• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi salah paham lalu berkelahi. Tentunya kita semua berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi semula, sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial. Untuk menciptakan keseimbangan sosial tersebut diperlukan upaya-upaya meminimalisir penyimpangan-penyimpangan sosial. Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu adalah dengan menciptakan suatu system pengendalaian sosial (social control). Pengendalaian sosial pada dasarnya memiliki tujuan untuk mencapai keseimbangan antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat.

(2)

ketentraman yang telah ada. Alat-alat yang diperlukan dalam melaksanakan pengendalian sosial sangatlah beragam. Salah satunya alat tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pada dasarnya lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu organisasi dari pola pemikiran, prilaku yang terwujud melalui aktifitas-aktifitas kemasyarakatan, sehingga lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat-istiadat, tata-kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam suatu unit yang fungsionil.

Dalam perspektif kabupaten Buleleng serta daerah lain di propinsi Bali pada umumnya terdapat suatu sistem budaya kemasyarakatan bahwa yang mengatur tentang struktur sosial dan keterkaitan antara kelompok komunitas yang ada yaitu tokoh-tokoh dalam masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Toraja memiliki lembaga dan organisasi sosial yang mengelola kehidupan di lingkungan perdesaan. Demikian di Kebupaten Buleleng memiliki lembaga social Pecalang yang memiliki peran penting dalam usaha-usaha membantu memberikan perumusan kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Buleleng sehingga proses pembangunanpun di masyarakat berjalan dengan baik dan berimbang.

(3)

Dimana pecalang merupakan satgas (satuan tugas) keamanan tradisional masyarakat Bali yang mempunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah, baik ditingkat Banjar Pakraman dan atau diwilayah Desa Pakraman. Sehingga dapat dikatakan pecalang memiliki tugas dan kewajiban yang sama dengan Polisi dan Hansip, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah operasinya.

Pecalang adalah sesuatu yang “tradisional” waluapun mereka sadar tidak pernah ada yang disebut pecalang di desa mereka sebelumnya mereka mampu meyakinkan seolah-olah pecalang bagian dari warisan situs kuno yang baru saja digali. Dengan memakai wacana “Tradisi Bali” pecalang mampu mengapus dengan sukses kemoderenan meraka. Dengan memakai predikat “penjaga tradisi.”sekaligus mereka menjadi “penjaga tradisional”

Jadi pecalang merupakan satuan petugas keamanan tradisional di Bali yang bertugas untuk membantu dan mengamankan berbagai acara ritual umat Hindhu di bali1. Terlebih lagi pada hari raya nyepi dimana tak ada satupun umat Hindhu di Bali yang keluar rumah,sehingga mereka harus berpatroli keliling desa untuk mengamankan desa dari hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka bertugas membantu jalannya upacara dan ritual Hindhu yang diselenggarakan di desa mereka. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa telah menjadi perluasan tugas dan fungsi pecalang untuk mengimbangi peningkatan intensitas dan ragam

1

(4)

kegiatan sosial, kendati pun peraturan daerah menentukan bahwa pecalang merupakan satuan tugas tradisional yang bertugas mengamankan kegiatan yang berkaitan dengan adat dan agama di wilayah desa adat. perubahan sosial juga berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial juga berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial yang berimplikasi pada perubahan tugas dan fungsi pecalang yang ada di desa adat.

(5)

pecalang menimbulkan polemik di masyarakat sehingga dipertanyakan eksistensi pecalang2.

Pecalang bukan hanya menyangkut peranan mereka memperlancar jalan pada saat upacara adat tetapi pecalang mampu menjaga Bali dari masalah modernisasi. Orang Bali sering berbicara tentang bagaimana dulu sering terjadi pencurian sepeda motor, tetapi sejak pecalang berkuasa tak ada orang berani mencuri. Pecalang sangat dibutuhkan untuk ikut membela wilayahnya mereka. Beberapa orang yang terlibat pembicaraan menyatakan bahwa Bali yang sudah menjadi daerah multi-etnis sehingga pecalang dibutuhkan untuk mencegah pencurian dan kekerasan yang membawa ke Bali oleh orang luar. Ada juga yang menyebut bahwa pecalang dibutuhkan untuk mengambil alih tugas polisi karena aparat korup dan tidak mampu lagi mengemban tugas yang seharusnya diembannya.

Bali sudah sangat dikenal di dunia internasional karena ia memiliki kearifan lokal yang tiada duanya di dunia. Kearifan lokal ini bagaikan rabuk dan tanah yang amat subur untuk bertumbuh kembangnya nilai-nilai luhur, kesantunan, kedamaian, kejujuran, keharmonisan, dan kebajikan dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali. Nilai-nilai luhur yang telah tumbuh dengan subur dalam tatanan kehidupan masyarakat, jadi daya tarik bagi siapapun yang ingin merasakan kedamaian, keharmonisan, dan ketenteraman dengan keindahan seninya serta keluhuran nilai budayanya. Dan ini menjadi tanggungjawab moral sebagai bangsa

2

(6)

Indonesia pada umumnya dan putra daerah Bali pada khususnyan untuk selalu dapat menjaga nilai-nilai luhur tersebut sebagai suatu kearifan lokal bagi masyarakat Bali yang merupakan bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai representasi riil dari tanggungjawab tersebut adalah adanya proses pencarian pemimpin masyarakat di Bali, dengan mengutamakan atau melandasi pertimbangan kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang dibangun dan dimiliki masyarakat. Beberapa buah nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses atau kaidah perencanaan dan pembangunan wilayah atau kawasan, seperti yang terdapat pada masyarakat Bali. Kaidah-kaidah tersebut ada yang bersifat anjuran, larangan, maupun persyaratan adat yang ditetapkan untuk aktivitas tertentu. Selain aspek fisik dan visual, keanekaragaman budaya sosial kemasyarakatan yang terkandung di dalam kearifan lokal umumnya bersifat verbal dan tidak sepenuhnya terdokumentasi dan terkelola dengan baik. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu bentuk knowledge management terhadap berbagai jenis kearifan lokal tersebut agar dapat digunakan sebagai acuan dalam proses perencanaan dan perancangan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul tentang PERAN PECALANG

DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

(7)

MASYARAKAT (Studi Di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali). Tulisan ini akan membahas tentang tipologi kearifan lokal dan kaitannya dengan regulasi serta peran pecalang, bagaimana upaya mengharmonisasikannya sehingga kearifan lokal dapat diakomodasikan dengan baik dalam regulasi ataupun perencanaan kebijakan pembangunan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Buleleng.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui dan memahami tentang peran pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah dan pembangunan daerah.

1. Bagaimana pola hubungan pecalang dengan dinas kebudayaan dan pariwisata dalam mendukung kebijakan di Kabupaten Buleleng?

2. Bagiamana peran pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah di Kabupaten Buleleng?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola hubungan pecalang dengan dinas kebudayaan dan pariwisata dalam mendukung kebijakan di Kabupaten Buleleng.

(8)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek Akademis maupun Praktis, diantaranya :

1. Secara Akademis:

Penelitian ini berkaitan dengan penulisan skripsi sehingga penelitian ini dapat memberi acuan kepada semua pihak yang berkepentingan.

2. Secara Praktis:

Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada organisasi informal (pecalang) dalam mendukung kebijakan pemabngunan daerah di Kabupaten Buleleng untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

E. Definisi Konseptual

1. Pecalang

Pecalang adalah satuan petugas keamanan tradisional di Bali yang bertugas untuk membantu dan mengamankan berbagai acara ritual umat Hindhu di Bali3. Terlebih lagi pada hari raya nyepi dimana tak ada satupun umat Hindhu di bali yang keluar rumah, sehingga mereka harus berpatroli keliling desa untuk mengamankan desa dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hampir setiap kampung di Bali pasti mempunyai minimal 30 pecalang, mereka bertugas membantu jalanya upacara dan ritual Hindu yang

3

(9)

diselenggarakan di desa mereka. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa telah terjadi perluasan tugas dan fungsi pecalang untuk mengimbangi peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial, kendatipun peraturan daerah menentukan bahwa pecalang merupakan satuan tugas tradisional yang bertugas mengamankan kegiatan yang berkaitan dengan adat dan agama di wilayah desa adat. Perubahan sosial memungkinkan terjadinya peningkatan mobilitas penduduk, intensitas interaksi sesama manusia dan perekonomian, yang secara umum berpengaruh pada keteraturan kehidupan masyarakat desa adat di Bali. Lebih dalam, perubahan sosial juga berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial yang berimplikasi pada perubahan tugas dan fungsi pecalang yang ada di desa adat.

2. Pecalang sebagai Organisasi informal

Didalam sejarah perkembangan umat manusia, orang sudah mengenal adanya organisasi informal yang turut “memainkan peranan” mereka dalam proses perkembangan sosial dan yang turut membantu “membentuk sejarah”. Organisasi informal adalah sekelompok masyarakat (pria atau wanita) yang berserikat untuk mencapai tujuan, memiliki sejumlah kualitas (objektif maupun subjektif), yang memungkinkannya mencapai kedudukan sebagai orang yang dapat mempengaruhi kelakuan serta tindakan suatu kelompok masyarakat baik dalam arti positif maupun negatif4.

4

(10)

Organisasi informal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “pecalang” yang merupakan aset kehidupan sosial budaya masyarakat di Bali dan di Kabupaten Buleleng khususnya. Orientasi peran pecalang sudah menjadi wacana klasik sebagai organisasi informal yang berperan dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng

F. Definisi Operasional

1. Pola hubungan pecalang :

a. Pola hubungan pecalang dengan Pemerintah Daerah. b. Pola hubungan pecalang dengan Kelian Adat (Ketua Adat). c. Pola hubungan pecalang secara langsung dan secara adat.

2. Peran pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah :

a. Peran dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Peran pecalang dalam acara-acara adat.

c. Peran pecalang dalam kebijkan pariwisata.

3. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

(11)

tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan penelitian ini berkaitan dengan peran Pecalang dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah. Sehingga penelitian diwilayah ini dapat diharapkan peran pecalang bisa membantu pembuatan kebijakan pemerintah daerah kabupaten Buleleng.

3. Subjek penelitian

Dalam bukunya Suharsimi Arikunto (Manajemen Penelitian) Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.

Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pecalang di Kabupaten Buleleng a. Ketua pecalang :

(12)

b. Anggota pecalang :

1. Ngurah Satiawa Anggota pecalang Kabupaten buleleng

2. Nyoman Ariadi Anggota Pecalang daerah Kabupaten Buleleng 2. Masyarakat sipil di Kabupaten Buleleng yang terdiri dari:

a. Tokoh adat :

1. kelian adat I Nyoman Dedek Arya Kabupaten Buleleng b. Masyarakat :

1. Putu Ardika masyarakat Kabupaten Buleleng 2. Rezza Fahlepi masyarakat Kabupaten Buleleng 3. Pemerintah Kabupaten Buleleng :

a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara dalam memperoleh data. Teknik pengumpulan data dapat bersumber dari subjek penelitian dan literatur perpustakaan berupa buku. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut5:

a. Observasi (pengamatan):

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab

5

(13)

pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

b. Interview (wawancara):

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

c. Dokumen:

(14)

klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

5. Teknik Analisis Data

Dalam pengelolahan data kualitatif, data yang diolah adalah hal-hal yang tercantum dan terekam dalam catatan –catatan lapangan hasil wawancara, pengamatan, ataupun dokumen. Hal ini dikarenakan data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata, kalimat, gambar atau simbol. Analisis data yang dipakai adalah analisis data kualitatif6. Tahap-tahap analsis data kualitatif sebagai berikut:

a. Reduksi Data:

Merupakan proses penyederhanaan dan pengkategorian data. Proses ini pada dasarnya merupakan upaya penemuan tema dan pembentukan konsep.

b. Displai Data:

Merupakan kegiatan menampilkan data hasil reduksi dan kategorisasi kedalam materik berdasarkan kriteria tertentu. Proses ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menghubungkan konstruksi data ke dalam sebuah gambaran sosial yang utuh.

6

(15)

c. Penarikan Kesimpulan:

(16)

(Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Muhammad Herman

(08230036)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(17)

(Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun oleh:

Muhammad Herman

(08230036)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

telah melimpahruahkan rahmat, kenikmatan serta hidayahnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Peran Pecalang Dalam Mendukung

Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Menjaga Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali).

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak kiranya dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang

2. Dr. Wahyudi, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

4. Drs. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Pembimbing I dan Dra. Tutik

Sulistyowati, M.Si Selaku Pembimbing II daliam penyusunan skripsi ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

6. Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng khususnya Pimpinan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata.

7. I Ketut Sanjaya selaku Ketua Pecalang daerah Kabupaten Buleleng

8. Ngurah Satiawa dan Nyoman Ariadi selaku Anggota Pecalang daerah

(23)

penyusunan skripsi ini sebagai informan

11.Teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2008 (A/B) Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, serta semua

pihak yang mendukung baik secaa langsung maupun tidak langsung dalam

proses penyusunan skripsi ini.

Didalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan yang ada pada diri

penulis dan untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca

yang bersifat membangun dan dengan senang hati penulis terima.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

bagi almamater serta para pembaca pada umumnya. Amin

Malang, 2 Mei 2012

Penulis,

(24)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ...vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metode Penelitian ... 10

1. JenisPenelitian ... 10

2. Lokasi Penelitian ... 11

3. Subjek Penelitian ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 12

5. Teknik Analisis Data ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Pemerintah Daerah ... 17

1. Pemerintah Daerah ... 17

2. Kebijakan Pemerintah ... 18

(25)

F. Model-model Struktur Organisasi ... 33

G. Fungsi Organisasi ... 35

H. Kepemimpinan dalam Organisasi ... 36

I. Pentingnya Berorganisasi ... 42

BAB III DESKRIPSI WILAYA H A. Gambaran Umum Kabupaten Buleleng ... 45

1. Kondisi Geografis ... 45

2. Pemerintahan ... 47

3. Penduduk ... 47

4. Sosial ... 49

5. Agama ... 54

B. Pecalang ... 55

1. Arti Pecalang ... 55

2. Macam- macam Pecalang ... 57

3. Sejarah Pecalang ... 60

4. Struktur Pecalang ... 63

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Pola Hubungan Antara Pecalang dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam Mendukung Kebijakan di Kabupaten Buleleng ... 68

1. Pola Hubungan Pecalang dengan Organisasi Formal (Pemda) ... 71

2. Hubungan Pecalang dengan Pemimpin In-formal (Kelian Adat) ... 74

a. Hubungan pecalang secara langsung ... 79

b. Hubungan pecalang berdasarkan desa adat ... 81

B. Peran Pecalang Dalam Mendukung Kebijakan Pemerintah Daerah Di Kabupaten Buleleng ... 83

(26)

3. Peran pecalang terkait kebijakan pemerintah daerah

dalam pariwisata di Kabupaten Buleleng ... 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

(27)

Tabel 3.1 Nama Kecamatan di Kabupaten Buleleng ... 47

Tabel 3.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Akhir tahun 2011 ... 48

Tabel 3.3 Jumlah penduduk akhir tahun dan presentase menurut

jumlah penduduk terbesar 2011 ... 49

Tabel 3.4 Banyaknya Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Mahasiswa

dan Dosen Tahun 2011 ... 51

Tabel 3.5 Jumlah Sekolah,Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SLTA

Menurut Kecamatan 2011 ... 52

Tabel 3.6 Jumlah sarana Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2011 ... 53

(28)

Perspektif”,Bali.

H. Imam Suprayoga (2010) dalam buku “Kepemimpinan Pengembangan

Organisasi Team Building dan Perilaku Inovatif”

Iyan Afriani. Jurnal “Metode Penelitian Kualitatif”, 2009

Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, FISIPOL UGM,

Jogjakarta, 2003

Ketut Wiana (2004) dalam buku Pecalang desa Pekraman di Bali

Mengutip Ketut Wiana (2004) dalam buku ”Eksistensi Desa Pakraman di Bali”

yang diterbitkan Yayasan Tri Hita Karana

M. Mas’ud Said, MM. (ed.) dalam buku “Kepemimpinan pengembangan

organisasi team building dan perilaku inovatif.

Miftah Thoha, Pempinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi (jakart :

RajaGrafindo Persada, 2002),

Made Rimbawa (2005) dalam jurnal ilmiah “peranan pecalang dalam

pengamanan dan ketertiban masyarakat”,Bali.

Nyoman Yoga Segara (2010) dalam modul 8 “organisasi Informal”,Bali.

Pelaksanaan pemerintah daerah sehingga membuat pemerintah daerah dalam

menafsirkan pelaksanaan undang-undang tidak secara sistematis dan

(29)

Winardi. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Management, Alumni, Bandung,

1979.

Wibowo Edi, 2004. Hukum dan Kebijakan Publik, Yayasan Pembaruan

Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta.

UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Data dari Internet :

http://indonesiabicara.com/pecalang-pengemban-misi-keamanan-adat diakses

pada tanggal 23 oktober 2011

http://tkampus.blogspot.com/2012/03/organisasi-formal-dan-informal.html

diakses pada tanggal 24 november

http://www.massofa.wordpress.com/kajian ilmu kebijakan dan pengertian

kebijakan/13 november 2008.antikorupsi diakses pada tanggal 14 Februari

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup tetapi masih ada solusi yang mudah dan murah untuk

Hasil uji regresi linear sederhana menggunakan SPSS versi 22, menunjukkan kondisi gigi yang masih lengkap mempunyai nilai taraf signifikansi 0,003 yang lebih kecil

P enelitian pemanfaatan limbah padat sisa fleshing industri kulit untuk vermikompos telah dilakukan oleh Prayitno 2013 dengan komposisi media terdiri dari limbah

Dalam rangka meningkatkan status gizi yang baik perlu dipertimbangkan kandungan kalori dan nilai gizi dari masing-masing bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh

Ini berdasarkan perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1,5 m dan lebar untuk dua orang pejalan kaki minimal 1,5 m dengan demikian jalur ini pada taman

A. Istilah 1. BRI Corporate Billing Management (BRI CBM) adalah platform bisnis ekosistem berbasis invoice (tagihan) yang saling terintegrasi antara supplier, anchor, dan

Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan Provinsi Aceh. Salah satu sektor pariwisata potensial yang dapat dikembangkan di Provinsi Aceh adalah Wisata