• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis unsur-unsur gharar pada perkreditan Bank Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis unsur-unsur gharar pada perkreditan Bank Konvensional"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah ( SE.Sy )

Oleh :

HANDRIANUR

NIM : 106046101623

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS UNSUR-UNSUR GHARAR PADA PRODUK BANK

KONVENSIONAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

HANDRIANUR

NIM. 106046101623

Pembimbing

AM. HASAN ALI, MA

NIP. 19751201200501105

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Analsis Unsur-Unsur Gharar Pada Produk Bank Konvensional”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, Juni 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing I : AM. Hasan Ali, MA (...) NIP. 19751201200501105

Penguji I : Prof.Dr.H. Ahmad Sutarmadi (...) NIP. 194008051962021001

Penguji II : Nahrowi, SH. M.H (...)

NIP. 150293227

(4)

iv Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Jumadil Tsaniyah 1431 H Mei 2010 M

(5)

Segala puji bagi Allah pencipta semesta alam yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan Salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW serta para pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan pertolongan dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1). Dalam hal ini penulis mencoba meneliti mengenai Ananlisis Unsur-Unsur Gharar Pada Perkreditan Bank Konvensional

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. DR.H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M.M., Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memperhatikan serta memberikan bantuannya kepada kami semua sebagai anak didiknya menuju manusia berkualitas bagi agama dan Negara

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

4. Segenap dosen yang telah ikhas dan sabar dalam mengajarkan ilmunya kepada penulis.

5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.

6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Kepada orang tuaku tercinta (Bapak Saepullah sareng Pipih Hanipah S.Pd.I) yang telah susah payah dan penuh ketulusan serta keikhlasan dalam memberikan do’a, moril maupun materil serta motivasi terbesar kepada penulis.

8. Adik-adikku tercinta : Inda, Herdi dan Rija yang telah memberikan bantuan dan semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

9. Kekasihku (Kartika), yang telah banyak memberikan perhatian serta motivasinya kepada penulis.

10.Teman-teman Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 dan khususnya kepada teman-teman Kelas PS B. Fadli, Husen, Irul, Arif, Hasonangan dan masih banyak lagi teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu

(7)

Namun demikian, segala harapan dan rasa syukur hanya kepada Allah SWT jualah kita persembahkan. Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini, mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin …

Ciputat, Jumadil Tsaniyah 1431 H Mei 2010 M

HANDRIANUR

(8)

KATA PENGANTAR ……... Vi DAFTAR ISI... Ix DAFTAR GAMBAR ... Xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah... B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... D. Kajian Pustaka... E. Kerangka Teori ... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan...

1 6 7 8 10 12 14 BAB II TINJAUAN TEORITIS GHARAR

A. Pengertian Gharar ... B. Karakteristik Gharar ... C. Hukum Gharar ... D. Bentuk-Bentuk Gharar ... E. Jenis-Jenis Gharar ... F. Hikmah Tidak Melaksanakan Gharar ...

16 17 21 23 31 32

BAB III TINJAUAN TEORITIS PRODUK BANK

KONVENSIONAL

A. Pengertian Bank... B. Fungsi Bank ... C. Jenis-Jenis Bank ... D. Penerimaan Dana Bank ... E. Penyaluran Dana Bank (Kredit) ...

(9)

B. Analisis Unsur-unsur Gharar Pada Produk Bank

Konvensional ... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

56 59

DAFTAR PUSTAKA ……… 60

(10)
(11)

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur gharar pada perkreditan bank konvensional, hal ini dilaksanakan karena kebanyakan perbankan syariah di Indonesia mengadopsi produk perbankan konvensional khususnya pada produk pendanaan yang kemudian diganti dengan syariah. Akan tetapi produk tersebut tidak dianalisi lebih dalam secara keislamannya baik dari halal, haram dan samar-samar (gharar) hukum tersebut. Bukan hanya itu saja yang menyebabkan penulisan ini dilaksanakan, ada hal lain pula yaitu, walaupun gharar dalam agama Islam sudah tertata baik sedemikian rupa, akan tetapi untuk gharar dalam lembaga keuangan khususnya bank belum ada penjelasan mendalam mengenai ini sehingga perlunya ada penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan konsep gharar ini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian conten analisis dan tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik studi pustaka, dimana penulis mencoba mencari teori-teori (konsep) gharar yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang kemudian teori tersebut dipergunakan untuk menganalisis produk bank konvensional, sehingga unsur gharar dalam produk bank konvensional dapat diketahui dengan jelas.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa konsep gharar dalam lembaga keuangan yang tidak hanya berkaitan dengan transaksi jual-beli. melainkan dengan semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh bank. Bank merupakan lembaga keuangan yang penuh dengan resiko dan zero sum game, dan resiko dan zero sum game merupakan bagian dari gharar, sehingga dalam penulisan ini sangat tepat untuk menganalisis produk tersebut. Adapun hasil konsep gharar dalam menganalisis unsur gharar pada perkreditan bank konvensional, bahwa adanya gharar dalam produk bank konvensional, sehingga perlunya kehati-hatian kepada perbankan syariah, jika ada yang mengadopsi produk perbankan konvensional

Kata Kunci: unsur gharar pada perkreditan bank konvensional

Pembimbing :

AM. HASAN ALI, MA

NIP. 19751201200501105
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Didalam perekonomian suatu negara salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis adalah lembaga keuangan bank. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Lembaga keuangan bank bergerak dalam kegiatan perkreditan, dan berbagai jasa yang diberikan bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua faktor perekonomian

Adapun pengertian bank itu sendiri adalah, bank berasal dari bahasa Italia

Banco yang artinya bangku. Bank merupakan sektor penting dan berpengaruh dalam dunia usaha1. Sedangkan pengertian bank dalam UU 21 tahun 2008 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat2.

Banyak orang dan organisasi yang memanfaatkan jasa bank untuk menyimpan atau meminjam dana. Oleh karena itu, bank memainkan peranan penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat. Dalam rangka memelihara kepercayaan

1Faisal Afif, Yoso Aripurnomo, Strategi dan Operasional Bank, Bandung, Eresco : 1996. Cet

ke-1, hal 3.

2

(13)

masyarakat tersebut, pemerintah banyak mengeluarkan peraturan dalam bidang perbankan. Tugas utama bank adalah memberikan kredit, maka bank telah menentukan kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai pemberian kredit, meskipun ada perbedaannya antara bank satu dengan bank yang lainnya. Kredit yang diberikan oleh bank dapat berupa kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Tidak hanya memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana tetapi kegiatan pokok bank juga menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka. Disamping itu bank memiliki peranan penting untuk mendorong pertumbuhan suatu bangsa karena bank merupakan lembaga yang berfungsi menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa diikuti dengan distribusi yang merata akan menyebabkan ketimpangan sosial.

Deregulasi yang dilakukan pemerintah mengenai perbankan pada tahun 1983, deregulasi ini sangat mempengaruhi pola dan strategi perbankan baik dari sisi aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru3. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan depresi sektor keuangan dan

(14)

sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan semarak.

Dengan adanya persaingan yang ketat, banyak cara yang dilakukan oleh pihak perbankan, salah satunya lebih inovatif dan berani merubah produk dan menciptakan produk baru sesuai dengan kebutuhan manusia pada abad sekarang ini, produk yang dibuat oleh pihak bank saat ini hanyalah berfungsi untuk memuaskan pelanggan dan produk yang dibuat tidak mengandung unsur nilai ke-Islaman. Produk – produk yang digunakan oleh bank konvensional dalam penerimaan, penyaluran dananya masih mengandung unsur gharar, bahkan ada sebagian ulama berpendapat bahwa produk bank konvensional saat ini semuanya mengandung unsur gharar, hal ini disebabkan karena produk bank konvensional masih berkaitan dengan bunga, sedangkan pendanaan yang dilakukan bank konvensional tidak melihat apakah investasi itu halal atau haram4. Bank konvensional hanya memperhatikan profit yang akan diperoleh. Sehingga produk yang dibuat oleh perbankan konvensional tidak adanya kejelasan dari segi objek akad, dan transaksi yang dilakukan.

Berbeda dengan perbankan syariah, produk perbankan syariah merupakan hasil perkembangan dari fiqih terdahulu yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat zaman sekarang, produk yang digunakan bank syariah saat ini harus terlepas dari gharar. Hal ini karena jika produk bank syariah masih terdapat unsur-unsur gharar, maka akan nampak adanya pertaruhan dan menimbulkan sikap

4

(15)

permusuhan pada orang yang dirugikan. Yakni bisa menimbulkan kerugian yang besar kepada pihak lain. Larangan ini juga mengandung maksud untuk menjaga harta agar tidak hilang dan menghilangkan sikap permusuhan yang terjadi pada orang akibat jenis jual beli ini.

Pengertian gharar menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-khathr

(pertaruhan). Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-‘aqibah). Sedangkan menurut Syaikh As-Sa’di,

al-gharar adalah al-mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidakjelasan). Perihal ini masuk dalam kategori perjudian5. Sehingga dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian yang dimaksud jual beli gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan ; pertaruhan atau perjudian. Jenis gharar dalam Islam membagi ke dalam 2 macam, yaitu gharar yang memang benar-benar gharar yang tidak boleh dilaksanakan sama sekali dan gharar yang masih dilaksanakan6. Dasar hukum yang melarang jual beli gharar adalah hadis dari Abu Hurairah yang berbunyi7:

ﻲﺒا

ةﺮﻴﺮه

ﻰﻬ

ﻮﺴﺮ

ﻴﺒ

ﺮﺮﻐ ا

)

ﺪﻤﺣأ

اور

(

5Husain Syahatah, Siddiq Muhamad, dll., Transaksi dan Etika Bisnis Islam., visi insani

publishing (Jakarta: 2005). Cet ke-1, hal 144

6Hendro wibowo, Indentifikasi dan pengukuran gharar dalam transaksi ekonomi.

http://sciencestudypeople.blogspot.com/2010/01/jual-beli-terlarang-karena-prosesnya.html_ kamis 28 Januari 2010

7

(16)

Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar” (HR. Ahmad)

Dalam sistem jual beli gharar ini terdapat unsur memakan harta orang lain dengan cara batil. Padahal Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara batil sebagaimana tersebut dalam firmanNya surat Al-Baqarah : 188 sebagai berikut:

.

)

اﺮ ﺒ ا

:

١٨٨

(

“Artinya : Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta

itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-Baqarah / 2 : 188).

(17)

khususnya dalam produk penyaluran dana yang mengandung unsur-unsur gharar, hal ini karena selama ini hanya bunga (Riba) yang selalu dibahas, sedangkan bentuk-bentuk transaksi yang dilarang dalam Islam sangat kurang sekali pembahasannya. Kemudian produk bank konvensional yang sudah ada saat ini diklasifikasikan produk apa saja yang memang mengandung unsur gharar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam bentuk tulisan (skripsi) dengan judul ANALISIS UNSUR-UNSUR GHARAR PADA PERKREDITAN BANK KONVENSIONAL.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti sebagai berikut, produk bank konvensional (Kredit) memang terdapat bunga di dalamnya, di mana bunga tersebut dalam Islam termasuk kedalam riba, sedangkan produk yang lainnya dan pembiayan diperkirakan menjadi transaksi yang dilarang dalam islam, hal ini karena produk bank konvensional masih mengandung unsur gharar (ketidakpastian) baik dalam objek akad maupun dalam transaksinya.

(18)

Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini tentang konsep gharar dalam produk perkreditan bank konvensional, yang didalamnya mengandung unsur gharar, apabila masalah ini dipertanyakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep gharar dalam lembaga keuangan bank?

2. Apa unsur-unsur gharar yang terdapat dalam perkreditan bank konvensional?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini antara lain:

a. Mengetahui konsep gharar dalam lembaga keuangan bank

b. Mengetahui unsur-unsur gharar dalam perkreditan bank konvensional

2. Manfaat Penelitian

Harapan penulis semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sebagai bagian dari masyarakat yang selalu mendukung perkembangan perbankan, serta bagi beberapa pihak antara lain:

(19)

b. Peneliti, Semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembang konsep-konsep ekonomi Islam dalam perkembangan produk-produk bank yang bebas dari larangan-larangan agama.

c. Penulis, sebagai penambah wawasan bagi penulis dalam konsep gharar, dan produk-produk bank konvensional yang didalamnya terdapat unsur gharar.

d. Masyarakat, sebagai tambahan wawasan dan pertimbangan masyarakat dalam memilih produk dan bank yang akan digunakan oleh masyarakat dalam bertransaksi ekonomi.

D. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dalam menunjang penelitian ini dengan melihat beberapa penelitian skripsi sebelumnya, antara lain:

Vera Niasari, B 200 050 224, Jurusan Akuntansi fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah

Surakarta 2009.

Skripsi ini membahasan tentang perbandingan kinerja bank syariah dengan bank konvensional, baik dari produk yang digunakan maupun laporan keuangannya.

Skripsi yang penulis teliti berbeda dengan skripsi

Vera Niasari, perbedaannya terletak

(20)

Jurnal Akhmad Nur Zaroni Bisnis Dalam Perspektif Islam

(Telaah Aspek

Keagamaan dalam

Kehidupan Ekonomi).

Jurnal ini membahas mengenai mekanisme bisnis dalam persefektif islam, didalamnya

menjelaskan bagaimana menjadi pebisnis yang baik yang sesuai dengan islam, dan transaksi-transaksi yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan dalam persefektif islam dalam hal perdagangan.

Perbedaan Jurnal dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada kajian penelitiannya. Dimana skripsi penulis lebih khusus membahas gharar pada produk bank konvensional. Dalam jurnal ini lebih membahas transaksi yang dilarang saja. Dan ini bersifat umum.

Fara Safitri, 20408 2002 308, Fakultas Ekonomi. Jurusan Akuntansi

Skripsi ini membahas tentang perbedaan sistem pemberian kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan murabahah pada bank syariah

(21)

membahas sistem pemberian kredit.

E. Kerangka Teori

Gharar atau disebut juga Taghrir secara bahasa berarti Al Khathr (resiko berbahaya), dan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar. Dikatakan

gharara binafsihi wa maalihi taghriran berarti 'aradhahuma lilhalakah min ghairi an

ya'rif (jika seseorang melibatkan diri dan hartanya dalam kancah gharar maka itu berarti keduanya telah dihadapkan kepada suatu kebinasaan yang tidak diketahui olehnya)8. Gharar juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat ketidakyakinan (uncertainty). Jual-beli gharar berarti sebuah jual-beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau ketidakpastian (jahalah) antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual-beli sesuatu yang obyek akad tidak diyakini dapat diserahkan.

Dalam bahasa Arab, gharar diterjemahkan sebagai risiko, sesuatu yang tidak pasti, atau ketidakpastian (uncertainty), sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, Janganlah kalian membeli ikan di dalam air (laut), karena perbuatan semacam itu termasuk gharar (tidak pasti). (HR. Ahmad). Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim, menjelaskan gharar sebagai "Things with unknownfate, so selling such things is

(22)

maysir or gambling"9. Dengan demikian, transaksi jual-beli sesuatu yang tidak pasti (gharar) tersebut dilarang dalam Islam, karena termasuk kategori perbuatan maysir

atau perjudian (spekulasi).

Produk bank konvensional yang terdiri dari penerimaan, pendanaan bank dan jasa transaksi lainnya merupakan menjadi kegiatan utama bank. Akan tetapi bank konvensional dalam membuat produk tersebut lebih mementingkan nilai kepuasan nasabah dan tidak melihat apakah produk tersebut dapat merugikan salah satu pihak ataupun kedua belah pihak, kebanyakan produk bank konvensional yang menggunakan perangkat bunga, dan banyak transaksi yang tidakjelas dan kepastiannya baik dalam objek akad yang dilaksanakan maupun transaksinya sehingga perlu nilai ekonomi islam masuk kedalam produk bank konvensional untuk melihat apakah produk yang dikeluarkan dan dibuat oleh bank tidak merugikan salah satu pihak atau kedua pihak tersebut, dan supaya terciptanya keadilan bagi semua pihak.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian normatif atau bisa juga analisis kualitatif yang bersifat analitis10. Langkah yang akan ditempuh pertama kali, adalah mengumpulkan buku-buku tentang gharar dan produk bank konvensional, kemudian menganalisis produk tersebut, mana yang didalamnya terdapat unsur

(23)

gharar. Dimana pengertian kualitatif itu sendiri adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya11. Adapun pengertian deskriptif adalah pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu12.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan dokumen (conten analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalu arsip, buku-buku dan dokumen yang lainnya.

3. Jenis Data

Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan dokumen berupa buku-buku produk bank konvensional, baik penerimaan ataupun pendanaan bank konvensional, dan berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi tentang bahan berupa, buku, tulisan, jurnal, dan majalah, dll yang berkaitan dengan konsep gharar.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi maka penulis menggunakan metode pengumpulan dengan cara13:

Studi Kepustakaan, penelitian ini diarahkan untuk memperoleh landasan teori yang dapat menganalisis data. Penulisan ini digunakan dalam rangka menelusuri dan

11

Lexy.J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosda (Bandung: 2006).edisi revisi. Hal 4

12

Masri, Singarimbun, Metode Penelitian survey, Jakarta, LP3S: 1999. Edisi revisi, hal 4

(24)

meneliti literatur serta menelaah kerangka studi ilmiah yang ada diperpustakaan, dilakukan dengan mengumpulkan data, menganalisis suatu pengertian yang bersifat teoritis untuk menguji kebenaran, adapun data-data tersebut berasal dari Al-Quran dan As-sunah, buku-buku umum, buku-buku Islam, skripsi, jurnal-jurnal, internet, media masa, artikel dan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan materi pembahasan skripsi.

Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka membaca dan mencatat serta mengolah bahan

5.

klasifikasikan kedalam bentuk at suatu kesimpulan.

6.

asan masalah yang akan dibahas skripsi ini.

7. Pedoman Penulisan Laporan

penelitian14.

Tehnik Pengolahan Data

Tehnik pengolahan data yang dilakukan setelah memperoleh data dan bahan-bahan melalui dokumen, lalu data tersebut diperiksa kembali agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan, kemudian data tersebut di

dan jenis tertentu untuk membu

Tehnik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis isi (Conten analisys), di mana penulis menganalisis dokumen yang berkaitan dengan gharar dan produk bank konvensional, supaya mencapai kejel

dan hasilnya tersebut dituangkan dalam

14

(25)

Teknik penulisan laporan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, berpedoman kepada : Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

G. Sistematika Penulisan

Supaya lebih memudahkan penelitian ini, maka penulis membagi topik ke dalam 5 (lima) bab, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teori, Metode penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS GHARAR

Bab ini memuat tentang gharar: Pengertian gharar, Karakteristik gharar, Hukum gharar, Bentuk-bentuk gharar, Jenis-jenis gharar, Hikmah tidak melaksanakan gharar.

BAB III : TINJAUAN TEORITIS PRODUK BANK KONVENSIONAL

Bab ini menjelaskan tentang teoritis Bank Konvensional; Pengertian Bank, Fungsi Bank, Jenis Bank, Penerimaan dana Bank, Penyaluran dana Bank.

BAB IV : ANALISIS UNSUR GHARAR PADA PRODUK BANK

(26)

Bab ini merupakan hasil penelitian analisis kualitatif, yaitu membahasan gharar dalam konsep lembaga keuangan, Analisis Unsur-unsur gharar pada produk bank konvensional.

BAB V : PENUTUP

(27)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS GHARAR

A. Pengertian Gharar

Al-Gharar secara bahasa berarti Al Khathr (resiko berbahaya). Lafadz gharar

(dari segi tata bahasa) adalah merupakan isim (kata benda). Gharar dalam terminologi para ulama ahli fiqih memiliki beragam definisi, diantaranya adalah1:

1. Gharar dikategorikan dan dibatasi terhadap sesuatu yang tidak dapat diketahui antara tercapai dan tidaknya suatu tujuan, dan tidak termasuk didalamnya hal yang majhul (tidak jelasan). Sebagai contoh adalah definisi yang dipaparkan oleh Ibn Abidin yaitu: “Gharar adalah keraguan atas wujud fisik dari objek transaksi”.

2. Gharar dibatasi dengan sesuatu yang majhul (tidak jelasan), dan tidak termasuk didalamnya unsur keraguan dan ketidak tercapaiannya, definisi ini adalah pendapat murni mazhab Dhariri. Ibn Hazm mengatakan: “Unsur

gharar dalam transaksi bisnis adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh pembeli apa yang ia beli dan penjual apa yang ia jual”.

Kombinasi antara dua pendapat tersebut diatas, yaitu gharar meliputi dalam hal tidak diketahui pencapaiannya dan juga atas sesuatu yang majhul (tidak jelas).

1 Husain Syahatah, Siddiq Muhamad, dll., Transaksi dan Etika Bisnis Islam., visi insani

publishing (Jakarta: 2005). Cet ke-1, hal 144

(28)

Contoh dari definisi ini adalah yang dipaparkan oleh Imam Sarkhasi: “Gharar adalah sesuatu yang akibatnya tidak dapat diprediksi”. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama fiqih.

Dari ketiga terminologi inilah penulis dapat melihat bahwa gharar yang ada pada produk bank khusunya produk Penyaluran dana, dapat diprediksikan bahwa produk tersebut mengandung unsur gharar (ketidak jelasannya). Hal ini karena didalam terminologi tersebut sudah mencakup seluruh permasalahan cabang yang dibahas oleh para fuqaha terkait dengan permasalahan gharar.

Bahkan menurut Ibn Taimiyah, gharar itu dilibatkan apabila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan bisnis, dan konsep

gharar menurut Ibn Taimiyah terbagi dua kelompok2 :

1. Kelompok pertama adalah unsur resiko yang mengandung keraguan, probabilitas dan ketidak pastian secara dominan

2. Sedangkan kelompok kedua unsur meragukan yang dikaitkan dengan penipuan atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadap pihak lainnya.

B. Karakteristik Gharar

Terdapat 4 (empat) karakteristik dasar yang berkaitan erat dengan pembahasan gharar yaitu konsep game, zero sum-game, normal exchange (konsep pertukaran normal) dan konsep resiko3.

2Afzalur Rahman. Doktrin Ekonomi Islam. Dana Bakti Wakaf (Yogyakarta: 1996), Jilid IV

(29)

a. Game

Yang dimaksud game adalah sebuah pertukaran yang melibatkan dua pihak untuk tujuan tertentu yang dalam terminologi fiqh lebih dikenal dengan mu’awadhah bi qashd al-ribh (transaksi pengganti dengan keuntungan). Contohnya adalah jika ada seseorang yang ingin menjual tanah kemudian ada orang lain yang mempunyai uang kemudian terjadi jual-beli diantara keduanya maka pada transaksi tersebut adanya pertukaran kekayaan dengan faedah keuntungan. Di satu sisi ada orang yang memperoleh keuntungan kekayaan dan satu sisi ada keuntungan mendapatkan manfaat faedah dari tanah tersebut.

b. Zero Sum Game

Seperti susunan katanya, ”permainan dengan hasil bersih nol” adalah konsep permainan yang hanya menghasilkan output win-lose (menang-kalah). Kemenangan yang diperoleh satu pihak adalah secara terbalik kerugian bagi pihak lain. Hasil yang diperoleh satu pihak tidak akan naik tanpa mengurangi hasil pihak lain. Zero sum-game adalah permainan dengan hasil pareto optimal. Tidak ada hasil yang mengakomodasi kedua belah pihak, tidak ada kerjasama. Disinilah terletak adanya unsur gharar sifat dari kontrak berjangka yang zero-sum game (pasti ada yang untung disebabkan pasti ada yang rugi) juga mendukung transaksi ini lebih mendekatkan transaksi menjadi maysir ketika transaksi pertukaran dari kontrak tersebut sangat

3Hendro wibowo, Indentifikasi dan pengukuran gharar dalam transaksi ekonomi.,

(30)

berubah-ubah (volatile) pertukarannya dan sulit untuk ditebak pergerakannya (khususnya pada kontrak berjangka valuta asing). Keuntungan dan kerugian yang bahkan bisa tidak terbatas jumlahnya membuat kontrak ini bisa berubah menjadi sekedar a game of chance (perjudian) yang jelas mendorong prilaku spekulatif. Disamping itu terlihat juga bahwa memakan uang dari pihak lain mengimplikasikan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban setiap pihak.

c. Normal Exchange

Pertukaran barang dan jasa, akan mendapatkan keuntungan dan kepuasaan bagi kedua belah pihak. Dalam teori ekonomi mikro lebih dikenal dengan istilah

utility dan profit maximis. Hal ini dapat dicapai jika marginal utility (kepuasaan maksimum) yang dirasakan konsumen lebih besar dibandingkan harga barang yang dibeli dan biaya marginal kurang dari harga barang yang dijual.

Berdasarkan asumsi diatas, jelas bahwa tujuan konsumen rasional dari kegiatan konsumsinya adalah memaksimumkan kepuasaan materiil saja. Berarti seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa sehingga memperoleh kepuasaan selalu menggunakan kerangka rasionalitas (bersifat duniawi). Dan dari pandangan lain utiliti ekonomi bukanlah suatu sifat yang selalu muncul dari asal barang dikonsumsi, tetapi barang tersebut benar-benar diperlukan dan digunakan serta dapat bermanfaat.

(31)

mencapai kemenangan dunia dan akhirat serta kesejahteraan jadi tidak hanya kepuasaan materiil saja. Dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemasalahatan, Imam Al-Ghazali mengelompokkan dan mengidentifikasikan semua masalah baik yang berupa masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitis, kerusakan) dalam meningkatkan kesejahteraan. Jadi utilitas individu dalam Islam sangat tergantung pada utility individu lainnya (interpendent utility) sehingga dapat terbentuk kemaslahatan.

d. Risk Concept

Para ilmuwan ekonomi membedakan istilah ketidakpastian dan risiko. Menurut Knight (1921) risiko menguraikan situasi dimana kemungkinan dari suatu peristiwa (kejadian) dapat diukur.

Karenanya, risiko ini dapat diperkirakan setidaknya secara teoritis. Sementara itu menggunakan kata risiko untuk segala sesuatu yang terjadi secara tidak pasti di masa depan. Ia membaginya dalam 2 kategori, yaitu:

(32)

b. Responsive risk, yaitu risiko yang munculnya memiliki penjelasan kausalitas dan memiliki distribusi probabilitas. Risiko jenis ini, karenanya dapat diperkirakan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Memperkirakan risiko

responsive ini sering disebut pula game of skill, karena perkiraanya didasarkan atas skill tertentu.

C. Hukum Gharar

Hukum gharar sebenarnya sudah jelas dalam kitab suci Al-Quran yang mana telah menjelaskan secara detail telah melarang semua transaksi bisnis yang mengandung unsur kecurangan dan ketidakpastian (gharar) dalam segala bentuk terhadap pihak lain; hal itu mungkin dalam bentuk penipuan atau kejahatan, atau memperoleh keuntungan dengan tidak semestinya atau resiko yang menuju ketidakpastian di dalam suatu bisnis atau sejenisnya. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat : 1524.

.

)

مﺎ ا

:

١

(

Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya”.(Al- An’am /6 :152)

(33)

Dalam sistem gharar ini terdapat unsur memakan harta orang lain dengan cara batil. Padahal Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara batil sebagaimana tersebut dalam firmanNya surat Al-Baqarah ayat 188 sebagai berikut:

.

)

اﺮ ﺒ ا

:

١٨٨

(

Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (Al-Baqarah / 2 : 188).

.

)

ءﺎﺴ ا

:

(

(34)

Dan hadis Rasullulah yang melarang transaksi yang mengandung unsur

gharar adalah:

ﺮﺮﻐ ا

ﻴﺒ

ﻮﺴﺮ

ﻰﻬ

ةﺮﻴﺮه

ﻲﺒا

)

ﺪﻤﺣأ

اور

(

Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar” (HR Ahmad).

Dengan melihat dalil-dalil di atas maka cara-cara yang haram termasuk segala cara yang keliru yang tidak sesuai dengan hukum-hukum Islam serta ajarannya dilakukan dengan salah dan tak bermoral. “Bisnis” mencakup semua transaksi yang dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan seperti perdagangan, komersial, industri, dan sebagainya. Bahkan ada sebagian ulama menyatakan bahwa semua transaksi yang mengandung gharar termasuk dalam perjudian, dimana dalam perjudian itu setiap peserta diperdaya oleh harapan-harapan yang menyesatkan akan “kemenangan”. Tak seorangpun menyetujui judi jika mereka tahu bahwa mereka akan diperdaya. Sama halnya pada setiap transaksi yang tidakpasti dan tidakjelas di mana di dalamnya adanya kecurangan, maka orang tersebut akan menolak dan membatalkan transaksi tersebut. Hal ini memberikan keyakinan bahwa sesuatu yang dikerjakan dengan maksud untuk merugikan pihak lain dalam transaksi bisnis adalah dilarang oleh Allah dan Rasullulah SAW.

(35)

Ulama dari golongan mazhab Imam Maliki membahas lebih spesifik permasalahan tentang gharar dengan berbagai ragamnya, sehingga jenis-jenis gharar

yang ada dapat di bagi menjadi dua, yang pertama gharar dalam sighat akad (Kalimat Transaksi) dan yang kedua gharar dalam objek transaksi. Adapun pembagian sub keduanya akan dipaparkan dibawah ini.

1) Gharar dalam sighat akad meliputi5: a. Bai’ataini fii ba’iah

Bai’ataini fii ba’iah adalah merupakan satu kesepakatan dengan dua transaksi, baik dengan terlaksananya salah satu dari dua transaksi tersebut (atau dari segi harganya). Sebagai contoh ketika seorang penjual mengatakan “Saya jual komoditi ini kepada anda seharga seratus secara tunai dan seratus sepuluh dengan cara kredit” jawab pembeli ia saya terima. Atau juga transaksi bai’ataini fii ba’iah dapat berlaku dengan terlaksananya kedua kesepakatan atau harga tersebut, seperti : “Saya jual rumahku kepada anda seharga sekian dengan syarat anda menjual mobil anda kepada saya dengan harga sekian”.

Jadi unsur gharar dalam kedua komoditi tersebut relative ada, baik dalam penentuan transaksi seperti contoh yang pertama, maupun contoh komoditi yang

5

(36)

kedua, dengan begitu transaksi bisnis dalam bai’ataini fii bai’dah jelas mengandung unsur gharar, hal ini karena kalimat transaksi yang disepakati dan bukan objeknya yang disepakati.

b. Bai’ urbun

Bai’ urbun adalah seseorang membeli sebuah komoditi dan sebagian pembayaran diserahkan kepada penjual (DP/uang muka). Jika sipembeli jadi mengambil komoditi tersebut maka uang pembayaran tersebut termasuk dalam perhitungan harga, akan tetapi, jika calon pembeli tidak mengambil komoditi tersebut maka uang muka tersebut menjadi milik penjual dan pembeli tidak mendapatkan apa-apa. Akan tetapi dalam urbun ini ada dua pendapat yang memberikan keterangan, baik golongan pertama yang mengharamkan urbun ataupun golongan kedua yang membolehkan urbun, kedua golongan ini memiliki penjelasan masing-masing mengenai hal ini, sebagaimana hadis yang mereka pegang dalam berpendapat.

عن

عمر

ﻰه

و

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﷲا

لﻮ ر

نأ

ﺪﺟ

ﻴ أ

ﻴ ﺷ

نﺎ ﺮ ا

.

Artinya: “Dari Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bawasanya Rasullulah saw. Melarang jual beli urbun”.

Adapun hadis yang membolehkan adalah yang dikeluarkan oleh Abdul Razak dalam musnafnya sebagaimana berikut:

(37)

Artinya: “Dari Zaid Ibn Aslam bahwasanya ia telah bertanya kepada Rasullulah SAW. Tentang jual beli urbun maka Rasullulah saw. Membolehkannya”.

Adapun letak unsur gharar pada uang muka ini menurut ulama yang mengharamkannya, bahwa dalam urbun terletak unsur gharar dan resiko serta memakan harta tanpa adanya ‘iwadh (pengganti) yang sepadan dalam pandangan syariah.

c. Bai’ al hashah, al-mulamasah, dan al-munabadzah

Bai’ al hashah adalah suatu transaksi bisnis dimana penjual dan pembeli bersepakat atas jual beli suatu komoditi pada harga tertentu dengan lemparan hashah

(batu kecil) yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang dijadikan pedoman atas berlangsung tidaknya transaksi tersebut.

Bai al-mulamasah adalah ketika kedua belah pihak (penjual dan pembeli) melakukan aktivitas tawar menawar atas suatu komoditi, kemudian apabila calon pembeli menyentuh komoditi tersebut (baik sengaja maupun tidak), maka dia harus membelinya baik sang pemilik komoditi tersebut rela atau tidak.

Bai’ al-munabadzah adalah seorang penjual berkata kepada seorang pembeli, ”Jika saya lemparkan sesuatu kepada anda maka transaksi jual beli harus berlangsung diantara kita.

Sebagaimana hadis riwayat Bukhari yang melarang bai’alhashah, bai’al-mulamasah, dan bai al-munabadzah6.

6 Qadir, Hasan, Imron AM, dll. Terjemahan Nailul Authar Himpunan hadis-hadis hukum,

(38)

لﺎ

أ

ﻦ و

:

م

ص

ﻲﺒ ا

ﻰﻬ

.

ةﺮﺿ

ﺎﺨﻤ او

ﺎ ﻤ ا

,

ةﺰ

ﺎ ﻤ او

,

ﻤ او

,

اﺰﻤ او

.

)

اور

ىرﺎﺨﺒ ا

(

Artinya : “Dan dari Anas ia berkata: Nabi saw melarang muhaaqalah, mukhaadlarah, mulamasah dan muzaabana”. (HR Bukhari).

Dari hadis dan penjelasan diatas tersebut maka ketiga macam transaksi ini relatif mengandung unsur dalam kalimat transaksinya, hal ini karena pernyataan penjual tentang lemparan batu kecil, sentuhan terhadap baju, dan lemparan komoditi dijadikan dasar berlangsungnya transaksi, maka sebagian ulama berpendapat bahwa transaksi tersebut termasuk jenis Qimar (perjudian).

d. Bai al-Muallaq

Bai al-Muallaq adalah suatu transaksi jual beli dimana keberlangsungannya tergantung pada transaksi lainnya (yang disyaratkan). Keberhasilan transaksi dapat terjadi dengan (mengikuti) instrument-instrumen yang ada dalam ta’liq (persyaratan dalam akad yang berbeda). Sebagai contoh adalah tatkala seorang penjual mengatakan kepada calon pembeli , “Saya akan menjual rumahku kepada anda dengan harga sekian jika si fulan menjual rumahnya kepada saya”.

Jadi dengan melihat penjelasan diatas bahwa unsur gharar pada akad jual beli

al-muallaq ini terdapat pada ketidak jelasan transaksi yang akan dilaksanakan, jika salah satu pihak berubah pikiran maka transaksi tersebut tidak akan dapat dilaksanakan sehingga ini akan merusak transaksi yang akan dilaksanakan.

(39)

Bai’ al-mudhaf adalah kesepakatan untuk melakukan transaksi jual beli untuk waktu yang akan datang, contoh dari transaksi ini adalah perkataan seseorang penjual kepada pihak lain, “Saya jual rumahku kepada anda dengan harga sekian pada awal tahun depan”.

Unsur gharar yang ada dalam akad mudhaf adalah dari sisi pelaku akadnya. Ketika mereka tidak dapat mengetahui kondisi pasar dan harga dimasa yang akan datang jika dibandingkan dengan kondisi pada waktu transaksi disepakati. Dan bagaimana pula kerelaan dan maslahah antara keduanya terbangun di saat mekanisme kesepakatan dalam transaksi akan dilaksanakan, padahal keduanya tidak mengetahui kondisi komoditi pada masa yang akan datang.

2) Gharar dalam Objek transaksi meliputi7: a. Ketidak jelasan jenis objek transaksi

Ketidakjelasan atas jenis objek transaksi merupakan klasifikasi ketidakjelasan yang paling besar dampaknya, hal ini disebabkan karena ketidakjelasan atas dzat, macam, dan sifat atau karakteristik objek. Jadi dalam transaksi ini unsur gharar yang terkandung didalamnya transaksi ini harus jelas dan diketahui barang yang menjadi objek transaksi sehingga tidak menimbulkan gharar.

b. Ketidakjelasan dalam macam Objek transaksi

Ketidakjelasan terhadap macam objek transaksi dapat menghalangi sahnya jual beli sebagaimana ketidakjelasan atas jenisnya. Ketidak absahan tersebut karena

7

(40)

mengandung unsur gharar yang banyak. Salah satu contoh yaitu, “Saya jual kepada anda binatang dengan harga sekian tanpa menjelaskan jenis dari binatang yang ditawarkan, apakah ia termasuk jenis onta atau kambing, maka transaksi semacam ini rusak karena adanya unsur gharar dalam hal macam objek transaksinya.

c. Ketidakjelasan dalam sifat dan karakter objek transaksi

Para ulama fikih berselisih pendapat dalam mensyaratkan penyebutan sifat-sifat dari objek transaksi agar sebuah transaksi menjadi sah, akan tetapi menurut mazhab Hanafiah berpendapat bahwa jika objek transaksinya terlihat dalam transaksinya, baik itu komoditi ataupun uang, maka tidak perlu untuk mengetahui sifat dan karakternya. Berbeda halnya dengan ulama mazhab Syafi’I, mazhab ini mempunyai perincian dalam pensyaratan atas penyebutan sifat dan karakter objek transaksi, supaya transaksi tersebut menjadi sah diantaranya adalah: dalam transaksi pesanan (salam) maka harus adanya kejelasan sifat dan karakter barang, dan harus adanya hiyar ruyah dalam transaksi sehingga dapat mengurangi penipuan.

d. Ketidakjelasan dalam waktu

(41)

e. Ketidakmampuan dalam penyerahan objek transaksi

Para ulama ahli fiqih sepakat, bahwa kemampuan penyerahan objek transaksi merupakan syarat sahnya transaksi ini, maka jika objek transaksi tidak dapat diserahkan maka transaksi secara otomatis tidak sah (batal). Seperti layaknya ikan yang masih didalam air, tidak diketahui jumlah dan sifat, zat objek transaksi tersebut.. Bahkan ada hadis yang meriwayatkan tentang transaksi seperti ini:

دﻮ ﺴ

ﻦ ا

,,

م

ص

ﻲﺒ ا

نا

.

لﺎ

:

رﺮ

ﺎﻓ

ء

ﺎﻤ ا

ﻲﻓ

ﻚﻤﺴ ااوﺮ ﺴ

,,

.

_

)

ﺪﻤﺣأ

ﻩاور

(

Artinya :“Dan dari ibnu Mas’ud, bahwa Nabi saw. Bersabda : janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena yang demikian itu termasuk gharar”. (HR Ahmad).

Maka dalam hal ini dapat kita katakana bahwa transaksi semacam ini mengandung unsur gharar karena tidak dapatnya salah satu pihak menyerahkan objek transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut.

f. Objek Transaksi yang spekulatif keberadaannya

Bentuk lain dari gharar yang dapat mempengaruhi sahnya transaksi adalah apa yang ditujukan pada ketidak adaan objek transaksi, yaitu objek transaksi yang tidak ada pada waktu transaksi dilakukan. Ataupun keberadaan objek tidak jelas pada masa yang akan datang bisa bersifat spekulatif dimana mungkin objek ada dan kemungkinan juga tidak ada.

(42)

sebagian ulama mengungkapkan bahwa setiap komoditi yang spekulatif keberadaannya tidak diperkenankan untuk dilaksanakan transaksinya. Dan hadis yang membahasa tentang itu adalah:

لﺎ

ﺮﻤ

ﻦ ا

ﻦ و

:

,,

ر

ﻰﻬ

م

ص

ﷲا

لﻮ

.

ﺔ ﺒ ا

ﺒﺣ

.

)

ﺪﻤﺣأ

اور

,

,

ئﺰ ﺮ ا

(

Artinya: “Dan dari Ibnu Umar r.a. ia berkata : Nabi saw. Melarang menjual binatang yang sekarang sedang dikandung”. (HR.Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)

E. Jenis Gharar

Jenis-jenis gharar dilihat dari peristiwa yang terjadi terbagi kedalam tiga bahasan, dan ketiganya itu adalah8:

Pertama : Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual beli habal al habalah (janin dari hewan ternak).

Kedua : Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti pernyataan seseorang : “Saya menjual barang dengan harga seribu rupiah”, tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti ucapan seseorang : “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang : “Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran tanahnya tidak diketahui.

8Hendro wibowo, Indentifikasi dan pengukuran gharar dalam transaksi ekonomi.,

(43)

Ketiga : Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri. Ketidakjelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada akad jual belinya.

Ketidakjelasan pada harga dapat terjadi karena jumlahnya, seperti segenggam Dinar. Sedangkan ketidak jelasan pada barang, yaitu sebagaimana dijelaskan di atas. Adapun ketidakjelasan pada akad, seperti menjual dengan harga 10 Dinar bila kontan dan 20 Dinar bila diangsur, tanpa menentukan salah satu dari keduanya sebagai pembayarannya.

Syaikh As-Sa’di menyatakan : “Kesimpulan jual-beli gharar kembali kepada jual-beli ma’dum (belum ada wujudnya), seperti habal al habalah dan as-sinin, atau kepada jual-beli yang tidak dapat diserahterimakan, seperti budak yang kabur dan sejenisnya, atau kepada ketidak-jelasan, baik mutlak pada barangnya, jenisnya atau sifatnya”.

F. Hikmah Tidak Melaksanakan Gharar

Diantara hikmah larangan dilaksanakannya transaksi yang mengandung unsur

gharar adalah:

1. Mengurangi adanya pertaruhan dalam transaksi bisnis

2. Menghilangkan sikap permusuhan pada orang yang dirugikan. 3. Menghilangkan kerugian yang besar kepada pihak lain.

(44)
(45)

BAB III

TINJAUAN TEORITIS PRODUK BANK KONVENSIONAL

33

A. Pengertian Bank

Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai perantara keuangan di antara para pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana. Fungsi ini membuat perbankan menjadi agen pembangun. Perkembangan dunia usaha pada umumnya, memaksa perbankan untuk secara bertahap melakukan penyesuaian dan berperan aktif dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Kegiatan yang paling utama perbankan adalah menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk pemberian kredit kepada nasabah, menunjang mekanisme pembayaran internasional, jasa penitipan, surat berharga, jasa kartu, dan jasa lainnya.

(46)

Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya

menyalurkan dana atau kedua-keduanya menghimpun dan menyalurkan dana1. Sedangkan Bank secara bahasa berasal dari bahasa italia “banco” yang berarti kepingan papan tempat buku. Sejenis meja, yang kemudian penggunaannya lebih diperluas untuk menunjukan “meja” tempat pertukaran uang, yang digunakan oleh para pemberi pinjaman dan para pedagang valuta di Eropa2.

Bank secara sederhana adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana

tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah bidang keuangan. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu: Menghimpun dana, Menyalurkan dana, dan Memberikan jasa bank lainnya.

Kegiatan penghimpun dan penyaluran dana merupakan kegiatan yang utama perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

1 Kasmir, Manajemen Perbankan. PT raja grafindo persada.,( Jakarta: 2003). Hal. 11

2

(47)

B. Fungsi Bank

Bank dalam kegiatannya melaksanakan fungsi sebagai berikut3:

1. Menyelesaikan berbagai urusan uang, seperti penukaran uang, pengiriman uang, dan surat berharga, dan sekaligus memperjual belikan surat berharga tersebut.

2. Menerima deposito

3. Mengurus masalah diskonto (misalnya, membeli dengan harga yang berlaku saat ini) surat-surat berharga (umpamanya rekening dan nota perjanjian).

4. Memberikan pinjaman dengan menggunakan jaminan atau dengan cara overdraf, mengurus bidang pegadaian atau dengan membeli usaha perusahaan industri.

5. Mengurus pertukaran valuta asing, dll C. Jenis –Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis bank yang diatur dalam undang-undang perbankan. Walaupun banyak jenis perbankannya akan tetapi pada intinya perbankkan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana. Perbedaan perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada

3

(48)

luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya.

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain4: 1) Dilihat Dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-undang pokok perbankan nomor 14 tahun 1998, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa .

Adapun Pengertian bank umum dan bank perkreditan rakyat sesuai dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah sebagai berikut:

a. Bank umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat

BPR adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lintas

pembayaran.

4Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT raja grafindo persada.,( Jakarta: 2002).

(49)

2) Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikannya adalah siapa saja memiliki bank tersebut. Kepemilikian ini dapat dilihat dari akte pendirian dan pengusaha saham yang dimiliki bank yang bersangkutan

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya tersebut adalah5: a. Bank milik Pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki pemerintah, adapun contoh bank milik pemerintah antara lain: Bank Negara Indonesia 46, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara.

b. Bank milik Swasta Nasional

Bank Jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Adapun contoh bank swasta adalah Bank Muamalat, Bank Bumi Putra, Bank Lippo, dll.

c. Bank milik Asing

Bank jenis ini merupkan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh bank asing antara lain:ABN AMRO bank, City bank, Bank of Tokyo. Dll.

5Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan.,PT.Raja Grafindo Persada., (Jakarta: 2004).,Cet ke-3,

(50)

D. Penerimaan Dana Bank

Pengertian penghimpunan dana maksudnya adalah pengumpulan atau mencari dana (uang), dengan cara membeli dari masyrakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito6.

Adapun pengertian Giro dalam undang-undang perbankan No 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.

Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan persyarat-syaratan masing-masing bank berbeda satu sama lainya. Tabungan itu sendiri adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya dipersamakan dengan itu. Ada beberapa jenis bentuk tabungan, diantaranya adalah Tabungan Nasional, Tabungan Asuransi, Tabungan lainnya.

Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya dimana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu dan tidak dapat ditarik kapan saja.

Menurut undang-undang No.10 tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

(51)

berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank. Sedangkan jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia saat ini adalah Deposito berjangka, sertifikat Deposito, deposito on call.

E. Penyaluran Dana Bank (Kredit)

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan kemudian hari.

Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari Yunani dengan kata credere, yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali7.

Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga8.

Dari pengertian diatas dapatlah dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit

7

Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Djambatan

(Jakarta: 1996). ed. Revisi cet-2 hal 44

(52)

untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (pemilik modal) dengan nasabah (penerima kredit), dengan perjanjian yang telah dibuatnya.

a) Fungsi Kredit

Fungsi utama kredit adalah memberikan kemungkinan kepada seorang pengusaha untuk memulai suatu usaha secara besar-besaran. Kredit digunakan untuk menggerakan modal yang ada dan kemungkinan debitur untuk tampil sebagai pengusaha yang lebih bonafide.

b) Tujuan pemberian kredit

Tujuan pemberian kredit oleh pihak bank kepada debitur akan mempunyai resiko, oleh karenanya tiap-tiap bank mempunyai kebijakan kredit. Tujuan dari kebijakan pemberian kredit adalah9:

1. Menciptakan pinjaman yang wajar dan sehat yaitu pinjaman yang dikembangkan atas dasar ketentuan perkreditan bank Indonesia, kebijakan yang telah digariskan oleh pihak bank, memberikan keuntungan bagi bank dan para peegang saham dengan tetap melindungi kepentingan pemilik dana. 2. Menciptakan investasi yang menguntungkan bagi seluruh dana yang dihimpun

bank.

3. Mengalokasikan pemberian pinjaman yang sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan oleh pihak bank.

9Thomas Suyatno, H.A. Chalik, dkk. Dasar-Dasar Perkreditan., Gramedia Pustaka Utama.

(53)

c) Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut10:

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.

b. Kesepakatan

Disamping unsure kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsure kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

c. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hamper dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

d. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya pada hal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian.

10

(54)

Semakin panjang jangka waktusuatu kredit semakin besar resiko tidak tertagihnya.

e. Balas Jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit, bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu.keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi kredit merupakan keuntungan uatama bank.

d) Jenis-jenis Kredit

Beragamnya jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat, mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya pemberian kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat sangat banyak macamnya sesuai dengan keperluan masyarakat sekarang ini. Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi :

1. Dilihat Dari Segi Kegunaan a) Kredit Investasi

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan11.

(55)

b) Kredit Modal Kerja

Kredit yang diberikan kepada lembaga perusahaan maupun perorangan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lannya yang berkaitan dengan factor produksi.

2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit

Kredit ini dilihat dari tujuan penggunaan dana tersebut apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi.

a) Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa.

b) Kredit Konsumtif

Kredit macam ini merupakan kredit yang digunakan untuk di konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

c) Kredit Perdagangan

(56)

3. Dilihat dari Segi jangka Waktu

Maksunya adalah kredit yang dilihat dari lamanya masa waktu pemberian kredit mulai daripertama sekali diberikan sampai lunas.

a) Kredit Jangka Pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun, dan biasanya kredit seperti ini digunakan untuk modal kerja.

b) Kredit jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.

c) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumsi.

4. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

(57)

a) Kredit Pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau pertanian rakyat. Sector petanian dapat berupa jangaka pendek atau jangka panjang.

b) Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu relative pendek. Misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi

c) Kredit Industri, yaitu kredit untuk membiayai industry pengolahan baik untuk industry kecil, menengah dan besar.

d) Kredit pertambangan yaitu, jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

(58)

46

BAB IV

ANALISIS UNSUR-UNSUR GHARAR PADA PERKREDITAN BANK KONVENSIONAL

A. Gharar Dalam Lembaga Keuangan

Meskipun gharar sudah ditata dengan baik dalam ajaran Islam, namun dalam hal keuangan para peneliti Islam tidak pernah ada henti-hentinya untuk meneliti konsep gharar dalam lembaga keuangan, semua ini karena lembaga keuangan sekarang ini sudah berkembang sehingga permasalahan-permasalahan dalam lembaga ini pun semakin rumit dan komplek, maka dari itu para fuqoha kontemporer maupun peneliti Islam diharapkan dapat memecahkan masalah yang terjadi pada saat ini. Adapun hukum Islam yang membahas tentang gharar lebih terpaku terhadap jual beli dan tidak membahas gharar dalam produk lembaga keuangan bank. Sehingga sekarang ini banyak para peneliti Islam yang membahas gharar pada transaksi yang lebih komplek dan modern, salah satunya adalah Adiwarman Karim yang telah mendefinisikan gharar sebagai situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya uncertainty to both parties (ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi)1. Bahkan ada sebagian ahli ekonomi mengartikan gharar sebagai resiko, atau sesuatu yang tidak pasti dan tidak ada keyakinan akan transaksi ini2.

1Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada,

(Jakarta: 2007)., edisi 4 hal 32

(59)

Lembaga keuangan sangat erat sekali hubungannya dengan dunia bisnis dimana di dalamnya penuh dengan pengambilan resiko. Hal ini karena resiko selalu ada dalam kegiatan perekonomian. Sebagaimana prinsip dalam bisnis no risk, no return, maksudnya tidak akan mendapat keuntungan jika tidak berani mengambil resiko. Bahkan Suwailem dalam papernya menyebutkan bahwa gharar dalam transaksi ekonomi bisa disamakan dengan zero sum game yang mana pada zero sum game ini terdapat unsur ketidakpastian3. Jadi dalam lembaga kuangan masih banyak sekali transaksi yang masih mengandung unsur gharar baik dapat dilihat dari resiko maupun yang lainnya.

Dengan melihat penjelasan di atas, maka permasalahan gharar memang masih ada sampai sekarang ini sehingga dibutuhkan adanya pembahasan yang lebih mendalam. akan tetapi saat ini penulis mencoba membahas dengan pembahasan awal, yaitu bahasan mengenai resiko. Dimana kata resiko ini biasanya dibagi menjadi dua kategori, keduanya adalah4:

a. Pasive risk, yaitu risiko yang terjadi di mana benar-benar tidak terdapat perkiraan dan perhitungan yang dapat dipakai. Jadi, hal ini benar-benar suatu teka-teki yang sama sekali tidak diketahui jawabannya. Perkiraan atas risiko

3Paper Al-Swailem, Gharar Dibalik Transaksi Ekonomi, di akses pada 4 April 2010. http://www.irti.org/irj/go/km/docs/documents/IDBDevelopments/Internet/English/IRTI/CM/download s/IES_Articles/Vol%207-1%20and%202%20..%20Sami%20Al-Suwailem ..

Measure%20of%20Gharar..dp.pdf

4 Hendro Wibowo,

Identifikasi dan Pengukuran Gharar dalam Transaksi Pertukaran

(60)

ini hanya mengandalkan keberuntungan (game of chance), karenanya seseorang hanya dapat bersifat pasif.

b. Responsive risk, yaitu risiko yang munculnya memiliki penjelasan kausalitas dan memiliki distribusi probabilitas. Risiko jenis ini, karenanya dapat diperkirakan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Memperkirakan risiko responsive ini sering disebut pula game of skill, karena perkiraanya didasarkan atas skill tertentu

Resiko ini sering kita temukan pada produk-produk bank, baik yang kita sadari maupun yang kita tidak sadari, biasanya resiko ini ada pada produk kredit (lending), hal ini karena sesuai dengan teori diatas, dari kedua resiko tersebut keduanya terdapat pada produk kredit dibank konvensional. Kredit pada dasarnya upaya dimana mendapat keuntungan oleh pihak bank terhadap konsumennya dengan memberikan dana maupun modal yang kemudian oleh kreditor digunakan untuk konsumsi maupun modal usaha, akan tetapi semua ini tidaklah mudah karena dengan memberikan dana kepada masyarakat sangat banyak sekali resiko yang harus siap ditanggung oleh pihak bank, baik resiko pengembalian oleh pihak konsumen maupun resiko yang lainnya.

(61)

keduanya menang-menang jadi jika peminjam mendapatkan keuntungan maka pemilik modal (bank) akan memperoleh untung juga, keadaan yang kedua menang kalah adalah keadaan dimana bank akan selalu untung dan peminjam modal jika untung maupun rugi maka resiko tersebut akan ditanggung oleh peminjam modal. Keadaan yang ketiga, kalah-kalah adalah keadaan kerjasama dimana jika peminjam modal mangalami kerugian maka pemilik modal juga harus merasakan kerugian tersebut. Maka hasil akhir permainan (kerjasama) zero-sum game menang-kalah, tidak adanya kejelasan dan prioritas para pemain apakah bermaksud untuk bermain permainan kerjasama atau persaingan.

Berkenaan dengan hal ini pengetahuan fikih menyatakan tiga kondisi untuk menoleransi resiko. Sesuai dengan kondisi-kondisi berikut, resiko yang dilibatkan harus bersifat5:

1. Dapat diabaikan / tidak berarti 2. Tidak dapat dielakkan

3. Tanpa disengaja

Kondisi pertama sama dengan mengkatakan bahwa kemungkinan gagal cukup kecil. Hal itu juga mengimplikasikan bahwa besarnya kerugian sebaiknya dibatasi. Sebagaimana besarnya kerugian yang berpotensi meningkat, tingkat kepastian perlu pertimbangkan mengurangi kerugian semacam itu.

(62)

Kondisi kedua menyatakan bahwa permainan membolehkan hasil akhir menang-menang, dengan demikian pertukaran yang berfaedah dapat diprestasikan. Namun, pertukaran bermanfaat tidak dapat dicapai tanpa menerima resiko kegagalan, jadi resiko menjadi tidak dapat dielakkan.

Kondisi ketiga dapat dikatakan dengan cara lain seperti mensyaratkan bahwa hasil akhir menang-menang lebih disukai dari pada hasil akhir menang-kalah. Jika tujuan pemain adalah memenangkan pada kasus dimana pemain lainnya kalah, maka dia mencari bagian zero-sum pada permainan tersebut. Bila tujuan adalah mencari hasil akhir menang-menang, maka hal itu adalah transaksi berfaedah.

Gharar dalam bentuk satu pihak menang dan pihak lain kalah (Zero-sum), sama halnya seperti gambling (perjudian) hal ini karena gharar zero-sum memiliki persamaan sifat dengan gambling. Maka dari itu gharar yang sama seperti perjudian ini haruslah dijauhkan dari produk bank sehingga adanya kemaslahatan. Jika gharar yang mendekati perjudian ini tidak dihindarkan maka akan terjadinya ketidakadilan, permusuhan dan kebencian.

B. Unsur-Unsur Gharar Produk Bank Konvensional

(63)

Gambar

 Gambar 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dari hasil penelitian didapatkan bahwa remaja perempuan yang memiliki self-esteem

Sebelum dikeluar- kan ke earphone pengguna, dilakukan perhitungan nilai acoustic reflex terlebih dahulu, sehingga jika suara yang akan dikeluarkan terlalu keras,

Fungsi sistem yang terdapat pada proses bisnis baru bertujuan untuk membantu perusahaan dalam menjalakan proses bisnis sesuai bidangnya, seperti merekap data (PB

Menurut Willem Siahaya, pengertian supply chain management adalah pengintegrasian sumber bisnis yang kompeten dalam penyaluran barang, mencaku perncanaan dan pengelolaan

Untuk penyederhanaan hasil analisa kekuatan struktur tersebut dibandingkan dengan batas ijin yang diberikan oleh regulasi, dalam analisa ini menggunakan standart BKI yaitu

Rapat Umum Penyandang Dana Cilegon Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut RUPD CCSR adalah Organ CCSR yang beranggotakan perwakilan seluruh

Lengan robot ini di desain agar dapat mengikuti gerak sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh gerakan lengan manusia, pengontrolannya pun di buat dengan potensiometer

Hasil penelitian yang membandingkan antara kadar CKMB dengan positivitas hasil pemeriksaan HFABP terlihat bahwa hasil HFABP yang positif lebih banyak dibandingkan dengan kadar CKMB