OPERASI PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN ALAT KELAMIN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN KEWARISANNYA
Oleh :
SITI MAEMAH 0043219260
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OPERASI PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN ALAT KELAMIN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN KEWARISANNYA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh :
SITI MAEMAH 0043219260
Dibawah bimbingan:
Prof. Dr. Hj. Huzaemah TY.MA NIP. 150 165 267
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Operasi Penyempurnaan dan Penggantian Alat Kelamin
dalam Tinjauan Hukum Islam serta Pengaruhnya terhadap Status Perkawinan dan
Kewarsannya, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2005.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Jakarta, 26 Oktober 2005 Disahkan oleh
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof Dr. H. Hasanudin, AF, M.A. NIP. 150 050 917
Panitia Sidang Munaqasah
Ketua : Dr. H. Ahmad Mukti Adji, MA (……….)
NIP. 150 220 544
Sekretaris : Kamarusdiana, MH (……….)
NIP. 150 285 972
Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaema T.Y, MA (……….)
NIP. 150 165 267
Penguji I : Drs. H. Odjo Kusnara N. M.Ag (……….)
NIP. 150 060 388
Penguji II : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA (……….)
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲا ﻢﺴﺑ RATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT.
Yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
sknpsi dengan judul "OPERASI PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN
ALAT KELAM1N DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN
KEWARISANNYA". Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada suri
tauladan kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya serta orang- orang yang
mengikuti jejak langkahnya.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar
Sarjana Hukum Islam, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan begitu saja tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati dan sebagai bentuk penghargaan kepada semua
pihak yang telah membantu, rnendukung dan mengarahkan dengan tulus dan ikhlas,
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hasanudin AF, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. A. Mukri Adji, MA., selaku Ketua J urusan Perbandingan
J urusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syari'ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido yanggo, M.A.,selaku pembimbing yang
selalu membimbing penulis dari awal hingga akhir.
4. Seluruh teman-temanku khususnya kelas PH-B yang telah mernbantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Secara khusus penulis menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada
ayah dan ibu tercinta, kakak-kakakku, adik-adikku, paman-pamanku, dan
tante-tanteku yang telah banyak mernbantu dengan tulus, baik secara moril maupun
materil. Semoga jasa dan kebaikan serta kasih sayang mereka dicatat sebagai amal
ibadah yang baik dan atas semua itu penulis hanya dapat memanjatkan do'a kepada
Allah swt, semoga amal baik mereka semua dapat diterima dan mendapat balasan
yang berlipat ganda dan Allah swt.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi im sangat
diharapkan penulis. Tidak lupa penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
terutama bagi diri penulis maupun bam orang lain. Amin.
Jakarta, 23 Ramadhan 1426 H 26 Oktober 2005 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa)all ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
D. Metode dan Tehnik Penulisan ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II OPERASI PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN ALAT KELAMIN KAITANNYA DENGAN TRANSEKSUAL DAN WARIA A. Pengertian Operasi Penyempurnaan dan Penggantian Alat Kelamin... 8
B. Pengertian Operasi Penyempurnaan Alat kelamin ... 8
C. Pengertian Operasi Penggantian Alat kelamin... 9
D. Pengertian Transeksual dan waria ... 10
E. Pengertian Transeksual ... 10
F. Pengertian Waria ... 11
H. Arti Waria Menurut: istilah ... 13
I. Kaitan Operasi Alat kelamin dengan Transeksual dan Waria .... 17
BAB III PANDANGAN HIJKUM ISLAM TENTANG OPERASI PENGGANTIAN DAN PENYEMPURNAAN ALAT KELAMIN SERTA AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP STATUS PERKAWINAN DAN KEWARISAN A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Operasi Penggantian dan Penyempurnaan Alat Kelamin ... 25
1. Operasi Penggantian Alat Kelamin ... 25
2. Operasi Penyempurnaan Alat Kelamin ... 31
B. Pengaruh Operasi Kelamin Terhadap Status Perkawinan... ... 35
1. Pengertian Perkawinan ... 35
2. Pengaruh Perubahan Kelamin Terhadap Status Perkawinan ... 37
C. Pengaruh Operasi Kelamin Terhadap Status Kewarisan ... 44
1. Kewarisan Waria Yang Belum Jelas Statusnya ... 45
2. Kewarisan Warisan Yang Sudah Jelas Statusnya... 47
4. Analisis Penulis Tentang Hukum Penggantian dan
Penyempurnaan kelamin dan Akibat Hukumnya Terhadap
Status Perkawinan dan Kewarisan... 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Allah swt. menciptakan makhluk yang bernama manusia
hanya terdiri dari dua jenis yaitu laki dan perempuan. Adanya pasangan
laki-laki dan perempuan merupakan proses awal penciptaan keturunan anak manusia
yang untuk selanjutnya menyebar dimuka bumi ini sebagai khalifahfil ardh. Akan
tetapi di samping kedua jenis kelamin laki-laki dan perempuan tersebut, ada jenis
yang terletak antara kedua jenis yang sangat berlawanan, yaitu yang dikalangan
fukaha dikenal dengan sebutan Khunsa. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt
dalam al-Qur'an :
… Artinya:"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur). Maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes muni, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna …
(Al-Hajj 22:5)
Dari ayat di atas, tersirat bahwa proses kejadian manusia kemungkinan ada
yang mengalami ketidaksempurnaan kejadiannya. Ketidaksempumaan
kelainan kelamin, baik dan segi fisik maupun psikis (kejiwaan) yang dikenal
dengan sebutan banci atau waria, atau d ikalangan fukaha dinamakan Khunsa.
Setiap insan seharusnya mempunyai alat kelamin yang jelas, bila tidak
berkelamin laki-laki berarti berkelamin perempuan. Kejelasan jenis kelamin
seseorang akan mempertegas status hukumnya.1 Oleh karena itu, keadaan dua
jenis kelamin pada seseorang atau bahkan sama sekaii tidak ada, keadaan ini
membingungkan karena tidak ada kejelasan.2
Dalam ilmu kedokteran, banci (waria) diistilahkan dengan Hermaphrodite.
Namun demikian, dalam ilmu kedokteran tidak hanya mengenal istilah
hermaphrodite saja, tetapi ada pula banci (waria) dengan sebutan transeksual3
Ilmu pengetahuan kedokteran dewasa ini sudah sedemikian majunya,
penernuan demi penemuan banyak bermunculan hingga yang dulu dianggap
mustahil sekarang tidak lagi dan dianggap sudah lazim. Sedemikian pesat
kemajuan di bidang kedokteran, telah banyak kesuksesan yang diperolehnya.
Sehingga hampir semua persoalan kedokteran dewasa ini bisa diatasi. Namun
demikian, persoalannya tidak selesai disitu saja kemajuan-kemajuan di bidang
kedokteran, di samping banyak memberikan kemaslahatan, juga akan
menimbulkan persoalan-persoalan barn dalam hukum Islam. Misalnya operasi
kelamin yang banyak terjadi sekarang ini. Perbuatan tersebut akan memberikan
1
Muhammad Ali ash-Shabuni, "Pembagian Waris menurm Islam", (Jakarta. Gema Insani Press), cet , h. 160
2
Ibid, h. 161
3
dampak bagi orang yang melakukannya, baik itu berupa kemaslahatan maupun
kemudaratan yang akan ditimbulkannya.
Gejala ketidakpuasan seseorang pada jenis kelamin yang dimilikinya
karena merasa memiliki seksualitas yang berlawanan. Ketidakpuasan ini
diwujudkan dengan berbagai cara, misalnya mengubah eara berjalan, berbieara,
dan berpakaian serta memakai perhiasan dan make-up, bahkan ada yang
mengoperasi kelaminnya.4
Para penderita Hermaphrodite maupun transeksual, dengan memanfaatkan
keeanggihan ilmu kedokteran, telah banyak di antara mereka yang melakukan
operasi ganti kelamin. Pergantian kelamin ini tentu membawa dampak kepada
hukum perkawinan dan kewarisan mereka.
Dari permasalahan tersebut di atas, skripsi mi diberi judul "OPRRASI
PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN ALAT KELAMIN DALAM
TINJAUAN HUKUM ISLAM SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
STATUS PERKAWINAN DAN KEWARISANN YA".
B. Penibatasan dan Periimusan Masalah
Sesuai dengan permasalah di atas, maka skripsi ini dibatasi dalam
pembahasan tentang pengertian dan hukum serta status perkawinan dan kewarisan
waria serta transeksual setelah melakukan operasi kelamin. Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:
4
1. Apa yang dimaksud dengan operasi penyempurnaan dan penggantian alat
kelamin ?
2. Bagaimanakah hukum penyempurnaan dan penggantian alat kelamin menurut
hukum Islam ?
3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap status perkawinannya ?
4. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap status kewarisannya ?
C. Tu juan dan Kegunaan Penelitian
Penulisan skipsi ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian dari operasi penyempurnaan dan penggantian
alat kelamin.
2. Untuk mengetahui apa hukum operasi penyempurnaan dan penggantian alat
kelamin.
3. Untuk mengetahui bagaimana status hukum perkawinan setelah melakukan
operasi penyempurnaan dan pengubahan alat kelamin.
4. Untuk mengetahui bagaimana status hukum kewarisan setelah melakukan
operasi penyempurnaan dan pengubahan alat kelamin.
Adapun kegunaan dari basil penelitian ini adalah diharapkan dapat berguna
dalam memberikan sumbangan yang berharga bagi khazanah ilmu pengetahuan,
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan yang berharga mengenai operasi
penyempurnaan dan penggantian alat kelamin dalam tinjauan Hukum Islam
serta pengaruhnya terhadap status perkawinan dan kewarisannya serta ntuk
memenuhi salah satu syarat dalam mencapai jenjang kesarjanaan SI Program
studi Perbandingan llukum jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada
Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif hidayatullah
Jakarta.
2. Bagi Fakultas
Sebagai bahan bacaan tambahan dikalangan akademisi dan sumber referensi
untuk mendalami pengetahuan mengenai operasi penyempurnaan dan
penggantian alat kelamin dalam tinjauan Hukum Islam serta pengaruhnya
terhadap status perkawinan dan kewarisannya.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan kontribusi pada masyarakat, pengetahuan tentang operasi
penyempurnaan dan penggantian alat kelamin dalam tinjauan Hukum Islam
serta pengaruhnya terhadap status perkawinan dan kewarisannya.
D. Metode dan Tehnik Penulisan
Dalam usaha mendapatkan bahan-bahan penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan penelitian kepustakaan (library reseaeh) yaitu pengkajian
ini. Di samping itu penulis mernbaca dan menelaah buku-buku serta
literature-literatur yang berkaitan dengan skripsi ini, seperti buku-buku, kitab- kitab,
majalah, koran dan sebagainya.
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku "Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta" sebagai
standar penulisan dengan pengecualian sebagai berikut:
1. Terjemahan ayat-ayat al-Qur'an dan al-Hadis dalam penulisannya ditulis satu
spasi, vvalaupun kurang dari enam ban's.
2. Kutipan dari buku-buku yang berejaan lama disesuaikan dengan Hjaan Yang
Disempurnakan (H YD).
3. Dalam Daftar Kepustakaan, al-qur'an al Karim ditulis pada urutan pertama
sebelum sumber lainnya, kemudian urutan berikutnya ditulis secara alfabet.
E. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan skipsi ini, penulis membaginya kedalam empat bab,
yang kesemuanya itu mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Adapun sistematika penulisannya secara terperinci adalah sebagai berikut:
Bab I Menguraikan bagian pendahuluan, yang didalamnya mencakup
mengenai latar belakang, pembatasan dan peruiriusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
Bab II Secara singkat menguraikan dan membahas mengenai operasi
penyempurnaan dan penggantian alat kelamin dan kaitannya dengan transeksual
dan waria, yang didalamnya mcmuat pcngcrlian operasi penyempurnaan dan
penggantian alat kelamin, pengertian transeksual serta pengertian waria , dan
kaitan operasi alat kelamin dengan transeksual dan waria.
Bab III Membahas tentang hukum operasi penggantian dan
penyempurnaan alat kelamin dalam hukum Islam dan pengaruhnya terhadap
status perkawinan dan kewarisan Islam, yang didalamnya memuat tentang
tinjauan hukum Islam terhadap operasi penggantian' dan penyempurnaan alat
kelamin, tinjauan hukum Islam terhadap status perkawinannya, serta tinjauan
hukum Islam terhadap status kewarisannya dan anahsis penulis berkenaan dengan
masalah tersebut.
Bab IV merupakan penutup dari semua pembahasan yang terdiri dari
BA B II
OPERASI PENYEMPURNAAN DAN PENGGANTIAN AL AT KELAMIN KAITANNYA DENGAN TRANSEKSUAL DAN WARIA
A. Pengertian Operasi penyempurnaan dan Penggantian Alat Kelamin
1. Pengertian operasi penyempurnaan alat kelamin.
Operasi penyempurnaan alat kelamin berasal dari kata operasi dan
penyempurnaan kelamin. Operasi berarti bedah atau bedel,5 sedangkan
penyempurnaan alat kelamin artinya proses atau cara penyempurnaan alat
kelamin laki-laki atau perempuan.6
Operasi penyempurnaan alat kelamin adalah operasi yang dilakukan
terhadap organ yang kurang sempurna7. Operasi ini dilakukan oleh para dokter
terhadap waria (banci) Hermaphrodit yaitu seseorang yang mempunyai dua
macam alat kelamin dan juga kelenjar kelamin sekaligus, baik testis maupun
ovarium, baik penis maupun vulva. Operasi kelamin ini pada dasarnya bukan
hendak mengubah laki-laki menjadi perempuan, atau sebaliknya. Tetapi,
menyempurnakan salah satu dari dua kelamin yang dominan.8
5
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendid.ikan dan Kebudayaan, 1989), cel. ke-2, h. 628
6
Ibid, h. 810
7
Anshari Thayib dan Mas'ud Adnan, "Mengadili Dorce in Absensia", Amauah. No. 85, (Oktober 1989), h. 16
8
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa operas; penyempurnaan
alat kelamin mi dilakukan oleh para dokter terhadap organ kelamin yang kurang
sempurna. Operasi ini dilakukan bukan untuk mengubah jcnis kelamin laki-laki
menjadi perempuan atau sebaliknya, melainkan untuk menyempurnakan organ
kelamin dalam agar sesuai dengan organ kelamin luar atau menyempurnakan
salah satu dari dua kelamin yang dominan.
2. Pengertian operasi penggantian alat kelamin.
Operasi penggantian alat kelamin berasal dari kata operasi dan
penggantian alat kelamin. Operasi berarti bed ah atau bedel sedangkan
penggantian alat kelamin berarti proses atau cara mengganti alat kelamin laki-
laki atau perempuan.9
Operasi penggantian alat kelamin adaiah operasi yang mengubah dan
merekonstruksi alat kelamin luar dari satu jcnis menjadi jcnis yang beriawanan10
Operasi ini biasanya dilakukan oleh para dokter terhadap warm (banci)
transeksual yaitu mereka, baik laki-laki maupun perempuan yang inempunyai
tubuh dan alat kelamin sempurna, akan tetapi jiwanya membenci pada alat
kelaminnya, malah mereka ingin memotong atau mengganti kelaminnya dengan
alat kelamin yang sesuai dengan jiwanya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa osperasi penggantian
alat kelamin ini dilakukan oleh para dokter terhadap seseorang untuk mengubah
9
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op cit, h 354
10
alat kelaminnya sesuai dengan keinginan jiwanya, karena jiwanya rnembenci alat
kelaminnya. Padahal orang tersebut inempunyai tubuh dan alat kelamin yang
sempurna.
B. Pengertian Transeksual dan Waria
Transeksual dan waria merupakan dua di antara berbagai macam
gangguan identitas jenis.
1. Pengertian Transeksual
Dalam kamus Psikologi, Waluyo mengartikan transeksual sebagai
berikut:
"Transexualism adalah gejala di mana seseorang merasa bahwa dirinya
mempunyai kelainan struktur seksual dengan fisiknya"11
Transeksual adalah seseorang yang tidak meyakini anatomi dari alat
kelaminnya, bila anatomi aslinya wanita maka ia merasa sebagai laki-laki.12
Transeksualisme atau iransgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan
seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin
dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang
dimilikinya.13 Gejala ketidakpuasan seseorang pada jenis kelamin yang
dimilikinya karena merasa memiliki seksualitas yang berlawanan, ketidakpuasan
11
Waluyo, Kamus Psikologi, (Lamongan: CV. Bintang Pclajar, 1990), h. 163
12
Sudarsono, S.H, Kamus b'ilsafat dan Psikologi, ( Jakarta Rineka Cipta, 1993), cel. ke 1, h. 258 ;
13
ini diwujudkan dengan berbagai cara, misalnya mengubah cara berjalan,
berbicara dan berpakaian serta memakai perhiasan dan make-up bahkan ada yang
mengoperasi kelaminnya.14
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa transeksual
merupakan keadaan seseorang yang meiniliki seksualitas yang berlawanan
dengan bentuk llsiknya. Misalnya seseorang yang inempunyai anatomi aslinya
laki-laki tetapi ia merasa sebagai perempuan. Ketidakpuasan ini diwujudkan
dengan berbagai cara diantaranya dengan mengganti kelaminnya sesuai dengan
keinginan jiwanya.
2. Pengertian Waria
Pada dasarnya Allah swt menciptakan makhluk yang bernama manusia
hanya terdiri dari dua jenis yaitu laki dan perempuan. Adanya pasangan
laki-laki dan perempuan merupakan proses awal penciptaan keturunan anak manusia
yang untuk selanjutnya menyebar di muka bumi ini sebagai khalifah fil ard.
Demikian juga Allah swt. menciptakan makhluk lainnya berpasang-
pasangan, sebagaimana Allah swt. berfirman dalam surat Az-Zukhruf ayat 12:
…
Artinya:
"Dan yang menciptakan scmua yang hcpasang-pasangan……"
(Az-zuhruf/43; 12)
14
Dalam proses kejadian manusia ada yang mengalami
ketidak-sempurnaan, sebagaimana dikemukakan dalam al-Qur'an:
… Artinya:"Hai manusia, jika kctnni dalam keraguun lenlang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dan tanah, kemudian dari setetes muni, kemudian dari segumpul duruh, kemudian dari segumpul duging yang sempurna kejadiannya dan vang tidak sempurna … … (Al-hajj/ 22:5) "
Dari ayat tersebul di atas, tersirat pengertian bahwa ada "kemungkinan
terjadi kelainan dalam kejadian diri seseorang. Adanya kelainan itu merupakan
perkembangan dari Mudgatul Ghairu Mukhallaqah (makhluk yang tidak
sempurna perlumbuhannya).15
Karena ketidaksempurnaan pSrtumbuhan inilah menimbulkan kelainan
kelamin baik dari segi fisik dan ada juga dari segi psikis (kejiwaan). Orang
tersebut terkenal dengan sebutan banci, Wadam (wanita adam),Waria (wanita
pria) atau dikalangan fukaha dmamakan Khunsa.
Dalam istilah kedokteran disebut hermaprodite, pseudohermaprodite,
homosex, transeksual,dan tranvestite yang inempunyai porsi masing-masing.
Untuk mengetahui batasan apa yang dinamakan waria, penulis akan
mengemukakan dari segi bahasa maupun istilah dari para fukaha dan ahli medis.
15
a. Arti Waria menurut bahasa:
Khunsa berasal dari Bahasa Arab dari wazan Fu'la yang artinya lunak,
halus dan lembut.16
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan: Khunsa (banci) berarti
bersifat laki-laki dan perempuan (tidak bersifat laki-laki dan perempuan), laki-
laki yang bertingkah kalu dan berpakaian perempuan atau sebaliknya.17
b. Arti Waria Menurut Istilah
Yang dimaksud waria menurut istilah Fiqhiyah adalah:"Orang yang
memiliki alat kelamin laki-laki dan perempuan atau tidak inempunyai keduanya
sama sekali.18
M Ali Hasan juga menjelaskan bahwa khunsa adalah orang yang
inempunyai dua alat kelamin, atau tidak inempunyai kedua alat tersebut. Hanya
ada sesuatu lubang yang tidak serupa dengan alat itu.19
Di kalangan fukaha, khunsa dirumuskan sebagai: "orang yang
inempunyai organ kelamin ganda yang berbeda yaitu organ kelamin pria dan
wanita atau tidak mempunya sama sekali (tidak jelas identitas kelaminnya).20
Dalam kamus istilah fiqih, pengertian khunsa adalah seorang yang
mempunyai dua alat kelamin, dzakar dan farji, sama besar atau kecilnya. Atau
16
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), cet. ke-8, h. 121
17
Anton M. Moeliono, (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1990), cet. ke-3, h. 437
18
Suhrawardi K. Lubis, S.H, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam lengkap dan praktis, (Jakarta: sinar grafika offset, 1995), cet. ke-1, h. 68
19
M Ali hasan, Hukum Wah sun dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. ke-4, h. 124
20
yang dalam tubuhnya terdapat bentuk keganjilan, sehingga sulit dapat diketahui
dengan pasti apakah dia laki-laki atau perempuan.21
Dari pendapat para fukaha di atas tentang khunsa dapat diambil
kesimpulan bahwa para fukaha dalam memandang khunsa (waria) hanya
berdasarkan kepada alat kelamin yang kelihatan (/ahir) saja yang menurut ilmu
kedokteran masuk ke dalam kategori banci jasmaniah.
3. Macam-macam Waria
Di kalangan fukaha waria (banci) terbagi alas dua macam, yaitu khunsa
wadih dan khunsa musykil.
a. Khunsa wadih adalah khunsa yang telah dapat dihukumi laki-laki atau
perempuan dengan memperhatikan tanda-tandanya. Tanda-tandanya dapat
diperhatikan kepada alat kelamin itu sendiri ataupun kepada sifat-sifatnya,
apakah mirip kepada perempuan atau kepada laki-laki22
b. Khunsa musykil adalah khunsa yang belum dapat dihukumi laki-laki maupun
perempuan, karena tanda-tandanya belum terang.23 baik disebabkan orang
tersebut berkelamin ganda atau mungkin juga tidak mempunyai kelamin sama
sekali.24
21
M. Abdul Mujieb, Mabruri Thalhah, Syafi'ah A.M, Kamus Istilah Fiqih. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke 2, h. 164
22
M Ali hasan, loc. cil 19
23
Ibid
24
Sedangkan menurut kalangan ahli medis waria terbagi atas dua rnacam puia,
yaitu: waria (banci) jasmamah dan waria (banci) kejiwaan. Secara global hal
itu dapat diperinci menurut porsinya masing-masing sebagai bcrikut:
a. Waria (banci) jasmaniah ternagi atas dua kelompok yaitu: Hermaphrodite
yang hanya inempunyai jaringan testis atau hanya inempunyai jaringan
ovarium saja, disebut sebagai hermaphrodite palsu (pseudohermaphrodite)
dan mdividu yang mempunyai jaringan campuran disebut hermaphrodite
tulen (hermaphrodite complexus).
Dijelaskan oleh dr. H. Ali Akbar mengenai maacam-macam waria
(banci) jasmania tersebut, bahwa:
Hermaphrodite ditinjau dari segi bentuknya dapat dibagi menjadi
hermaphrodite complexus yaitu seorang manusia yang mempunyai
kedua macam alat kelamin dan kelenjar baik laki-laki maupun
perempuan.i semacam ini dilakangan luqalia dikenal sebagai khunsa
musykil. Ada pula Pseudo hermaphrodite, yaitu manusia yang mempunya
alat kelamin tidak berkembang dengan baik, seperti penis kecil bagi
laki-laki atau klitorisnya yang membesar pada wanita. Banci semacam ini
dilihat dari sudut alat kelamin yang kelihatan.25
b. Waria (banci) kejiwaan adalah kelompok banci karena awak tubuhnya,
bentuk tubuhnya beserta kelenjar kelaminnya berlawanan dengan
25
jiwanya. Artinya bila seorang manusia mempunyai kelenjar kelamin
laki-laki dan alat kelamin laki-laki-laki-laki tctapi jiwanya. perempuan maka tingkah
laku dan sikapnya sepcrti perempuan scrta menyenangi la wan jenisnya
dan sebaliknya.26
Waria (banci) kejiwaan terbagi atas tiga kelompok yaitu :
1) Homosek: laki-laki dengan tubuh iaki-laki scrta alat kelaminnya iengkap
dengan zakur, last is bcrfungsi dengan baik, dapat berdin, dapat kawin dan
beranak namun la selalu berluibungan dengan jenisnya sendiri yaitu laki-
laki.
Kalau perempuan disebut lesbian, yaitu perempuan yang fisiknya dan alat
kelaminnya Iengkap, dapat menjadi istri dan beranak nanun la
berluibungan kelamin dengan jenisnya sendiri, yaitu perempuan.
2) Tranvestue: laki-laki yang berfungsi sebagai iaki-laki dengan alat kelamin
yang sempurna, namun ia mempunyai kesenangan memakai pakaian
neremnuan Dengan memakai pakaian perempuan itu, dapat
membangkitkan nafsu sexnya, demikian juga orang perempuan yang
senang memakai pakaian laki-laki.
3) Transeksual manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dengan tubuh
dan alat kelamin sempurna, akan tetapi jiwanya membenci pada alat
26
kelaminnya, malah ia ingin memotong atau mengganti kelaminnya dengan
alat kelamin yang sesuai dengan jiwanya.27
Waria (banci) kejiwaan merupakan seseorang yang memiliki alat
kelamin yang sempurna tetapi beriawanan dengan jiwanya. Jenis waria mi
terbagi atas tiga kelompok. Pertama, homosek yaitu seseorang yang memiliki
alat kelamin sempurna tetapi ia lebih menyukai sesama jenisnya. Kedua,
tranvestite yaitu seseorang yang mempunyai alat kelamin yang sempurna
tetapi ia lebih suka memakai pakaian lawan jenisnya untuk membangkitkan
naisu seknya. Ketiga, transeksual yaitu seseorang yang mempunya alat
kelamin sempurna tetapi ia membenci alat kelamin yang dimilikinya.
C. Kaitan operasi alat kelamin dengan transeksual dan waria
Operasi kelamin yang dilakukan terhadap waria yang mempunyai dua
macam sifat, yaitu operasi rehahililalij terhadap organ yang kurang sempurna dan
operasi pengubahan/pengantian kelamin.
Apabiia si fat keleiakiaannya lebih dominan, yakni berdasarkan laporan dari
dokter yang ahli dan terpercaya melalui analisis medis dan pengamatan
kromosom sel darah putih, maka diperbolehkan untuk melakukan operasi guna
27
mengganti kelaminnya menjadi laki-laki. jika sifat kewanitaannya lebih
dominan, maka dibolehkan untuk dilakukan operasi agar diubah menjadi wanita.28
Kartini Kartono mengatakan bahwa operasi dalam mengubah jenis
kelamin pria menjadi wanita lebih mudah daripada mengubah wanita menjadi pria
karena penis artificial/buatan itu tidak bias berfungsi.29
Operasi rehabilitative terhadap organ yang kurang sempurna haruslah
berpegangan pada aspek anatomi yaitu kromisom dan gonad. Menurut Wildan
Yatim, dosen Biologi Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung,
seorang waria yang menjalani operasi penyempurnaan kelamin (rehabilitative)
harus dinyatakan statusnya terlebih dahulu berdasarkan kepada susunan
kromosom dan gonad. Jika gonad adalah testis dan ada kromosom Y dalam sel,
status orang tersebut harus dinyatakan sebagai pria. Jika tidak ada testis dan
kromosom Y, status orang tersebut dinyatakan sebagai wanita.30
Seorang manusia mengandung 46 kromosom, yaitu benang-benang halus
dalam intisel. Tiap kromosom mengandung ribuan gen yang merupakan satuan
bahan sifat keturunan. Diantara kromosom itu ada dua helai yang berperan
dalam menentukan jenis kelamin, sehingga disebut kromosom jenis
kelamin, yaitu X dan Y. wanita memiliki kromosom X (XX), dan pria memiliki
satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY).
28
M. Manshur, Fiqih orang sakit, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003) cet. Ke-1, h. 201
29
Marzuku Umar Sa’abah, loc. cit
30
Kedua kromosom kelamin mempunyai dua iengan, yangjika digandengkan, satu
lengan sama panjang antara keduanya dan kandungan gennya juga sama. Lengan
satu lagi pada kromosom Y jauh lebih pendek, dan kandungan gennya. pun
berbeda.
Menurut penelitian pada bagian ujung lengan pendek kromosom Y itulah
terkandung gen penumbuhan buah pelir yang disebut testis determining
factor/TDF. Jika dalam sel-sel calon gonad janin ada kromosom Y, ealon gonad
ini tumbuh menjadi buah pelir (testis).
Testis janin mi akan memproduksi dua macam hormon, yaitu androgen
(lesiosieron), yang mendorong pertumbuhan bakal saluran kelamin menjadi
saluran buah pelir, kelenjar mani, dan kelamin luar pria, dan sejenis hormon dari
senyawa glikoprotein yang berperan sebaga: penekan pertumbuhan jaringan calon
saluran menjadi saluran telur, rahim dan kelamir luar wanita. Jika kromosom Y
tidak ada, calon gonad tumbuh menjadi indung telur {ovarium), disusul dengan
tumbuh saluran kelamin dari calon saluran, serta kelamin luar.
Jelaslah kehadiran kromosom Y dan satu testis, merupakan petunjuk
utama menetapkan status sex seseorang. Karena itu tindakan operasi harus
bertujuan untuk lebih sempurna aktifitas sebagaimana digariskan oleh susunan
kromosom dan gonad tadi.31
Operasi pengubahan/pergantian kelamin ini biasanya dilakukan oleh
kalangan transeksual. Bagi kalangan transeksual, sebagian dari mereka
31
sebenarnya tidak mempunyai masalah anatomic maupun fisiologik, mereka
umumnya memiliki kelenjar prostat normal, testis normal dan penis yang normal
pula. Mereka juga dapat melakukan senggarna, seperti layaknya laki-laki normal.
Faktor psikologi banyak ditudmg sebagai penyebabnya, mereka tidak saja
menginginkan agar alat keaminnya diganti dengan jenis kelamin lain, tetapi juga
sangat yakin bahwa jenis alat kelamin yang dibawanya sejak lahir ltu merupakan
kesalahan. Kenyataan menunjukan bahwa ada sebagian penderita transeksual
yang tak segan-segan memotong pemsriva sendiri untuk mendukung
keinginannya bahkan tak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri.
Secara logika bila penyebabnya adalah masalah psikologis maka
pengobatan pun sudah barang tentu dengan pengobatan psikologis puia. Tetapi
pada kenyataannya masalah pengobatan mi tidak segampang yang diduga orang.
Untuk menyembuhkan kelainan ini, yang sangat menentukan adalah motivasi atau
kemauan dari si penderita itu sendiri untuk disemhuhkan. Inilah keunikan dari
penyakit psikis yang berlainan dengan penyakit fisik, dimana sering si penderita
tidak ingin disembuhkan. Alternatif lain yang mungkin dan banyak diminati oleh
penderita transeksual adalah operasi penggantian/pengubahan kelamin. Tentu saja
dengan persyaratan yang sangat ketat.
Para dokter yang melakukan operasi penggantian/pengubahan kelamin
seseorang dari jenis waria (transeksual) adalah berdasarkan faktor-faktor yang
melakukan operasi diterima permintaannya dan dilaksanakan, tetapi mereka
mempertimbangkan dan meneliti beberapa kemungkinan, yang antara lain:
1. Evaluasi psikiatri yang luas dan mendalam, dengan dilakukan percobaan
kearah psikoterapi yang teratur. Andaikata psikoterapi yang teratur ini tidak
memenuhi sasarannya dan gagal, maka harus kearah tindakan operatif dengan
mengingat beberapa syarat dasar terpenuhi lebih dahulu.
2. Pasien harus terbukti bermotivasi kuat dan secara psikopatologik tidak
menunjukkan tanda-tanda kea rah psikosa.
3. Terapi hormonal, terapi menghilangkan rambut, penampakan sebagai wanita
(apabila ingin merubah kelaminnya sebagai wanita) dan pembedahan
kosmetik non genital lainnya perlu dijalankan.
4. Hidpu sebagai wanita perlu dilaksanakan sebagai percobaan yang cukup lama
sedikit-dikitnya dua tahun.
5. Evaluasi ulang oleh psikiater dilakukan, dengan mengingat pula hal-hal yang
terjadi selama ia hidup sebagai wanita.
Apabila syarat-syarat nomor satu sampai nomor lima itu membenarkan
motivasi yang tetap sama kuat, maka dapat dirundingkan oleh suatu panitia
dokter ahli, apakah tindakan pembedaha dapat dipertimbangkan sebagai
langkah berikutnya.32
Adapun teknik pelaksanaan pengubahan kelamin pada transeksual
adalah sebagai berikut:
32
Pada transeksual wanita ke laki-laki (Female to male), tindakan operaif
yang dilakukan terdiri atas; pemberian hormon endrogen selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun (untuk mengubah volume suara menjadi suara laki-laki,
menumbuhkan rambut pada wajah, rambut pada dada dan anggota tubuh lainnya),
membuang buah dada dengan meninggakan puling susu, membuang rahim dan
indung telur melalui sayatan lewat dinding perut, membuang penis artificial
(tiruan) dari kulit dinding perut bagian bawah yang dalamnya diisi jaringan
lemak, membuat kantung buah pelir tinian dari jaringan bekas Inhium dan
kemudian mengisinya dengan testis tiruan.
Pada transeksual dari laki-laki ke wanita (male to famale), tindakan
operasi yang dilakukan terdiri atas; pemberian hormone estrogen selama
beberapa bulan sampai beberapa tahun, melakukan operasi plasfik untuk
membesarkan buah dada, membuat vagina tiruan dengan melakukan pengirisan
kulit di depan dubur. Membuang bagian dalam dari penis dan kemudian kulit dari
penis dimasukan ke dalam irisan tadi untuk membentuk liang senggama tiruan,
membuang testis, membuat labium dari bckas knit kantung testis, membuang
johm dan membuang rambut-rarnbut pada tubuh dengan eektroosis.33 Dan pada
operasi ini , penis (dzakar) dan scrotum (buah dzakar atau buah peir) serta testis
(tempat produksi spcrma) dibuang. Sedangkan kulit scrotan digunakan untuk
33
menutup liang vagina, dan untuk pembuatan clitoris (klentit), diambil sebagian
dari penis yang telah terbuang tadi.34
Pengubahan kelamin memberi pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan psikologis seseorang, sebagian orang merasa bahagia dan tenang
jiwanya setelah menjalani operasi, tapi ada juga orang yang ingin kembai ke
identitas sebelumnya, kalau ia perempuan berubah menjadi laki-laki setelah
operasi, ia ingin kembali menjadi perempuan lagi dan sebaliknya, sesuai dengan
pernyataan Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro:
Di pihak lain harus diakui pasien akan merasa dirinya lebih ringan dan
bahagia apabia sudah dirubah identitas sexnya. Demikian juga rasa depresi dan
gejala psikologik lain mungkin diringankan karenanya, tetapi peru diperhatikan
bahwa ada golongan lain yang tidak akan maju keadaan ernosionalnya; mereka
tetap depresi, tetapi ingin membunuh diri, dan ada juga yang masuk dunia
prostitusi serta hiburan Iain yang disangsikan legalitas dan kedudukannya, dan
akhirnya ada individu yang ingin kembali lagi keidentitas yang dahulu (kalau
wanita menjadi pria karena operasi, sekarang ingin kembali menjadi wanita dan
sebaliknya).35
Jelasah bahwa operasi pengubahan kelamin belum tentu menjamin
kepuasan dan ketenangan jiwa seseorang, karena «ida juga yang ingin kembali
34
M Mahjuddin, Masaiu Fiqhiyah berbagai kasusyang dihadapi hukum islam masa kini, (Jakarta: kalam mulia, 2003), cet ke- 4, h. 18
35
kepada keadaan semula, malah ada juga yang ingin membunuh diri setelah
BAB III
PAN DANG AN HUKUM ISLAM TENTANG OPERASI PENGGANTIAN DAN PENYEMPURNAAN ALAT KELAMIN SERTA AKIBAT HUKUMNYA
TERHADAP STATUS PERK A WIN AN DAN KEWARISAN
A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Operasi Penggantian dan Penyenipurnaan Aiat Kelamin
Allah menciptakan manusia dengan dua jenis kelamin, iaki-laki dan
perempuan, yang mempunyai alat kelamin yang berbeda, zakar (penis) untuk laki-
laki dan far7 (vagina) untuk perempuan. Tapi ada manusia yang lahir dengan alat
kelamin garida atau kurang sempurna sehingga ada rasa minder atau rendah diri
dalam dirinya.
Operasi ganti kelamin yang sekarang ini sudah banyak dilakukan oleh
orang-orang yang mengalarni gangguan identitas jenis.
1. Operasi Penggantian Alat Kelamin
Manusia yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya sebagai
pria atau wanita mempunyai alat kelamin satu berupa zakar (penis) atau farj
(vagina) yang normal karena sesuai dengan organ kelamin dalam, tidak
diperkenankan oleh hukum Islam melakukan operasi ganti kelamin.36
Dalil-dalil syar'i yang mengharamkan operasi ganti kelamin bagi orang
yang lahir normal jenis kelaminnya antara lain sebagai berikut:
a. Al-Qur'an, surat An Nisa ayat 119:
36
Artinya :
"Dan soya (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka , dan akan membangkitkan angan -angan kosong pada mereka (memotong telinga hewan ternak) , lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya surnh mereka (mengubah ciptaan Allah), maka sesungguhnya mereka benar-benar mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugianyang nyata"(An-Nisa/4:119).
Ayat tersebut di atas merupakan ancaman Allah SWT terhadap orang-
orang yang merubah ciptaannya. "Beberapa perbuatan manusia yang
diharamkan karena termasuk "mengubah ciptaan Tuhan", seperti mengebiri
manusia, homoseksual, menyambung rambut dengan sopak: pangur, membuat
tato, mencukur bulu muka (alis), dan takhannus, artinya orang pria berpakaian
dan bertingkah laku seperti wanita dan sebaliknya.37
b. Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan al- Bukhari dan enam ahli Hadis lainnya
Artinya:
" Dari Abdillah berkata: Allah mengutnk wanita tukang lata , yang meminta ditato, yang menghilangkan bulu muka, yang meminta dihilangkan bulu mukanya , dan para wanita yang memolong (parting) giginya, yang semua itu dikerjakan dengan maksud untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah (HR Bukhori) ".
Hadis ini menunjukan bahwa seorang pria atau wanita yang normal
jenis kelaminnya dilarang oleh Islam mengubah jenis kelaminnya, karena
mengubah ciptaan Allah tanpa alasan yang hak yang dibenarkan oleh Islam.38
c. Hadits Nabi SAW. Yang mengutuk wanita menyerupai laki-laki dan laki-laki
Adapun, jika scmala-rnala terdapat sifat kewanitaan pada seorang
lelaki/sifat keielakian pada seorang wanita, maka diharamkan untuk dilakukan
operasi kelamin pada kondisi ini, karena rial ini sama saja dengan laki-laki
yang menyerupai wanita/wamta yang menyerupai laki-laki.41
Demikian pula seorang pria atau wanita yang lahir normal jenis
kelaminnya, tetapi karena lingkungannya menderita kelainan semacam
kecenderungan seknya yang mendorongnya lahiriah "banci" dengan
berpakaian dan beiUngkah laku yang bei lawaiian dengan jenis kelaminnya
yang sebenarnya. Maka dalam hal ini juga diharamkan oleh agama mengubah
jenis kelaminnya, sekalipun ia menderita kelainan seks. Sebab pada
hakekatnya jenis/'organ kelaminnya normal, tetapi psikisnya tidak normal.
Mengubah jenis kelamin berarti mengubah ciptaan Allah swt. tanpa alasan
yang dibenarkan oleh Islam.
Pengubahan kelamin adalah sebagaimana mengebiri, membuang alat
kelamin luar, sedang alat kelamin dalam tetap seperti semula, jika laki-laki
mengubah menjadi perempuan tidak mungkin akan mempunyai anak, sebab
tidak mempunyai rahim dan tidak mempunyai indung telur dan juga
sebaliknya, jika perempuan menjadi laki-laki tidak akan bisa seperti laki-laki
normal. Pengubahan kelamin hukumnya adalah haram, sebab hanya
menyerupai laki- laki atau menyerupai perempuan saja sudah kena la'nat,
apalagi merubah ciptaan Allah, merubah ciptaan Allah hukumnya haram.42
41
Muhammad Manshur, h'iqih Orang sakil, (Jakarta: Pusiaka Al-kautsar, 2003), eel ke-1, h. 2001
42
Kesemua dalil-dalil syar'i tersebut di atas jelas menunjukan tentang
keharaman mengubah ciptaan Allah. Maka operasi ganti kelamin yang
dilakukan oleh manusia yang mempunyai alat kelamin normal dapat
dikalegorikan mengubah ciptaan Allah uan tidak ada alasan yang cukup kual
untuk melakukan opersi ganti kelamin, pada dasamya itu manusia yang
normal keadaan fisiknya, dia hanya menderita gangguan idenUtas jenis yang
sifatnya kejiwaan se'ningga berpengaruh pada periiakunya. Oleh karena itu
operasi transeksual baginya diharamkan oleh Islam.
Seorang laki-laki dilarang dalam Islam menyamakan dirinya dengan
perempuan, dan se'oaiiknya perempuan dilarang menyamakan dirinya dengan
laki; baik periiakunya, pakaiannya (misalnya dalam lawak, seorang
laki-laki yang berperilaku dan berpakaian seperti perempuan) dan lebih-lebih bila
ia mengganti kelaminnya.
Larangan ini mengandung dosa besar , yang banyak meiibaikan pihak
lain misalnya uokler yang mengoperasmya, urang-orang yang mernberikan
dukungan moril dalam upaya pengoperasiannya dan sebagainya. Kesemuanya
itu mendapatkan dosa yang sama, lebih-lebih lagi bila waria yang berhasii
mengganti kelaminnya, menggunakannya untuk mengadakan hubungan seks
sebagai perbuatan homoseksual (Al-liwaalh), yang status hukumnya sama
dengan perzinahan.43
Selanjutnya dr. II. Ali Akbar mengatakan bahwa: operasi penggantian
kelamin yang dilakukan waria (banci) transeksual yang mempunyai alat
kelamin normal adalah haram. Alasan yang dikemukakan adalah:
Penggantian kelamin akan lebih mudah menjurus kepada homo
Sexualitas (liwat). Seorang banci laki-laki hubungan kelamin dengan laki-laki,
dan dengan merobah alat kelaminnya menjadi alat kelamin perempuan
mungkin dia akan kawin dengan laki-laki, sedang keduanya secara kromosom
adalah sekelamin, maka ia akan menimbulkan sexualitas antara Iaki-laki dan
sebaliknya hukum sexualitas (liwat) adalah haram.44
Telah dikemukakan di atas , bahwa semua orang yang telah terlibat
langsung atau tidak langsung terhadap upaya penggantian kelamin, termasuk
menanggung dosa besar. Hal ini dapat diketahui status hukumnya sebagai
haram, yang mengakibatkan dosa bagi seorang dokter yang menanganinya,
dan orang-orang yang memberikan fasilitas serta dukungan morilnya,
Maksud kaidah ini, adalah seorang warm diharamkan menenma
penggantian kelamin dari Dokter, maka diharamkan pula bagi Dokter untuk
sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kedua tidak mengubah jenis
kelamin dalam (ovarium dan testis). Ketiga tidak menimbulkan penipuan.49
Orang vang lahir tidak normal jenis/organ kelaminnya terutama yang
banci alami bisa mudah mengalami kelainan psikis dan sosial, akibat
masyarakat yang tidak memperlakukannya secara vvajar, yang pada
gilirannya bisa menjeiumuskannya ke dalam uunia pelacuran dan menjadi
sasaran kaum homo yang sangat berbahaya bagi dirinya dan masyarakat.
Sebab perbuatan anal seks dan oral seks yang biasa dilakukan oleh kaum
homo bisa menyebabkan penyakit AIDS yang sangat ganas yang hingga kini
belum ditemukan obatnya. Karena itu, apabila kemajuan teknologi kedokteran
bisa memperbaiki kondisi kesehatan fisik dan psikis/mental si banci alami itu
melaluai operasi kelamin, maka Islam memboiehkan, bahkan
menganjurkan/memandang baik, karena akan mencapai maslahahnya lebih
besar daripada mafsadatnya. Apalagi kalau kebancian alami bisa
dikategorikan sebagai penyakit, yang menurut pandangan Islam wajib
berikhtiar diobati.
Adapun mengenai seorang yang dilahirkan dalam keadaan tidak
normal alat kelaminnya, bila ia melakukan operasi alat kelaminnya harus
dilihat dulu keadaan organ kelamin luar dan organ kelamin dalamnya.
Bila seseorang mempunyai organ kelamin ganda yakni mempunyai
penis dan vagina, maka ia boleh melakukan operasi kelamin untuk
49
mempertegas identitas jenis kelaminnya, yaitu dengan vnematikan salah satu
organ kelaminnya dan memfungsikan organ keiamin luar yang sesuai dengan
keadaan organ keiamin dalamnya. la tidak memperboiehkan memfungsikan
organ keiamin yang tidak sesuai dengan organ keiamin dalamnya.
Operasi penegasan jenis keiamin ini sangat dianjurkan, karena
kemaslahatan bagi dirinya lebih besar dari mudharatnya, yaitu mempertegas
identitas keiamin dirinya sehingga ia memperoleh ststus hokum yang jelas,
juga berakibat mengubah status jenis keiamin dari waria menjadi pria atau
wanita yang penun identitasnya, sesuai der.gari kenvataan organ keiamin
bagian luar dan dalam yang uimiiiki setelah operasi.
Dalam melaksanakan operasi penyempurnaan keiamin terhadap banci
hermaphrodite atau khunsa musykil, Prof. Dr H. Masjfuk Zuhdi
mengklasifikasikannya menjadi dua kelompok yaitu:
a. Apabila seseorang mempunyai organ kelamin dua ganda yakni penis dan
vagina, maka untuk mcmpcrjelas identitas kelaminnya, ia boieli
melakukan operasi mematikan organ keiamin yang yang satu dan
merighidupkan organ keiamin yang iainnya yang sesuai uenga organ
keiamin bagian dalam. Misalnya seseorang mempunyai dua alat keiamin
yang berlawanan, yakni penis dan vagina, dan di samping itu juga ia
mempunyai rahim dan ovarium yang merupakan ciri knas dan utarna
untuk jenis keiamin wanita, maka ia boieh melakukan operasi, bahkan
jenis keiamin kewanitaanrya. Dan sebaiiknya, ia tidak uoleh mengangkat
vaginanya dan membiarkan penisnya, karena berlawanan dengan organ
kelaminnya yang bagian dalam yang lebih vital, yakni rahim dan ovarium.
b. Apabila seseorang mempunyai organ keiamin satu yang kurang sempurna
bentuknya, misalnya ia mempunyai vagina yang tidak beriubang dan ia
mempunyai rahim dan ovarium, maka ia boleh melakukan operasi, bahkan
dianjurkan oleh agama untuk operasi memberi lubanjj pada vaginanya.
Demikian pula kalau seseorang mempunyai penis dan testis, tetapi lubang
penisnya tidak berada diujung penisnya ( tetapi di bagian bawah penisnya,
maka ia pun boleh operasi untuk dibuatkan lubangnya yang normal.50
Adapun dalil syar'i yang bisa membenarkan operasi yang bersifat
yang tidak memperlakukannya secara wajar, yang pada gilirannya bias
menjerumuskan ia kedalam pelacuran dan menjadi sasaran kaum homo yang
sangat berbahaya bagi dirinya dan masyarakat. Karena itu, apabila kemajuan
teknologi kedokteran bias memperbaiki kondisi kesehatan fisik dan psikis/
mental sibanci alami itu melalui operasi kelamin, maka Islam bias membolehkan,
bahkan menganjurkan, karena akan mencapai maslahatnya lebih besar daripada
mafsadatnya.52
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa operasi ganti
kelamin yang dilakukan oleh seorang banci untuk mengganti/ merubah bentuk
kelamin yang ada sehingga mengakibatkan jenis kelamin luar berlawanan dengan
jenis kelamin dalam, hukumnya haram dalam islam, karena hal tersebut juga
termasuk telah merubah ciptaan Allah SWT.
Sedangkan operasi penyempurnaan alat kelamin hukumnya mubah
(boleh) bahkan dianjurkan dalam Islam karena akan memperjelas identitas
seseorang dari seorang banci menjadi seorang laki-laki atau perempuan yang
penuh dengan identitas alat kelamin.
B. Pengaruh Operasi kelamin terhadap Status Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan
52
Hidup berpasang-pasanganan merupakan salah satu sunatullah yang
umum berlaku pada semua makhluk Tuhan baik manusia, hewan rnaupun
Ahmad Warson Munawir mengemukakan bahwa :
"( ﺢﻜﻧ ) adalah mengawini, menikahi, menguasai, dan kata (حﺎﻜﻨﻟا) adalah
(جاوﺰﻟا) kawin dan (ءطﻮﻟا) bersetubuh.54
Dengan demikian perkawinan menurut bahasa adaiah persetubuhan
perjanjian, sedang menurut istilah adalah "suatu ketetapan yang menyatakar.
bahwa laki-laki dan perempuan dihalalkan dalam hubungan senggama sesud:.
melalui pernikahan yang sah".55
2. Pengaruh perubahan Keiamin Terhadap Status Perkawmannya
Agama Islam sangat menganjurkan perkawinan. Anjuran ini
dituangkar. dalam bermacam-macam ungkapan yang terdapat dalam ai Quran
dan al-Had:- Ada yang mengatakan bahwa perkawinan sudah menjadi sunah
para Rasul sejak zaman dahulu kala dan hendaklah diikuti oleh generasi yang
Allah menganjurkan agar kaum muslimin saiing bantu membantu
dalam perkawinan, berusaha menearikan jodoh dari saudaranya yang belum
mempunyai jodoh, karena perkawinan itujalan untuk menghindari kefakiran
Adanya calon suami dan calon istri yang merupakan rukun dalam
perkawinan baru dianggap sah, apabila dapat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Syarat calon suami
1) Beragama islam.
2) Laki-laki (bukan banci).
3) Tertentu / jelas orangnya.
4) Tidak terkena halangan perkawinan.
5) Cakap bertindak hokum untuk hidup berumah tangga.
6) Tidak sedang mengerjakan haji / umiah.
7) Belum mempunyai empat orang istri.
b. Syarat calon istri
1) Beragama islam.
2) Perempuan (bukan banci).
3) Tertentu / jelas orangnya.
4) Dapat dimintai persetujuan.
5) Tidak terkena halangan perkawinan.
6) Diluar Iddah bagi janda).
7) Tidak dalam haji.57
57
Salah satu syarat calon suami dan calon istri adalah harus berjenis
keiamin laki-laki dan perempuan. Maka berdasarkan hal ini dapat dikatakan
bahwa khun.su musykil yang belum jelas kemusykilannya setelah diteliti alat
keiamin yang dilalui air kencing, atau kecenderungan seknya, dan tanda-tanda
kedewasaannya kemudian ia melakukan perkawinan bukan atas dasar
keinginan sendiri, maka perkawinan tersebut menurut hukum Islam tidak sah
dan haram hukumnya karena kemusykilannya.
Hal ini berbeda apabila seorang khunsa musykil mempunyai keinginan
sendiri untuk melakukan perkawinan dengan seseorang, maka perkawinannya
itu adalah sah menurut hokum islam. Kecenderungan seksual khunsa tersebut
merupakan alasan sahnya perkawinan itu. Bila khunsa musykil itu melakukan
perkawinan dengan seorang perempuan maka ia dianggap berjenis keiamin
laki- laki.
Kendati dalam keadaan tertentu kemusykilan tersebut dapat diatasi,
misalnya dengan mencari tahu dari mana ia membuang air kecil. Bila urinnya
keluar dari penis, maka ia divonis sebagai laki-laki, sedangkan jika ia
mengeluarkan urine dari vagina, ia divonis sebagai perempuan. Namun bila ia
mengeluarkan urine dari kedua alat kelaminnya secara berbarengan, maka
inilah yang diriyatakan sebagai khunsa musykil. Dan ia akan tctap musykil
hingga datang masa akil baligh.
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa perkawinan seorang
menjadi wadih (jelas), dengan pengakuan sendiri atas kecenderungan -a yang
ia rasakan sendiri meskipun sulit diidentikan melalui penelitian _ keiamin
yang dilalui air kencing, meneliti tanda-tanda kedewasaannya maur_-.
keterangan dari dokter yang memeriksanya. Kecenderungan seknya dapa:
diketahui dengan cara bagaimana cara ia bermimpi dewasa dan dengan c_ra
melihat kecenderungan ia mendekati laki-laki atau kecenderungannya
mendekati perempuan.
Masjfuk Zuhdi menegaskan bahwa:
"Sebagai konsekuensi diijinkan seorang waria/banci alarm menjalani opera-; perbaikan jenis kelaminnya, maka ia boleh melakukan perkawinan dengan pasangan yang berbeda jenis kelaminnya".58
Khunsa musykil yang melakukan perkawinan bukan atas dasar
keinginan sendiri (dikawinkan), maka perkawinannya itu tidak sah dan haram
hukumnva karena ketidakjelasan statusnya. Hal itu berbeda kalau
perkawinannya itu dilakukan atas dasar keinginannya sendiri maka sah
perkawinannya sebab telah jelas statusnya berdasarkan kecenderungan
seksualnya.
Mengenai waria (banci) kejiwaan seperti transeksual, homosex dan
tranvestite, bila hendak kawin juga tidak dilarang asal jelas apa kelaminnya
yang tampak dan dengan pasangan yang berbeda jenis kelaminnya walaupun
hal itu tidak dapat memberikan kepuasan yang maksimal.
58
Apabila seorang waria (banci) kejiwaan melakukan operasi
penggantian/pengubahan keiamin untuk maksud perkawinan . Kemudian ia
laksanakan perkawinan tersebut dengan kondisi jenis keiamin yang baru .
maka perkawi nan itu hukumnya tidak sah bahkan haram.
Menurut Masjfuk Zuhdi opersi penggantian/pengubahan keiamin dari
laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya tidak merubah status jenis
kelaminnya , ia tetap berstatus dengan jenis kelaminnya yang asli yang normal
pada waktu lahirnya.
Seorang waria (banci) kejiwaan sangat berpotensi menyenangi sesama
jenisnya walaupun ia telah menikah dengan I a wan jenisnya. Kecenderungan
ini akan terus berlanjut apabila tidak ada usaha untuk mengobatmya. Bahkan
ada diantara mereka yang sampai pada keinginan untuk melakukan operasi
penggantian /pengubahan keiamin.
Apabila penggantian atau pengubahan keiamin ini dilakukannya
sedang ia masih dalam ikatan perkawinan , maka hal ini akan berakibat pada
fasakhnya perkawinan.
Yang dimaksud fasakh perkawinan adalah : " salah satu dari macam
perceraian, yang berarti membatalkan ikatan perkawinan dan rnemutuskan tali
perhubungan yang mengikat antara suami istri karena suatu sebab".
Beberapa alasan yang dapat diajukan untuk minta fasakh perkawinan
adalah karena:
b. Suami tidak sanggup memberikan nafkah pada istrinya.
c. Suami melakukan kekejaman terhadap istrinya.
d. Suami meninggalkan tempat kediaman bersama.
e. Suami di hukum penjara.
Operasi penggantian atau pengubahan keiamin bertujuan untuk
mengubah dan merekontruksi alat keiamin luar dari satu jenis menjadi jenis
yang berlawanan serta menggantikannya dengan alat keiamin yang sesuai
dengan keadaan jiwa. Apabila seorang suami yang trasnseksual dan masih
dalam ikatan perkawinan dengan istrinya melakukan opersi penggantian
keiamin, maka si istri berhak minta cerai dengan suarninya dengan alasan
bahwa suaminya tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai suami yang
normal karena alat kelaminnya telah dirubah dan itu berarti suaminya
mempunyai cacat atau penyakit (impoten). Dengan alasan tersebut hakim
dapat mem fasakh ikatan perkawinan mereka.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Perkawinan
yang dilakukan oleh Khunsa Musykkil (waria atau banci hernia prodite) yang
bukan atas dasar keinginannya sendiri haram hukumnya dan tidak sah karena
ketidakjelasan statusnya. Sedang bagi mereka yang jelas statusnya jenis
kelaminnya karena melakukan perkawinan tersebut atas dasar keinginannya
sendiri atau telah menjalani operasi penyempurnaan/penyesuaaian keiamin,
maka sah menikah dengan lawan jenisnya. Dengan kata lain, perkawinan
dengan perempuan atau perempuan dengan laki-laki seperti manusia pada
umumnya. Di samping itu operasi penggantian /pengubahan keiamin dapat
mempengaruhi kepada ikatan perkawinan yang sedang berlangsung. Hakim
dapat memutuskan fasakh perkawinan karena tidak ada kemampuan suami
menunaikan kewajibannya akibat operasi penggantian/pengubahan keiamin
yang dilakukan.
C. Pengaruh Operasi Keiamin Terhadap Status kewarisan
Pada umumnya setiap lapisan masyarakat mengenal warisan, walaupun
cara dart sifat pembagiannya berbeda-beda antara daerah dengan daerah lain.
Namun, pada hakekatnya yang dinamakan warisan bagi seluruh lapisan
masyarakat adalah sama, yakni berupa harta peninggalan yang akan diwarisi.
Dalam hukum kewarisan Islam alat keiamin laki-laki dan perempuan
mempunyai urgensi yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya untuk
menentukan seseorang kepada jenis laki-laki atau perempuan. Allah swt.
menjelaskan kewarisan orang laki-laki dan perempuan sejelas-jelasnya dalam ayat
Ayat di atas menjelaskan bagian orang laki-laki dan perempuan yang
akan mereka terima dari harta waisan yang ditinggaikan. Namun Allah swt. tidak
menjelaskan bagian yang harus diterima oleh seorang waria (Khunsa). Oleh
karena itu para ulama berusaha dan berijtihad untuk mengatasi penyelesaian
bagian mereka. Ijtihad para ulama itu bertitik tolak kepada ketentuan yang telah
ada, yaitu mereka mengidentikkannya dengan laki-laki atau perempuan.
1. Kewarisan waria yang belum jelas statusnya
Kejelasan jenis keiamin seseorang akan mempertegas ststus hukumnya
sehingga ia berhak menerima harta waris sesuai harta bagiannya. Oleh karena itu,
adanya dua jenis keiamin pada seseorang atau bahkan sama sekali tidak ada
disebut sebagai musykil. Keadaan ini membingungkan karena tidak ada kejelasan,
kendati dalam keadaan tertentu kemusykilan tersebut dapat di atasi, misalnya
dengan mencari tahu dari mana ia membuang air keeil. Bila urinnya keluar dari
penis, maka ia divonis sebagai laki-laki dan mendapatkan hak waris sebagai kaum
laki-laki. Sedangkan jika ia mengeluarkan urine dari vagina, ia divonis sebagai
perempuan dan memperoleh hak sebagai kaum perempuan. Namun, bila ia
mengeluarkan urine dari kedua alat kelaminnya (penis dan vagina) secara
berbarengan, maka inilah yang dinyatakan sebagai khunsa musykil. Dan ia akan
tetap musykil bingga datang rnasa akil baligh.59
59
Di samping melalui cara tersebut, dapat juga dilakukan dengan cara
mengamati pertumbuhan badannya, atau mengenali tanda-tanda khusus yang
lazim sebagai pembeda antara iaki-laki dengan perempuan. Misalnya, bagaimana
cara ia bermimpi dewasa, apakah ia tumbuh kumis, apakah tumbuh payudaranya,
apakah ia haid atau hatnil, dan sebagainya. Qila tanda-tanda tersebut tetap tidak
tampak, maka ia divonis sebagai khunsa musykil.60
Jika seseorang khunsa sukar ditetapkan jenisnya, baik dengan jalan
meneliti alat kelamin yang dipergunakan membuang air kecil, keterangan dokter,
pengakuan sendiri rnaupun dengan jalan meneliti cirri-ciri khusus
kedewasaannya, ia disebut dengan kiiunsa musykil. Kesulitan untuk menentukan
jenisnya membawa kesulitan dalam menetapkan pembagian pusakanya.
Apabila sikhunsa itu tidak mempunyai indikasi-indikasi atau cirri-ciri
khas yang bisa menunjukan kearah jenis kelamin tertentu (laki-Saki atau
perempuan), atau ia mempunyai indikasi-indikasi atau cirri-ciri yang kontradiktif,
maka ia disebut khunsa musykil, dan ia diperlakukan dalam status hokum
warisnya sebagai ah1i waris yang kurang beruntung, Sebab ia hanya menerima
bagian warisan yang lebih kecil dari dua alternatif bagian warisan dengan status
hokum pewaris pria dan wanita.
Ada tiga pendapat yang masyhur di kalangan ulama rnengenai pembagian
hak waris kepada khunsa musykil, antara lain:61
60 Ibid 61
a. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hak waris banc; adalah yang paling (lebih)
sedikit bagiannya di antara keadaannya sebagai laki-laki atau wanita. Dan ini
merupakan salah satu pendapat Imam Syafi'i serta pendapat mayoritas
sahabat.
b. Mazhab Maliki berpendapat, pemberian hak waris kepada para banci
hendaklah tengah-tengah di antara kedua bagiannya. Maksudnya, inula-mula
permasalahannya dibuat dalam dua keadaan, kemudian disatukan dan dibagi
menjadi dua, maka hasilnya menjadi hak/bagian banci.
c. Mazhab Syafi'I berpendapat, bagian setiap ah!i waris dan banci diberikan
dalam jumlah yang paling sedikit. Karena pembagian yang seperti ini lebih
meyakinkan bagi-bagi tiap-tiap ahli waris. Sedangkan sisanya (dari harta
waris yang ada) untuk sementara tidak dibagikan kepada masing-masing ahli
waris hingga telah nyata keadaan yang semestinya. Inilah pendapat yang
dianggap palibg kuat dikalangan mazhab Syafi'i.
2. Kewarisan Waria Yang Sudah Jelas Statusnya
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa seorang waria (khunsa) akan
digolongkan kedalam Khunsa Musykil apabila dalam menetapkan jenisnya
menemui kesulitan, baik dengan jalan meneliti alat kelamin yang dipergunakan
untuk buang air kecil maupun dengan jalan meneliti cirri-ciri khusus
statusnya), yang dapat ditentukan statusnya dengan tidak menimbulkan kesulitan,
baik dengan cara mcneiili landa-tanda kedcwasaannya.
Jika seseorang khunsa membuang air kecii dengan melalui zakar atau
melalui zakar dan farj, tetapi air yang levvat zakar lebih dahulu keluarnya
daripada yang lewat farj, maka ia dianggap sebagai seorang laki-laki dan
karenanya dapat mewarisi sebagai seorang laki-laki. Jika ia membuang air kecil
dengan melalui farj atau lewat farj dan zakar, tetapi air yang lewat farj lebih
d