Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Kunmaharso Adi Siswanto NIM: 105043201332
K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadlirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Perspektif Islam Tentang Undang-undang No. 18 Tahun 2008 dan Penerapannya Pada TPA Bantar Gebang Bekasi” yang merupakan kewajiban bagi Mahasiswa Program Sarjana (S-1) Perbandingan Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi dan melengkapi sebagian persyaratan dan tugas akhir untuk mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI).
Dalam penulisan Skripsi ini, sudah barang tentu Penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, yang sangat bermanfaat bagi penulisan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.H., M.M., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. Dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan penuh keihlasan mencurahkan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa studi.
5. Segenap Pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidaytullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.
6. Ayahanda dan Ibunda, Bapak Kuniman dan Ibu Ruswati, yang selalu penulis hormati dan sayangi, dan yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka. Amin.
7. Bapak Bataran Erwin Sinaga, Bapak sulaiman, Bapak KH. Nasir Thabroni, dan Bapak Ujang, yang telah membantu dalam pemenuhan data penelitian yang penulis lakukan.
8. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi dari Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan 2005 / 2006 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, AKURR Club (Sukses Selalu), Heru Awal Ludin, Tedi
Ramadhan, BhuChek, Saiful Hidayat, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan
iii
masa studi dan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materil penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT membalas dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis dan semua pihak. Amin.
Ciputat, Mei 2010
Kunmaharso Adi Siswanto
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH A. Pengertian Pengelolaan Sampah ... 11
B. Manajemen Pengelolaan Sampah yang Ideal ... 29
C. Tujuan Adanya Undang-undang No. 18 Tahun 2008 ... 33
D. Manfaat Pengelolaan Sampah Bagi Masyarakat ... 35
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANTAR GEBANG BEKASI A.Sejarah Pengelolaan Sampah TPA Bantar Gebang Bekasi ... 42
B.Letak Pengelolaan TPA Bantar Gebang Bekasi dengan Daerah Sekitarnya ... 49
BAB IV PERSPEKTIF ISLAM TENTANG UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 2008 DAN PENERAPANNYA PADA TPA BANTAR GEBANG BEKASI
A. Perspektif Islam Tentang Undang-undang No. 18 Tahun 2008 ... 56 B. Penerapannya Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Pada TPA Bantar
Gebang Bekasi ... 60 BAB V PENUTUP
Setiap proses, jalinan, pertumbuhan, dan hubungan yang berkaitan dengan makhuk hidup, terutama manusia, selalu memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang berkaitan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam membahas masalah yang berhubungan tentang lingkungan, khususnya hukum lingkungan, harus diperhatikan suatu konsep yang dikenal dengan ekologi. Alam adalah fasilitas yang disediakan Tuhan untuk mengenal penciptanya sekaligus pencipta manusia sebagai komponen alam di dalamnya1.
Proses kerja sama, persaingan, interaksi, di antara makhuk hidup serta dengan lingkungan yang menjadi kondisi kehidupan, berlangsung secara terus menerus (perpetual transformasi). Dengan perkataan lain terjadi proses yang berkesinambungan. Terputusnya proses tadi dalam jalinan hidup ini, akan terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan kehancuran2. Kerusakan lingkungan telah mengglobal, hal ini berpengaruh terhadap terjadinya perubahan iklim, timbulnya bencana, timbulnya pandemi penyakit, serta kelangsungan hidup manusia, binatang, dan tumbuhan beserta spesies-spesiesnya. segera kita atasi bilamana tidak, bumi akan menjadi tempat yang tidak nyaman lagi untuk di tempati3.
1
R.M. Gatot P. Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h. 1.
2
Ibid. h. 7. 3
Kuncoro Sejati, Pengelolaan Sampah Terpadu, ( Yogyakarta: Kansius, 2009), h. 5
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhuk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) menjelaskan pula tentang istilah pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Dimana perlunya pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian fungsi lingkungan hidup sendiri adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan nilai sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya4.
Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena dampaknya terkena pada berbagai sisi kehidupan, terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Palembang dan Medan. Menurut perkiraan, volume sampah yang dihasilkan perorang rata-rata sekitar 0,5 kg/kapita/hari. Jadi, untuk kota besar seperti Jakarta yang penduduknya 10 juta orang, sampah yang dihasilkan sekitar 5000 ton/hari dan Surabaya 1500 ton/hari. Dengan jumlah yang tergolong besar tersebut, perlu adanya penanganan yang khusus. Bila tidak cepat ditangani secara benar maka kota-kota tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkan5.
Suatu tata lingkungan yang sehat memerlukan adanya sistem pembuangan sampah yang khusus, misalnya dapat diatur dengan mengadakan pengumpulan sampah dari tiap-tiap rumah tangga, kemudian pembuangan secara kolektif dengan kendaraan yang tertutup kesuatu lokasi yang disediakan untuk pemusnahan sampah. Mungkin sekali sebagian dari sampah dapat digunakan lagi sebagai bahan baku dan sebagian lain dapat diolah menjadi pupuk, sedang sisanya dapat digunakan sebagai penimbunan rawa-rawa atau tanah yang rendah.
4
Bahar Yul H, Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti), h. 7.
5
Teknologi penanganan sampah di negara yang sudah maju dapat dicontoh untuk dilaksanakan di Negara kita ini. Sistem pembuangan sampah dan limbah harus menjadi satu dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan rumah maupun perumahan. Sudah barang tentu keharusan ini berlaku bagi tiap pembangunan gedung yang akan menampung orang-orang secara berkala maupun secara permanent, seperti kantor, stasiun, taman dan tempat- tempat rekreasi yang lain6.
Tempat pengelolaan sampah adalah suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir sampah-sampah yang dikelola oleh dinas kebersihan kota, dalam hal ini yang sesuai dengan tata ruang wilayah kabupaten atau kota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana didalam pengelolaanya haruslah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, karena harus sesuai dengan pengelolaan yang berwawasan lingkungan berasaskan pembangunan berkelanjutan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan bagi masyarakat sekitarnya. Sehingga pengelolaan sampah tersebut dapat memberikan berbagai manfaat baik secara ekonomi, memberikan efek sehat kepada masyarakat dan aman bagi lingkungan7.
Untuk mengatasi masalah sampah, dibutuhkan sistem pengolahan yang baik. Pengolahan sampah kota bertujuan agar tercipta kebersihan lingkungan. Dengan armada angkutran sampah yang besar, jumlah personil yang memadai, keteraturan jadwal, serta ketepatan lokasi objek sampah maka masalah kebersihan
6
D. Dwidjoseputro, Ekologi Manusia dengan Lingkungannya, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 13.
7
lingkungan disumber sampah dapat diatasi dengan baik. Permasalahan yang muncul di TPA, akan merambat ke arah hulu yang mengakibatkan terhenti atau terhambatnya pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPA. Dampaknya, sampah akan menggunung di kota dan disertai akumulasi polusi yang ditimbulkannya.
Demi kelancaran proses penanganan dan pemanfaatan sampah, maka perlu pengaturan dan penyediaan fasilitas yang memadai. Pengaturan disini meliputi pengaturan perumahan penduduk, pasar dan daerah industri dengan jalan-jalan yang memadahi sehingga memudahkan lalu lintas armada sampah, pengaturan tempat pengumpulan, penimbunan dan pembuangan sampah. Kebijakan hukum untuk menangani masalah sampah cukup besar peranannya. Kebijakan hukum ini sebetulnya pada kota-kota besar di indonesia sudah ada, seperti peringatan yang tertulis dalam bis kota, kereta api, pinggir kali dan pada tempat-tempat tertentu yang berbunyi, ”Dilarang membuang sampah, pelanggar akan dituntut hukuman penjara selama enam bulan atau denda setinggi-tingginya lima puluh ribu rupiah”. Peringatan-peringatan semacam ini cukup memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga dapat mencegah mereka membuang sampah disembarang tempat, akan tetapi karana pelaksanaan hukum tersebut masih jarang, maka masih saja ada orang yang tidak mematuhinya8.
Dari uraian diatas timbul suatu ide untuk berusaha memberikan pemikiran dalam bentuk karya ilmiah/skripsi guna mengkaji tentang Undang-undang
8
pengolahan sampah, berdasarkan perspektif Islam dan penerapannya pada TPA Bantar Gebang Bekasi, agar kelak pengolahan sampah tersebut tidak mencemari lingkungan dan mengganggu masyarakat yang ada di daerah sekitar pengolahan tersebut, serta memberikan manfaat bagi masyarakat banyak.
Untuk itu penulis membuat skripsi ini dengan judul: PERSPEKTIF ISLAM TENTANG UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENERAPANNYA PADA TPA BANTAR GEBANG BEKASI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan terhadap masalah ini, berkisar hanya pada perspektif Islam terhadap Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah, serta penerapannya di daerah TPA Bantar Gebang Bekasi yang dalam pengolahannya masih banyak kekurangan atau tidak sesuai dengan pandangan Islam dan undang-undang yang berlaku serta merugikan masyarakat sekitar.
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 adalah undang-undang yang mengatur tentang bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana uraian diatas, terdapat pokok masalah yang harus diteliti dalam penulisan Skripsi ini sebagai berikut:
a) Bagaimana perspektif Islam tentang Undang-undang No. 18 Tahun 2008? b) Apakah penerapan pengelolaan sampah di TPA Bantar Gebang Bekasi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui perspektif Islam terhadap Undang-undang No.18 Tahun 2008.
b) Untuk mengetahui penerapan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 di TPA Bantar Gebang Bekasi.
Manfaat Penilitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1). Manfaat Teoritis
Penelitian ini sekiranya dapat memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya bagi diri penulis maupun bagi masyarakat pada umumnya.
2). Manfaat Praktis
Penelitian ini sekiranya dapat memberikan wawasan bagi para masyarakat yang daerahnya dijadikan daerah pengelolaan sampah.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Skripsi:Pengembangan Model Optimasi Pengangkutan Sampah di Jakarta
Pusat, Oleh Irwan Hadi Prayitno, Mahasiswa FMIPA Institut Pertanian Bogor
(IPB) Bogor,Tahun 2007/1428 H.
rencana penutupan TPA Bantar Gebang Bekasi, sehingga diperlukan tempat pembuangan baru yang mandiri dan tidak tergantung kepada tempat pembuangan akhir lagi.
Skripsi:Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Perkotaan Berbasis
Masyarakat Di Banjarsari Jakarta Selatan, Oleh Ristie Dwi Handayani,
Mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Tahun 2008/1429 H.
Pada skripsi ini, penulis menerangkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, sebagai upaya-upaya inisiatif dan sumber-sumber daya yang digunakan dalam pengelolaan sampah tersebut berasal dari masyarakat Banjarsari Jakarta selatan sendiri. Lebih jauh lagi, masyarakat Banjarsari berhasil mengembangkan unsur-unsur kelembagaan, yang menjadi faktor penting dalam menopang kegiatan pengelolaan sampah tersebut. Sehingga dalam penangan sampah sudah dapat mandiri dan merasakan dari manfaat pengolahan tersebut.
E. Metologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif9, dengan hasil penelitian lapangan sebagai data utama atau primer. Dilihat dari sifat penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskritif analisis.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan menguraikan mengenai pandangan Islam dan undang-undang terhadap pengelolaan sampah pelaksanaan pengelolaan sampah di Bantar Gebang Bekasi. Masalah-masalah yang timbul dari pelaksanaan pengelolaan sampah tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan al-Qur’an dan Hadist dalam pandangan Islam dan asas-asas hukum yang dipergunakan adalah kitab undang-undang hukum perdata (BW), dan peratuaran perundang-undangan lain yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. 2. Jenis Data
a) Data Primer, data yang diperoleh melalui penelitian lapangan, wawancara langsung terhadap pihak yang terkait dan berkaitan dengan penelitian. b) Data Sekunder, data sekunder didapat dari al-Qur’an dan al-Hadist serta
peraturan perundang-undangan dangan, data-data resmi instansi pemerintah, dari perusahaan, buku-buku literatur, karangan ilmiah, makalah umum, media masa dan bacaan lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
9
3. Teknik Pengolahan Data
Dalam rangaka mengumpulkan, mengolah dan menyajiakan bahan-bahan yang diperlukan, maka dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
Analisis dan pengolahan data, dilakukan dengan cara membandingkan hasil studi pustaka dengan penelitian lapangan, kemudian dilakukan analisis yang dituangkan dalam pembahasan masalah, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran-saran untuk perbaikan.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun terdiri dari lima Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab Pertama, yang merupakan pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan atas kajian terdahulu (study review), metodologi penelitian yang digunakan, serta sistematika penyajian yang digunakan.
Bab ketiga, membicarakan tentang gambaran secara umum tempat pengelolaan sampah, yang dilakukan oleh perusahaan yang mendapatkan izin mengelola pengelolaan sampah dan keadaan masyarakat yang daerahnya dekat dengan TPA Bantar Gebang Bekasi.
Bab keempat, pembahasan tentang perspektif Islam terhadap Undang-undang No. 18 Tahun 2008, serta menguraikan penerapan Undang-Undang-undang No. 18 Tahun 2008 terhadap pengelolaan sampah di TPA Bantar Gebang Bekasi sehingga masyarakat bukan hanya dapat mengelola sampah tetapi dapat mengelola lingkungan hidup sehingga tidak mencemari ataupun merusak, dan bagaimana sikap manusia dalam bertindak untuk melindungi lingkungan hidup dalam pandangan islam. Karena sesungguhnya segala sesuatu yang diciptakan dimuka bumi ini adalah karunia Allah SWT kepada manusia didunia agar tercipta kebahagian dan kesejahteraan.
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
A. Pengertian Pengelolaan Sampah
1. Pengelolaan Sampah Perspektif Islam
Islam sebagai agama rahmatan li al-âlamîn telah memberikan isyarat dan
pesan-pesan yang berhubungan dengan pembangunan dan lingkungan hidup serta
kehidupan terutama melalui ayat-ayat kauniah dalam al-qur’an, yang menurut
Thanthawi Jauhari sebagaimana dikemukakan oleh M. Quraish Shihab: “tidak
kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal tentang lingkungan
hidup dan kehidupan”. Ayat-ayat tersebut tentunya dijadikan sebagai rujukan
dasar atau sebagai prinsip karena merupakan petunjuk-petunjuk dasar atau
prinsip-prinsip yang pertama dan utama dalam berbagai hal termasuk mengenai
pembangunan dan lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem1. Memang dalam
Islam sendiri pengertian pengelolaan sampah tidak dijelaskan secara khusus
dalam al-Qur’an, karna dalam masa rasul jumlah penduduk yang masih sedikit
dan jumlah konsumsi yang belum bermacam-macam. Akan tetapi, al-Qur’an
sudah menyinggung akan masalah tersebut dengan beberapa ayat yang berkenaan
dengan masalah lingkungan hidup serta masalah kebersihan.
Ungkapan “bersih pangkal sehat” mengendung arti betapa pentingnya
kebersihan bagi kesehatan manusia, baik orang perorangan, keluarga, masyarakat
1
Daud Effendi AM, Manusia,Lingkungan Dan Pembangunan, (Jakarta: Lembaga Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 70.
maupun lingkungan. Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan
lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan
melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat
bagi terwujudnya kesehatan, dan kesehatan adalah salah satu faktor yang dapat
memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tapi
juga dapat menyebabkan timbulnya bebagai penyakit, dan sakit merupakan salah
satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang
membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT
sebagaimana firmannya:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” ( QS. Al-Baqarah : 222 )
☺
Artinya: ... Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu ... (َQS. Al-Anfal: 11)
Ayat diatas mengajarkan tentang kebersihan dalam agama Islam adalah
berpangkal atau merupakan konsekuensi dari iman seseorang kepada Allah SWT
Manusia berupaya menjadikan dirinya suci atau bersih supaya ia dapat
berpeluang mendekat diri dan akrab kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Suci
itu. Hal ini dapat difahami dari hadis sebagai berikut:
ا
″Kebersihan itu adalah separuh dari iman″(HR. Muslim)2.
Hadis ini sangat familiar di kalangan kaum muslimin dan sering dijadikan
objek pembicaraan golongan terpelajar maupun kelompok umum. Berdasarkan
literal hadis dan atau ayat al-Qur’an, seruan ″bersih″ ini bukan saja kebersihan
batin atau bukan secara lahir, tetapi kebersihan yang didengungkan mencakup
semua aspek termasuk kebersihan rumah dan juga kebersihan lingkungan.
Ayat dan hadis diatas memberikan petunjuk bahwa kebersihan itu
bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian
kebersihan dalam ajaran Islam merupakan aspek ibadah dan aspek moral, dan
karna itu sering juga dipakai kata bersuci sebagai kata paduan dengan kata
membersihkan atau melakukan kebersihan. Ajaran kebersihan tidak hanya
merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis,
2
yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dilembagakan
dalam hukum Islam3.
Dalam fiqih Islam dikenal pula adanya aturan bersuci (thaharah), artinya
sebelum melaksanakan ibadah seseorang yang beragama Islam diwajibkan suci
dari najis (kotoran) baik dengan cara dicuci, mandi, berhudhu, maupun tayamum.
Penduduk kota di Indonesia sebagian besar umat Islam, bila dapat mengamalkan
ajaran agamanya dengan baik, maka otomatis akan mudah dapat menerapkan
budaya bersih dalam kehidupan sehari-hari. Islam menghedaki adanya perhatian
dan kesadaran masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan sekitarnya
termasuk jalan, halaman gang, dan halaman pekarangan rumah.
Janganlah membuang sampah dijalan, Rasulullah SAW bahkan
menganjurkan untuk mengambil sampah yang kita temui dijalan baik itu berupa
duri, pecahan kaca, botol, bungkus rokok, dan sebagainya. Artinya umat Islam
dilarang membuang sampah tidak pada tempatnya. Seorang muslim yang taat
membuang sampah pada tempatnya dan mengambil sampah yang ditemukan
dijalan, merupakan sebuah amal ibadah. Sebaliknya seorang muslim yang
membuang sampah dijalan atau tidak pada tempatnya misalnya disungai, selokan,
trotoar jalan dan sebagainya, sangat bertentangan dengan hadist diatas dan
tentunya hal ini merupakan perbuatan dosa yang harus dihindari oleh setiap umat
Islam. Oleh karena itu, hendaknya budaya bersih dapat dijadikan prilaku umat
3
Seperti Firman Allah SWT:
☺
)
ﻪ ﻮﺘﻟا
/
:
(
Artinya: Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(QS. At-Taubah :108)
Ayat diatas menerangkan pula bahwa menjaga kebersihan adalah suatu
kewajiban setiap muslim, karena dengan menjaga kebersihan maka ia
mendekatkan diri dengan Allah SWT, yang menyukai orang-orang yang bersih
seperti firmanya. Budaya bersih ini diharuskan ditanamkan baik oleh orang tua,
guru, maupun oleh pemimpin formal dan pemimpin tradisional (tokoh agama dan
tokoh masyarakat) dalam setiap kesempatan. Jadi pengolahan sampah menurut
pandangan islam sendiri, bagaimana sampah tersebut tidak dibuang sembarangan
tempat yang berakibat menjadikan lingkungan menjadi kotor ataupun pencemaran
disekitar kita sehingga merusak keindahan yang ada pada lingkungan,
sesungguhnya Islam mengajarkan tentang kebersihan karena kebersihan itu
adalah sebagian dari iman. Sehingga bagi umat Islam menjaga kebersihan itu
menjadi sesuatu yang wajib karana Allah menyukai orang yang bersih4.
2. Pengelolaan Sampah Secara Umum
4
Demi kelancaran proses penanganan dan pemanfaatan sampah, maka perlu
pengaturan dan penyediaan fasilitas yang memadai. Pengaturan disini meliputi
perumaham penduduk, pasar dan daerah industri dengan jalan-jalan yang
memadahi sehingga memudahkan lalu lintas armada sampah, pengaturan tempat
pengumpulan, penimbunan dan pembuangan sampah5. Sampah alam, sampah
yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,
seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering dilingkungan pemukiman. Sampah manusia (human waste) adalah istilah
yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan
urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus
dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang
higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori
penyaluran pipa (plumbing), sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang
misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Sampah konsumsi merupakan sampah
yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah
sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah-sampah yang
umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah-sampah kategori
5
ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri. Seperti sampah nuklir, sampah industri,
sampah pertambangan, yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti6.
Pengertian pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan
untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan sampah, transfer dan trasfor, pengolahan, dan pembuangan
akhir7. Sedangkan pengelolaan sampah sendiri di dalam Undang-undang No. 18
Tahun 2008 adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah8. Di Indonesia sendiri ada
bermacam-macam sistem pengelolaan sampah, ada yang menggunakan sistem
pengelolaan sampah dengan cara pengumpulan, pemimdahan, metode penarikan
dan pembuangan, dan dengan berbagai startegi perencanaan dan pendanaan yang
memadahi9.
Ada pula yang menggunakan sistem pengelolaan sampah dengan cara
urugan dan tumpukan. Model urugan merupakan cara yang paling sederhana,
yaitu sampah dibuang dilembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan.
Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat,
yaitu bila tidak ada pemukiman dibawahnya, tidak menimbulkan polusi udara,
6
http:// Wikipedia Indonesia.com Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2009.
7
Kuncoro Sejati, Pengelolaan Sampah Terpadu, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), h. 24.
8
Pasal 1 ayat 5 UU No. 18 Tahun 2008
9
polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini umumnya dilakukan
untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar. Pengelolaan sampah
yang menggunakan sistem tumpukan sudah lebih maju dari sistem pengelolaan
dengan menggunakan urugan. Model pengelolaan dengan tumpukan ini bila
dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan teknologi aerobik, hanya
saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air buang. Pengelolaan air
buang (leachate) dan pembakaran ekses gas metan (flore), model yang lengkap
ini banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model tumpukan ini
umumnya tidak lengkap, tergantung dari kondisi keuangan dan kepedulian
pejabat pemerintah daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Ada beberapa macam penggolongan sampah, penggolongan ini dapat
didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu:
1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
a) Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk didalamnya sampah rumah
sakit, hotel, dan kantor.
b) Sampah hasil kegiatan industri atau pabrik.
c) Sampah hasil-hasil kegiatan pertanian meliputi seperti: perkebunan,
kehutanan, perikanan,dan perternakan.
d) Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan toko.
e) Sampah hasil kegiatan pembangunan.
2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya dapat dibedakan dalam
beberapa jenis, yaitu:
a) Sampah seragam, sampah hasil kegiatan industri yang umumnya termasuk
dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri dari kertas,
karton, karbon, dan semacamnya yang masih tergolong seragam atau
sejenis.
b) Sampah campuran, misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah
dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan bercampur
menjadi satu.
3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
a) Sampah padatan (solid), misalnya dedaunan, kertas, karbon, kaleng,
plastik, dan logam.
b) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bekas cairan
yang tumpah, tetes tebu, dan limbah industri yang cair.
c) Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, amonia, H2S, dan
lainnya.
4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.
a) Sampah kota (urban) yang terkumpul dikota-kota besar.
b) Sampah daerah yang terkumpul didaerah-daerah luar perkotaan.
5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya dibedakan menjadi dua
a) Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya oleh karena proses alami.
Misalnya rontokan dedaunan.
b) Sampah non alami, ialah sampah yang terjadinya oleh karena kegiatan
manusia. Misalnya plastik dan kertas.
6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.
a) Sampah organik, terdiri atas dedaunan, kayu, tulang, sisa makanan ternak,
sayur, dan buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung
senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Sampah ini mudah didegradasikan oleh mikroba.
b) Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, besi, logam, kaca, dan bahan
lain yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Sampah ini tidak dapat
didegradasikan oleh mikroba sehingga sulit untuk diuraikan.
7. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya.
a) Sampah makanan
b) Sampah kebun atau pekarangan
c) Sampah kertas
d) Sampah plastik, dan karet,
e) Sampah kulit
f) Sampah kain
g) Sampah kayu
h) Sampah logam
j) Sampah abu dan debu10
Umumnya pengelolaan sampah diluar negeri sudah lebih maju lagi,
beberapa mengenai pengelolaan sampah yang dilakukan di Amerika. Pada
dasarnya, pengolahan sampah disana lebih baik karena warga Amerika memiliki
kesadaran atas lingkungan yang bersih dan sehat. Peran pemerintah dalam
membuat dan melaksanakan peraturan (legal enforcement) juga didukung dengan
adanya perusahaan pengelolaan sampah.
1. Pengangkutan sampah yang dilakukan oleh perusahaan pengolahan sampah
setiap seminggu sekali.
2. Warga melakukan pemilahan sampah ke dalam dua jenis sampah: recycalable
dan non-recycalable.
3. Perkantoran dan sekolah, pemilahan sampah ini dibagi ke dalam tiga jenis
sampah: sampah basah, paper, plastic and bottle.
4. Dilakukan gerakan kebersihan baik dilakukan secara gotong royong (Green Up
Vermont) maupun oleh petugas kebersihan.
5. Peraturan yang terkait dengan sampah dilaksanakan oleh warga dan petugas,
seperti tidak boleh membakar sampah di lingkungan pemukiman, membayar
sejumlah uang tertentu yang digunakan untuk pengumpul dan pengelola
sampah.
Tampaknya pengelolaan sampah ini menjadi suatu hal lazim dan harus
dilakukan, menurut pandangan kebijakan di luar negeri11.
10
Hal ini kemudian terbawa pula ke Indonesia, dimana suatu perusahaan
asing yang menerapkan kebijakan, peraturan, dan cara yang sama di wilayah
perumahan dan perkantoran perusahaan tersebut, khususnya eropa, sudah dimulai
dari rumah tangga, yaitu dengan memisahkan sampah organik dan anorganik,
kantong-kantong sampah yang disediakan terbuat dari bahan yang bisa didaur
ulang, warna kantong dibedakan antara sampah organik dan anorganik. Kantong
sampah organik biasanya berwarna hijau, sedangkan kantong sampah anorganik
berwarna coklat. Adapun kantong sampah barang beracun berwarna merah. Selain
dilokasi perumahan, pemerintah setempat juga menyediakan tempat sampah
dilokasi strategis untuk tempat buangan sampah dilokasi umum. Konstruksi
tempat sampah sedemikian rupa sehingga diangkut oleh truk sekaligus bersama
tempat sampahnya kelokasi pengolahan. Sampah organik diambil oleh truk yang
memiliki drum berputar dilengkapi pisau pencacah dan mikroba perombak bahan
organik. Dengan cara ini pencampuran dapat dilakukan secara efisien dan merata
karena volume sampah tidak begitu besar serta drum tersebut berputar secara
konstan. Kadang truk tersebut fungsinya hanya mengangkut, sedang pencacahan
dilakukan ditempat pengolahan. Setelah sampai dilokasi pengolahan, sampah
dituangkan kedalam tempat penampungan, lalu diangkat oleh conveyor untuk
dipisahkan dari material anorganik(besi). Pemisahannya menggunakan magnetik
separaktor. Sementara pemisah material ringan seperti kertas, plastik, dan kain
dengan menggunakan teknik sentrifugal atau tromol berputar. Material yang berat
11
selain besi seperti gelas dan potongan kayu dipisahkan dengan menggunakan
hembusan udara (air classifer). Selanjutnya, sampah diangkut ke ruang
pengolahan (komposting). Material anorganik yang masih bisa didaur ulang
dipisahkan, sedangkan yang tidak bisa didaur ulang dibakar menggunakan
incinerator.
Cara pengolahan sampah organik pada dasarnya ada 2 macam, yaitu
menggunakan model reaktor dan nonreakror (ditempat terbuka atau hanya bagian
atas tertutup atap).
1. Model nonreaktor yaitu sebagai berikut.
a) Agitate solid bed (windrow), baik yang diberikan aeraksi atau tidak diberi
aeraksi.
b) Statik soil bed, baik yang diberi aeraksi atau aeraksi alami.
2. Model reaktor yaitu sebagai berikut.
a) Rotating drum, jenisnya terdiri dari disperse flow, cell in series, dan
complate mix.
b) Bin reactor, jenisnya terdiri dari rectangular tankage dan inclined flow
reactor12.
Model-model tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri dan
tidak akan dibahas secara detil, kecuali model windrow. Model windrow mirip
model tumpukan, sebelum unit pengolahan sampah dibangun, terlebih dahulu
dibuat negosiasi dengan perusahaan pertanian atau perkebunan yang akan
12
menyerap produk kompos sampah kota yang akan di hasilkan. Dengan demikian,
areal untuk proses komposting tidak tersita oleh produk kompos yang tidak
terjual. Selain itu, adanya pendapatan yang diterima dari kegiatan tersebut. Selain
cara pengolahan sampah yang berbeda dan variatif di Eropa, komposisinya juga
berbeda.
Asia sendiri didalam pengelolaan sampahnya untuk dinegara tertentu
sudah menggunakan teknologi yang canggih didalam sistem pengolahannya.
Seperti contohnya pada pemerintahan negara Jepang, mereka sedang bekerja
kearah suatu target pengurangan tumpukan sampah sebanyak 75%, sebagian besar
fokus dari program yang mereka lakukan dengan menggunakan sistem 3R
(Reduce, Recyle, dan Reuse).13Sistem pengelolaan limbah adalah sistem
input-output. Input adalah bahan buangan dengan output buangan yang memenuhi
syarat, dengan perkataan lain perubahan influement menjadi efluement memenuhi
kriteria tertentu. Untuk membuat desain pengolahan limbah sudah barang tentu
banyak hal yang terkait dan saling mendukung satu dengan yang lain.
Limbah sebagai input memerlukan perlakuan pendahuluan, penetapan
lokasi, pemilihan metode, kondisi lapangan, pemilihan alat-alat merupakan suatu
proses manajemen yang menentukan hasil akhir, yaitu efluement yang memenuhi
syarat. Penetapan lokasi, baik lokasi pengelolaan maupun lokasi pembuangan
merupakan prioritas pendahuluan sebelum menetapkan metode. Bila pemilihan
metode tidak memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan pilihan lokasi,
13
maka prioritas pilihan akan ditinjau kembali, agar tidak tercipta pencemaran
terhadap lingkungan semakin bertambah dan lebih merusak lingkungan disekitar
pengolaha tersebut dan berdampak terhadap masyarakat sekitar pengelolaan
tersebut. Maka berdasarkan hal tersebut pemilihan lokasi sangatlah penting
terhadap suatu pengelolaan sampah, agar tidak menimbulkan suatu dampak yang
buruk baik itu terhadap lingkungan maupun terhadap warga sekitar pengelolaan
sampah, yang akhirnya menimbulkan banyak masalah baik mau yang menyengat
maupun penyakit gatal-gatal ataupun kulit yang disebabkan adanya suatu
pencemaran air yang sering digunakan oleh warga sekitar pengelolaan sampah
tersebut14.
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup Perspektif Islam
Sistem yang diberikan Islam dalam menyelesaikan persoalan lingkungan
mempunyai pendekatan yang berbeda dengan sistem sekuler. Islam adalah agama
fitrah yang mengadakan pendekatan hukum berdasarkan fitrah pula. Bagi Islam
segala perbuatan baik dan buruk didunia akan mendapatkan ganjaran setimpal,
oleh karena itu kebaikan seorang muslim merupakan amaliah yang selalu dicatat
dan mendapatkan pembalasan baik di dunia maupun di akhirat. Perilaku seorang
muslim di dunia, merupakan cermin kebaikan akan hidupnya kelak di akhirat,
sebab Islam memandang bahwa semua aspek hidup dan apa saja yang dilakukan
manusia (muslim) semata-mata sebagai sarana beribadah kepada Khaliknya.
14
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
Islam mengajarkan penjagaan terhadap kelestarian sumber-sumbar
kekayaan alam menjadi bagian pengamalan ajaran agama yaitu refleksi syukur
nikmat. Syukur nikmat harus dijabarkan dalam bentuk melestarikan alam, tidak
merusak, tidak mengotori dan semacamnya. Sebab, tindakan perusakan
lingkungan dan atau pencemaran termasuk barisan kaum pembangkang.
Oleh karena itu, memelihara lingkungan dalam Islam merupakan bagian
dari totalitas ibadah manusia. Sebab itu Islam menjadi rahmatan lil’alamin
(rahmat bagi seluruh alam) yang mendorong umat agar tidak membuat kerusakan
atau mempercepat laju kerusakan yang dilakukan di planet bumi dan alam
semesta. Seperti firman Allah SWT:
☺
Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. ( QS. Al A’raf : 56 )
Dalam ayat tersebut menjelaskan akan larangan berbuat kerusakan dimuka
bumi, karena penciptaan bumi beserta isinya adalah sebuah karunia yang Allah
SWT berikan kepada manusia. Kandungan ayat tersebut menandaskan secara
gamblang larangan Allah SWT terhadap perusakan dalam bentuk kecil dan sedikit
mencakup berbagai sisi baik lahir maupun non zahir seperti ajaran tentang tata
cara beribadah, berakhlak mulia dan seterusnya yang semuanya bertujuan
maslahat bagi manusia mukallaf. Selanjutnya kerusakan zahir seperti
menghancurkan bangunan melalui perang, membuang sampah yang mengotori
berbagi tempat dan mendisfungsikan kesuburan tanah serta memandulkan segala
macam bentuk alam yang akhirnya menjadi ancaman serius bagi manusia
tergolong membuat kerusakan berat. Sedang kerusakan berat non zahir adalah
berbuat zalim, menebar kebatilan dan mendukung kokohny kejahatan serta
mengotori kebersihan hati dengan pikiran-pikiran jahat menyesatkan.
Menyadari akan hal tersebut maka dalam melaksanakan pembangunan,
sumber daya alam harus digunakan dengan rasional. Penggalian sumber kekayaan
harus diusahakan dengan sekuat tenaga dan strategi dengan tidak merusak tata
lingkungan dan tata hidup manusia. Perlu diusahakan penggunaan teknologi yang
ramah lingkungan dan bisa menjaga kelestarianya sehingga bisa dimanfaatkan
secara berkesimambungan. Sehingga syariat mengajarkan agar setiap muslim
berhati-hati dengan apa yang diperbuat dan apa yang dimakannya. Sekarang ini,
pemahaman fiqh termasuk perintah-perintah syariat lainya banyak belum
tersosialisasikan dan tidak dimengerti kebanyakan pemeluk Islam sendiri
terutama di Indonesia. Islam mengajarkan pemanfaatan secara lestari segala
sumberdaya yang ada di bumi dengan mengaturnya dalam syariat fiqih
(jurisprudensi Islam). Sehingga akan terciptanya keseimbangan hidup antara
bencana yang ditimbulkan oleh dampak kerusakan yang disebabkan rusaknya
alam semesta atau lingkungan hidup yang kita dihuni pada saat ini dan akan
datang15.
B. Manajemen Pengelolaan Sampah Yang Ideal
Ada tiga konsep pengolahan sampah yang ideal yaitu pengelolaan sampah
disumber sampah, pengelolaan sampah di TPS, dan pengelolaan sampah di TPA.
Adapun teknologi baru yang diangkat kepermukaan yaitu teknologi Dranco
(anaerobik) sebagai suatu alternatif untuk memproduksi tenaga listrik dan
kompos yang cukup efisien. Sistem sentralisasi adalah pemusatan pembuangan
sampah kota disuatu lokasi atau TPA. Sementara sistem desentralisasi adalah
membagi tempat pembuangan sampah kota dibeberapa TPS (Tempat
Penampungan Sementara). Adapun sistem senteradesantralisasi atau disingkat
se-desentralisasi adalah menggabungkan kedua sistem tersebut dengan keberadaan
TPA dan TPS. Penimbunan sampah hanya dengan mengandalkan sistem
sentralisasi jelas tidak tepat karena membutuhkan lahan yang sangat luas. Namun,
sistem desentralisasi pun bukan jawaban yang tepat karena volume sampah yang
sangat besar tidak akan mampu ditampung oleh TPS yang tersebar dimana-mana.
Bahkan, bukan tidak mungkin malah menyebabkan polusi kebanyak kota tersebut.
Oleh karena masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri, perlu
dicermati kemampuan sistem dalam mengatasi kendala pengelolaan sampah yang
15
muncul. Adapun kemampuan masing-masing sistem dalam mengatasi kendala
yang muncul dalam pengelolaan sampah kota.
Sistem se-desentralisasi merupakan sistem yang terbaik untuk Indonesia,
sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi
pengolahan sampah tersebut dibeberapa titik yaitu sebagai berikut.
1. Pengolahan langsung disumber sampah, dua hal yang perlu dilakukan oleh
produsen sampah. Pertama, memisahkan sampah organik dan anorganik, sampah
anorganik sebaiknya ditempatkan diember, sedangkan sampah organik dibak
sampah yang mudah dijangkau oleh truk sampah. Hal yang kedua yaitu
membakar sampah organik setiap hari minimal sekitar 10% dari total volume
sampah yang ada hari itu. Sampah dengan klasifikasi B3 yaitu limbah yang
mengandung racun dan bahan berbahaya, misalnya herbisida, fungisida,
insektisida, racun, bahan kimia, dan limbah nuklir yang memerlukan penanganan
khusus. Hal yang sama juga berlaku untuk sampah suatu kantor (perguruan tinggi,
lembaga penelitian) yang aktivitasnya penelitian.
2. Pengolahan sampah di TPS, lokasi TPS bila mungkin berada didalam
lingkungan lokasi sumber sampah. Namun, bila mungkin maka harus diupayakan
lokasinya berada di kecamatan, setiap kecamatan sebaiknya memiliki satu buah
TPS ukuran 1.000-2.000 m2 yang dilengkapi unit pengelolaan kompos. Kesulitan
utama dalam sistem se-desentralisasi adalah dalam mencari lahan karena padat
penduduk dan harga tanah yang mahal, karena itu lahan yang digunakan
memanfaatkan lahan masyarakat yang ada, pemilik lahan diberikan bagian untuk
memiliki saham dalam perusahaan kompos tersebut. Status perusahaan tersebut
bisa PT milik pemda atau swasta, adapun manfaat dari PS-TPS ini adalah sebagai
berikut.
a) Mengurangi arus sampah dari kota menuju TPA
b) Menjadikan model pengolahan sampah untuk setiap pasar yang tradisional
c) Mewujudkan lingkungan pasar yang bersih
d) Memberikan suatu lapangan kerja tambahan bagi masyarakat ekonomi
lemah disekitar lokasi pasar
e) Memacu semangat berkarya mengelola limbah dan mengubahnya menjadi
satu bahan yang laku dijual
f) Merupakan show window bagi para calon produsen kompos untuk dapat
ditiru karena lokasi pasar yang strategis
g) Memberikan konstribusi positif pada penyediaan pupuk organik sebagai
alternatif lain yang kualitasnya lebih baik, harganya lebih murah, dapat
dibuat sendiri, dan pasokan terjamin dibandingkan pupuk kimia
h) Secara tidak langsung ikut berperan dalam mewujudkan pertanian organik
3. Pengolahan sampah di TPA, permasalahan yang umum terjadi pada
pengelolaan sampah kota di TPA, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, dll adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial,
dan lain-lain. Oleh karena itu, pengolahan sampah di TPA harus memenuhi
a) Memanfaatkan lahan TPA yang terbatas dengan efektif
b) Memilih teknologi yang mudah, murah dan aman terhadap lingkungan
c) Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual
d) Produk harus dapat terjual habis dan memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat
Untuk memenuhi kreteria tersebut, teknologi yang layak untuk diterapkan
adalah kombinasi dari beberapa teknologi (integrated) serta kegiatan penunjang
lainnya yaitu sebagai berikut.
1. Teknologi landfill untuk produksi kompos dan gas metan
2. Teknologi anaerobik komposing Dranco untuk produksi gas metan dan
kompos
3. Incinerator untuk membakar bahan-bahan anorganik yang tidak bermanfaat
serta pengeringan kompos
4. Unit produksi tenaga listrik dari gas metan
5. Unit drainase dan pengolahan air limbah
6. Unit pemasaran (kompos, listrik, limbah laku dijual)
Penggunaan teknologi yang maju wajib dilakukan suatu kajian aspek
lingkungan termasuk proyek pengolahan sampah kota, meskipun tujuan
pengolahan sampah kota adalah untuk kebersihan lingkungan. Namun, bukan
tidak mungkin dalam proses pengolahannya juga akan memberikan dampak
negatif pada lingkungan sekitar pengolahan, hanya jenis polutan yang berubah.
akan dihasilkan air buangan yang akan mencemari lingkungan sekitar pengolahan
oleh karenanya kita didalam pengelolahan sampah haruslah memperhatikan aspek
lingkungan agar tidak terjadi pengrusakan dan pencemaran lingkungan yang
lain16
C. Tujuan
emisi gas rumah
kaca da
jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Adanya Undang-undang No. 18 Tahun 2008
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah
yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau
sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih
memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai
sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah
masih bertumpu pada pendekatan akhir (endof- pipe), yaitu sampah dikumpulkan,
diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan
sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah
berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan
n memberikan kontribusi terhadappemanasan global17.
Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan
16
Perdana Gintings, Mencegah Dan Mengendalikan Pencemaran Industri, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 50.
17
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah
saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah18.
Sehingga muncullah paradigma baru memandang sampah sebagai sumber
daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk
energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah
dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu
pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatanpengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,dan pemrosesan akhir19.
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan
konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah
merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan
18
Bahar Yul H, Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, (Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti), h.10.
19
badan usaha. Selain ituorganisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang
bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan
pengelolaan sampah.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan
publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan
hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas
tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran,
asaskebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan
Undang-undang ini diperlukan dalam rangka:
1. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
2. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
4. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan
5. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup20.
D. Manfaat Pengelolaan Sampah Bagi Masyarakat
Suatu usaha pemanfaatan sampah bagi masyarakat dikatakan berhasil bila
produk yang dihasilkannya dapat berguna bagi masyarakat dan bernilai ekonomis
sehingga laku terjual. Demikian pula dengan bermacam-macam produk hasil
pengolahan sampah, akan terasa manfaatnya bila dapat dirasakan oleh masyarakat
banyak serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dapat membantu
perekonomian masyarakat yang mata pencarianya banyak menggantungkan diri
dengan mengais sampah di TPA-TPA yang ada.
Tentu saja untuk mencapai hal tersebut perlu adanya suatu usaha untuk
mengelola hasil pemanfaatan sampah tersebut dan memasaran produksi hasil
pemanfaatan sampah sehingga laku terjual. Selain itu kelayakan usahanya perlu
diketahui dengan adanya analisis fininsial sehingga tujuan yang hendak dicapai
dapat terpenuhi dan menghasilkan untung bagi yang mengelolanya.
Macam-macam hal yang dapat dihasilkan oleh pengelolaan sampah yaitu:
1. Sampah Menjadi Kompos
Produksi kegiatan pengolahan sampah kota adalah kompos, tenaga listrik,
dan bahan yang bisa dijual. Peluang pasar tenaga listrik selalu ada karena
indonesia dewasa ini dan akan datang akan selalu kekurangan energi. Tenaga
20
listrik yang dibangkitkan dari sampah kota adalah termasuk murah dibandingkan
dengan PLTD. Oleh karena itu, aspek pemasarannya tidak menjadi masalah.
Sementara bahan organik dan anorganik yang dapat dijual akan habis dan
merupakan bagian sosial dari kegiatan ini untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat golongan ekonomi lemah.
Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai 60-70%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Pengomposan dapat
berfungsi mengendalikan bahanya pencemaran yang mungkin terjadi sekaligus
menghasilkan keuntungan. Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan
bahan-bahan organik secara biologis dalam suhu tinggi dengan hasil akhir berupa
bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah. Pengomposan dapat
dilakukan sacara bersih, tidak beracun atau berbahaya bagi kesehatan, dan tanpa
menghasilkan kebisingan didalam maupun diluar ruangan.
Teknologi pengomposan sampah beragam, baik secara aerob maupun
anaerob, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa
digunakan adalah cacing dan mikroorganisme dekomposer. Keunggulan dari
proses pengomposan antara lain teknologinya yang sederhana, biaya penanganan
yang relatif rendah, serta dapat menangani sampah dalam jumlah yang banyak
(tergantung luas lahan)21.
Kompos adalah suatu produk yang sangat diperlukan dan seharusnya
mudah untuk dijual di Indonesia. Perkembangan pasar kompos dimasa datang
21
sangat bergantung pada perkembangan pertanian organik di Indonesia dan dunia.
Ada beberapa alasan yang mendukung hal tersebut yaitu sebagai berikut.
a) Daratan Indonesia, khususnya diluar jawa, sebagian besar merupakan tanah
yang miskin hara dan miskin bahan organik (podsolik). Tanah yang subur
hanya dipulau jawa saja.
b) Sebagian besar tekstur, sifat fisik, dan keasaman tanah lahan pertanian
yang subur sudah rusak oleh pupuk kimia.
c) Harga pupuk kimia tinggi dan sangat dipengaruhi oleh harga minyak bumi.
Selain itu, pupuk kimia banyak dipalsukan dan dapat merusak tanah.
d) Dimasa depan, pertanian Indonesia, bahkan dunia akan kembali
kepertanian organik.
Berdasarkan alasan tersebut, seyogyanya kebutuhan pupuk didalam negeri
digantikan oleh pupuk kompos. Pergantian ini hanya bisa dilaksanakan dengan
bantuan kebijakan pemerintah yang mengharuskan penggunaan pupuk kompos
untuk seluruh bidang kegiatan seperti pertanian pangan, perkebunan, dan
kehutanan. Selain itu perlu juga dibuat peraturan yang mengalihkan pemasaran
pupuk kimia secara bertahap untuk tujuan ekspor.
Proses pergantian ini harus dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan
terbentuknya sistem produksi dan tata niaga kompos disetiap kota dan kabupaten.
Jenis kompos yang akan diproduksi sebaiknya dibuat berdasarkan
Tujuanya agar setiap kebutuhan segmen pasar bisa dipenuhi. Contohnya variasi
jenis kompos tersebut adalah sebagai berikut.
a) Kompos tanpa tambahan hara pupuk lainya.
b) Kompos dengan tambahan hara dari pupuk kimia dari seperti NPK.
c) Kompos dengan tambahan organisme dari pupuk biologi, seperti endo-ecto
micorhiza dan rizobium (biofertilizer).
d) Kompos dengan tambahan arang atau soil conditioner lain.
e) Kompos yang diberi tambahan hara dengan kombinasi yang lengkap atau
tidak lengkap.
f) Kompos granular.
Pemasaran kompos adalah untuk menggantikan peran pupuk kimia dalam
bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan, seperti pupuk tanaman semusim
(padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan), tanaman sayur dan buah (hortikultura),
tanaman sawit, tebu, teh, kopi, coklat, dan sebagainya (perkebunan), serta
kayu-kayu hutan tanaman industri (kehutanan)22.
2. Sampah Menjadi Listrik
Sampah organik tidak hanya dapat diolah menjadi pupuk kompos, tetapi
juga dapat diolah untuk menghasilkan tenaga listrik. Sampah perkotaan yang
organik pada dasarnya ialah biomassa (senyawa organik) yang dapat dikonversi
menjadi energi melalui sejumlah proses pengolahan, baik dengan maupun tanpa
oksigen yang bertempratur tinggi. Keluaran yang dihasilkan dapat berbentuk
22
energi listrik, gas, energi panas yang banyak dibutuhkan industri, gedung
perkantoran, dan hotel.
Untuk pembuangan sampah basah disediakan area tanah dengan
kedalaman sekitar 10-15 meter, panjang 5 km, dan lebar 3 km, yang nanti akan
diproses dengan sistem sanitery landfill. Gundukan sampah ini menghasilkan
gas-gas metan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik yang dapat dialirkan ke
rumah-rumah penduduk. Teknologinya tidak menimbulkan bau sehingga dapat
berada sangat dekat dengan pemukiman. Selain dengan gas metan, listrik pun bisa
didapat dari uap air.
Cara kerjanya: pertama, sampah dicacah, lalu dilewatkan conveyor
menuju tungku dan dibakar hingga menjadi abu dan uap air. Uap air yang
dihasilkan akan menggerakan turbin pembangkit listrik. Residu sebanyak 10%
akan menjadi debu jatuh (botton ash) dan debu terbang (fly ash). Residu botton
ash dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pupuk, bahan pelapis jalan, dan
reklamasi pulau; sedang fly ash dapat digunakan sebagai bahan campuran semen
serta bahan dalam pembuatan batako23.
3. Sampah Menjadi Bahan Daur Ulang
Daur ulang merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, dan pembuatan
produk atau materi bekas pakai. Kunci keberhasilan program daur ulang adalah
justru dipemilahan awal akan memudahkan proses selanjutnya. Kita tidak perlu
23
lagi menyortir dan memilih, tinggal mengolahnya kembali. Materi anorganik yang
dapat didaur ulang antara lain adalah sebagai berikut:
a) Botol bekas wadah kecap, saus, sirup, creamer, dll, baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
b) Kertas, terutama kertas bekas dari kantor, atau kertas koran, majalah,
kardus.
c) Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue.
d) Besi bekas rangka meja, tempat tidur, mobil, besi rangka beton.
e) Plastik bekas wadah air mineral, shampo, jerigen, ember, sedotan, dll.
Apabila barang-barang tersebut didaur ulang, maka maka harganya akan
berlipat-lipat dari pada sebelumnya. Hambatan terbesar daur ulang adalah
kebanyakan produk tidak dirancang untuk dapat didaur ulang jika sudah tidak
terpakai lagi24.
24
GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANTAR GEBANG BEKASI
A. Sejarah Pengelolaan Sampah Di TPA Bantar Gebang Bekasi
Jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali lipat selama 25 tahun terakhir, yaitu dari 119,20 juta jiwa pada tahun 1971 bertambah menjadi 198,20 juta jiwa pada tahun 1996 dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun 1999. Jika tingkat pertumbuhan penduduk ini tidak mengalami perubahan positif yang drastis maka pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 262,4 juta jiwa dengan asurnsi tingkat pertumbuhan penduduk alami sekitar 0,9 % per tahun. Pertambahan penduduk ini diperkirakan tidak akan tersebar merata, tetapi akan terkonsentrasi di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan merupakan tempat yang sangat menarik bagi masyarakat untuk mengembangkan kehidupan sosial ekonomi. Selain itu, pembangunan ekonomi Indonesia melalui jalur industrialisasi berpengaruh langsung terhadap pembangunan perkotaan1. Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani
1
BPS, ”populasi penduduk Indonesia berdasarkan Propinsi”, artikel diakses pada 28 Desember 2009 dari http://www.bps.go.id/sector/population/table.shtml
oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Limbah domestik tersebut, baik itu limbah cair maupun limbah padat menjadi permasalahan lingkungan karena secara kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya2.
Khusus untuk sampah atau limbah padat rumah tangga, peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan di Indonesia diperkirakan akan bertambah 5 kali lipat pada tahun 2020. Rata-rata produksi sampah tersebut diperkirakan meningkat dari 800 gram per hari per kapita pada tahun 1995 menjadi 910 gram per hari per kapita pada tahun 2000 . Untuk kota Jakarta, pada tahun 1998/1999 produksi sampah per hari mencapai 26.320 meter kubik. Dibandingkan tahun 1996/1997, produksi sampah di Jakarta tersebut naik sekitar 18%. Hal ini diakibatkan bukan saja karena pertumbuhan penduduk tetapi juga karena meningkatnya timbulan sampah per kapitayang disebabkan oleh perbaikan tingkat ekonomi dan kesejahteraan.
Data BPS mencatat bahwa hingga saat ini, penanganan dan pengelolaan sampah tersebut masih belum optimal dari apa yang diharapkan. Dengan persentase baru 11,25% sampah di daerah perkotaan yang diangkut oleh petugas dari dinas terkait, selebihnya 63,35% sampah-sampah ditimbun ataupun dibakar, lalu hanya 6,35% sampah dibuat kompos, dan selebihnya 19,05% sampah dibuang ke kali atau dengan dibuang dengan sembarangan. Sementara untuk di daerah pedesaan, sebanyak 19% sampah diangkut oleh petugas, 54% sampah
2
ditimbun dan dibakar, 7% sampah dibuat kompos, dan 20% dibuang ke kali dengan sembarangan3.
Pengolahan sampah DKI Jakarta di Bantar Gebang telah didirikan lebih dari 20 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1986. Lokasi lahan di Kabupaten bekasi dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membayar trpping free kepada pemda Bekasi sebesar Rp 60 juta per ton sampah. Hal itu disebabkan karena adanya suatu peningkatan jumlah penduduk di DKI Jakarta yang memberikan dampak terhadap peningkatan volume sampah. Upaya mengurangi volume sampah yang pernah dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan cara membakar di lahan terbuka seperti di Cilincing dan Kapuk telah menimbulkan polusi asap dan debu. Karena itu Pemerintah DKI Jakarta menganggap perlu memiliki lokasi tempat pembuangan yang memadai dan memenuhi persyaratan ambang batas lingkungan hidup. Dalam pembahasan dengan Bappeda dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta dimunculkan tiga gagasan yaitu dikubur, dibakar, dan
Sanitary Landfill. Sistem dikubur diawali dengan membuat galian dengan kedalaman tertentu lalu diberi penadah plastik kemudian diisi tanah setinggi 5 meter. Resiko dari perlakuan ini adalah hancurnya plastik oleh pelarut kimia. Sistem pembakaran dengan incenerator pada suhu 1100 0C. Lama pembakaran, suhu, dan pencampuran oksigen yang tepat dapat menghancurkan 99% sampah. Asap yang terbentuk diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke udara. Resiko
3
dari sistem pembakaran yang tidak mencapai tingkat suhu tersebut adalah dioksin yang sangat beracun dan menimbulkan berbagai jenis kanker. Sistem Sanitary Landfill adalah metode pembuangan akhir limbah dengan tehnik tertentu sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan membahayakan kesehatan. Berdasarkan tiga pilihan tersebut, pengolahan sampah dengan metode Sanitary Landfill dianggap paling efektif.
Pemerintah DKI Jakarta akhirnya menetapkan salah satu daerah di wilayah kecamatan Bantar Gebang sebagai Tempat Pemusnahan Akhir sampah. Areal ini semula merupakan bekas lahan galian tanah untuk kepentingan pembangunan beberapa perumahan di Jakarta, seperti Sunter, Podomoro, dan Kelapa Gading serta perbaikan jalan di Narogong pada tahun 1986. Area Bantar Gebang mencakup 3 desa dari 8 desa yang ada diwilayah kecamatan Bantar Gebang, yaitu desa Ciketing, desa Cikiwul, dan desa Sumur Batu. TPA Bantar Gebang sudah dilengkapi dengan pembangunan penyiapan lahan, perpipaan untuk pengumpulan air sampah, jalan permanent, tanggul jalan, saluran drainase, dan ventilasi. Paparan pengelolaan sampah mengacu kepada Peraturan Pemerintah (Pepres) nomor 67/2005, tentang penyeleksian, kemampuan administrasi, teknologi dan besaran investasi oleh pihak ketiga4.
TPA Bantar Gebang dikelola dengan penerapan sistem tumpukan yang dilengkapi dengan IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) dan sistem drainase. Sistem drainase ini untuk menampung air buangan atau lindi hitam (leachate) ke
4
dalam IPAS dan membuangnya ke sungai terdekat. Sistem IPAS menggunakan activated sludge system, yaitu danau yang diberi aerasi dengan agitator
(pengaduk bertenaga besar). Operasional IPAS dan kebersihan drainase perlu dikontrol dengan baik setiap hari agar tidak terjadi klaim dari masyarakat tentang kualitas air buangan. Demikian juga jalan yang dilalui truk perlu dijaga kebersihan dari tetesan air yang keluar dari truk dan sampah yang berserakan sepanjang jalan tersebut. Tujuannya agar terhindar dari bau, pemandangan yang tidak sedap, serta munculnya penyakit yang berhubungan dengan kesehatan kulit dan paru-paru. Namun yang terjadi, pada kenyataannya, pada tahun 2005 penduduk disekitar TPA terserang penyakit dermatitis sebanyak 2710 orang. Pembakaran gas metan juga dilakukan pada beberapa timbunan walaupun tidak tertata baik. Pemisahan material anorganik dilakukan oleh pemulung yang jumlahnya puluhan orang dan jumlahnya serta sudah merupakan kegiatan sosial ekonomi tersendiri dan melibatkan bisnis yang nilainya cukup besar. Meskipun model ini sangat minimal, tetapi terbukti efektif dan telah menolong masyarakat DKI Jakarta dalam mengatasi masalah sampah pada saat itu. Permasalahan sampah di DKI Jakarta saat ini adalah volume sampah yang sudah tidak bisa ditampung lagi oleh areal yang ada. Perluasan areal kedaerah lain, terutama lintas provinsi tidak akan memecahkan persoalan, tetapi hanya akan memindahkan persoalan yang ada. Dengan pendekatan ilmiah diharapkan akan ada jalan keluar yang lebih arif dan efektif.5
5
Babak baru pun muncul di TPA Bantar Gebang, pada Desember 2008 Pemprov DKI Jakartan meneken kontrak investasi untuk industrialisasi di TPA Bantar Gebang. Nilai investasi yang ditanamkan pengelola baru di TPA Bantar Gebang mencapai Rp 700 miliar. ”Ini kontrak jangka panjang,” kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna. Selain menggandeng investor untuk mengelola TPA Bantar Gebang, Pemprov DKI Jakarta juga meneruskan rencana membangun sarana pengolahan sampah berupa intermediate treatment facility
(ITF) di wilayah Ibu Kota. ”Itu adalah komitmen untuk menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,” ujar Eko. Pengelola baru di TPA Bantar Gebang adalah PT Godang Tua Jaya (GTJ). PT GTJ adalah ”pemain lama” dalam bisnis sampah. PT GTJ akan mengelola TPA Bantar Gebang hingga 15 tahun ke depan atau sampai tahun 2023. PT GTJ menggandeng PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) dan Sindicatum Capital Carbon serta Organic International Limited untuk mengelola TPA Bantar Gebang. PT GTJ dikenal sebagai produsen pupuk organik (kompos) yang berbahan baku sampah pasar dan salah satu subkontraktor di TPA Bantar Gebang ketika TPA Bantar Gebang masih dikelola PT Patriot Bekasi Bangkit (PBB). PT NOEI memiliki pengalaman mengolah sampah menjadi sumber energi listrik di Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) Sarbagita di TPA Suwung, Denpasar, Bali.
dapat menjadi pusat pelatihan dan pusat pengembangan pertanian serta kawasan ekowisata6.
B. Letak Pengelolaan TPA Bantar Gebang Bekasi Dengan Daerah Sekitarnya Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan yang terjadi setiap hari. Juga padatnya lahan perumahan dan pertokoan. Bantargebang yang bermasalah sebagai TPA sampah warga DKI Jakarta, padahal Bantargebang bisa dibilang menjadi urat nadi perekonomian kota. Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk karena selain harus melayani warga dari daerah sendiri juga dari wilayah-wilayah yang mengelilinginya seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi.
Luas wilayah kecamatan Bantar Gebang Bekasi adalah 4.478.803 Ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.640.899 Ha, lahan sawah seluas 1.206.036 Ha, pertanian darat 1.336.735 Ha, dan penggunaan lain-lain seluas 295.131 Ha. Dari delapan desa yang ada tiga diperuntukkan sebagai Lokasi Pemusnahan Akhir sampah seluas 108 Ha, yaitu desa Ciketing Udik, Desa Cikiwul, dan desa Sumur batu. Berdasarkan fungsinya desa Bantar Gebang diperuntukkan untuk jalur industri ringan, desa Pedurenan, desa Mustika Jaya dan desa Mustika Sari diperuntukkan sebagai jalur perumahan dan desa Sumur Batu untuk area hortikultura. Penggunaaan lahan terbesar di kecamatan Bantar Gebang adalah lahan pemukiman yang mencapai 52,60%. Sebanyak 13 % lahan pertanian darat dan 11,60 % lahan sawah telah dijadikan lahan
6