• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ATTRIBUTING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ATTRIBUTING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUANATTRIBUTINGPADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

Oleh Abil Malik

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuan attributing siswa pada materi hidrolisis garam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA 1 sampai dengan XI MIA 5 SMA Negeri 3 Bandar Lampung semester genap Tahun 2014-2015 yang berjumlah 153 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakanpurposive samplingyaitu kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA 5 sebagai kelas eksperimen. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalence Control Group Design. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik kemampuan attributing siswa menunjukkan perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain kemampuan attributing siswa untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,41 dan 0,56. Berdasarkan pengujian hipotesis (uji-t), disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan kemampuanattributing.

(2)

Oleh ABIL MALIK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUANATTRIBUTINGPADA MATERI

HIDROLISIS GARAM

(Skripsi)

Oleh ABIL MALIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Gambar Halaman 1. Skema komponen sistem pada pembelajaran yang efektif ... 10 2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik ... 13 3. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang terintegrasi... 20 4. Diagram taksonomi Bloom versi lama dan versi baru... 24 5. Alur pelaksanaan penelitian... 43 6. Rata-rata nilai pretes dan nilai postes kemampuanattributingsiswa

di kelas kontrol dan kelas eksperimen... 51 7. Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas kontrol

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Efektivitas Pembelajaran ... 9

B. Pendekatan Saintifik ... 12

C. Taksonomi Bloom ... 20

D. Analisis Konsep ... 27

E. Kerangka Pemikiran ... 35

F. Anggapan Dasar ... 37

G. Hipotesis Penelitian... 37

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

(6)

xiii

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

G. Hipotesis Kerja ... 43

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

A. Hasil Penilitian dan Analisis Data... 51

B. Pembahasan... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Simpulan... 67

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

LAMPIRAN... 72

1. Analisis SKL, KI, dan KD... 73

2. Silabus... 78

3. RPP... 93

4. LKS-1... 110

5. LKS-2... 117

6. LKS-3... 125

7. Kisi-kisi Soal Tes Formatif Pretes... 139

(7)

xiv

9. Soal Pretes... 142

10. Kisi-kisi Soal Tes Formatif Postes... 143

11. Rubrikasi Postes... 144

12. Soal Postes... 146

13. Perhitungan Nilai Pretes, Postes, dann-Gain... 147

14. Uji Normalitas Kelas Kontrol (Pretes)... 149

15. Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Pretes)... 151

16. Uji Homogenitas (Pretes)... 153

17. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata... 154

18. Uji Normalitas Kelas Kontrol (n-Gain)... 156

19. Uji Normalitas Kelas Eksperimen (n-Gain)... 158

20. Uji Homogenitas (n-Gain)...160

(8)

Tabel Halaman

1. Perbandingan taksonomi Bloom versi lama dengan baru ... 23

2. Desain Penelitian... 39

3. Nilaihitung, nilaitabel, kriteria uji dan keputusan uji... 52

4. Nilai Fhitung, nilai F½(1,2),kriteria uji dan keputusan uji... 53

5. Nilai thitung, nilai t(1-12α),kriteria uji dan keputusan uji... 54

6. Nilai L0, nilai Ldaftar, kriteria uji dan keputusan uji... 56

7. Nilai Fhitung, nilai F½(1,2),kriteria uji dan keputusan uji... 56

(9)
(10)
(11)

MOTO

Semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu pengetahuan, sepandai-pandai siasat. ~H.O.S Tjokroaminoto

Penolakan adalah bukti dari kesungguhan do’a. ~Abil Malik

Menggapai mimpi itu baik, tapi melampaui mimpi itu jauh lebih baik. ~Anies Baswedan

Terkadang, kekuatan yang paling kau butuhkan adalah kejujuran untuk mengakui engkau telah terlalu santai dengan kehidupanmu, dan engkau

harus mulai hidup serius sebagai orang baik. ~Mario Teguh

Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, dan setiap buku adalah ilmu pengetahuan

(12)

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, terucap syukur atas segala nikmat yang telah

diberikan Allah SWT, kupersembahkan tulisan ini teruntuk:

Ibunda dan Ayahanda yang dimuliakan Allah SWT

Yang selalu membimbing, mendidik dan mendukung penulis dengan

kelem-butan doa yang tiada terputus serta cinta sucinya karena Allah SWT.

Terimakasih atas jerih payah dan kerja keras kalian yang tidak mungkin

dapat terbalaskan.

Kakakku (Mona Jora, Ali Umar Husin, Ahmad Risani, dan Agus Solihin)

Yang selalu memberi semangat dan dukungan.

Adikku (Atika Husnul Khotimah, M.Iqbal Aldiaz, M.Ibnu Emirza)

Yang selalu menemani dalam suka dan duka.

Saudaraku (M.Nurohman Deni, Guntur Al Bukhori, Maya Masruni, Edi

Kurniawan)

Calon Ibu dari anak-anak ku di masa depan.

Yang masih Allah simpan

untuk ku, entah siapa dan dimana Engkau berada.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Mei 1993 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, buah hati Bapak Mahfud Bahludin dan Ibu Azizah.

Mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di SD Negeri Tegal Alur 06 Pagi, Jakarta Barat yang diselesaikan tahun 2005. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 249 Jakarta diselesaikan tahun 2008, SMA Negeri 56 Jakarta disele-saikan tahun 2011. Pada tahun yang sama, diterima sebagai mahasiswa Pendidi-kan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidiPendidi-kan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur UM.

(14)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul“Efektivitas Pendekatan Sainti-fik Dalam Meningkatkan KemampuanAttributingPada Materi Hidrolisis Garam” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia;

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi, meminjami segala fasilitas serta sudi menjadi tempat berbagi;

(15)

i 6. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya

memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi; 7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi

Pen-didikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;

8. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, M.Pd. selaku kepala sekolah atas izin yang diberi-kan untuk melaksanadiberi-kan penelitian; Ibu Enda, S.Pd. sebagai guru mitra, atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas; dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Negeri 3 Bandar Lampung;

9. Ayahanda dan Ibunda yang dimuliakan Allah SWT, atas restu dan doa yang selalu diberikan untuk kelancaran penelitian anakmu dan keberhasilan mengenyam studi ini;

10. Pradiska Nawang Anggara, Deanita Nastiti, Dynda Meutia Tiffani dan teman-teman Pendidikan Kimia 2011 lainnya, atas motivasi, saran, senyum dan ceria kalian sebagai penenang hati;

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rah-mat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat ber-manfaat bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini ba-nyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam me-nyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrial-isasi dan globalindustrial-isasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan IPA (sains) mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuh-kan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahmenumbuh-kan masa-lah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaftif terhadap perubahan dan per-kembangan zaman (Mudzakir, 2005).

Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ki-mia sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati, 2011).

(18)

logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata, (2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau pena-laran yang menyimpang dari alur berpikir logis, (3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, mema-hami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran, (4) Men-dorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat per-bedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran, (5) Men-dorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengem-bangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembela-jaran, (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertang-gungjawabkan, (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Tim Penyusun, 2013).

(19)

3

meningkatkan prestasi belajar dan sikap ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 4 Ma-gelang. Selain itu, hasil penelitian Mexico dan Padmaningrum (2013) terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Minggir Sleman tahun pelajaran 2012-2013 menun-jukkan bahwa pendekatan pembelajaran ilmiah inkuiri juga efektif dalam mening-katkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa.

Berpikir kritis dapat dikatakan sebagai bentuk kegiatan mental atau pikiran manu-sia yang aktif. Menurut Wijaya (2007), berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau menyeleksi ide, menca-kup mengkategorisasikan, membandingkan, melawankan, menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan.

Salah satu aspek keterampilan berpikir analitis yaitu menghubungkan (attributing) (Anderson & Krathwohl, 2001). Menghubungkan adalah kemampuan seseorang untuk menentukan sudut pandang suatu objek yang disajikan. Aspek menghu-bungkan tersebut sekilas hampir sama dengan aspek mengorganisasikan karena pada aspek mengorganisasikan terdapat istilah lain yang juga dapat digunakan untuk merumuskan indikator aspek mengorganisasikan, yaitu kata menggabung-kan. Namun, pada aspek menghubungkan yang dimaksudkan di sini lebih mene-kankan pada menghubungkan yang sifatnya sebagai hubungan sebab-akibat (Sudibyo, 2013: 2).

(20)

dekonstruksi, di mana siswa menentukan sudut pandang seorang pengarang atau maksud pengarang dari sebuah bahan yang disajikan (Muslich, 2011: 44).

Apabila siswa terbiasa dengan berpikir analitis maka siswa akan memiliki ke-mampuan untuk memerinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagi-an-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor lainnya (Kunandar, 2013: 163). Inilah yang dijadikan dasar kemampuanattributingsiswa perlu ditingkat-kan. Sikap berpikir analitis khususnya kemampuan menghubungkan (attributing) akan dilatihkan pada kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik yaitu pada fase mengasosiasi atau menganalisis. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengala-man-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informa-si untuk menemukan keterkaitan satu informainforma-si dengan informainforma-si lainnya, mene-mukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesim-pulan dari pola yang ditemukan. Itulah kemampuanattributingsiswa dalam tahap menalar.

(21)

5

ini siswa masih kurang memahami maksud dari permasalahan yang diberikan se-bagai dasar untuk memahami suatu materi, dikarenakan siswa kurang dilatih menggunakan sudut pandang nya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuanattributingsiswa masih rendah dalam pem-belajaran di kelas. Sangat jarang ditemukan siswa secara proaktif menentukan sudut pandang nya atau nilai dari suatu materi yang diberikan dalam pembela-jaran. Ini dapat dijadikan indikator bahwa kemampuanattributingsiswa masih rendah.

Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran kimia harus lebih diarahkan pada prinsip pembelajaran yang terdapat dalam Permendikbud 2013, diantaranya dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan il-miah; dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; dan pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi ketela-danan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun kar-so), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tutwuri handayani).

(22)

materi hidrolisis garam, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena garam-ga-ram yang dapat mengalami hidrolisis parsial dan total dan diajak untuk merancang serta melakukan percobaan. Dengan demikian siswa akan terpacu untuk berpikir kritis dan mendapat pengalaman langsung dalam mempelajari materi ini.

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis yakni kemampuanattributingsiswa khususnya pada materi pokok hidrolisis gar-am perlu menggunakan pendekatan saintifik, maka peneliti ingin melakukan pene-litian yang berjudul:“Efektivitas Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan KemampuanAttributingPada Materi Hidrolisis Garam”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan attribu-tingsiswa pada materi hidrolisis garam?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatan sainti-fik dalam meningkatkan kemampuanattributingpada materi hidrolisis garam.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Siswa

(23)

7

analitis siswa khususnya kemampuanattributingpada materi hidrolisis garam. 2. Guru

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan pendekatan saintifik sebagai pembe-lajaran alternatif baik pada materi hidrolisis garam maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang sama.

3. Sekolah

Dengan menerapkan pendekatan saintifik di sekolah dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Materi pokok dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam yang merupakan ma-teri pembelajaran kimia kelas XI MIA semester II yang meliputi pengertian se-nyawa garam, sifat sese-nyawa garam, garam yang tidak menghidrolisis, garam menghidrolisis sebagian dan total, serta perumusan dan perhitungan pH senya-wa hidrolisis garam.

2. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 dengan membagi proses pembelajaran menjadi beberapa tahapan, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

(24)
(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah: “kemampuan berdaya guna dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga menghasilkan hasil guna (efi-sien) yangmaksimal”.

Memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pan-dang dan kepentingan masing-masing dalam kamus bahasa indonesia Mulyasa (dalam Mirawati: 2010: 6) dikemukakan bahwa; “efektif berartiefeknya (akibat-nya, pengaruhnya dan kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”, jadi efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan tugas, dengan sasaran yang dituju.

Sedangkan menurutAnwar efek adalah “akibat pengaruh kesan yang timbul pada pikiran, penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu); Sedangkan efektif (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil (tentang usaha dan tindakan)”.

(26)

mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu orga-nisasi.

Efektivitas dalam pembelajaran dapat dilihat dari kesesuaiannya masing-masing komponen sistem yang terdiri dari input, proses, dan output terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Pembelajaran dikatakan efektif apabila antara komponen input,proses, dan output saling mendukung dan menunjang ke arah pencapaian tujuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini:

Gambar 1. Skema komponen sistem pada pembelajaran yang efektif

Komponen input dapat diketahui dengan melihat dan mengungkapkan kesiapan guru, siswa dan sarana belajar dalam pembelajaran. Selanjutnya komponen pro-ses dapat diketahui dengan melihat dan mengungkapkan propro-ses belajar mengajar berlangsung serta hambatan-hambatan yang dialami dan solusinya. Sedangkan komponen output dapat diketahui dengan melihat dan mengungkapkan hasil yang dicapai dari pembelajaran tersebut (Rahmawati, 2009).

2. Belajar yang efektif

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang

diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, untuk meningkatkan cara belajar

yang efektif harus memperhatikan beberapa hal yakni:

(27)

11

1. Kondisi internal

Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri siswa itu sendiri

misal kesehatannya, keamanannya, ketentramannya. Menurut Maslow sebagaimana

yang dikutip Roestiyah (1982: 167-168) ada 5 jenjang kebutuhan primer manusia

yang harus dipenuhi yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis (kebutuhan jasmani manusia).

b. Untuk dapat belajar yang efektif, siswa harus sehat jangan sampai sakit yang dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsen-trasi belajar.

c. Kebutuhan akan keamanan.

Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan tidak seimbang mental dan ke-goncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat menganggu kelancaran belajar se-seorang. Oleh karena itu agar cara belajar siswa dapat ditingkatkan ke arah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelaja-ran yang ingin dipelajari.

d. Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta

Keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Oleh karena itu belajar bersama dengan kawan-kawan lain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berfikir siswa.

e. Kebutuhan akan status. Misalnya keinginan akan keberhasilan (optimis). f. Kebutuhanself-actualisation

Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhanself,image

seseorang.

2. Kondisi eksternal

Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi

manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik

yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik

atau teratur misalnya:

a. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang dapat menganggu konsentrasi pikiran.

b. Ruang cukup terang, tidak gelap yang tidak mengganggu mata.

c. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

3. Strategi belajar

(28)

tepat. Strategi belajar dapat diperlukan untuk dapat mengatur waktu yang

seefisien-efisiennya dan mencapai hasil yang semaksimal-maksimalnya. Di bawah ini

diberi-kan beberapa pedoman pelaksanaan cara belajar yang efektif untuk dapat dipelajari

agar dapat membantu siswa dalam belajar.

a. Cara mengatur waktu belajar b. Cara mempelajari bahan pelajaran c. Cara mempelajari buku bacaan

B. Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran merupakan cara mengelola kegiatan belajar dan perila-ku siswa untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membantu da-lam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengaada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi da-lam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan). Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkons-truksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk me-lakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau keja-dian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan un-tuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak unun-tuk beropini dalam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).

(29)

13

(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associ-ating), dan mengkomunikasikan (networking).

Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Langkah-langkah pembelajaran mengunakan pendekatan saintifik(scientific app-roach)disajikan berikut ini:

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermak-naan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keung-gulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan tertantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubu-ngan antara objek yang dianalisis dehubu-ngan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyi-mak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pe-ngamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Observing

(mengamati)

Questioning

(menanya)

Experiment-ing

(mencoba)

Associating

(menalar)

Communicating

(30)

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:

a. Menentukan objek yang akan diobservasi.

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobser-vasi.

c. Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengum-pulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti meng-gunakan buku catatan, kamera,tape recorder, video perekam, dan alat-alat tu-lis lainnya.

Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku atau ri-jid oleh guru. Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau meng-ingat dalam memori secara spontan atas subjek, objek, atau situasi yang diobser-vasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran disajikan berikut:

a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

(31)

15

c. Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan seje-nisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

2. Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada ke-giatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan per-tanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang kon-kret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa dilatih me-ngajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa mampu mengaju-kan pertanyaan secara mandiri.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang se-makin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya sese-makin dapat dikembang-kan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, da-ri sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Menanya memiliki banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah sebagai berikut:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

(32)

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembela-jaran yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berem-pati satu sama lain.

3. Mencoba (Experimenting)

Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan terse-but terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu menalar.

(33)

17

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Akti-vitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; d. Melakukan dan mengamati percobaan; e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; f. Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan g. Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan sainti-fik yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk mem-peroleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran yang dimaksud merupakan pe-nalaran ilmiah, meski pepe-nalaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

(34)

dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah ter-simpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dalam ke-giatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan infor-masi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

5. Mengkomunikasikan (Networking)

Mengkomunikasikan atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat per-sonal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempat-kan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan se-bagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas siswa terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.

(35)

19

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintifik harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimen-si pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Berikut beberapa kriteria dalam pendekatan saintifik:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, le-genda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang me-nyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasi-kan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon ma-teri pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

(36)

Gambar 3. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa“tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa“tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkat-an dpeningkat-an keseimbpeningkat-angpeningkat-an peningkat-antara kemampupeningkat-an untuk menjadi mpeningkat-anusia ypeningkat-ang baik(soft skills)dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur adalah ke-mampuan berpikir kritis.

C. Taksonomi Bloom

Keterampilan berpikir kritis tergantung pada perilaku berkarakter yang dimiliki siswa. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dari

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu Apa) Sikap

(Tahu Mengapa)

Produktif Inovatif

(37)

21

hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan seba-gai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Puskur, 2010: 3).

Menurut Sutarmo (2012: 94) “Kemampuan berpikir kritis, otak dipaksa berpikir serius untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu yang berpikir atau me-mikirkantindakan yang akan dilakukan nanti”. Karena setiap orang memiliki ma-salah yang bukan untuk dihindari melainkan untuk dipecahkan, maka seharusnya setiap orang juga memiliki kemampuan berpikir kritis sehingga mereka dapat me-mikirkan apa langkah yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah serius yang mereka hadapi.

(38)

Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar siswa mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan di sekitarnya. Menurut Cabera (Fachrurazi, 2011) penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan masa mendatang di lingkungannya. Untuk itu dalam proses belajar mengajar guru tidak boleh meng-abaikan proses latihan kemampuan berpikir kritis siswa.

Taksonomi yang baru melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi pengeta-huan dengan dimensi proses kognitif. Kalau pada taksonomi yang lama dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah (pengetahuan), pada takso-nomi yang baru pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi proses kognitif. Pemisahan ini dilakukan sebab dimensi pengetahuan berbeda dari dimensi proses kognitif. Pengetahuan merupakan kata benda sedangkan proses kognitif merupa-kan kata kerja. Pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif merupamerupa-kan dua macam pengetahuan yang dalam taksonomi lama kurang mendapat perhatian (Widodo, 2005).

(39)

23

Jumlah dan jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang lama, hanya kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini dinamai membuat (create). Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang se-derhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melaku-kan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratmelaku-kan penguasaan proses kognitif yang lebih rendah.

Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dan yang Baru

Dahulu kita mengenal klasifikasi secara hirarkis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6. Klasifikasi hirarkis itu masih digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali baru dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkis yang dulu digunakan dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut, yaitu dimensi proses kognitif. Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan dalam tabel berikut ini.

(40)

Gambar 4. Diagram taksonomi Bloom versi lama dan versi baru

Penjelasan mengenai dimensi kognitif pada taksonomi Bloom yang revisi adalah sebagai berikut:

1. Mengingat (Remember)

(41)

25

dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

di-miliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah didi-miliki,

atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada

dalam pemikiran siswa. Karena penyusun skema adalah konsep, maka

pengeta-huan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup

tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (

exempli-fying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik

infe-rensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

me-ngerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan

pe-ngetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai

untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses

kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan

bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya.

Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:

membeda-kan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menghubungkan (

(42)

5. Mengevaluasi (Evaluate)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada

dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (

check-ing) dan mengkritik (critiquing).

6. Membuat (Create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga

ma-cam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (

genera-ting), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing) (Widodo, 2005).

Attributingadalah kemampuan siswa untuk menentukan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuh-kan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasa-lahan yang diajukan.

(43)

27

D. Analisis Konsep

Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat me-ngungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan de-ngan konsep-konsep lain yang berhubude-ngan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru da-lam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.

(44)
(45)

10

ANALISIS KONSEP

KI 3 : Memahami menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KD 3.12 : Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

Contoh Kritis variabel Super

Ordinat

Ordinat Sub

Ordinat 1 Garam garam adalah

(46)
(47)

12

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

(48)
(49)

14

No Nama/ Label

Definisi Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non

(50)
(51)

35

E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik seperti yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka merupakan pembelajaran dengan langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah tersebut meliputi menga-mati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (ass-ociating) dan mengkomunikasikan (networking). Pembelajaran kimia materi po-kok hidrolisis garam kelas XI MIA semester 2 dengan kompetensi dasar dari di-mensi pengetahuan yaitu menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis, sedangkan kompetensi dasar dari dimensi keterampilannya yaitu merancang, me-lakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis. Untuk menguasai kedua kompetensi dasar tersebut sangat tepat menggunakan pendekatan saintifik.

Langkah awal pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yaitu mengamati (observing). Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas kesempatan bagi siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Pada langkah ini, siswa diminta untuk mengamati data hasil percobaan tentang tiga senyawa garam yang bersifat netral, asam dan basa yang diukur dengan indikator universal. Berdasarkan pengamatan tersebut, siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka pahami, sehingga dalam diri siswa muncul berbagai pertanyaan.

(52)

Langkah selanjutnya adalah mencoba (experimenting). Pada langkah ini siswa mengekplorasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang kurang mereka pahami dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk melakukan kegiatan merancang percobaan mengidentifikasi sifat senyawa garam.

Langkah berikutnya adalah menalar (associating). Pada langkah ini, siswa dilatih untuk mengemukakan banyak sudut pandangnya selama menganalisis informasi/ data maupun dalam menarik kesimpulan. Di sini lah kemampuanattributing sis-wa akan terlihat.

Langkah terakhir adalah mengkomunikasikan (networking). Pada langkah ini, siswa mengkomunikasikan atau mempresentasikan hasil pengamatan dan kesim-pulannya di depan kelas serta ditanggapi oleh kelompok lain. Guru menilai pro-ses presentasi tersebut.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembel-ajaran menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam dapat me-ningkatkan kemampuanattributing.

(53)

37

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian ini adalah:

a. Perbedaann-Gainkemampuanattributingsiswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

b. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(54)

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 153 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam lima kelas yang sama, yaitu kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan

kuri-kulum 2013 dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel

(55)

39

karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadi-kan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peneliti menda-patkan kelas XI MIA 4 sebagai kelas kontrol dan XI MIA 5 sebagai kelas eksperi-men sebagai sampel penelitian.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun-der. Data primer berupa nilai tes kemampuanattributingsebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan nilai tes kemampuanattributingsetelah penerapan pembelajaran (postes). Sedangkan data sekunder berupa data afektif, data psiko-motor dan data kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

(56)

Keterangan:

O1: Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes

X: Perlakuan berupa penerapan pembelajaran pendekatan saintifik O2: Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai va-riabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran konvensional. Sebagai va-riabel terikat adalah kemampuanattributingpada materi pokok hidrolisis garam kelas XI MIA SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam sejumlah 3 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuanattributing,lembar observasi penilaian afektif, lembar observasi penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa.

(57)

41

tepat. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instru-men. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dila-kukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgment diperlu-kan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakudiperlu-kan- melakukan-nya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Prapenelitian

Tujuan prapenelitian, yaitu:

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

(58)

dan postes, soal pretes dan postes,rubrikasi pretes dan postes, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi penilaian afektif, lembar observasi penilaian psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah 1. Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi hidrolisis garam sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran pendekatan saintifik diterapkan di kelas eksperimen (de-ngan menggunakan instrumen penelitian yang dibuat pada tahap persiapan) dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol; 3. Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; 4. Melakukan analisis data; 5. Melakukan pembahasan; dan 6. Menarik sim-pulan.

(59)

43

Gambar 5. Alur pelaksanaan penelitian

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuanattributing pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran mengguna-kan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan attri-butingpada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan Prapenelitian

1. Observasi Sekolah

2. Menentukan Populasi dan Sampel

a. Tahap Persiapan

1. Membuat Instrumen Penelitian 2. Validasi Instrumen

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Kelas Eksperimen Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Pretes

Postes

Pembahasan

(60)

untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hi-potesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Salah satu data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor tes kemam-puanattributingsebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan skor tes kemampu-anattributingsetelah penerapan pembelajaran (postes). Skor pretes dan postes ini selanjutnya diubah menjadi nilai. Nilai pretes dan postes pada penilaian ke-mampuanattributingsecara operasional dirumuskan sebagai berikut:

100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitungn-Gain, yang selan-jutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungann-Gain

Untuk mengetahui kemampuanattributingpada materi pokok hidrolisis garam antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi.

Menurut Meltzer (2002) besarnya perolehan dihitung dengan rumusnormalized gain, yaitu:

Datagainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

(61)

45

kesamaan dua rata dan uji perbedaan dua rata. Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan pada nilai pretes kemampuanattributingpada kelas kontrol dan ke-las eksperimen. Sedangkan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan padan-Gain ke-mampuanattributingpada materi pokok hidrolisis garam pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sebelum dilakukan uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata, ada uji prasyarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas: H0= sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1= sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

...(3)

Keterangan:

= uji chi-kuadrat fo= frekuensi observasi

fe= frekuensi harapan

(62)

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentu-kan statistik-t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sa-ma atau tidak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0: σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1: σ12 σ22 (kedua kelas penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005):

kecil Varian ter

terbesar Varians

F ...

...(5)

Keterangan:

F = Kesamaan dua varians S = Simpangan baku x=n-Gainsiswa

= rata-ratan-Gain n = jumlah siswa

Kriteria uji: tolak H0jika atau dengan

didapat dari distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan dan

. α = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0diterima.

(63)

47

c. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya kedua kelas penelitian memiliki kemampuanattributingyang berbeda secara signi-fikan atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipote-sis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x= µ2x: Rata-rata nilai pretes kemampuanattributingsiswa pada kelas

eks-perimen sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuanattributing

siswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

H1: µ1x≠µ2x: Rata-rata nilai pretes kemampuanattributingsiswa pada kelas

eks-perimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan

attributingsiswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam. Keterangan:

µ1: Rata-rata nilai pretes (x) kelas eksperimen pada materi hidrolisis garam.

µ2: Rata-rata nilai pretes (x) kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

x: Kemampuanattributing.

Bila data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pe-ngujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes kemampuanattributingsiswa pada kelas

(64)

eksperimen pada materi hidrolisis garam.

= Rata-rata nilai pretes kemampuanattributingsiswa pada kelas kontrol pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen. = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen. = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji: terima H0jika -t(1- α)< t < t(1- α)dengan derajat

kebe-basan d(k) = n1+ n2– 2 pada taraf signifikan α = 5% dan peluang (1- α ).

Untuk harga t lainnya H0ditolak.

Namun jika kedua sampel tidak berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian kesamaan dua rata-rata tidak menggunakan uji statistik parame-trik yaitu uji-t, melainkan menggunakan uji statistik non parameparame-trik yaitu uji Mann-Whitney U. Hipotesis uji statistik non parametrik sama dengan hipotesis uji statistik parametrik. Rumus perhitungannya:

Z = ...(7)

Dengan µR1= dan σR =

Kriteria pengujian adalah: tolak H0jika Z > Zα. (Siddiq, 2012)

d. Uji perbedaan dua rata-rata

(65)

49

hidrolisis garam yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, yaitu uji-t. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan dua rata-rata adalah seba-gai berikut:

H0: µ1x> µ2x: Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas yang

di-terapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-ratan-Gain kemampuanattributingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

H1: µ1x< µ2x: Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas yang

di-terapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik lebih rendah daripada rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi hi-drolisis garam.

Keterangan:

µ1: Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam.

µ2: Rata-ratan-Gain(x) pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

pada materi hidrolisis garam. x: Kemampuanattributing.

(66)

statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) yang diru-muskan sebagai berikut:

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas yang diterap-kan pembelajaran menggunaditerap-kan pendekatan saintifik pada materi hidro-lisis garam.

= Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa pada kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional pada materi hidrolisis garam.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pen-dekatan saintifik.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji: terima H0jika thitung> t (1-α) dengan derajat kebebasan

d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan α = 5% peluang (1-α ).

(67)

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Pendekatan saintifik pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan kemampuanattributingsiswa.

2. Rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa dengan pembelajaran meng-gunakan pendekatan saintifik berbeda secara signifikan dibandingkan rata-ratan-Gainkemampuanattributingsiswa dengan pembelajaran konvensio-nal.

3. Kemampuanattributingsiswa dilatihkan pada tahap menalar dalam pembela-jaran dengan pendekatan saintifik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik seharusnya diterapkan da-lam pembelajaran kimia, terutama pada materi hidrolisis garam karena ter-bukti efektif dalam meningkatkan kemampuanattributingsiswa.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Lorin W, dan David R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Lonman Inc.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi (Tidak dipublikasi-kan). PPs Program Studi Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2006. Standar Kompetensi. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia II di Bandung.

Creswell, J. W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches Second Edition. New Delhi: Sage Publications.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematika Siswa SD. Tesis (Tidak diterbitkan). Bandung: SPs-UPI Bandung.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi (Tidak diterbitkan). Bandung : SPs-UPI Bandung.

Ikaningrum, M. N. N. dan Gultom, T. 2013. Efektivitas Pendekatan Scientific Inquiry Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas X. Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia UNY, 2(2): 67-144.

(69)

69

Kebudayaan. Konseptual di SMA. Laporan Penelitian. IKIP Negeri Singaraja.

Khowiyah. 2012. Kemampuan berpikir kritis. Jurnal. Jakarta : UHAMKA. Vol.3 No.5

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Meltzer. David E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and conceptual learning gain in Physics: A Possible hidden variable in

diagnostic pretest scores. American Jurnal Physics.

Mexico dan Padmaningrum, R. T. 2013. Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scientific Inquiry Terhadap Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik. Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia UNY, 3(2): 29-34.

Muslich Masnur. 2011. Authectic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.

Mirawati, Eka Irna. 2010. “Peningkatan Pemahaman Konsep Berhitung Pecahan

Siswa dengan Model Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil”. Skripsi. Sarjana-S1 FKIP. Surakarta: UMS.

Mudzakir, A. 2005. Chemie im Context (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Bandung: UPI-Bandung.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Pusbangprodik. Partin, Ronald. 2009. Kiat-kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas. Jakarta: PT.

Macanan Jaya Cemerlang.

(70)

Rahmawati, Ana. 2009. Efektivitas penggunaan metode pembelajran Qira’ah Kelas VIII MTSN Tempel Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Redhana, I W. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Peta Argumen terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol.43 No.2: 141–148.

Redhana, I W., Sudiatmika, A. A. I. A. R., & Artawan, I K. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratik untuk Meningkat-kan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran. Vol.42 No.3: 151-159.

Roestiyah. 1982. Masalah – masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Sadia, W, Suastra, I.W, Tika, K. 2013. Pengembangan Model Belajar Perubahan Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta : Kemdikbud.

Setiadji, V. Sutarmo. 2012. Otak dan Beberapa Fungsinya. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Siddiq, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Sol-ving dalam Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sitohang, Kasdin dkk. 2012. Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.

Suastra, I W., Tika, I K., & Kariasa, N. 2007. Pengembangan model

Pembelajaran IPA Bagi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Singaraja: Undiksha.

Sudibyo, E., Susantini, E., & Widodo, W. 2013. Keterampilan Berpikir Analitis Mahasiswa Pendidikan Sains Unesa Dalam Konten Kinematika Linier Pada Mata Kuliah Gerak Dan Perubahan. Dalam Seminar Nasional V Pendidikan Sains. Surabaya: FMIPA UNESA.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

(71)

71

Syamsuri, M. M. F. 2011. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui representasi makroskopis dan mikroskopis. Skripsi. Bandarlampung: FKIP Unila.

Syaodih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penyusun. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific.

Tim Penyusun. 2013. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung: Penerbit Universitas Lampung.

Tim Penyusun. 2013. Konsep Pendekatan Ilmiah. Jakarta: Kemendikbud. Tim Penyusun. 2013. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Jakarta: Kemendikbud. Tim Penyusun. 2013. Rasional Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Tim Penyusun. 2013. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD). Jakarta: Kemendikbud.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Wade, C. dan Tavris,C. 2007. Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Warpala, S. I W. 2006. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Strategi Belajar Kooperatif yang Berbeda terhadap Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA SD. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Malang: PPs Program Studi Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik. Bandung : UPI.

Gambar

Gambar 1. Skema komponen sistem pada pembelajaran yang efektif
Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Gambar 3. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif,
Tabel 1. Perbandingan taksonomi Bloom versi lama dengan baru
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sumber daya manusia guru serta dapat menemukan

Beberapa dari sekian faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbngkan kualitas, harga dan produk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi pendapatan premi dan beban klaim yang diterapkan AJB Bumiputera 1912 Cabang Bitung pada dasarnya telah

Karena hanya ada satu CI test yang digunakan untuk memeriksa keterhubungan tersebut (arah sudah diketahui dari informasi node ordering), sehingga cut set yang tepat dapat

Ketika berbicara tentang masa transisi di Indonesia, hal awal yang terbersit dalam pikiran kita adalah masa di mana negara ini mengalami perubahan yang dulu dipercaya

Dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, dimana untuk menggambarkan tingkat konsumsi di daerah penelitian dibandingkan dengan tiga indikator(tingkat konsumsi

Perbedaan aktivitas makrofag dari mencit yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun katuk dapat dilihat dari kemampuan jumlah makrofag yang memfagosit lateks

Berdasarkan nilai-nilai efikasi insektisida dari setiap taraf dosis insektisida X yang dicobakan pada setiap kali pengamatan yang dilakukan dapat dikatakan