• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SOCIAL SKILLS IMPROVEMENT IN WORKING GROUP STUDY WITH OUTDOOR LEARNING STUDENT SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

By Mulat Sudrajat

This research is motivated lack of social skills of students, especially in group work in class IV SD Muhammadiyah Pringsewu Arofah in the academic year 2014/2015. Therefore, this study aims to improve social skills in group work and social studies with outdoor study. The research methodology approach Classroom Action Research (CAR), which consists of 3 cycles and each cycle has four stages, namely planning, action, observation, and reflection. Researchers collected data by observation using observation instruments sheet social skills of students. The results show that the study of outdoor learning can improve social skills in group work, the results of observations on the third cycle of social skills in group work students each indicator is visible on the first indicator to obtain the criteria very well with a total score of 109 or 90.83%, both indicators of good criteria to obtain a total score of 104 or 86.66%, the third indicator gain criterion very good total score of 96 or 80%, the fourth indicator is very good criteria to obtain a total score of 91 or 50.83%, a good indicator of the five criteria to obtain a total score of 82 or 63.33%, the sixth indicator get both criteria with a total score of 84 or 70%.

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU Oleh

Mulat Sudrajat

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya keterampilan sosial siswa terutama dalam kerja kelompok di kelas IV Arofah di SD Muhammadiyah Pringsewu tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok mata pelajaran IPS dengan outdoor study. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus mempunyai 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi menggunakan lembar instrumen observasi keterampilan sosial siswa. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran outdoor study dapat meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok, siklus III keterampilan sosial dalam kerja kelompok siswa setiap indikatornya terlihat pada indikator bergiliran atau berbagi memperoleh kriteria sangat baik dengan skor total 109 atau 90,83%, indikator memberikan kritik dan saran memperoleh kriteria baik dengan skor total 104 atau 86,66%, indikator mengontrol emosi memperoleh kriteria sangat baik skor total 96 atau 80%, indikator memperoleh kriteria sangat baik dengan skor total 91 atau 50,83%, indikator menyampaikan pendapat pemecahan masalah memperoleh kriteria baik dengan total skor 82 atau 63,33%, indikator menerima pendapat mencari solusi bersama mendapatkan kriteria baik dengan skor total 84 atau 70%.

(3)

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

Oleh

MULAT SUDRAJAT

THESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan

Pada

Program Studi Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

(Thesis)

Oleh

MULAT SUDRAJAT

MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas Dengan Outdoor

Study ... 42

3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas . ... 44

4.1 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus I ... 60

4.2 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 63

4.3 Siswa Berkumpul Menurut Kelompok ... 64

4.4 Siswa Berdidkusi Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 66

4.5 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus II ... 83

4.6 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 85

4.7 Siswa Tidak Menggunakan Seragam Sekolah ... 87

4.8 Siswa Berkumpul Menurut Kelompok ... 88

4.9 Siswa Berdiskusi Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 90

4.10 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus III .... 106

4.11 Guru Mengarahkan Siswa Berdiskusi ... 108

4.12 Diagram Kinerja Guru Setiap Siklus ... 120

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 150

2. Surat Keterangan Penelitian . ... 151

3. Silabus Pembelajaran ... 152

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 154

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 162

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 169

7. Data Kinerja Guru Siklus I ... 177

8. Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok I ... 179

9. Rubrik Penilaian ... 180

10.Data Kinerja Guru Siklus II ... 182

11.Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok II ... 184

12.Rubrik Penilaian ... 185

13.Data Kinerja Guru Siklus III ... 186

14.Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok III ... 188

15.Rubrik Penilaian ... 189

16.Dokumentasi Penelitian Siklus I ... 190

17.Dokumentasi Penelitian Siklus II ... 191

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman.

1.1. Hasil presurvei keterampilan sosial setiap indikator di kelas IV

Arofah SD Muhammadiyah Pringsewu . ... 3

2.1. Dimensi Keterampilan Sosial . ... 31

3.1. Alat Pengumpul Data ... 52

4.1. Jumlah Siswa dalam 3 Tahun Terakhir . ... 54

4.2. Rincian kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 56

4.3. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 69

4.4. Data Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok Siklus I ... 71

4.5. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 73

4.6. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus I ... 76

4.7. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus II ... 93

4.8. Data Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Siklus II ... 95

4.9. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 96

4.10. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus II ... 99

4.11. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus III ... 112

4.12. Data Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Siklus III ... 114

4.13. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 115

4.14. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus III ... 117

4.15. Rekapitulasi persentase IPKG tiap siklus ... 120

4.16. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok sebelum Siklus I ... 121

4.17. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus I . ... 122

4.18. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus II ... 125

4.19. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus III ... 128

(8)

x

Moto

Sesungguhnya allah tidak membuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan

tetapi manusia itulah yang membuat dzalim kepada diri mereka sendiri

(Q.S. Yunus: 44)

Kasih sayang adalah berkah yang bisa dilihat orang buta dan didengar orang

tuli

”.

(K. Sri Dammananda)

(9)
(10)
(11)

PERSEMBAHAN

Terimakasih berkat rahmat Alllah SWT

Kupersembahkan karya yang sederhana teruntuk :

Orang tua saya, Bapak Sarimin dan Ibu Darmiyati yyang selalu

memberikan dukungan kepada saya baik secara moril maupun materil.

Semoga allah swt selalu melindunginya. Amin.

Saudara kandung saya dan segenap keluarga besar yang selalu

memberikan motivasi.

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagelaran Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu pada tanggal 19 Oktober 1989

sebagai anak ke-4 dari pasangan bapak Sarimin dan ibu

Darmiyati yang diberi nama Mulat Sudrajat.

Pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita Pagelaran.

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran Kabupaten

Pringsewu diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dan selesai pada

tahun 2004. Melanjutkan di SMA Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung selesai tahun 2012. Juni

2013, penulis tercatat sabagai mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP

(14)

v

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat karunia,

rahmat dan hidayahnya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan.

Tesis yang berjudul“Peningkatan Keterampilan Sosial Dalam Kerja kelompok

Dengan Pembelajaran Outdoor Study Siswa SD Muhammadiyah Pringsewu” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program

Pascasarjana Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas karunia Allah SWT dan bantuan

dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rachman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan IPS dan selaku Pembimbing Iyang telah membantu

membimbingserta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Ibu Dr.Risma M. Sinaga, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku PengujiI yang telah meluangkan

(15)

vi

6. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku PengujiII yang telah meluangkan

waktu, arahan dan nasehat dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Unila,

terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak Amiruddin. S.Pd selaku kepala SD Muhammadiyah Pringsewu, dewan

guru, dan Staff Administrasi yang telah membantu selama penelitian dan

penyusunan tesis ini.

9. Rekan-rekan guru SD Muhammadiyah yang berkantor didapur antara lain

Bapak Muslihudin, Mas Lukman, Mbak Tri Handayani, Mas Iwan Fitrianto,

Suhar, Andika, Redi, dan pak Edi Junaedi yang senantiasa tak pernah ada

henti-hentinya memberikan nasehat dan saran.

10. Teman-teman Magister Pendidikan IPS angkatan 2013 Kharisma Idola Arga,

Royan Rosyadi, Rachmat Panca, Rahmat Diyanto, Agung, Ismail, Miftahul

Khasanah, Dian Ramahwati, Devi Yulianti, Ivana Arthanitza dan semua

angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka

kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya

untuk mencapai ridho Allah SWT.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari

sempurna. Akan tetapi, penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, 2015

Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUTAKA 2.1 Definisi Pembelajan ... 13

2.2 Pengertian Teori Humanisme Dalam Keterampilan Sosial ... 14

2.3 Pendidikan IPS SD ... 17

2.4 Pembelajaran Diluar Kelas (outdoor study) ... 19

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Diluar Kelas (Outdoor Study) ... 19

2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Study ... 21

2.4.3 Tujuan Pembelajaran Outdoor Sudy ... 22

2.4.4 Manfaat Pembelajaran Outdoor Study ... 24

2.5 Keterampilan Sosial ... 25

2.5.1 Arti Penting Keterampilan Sosial. ... 27

2.5.2 Ciri-ciri Keterampilan Sosial ... 29

2.5.3 Dimensi Keterampilan Sosial ... 30

2.5.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial . ... 32

2.6 Kerja Kelompok ... 34

2.6.1 Keuntungan Kerja Kelompok Kecil ... 35

2.6.2 Cara Mengaktifkan Kerja Kelompok Kecil ... 36

2.6.3 Cara Menstrukturisasikan Tugas-tugas Kelompok Kecil ... 36

2.7 Penelitian Relevan ... 38

2.8 Kerangka Berfikir . ... 41

(17)

viii

3.8 Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian ... 54

4.3.1 Analisis Pengelolaan Pembelajaran ... 119

4.3.2 Analisis Siklus I ... 120

4.3.3 Analisis Siklus II ... 124

4.3.4 Analisis Siklus III ... 127

4.3.5 Analisis Antara Siklus I dan Siklus II . ... 130

4.3.6 Analisis Antara Siklus II dan Siklus III . ... 131

4.3.7 Analisis Antara Siklus I, Siklus II dan Siklus III . ... 133

4.3.8 Temuan Penelitian . ... 138

4.3.9 Diskusi Analisis Hasil Penelitian . ... 142

BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 146

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan komponen pokok dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan

bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terkait di dalam Undang-Undang tersebut, dapat dinyatakan bahwa

pendidikan tidak hanya berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dalam

kemampuan akademik saja namun watak dan akhlak bangsa. Fungsi pendidikan

tersebut harus diterapkan oleh tiap warga Indonesia sebagai individu yang

berkaitan dengan pendidikan, dalam hal ini guru dan siswa merupakan komponen

yang memiliki tanggung jawab masing-masing dalam proses pendidikan.

Sisdiknas (2008: 13), Proses pendidikan dimulai dari yang dasar yaitu pendidikan

(19)

2

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang pertama

menjadi dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Kualitas mutu pendidikan di

SD harus menjadi hal yang paling utama yang perlu di perhatikan. Pembelajaran

IPS merupakan pembelajaran yang menekankan pada analisis terhadap fakta,

konsep dan generalisasi. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama

pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia

6-12 tahun, (Wardani dkk., 2009: 227). Oleh karena itu, penanaman konsep harus

tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan

Rogers dalam Asma, 2006: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan

melaksanakan kegiatan pendidikan kerena kegiatan pendidikan merupakan suatu

proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, (Johnson dan

Smith dalam Lie, 2010: 5). Dalam hubungannya dengan sekolah, hal ini sangat

terkait dengan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pembelajaran IPS menurut Aziz Wahab (2009: 19) merupakan upaya menerapkan

teori, konsep, prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala,

dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Pada pembelajaran

IPS, siswa harus memiliki keterampilan yang tinggin karena motivasi yang tinggi

dapat menunjang siswa untuk menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang

lebih bermakna.

Menurut Sarjiyo dkk., (2009: 36), melalui pemahaman fakta, konsep, dan

(20)

3

Menurut Gagne dalam Isjoni (2010: 50), dalam proses pembelajaran siswa berada

dalam posisi mental yang aktif dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya

pembelajaran. Djamarah (2006: 38), untuk menciptakan suasana yang

menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka

memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik, sedangkan belajar yang

baik adalah belajar yang sesuai kebutuhan siswa. Belajar dapat dilakukan di dalam

maupun di luar kelas, proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas

diharapkan lebih bermakna. Berdasarkan hasil pra survei pembelajaran IPS di SD

Muhammadiyah Pringsewu sebagai berikut: 3. Mengontrol emosi menerima keritik dan

saran 18 15 %

Kurang Baik 4. Menghargai atau menghormati pendapat

teman 18 15 %

Kurang Baik 5. Menyampaikan pendapat memecahkan

masalah 20 16,67 %

Kurang Baik 6. Menerima Pendapat mencari solusi

bersama terhadap pendapat yang berbeda 26 21,67 %

Kurang Baik Sumber : Hasil Pra Survei Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok.

Keterampilan sosial dalam kerja kelompok masih rendah disebabkan

kerjasama yang dilakukan berupa bergiliran atau berbagi siswa terhadap teman

satu kelompok dangan kelompok yang lain masih rendah, maksud berbagi atau

bergiliran yaitu bagaimana siswa tidak bekerja secara bergantian saling membagi

tugas dengan bergantian antara satu siswa dengan siswa yang lain sebab di dalam

(21)

4

memberikan kritik dan saran terhadap siswa atau kelompok lain. Kontrol emosi

pada siswa pada saat menerima kritik dan saran dari siswa lain terkadang masih

kurang karena kontrol emosi sangat penting agar pembelajaran tersebut dapat

berjalan dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan apapun.

Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang menghargai atau

menghormati teman dalam proses pembelajaran. Rendahnya partiipasi siswa pada

saat menyampaikan pendapat untuk memecahkan masalah di dalam kelompok.

Hal ini dikarenakan kecenderungan siswa diam, melamun, dan bermain. Siswa

terkadang kurang menerima pendapat mencari solusi bersama terhadap perbedaan

pendapat karena siswa hanya mengandalkan pemikiran bahwa yang penting

pekerjaaan selesai meskipun di dalam kelompok terdapat perbedaan antar siswa.

Penjelasan dari hasil pra survei pada keterampilan sosial dalam kerja

kelompok maka perlu melakukan inovasi terbaru melalui penelitian tindakan kelas

yang diharapkan mampu melakukan penelitian yang dilakukan secara

berulang-ulang. Pembentukan makna dari bahan-bahan pelajaran dalam proses

pembelajaran yang saling menguntungkan dapat diwujudkan dari berbagai model

pembelajaran. Pembelajaran outdoor study merupakan salah satu jalan bagaimana guru meningkatkan kapasitas belajar siswa. Siswa dapat belajar secara lebih

mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dibandingkan belajar di dalam kelas

yang memiliki banyak keterbatasan. Pembelajaran di dalam kelas yang terus

menerus tidak berubah setting ruangan seringkali membosankan. Memanfaatkan media pembelajaran lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran

yang dapat memberikan variasi situasi. Menurut Munfa’ati (2012: 16),

(22)

5

namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di luar kelas atau alam

terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

dikarenakan anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari

lingkungan dikarenakan pada siswa SD lebih cenderung bermain sambil belajar

namun siswa juga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan dalam

pembelajaran yang salah satunya keterampilan sosial. Menurut Vera (2012: 35),

kegiatan pembelajaran di luar kelas juga mendorong siswa untuk menguasai

keterampilan sosial, dikarenakan pembelajaran ini bisa memunculkan masalah

sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi

efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan

perilaku yang dipelajari. Cartledge dan Milburn (dalam Maryani, 2011: 17)

mengemukakan keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari,

karena memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif

atau negatif.

Peningkatan keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan

pembelajaran dilakukan di luar kelas (outdoor study) dalam membangkitkan keterampilan sosial karena lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua

benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Menurut Maryani (2011: 38),

pengembangan keterampilan sosial pada siswa salah satunya dengan

(23)

6

lingkungannya dan dirinya sendiri, hal itu sangat sejalan dengan pembelajaran

outdoor study memfokuskan pada pemahaman lingkungan dan diri siswa sendiri. Sedangkan pembelajaran outdoor study mempunyai salah satu tujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Pembelajaran dengan melalui pendekatan outdoor study yang memberikan tugas kepada guru untuk membantu siswa mencapai tujuannya, dengan kata lain

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru lebih banyak berurusan dengan

strategi daripada memberikan informasi, tugas guru mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota

kelas (siswa). Sesuatu yang baru (membaca, pengetahuan dan keterampilan) yang

muncul dari menemukan sendiri bukan dari apa dikatakan oleh guru saja.

Begitulah peran guru dalam pembelajaran di luar kelas yang dikelola dengan

pendekatan outdoor study. Pembelajaran outdoor study hanya sebuah strategi pembelajaran, seperti halnya strategi pembelajaran yang lain. Outdoor study

dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan

bermakna. Pendekatan outdoor study dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Pembelajaran IPS secara umum merupakan suatu kegiatan pembelajaran

perlu mempunyai peranan yang sangat penting. Tiga hal yang mendukung

pentingnya kegiatan praktik dalam pembelajaran IPS, yaitu bahwa kegiatan

praktik dapat memotivasi siswa dalam belajar, memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan sejumlah keterampilan, meningkatkan kualitas

belajar siswa. Menurut Vera (2012: 29), kelebihan pertama dari kegiatan

(24)

7

siswa, dorongan motivasi belajar itu dapat muncul karena kegiatan menggunakan

alam terbuka. Pendidikan bukan hanya sebagai cara untuk memperoleh

pengetahuan, namun pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan

pemahaman, sikap, dan keterampilan serta perkembangan diri anak.

Kompetensi keterampilan sosial dalam kerja kelompok diharapkan dapat

dicapai melalui berbagai proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya

menyiapkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, emosional,

sosial, spiritual dan kinestetik. Keterampilan tidak hanya membekali siswa dengan

berfikir kritis, kreatif dan inovatif tetapi di dalamnya terdapat rasa tanggung

jawab, disiplin, toleransi, empati dan kerjasama. Pembelajaran outdoor study

harus diterapkan dengan kerja kelompok untuk memudahkan fungsi kontrol guru

terhadap siswa. Peningkatan keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan

pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yang akan dilakukan oleh peneliti dalam membangkitkan keterampilan sosial karena lingkungan merupakan

kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di

dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Menurut Vera

(2012: 17), pembelajaran outdoor study merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran berlangsung di luar kelas atau di

alam bebas.

Pembelajaran outdoor study salah satunya dapat memberikan siswa penguasaan keterampilan sosial dalam kerja kelompok terutama keterampilan

bergiliran atau berbagi, menghargai pendapat teman, mengikuti petunjuk

mengikuti kritik dan saran, mengontrol emosi dalam menerima kritik dan saran,

(25)

8

mencari solusi bersama. Menurut Vera ( 2012: 37), kegiatan pembelajaran di luar

kelas juga dapat mendorong siswa menguasai keterampilan sosial terutama dalam

kerja kelompok. Pasalnya pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan

kerja kelompok. Berbeda halnya dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih

banyak diterapkan dengan kerja individu. Menurut Maryani (2011: 20),

keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas empat bagian namun ketiganya

saling berkaitan yaitu keterampilan dasar berinteraksi, keterampilan

berkomunikasi, keterampilan membangun tim kelompok, dan keterampilan

menyelesaikan masalah. Tercapainya hal tersebut maka perlu dilakukan Penelitian

Tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran outdoor study untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok siswa kelas IV Arofah

SD Muhammadiyah Pringsewu.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh identifikasi masalah

sebagai berikut:

1) Kurangnya keterampilan sosial dalam kerja kelompok pada siswa.

2) Pembelajaran di dalam kelas terkadang menjenuhkan.

3) Kegiatan pembelajaran siswa kurang aktif.

4) Siswa kurang termotivasi pada proses pembelajaran di dalam kelas.

5) Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher centered).

(26)

9

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dicari

jawabannya dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran outdoor study

dapat meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok pada pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?.”

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran outdoor study dalam kerja kelompok untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menemukan tindakan

yang cocok melalui pembelajaran di luar kelas (outdoor study).

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dalam Penelitian adalah:

a. Bagi Siswa

1) Siswa akan menjadi lebih kreatif dan berinisiatif dalam pembelajaran

IPS serta melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan

keterampilan sosial.

2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan

situasi dan keadaan yang bersifat alami serta media lingkungan

(27)

10

b. Bagi Guru

1) Memperbaiki kemampuan pembelajaran, karena guru dapat

mengetahui kekurangan dan masalah dalam pembelajaran beserta

penyelesaiannya.

2) Berkembangnya profesionalisme guru dengan pengalaman, karena

setelah adanya penelitian lebih mudah memahami strategi

pembelajaran yang tepat.

c. Bagi Sekolah

1) Dapat memberikan sumbangan yang berguna dengan meningkatkan

kualitas pembelajaran IPS khususnya untuk kelas IV Arofah SD

Muhammadiyah Pringsewu.

2) Untuk menghasilkan output yang optimal dan kompetitif karena siswa telah memiliki pengalaman belajar yang bermakna.

d. Bagi Peneliti

1) Pemahaman peneliti dengan menggabungkan terhadap kesenjangan

teori dengan fakta empiris dan menghasilkan pengetahuan yang

benar dan relevan yang dapat digunakan oleh kelas.

2) Memotivasi diri lebih kreatif dan berfikir kritis dan sistematis serta

berkembangnya profesionalisme guru dengan pengalaman, karena

setelah adanya penelitian lebih mudah memahami strategi

(28)

11

1.6. Ruang Lingkup

1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian Dalam IPS

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan

budaya (Trianto, 2010: 171). Ruang lingkup IPS menyangkut kegiatan dasar

manusia, maka bahan-bahannya bukan hanya mencangkup ilmu–ilmu sosial

dan humaniora melainkan segala gerak kegiatan dasar pada manusia.

Pembelajaran IPS mengembangkan keterampilan sosial karena banyaknya

isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Supriatna

(2006: 50), keterampilan sosial yang dikembangkan dalam proses

pembelajaran hendaknya diimbangi dengan sikap sosial positif melalui

membiasakan siswa mempraktikkan sikap-sikap positif tersebut.

Terdapat lima perspektif dalam pembelajaran IPS, kelima perspektif

tersebut yaitu:

1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).

2. IPS diajarkan sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.

3. IPS diajarkan sebagai cara berfikir reflektif (reflektive inquiry).

4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.

5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

(29)

12

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu

pembelajaran IPS di kelas IV karena IPS sebagai kecerdasan sosial dan

pengembangan pribadi siswa. Pendidikan IPS tidak hanya mencetak untuk

menjadi manusia yang memiliki kecerdasan individu namun menjadikan

manusia yang memiliki kecerdasan sosial, karena kecerdasan sosial

berhubungan dengan kemampuan seseorang dan masyarakat luas. Menurut

Tasrif (2008: 36), kecerdasan sosial merupakan pengetahuan mengenai hal-hal

sosial dengan pranata kehidupan masyarakat.

Pembelajaran IPS sebagai pengembangan pribadi siswa yang terlihat

dalam proses pembelajaran karena siswa mengembangkan keterampilan sosial

dalam kerja kelompok melalui kegiatan pembelajaran outdoor study. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan kegiatan pembelajaran outdoor study terhadap penguasaan keterampilan sosial terutama dalam kerja kelompok, yaitu bergiliran atau berbagi, memberikan kritik dan saran, mengontrol emosi dalam

menerima kritik dan saran, menghargai atau menghormati pendapat teman,

menyampaikan pendapat memecahkan masalah, menerima pendapat mencari

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar

dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Sedangkan, pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut menurut Kokom

(2011: 03) sebagai berikut:

1) Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).

2) Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi :

a) Persiapan, dimulai merencanakan program pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya, yang akan disajikannya kepada para siswa dan mengecek jumlah keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.

(31)

14

c) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Menurut Sanjaya (2009: 73) menyatakan bahwa definisi pembelajaran ialah:

“Dewasa ini istilah pengajaran (teaching) bergeser pada istilah pembelajaran. Kata pembelajaran sendiri adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh

aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber

kegiatan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran dapat dikatakan

sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar

yang direncanakan atau didesain, dilaksanankan, dan dievaluasi secara sistematis

agar subjek-subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.

2.2 Pengertian Teori Humanisme dalam Keterampilan Sosial

Teori belajar humanisme merupakan proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya isi

dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang

pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Budiningsih

(2008: 77), mengatakan bahwa teori humanistik akan sangat membantu para

pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga

upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan

(32)

15

Teori humanisme dalam belajar bertujuan untuk memanusiakan manusia dikarenakan pada saat proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Pada proses pembelajaran yang dilakukan

dengan tujuan agar siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri salah

satunya dapat dilakukan dengan pembelajaran di luar kelas dikarenakan pada

proses pembelajaran untuk siswa sekolah dasar lebih cenderung belajar sambil

bermain. Teori humanisme sejalan dengan Vera (2012: 23), salah satu tujuan dalam pembelajaran outdoor study yaitu meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

dikarenakan anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari

lingkungan dikarenakan pada siswa SD lebih cenderung bermain sambil belajar

namun siswa juga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang salah

satunya keterampilan sosial. Menurut Vera (2012: 35) memaparkan bahwa

kegiatan pembelajaran di luar kelas juga mendorong siswa untuk menguasai

keterampilan sosial, dikarenakan pembelajaran ini bisa memunculkan masalah

sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi

efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan

perilaku yang dipelajari. Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17)

mengemukakan keterampilan Meskipun teori humanistik ini masih sukar

diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan

operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep dan

(33)

16

pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan

dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran

seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran,

serta pengembangan alat evaluasi ke arah pembentukan manusia yang

dicita-citakan tersebut. Teori humanisme lebih tertarik terhadap ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang

biasa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut Trianto (2010: 16), belajar

adalah perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan

karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang

sejak lahir.

Teori humanisme dalam belajar bertujuan untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami lingkungannya dan

dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha untuk mampu

mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut

pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa

dalam mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Pemahaman terhadap

belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori

humanisntic bersifat sangat eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendekatan belajar tertentu akan menghasilkan kebaikan dan kelemahannya.

(34)

17

sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori yang lain dengan tujuan agar tercapainya perihal memanusiakan manusia

melalui jalur pendidikan.

Menurut Hamalik (2010: 37), belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan

menurut Hakim (2007: 1), “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan

lain-lain kemampuan.” Proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha

agar mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari

sudut pandang pengamatnya.

2.3 Pendidikan IPS SD

Menurut Sardjiyo, dkk. (2009: 127), menyatakan bahwa definisi dari IPS

adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan

masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau

satu perpaduan. Sedangkan menururt Supriatna, dkk. (2006: 4) memaparkan

bahwa fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi

kehidupan sosial sebagai mahluk sosial (homo socius).

Menurut Wahab (2009: 19) menyatakan bahwa pengertian dari IPS adalah

membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat merupakan suatu

(35)

18

memerlukan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan ilmu hukum, ilmu

politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain seperti geografi, sejarah, antropologi dan

lainnya. Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS

merupakan ilmu yang mempelajari tentang keadaan sosial yang ada di lingkungan

masyarakat.

Definisi IPS menurut Kurikulum 2006 merupakan salah satu mata pelajaran

yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial. Selain itu, IPS adalah bidang studi yang mempelajari,

menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau

dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo dkk., 2009: 127).

Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati (2008: 1-7), menyatakan

bahwa IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari

sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,

antropologi, dan politik. Pemfungsian atau perpaduan berarti bahwa mata

pelajaran yang ada dalam IPS tidak dapat dipisah-pisahkan.

Kurikulum 2006 dalam Sardjiyo, dkk. (2009: 129), mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pembelajaran IPS mengembangkan keterampilan sosial karena banyaknya

isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Keterampilan sosial yang

(36)

19

sosial positif melalui membiasakan siswa mempraktikkan sikap-sikap positif

tersebut (Supriatna, 2006: 50). Menurut Vera (2012: 69), pelajaran IPS merupakan

salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan

para siswa agar mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan

dengan perkembangan era globalisasi. Dengan kata lain, dengan pembelajaran IPS

maka para siswa diharapkan mempunyai jiwa sosial mengutamakan masyarakat

luas di atas kepentingan sendiri. Dari definisi-definisi di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa definisi dari IPS merupakan mata pelajaran yang

membelajarkan siswa dalam mempelajari, menelaah, dan menganalisis

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari isu-isu sosial dalam

kehidupan sehari-hari.

2.4 Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)

2.4.1 Pengertian Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)

Proses pengajaran di sekolah formal, tengah mengalami kejenuhan.

Rutinitas proses belajar yang cenderung kaku dan baku, tidak lagi mengutamakan

ide kreatifitas setiap peserta didik karena semuanya harus berpola linier di dalam

kelas. Metode yang diterapkan adalah harus sama dari apa yang tertulis dalam

buku kalau bisa hafal hingga koma dan titik, apabila tidak sama dalam buku

dianggap salah.

Sistem pendidikan di atas terus mendapatkan kritikan, dengan asumsi setiap

manusia telah memiliki sejumlah bakat dan pengetahuan, mestinya inilah yang

harus diasah oleh dunia pendidikan. Lambat laun pendidikan ala Pedagogi

(37)

20

yang dikenal dengan belajar di luar ruangan (outdoor study), yang lebih memajukan unsur bermain sambil belajar (Andragogi).

Menurut Vera (2012: 16), pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan

belajar antara guru dan siswa, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi

dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa.

Menurut Komarudin dalam Husamah (2013: 19), pembelajaran di luar kelas atau

outdoor learning merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau di alam bebas lainnya. Kecenderungan bahwa anak didik akan belajar

lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.

Menurut Husamah (2013: 20) mengartikan Pendidikan di luar kelas sebagai

pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang

menunjukkan partisipasi siswa untuk mengikuti petualangan yang menjadi dasar

aktivitas di luar kelas. Jadi pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang didesain agar siswa mempelajari

langsung materi pembelajaran pada objek sebenarnya yang akan menjadikan

pembelajaran menjadi nyata.

Menurut Vera (2012: 17), pembelajaran outdoor study merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran berlangsung di

luar kelas atau di alam bebas. Metode pembelajaran di luar kelas merupakan

upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar sesungguhnya yaitu alam dan

(38)

21

2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Study

Langkah-langkah dan peranan yang perlu dilakukan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Tahap Persiapan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran.

2. Menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan.

3. Menentukan cara belajar dan menentukan objek yang harus dipelajari atau

dikunjungi.

4. Baik guru maupun siswa harus dalam keadaan nyaman, rileks dan tidak

merasa terpaksa.

Tahap Pelaksanaan, meliputi langkah sebagai berikut:

1. Menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk

belajar di luar kelas.

2. Melaksanakan percakapan menjelaskan materi antara guru dengan siswa dan

siswa dengan siswa. Jarak antara guru dan siswa berhadapan berjarak

kira-kira 1 meter.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru di luar kelas.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

5. Siswa diberikan tugas agar dikerjakan dalam kelompok masing-masing.

6. Guru mengamati siswa dalam kerja kelompok tersebut.

(39)

22

Tahap Evaluasi, meliputi langkah sebagai berikut:

1. Tahap evaluasi merupakan kesempatan yang diberikan guru kepada siswa

untuk memperlihatkan kemajuannya

2. Jika siswa tidak memberikan jawaban maka guru tidak mengatakan salah

tetapi menyebutkan kata yang benar dan mengajak siswa untuk mengulangi

kembali.

2.4.3 Tujuan Pembelajaran Outdoor Study

Menurut Vera (2012: 21) mengemukakan tujuan dari pembelajaran

outdoor study adalah:

1. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif personal.

2. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap.

3. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya dapat berkembang optimal.

4. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung terhadap materi yang disampaikan.

5. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas.

6. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru-murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas. 7. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung.

8. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pembelajaran.

Menurut Vera (2012: 46) bentuk-bentuk pendidikan outdoor study dalam dunia pendidikan antara lain education training plus, gathering plus, taman bermain dan wisata alam, eksperiental base study, Knowledge management.

1. Education Training Plus

Education training plus merupakan sebuah aktifitas pendidikan pada dasarnya sama dengan sekolah formal lainnya. Siswa akan tetap menerima pelajaran

(40)

23

pembelajarannya yang diajarkan selalu mengintegrasikan kurikulum formal,

alam dan karakter. Kurikulum diknas pelajaran seperti: Art, Science dan lain-lain dengan pola mengenal alam sambil bermain-main. Kurikulum karakter

lebih kepada pembentukan kepribadian dan akhlak, sedangkan kurikulum alam

meliputi pelajaran berkebun dan mengenal tumbuhan, beternak dan mengenal

hewan, agar mengasah kemandirian dan mental para peserta didik. Kegiatan ini

bisa dimanfaatkan oleh peserta diusia sekolah (TK s/d SMA).

2. Gathering Plus

Gathering Plus merupakan suatu bentuk wisata di alam terbuka yang dirancang dalam suasana rekreasi, santai dan gembira dengan muatan educative.

3. Taman Bermain Dan Wisata Alam

Taman bermain dan wisata alam merupakan rangkaian rintangan permainan

yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menjadi simulasi kegiatan alam

terbuka. Kegiatan ini membuka potensi diri yang selama ini belum diketahui

sehingga melalui aktifitas Low dan High Rope ini muncullah rasa percaya diri. 4. Eksperiental Base Study

Eksperiental Base Study merupakan kemasan kegiatan berupa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diaplikasikan dengan

menggunakan alam terbuka sebagai media. Proses pengenalan diri, minat dan

bakat berbasiskan kurikulum sekolah sehingga program ini sangat efektif untuk

para peserta karena mereka terlibat untuk melihat, mendengar dan langsung

berbuat (Eksperiental Learning). Program ini dirancang bagi sekolah-sekolah unggulan sekolah dengan tetap mengutamakan factor keselamatan dan

(41)

24

5. Knowledge Management

Knowledge Management merupakan kemasan pendistribusian sejumlah pengetahuan yang akan menjadi pembelajaran bersama. Knowledge management ini telah formulasikan sebagai sumber pengatahuan bersama dan dapat di implementasikan dengan makna berguru pada alam. Program ini dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan, instansi dan sekolah-sekolah unggulan kota.

2.4.4 Manfaat Pembelajaran Outdoor Study

Menurut Sudjana (2011: 23), manfaat yang diperoleh dari outdoor study dalam proses pembelajaran antara lain:

1. Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.

2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

3. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.

4. Kegiatan pembelajaran lebih komprehensif dan lebih aktif serta dapat dilakukan dengan berbagai cara.

5. Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam.

6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan.

Menurut Husamah (2013: 25), kelemahan pembelajaran outdoor study antara lain (1) siswa akan kurang konsentrasi, (2) pengelolaan siswa akan lebih sulit

terkondisi, (3) waktu akan tersita (kurang tepat waktu), (4) penguatan konsep

kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau kelompok lain, (5) guru lebih intensif

dalam membimbing, (6) akan muncul minat yang semu.

Menurut Yuliarto (2010: 14), elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam

pendekatan Outdoor learning adalah: alam terbuka sebagai sarana kelas; berkunjung ke objek langsung; unsur bermain sebagai dasar pendekatan; dan guru

(42)

25

metode pendekatan outdoor learning dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu: 1) metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi

sederhana, 2) metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui

pengalaman, 3) metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan

permainan.

Kegiatan pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan kerja

kelompok. Berbeda dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih banyak

digunakan dengan kerja individu. Pembelajaran di luar kelas hampir semua materi

pembelajaran diterapkan dengan kerja kelompok untuk mempermudahkan fungsi

kontrol guru terhadap siswa.

Proses belajar cenderung fleksibel, lebih mengutamakan kreatifitas dan

inisiatif berdasarkan daya nalar peserta didik dengan menggunakan alam sebagai

media. Inilah bentuk pendidikan yang sedang berkembang saat ini sehingga

outdoorstudy menjadi sebuah peluang baru dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Outdoor study pada prinsipnya memiliki kurikulum yang sama dengan pendidikan formal namun hanya kemasannya saja yang berbeda sehingga dapat diberikan

tanpa dibatasi jenis kelamin, usia, ataupun status namun tetap merujuk pada

output yang diharapkan. Jadi Outdoor Study bisa dilaksanakan pada anak-anak, usia sekolah, dan orang dewasa sekaligus.

2.5 Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi

efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan

(43)

26

merupakan keterampilan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berpartisipasi

dalam kelompok. Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani

berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan

sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari

pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang

lain. Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa

kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab.

Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17), mengemukakan

keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena

memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau

negatif. Husamah (2013: 29), mengemukakan bahwa salah satu tugas

perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan

masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan

berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan

orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau

menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Keterampilan sosial dapat dikuasai oleh

remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosialnya bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek

psikososial dengan maksimal.

Menurut Vera ( 2012: 37), kegiatan pembelajaran di luar kelas juga dapat

(44)

27

Pasalnya pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan kerja kelompok.

Berbeda halnya dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih banyak di

terapkan dengan kerja individu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial

merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap

perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian

yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh

pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan

ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.

2.5.1 Arti Penting Keterampilan sosial

Menurut Vera (2012: 49), arti penting keterampilan sosial antara lain

perkembangan kepribadian dan identitas, mengembangkan kemampuan kerja,

produktivitas, dan kesuksesan karir, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan

kesehatan fisik, meningkatkan kesehatan psikologis, kemampuan mengatasi stres.

1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas

Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena

kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan

orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu

mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu

yang rendah dalam keterampilan interpersonalnya dapat mengubah

hubungan dengan orang lain dan cenderung untuk mengembangkan

(45)

28

2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir

Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja,

produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum

yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang paling

penting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi,

mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi

situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain

yang berhubungan dengan dunia kerja.

3. Meningkatkan Kualitas Hidup

Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan

sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat,

dan intim dengan individu lainnya.

4. Meningkatkan Kesehatan Fisik

Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi

kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi

berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat

dari sakit.

5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis

Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat

dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.

Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang

positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi,

(46)

29

hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengurangi stress

psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.

6. Kemampuan Mengatasi Stress

Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki keterampilan sosial

adalah kemampuan mengatasi stress. Hubungan yang saling mendukung

telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stress dan mengurangi

kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam

mengatasi stress dengan memberikan perhatian, informasi, dan feedback.

2.5.2 Ciri-ciri Keterampilan Sosial

Menurut Husamah (2013: 55), keterampilan sosial mempunyai beberapa

ciri-ciri antara lain perilaku interpersonal, perilaku yang berhubungan dengan diri

sendiri, perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis, penerimaan

teman sebaya, keterampilan berkomunikasi.

1. Perilaku Interpersonal

Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang

digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan

keterampilan menjalin persahabatan.

2. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri

dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami

(47)

30

3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis

Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di

sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan

baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

4. Penerimaan Teman Sebaya

Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang

rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak

dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah:

memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi

orang lain dan sebagainya.

5. Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik,

berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan

menjadi pendengar yang responsif.

2.5.3 Dimensi Keterampilan Sosial

Menurut Maryani (2011: 20), keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas

empat bagian namun ketiganya saling berkaitan yaitu keterampilan dasar

berinteraksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan membangun tim

kelompok, dan keterampilan menyelesaikan masalah, dari keempat dimensi

(48)

31

Tabel 2.1. Dimensi Keterampilan Sosial.

No Dimensi Indikator

1. Komunikasi Berani berbicara

Mengontrol emosi Mengajukan pertanyaan

2. Membangun Tim dan Kelompok Menghargai pendapat teman

Memberikan kritik dan saran 4. Keterampilan menyelesaikan masalah Memecahkan masalah

Mencari solusi bersama

Jadi keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menciptakan

hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak dalam bentuk

penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan keterampilan sosial. Dimensi

keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan pembelajaran outdoor study

menjadi 12 indikator-indikator yaitu keterampilan bergiliran atau berbagi siswa

terhadap teman satu kelompok dangan kelompok yang lain, maksud berbagi atau

bergiliran yaitu bagaimana siswa dapat secara bergantian saling membagi tugas

dengan bergantian antara satu siswa dengan siswa yang lain sebab di dalam kerja

kelompok siswa mengerjakan tugas tersebut dengan bekerja sama.

Mengikuti petunjuk dan kontrol emosi pada siswa pada saat pembelajaran

outdoor study sangat penting agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan apapun. Menghargai atau menghormati

teman dalam proses pembelajaran, membantu atau menolong teman apabila dalam

(49)

32

dimiliki dengan dengan cara menyampaikan dan menerima pendapat dengan

siswa yang lain, karena dengan saling menghormati maka akan timbul rasa saling

menghargai terhadap orang lain.

Berani berbicara yang dimaksud dalam proses pembelajaran yakni seberapa

sering siswa berani berbicara dalam hal menyampaikan argumen, mengajukan

pertanyaan oleh siswa terhadap siswa yang lain dan mengakomodasi pendapat

orang terhadap apabila ada siswa yang lain memberikan pendapat. Menolak

pendapat negatif yang diberikan siswa lain dengan menanggapi, menolak terhadap

pendapat negatif dan memberikan saran, mandiri terhadap tugas yang diberikan

oleh guru dengan sendiri dan mengikuti petunjuk aturan dalam diskusi.

2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial

Menurut Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan

remaja, yaitu:

1. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan

pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat

menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak

yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit

mengembangkan ketrampilan sosialnya.

Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan

suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin

(50)

33

adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala

konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku,

dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dan sebagainya hanya akan

memunculkan berbagai konflik berkepanjangan sehingga suasana menjadi

tegang, panas, emosional yang dapat menyebabkan hubungan sosial antara

satu sama lain menjadi rusak.

2. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.

Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan)

dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan

keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah

mengetahui bahwa anak tersebut memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak

hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3. Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari

kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak

selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).

Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang

berdasarkan penampilan semata sehingga orang yang memiliki penampilan

tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnya orang tua

memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat

orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau

(51)

34

4. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri

Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri maka sejak awal

anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan

kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat

bereaksi secara wajar dan normatif. Oleh karena itu, agar anak dan remaja

mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok maka tugas orang tua atau

pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk

menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya

dan sebagainya. Remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik

dari orang lain atau kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan

memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lalin atau

kelompok. Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan,

serta kemampuan dalam penyesuaian diri.

2.6 Kerja Kelompok

Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk

menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 2008: 28).

Maksud dari pendapat tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi

yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya

sejak lahir. Kemampuan tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan

Gambar

Tabel 1.1. Hasil Pra Survei Keterampilan Sosial setiap Indikator di kelas IV Arofah SD Muhammadiyah Pringsewu
Tabel 2.1. Dimensi Keterampilan Sosial.
Gambar 2.1. Kerangka berfikir penelitian tindakan kelas dengan outdoor study.
Gambar 3.1. Rencana Siklus Pembelajaran (Diadaptasi dari Arikunto, 2008: 17).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemetaan dari beberapa faktor pendukung dan penghambat dari proses knowledge management dalam meningkatkan

Pengertian bimbingan karier banyak ditemukan oleh para ahli, diantaranya yang dikemukakan Houghes (dalam Afdal 2015, p. yang menyatakan bahwa bimbingan karier merupakan

Akan lain halnya bila menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang menjelaskan bahwa zakat wajib pada uang baik uang lokal maupun asing, saham, jaminan, cek, dan

Dalam pengelolaaimya dipimpin oleh seorang dosen yang keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu

Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia (Studi Kuasi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II di

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.. Menurut

Lamin I digunakan untuk berbagai pusat informasi, musholla, toilet, sunbear distro (yang menjual berbagai pernak pernik beruang madu), serta mini theater yang memutar

Dengan demikian, apabila semasa hidupnya seorang pewaris membuat suatu wasiat atau hibah kepada pihak ketiga, yang telah melanggar bagian mutlak ahli waris legitimaris,