ABSTRACT
SOCIAL SKILLS IMPROVEMENT IN WORKING GROUP STUDY WITH OUTDOOR LEARNING STUDENT SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
By Mulat Sudrajat
This research is motivated lack of social skills of students, especially in group work in class IV SD Muhammadiyah Pringsewu Arofah in the academic year 2014/2015. Therefore, this study aims to improve social skills in group work and social studies with outdoor study. The research methodology approach Classroom Action Research (CAR), which consists of 3 cycles and each cycle has four stages, namely planning, action, observation, and reflection. Researchers collected data by observation using observation instruments sheet social skills of students. The results show that the study of outdoor learning can improve social skills in group work, the results of observations on the third cycle of social skills in group work students each indicator is visible on the first indicator to obtain the criteria very well with a total score of 109 or 90.83%, both indicators of good criteria to obtain a total score of 104 or 86.66%, the third indicator gain criterion very good total score of 96 or 80%, the fourth indicator is very good criteria to obtain a total score of 91 or 50.83%, a good indicator of the five criteria to obtain a total score of 82 or 63.33%, the sixth indicator get both criteria with a total score of 84 or 70%.
ABSTRAK
PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY
SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU Oleh
Mulat Sudrajat
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya keterampilan sosial siswa terutama dalam kerja kelompok di kelas IV Arofah di SD Muhammadiyah Pringsewu tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok mata pelajaran IPS dengan outdoor study. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 3 siklus dan setiap siklus mempunyai 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan observasi menggunakan lembar instrumen observasi keterampilan sosial siswa. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran outdoor study dapat meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok, siklus III keterampilan sosial dalam kerja kelompok siswa setiap indikatornya terlihat pada indikator bergiliran atau berbagi memperoleh kriteria sangat baik dengan skor total 109 atau 90,83%, indikator memberikan kritik dan saran memperoleh kriteria baik dengan skor total 104 atau 86,66%, indikator mengontrol emosi memperoleh kriteria sangat baik skor total 96 atau 80%, indikator memperoleh kriteria sangat baik dengan skor total 91 atau 50,83%, indikator menyampaikan pendapat pemecahan masalah memperoleh kriteria baik dengan total skor 82 atau 63,33%, indikator menerima pendapat mencari solusi bersama mendapatkan kriteria baik dengan skor total 84 atau 70%.
PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY
SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
Oleh
MULAT SUDRAJAT
THESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan
Pada
Program Studi Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM KERJA KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY
SISWA SD MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
(Thesis)
Oleh
MULAT SUDRAJAT
MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas Dengan Outdoor
Study ... 42
3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas . ... 44
4.1 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus I ... 60
4.2 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 63
4.3 Siswa Berkumpul Menurut Kelompok ... 64
4.4 Siswa Berdidkusi Pada Siklus I Pertemuan Kedua ... 66
4.5 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus II ... 83
4.6 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 85
4.7 Siswa Tidak Menggunakan Seragam Sekolah ... 87
4.8 Siswa Berkumpul Menurut Kelompok ... 88
4.9 Siswa Berdiskusi Pada Siklus II Pertemuan Kedua ... 90
4.10 Guru Menjelaskan Tentang Pembelajaran Outdoor Study Siklus III .... 106
4.11 Guru Mengarahkan Siswa Berdiskusi ... 108
4.12 Diagram Kinerja Guru Setiap Siklus ... 120
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 150
2. Surat Keterangan Penelitian . ... 151
3. Silabus Pembelajaran ... 152
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 154
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 162
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 169
7. Data Kinerja Guru Siklus I ... 177
8. Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok I ... 179
9. Rubrik Penilaian ... 180
10.Data Kinerja Guru Siklus II ... 182
11.Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok II ... 184
12.Rubrik Penilaian ... 185
13.Data Kinerja Guru Siklus III ... 186
14.Instrumen Keterampilan Sosial Siswa dalam Kerja Kelompok III ... 188
15.Rubrik Penilaian ... 189
16.Dokumentasi Penelitian Siklus I ... 190
17.Dokumentasi Penelitian Siklus II ... 191
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman.
1.1. Hasil presurvei keterampilan sosial setiap indikator di kelas IV
Arofah SD Muhammadiyah Pringsewu . ... 3
2.1. Dimensi Keterampilan Sosial . ... 31
3.1. Alat Pengumpul Data ... 52
4.1. Jumlah Siswa dalam 3 Tahun Terakhir . ... 54
4.2. Rincian kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 56
4.3. Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Siklus I ... 69
4.4. Data Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok Siklus I ... 71
4.5. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 73
4.6. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus I ... 76
4.7. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus II ... 93
4.8. Data Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Siklus II ... 95
4.9. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 96
4.10. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus II ... 99
4.11. Kinerja guru dalam pembelajaran siklus III ... 112
4.12. Data Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Siklus III ... 114
4.13. Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial Dalam Kerja Kelompok ... 115
4.14. Analisis Setiap Indikator Pada Siklus III ... 117
4.15. Rekapitulasi persentase IPKG tiap siklus ... 120
4.16. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok sebelum Siklus I ... 121
4.17. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus I . ... 122
4.18. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus II ... 125
4.19. Data Indikator Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok Pada Siklus III ... 128
x
Moto
Sesungguhnya allah tidak membuat dzalim kepada manusia sedikitpun, akan
tetapi manusia itulah yang membuat dzalim kepada diri mereka sendiri
”
(Q.S. Yunus: 44)
“
Kasih sayang adalah berkah yang bisa dilihat orang buta dan didengar orang
tuli
”.
(K. Sri Dammananda)
PERSEMBAHAN
Terimakasih berkat rahmat Alllah SWT
Kupersembahkan karya yang sederhana teruntuk :
Orang tua saya, Bapak Sarimin dan Ibu Darmiyati yyang selalu
memberikan dukungan kepada saya baik secara moril maupun materil.
Semoga allah swt selalu melindunginya. Amin.
Saudara kandung saya dan segenap keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagelaran Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu pada tanggal 19 Oktober 1989
sebagai anak ke-4 dari pasangan bapak Sarimin dan ibu
Darmiyati yang diberi nama Mulat Sudrajat.
Pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita Pagelaran.
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Pringsewu diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dan selesai pada
tahun 2004. Melanjutkan di SMA Negeri 1 Pagelaran Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu dan selesai pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung selesai tahun 2012. Juni
2013, penulis tercatat sabagai mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP
v
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat karunia,
rahmat dan hidayahnya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan.
Tesis yang berjudul“Peningkatan Keterampilan Sosial Dalam Kerja kelompok
Dengan Pembelajaran Outdoor Study Siswa SD Muhammadiyah Pringsewu” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program
Pascasarjana Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.
Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas karunia Allah SWT dan bantuan
dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rachman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan IPS dan selaku Pembimbing Iyang telah membantu
membimbingserta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ibu Dr.Risma M. Sinaga, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku PengujiI yang telah meluangkan
vi
6. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku PengujiII yang telah meluangkan
waktu, arahan dan nasehat dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Unila,
terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
8. Bapak Amiruddin. S.Pd selaku kepala SD Muhammadiyah Pringsewu, dewan
guru, dan Staff Administrasi yang telah membantu selama penelitian dan
penyusunan tesis ini.
9. Rekan-rekan guru SD Muhammadiyah yang berkantor didapur antara lain
Bapak Muslihudin, Mas Lukman, Mbak Tri Handayani, Mas Iwan Fitrianto,
Suhar, Andika, Redi, dan pak Edi Junaedi yang senantiasa tak pernah ada
henti-hentinya memberikan nasehat dan saran.
10. Teman-teman Magister Pendidikan IPS angkatan 2013 Kharisma Idola Arga,
Royan Rosyadi, Rachmat Panca, Rahmat Diyanto, Agung, Ismail, Miftahul
Khasanah, Dian Ramahwati, Devi Yulianti, Ivana Arthanitza dan semua
angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka
kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya
untuk mencapai ridho Allah SWT.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
sempurna. Akan tetapi, penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Bandar Lampung, 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUTAKA 2.1 Definisi Pembelajan ... 13
2.2 Pengertian Teori Humanisme Dalam Keterampilan Sosial ... 14
2.3 Pendidikan IPS SD ... 17
2.4 Pembelajaran Diluar Kelas (outdoor study) ... 19
2.4.1 Pengertian Pembelajaran Diluar Kelas (Outdoor Study) ... 19
2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Study ... 21
2.4.3 Tujuan Pembelajaran Outdoor Sudy ... 22
2.4.4 Manfaat Pembelajaran Outdoor Study ... 24
2.5 Keterampilan Sosial ... 25
2.5.1 Arti Penting Keterampilan Sosial. ... 27
2.5.2 Ciri-ciri Keterampilan Sosial ... 29
2.5.3 Dimensi Keterampilan Sosial ... 30
2.5.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial . ... 32
2.6 Kerja Kelompok ... 34
2.6.1 Keuntungan Kerja Kelompok Kecil ... 35
2.6.2 Cara Mengaktifkan Kerja Kelompok Kecil ... 36
2.6.3 Cara Menstrukturisasikan Tugas-tugas Kelompok Kecil ... 36
2.7 Penelitian Relevan ... 38
2.8 Kerangka Berfikir . ... 41
viii
3.8 Indikator Keberhasilan ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian ... 54
4.3.1 Analisis Pengelolaan Pembelajaran ... 119
4.3.2 Analisis Siklus I ... 120
4.3.3 Analisis Siklus II ... 124
4.3.4 Analisis Siklus III ... 127
4.3.5 Analisis Antara Siklus I dan Siklus II . ... 130
4.3.6 Analisis Antara Siklus II dan Siklus III . ... 131
4.3.7 Analisis Antara Siklus I, Siklus II dan Siklus III . ... 133
4.3.8 Temuan Penelitian . ... 138
4.3.9 Diskusi Analisis Hasil Penelitian . ... 142
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan ... 145
5.2 Saran ... 146
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen pokok dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pernyataan tersebut sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan
bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Terkait di dalam Undang-Undang tersebut, dapat dinyatakan bahwa
pendidikan tidak hanya berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
kemampuan akademik saja namun watak dan akhlak bangsa. Fungsi pendidikan
tersebut harus diterapkan oleh tiap warga Indonesia sebagai individu yang
berkaitan dengan pendidikan, dalam hal ini guru dan siswa merupakan komponen
yang memiliki tanggung jawab masing-masing dalam proses pendidikan.
Sisdiknas (2008: 13), Proses pendidikan dimulai dari yang dasar yaitu pendidikan
2
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang pertama
menjadi dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Kualitas mutu pendidikan di
SD harus menjadi hal yang paling utama yang perlu di perhatikan. Pembelajaran
IPS merupakan pembelajaran yang menekankan pada analisis terhadap fakta,
konsep dan generalisasi. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama
pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia
6-12 tahun, (Wardani dkk., 2009: 227). Oleh karena itu, penanaman konsep harus
tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan
Rogers dalam Asma, 2006: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan
melaksanakan kegiatan pendidikan kerena kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, (Johnson dan
Smith dalam Lie, 2010: 5). Dalam hubungannya dengan sekolah, hal ini sangat
terkait dengan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pembelajaran IPS menurut Aziz Wahab (2009: 19) merupakan upaya menerapkan
teori, konsep, prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala,
dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat. Pada pembelajaran
IPS, siswa harus memiliki keterampilan yang tinggin karena motivasi yang tinggi
dapat menunjang siswa untuk menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang
lebih bermakna.
Menurut Sarjiyo dkk., (2009: 36), melalui pemahaman fakta, konsep, dan
3
Menurut Gagne dalam Isjoni (2010: 50), dalam proses pembelajaran siswa berada
dalam posisi mental yang aktif dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya
pembelajaran. Djamarah (2006: 38), untuk menciptakan suasana yang
menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka
memerlukan pengorganisasian proses belajar yang baik, sedangkan belajar yang
baik adalah belajar yang sesuai kebutuhan siswa. Belajar dapat dilakukan di dalam
maupun di luar kelas, proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas
diharapkan lebih bermakna. Berdasarkan hasil pra survei pembelajaran IPS di SD
Muhammadiyah Pringsewu sebagai berikut: 3. Mengontrol emosi menerima keritik dan
saran 18 15 %
Kurang Baik 4. Menghargai atau menghormati pendapat
teman 18 15 %
Kurang Baik 5. Menyampaikan pendapat memecahkan
masalah 20 16,67 %
Kurang Baik 6. Menerima Pendapat mencari solusi
bersama terhadap pendapat yang berbeda 26 21,67 %
Kurang Baik Sumber : Hasil Pra Survei Keterampilan Sosial dalam Kerja Kelompok.
Keterampilan sosial dalam kerja kelompok masih rendah disebabkan
kerjasama yang dilakukan berupa bergiliran atau berbagi siswa terhadap teman
satu kelompok dangan kelompok yang lain masih rendah, maksud berbagi atau
bergiliran yaitu bagaimana siswa tidak bekerja secara bergantian saling membagi
tugas dengan bergantian antara satu siswa dengan siswa yang lain sebab di dalam
4
memberikan kritik dan saran terhadap siswa atau kelompok lain. Kontrol emosi
pada siswa pada saat menerima kritik dan saran dari siswa lain terkadang masih
kurang karena kontrol emosi sangat penting agar pembelajaran tersebut dapat
berjalan dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan apapun.
Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang menghargai atau
menghormati teman dalam proses pembelajaran. Rendahnya partiipasi siswa pada
saat menyampaikan pendapat untuk memecahkan masalah di dalam kelompok.
Hal ini dikarenakan kecenderungan siswa diam, melamun, dan bermain. Siswa
terkadang kurang menerima pendapat mencari solusi bersama terhadap perbedaan
pendapat karena siswa hanya mengandalkan pemikiran bahwa yang penting
pekerjaaan selesai meskipun di dalam kelompok terdapat perbedaan antar siswa.
Penjelasan dari hasil pra survei pada keterampilan sosial dalam kerja
kelompok maka perlu melakukan inovasi terbaru melalui penelitian tindakan kelas
yang diharapkan mampu melakukan penelitian yang dilakukan secara
berulang-ulang. Pembentukan makna dari bahan-bahan pelajaran dalam proses
pembelajaran yang saling menguntungkan dapat diwujudkan dari berbagai model
pembelajaran. Pembelajaran outdoor study merupakan salah satu jalan bagaimana guru meningkatkan kapasitas belajar siswa. Siswa dapat belajar secara lebih
mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dibandingkan belajar di dalam kelas
yang memiliki banyak keterbatasan. Pembelajaran di dalam kelas yang terus
menerus tidak berubah setting ruangan seringkali membosankan. Memanfaatkan media pembelajaran lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran
yang dapat memberikan variasi situasi. Menurut Munfa’ati (2012: 16),
5
namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di luar kelas atau alam
terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
dikarenakan anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari
lingkungan dikarenakan pada siswa SD lebih cenderung bermain sambil belajar
namun siswa juga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan dalam
pembelajaran yang salah satunya keterampilan sosial. Menurut Vera (2012: 35),
kegiatan pembelajaran di luar kelas juga mendorong siswa untuk menguasai
keterampilan sosial, dikarenakan pembelajaran ini bisa memunculkan masalah
sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi
efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan
perilaku yang dipelajari. Cartledge dan Milburn (dalam Maryani, 2011: 17)
mengemukakan keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari,
karena memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif
atau negatif.
Peningkatan keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan
pembelajaran dilakukan di luar kelas (outdoor study) dalam membangkitkan keterampilan sosial karena lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Menurut Maryani (2011: 38),
pengembangan keterampilan sosial pada siswa salah satunya dengan
6
lingkungannya dan dirinya sendiri, hal itu sangat sejalan dengan pembelajaran
outdoor study memfokuskan pada pemahaman lingkungan dan diri siswa sendiri. Sedangkan pembelajaran outdoor study mempunyai salah satu tujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial.
Pembelajaran dengan melalui pendekatan outdoor study yang memberikan tugas kepada guru untuk membantu siswa mencapai tujuannya, dengan kata lain
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberikan informasi, tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota
kelas (siswa). Sesuatu yang baru (membaca, pengetahuan dan keterampilan) yang
muncul dari menemukan sendiri bukan dari apa dikatakan oleh guru saja.
Begitulah peran guru dalam pembelajaran di luar kelas yang dikelola dengan
pendekatan outdoor study. Pembelajaran outdoor study hanya sebuah strategi pembelajaran, seperti halnya strategi pembelajaran yang lain. Outdoor study
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan
bermakna. Pendekatan outdoor study dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
Pembelajaran IPS secara umum merupakan suatu kegiatan pembelajaran
perlu mempunyai peranan yang sangat penting. Tiga hal yang mendukung
pentingnya kegiatan praktik dalam pembelajaran IPS, yaitu bahwa kegiatan
praktik dapat memotivasi siswa dalam belajar, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan sejumlah keterampilan, meningkatkan kualitas
belajar siswa. Menurut Vera (2012: 29), kelebihan pertama dari kegiatan
7
siswa, dorongan motivasi belajar itu dapat muncul karena kegiatan menggunakan
alam terbuka. Pendidikan bukan hanya sebagai cara untuk memperoleh
pengetahuan, namun pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan
pemahaman, sikap, dan keterampilan serta perkembangan diri anak.
Kompetensi keterampilan sosial dalam kerja kelompok diharapkan dapat
dicapai melalui berbagai proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya
menyiapkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, emosional,
sosial, spiritual dan kinestetik. Keterampilan tidak hanya membekali siswa dengan
berfikir kritis, kreatif dan inovatif tetapi di dalamnya terdapat rasa tanggung
jawab, disiplin, toleransi, empati dan kerjasama. Pembelajaran outdoor study
harus diterapkan dengan kerja kelompok untuk memudahkan fungsi kontrol guru
terhadap siswa. Peningkatan keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan
pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yang akan dilakukan oleh peneliti dalam membangkitkan keterampilan sosial karena lingkungan merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Menurut Vera
(2012: 17), pembelajaran outdoor study merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran berlangsung di luar kelas atau di
alam bebas.
Pembelajaran outdoor study salah satunya dapat memberikan siswa penguasaan keterampilan sosial dalam kerja kelompok terutama keterampilan
bergiliran atau berbagi, menghargai pendapat teman, mengikuti petunjuk
mengikuti kritik dan saran, mengontrol emosi dalam menerima kritik dan saran,
8
mencari solusi bersama. Menurut Vera ( 2012: 37), kegiatan pembelajaran di luar
kelas juga dapat mendorong siswa menguasai keterampilan sosial terutama dalam
kerja kelompok. Pasalnya pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan
kerja kelompok. Berbeda halnya dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih
banyak diterapkan dengan kerja individu. Menurut Maryani (2011: 20),
keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas empat bagian namun ketiganya
saling berkaitan yaitu keterampilan dasar berinteraksi, keterampilan
berkomunikasi, keterampilan membangun tim kelompok, dan keterampilan
menyelesaikan masalah. Tercapainya hal tersebut maka perlu dilakukan Penelitian
Tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran outdoor study untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok siswa kelas IV Arofah
SD Muhammadiyah Pringsewu.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh identifikasi masalah
sebagai berikut:
1) Kurangnya keterampilan sosial dalam kerja kelompok pada siswa.
2) Pembelajaran di dalam kelas terkadang menjenuhkan.
3) Kegiatan pembelajaran siswa kurang aktif.
4) Siswa kurang termotivasi pada proses pembelajaran di dalam kelas.
5) Pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher centered).
9
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dicari
jawabannya dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran outdoor study
dapat meningkatkan keterampilan sosial dalam kerja kelompok pada pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?.”
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran outdoor study dalam kerja kelompok untuk meningkatkan keterampilan sosial dan menemukan tindakan
yang cocok melalui pembelajaran di luar kelas (outdoor study).
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat dalam Penelitian adalah:
a. Bagi Siswa
1) Siswa akan menjadi lebih kreatif dan berinisiatif dalam pembelajaran
IPS serta melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan
keterampilan sosial.
2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan
situasi dan keadaan yang bersifat alami serta media lingkungan
10
b. Bagi Guru
1) Memperbaiki kemampuan pembelajaran, karena guru dapat
mengetahui kekurangan dan masalah dalam pembelajaran beserta
penyelesaiannya.
2) Berkembangnya profesionalisme guru dengan pengalaman, karena
setelah adanya penelitian lebih mudah memahami strategi
pembelajaran yang tepat.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan sumbangan yang berguna dengan meningkatkan
kualitas pembelajaran IPS khususnya untuk kelas IV Arofah SD
Muhammadiyah Pringsewu.
2) Untuk menghasilkan output yang optimal dan kompetitif karena siswa telah memiliki pengalaman belajar yang bermakna.
d. Bagi Peneliti
1) Pemahaman peneliti dengan menggabungkan terhadap kesenjangan
teori dengan fakta empiris dan menghasilkan pengetahuan yang
benar dan relevan yang dapat digunakan oleh kelas.
2) Memotivasi diri lebih kreatif dan berfikir kritis dan sistematis serta
berkembangnya profesionalisme guru dengan pengalaman, karena
setelah adanya penelitian lebih mudah memahami strategi
11
1.6. Ruang Lingkup
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian Dalam IPS
Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya (Trianto, 2010: 171). Ruang lingkup IPS menyangkut kegiatan dasar
manusia, maka bahan-bahannya bukan hanya mencangkup ilmu–ilmu sosial
dan humaniora melainkan segala gerak kegiatan dasar pada manusia.
Pembelajaran IPS mengembangkan keterampilan sosial karena banyaknya
isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Supriatna
(2006: 50), keterampilan sosial yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran hendaknya diimbangi dengan sikap sosial positif melalui
membiasakan siswa mempraktikkan sikap-sikap positif tersebut.
Terdapat lima perspektif dalam pembelajaran IPS, kelima perspektif
tersebut yaitu:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship transmission).
2. IPS diajarkan sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.
3. IPS diajarkan sebagai cara berfikir reflektif (reflektive inquiry).
4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
12
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu
pembelajaran IPS di kelas IV karena IPS sebagai kecerdasan sosial dan
pengembangan pribadi siswa. Pendidikan IPS tidak hanya mencetak untuk
menjadi manusia yang memiliki kecerdasan individu namun menjadikan
manusia yang memiliki kecerdasan sosial, karena kecerdasan sosial
berhubungan dengan kemampuan seseorang dan masyarakat luas. Menurut
Tasrif (2008: 36), kecerdasan sosial merupakan pengetahuan mengenai hal-hal
sosial dengan pranata kehidupan masyarakat.
Pembelajaran IPS sebagai pengembangan pribadi siswa yang terlihat
dalam proses pembelajaran karena siswa mengembangkan keterampilan sosial
dalam kerja kelompok melalui kegiatan pembelajaran outdoor study. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan kegiatan pembelajaran outdoor study terhadap penguasaan keterampilan sosial terutama dalam kerja kelompok, yaitu bergiliran atau berbagi, memberikan kritik dan saran, mengontrol emosi dalam
menerima kritik dan saran, menghargai atau menghormati pendapat teman,
menyampaikan pendapat memecahkan masalah, menerima pendapat mencari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Sedangkan, pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut menurut Kokom
(2011: 03) sebagai berikut:
1) Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).
2) Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi :
a) Persiapan, dimulai merencanakan program pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya, yang akan disajikannya kepada para siswa dan mengecek jumlah keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
14
c) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
Menurut Sanjaya (2009: 73) menyatakan bahwa definisi pembelajaran ialah:
“Dewasa ini istilah pengajaran (teaching) bergeser pada istilah pembelajaran. Kata pembelajaran sendiri adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
kegiatan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran dapat dikatakan
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanankan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subjek-subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
2.2 Pengertian Teori Humanisme dalam Keterampilan Sosial
Teori belajar humanisme merupakan proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya isi
dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Budiningsih
(2008: 77), mengatakan bahwa teori humanistik akan sangat membantu para
pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga
upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan
15
Teori humanisme dalam belajar bertujuan untuk memanusiakan manusia dikarenakan pada saat proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Pada proses pembelajaran yang dilakukan
dengan tujuan agar siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri salah
satunya dapat dilakukan dengan pembelajaran di luar kelas dikarenakan pada
proses pembelajaran untuk siswa sekolah dasar lebih cenderung belajar sambil
bermain. Teori humanisme sejalan dengan Vera (2012: 23), salah satu tujuan dalam pembelajaran outdoor study yaitu meningkatkan kesadaran, apresiasi, dan pemahaman terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
dikarenakan anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari
lingkungan dikarenakan pada siswa SD lebih cenderung bermain sambil belajar
namun siswa juga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang salah
satunya keterampilan sosial. Menurut Vera (2012: 35) memaparkan bahwa
kegiatan pembelajaran di luar kelas juga mendorong siswa untuk menguasai
keterampilan sosial, dikarenakan pembelajaran ini bisa memunculkan masalah
sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berkomunikasi
efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan
perilaku yang dipelajari. Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17)
mengemukakan keterampilan Meskipun teori humanistik ini masih sukar
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan
operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep dan
16
pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan
dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran
seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran,
serta pengembangan alat evaluasi ke arah pembentukan manusia yang
dicita-citakan tersebut. Teori humanisme lebih tertarik terhadap ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang
biasa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut Trianto (2010: 16), belajar
adalah perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang
sejak lahir.
Teori humanisme dalam belajar bertujuan untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha untuk mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
dalam mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Pemahaman terhadap
belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori
humanisntic bersifat sangat eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendekatan belajar tertentu akan menghasilkan kebaikan dan kelemahannya.
17
sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori yang lain dengan tujuan agar tercapainya perihal memanusiakan manusia
melalui jalur pendidikan.
Menurut Hamalik (2010: 37), belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Hakim (2007: 1), “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
lain-lain kemampuan.” Proses belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.
2.3 Pendidikan IPS SD
Menurut Sardjiyo, dkk. (2009: 127), menyatakan bahwa definisi dari IPS
adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau
satu perpaduan. Sedangkan menururt Supriatna, dkk. (2006: 4) memaparkan
bahwa fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi
kehidupan sosial sebagai mahluk sosial (homo socius).
Menurut Wahab (2009: 19) menyatakan bahwa pengertian dari IPS adalah
membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat merupakan suatu
18
memerlukan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan ilmu hukum, ilmu
politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain seperti geografi, sejarah, antropologi dan
lainnya. Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan ilmu yang mempelajari tentang keadaan sosial yang ada di lingkungan
masyarakat.
Definisi IPS menurut Kurikulum 2006 merupakan salah satu mata pelajaran
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Selain itu, IPS adalah bidang studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau
dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo dkk., 2009: 127).
Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati (2008: 1-7), menyatakan
bahwa IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, dan politik. Pemfungsian atau perpaduan berarti bahwa mata
pelajaran yang ada dalam IPS tidak dapat dipisah-pisahkan.
Kurikulum 2006 dalam Sardjiyo, dkk. (2009: 129), mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS mengembangkan keterampilan sosial karena banyaknya
isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Keterampilan sosial yang
19
sosial positif melalui membiasakan siswa mempraktikkan sikap-sikap positif
tersebut (Supriatna, 2006: 50). Menurut Vera (2012: 69), pelajaran IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan
para siswa agar mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan
dengan perkembangan era globalisasi. Dengan kata lain, dengan pembelajaran IPS
maka para siswa diharapkan mempunyai jiwa sosial mengutamakan masyarakat
luas di atas kepentingan sendiri. Dari definisi-definisi di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa definisi dari IPS merupakan mata pelajaran yang
membelajarkan siswa dalam mempelajari, menelaah, dan menganalisis
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari isu-isu sosial dalam
kehidupan sehari-hari.
2.4 Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)
2.4.1 Pengertian Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)
Proses pengajaran di sekolah formal, tengah mengalami kejenuhan.
Rutinitas proses belajar yang cenderung kaku dan baku, tidak lagi mengutamakan
ide kreatifitas setiap peserta didik karena semuanya harus berpola linier di dalam
kelas. Metode yang diterapkan adalah harus sama dari apa yang tertulis dalam
buku kalau bisa hafal hingga koma dan titik, apabila tidak sama dalam buku
dianggap salah.
Sistem pendidikan di atas terus mendapatkan kritikan, dengan asumsi setiap
manusia telah memiliki sejumlah bakat dan pengetahuan, mestinya inilah yang
harus diasah oleh dunia pendidikan. Lambat laun pendidikan ala Pedagogi
20
yang dikenal dengan belajar di luar ruangan (outdoor study), yang lebih memajukan unsur bermain sambil belajar (Andragogi).
Menurut Vera (2012: 16), pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan
belajar antara guru dan siswa, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi
dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa.
Menurut Komarudin dalam Husamah (2013: 19), pembelajaran di luar kelas atau
outdoor learning merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau di alam bebas lainnya. Kecenderungan bahwa anak didik akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
Menurut Husamah (2013: 20) mengartikan Pendidikan di luar kelas sebagai
pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang
menunjukkan partisipasi siswa untuk mengikuti petualangan yang menjadi dasar
aktivitas di luar kelas. Jadi pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang didesain agar siswa mempelajari
langsung materi pembelajaran pada objek sebenarnya yang akan menjadikan
pembelajaran menjadi nyata.
Menurut Vera (2012: 17), pembelajaran outdoor study merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan di luar kelas sehingga pembelajaran berlangsung di
luar kelas atau di alam bebas. Metode pembelajaran di luar kelas merupakan
upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar sesungguhnya yaitu alam dan
21
2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Outdoor Study
Langkah-langkah dan peranan yang perlu dilakukan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Tahap Persiapan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan.
3. Menentukan cara belajar dan menentukan objek yang harus dipelajari atau
dikunjungi.
4. Baik guru maupun siswa harus dalam keadaan nyaman, rileks dan tidak
merasa terpaksa.
Tahap Pelaksanaan, meliputi langkah sebagai berikut:
1. Menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk
belajar di luar kelas.
2. Melaksanakan percakapan menjelaskan materi antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa. Jarak antara guru dan siswa berhadapan berjarak
kira-kira 1 meter.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru di luar kelas.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
5. Siswa diberikan tugas agar dikerjakan dalam kelompok masing-masing.
6. Guru mengamati siswa dalam kerja kelompok tersebut.
22
Tahap Evaluasi, meliputi langkah sebagai berikut:
1. Tahap evaluasi merupakan kesempatan yang diberikan guru kepada siswa
untuk memperlihatkan kemajuannya
2. Jika siswa tidak memberikan jawaban maka guru tidak mengatakan salah
tetapi menyebutkan kata yang benar dan mengajak siswa untuk mengulangi
kembali.
2.4.3 Tujuan Pembelajaran Outdoor Study
Menurut Vera (2012: 21) mengemukakan tujuan dari pembelajaran
outdoor study adalah:
1. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif personal.
2. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap.
3. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya dapat berkembang optimal.
4. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung terhadap materi yang disampaikan.
5. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas.
6. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru-murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas. 7. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung.
8. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pembelajaran.
Menurut Vera (2012: 46) bentuk-bentuk pendidikan outdoor study dalam dunia pendidikan antara lain education training plus, gathering plus, taman bermain dan wisata alam, eksperiental base study, Knowledge management.
1. Education Training Plus
Education training plus merupakan sebuah aktifitas pendidikan pada dasarnya sama dengan sekolah formal lainnya. Siswa akan tetap menerima pelajaran
23
pembelajarannya yang diajarkan selalu mengintegrasikan kurikulum formal,
alam dan karakter. Kurikulum diknas pelajaran seperti: Art, Science dan lain-lain dengan pola mengenal alam sambil bermain-main. Kurikulum karakter
lebih kepada pembentukan kepribadian dan akhlak, sedangkan kurikulum alam
meliputi pelajaran berkebun dan mengenal tumbuhan, beternak dan mengenal
hewan, agar mengasah kemandirian dan mental para peserta didik. Kegiatan ini
bisa dimanfaatkan oleh peserta diusia sekolah (TK s/d SMA).
2. Gathering Plus
Gathering Plus merupakan suatu bentuk wisata di alam terbuka yang dirancang dalam suasana rekreasi, santai dan gembira dengan muatan educative.
3. Taman Bermain Dan Wisata Alam
Taman bermain dan wisata alam merupakan rangkaian rintangan permainan
yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menjadi simulasi kegiatan alam
terbuka. Kegiatan ini membuka potensi diri yang selama ini belum diketahui
sehingga melalui aktifitas Low dan High Rope ini muncullah rasa percaya diri. 4. Eksperiental Base Study
Eksperiental Base Study merupakan kemasan kegiatan berupa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diaplikasikan dengan
menggunakan alam terbuka sebagai media. Proses pengenalan diri, minat dan
bakat berbasiskan kurikulum sekolah sehingga program ini sangat efektif untuk
para peserta karena mereka terlibat untuk melihat, mendengar dan langsung
berbuat (Eksperiental Learning). Program ini dirancang bagi sekolah-sekolah unggulan sekolah dengan tetap mengutamakan factor keselamatan dan
24
5. Knowledge Management
Knowledge Management merupakan kemasan pendistribusian sejumlah pengetahuan yang akan menjadi pembelajaran bersama. Knowledge management ini telah formulasikan sebagai sumber pengatahuan bersama dan dapat di implementasikan dengan makna berguru pada alam. Program ini dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan, instansi dan sekolah-sekolah unggulan kota.
2.4.4 Manfaat Pembelajaran Outdoor Study
Menurut Sudjana (2011: 23), manfaat yang diperoleh dari outdoor study dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
3. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
4. Kegiatan pembelajaran lebih komprehensif dan lebih aktif serta dapat dilakukan dengan berbagai cara.
5. Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam.
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan.
Menurut Husamah (2013: 25), kelemahan pembelajaran outdoor study antara lain (1) siswa akan kurang konsentrasi, (2) pengelolaan siswa akan lebih sulit
terkondisi, (3) waktu akan tersita (kurang tepat waktu), (4) penguatan konsep
kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau kelompok lain, (5) guru lebih intensif
dalam membimbing, (6) akan muncul minat yang semu.
Menurut Yuliarto (2010: 14), elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam
pendekatan Outdoor learning adalah: alam terbuka sebagai sarana kelas; berkunjung ke objek langsung; unsur bermain sebagai dasar pendekatan; dan guru
25
metode pendekatan outdoor learning dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu: 1) metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi
sederhana, 2) metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui
pengalaman, 3) metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan
permainan.
Kegiatan pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan kerja
kelompok. Berbeda dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih banyak
digunakan dengan kerja individu. Pembelajaran di luar kelas hampir semua materi
pembelajaran diterapkan dengan kerja kelompok untuk mempermudahkan fungsi
kontrol guru terhadap siswa.
Proses belajar cenderung fleksibel, lebih mengutamakan kreatifitas dan
inisiatif berdasarkan daya nalar peserta didik dengan menggunakan alam sebagai
media. Inilah bentuk pendidikan yang sedang berkembang saat ini sehingga
outdoorstudy menjadi sebuah peluang baru dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Outdoor study pada prinsipnya memiliki kurikulum yang sama dengan pendidikan formal namun hanya kemasannya saja yang berbeda sehingga dapat diberikan
tanpa dibatasi jenis kelamin, usia, ataupun status namun tetap merujuk pada
output yang diharapkan. Jadi Outdoor Study bisa dilaksanakan pada anak-anak, usia sekolah, dan orang dewasa sekaligus.
2.5 Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi
efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan
26
merupakan keterampilan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berpartisipasi
dalam kelompok. Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani
berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan
sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari
pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain. Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa
kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab.
Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17), mengemukakan
keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena
memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau
negatif. Husamah (2013: 29), mengemukakan bahwa salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan
masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan
orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau
menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Keterampilan sosial dapat dikuasai oleh
remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
psikososial dengan maksimal.
Menurut Vera ( 2012: 37), kegiatan pembelajaran di luar kelas juga dapat
27
Pasalnya pembelajaran di luar kelas banyak dilakukan dengan kerja kelompok.
Berbeda halnya dengan pembelajaran di dalam kelas yang lebih banyak di
terapkan dengan kerja individu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial
merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap
perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian
yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh
pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.
2.5.1 Arti Penting Keterampilan sosial
Menurut Vera (2012: 49), arti penting keterampilan sosial antara lain
perkembangan kepribadian dan identitas, mengembangkan kemampuan kerja,
produktivitas, dan kesuksesan karir, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan
kesehatan fisik, meningkatkan kesehatan psikologis, kemampuan mengatasi stres.
1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas
Hasil pertama adalah perkembangan kepribadian dan identitas karena
kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan
orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu
yang rendah dalam keterampilan interpersonalnya dapat mengubah
hubungan dengan orang lain dan cenderung untuk mengembangkan
28
2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir
Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja,
produktivitas, dan kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum
yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Keterampilan yang paling
penting, karena dapat digunakan untuk bayaran kerja yang lebih tinggi,
mengajak orang lain untuk bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi
situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi permasalahan orang lain
yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup
Meningkatkan kualitas hidup adalah hasil positif lainnya dari keterampilan
sosial karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat,
dan intim dengan individu lainnya.
4. Meningkatkan Kesehatan Fisik
Hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi
kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi
berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat
dari sakit.
5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis
Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan psikologis yang kuat
dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.
Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang
positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi,
29
hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengurangi stress
psikologis, yang menciptakan kebebasan, identitas diri, dan harga diri.
6. Kemampuan Mengatasi Stress
Hasil lain yang tidak kalah pentingnya dari memiliki keterampilan sosial
adalah kemampuan mengatasi stress. Hubungan yang saling mendukung
telah menunjukkan berkurangnya jumlah penderita stress dan mengurangi
kecemasan. Hubungan yang baik dapat membantu individu dalam
mengatasi stress dengan memberikan perhatian, informasi, dan feedback.
2.5.2 Ciri-ciri Keterampilan Sosial
Menurut Husamah (2013: 55), keterampilan sosial mempunyai beberapa
ciri-ciri antara lain perilaku interpersonal, perilaku yang berhubungan dengan diri
sendiri, perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis, penerimaan
teman sebaya, keterampilan berkomunikasi.
1. Perilaku Interpersonal
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang
digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan
keterampilan menjalin persahabatan.
2. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri
dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami
30
3. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis
Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di
sekolah, seperti: mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan
baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
4. Penerimaan Teman Sebaya
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang
rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak
dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah:
memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi
orang lain dan sebagainya.
5. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik,
berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan
menjadi pendengar yang responsif.
2.5.3 Dimensi Keterampilan Sosial
Menurut Maryani (2011: 20), keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas
empat bagian namun ketiganya saling berkaitan yaitu keterampilan dasar
berinteraksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan membangun tim
kelompok, dan keterampilan menyelesaikan masalah, dari keempat dimensi
31
Tabel 2.1. Dimensi Keterampilan Sosial.
No Dimensi Indikator
1. Komunikasi Berani berbicara
Mengontrol emosi Mengajukan pertanyaan
2. Membangun Tim dan Kelompok Menghargai pendapat teman
Memberikan kritik dan saran 4. Keterampilan menyelesaikan masalah Memecahkan masalah
Mencari solusi bersama
Jadi keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menciptakan
hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak dalam bentuk
penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan keterampilan sosial. Dimensi
keterampilan sosial dalam kerja kelompok dengan pembelajaran outdoor study
menjadi 12 indikator-indikator yaitu keterampilan bergiliran atau berbagi siswa
terhadap teman satu kelompok dangan kelompok yang lain, maksud berbagi atau
bergiliran yaitu bagaimana siswa dapat secara bergantian saling membagi tugas
dengan bergantian antara satu siswa dengan siswa yang lain sebab di dalam kerja
kelompok siswa mengerjakan tugas tersebut dengan bekerja sama.
Mengikuti petunjuk dan kontrol emosi pada siswa pada saat pembelajaran
outdoor study sangat penting agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan apapun. Menghargai atau menghormati
teman dalam proses pembelajaran, membantu atau menolong teman apabila dalam
32
dimiliki dengan dengan cara menyampaikan dan menerima pendapat dengan
siswa yang lain, karena dengan saling menghormati maka akan timbul rasa saling
menghargai terhadap orang lain.
Berani berbicara yang dimaksud dalam proses pembelajaran yakni seberapa
sering siswa berani berbicara dalam hal menyampaikan argumen, mengajukan
pertanyaan oleh siswa terhadap siswa yang lain dan mengakomodasi pendapat
orang terhadap apabila ada siswa yang lain memberikan pendapat. Menolak
pendapat negatif yang diberikan siswa lain dengan menanggapi, menolak terhadap
pendapat negatif dan memberikan saran, mandiri terhadap tugas yang diberikan
oleh guru dengan sendiri dan mengikuti petunjuk aturan dalam diskusi.
2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial
Menurut Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan
remaja, yaitu:
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan
pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat
menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak
yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit
mengembangkan ketrampilan sosialnya.
Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan
suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin
33
adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala
konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku,
dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dan sebagainya hanya akan
memunculkan berbagai konflik berkepanjangan sehingga suasana menjadi
tegang, panas, emosional yang dapat menyebabkan hubungan sosial antara
satu sama lain menjadi rusak.
2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.
Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan)
dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan
keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah
mengetahui bahwa anak tersebut memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak
hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata sehingga orang yang memiliki penampilan
tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnya orang tua
memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat
orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau
34
4. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri maka sejak awal
anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan
kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat
bereaksi secara wajar dan normatif. Oleh karena itu, agar anak dan remaja
mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok maka tugas orang tua atau
pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk
menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya
dan sebagainya. Remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik
dari orang lain atau kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan
memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lalin atau
kelompok. Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan,
serta kemampuan dalam penyesuaian diri.
2.6 Kerja Kelompok
Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk
menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk
mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 2008: 28).
Maksud dari pendapat tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi
yang dimiliki oleh seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya
sejak lahir. Kemampuan tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan