• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri

1. Definisi Penyesuaian Diri

Berdasarkan salah satu teori utama penyesuaian diri yang diungkapkan oleh Haber dan Runyon (1984), penyesuaian diri adalah suatu proses dimana individu harus menerima suatu hal yang tidak dapat diubah atau dikontrol dengan belajar dan berusaha membiasakan diri hidup dan berkembang dengan hal yang tidak dapat diubah tersebut. Melakukan penyesuaian diri berarti menerima segala keterbatasan yang tidak dapat diubah dan secara aktif dapat mengubah apa yang bisa dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dimana seorang individu berusaha untuk menerima suatu keadaan yang tidak dapat diubah dengan membiasakan diri untuk hidup dan berkembang dengan keadaan tersebut dan secara aktif mengubah dan memodifikasi apa yang bisa dilakukan dengan keterbatasan tersebut.

2. Karakteristik Penyesuaian Diri

(2)

15

Runyon (1984) penyesuaian diri yang efektif dapat digambarkan dari karakteristik di bawah ini:

1. Persepsi yang akurat terhadap realitas

(3)

16

2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

Pada kenyataannya, individu tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan dengan segera. Suatu tujuan tidak dapat dicapai secara instan. Oleh karena itu, setiap individu harus belajar untuk bertoleransi dalam proses pencapaian tujuan apakah itu akan lebih cepat atau mengalami penundaan. Belajar bertoleransi dalam mencapai tujuan bukanlah suatu hal yang mudah. Penundaan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan sering kali mengakibatkan ketidaknyamanan dan stres. Tidak setiap orang mampu melakukan pengorbanan dalam mencapai tujuan. Individu dengan penyesuaian yang baik mampu dalam mengatasi stres dalam penundaan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan. Tujuan yang realistis akan memberikan suatu rasa dalam pencapaian tujuan tersebut dan memberikan arah dan fokus terhadap energi yang tersedia.

3. Self-image yang positif

(4)

17

harus tetap mengetahui kelemahan dan kelebihan mereka. Kemampuan pemahaman diri secara objektif seperti ini bisa mengarahkan individu untuk menyadari potensi diri yang sebenarnya.

4. Kemampuan mengungkapkan perasaan

Kesehatan emosional menjadi salah satu indikator penyesuaian yang baik. Individu yang memiliki kesehatan emosional mampu merasakan dan mengungkapkan apa yang ia rasakan melalui berbagai spektrum emosi yang tepat. Mereka mengatur emosi secara objektif dan menempatkan emosi dibawah kontrol mereka, mampu mengidentifikasi emosi dengan baik dan mempertimbangkan beberapa alternatif untuk mengungkapkan emosi tersebut. 5. Hubungan interpersonal yang baik

(5)

18

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Schneider (1964) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

a. Kondisi fisik (Physical condition).

Faktor keturunan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami yang mempengaruhi keadaan fisik yang meliputi temperamen dan sifat. Temperamen dan sifat seseorang sangat mempengaruhi penyesuaian diri. Sistem tubuh yang meliputi saraf, kelenjar, dan otot mempengaruhi penyesuaian diri. Sistem saraf mempengaruhi penyesuaian diri secara langsung karena sistem saraf adalah dasar dari proses mental. Sistem tubuh yang lebih baik memberikan kesempatan bagi individu untuk melakukan penyesuaian yang lebih baik.

b. Perkembangan dan kematangan (development and maturation)

Penyesuaian diri yang dilakukan individu selalu mengalami perubahan seiring dengan tahap perkembangan dan tingkat kematangan yang dicapai. Aspek kematangan tersebut meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.

c. Faktor psikologis

(6)

19

bagi individu. Pembelajaran memberi pengaruh yang sangat jelas pada penyesuaian diri. Pembelajaran membuat individu lebih bersiap dalam menghadapi situasi yang hampir sama pada waktu berbeda. Latihan dan pendidikan membuat individu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang menyediakan nilai-nilai, prinsip dan sikap yang berkontribusi terhadap kehidupan yang sehat. Perbedaan dalam hal pengalaman, pembelajaran, latihan dan kemampuan serta konflik yang dihadapi masing-masing individu membuat penyesuaian yang dilakukan juga akan berbeda.

d. Keadaan lingkungan

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam penyesuaian diri. Lingkungan keluarga yang baik dimana hubungan orang tua dan anak positif mempengaruhi penyesuaian diri yang baik pada anak maupun orang tua. Penerimaan orang tua terhadap anak akan membuat anak merasa percaya diri dan memberikan reaksi emosional yang positif dalam menghadapi situasi sulit.

e. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama.

(7)

20

B. Remaja Awal

1. Definisi Remaja

Masa remaja awal merupakan masa transisi yang berada pada usia 13-16 tahun yang biasa disebut usia belasan yang tidak menyenangkan dimana terjadinya perubahan pada diri seorang individu baik secara fisik, psikis dan peran sosial (Hurlock, 1999). Remaja awal juga merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak-anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Piaget (dalam Hurlock, 1999). Masa remaja awal merupakan masa dimana invidu memiliki kebergantungan dengan teman sebaya dan semangat konformitas yang tingggi (Kohlberg dalam Papalia, 1999)

2. Karakteristik Usia Remaja

Havighurst (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa usia remaja memilki karakteristik sebagai berikut:

1. Masa remaja sebagai periode penting

Remaja mengalami perubahan fisik dan mental yang cepat dan penting. Perubahan tersebut menuntut remaja untuk memiliki penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat yang baru.

2. Masa remaja sebagai usia peralihan

(8)

21

tetapi peralihan dalam hal ini lebih berfokus pada peralihan dari tahap perkembangan yang satu ke tahap perkembangan berikutnya. Hal ini bisa diartikan bahwa tahap perkembangan sebelumnya akan mempengaruhi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap perkembangan berikutnya.

3. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap tahap perkembangan memiliki masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh remaja itu sendiri. Ada 2 alasan penyebab kesulitan tersebut:

a. Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehinggan kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menyelesaikan dan mengatasi masalah.

b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalah sendiri dan cenderung menolak bantuan orang lain dalam mengatasi masalah mereka terutama dari guru dan orang tua.

4. Masa remaja sebagai periode perubahan

(9)

22

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pencarian identitas dimulai pada masa akhir anak-anak, penyesuaian dengan kelompok yang lebih penting dari pada bersikap individualitas. Penyesuaian diri pada kelompok remaja awal masih tetap penting bagi remaja tersebut tetapi seiring perkembangan usia mereka akan mendambakan identitas yang berbeda dengan orang lain dan menjadi peribadi yang lebih berbeda.

6. Masa remaja usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya anggapan yang menyatakan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan bertanggung jawab pada kehidupan remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terlebih mengenai cita-cita. Semakin tidak realistis cita-cita maka semakin marahlah remaja tersebut. Mereka akan kecewa jika orang lain mengecewakan dan tidak dapat mencapai cita-cita yang mereka tetapkan sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

(10)

23

minum-minuman keras, penyalahgunaan obat, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap perilaku tersebut akan memberi citra yang mereka harapkan.

Berdasarkan karakteristik remaja tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode penting dimana remaja mengalami berbagai perubahan fisik, kognisi, emosi dan perilaku yang menuntut individu untuk menerima dan menyesuaikan diri degan perubahan tersebut disertai dengan perubahan peran. Hal ini disebakan karena remaja bukan anak-anak lagi tetapi tidak bisa dikatakan dewasa. Sesuai dengan tahapan perkembangan, masa remaja juga memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) adalah sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

2. Mencapai peran sosial pria maupun wanita

3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif 4. Mengahrapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian sosial dari orang tua maupun orang dewasa lainnya 6. Mempersiapkan karir ekonomi

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

(11)

24

3. Remaja Yang Memiliki Saudara Autis

Remaja merupakan suatu tahapan perkembangan yang khas dan sangat berbeda dari tahapan perkembangan lainnya. Tahapan perkembangan ini memberikan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai individu yang menjalaninya. Semua tugas perkembangan remaja tersebut dipusatkan pada perubahan sikap kekanak-kanakan dan membentuk kesiapan mencapai masa dewasa. Tugas perkembangan remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Pada masa ini, penyesuaian dengan kelompok sosial menjadi penekanan yang sangat penting pada diri remaja. Mereka sangat memperhatikan bagaimana penerimaan kelompok teman sebaya atas apa yang terjadi dengan mereka, termasuk berbagai perubahan yang terjadi baik perubahan fisik, kognisi dan juga perilaku.

Remaja yang memiliki saudara autis memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan remaja yang memiliki saudara normal. Gangguan autis yang dialami oleh seorang individu menyebabkan ketidakmampuan dalam berkomunikasi dua arah, dan menampilkan beberapa fitur perilaku seperti masalah persepsi sensoris dimana mereka bisa sangat oversensitive terhadap suatu hal atau benda tertentu dan menampilkan perilaku menyakiti diri sendiri. Fitur-fitur perilaku seperti ini sering dianggap aneh oleh masyarakat sehingga menimbulkan rasa malu terhadap remaja akibat evaluasi negatif dari orang-orang disekitar terutama dari teman sebaya.

(12)

25

dituntut sebagai pengasuh muda (young carer) bagi saudara yang mengalami autis (Burke, 2004). Remaja harus membantu dan bertanggung jawab pada saudara autis. Tanggung jawab semacam ini berbeda dengan tanggung jawab yang diberikan pada remaja yang memiliki saudara normal, hal ini disebabkan karena kebutuhan anak autis berbeda dengan kebutuhan anak normal. Burke (2004) menjelaskan kondisi yang dialami oleh individu yang memiliki saudara autis sebagai berikut:

a. Tanggung jawab pengasuhan (caring responsibility)

Setiap individu pasti akan membantu saudaranya. Bantuan dan pengasuhan yang diberikan seorang individu pada saudara yang mengalami ketidakmampuan jauh melebihi bantuan yang diberikan seseorang yang terbebas dari saudara yang tidak mengalami ketidakmampuan karena ketidakmampuan itu sendiri menuntut bantuan tambahan yang menuntut pengasuhan.

b. Meringankan stress yang dialami orang tua (relieving stress ecperienced by parents)

(13)

26

mereka bisa mengurangi stres yang dialami orang tua. Motivasi anak normal dalam melakukan hal ini dapat digolongkan kedalam dua hal. Pertama, anak normal melakukan hal tersebut karena mereka menerima situasi yang ada dikeluarga. Kedua, mereka merasa harus membantu mengasuh saudara yang mengalami ketidakmampuan sebagai kompensasi karena mereka normal dan tidak mengalami ketidakmapuan. Individu yang memiliki saudara autis dituntut untuk berperilaku baik terhadap saudara dan tidak membalas kenakalan yang diperbuat saudara autis. Hal ini mengakibatkan anak tidak dapat mengekpresikan pendapat dan menahan perilaku agresif. Rasa malu akibat keberadaan saudara dengan ketidakmampuan juga membuat mereka belajar untuk tidak berbicara mengenai saudara yang mengalami ketidakmampuan. Akibatnya, mereka merasa bingung akan peran dalam keluarga apakah sebagai pengasuh atau sebagai saudara, teman bermain atau sebagai orang yang bertanggung jawab atas anak yang mengalami ketidakmampuan tersebut tanpa memiliki kematangan seperti orang dewasa (Powell dan Ogle dalam Burke, 2004)

c. Keterbatasan aktivitas (life restriction)

(14)

27

yang mengalami ketikmampuan merasa tertekan karena aktivitasnya hanya terbatas pada pengasuhan. Saudara dalam tahapan perkembangan remaja tidak mendapatkan kebebasan yang sama sebagaimana proses yang dialami remaja pada umumnya. Seligman (dalam Burke, 2004) mengungkapkan bahwa keterbatasan hidup akibat tanggung jawab pengasuhan semacam ini akan menimbulkan perasaan marah, balas dendam, perasaan bersalah dan gangguan psikologis. Saudara dari anak yang mengalami ketidakmampuan juga mengalami keterbatasan dalam mengungkapkan pendapat dan keinginan mereka karena tidak menyadari bahwa mereka juga memliki hak untuk mendapat perhatian orang tua. Kurangnya komunikasi semacam ini mengakibatkan perasaan terisolasi yang mengarah pada keputusasaan pada saudara dari anak yang mengalami ketidakmampuan tersebut.

C. Autis

1. Pengertian Autis

(15)

28

Kanner, seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seperti sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian dan mengajak mereka berkomunikasi.

2. Kriteria Diagnosa

Berdasarkan DSM-IV, kriteria diagnosa untuk penderita autis adalah sebagai berikut:

A. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2), (3) dibawah ini, dengan minimal dua kriteria dari (1) dan masing–masing 1 gejala dari (2) dan (3):

1. penurunan kualitatif dalam interaksi sosial yang digambarkan paling sedikit dua dari beberapa gejala berikut

a. ditandai penurunan yang tampak jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan isyarat untuk mengatur interaksi sosial.

b. kelemahan dalam perkembangan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tahap perkembangan.

c. kurang melakukan hal – hal atau aktivitas bersama orang lain secara spontan.

(16)

29

2. penurunan dalam komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini: a. keterlambatan atau sangat kurangnya bahasa lisan tanpa upaya untuk

menggantinya dengan gerakan nonverbal seperti isyarat atau mimik. b. Pada mereka yang memiliki kemampuan untuk berbicara ditandai dengan

penurunan kemampuan dalam memulai dan mempertahankan komunikasi c. stereotip dan penggunaan bahasa yang aneh, berulang atau bahasa

idiosinkratik.

d. Kurang mampu bermain imitasi sosial sesuai tahap perkembangannya 3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal harus

ada 1dari gejala berikut ini :

a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan fokus dan intensitas yang abnormal/ berlebihan

b. Terpaku pada kegiatan ritualistic dan rutinitas

c. perilaku fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti bertepuk tangan, menggerak-gerakkan tangan dan menggerakkan tubuh lainnya.

d. Preokupasi pada bagian tertentu dari suatu objek.

4. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu bidang berikut:

a. Interaksi sosial.

(17)

30

5. Bukan disebabkan gangguan Rett atau gangguan Disintegratif pada masa kanak–kanak.

D. Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis

Setiap individu, dalam proses kehidupan mulai sejak kelahiran sampai melewati beberapa tahapan perkembangan, dihadapkan pada keadaan kehidupan yang selalu berubah, dimulai dari masa prenatal, bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai lansia. Masing-masing tahapan perkembangan ini memiliki karakteristik yang khas serta diwarnai dengan pengalaman dan kondisi subjektif individu yang menjalaninya.

(18)

31

Setiap individu, termasuk remaja, pasti menginginkan hal yang terbaik dalam kehidupan mereka seperti kesempurnaan kondisi mental dan fisik pada diri sendiri dan anggtoa keluarga. Pada kenyataannya, ada beberapa keadaan hidup yang berada diluar jangkauan manusia meskipun telah melakukan usaha terbaik yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah ketika seseorang harus menjalani hidup bersama dengan saudara yang mengalami gangguan autis.

Remaja yang memiliki saudara autis mendapatkan kondisi yang berbeda dengan teman seusianya yang memiliki saudara normal. Remaja dengan saudara yang mengalami autis ini mendapat tekanan diluar tekanan dari tugas perkembangan remaja yang harus dijalani yaitu tekanan yang berasal dari saudara yang mengalami autis.

(19)

32

perkembangan remaja akan menuntut dan mengaharapkan bantuan pengasuhan dari anak remaja terhadap anak yang mengalami autis tersebut.

Menjalani kehidupan bersama saudara yang mengalami autis memberikan berbagai perasaan yang kompleks pada remaja. Kehidupan remaja yang ditandai sebagai suatu masa peralihan, dengan berbagai perubahan dan tuntutan peran sosial untuk mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman laki-laki maupun wanita, membuat remaja sering menghadapi perasaan malu. Perasaan malu pada umumnya disebabkan ketika teman sebaya mereka bertanya tentang perilaku tidak sesuai yang ditampilkan anak yang mengalami autis dan juga ketika akan membawa teman sebaya berkunjung ke rumah terutama teman lawan jenis (pacar). Remaja juga mungkin merasa harus berkompetisi mendapatkan perhatian orang karena begitu banyak waktu yang ditujukan kepada saudara yang mengalami autis (Attfield & Morgan, 2007).

(20)

33

tuntutan membutuhkan penyesuaian diri untuk tetap dapat menjalani kehidupan normal di lingkungannya.

Penyesuaian diri merupakan suatu kondisi dimana seseorang melakukan suatu usaha dalam mengatasi tekanan yang dialami. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam membiasakan diri hidup dengan atau belajar untuk hidup dengan suatu kondisi yang tidak dapat diubah seutuhnya. Individu berusaha untuk terbiasa dengan suatu hal yang tidak dapat diubah dan belajar untuk menerima suatu keadaan yang tidak dapat dikontrol (Haber & Runyon, 1984). Hal ini sejalan dengan kondisi remaja yang memiliki saudara autis dimana autis merupakan suatu gangguan yang tidak dapat disembuhkan dan membutuhkan penanganan dalam jangka panjang (Haugaard, 2008).

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang terus berlanjut selama kehidupan. Situasi hidup selalu berubah-ubah. Individu selalu menetapkan tujuan dalam kehidupan tetapi seiring dengan berubahnya keadaan hidup individu juga terus mengubah dan memodifikasi tujuan hidupnya. Suatu tujuan yang dianggap penting sebelumnya bisa tidak berarti lagi pada masa seterusnya. Kualitas penyesuaian individu dilihat dari seberapa baik individu tersebut dalam mengatasi masalah dalam kehidupan.

(21)

34

kondisi lain bisa menjadi subjek dari keadaan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas penyesuaian yang dilakukan seseorang bisa berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Suatu saat bisa mengalami kesedihan, putus asa, depresi dan tidak menutup kemungkinan pada waktu lain memperoleh kenyamanan, kebahagiaan dan juga kenikmatan (Haber & Runyon, 1984).

Remaja yang memiliki saudara autis terkadang mengalami suatu kondisi kesedihan dan kemarahan serta situasi yang tidak menyenangkan lainnya. Kondisi ini bisa terjadi ketika anak yang mengalami autis menggangu kehidupan remaja tersebut seperti merusak mainan dan barang-barang berharga lainnya, membuat keributan serta mengganggu (Attfield & Morgan, 2007). Pada suatu waktu remaja bisa juga mengalami suatu hal yang menyenangkan dan merasakan bahwa hidupnya berarti buat saudara yang mengalami autis, mampu membela saudara ketika mendapat ejekan dari orang lain (Hames & McCaffrey, 2005). Hal ini menggambarkan dinamika kehidupan remaja yang memiliki saudara autis. Tidak selamanya mendapatkan kondisi yang menyulitkan, penderitaan, dan tekanan tetapi ada saat dimana remaja mengalami kebahagiaaan dan kepuasan yang tentunya diperoleh ketika remaja tersebut bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialami.

(22)

35

(23)

36

E. Paradigma Berpikir

Remaja yang memiliki saudara autis

Tugas pengasuhan, tuntutan orang tua, dan keterbatasan hidup serta pandangan negatif

dari lingkungan

Menyebabkan stres

Gambaran penyesuaian diri remaja yang memiliki saudara autis? 5. Faktor agama, adat dan budaya Saudara autis

Referensi

Dokumen terkait

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan SBU Bidang Arsitektural

Untuk menjaga kestabilan tersebut maka penekan benda kerja ketika dalam proses pemotongan tidak menekan benda kerja di-atas landasan benda kerja tetapi tepat menekan pada

Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen,

Pertama-tama kita declarasikan tiga variabel yakni listCatatan untuk koneksi ke listview yang di layout, variabel dataCatatan dengan tipe ArrayList berupa model

Tahun 2015 KN PRBBK XI mengangkat tema “Membangun Ketangguhan Komunitas dalam Me reduksi Bencana Lingkungan dan Industri” telah menjadi media untuk memperkuat

 Struktural patch: secara umum terdiri dari satu tipe tanah yang dioverlap oleh asosiasi vegetasi!.  Fungsional patch: suatu area yang homogen untuk satu fungsi atau

Dalam pengertian itu, sketsa lebih merupakan gambar kasar, bersifat sementara, baik diatas kertas maupun diatas kanvas, dengan tujuan untuk dikerjakan lebih lanjut sebagai

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma.. pada tanggal 24 Juli – 26 Agustus 2017 dapat berlangsung dengan baik dan