Aris Faisal Pratama
ABSTRACT
THE RESPONSE OF EIGHT WEED SPECIES INDICATORS ON GIVING LIQUID FERMENTATION OF CACAO PULP
By
Aris Faisal Pratama
Cocoa pulp liquid fermented is one of by products of cocoa management, which is still not utilized optimally. Based on the preliminary test results, cocoa pulp has the potential to serve as bioherbicide. The study aimed to determine the toxicity of the ferment contained in cocoa pulp and which weeds can be toxicited.
This research was conducted in the experimental garden Village Hajimena, Natar District, South Lampung regency from February to July 2012. The treatments were arrange in a factorial treatment (2 x 8) in a strip plot design with three replications. The first factor is, fermention cocoa pulp and the second is, eight weed species indicators it’s Setaria plicata, Paspalum conjugatum,Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia gangetica , Borreria latifolia, and Richardia brasiliensis.. The data were analyzed by anova and if there was differenced in the mean treatment, followed by the Least Significant Difference test (LSD) at α level of 0,05.
The results showed that liquid fermentation of cocoa pulp contains organic acids that can toxicity eight weed species indicators. Percentage weed toxicity experienced by groups of grasses weeds 83%, 41% broadleaf and 33% sedges. Grasses weed has the highest percentage of toxicity but sedges has the lowest percentage of toxicity. Stover dry weight of weeds eight indicators, liquid applied either applied pulp or not applied of pulp, there was unsignificance. This showed that the substances contained in the liquid fermentation of cocoa pulp could toxicity weeds, but could not suppress and control the growth of weeds.
Aris Faisal Pratama
ABSTRAK
RESPONS DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAO
Oleh
Aris Faisal Pratama
Cairan fermentasi pulp kakao merupakan salah satu hasil samping dari pengelolaan kakao yang masih belum termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil uji awal yang dilakukan, cairan fermentasi pulp kakao memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bioherbisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun yang terkandung dalam cairan fermentasi pulp kakao dan jenis gulma apa yang dapat teracuni.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dari Febuari sampai dengan Juli 2012. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 8) dalam rancangan strip plot dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama cairan fermentasi pulp kakao dan faktor kedua delapan jenis gulma indikator yaitu Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia gangetica , Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis. Data yang didapat dianalisis ragam dan apabila terdapat perbedaan nilai tengah perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan, cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni delapan jenis gulma indikator. Persentase keracunan gulma golongan rumput mencapai 83 %, daun lebar 41 %, dan teki 33 %. Gulma golongan rumput mengalami keracunan paling tinggi, sedangkan golongan teki persentase keracunannya paling rendah. Bobot kering brangkasan delapan gulma indikator, baik diaplikasi cairan pulp kakao maupun yang tidak diaplikasi, tidak terjadi perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan asam yang terdapat dalam cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni gulma, tetapi tidak dapat menekan dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
RESPONS DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAO
Oleh
ARIS FAISAL PRATAMA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
RESPONS DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAO
(Skripsi)
Oleh
ARIS FAISAL PRATAMA
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan. ... 17
2. Keracunan pada gulma total. ... 20
3. Keracunan pada tiga golongan gulma. ... 21
4. Keracunan golongan rumput rumput pada 4 HSA. ... 22
5. Keracunan gulma daun lebar pada 4 HSA. ... 23
6. Keracunan gulma teki pada 4 HSA. ... 24
7. Kondisi gulma pada 4 HSA. ... 29
vi DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL. ... vii
DAFTAR GAMBAR. ... x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah. ... 1
1.2 Perumusan masalah. ... 3
1.3 Tujuan penelitian. ... 3
1.4 Landasan teori. ... 3
1.5 Kerangka pemikiran. ... 6
1.6 Hipotesis. ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fermentasi kakao. ... 9
2.2 Gulma. ... 11
2.3 Herbisida. ... 13
2.4 Diversivikasi pulp kakao sebagai herbisida. ... 14
III. BAHAN DAN METODE 3.1Tempat dan waktu penelitian. .. ... 15
3.2Bahan dan alat. ... 15
3.3Metode penelitian. ... 15
3.4Pelaksanaan penelitian. ... 16
3.4.1 Pengambilan cairan fermentasi pulp kakao. ... 16
3.4.2 Pembuatan petak percobaan. ... 17
3.4.3 Penanaman gulma. ... 18
3.4.4 Aplikasi cairan fermentasi pulp kakao. ... 18
3.5Pengamatan. ... 18
3.5.1 Tingkat keracunan gulma. ... 19
vi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keracunan gulma. ... 20
4.1.1 Pesentase keracunan seluruh gulma. ... 20
4.1.2 Persentase Keracunan Setiap Golongan Gulma. ... 21
4.1.3 Persentase Keracunan Jenis Gulma Golongan Rumput. ... 22
4.1.4 Persentase Keracunan Jenis Gulma Golongan Daun Lebar. ... 23
4.1.5 Persentase Keracunan Jenis Gulma Golongan Teki. ... 24
4.1.6 Peningkatan Persentase Keracunan Gulma. ... 25
4.6.7 Penurunan Persentase Keracunan Gulma. ... 30
4.2 Bobot kering brangkasan. ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. .. ... 37
5.2 Saran. ... . ... 37
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
1 RESPON DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN
CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAO
Aris Faisal Pratama1, Herry Susanto2, Dad R. J. Sembodo2 1
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl.Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145([email protected]) 2
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl.Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145
ABSTRAK
Cairan fermentasi pulp kakao merupakan salah satu hasil samping dari pengelolaan kakao, yang masih belum termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil uji awal yang dilakukan, cairan fermentasi pulp kakao memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bioherbisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun yang terkandung dalam cairan fermentasi pulp kakao, dan jenis gulma apa yang dapat teracuni. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dari Februari sampai dengan Juli 2012. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 8) dalam rancangan strip plot dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama cairan fermentasi pulp kakao dan faktor kedua delapan jenis gulma indicator yaitu Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia gangetica , Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis. Data yang didapat dianalisis ragam dan apabila terdapat perbedaan nilai tengah perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
taraf α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan cairan fermentasi pulp kakao memiliki kandungan asam organik yang dapat meracuni delapan jenis gulma indikator. Persentase keracunan gulma dialami oleh gulma golongan rumput 83 %, daun lebar 41 %, dan teki 33 %. Gulma golongan rumput memiliki persentase keracunan paling tinggi, sedangkan golongan teki persentase keracunannya paling rendah. Bobot kering brangkasan delapan gulma indikator, baik diaplikasi cairan fermentasi pulp kakao maupun yang tidak diaplikasi, tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat yang terdapat dalam cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni gulma, tetapi tidak dapat menekan dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
Kata Kunci: Gulma, fermentasi, pulp kakao, bioherbisida.
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
2 weeds 83%, 41% broadleaf and 33% sedges. Grasses weed has the highest percentage of toxicity, sedges has the lowest percentage of toxicity. Stover dry weight of weeds eight indicators, liquid applied either applied pulp or not applied of pulp, there was unsignificance. This showed that the substances contained in the liquid fermentation of cocoa pulp could toxicity weeds, but could not suppress and control the growth of weeds.
Keyword: Weeds, fermentation, cocoa pulp, bioherbicide PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas eksport non migas Indonesia, baik sebagai sumber penghidupan bagi petani produsen maupun penyumbang devisa negara dari subsektor perkebunan. Sejauh ini, kakao dimanfaatkan sebagai bahan penyedap yang digunakan untuk produksi makanan, kue, minuman, bahan kosmetik, dan sumber lemak nabati (Sunarto,1992).
Salah satu hasil sampingan yang diperoleh dari pengelolaan kakao adalah pulp. Pulp merupakan lapisan berwarna putih yang melapisi permukaan biji kakao (Nasution et al., 1985). Di Indonesia limbah pulp kakao belum banyak digunakan. Kandungan kadar glukosa dan sukrosa antara 12-15%, asam-asam organik serta beberapa asam amino, cukup baik digunakan dalam proses fermentasi untuk menghasilkan asam asetat (Opeke, 1984 dan Effendi, 2002).
Pulp kakao memiliki peluang besar dalam pemanfataannya. Sejauh ini limbah pulp kakao digunakan sebagai substrat untuk produksi etanol, asam sitrat, protein sel tunggal dan bahan-bahan makanan yang melalui proses fermentasi. Cairan fermentasi pulp kakao dapat dimanfaatkan sebagai substrat produksi alkohol dan asam asetat, sehingga perlu dilakukan dan dicari metode pengolahan limbah kakao yang dapat menangani dalam jumlah besar, sehingga limbah dapat termanfaatkan.
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun cairan fermentasi pulp kakao terhadap delapan jenis gulma indikator secara pascatumbuh dan mengetahui golongan gulma yang mampu dikendalikan oleh pemberian cairan fermentasi pulp kakao.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Hajimena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah delapan jenis gulma indikator, yang terdiri dari golongan rumput: Setaria plicata, Paspalum conjugatum,dan Axonopus compressus, Golongan teki: Cyperus kyllingia dan Cyperus rotundus,Golongan daun lebar Asystasia gangetica, Borreria latifolia,
dan Richardia brasiliensis, serta cairan fermentasi buah kakao. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer, nozzle biru, meteran, cangkul, tali rafia, cutter, ember, gelas ukur 500 ml,
timbangan, oven, alat tulis, penggaris, dan perlengkapan lainnya. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 8) dalam rancangan strip plot dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah cairan fermentasi pulp kakao dan faktor kedua adalah delapan jenis gulma indikator yaitu Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus
rotundus, Asystasia gangetica , Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis yang ditanam pada lahan penelitian. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tuckey. Untuk membedakan nilai tengah perlakuan, dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 0,05, dan untuk data persen keracunan ditampilkan dalam bentuk grafik.
Pengumpulan cairan fermentasi pulp kakao dilakukan dengan memecah buah kakao lalu dipisahkan bijinya dan dimasukkan kedalam karung, karung di ikat, ditindih dengan batu, setelah beberapa saat cairan pulp akan mengalir dari karung. Cairan ditampung menggunakan ember dan di simpan kedalam botol selama 7 hari agar terjadi fermentasi.
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
4 dengan cara menanam sejumlah 30 gulma indikator yang seragam per petakan. Jika ada gulma yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman pada 2—3 hari setelah penanaman.
Aplikasi larutan fermentasi maupun kontrol (air) dilakukan sekali pada gulma setelah terjadi penutupan mencapai 75 %. Gulma yang tumbuh dirapikan, untuk mendapatkan luasan bidang semprot yang sama pada setiap petak. Pengamatan dimulai dari 1 hari setelah aplikasi (HSA) hingga 15 HSA. Peubah yang diamati meliputi tingkat keracunan gulma dan bobot kering gulma total, untuk masing-masing golongan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Keracunan Gulma
Hasil pengamatan persentase keracunan gulma menunjukkan bahwa keracunan untuk semua golongan gulma akibat pengaplikasian cairan fermentasi pulp kakao, mulai terjadi pada 1 HSA dan terus meningkat hingga 3 HSA. Pada 6 HSA mulai terjadi penurunan keracunan gulma hingga 15 HSA (Gambar 1-5).
Gambar 1. Keracunan gulma total akibat aplikasi cairan fermentasi pulp kakao pada 1 HSA – 15HSA
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Per
sen
k
e
rac
u
n
an
Pengamatan hari ke
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
[image:12.595.110.481.100.281.2]5 Gambar 2. Keracunan tiga golongan gulma akibat aplikasi cairan ferementasi pulp kakao
[image:12.595.116.362.337.496.2]pada 1 HSA – 15 HSA
Gambar 3. Keracunan gulma rumput akibat aplikasi cairan ferementasi pulp kakao pada 1 HSA – 15 HSA
Gambar 4. Keracunan gulma daun lebar akibat aplikasi cairan ferementasi pulp kakao pada 1 HSA – 15 HSA
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Per sen k e rac u n an
Pengamatan Hari ke
gulma Rumput gulma Daun lebar gulma Teki 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Per sen k e rac u n an
Pengamatan hari ke
gulma Axonopus compressus gulma Paspalum conjugatum
gulma Setaria plicata
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Per sen K e rac u n an
Pengamatan Hari ke
gulma Borreria latifolia
gulma Asystasia gangetica
[image:12.595.113.466.554.716.2]JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
6 Gambar 5. Keracunan gulma teki akibat aplikasi cairan ferementasi pulp kakao
pada 1 HSA – 15 HSA
Hasil pengamatan persentase keracunan setiap golongan gulma menunjukkan bahwa jenis gulma golongan rumput mengalami keracunan tertinggi dibandingkan dengan gulma golongan teki dan daun lebar (Gambar 2). Gulma golongan rumput menunjukkan bahwa Axonopus compresus mengalami keracunan tertinggi dibandingkan dengan Paspalum
conjugatum dan Setaria plicata (Gambar 3). Gulma golongan daun lebar Borreria latifolia mengalami keracunan tertinggi dibandingkan dengan Asystasia gangetica dan Richardia brasiliensis (Gambar 4). Gulma golongan teki menunjukkan respon Cyperus kyllingia memiliki persentase keracunan lebih tinggi daripada Cyperus rutundus (Gambar 5).
Pada 1 HSA keracunan delapan jenis gulma indikator mulai terjadi dan terus meningkat hingga 4 HSA. Respon dari masing-masing gulma setelah diaplikasikan cairan fermentasi pulp kakao berbeda-beda untuk tiap jenisnya, hal ini terlihat dari persen keracunan gulma yang berbeda untuk tiap jenis gulma walaupun masih dalam satu golongan. Pada 4 HSA merupakan puncak respon keracunan gulma indikator. Jenis gulma golongan rumput Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, dan Setaria plicata menunjukan respon keracunan paling tinggi dibandingkan dengan jenis gulma indikator yang lain. Pada 7 HSA mulai terjadi penurunan persentase keracunan gulma hingga 15 HSA (Gambar 2).
Sembodo (2010) menyatakan bahwa gulma dari spesies yang samapun kadangkala memberikan respon yang berbeda terhadap herbisida tertentu. Apalagi antarjenis gulma
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
P er sen k er acu n an
Pengamatn hari ke
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
7 walaupun dalam satu golongan tertentu, respon yang ditunjukkan sering berbeda. Menurut Fadhly dan Tabri (2004) setiap golongan gulma memiliki respon yang berbeda atas penerimaan herbisida. Herbisida memiliki efektifitas yang beragam, berdasarkan cara kerjanya.
Berdasarkan gejala dan sifat umum yang ditunjukkan gulma setelah diaplikasikan cairan fermentasi pulp kakao, kemampuan cairan pulp kakao hampir sama dengan herbisida kontak, Herbisida kontak sistem kerjanya langsung mematikan jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma berwarna hijau yang aktif berfotosintesis, dan mampu mematikan gulma secara cepat, 2—3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2—3 hari kemudian mati, gulma akan pulih dan tumbuh kembali secara cepat sekitar 1 minggu atau 7 HSA. Bagian tumbuhan di bawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, sehingga dapat kembali pulih karena proses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa asam polifenol dapat bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Selanjutnya menurut Devi et al (1997) menyatakan bahwa senyawa polifenol menghambat pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara, antara lain dengan menghambat pembelahan dan pemanjangan sel, menghambat kerja hormon, mengubah pola kerja enzim, menghambat proses respirasi, menurunkan kemampuan fotosintesis, mengurangi pembukaan stomata, menghambat penyerapan air dan hara serta menurunkan permeabilitas membran. Polifenol merupakan senyawa kimia yang banyak dimanfaatkan sebagai insektisida, herbisida dan fungisida. Fenol sangat tinggi toksisitasnya, bersifat non selektif dan bekerja secara efektif sebagai herbisida organik dan sebagian besar bersifat kontak (Oudejans, 1991)
Bobot Kering Gulma
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
8 Cyperus kyllingia tidak terjadi penekanan pertumbuhan setelah diaplikasikan cairan fermentasi pulp kakao.
Tabel 1. Pengaruh aplikasi pulp dan jenis gulma terhadap bobot kering delapan gulma indikator
Perlakuan jenis gulma Bobot kering gulma total (g/0,25m2) Persen
Penekanan (%)
Rata-rata Diaplikasi Tidak
diaplikasi
Axonopus compressus 163,04 a 128,70 197,39 35
Paspalum conjugatum 103,40 bc 108,50 98,30 -10
Setaria plicata 107,04 b 82,01 132,08 38
Borreria latifolia 7,77 e 7,29 8,26 12
Asystasia gangetica 80,38 bcd 78,08 82,70 5
Richardia brasiliensis 63,45 cd 43,22 83,67 48
Cyperus rotundus 9,59 e 8,16 11,02 26
Cyperus kyllingia 40,33 de 58,75 21,91 -17
BNT 0,05 43,41
Perlakuan aplikasi pulp kakao
Diaplikasi 64,30 a
Tidak diaplikasi 79,40 a
BNT 0,05 21,70
Keterangan: Nilai tengah pada kolom yang sama, yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda menurut Uji Beda Nyata terkecil (BNT) pada taraf 0,05
Axonopus compressus memiliki bobot kering terbesar dibanding dengan gulma yang lain,
JURNAL AGROTEK Vol. , No. , Tahun 2012
9 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni jenis gulma Setaria plicata, Paspalum
conjugatum,Axonopus compressus, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Asystasia
gangetica , Borreria latifolia, dan Richardia brasiliensis yang digunakan dalam
penelitian, namun tidak dapat menekan maupun mengendalikan gulma.
2. Akibat aplikasi cairan fermentasi pulp kakao golongan gulma rumput mengalami keracunan paling tinggi mencapai 85% pada 4 HSA, dibandingkan dengan golongan gulma yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Devi, S.R., Pellisier and Prasad. 1997. Allelochemical. In: M.N.V.Prasad (Eds).1997. Plant Ecophysiology. John Willey and Sons, Inc. Toronto, Canada. 253-303.
Effendi M.S. 2002. Kinetika fermentasi asam asetat (vinegar) oleh bakteri Acetobacter aceti B127 dari etanol hasil fermentasi limbah cair pulp kakao. J Teknol Ind Pert 13:125-135. Fadhly, dan Tabri. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Pusat dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Vol 12: 243
Nasution, M. Z.W. Tjiptadi, B.S. Laksmi. 1985. Pengolahan Cokelat. Bogor: Agroindustri Press. 155 hlm.
Oudejans, JH. 1991. Agro Pesticides: Properties and Function in Integrated Crop Protection. United Nations Bangkok. 329p.
Opeke LK. 1984. Optimising economic returns (profit) from cocoa cultivation trough economic efficient use of cocoa by product. Dalam Sulistyowati, Atmawinata O, Muloto S, Yusianto. 1998. Pemenfaatan limbah bubur pulp kakao untuk pembuatan nata kakao. Pelita Perkebunan 14: 63 – 75
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Lukman dan Sunaryono. ITB, Bandung. 338hlm.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan pengelolaanya. Graha Ilmu Yogyakarta. 166 hlm. Sunarto, H. 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Penerbit
Judul Skripsi : RESPONS DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN CAIRAN
FERMENTASI PULP KAKAO Nama Mahasiswa : Aris Faisal Pratama
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013091
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua
Ir. Herry Susanto, M.P. Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S. NIP 196301151987031001 NIP196204221986031001
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Herry Susanto, M.P. ………..
Sekretaris : Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc. ………..
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro, Provinsi Lampung pada tanggal 13 Mei 1991 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Safaruddin, S.Ag dan Ismariah, A.Md. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Purwodadi, Kabupaten Lampung Tengah, pada tahun 1996 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Metro pada tahun 2002 dan pendidikan SMA di SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2005.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa reguler pada Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis pernah tercatat sebagai Keluarga Muda UKMF Fosi Fakultas Pertanian2008/2009, anggota Bidang Danus UKMF Fosi Fakultas Pertanian 2009/2010, kepala sie
perlengkapan PANSUS PEMIRA UNILA 2009/2010, sekertaris umum UKMF Fosi Fakultas Pertanian tahun 2010/2011, asisten praktikum Mata Kuliah Teknologi benih. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Ratna Chaton, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, dan menjadi Koordinator Kecamatan. Pada Tahun 2012 Penulis
iii SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Selama Penulisan skripsi ini, penulis banyak
menerima bimbingan, petunjuk, saran dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P., selaku Ketua Tim Penguji dan pembimbing pertama yang telah memberikan saran, pengarahan, semangat, motivasi, kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Dad R. J. Sembodo, M.S., selaku Sekretaris Tim Penguji dan pembimbing kedua yang telah memberikan saran, pengarahan bimbingan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku Penguji Bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, bantuan, dan arahan untuk perbaikan skripsi.
iv 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas lampung.
7. Keluargaku Tersayang : Ibuku terkasih Ismariah, Ayahku Safaruddin dan adikku tercinta Restu Sari Pilar serta Ririn Nindia Astuti atas curahan doa, kasih sayang, yang senantiasa memberikan semangat tiada hentinya.
8. Mas Heri yang telah membantu penulis selama penelitian di lapangan. 9. Sahabat LSW: Andika, Asep, Budi, Apri, Sujarman, Iwan, Yogi
dan Toni, serta teman-teman Agroteknologi angkatan 2008 yang tidak dapat disebut satu-persatu, terimaksih atas kebersamaan dan persahabatan yang telah terjalin hingga saat ini.
10.Teman- teman seperjuangan di FOSI FP atas ilmu dan ukhuwahnya. 11.Agus R Ramadhan atas ide kreatifnya.
12.Kakak-kakak tingkat angkatan 2007, 2006, 2005, 2004 yang tidak dapat disebut satu persatu terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Bandar Lampung, Desember 2012