

melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri 5 Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2002. Lalu Penulis juga melanjutkan

pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negri 3 Bandar lampung dan diselesaikan

pada tahun 2005.

(42)
(43)

Jadi Diri Sendiri, Cari Jati Diri, And Dapetin Hidup Yang

Mandiri Optimis, Karena Hidup Terus Mengalir Dan

Kehidupan Terus BerputarSesekali Liat Ke Belakang Untuk

Melanjutkan Perjalanan Yang Tiada Berujung

-Penulis

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula

lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda

dengan penuh kesadaran.

- James Thurber

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil;

kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan

baik.

(44)

Puji dan syukur dipanjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat, hidayah dan

kenikmatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul

“Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar L

ampung”,

dimanapun maksud penulisan skripsi ini adalah

sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun

penulis menyadarai masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun

penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga

penulisan skripsi ini dapat di selesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

(45)

sangat berarti dalam penulisan skripsi ini

3.

Ibu Nurmayanti, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung Sekaligus Penguji Utama Skripsi atas

ketersediaannya untuk membantu, mengarahkan dan memberi masukan dalam

penulisan skripsi ini.

4.

Ibu Ati Yuniati, S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan waktu,

masukan, dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

5.

Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

6.

Ibu Nurmayanti, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

dan Ibu Upik Hamidah, S.H.,M.H., selaku sekertaris bagian Hukum Administrasi

Negara terima kasih atas ketersediaannya untuk membantu, mengarahkan dan

memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Heni Siswanto, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberi kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini

agar dapat segera menyelesaikan skripsi.

(46)

menyelesaikan skripsi.

10. Ayah dan Mamah terima kasih atas kesabarannya dalam memberikan dukungan

dan motifasinya baik secara moril, materiil, dan serta solusi kepada penulis

selama menyelesaikan pendidikan sampai dengan Strata Satu.

11. Ngah ku tersayang yang tidak bosan-bosannya memarahi ku sehingga aku bisa

menyelesaikan skripsi ini, kemarahanmu adalah sebuah bukti besar bahwa ngah

sayang denganku.

12. Keponakan ku tersayang Kevin, Tasya, yang selalu mengingatkan agar pakwo

nya cepat wisuda.

13. Untuk pacarku yang cantik tapi bawel, makasih banyak sayang atas semua

dukungan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Keluarga pacarku khususnya om,tante,adik iin terima kasih banyak atas dorongan

dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh Teman

teman Fakultas Hukum Universitas Lampung: Yoga, Retno,

Ducan, Mad, Adit, andika dll yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu terima

kasih atas kebersamaan kalian, bantuan dan dukungan kalian selama ini.

16. Buat Alm. Rendi Purnama Ningrat yang selalu memberi motivasi serta masukan,

sang penulis berterima kasih banyak atas semua bantuanya, semoga beristirahat

dengan tenang.

(47)

19. Saudari Cici yang telah sangat membantu dalam proses penggandaan surat-surat

untuk menyelesaikan persyaratan ujian sampai selesai.

20. Universitas Lampung, khususnya Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat,

mudah - mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang

membacanya.

Amin....

Bandar Lampung,

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui peningkatan penguasaan belajar pada mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) dengan

Pengukuran ketebalan tulang kortikal terdiri dari 5 tahapan yaitu ekstraksi fitur menggunakan multiscale line operator dan gradient orientation analysis pada citra

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan   MUHAMAD SAILENDRA, ST, MM NIP: 197009071996021001   Mengesahkan, PPKD   Drs.. Nama NIP Jabatan

Grafik perbandingan tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bakteri tertinggi berada pada konsentrasi 4,5 %, sedangkan laju pertumbuhan bakteri terendah ada

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa H1 berbunyi employee engagement memediasi hubungan antara reward and recognition dengan affective commitment diterima ,

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat-NYA saya dapat menyelesaikan laporan praktik kerja mengenai Pembangunan Proyek

Dari hasil analisa yang dilakukan pada sampel CPO, PFAD dan campuran PFAD dengan CPO (1:4) diperoleh kadar asam lemak bebas yang berasal dari daerah berbeda yaitu CPO Dumai

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang termasuk dalam kelompok JII konsisten dengan konsep pecking order theory, karena jika menurut konsep pecking order