• Tidak ada hasil yang ditemukan

TORTOR PINING ANJEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN KAJIAN TERHADAP ETIKA DAN ESTETIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TORTOR PINING ANJEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN KAJIAN TERHADAP ETIKA DAN ESTETIKA."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TORTOR PINING ANJEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN KAJIAN TERHADAP ETIKA DAN ESTETIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

VALENT R.P TARIHORAN NIM.2113142080

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Valent Rumatha Pariama Tarihoran, NIM : 2113142080. Tortor Pining Anjei Pada Masyrakat Simalungun Kajian Terhadap Etika Dan Estetika. Skripsi. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2016.

Tortor Pining Anjei adalah tari hiburan pada masyarakat Simalungun. Tortor

merupakan tari kreasi yang ini diangkat dari cerita rakyat Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Bentuk dan Etika dan Estetika Tortor

Pining Anjei Pada Masyarakat Simalungun.

Untuk membahas tujuan penelitian di atas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu teori Bentuk Penyajian dari AM. Hermin K teori Etika dari Manner dan Costum dan teori Estetika dari Dharsono.

Waktu yang digunakan dalam penelitian dalam membahas Tortor Pining Anjei Pada Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Etika Dan Estetika selama 2 bulan yaitu Juni 2016 sampai Juli 2016. Tempat lokasi penelitian adalah di Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Analisis data pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Tortor

Pining Anjei sebagai tari hiburan bagi masyarakat Simalungun memilik nilai etika

dan estetika yang dapat dilihat dari bentuk gerakannya, serta busana yang dipakai dalam Tortor Pining Anjei. Nilai etika yang terkandung didalamnya adalah gerakan tortor yang beranjak dari kegiatan dan kebiasaan masyarakat Simalungun. Dan juga etika dalam tor-tor Simalungun seperti tangan yang tidak boleh terbuka terlalu lebar, dan tidak boleh melebihi telinga. Hal ini menjelaskan bahwa seorang wanita harus terlihat sopan. Etika dalam berbusana tidak ada dimana busana yang digunakan adalah Marabit Atas. Namun busana Marabit

Atas ini merupakan busana yang biasa dipakai oleh wanita masyarakat

Simalungun. Nilai estetika dapat diamati dari gerakan lengan, kaki dan kepala. Gerak yang dilakukan dapat terlihat dengan baik, rapi, teratur, dan luwes. Selain estetika dalam gerak, ada juga estetika dalam busana khas Simalungun seperti

Ragi Pane dan Suri-suri yang membuat Tortor Pining Anjei semakin indah

dilihat.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan baik dengan judul Tortor Pining Anjei Pada Masyarakat Simalungun Kajian Terhadap Etika dan Estetika”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

PendidikanTari di Universitas Negeri Medan.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis

menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan,

tata bahasa dan penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang

akan datang.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis j uga mengalami berbagai

kesulitan. Namun berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Di sini penulis dengan segala kerendahan hati

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom,M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan juga

Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbingan dengan penuh

kesabaran kepada penulis.

5. Martozet S.Sn M.A, Pembimbing Skripsi I dan Dra. Dilinar Adlin M.Pd,

selaku Pembimbing Skripsi II, yang telah memberi dorongan, banyak

masukan, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis selama penulis

(8)

ii

6. Seluruh staf dosen pengajar di Jurusan Sendratasik khusunya Program

Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan

motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

7. Orang tua tercinta Pdt. Drs. P Tarihoran M.Div dan Ibunda Netty Hutapea

terimakasih atas doa, kesabaran, kesetiaan, perhatian, dukungan dan

pengorbanan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan Skripsi ini serta kakak, abang dan adik ku

tercinta Bunga Evalitha Tarihoran S.Pd, Irene Setiawan Tarihoran S.Pd,

Tiodor Marsaulina Tarihoran SH, Samuel Perdana Tarihoran S.Sos, dan

Josua Danise H Tarihoran,yang senantiasa memberikan dukungan dan

kasih sayangnya kepada penulis.

8. Drs. Riten Sipayung dan Betrik Purba, Narasumber yang memberikan

banyak informasi dan masukan mengenai TortorPining Anjei.

9. Ucapan terimakasih kepada Sahabat Ramot Tommy Manurung S.Kom,

Dyna Samosir S.Pd, Maria Rosha Manik, S.Pd dan seluruh teman-teman

Stambuk 2011 Program Studi Pendidikan Tari serta seluruh personil

Bigbongky : Sitti Khodijah Batubara, Lisna Romadani Harahap,

Khatarina C Tampubolon, Elita Mandayarni Sitompul, Indah

Gustianingsih Siregar, Yuli M Sidabutar dan semua teman-teman yang

membantu yang tidak bisa dituliskan satu per satu.

10.Muhammad Abror Harahap, SE yang telah membantu penulis dalam

pemberkasan selama di Unimed.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak

yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2016 Penulis

(9)

iii

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 5

C. PembatasanMasalah ... 5

D. RumusanMasalah ... 6

E. TujuanPenelitian ... 7

F. ManfaatPenelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 9

B. KerangkaKonseptual ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. MetodePenelitian ... 17

B. LokasidanWaktuPenelitian ... 18

1. LokasiPenelitian ... 18

2. WaktuPenelitian ... 19

C. PopulasidanSampelPenelitian ... 19

1. Populasi ... 19

2. Sampel ... 19

D. TeknikPengumpulan Data ... 20

1. Observasi... 20

2. Wawancara ... 21

3. Dokumentasi ... 21

(10)

iv

E. TeknikAnalisis Data... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 25

1. LetakGeografis ... 25

2. SukuSimalungun ... 27

3. SistemReligi ... 30

a.Kepercayaan ... 30

4. Sistem Mata Pencaharian ... 32

5. Kesenian Simalungun... 32

a.Seni Musik ... 32

b.Seni Tari... 33

c.Seni Rupa... 34

B. Asal Mula Tortor Pining Anjei ... 34

C. BentukPenyajianTortor Pining Anjei ... 36

1. Tema ... 37

D. NilaiEtika Tortor Pining Anjei ... 52

E. Nilai Etika Busana Tortor Pining Anjei... 55

F. NilaiEstetikaTortor Pining Anjei ... 56

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

(11)

v

DAFTAR TABEL

Tabel4.1. Batas Wilayah Simalungun ... 25

Tabel 4.2.DeskripsiGerakTortor Pining Anjei ... 41

Table 4.3. Tabel Estetika Tortor Pining Anjei...51

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.BaganKerangkaKonseptual ... 16

Gambar 4.1.PetaKabupatenSimalungun ... 27

Gambar 4.2.GerakMasuk ... 38

Gambar 4.3.GerakMarangir ... 38

Gambar 4.4.Gerak Hamagoan (KehilanganCawan) ... 39

Gambar 4.5.GerakAnjei ... 39

Gambar 4.6.GerakSer-SerSermadengan-dengan ... 40

Gambar 4.7.GerakPulang ... 40

Gambar 4.8.BusanaPenariTortor Pining Anjei ... 45

Gambar 4.9.PolaLantai I ... 46

Gambar 4.10.PolaLantai II ... 47

Gambar 4.11.PolaLantai III... 47

Gambar 4.12.PolaLantai IV ... 47

Gambar 4.13.PolaLantai V ... 48

Gambar 4.14.PolaLantai VI ... 48

Gambar 4..15. PolaLantai VII ... 48

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumatra Utara adalah salah satu provinsi yang memiliki beragam – ragam

suku yaitu Batak Toba, Simalungun, Karo, Pak-pak Dairi, Mandailing, Pesisir

Sibolga, Melayu, dan Nias serta suku pendatang dari luar Sumatra Utara seperti

suku Jawa, Minangkabau, dan Cina. Simalungun adalah salah satu suku di

Provinsi Sumatra Utara yang menetap di Kabupaten Simalungun. Marga asli

pertama penduduk Simalungun yaitu Damanik, Saragih, Purba, dan Sinaga.

Masyarakat Simalungun memiliki kebudayaan yang diturunkan secara

turun temurun oleh leluhurnya, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu

bentuk dari kebudayaan tersebut adalah kesenian. Kesenian pada masyarakat

Simalungun sangat banyak diantaranya adalah seni rupa, seni tari, seni ukir, dan

seni musik. Taralamsyah Saragih dalam Seminar Kebudayaan Simalungun 1964

mengatakan bahwa kesenian yang ada di Simalungun dapat dibagi atas seni musik

(Gual), seni suara (doding), seni tari (tortor). Dalam tulisan ini, penulis lebih

terfokus untuk mengkaji seni tarinya.

Tari bagi masyarakat Simalungun disebut tortor, menari disebut manortor,

sedangkan penari biasa disebut panortor. Tortor merupakan merupakan sebutan

tarian bagi masyarakat Simalungun, yang melambangkan sebuah ekspresi

manusia baik dalam sukacita, dukacita, ataupun susana lainnya. Ekspresi tersebut

dituangkan dalam bentuk gerak tari (tortor) dan senantiasa dijumpai dalam setiap

(14)

2

kehidupan masyarakat Simalungun tortor berhubungan erat dengan upacara atau

hiburan. Pada dasarnya tortor mengandung prinsip semangat kebersamaan, rasa

persaudaraan, solodaritas untuk kepentingan bersama. Pada umumnya gerak tari

pada masyarakat Simalungun dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman

seseorang atau masyarakat, agar dihayati secara estetika oleh penikmat seni.

Adapun beberapa jenis tortor di Simalungun diantaranya Tortor Manduda,

Tortor Sombah, Tortor Sitalasari, Tortor Haruan Bolon, Tortor Toping-toping, Tortor Ilah Bolon, Tortor Nasiaran, dan Tortor Pining Anjei sebagai tari yang

menjadi kajian dalam penelitian ini. Tortor Pining Anjei adalah tari hiburan pada

masyarakat Simalungun. Tari ini diangkat dari cerita rakyat Simalungun. Pining

adalah tanaman pinang yang banyak tumbuh didaerah Simalungun. Pinang

termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara

alami penyeberannya cukup luas di berbagai daerah seperti Papua, Kalimantan,

Jawa, Sumatra, dan Aceh. Tanaman Pinang adalah tumbuhan tropis yang ditanam

untuk mendapatkan buah dan keindahannya sebagai hiasan taman.

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di Simalungun, Pining Anjei

menceritakan sebuah keluarga yang memiliki tujuh orang anak dan semuanya

adalah perempuan. Kebiasaan turun temurun untuk merawat kecantikan lahir dan

batin, salah satunya adalah Maranggir. Maranggir adalah mandi dan keramas

menggunakan buah jeruk purut yang diramu dengan kunyit dan Hosaya diremas

dalam sebuah mangkuk atau cawan. Ketujuh putri diberi oleh orangtuanya cawan

yang merupakan tempat ramuan berisi jeruk purut dan bunga, kepada anak yang

paling bungsu yang merupakan anak kesayangan ayahnya diberi cawan yang

(15)

3

Oleh karena adanya perbedaan sehingga menimbulkan rasa iri. Hingga

suatu hari ketujuh putri mandi kesungai keenam kakak sibungsu sepakat

membuang cawan si bungsu kesungai. Tanpa sepengetahuan sibungsu, si bungsu

pun mencari cawan tersebut sampai ia tersesat jauh dari kampung dan dia tidak

tahu pulang. Akhirnya dia menyendiri di suatu hutan kemudian datanglah

gangguan seperti hewan buas,dan roh-roh atau begu-beguyang berupaya

menangkap dia. Anak bungsu pun berlari jauh dan menemukan pohon pinang

dan disampingnya ada tebu putih (tobu malou) yang tinggi . Dalam masyarakat

Simalungun dipercayai bahwa pinang dapat menjauhkan kita dari segala sesuatu

yang bersifat magis atau sesuatu hal yang dapat melukai diri kita.

Sibungsu pun memanjat pohon pinang dan tebu itu sampai diatas sibungsu

berdoa diantara pohon pinang dan tebu kepada roh alam supaya ia dikembalikan

kerumah sang raja, isi doa sibungsu ‘’Pining anjei..tobu malou..anjei hon au hu rumah ni inang’’ artinya wahai pohon pinang lembingkanlah saya hingga sambai kerumah ayah bunda. Dan saat itu juga tiba-tiba angin bertiup kencang hingga

melembingkan si putri bungsu terpental sampai kekampung halamannya. Setelah

bertemu dengan orang tuanya sang ayah pun melakukan pesta syukuran karena

sang putri telah kembali.

Berdasarkan cerita Pining Anjei inilah akhirnya muncul tortor Pining

Anjei sebagai tarian yang hingga saat ini masih berkembang bagi masyrakat

Simalungun.

Tortor Pining Anjei mempunyai nilai-nilai estetika yang dapat diamati dari

(16)

4

yang diputar secara perlahan dan lembut yang menunjukan masyarakat

Simalungun memiliki sifat yang lemah lembut, gerakan kaki yang dihenjut sesuai

dengan irama musik, torso dan kepala bergerak mengikuti tangan dan penari

dalam tortor Pining Anjei berjumlah tujuh penari. Satu penari akan berbeda

tariannya yaitu seperti mencari cawan yang hilang sedangkan keenam penari

melakukan gerakan rampak. Selain estetika dalam gerak,ada juga estetika dalam

pemakaian busana, yang dilihat dari warna, model dan cara memakai.

Dalam tortor Pining Anjei juga mempunyai nilai etika dalam gerak, dan

busana .Etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya manusia

bertindak,dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu

dapat diketahui. Karena tari adalah menunjukan prilaku, sehingga dalam tortor

Pining Anjei terdapat etika yang berlaku di dalam masyarakat Simalungun.

Seperti gerakan tangan yang tidak boleh melebihi bahu harus sejajar dengan dada

dengan begitu etika dalam menarikan tortor Pining Anjei ini pun berlaku.

Sementara itu etika dalam pemakaian busana disesuaikan dengan norma – norma

adat.

Tortor Pining Anjei adalah tari yang mentradisi, yang tumbuh dan

berkembang didaerah simalungun dari satu generasi ke generasi lainnya. Tidak

diketahui siapa pencipta tari ini, akan tetapi menurut narasumber tari ini adalah

milik masyarakat Simalungun.

Seiring perkembangan zaman, tortor Pining Anjei tetap mempertahankan

keaslian yang menjadi dasar dari tortor tersebut. Ketika dalam pertunjukan tortor

(17)

5

yang sudah dijelaskan diatas, penulis tertarik mengangkat tarian ini yang menjadi

topik penelitian dengan judul “Tortor Pining Anjei pada Masyarakat Simalungun

Kajian terhadap Etika dan Estetika”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam setiap penelitian sangat perlu diadakannya identifikasi masalah.

Hal ini dilaksanakan agar peneliti yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan

masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Dari uraian latar belakang masalah diatas

penulis akan membuat identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal-hal yang

akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana asal – usul terciptanya Tortor Pining Anjei di Simalungun?

2. Bagaimana bentuk niilai etika dan estetika Tortor Pining Anjei pada Masyarakat Simalungun?

3. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Pining Anjei pada masyarakat Simalungun ?

4. Apa fungsi Tortor Pining Anjei pada masyarakat Simalungun ?

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas

permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi

faktor mana saja yang termasuk kedalam ruang lingkup masalah .

Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003:30) yang mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan masalah ataupun membatasi permasalahan dalam suatu

(18)

6

itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi pembatasan permasalahan

penelitian,dan dirangkum kedalam pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan pendapat tersebut,penulis membatasi masalah penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana bentuk nilai etika dan estetika Tortor Pining Anjei pada

masyarakat Simalungun?

2. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Pining Anjei pada Masyarakat

Simalungun?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang

hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk

menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik,

sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban pertanyaan. Dalam

perumusan masalah kita akan mampu untuk lebih memperkecil batasan-batasan

yang telah dibuat dan sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah

penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:281) yang menyatakan

bahwa : “Supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan

diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik”.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang

masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah maka menuntut

penelitian ke arah perumusan. Agar penelitian dapat terfokus pada satu masalah

(19)

7

sebagai berikut : “ Bagaimana bentuk penyajian tortor Pining Anjei ditinjau dari

sudut etika dan estetika pada Masyarakat Simalungun ?’’

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, tanpa ada tujuan

yang jelas maka penelitian yang diadakan akan sia-sia. Tujuan yang jelas memicu

ide-ide baru dalam memecahkan masalah-masalah pada kegiatan yang dilakukan.

Sama halnya seperti menurut pendapat S. Margono (1997) “Penelitian bertujuan

untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah, kemudian

meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui

penelitian”. Maka dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan yang memiliki tujuan

yang jelas akan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul

dalam penelitian. Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan etika dan estetika Tortor Pining Anjei pada masyarakat

Simalungun

2. Mendeskripsikan bentuk penyajian tortor Pining Anjei pada masyarakat

Simalungun.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pasti memperoleh hasil yang bermanfaat, yang dapat

digunakan oleh peneliti itu sendiri, termasuk masyarakat umum, maupun instansi

(20)

8

1. Sebagai bahan pengetahuan bagi penulis dalam menambah pengetahuan

dan wawasan mengenai Tortor Pining Anjei pada Masyarakat Simalungun

Kajian terhadap Etika dan Estetika.

2. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca yang menekuni atau

mendalami tari.

3. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya

Program Studi Seni Tari, Universitas Negeri Medan.

4. Referensi bagi penulis-penulis lainnya yang hendak meneliti kesenian ini

lebih lanjut.

(21)

59

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari semua yang telah diteliti dilapangan dan berdasarkan uraian yang

sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai pembahasan, maka penulis

dapat memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tortor Pining Anjei merupakan tortor hiburan bagi masyarakat Simalungun. Tortor ini diangkat dari cerita rakyat yang berkembang di Simalungun. Tortor ini menceritakan tentang seorang anak bungsu yang telah kehilangan

cawan atau mangkuk Marranggir tempat biasa putri-putri Simalungun

untuk mandi ke sungai. Singkat cerita si bungsu tersesat dan menemukan

sebuah Pohon pinang ia memanjatnya dan dari pohon itulah si bungsu

terlembing kekampung halamannya. Tortor ini merupakan milik rakyat

Simalungun yang telah bertumbuh dan berkembang di Simalungun.

2. Etika dan estetika Tortor Pining Anjei dapat dilihat dari ragam gerak, irama, dan busana yang dipakai. Tortor Pining Anjei mempunyai nilai-nilai estetika

yang dapat diamati dari gerakan lengan, kaki, kepala,dan torso atau badan.

Etika dalam gerak yaitu gerakan tangan yang tidak boleh melebihi telinga

penari. Selain estetika dalam gerak ada juga estetika dalam pemakaian

busana yang dilihat dari model dan warna. Etika dalam berbusana juga

(22)

60

B. Saran

Adapun saram-saran yang diajukan sesuai penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Dengan dilakukan penelitian ini, penulis berharap kepada masyarakat

Simalungun yang menjadi pemilik dari Tortor Pining Anjei ini agar tetap

mempertahankan dan menjaga kesenian tortor ini. Hal ini dikarenakan

tortor ini adalah budaya masyarakat Simalungun.

2. Diharapkan kepada semua pihak agar bertanggungjawab bersama atas

kelangsungan sebuah kebudayaan terutama seni tari.

3. Memperkenalkan warisan budaya kepada masyarakat luas adalah salah satu

wujud cara menghargai dan juga salah satu wujud kecintaan kita terhadap

(23)

61

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimut Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Surabaya : Salemba Media.

Bartens, K. 1999. Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Djelantik, A A M, 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerja sama dengan Arti.

Hadi, Sumandiyo Y, Prof.Dr. 2000 “Sosiologi Tari: Sebuah Wacana Pengenalan

Awal” Yogyakarta.

Japiten Sumbayak. 2001. Refleksi Habonaron Do Bona Dalam Adat Budaya

Simalungun.

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, 2001. Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan. Balai Pustaka.

Ningsih, Susi. 2012. “Keberadaan Horja Harangan pada Masyarakat

Simalungun”.Medan: Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk meraih gelar sarjana Pendidikan : Unimed

Margono S, Drs. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Purba, Jamin, 2011 “Upacara Adat Marhajabuan pada Masyarakat Simalungun

Studi Analisis terhadap Tortor” Medan: Universitas Negeri Medan :

Skripsi untuk meraih gelar sarjana Pendidikan : Unimed.

Soedarsono,1977. Tari-tarian Indonesia. Jakarta : Proyek pengembangan media kebudayaan direktorat jendral kebudayaan.

Soekanto, Prof. Dr. Mr. dan SoerjonoSoekanto, Dr. S.H, M.A. 1981. Pokok –

Pokok Hukum Adat, Bandung :Penerbit Alumni.

Sri, Ulina, 2013 “Tor-tor Bodat Na Haudanana Sebagai Seni Pertunjukan Dalam

Pesta Rondang Bittang di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun’’ Medan: Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk meraih gelar sarjana pendidikan :Unimed.

Sudjana, Nana. 1998. Tuntutan Karya Ilmiah. Jakarta : Pustaka AZ.

Supranto. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

(24)

62

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Surah, Susi Ningsih. 2012. “Keberadaan Horja Harangan pada Masyarakat Simalungun” Medan: Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk meraih

gelar sarjana Pendidikan : Unimed.

Zulhafni ,Wiwien P. 2013. Judul skripsi “Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi

di Kabupaten Simalungun”. Medan : Universitas Negeri Medan : Skripsi untuk meraih gelar sarjana Pendidikan : Unimed.

Gambar

GambaranUmumLokasiPenelitian .......................................................  1
Tabel4.1. Batas Wilayah Simalungun ...........................................................

Referensi

Dokumen terkait

P nl merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar reaktansi.

HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

San&aahan ditujukan kepada Panifia Pengadaan Barang4asa Dinas Kehutanan dan Perkebunan. K4bupaten Merauke, dengan iembusar kepada PPK/PengSuna Arggaran f)inas

Mengingat demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan terutama di negara- negara yang sedang berkembang, insiden demam tifoid di Indonesia masih tinggi salah

Partisipasi masyarakat di Kelurahan Kwadungan Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dilihat dari D/S sebesar 75% masih dibawah standar yang seharusnya 80% dan karena belum

Jumlah Pelanggan Aktif Tiap-Tiap Jenis Pelanggan Di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun 2011-2013 ... Persentase Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Matesih

Konsumen tidak hanya membeli produk sekedar memuaskan kebutuhan ( need ), akan tetapi juga bertujuan memuaskan keinginan ( wants ). Misalnya membeli bentuk sepatu,

„ To counter a “If it’s not on JSTOR, it doesn’t exist” mentality. „ To be in