• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN

PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

ZUPRIWIDANI NIM. 101000421

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN

PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

ZUPRIWIDANI NIM. 101000421

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Desa Rantau Panjang merupakan desa yang endemis malaria di Kecamatan Pantai Labu. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu sebanyak 716 KK dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 KK.

Dari hasil penelitian diperoleh lingkungan luar rumah menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria meliputi genangan air, paret atau selokan, rawa-rawa, sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian malaria adalah semak-semak. Seluruh lingkungan dalam rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria meliputi kawat kasa, kerapatan dinding, langit-langit rumah dan tindakan responden memiliki hubungan dengan kejadian malaria.

Dapat disimpulkan bahwa tingginya kejadian malaria dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan rendahnya tindakan responden terhadap pencegahan dan pemberantasan malaria. Disarankan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pantai Labu agar meningkatkan kegiatan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai penyakit malaria dan bagi masyarakat agar peduli dengan lingkungan. Diharapkan memakai celana dan baju lengan panjang sebagai pelindung diri sewaktu pergi keluar rumah pad malam hari serta menggunakan kelambu sewaktu tidur.

(5)

ABSTRACT

Rantau Panjang village is malaria endemic village in the district of Pantai Labu. Malaria is communicable disease caused by parasites (protozoa) of genus Plasmodium which is transmitted by the bite of Anopheles mosquito.

The purpose of this research was to determine the factors associating with the incidence of malaria in Rantau Panjang village Pantai Labu subdistrict Deli Serdang regency in 2013.

The type of study was analytic study with cross-sectional design. The population is all households living in Rantau Panjang village as many as 716 households and the total samples used in this study were 100 households.

The results showed that the outside environment of houses showed significant correlation with the incidence of malaria include puddle, ditch, marshes, whereas the factors that do not have correlation with the incidence of malaria are shrubs. The whole inside environment of houses had significant correlation with the incidence of malaria include wire gauze, wall density, ceiling and respondents' actions have correlation with malaria incidence.

It can be concluded that the high incidence of malaria is influenced by environmental factors and low respondents’ actions in preventing and eradicating malaria. It is recommended to the health officers in Primary Health Center of Pantai Labu Subdistrict in order to improve the counseling and health promotion activities on malaria and to the community that care about the environment, family health and it is expected that they wear pants and long sleeves as protection while leaving out of the house at night and using mosquito nets while sleeping.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ZUPRIWIDANI

Tempat/ Tanggal lahir : Kelayang/ 8 Agustus 1986. Agama : Islam.

Anak ke : 5 dari 11 Bersaudara. Status Perkawinan : Belum Kawin.

Alamat Rumah : Dusun III Batu Kerbau RT/RW : 07/03 Desa Kelayang Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ayahanda Zulkarnain dan ibunda Yusnidar yang luar biasa hebatnya telah membesarkan, memberi cinta dan pengorbanan yang tidak terhingga, memberikan doa, motivasi dan nasehat pada penulis setiap saat, setelah itu penulis berterima kasih kepada abang, kakak dan adik-adik tercinta yang tetap mendorong dan memberikan semangat selama penulis melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

Dalam penulisan ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Fitri Adriani, SKM, MPH selaku dosen Penasehat Akademika yang telah membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan. 6. dr. Rita Juli Tarigan, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Pantai Labu Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian ini, serta membantu selama penelitian sampai selesai.

(9)

8. Buat teman-teman Ekstensi A & B angkatan 2010 dan peminatan Kesling yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah sama-sama berjuang selama perkuliahan dan menjadi motivasi penulis agar cepat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan masyarakat.

Medan, April 2013

(10)

DAFTAR ISI

2.1.9. Pengendalian Malaria ... 22

2.2. Nyamuk Anopheles ... 24

2.2.1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles... 24

2.2.2. Siklus Hidup Nyamuk ... 25

2.2.3. Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk ... 28

2.3. Pengertian Lingkungan ... 30

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria ... 31

(11)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1. Data Primer ... 43

3.4.2. Data Sekunder ... 43

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... … 44

3.5.1. Varibel Penelitian ... 44

3.5.2. Definisi Operasional... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 45

3.7. Analisa Data ... 48

3.7.1. Analisa Univariat ... 48

3.7.2. Analisa Bivariat ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Desa Rantau Panjang ... 50

4.1.1. Demografi ... 50

4.2. Analisis Univariat ... 51

4.2.1. Analisis Karekteristik Responden ... 51

4.2.1.1. Jenis Kelamin ... 51

4.2.1.2. Umur ... 51

4.2.1.3. Pekerjaan ... 52

4.2.2. Analisis Lingkungan Luar Rumah ... 52

4.2.2.1. Genagan Air ... 52

4.2.2.2. Paret atau Selokan ... 53

4.2.2.3. Rawa-Rawa ... 53

4.2.2.4. Semak-Semak ... 54

4.2.3. Analisis Lingkungan Dalam Rumah ... 55

4.2.3.1. Kawat Kasa ... 56

4.2.3.2. Kerapatan Dinding ... 56

4.2.3.3. Langit-Langit Rumah ... 56

4.2.4. Analisis Tindakan Responden ... 57

4.2.5. Kejadian Malaria ... 58

4.3. Analisis Bivariat ... 59

4.3.1. Faktor Lingkungan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria... 59

4.3.1.1. Hubungan Genangan Air Dengan Kejadian Malaria ... 59

(12)

4.3.1.3. Hubungan Rawa-Rawa Dengan Kejadian Malaria ... 60

4.3.1.4. Hubungan Semak-Semak Dengan Kejadian Malaria ... 61

4.3.2. Faktor Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Malaria ... 62

4.3.2.1. Hubungan Kawat Kasa Dengan Kejadian Malaria ... 62

4.3.2.2. Hubungan Kerapatan Dinding Dengan Kejadian Malaria ... 63

4.3.2.3. Hubungan Langit-Langit Rumah Dengan Kejadian Malaria 63 4.3.3. Hubungan Tindakan Responden Dengan Kejadian Malaria ... 64

BAB V. PEMBAHASAN ... 65

5.1. Kejadian Malaria ... 65

5.2. Hubungan Faktor Lingkungan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria 66 5.2.1. Genangan Air ... 66

5.2.2. Paret atau Selokan ... 67

5.2.3. Rawa-Rawa ... 67

5.2.4. Semak-Semak ... 68

5.3. Hubungan Faktor Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Malaria 69 5.3.1. Kawat Kasa ... 69

5.3.2. Kerapatan Dinding ... 70

5.3.3. Langit-Langit Rumah ... 71

5.4. Hubungan Tindakan Responden Dengan Kejadian Malaria ... 72

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan Siklus Spesies Plasmodium ... 13 Tabel 2.2 Pemakaian Insektisida Terhadap Larva Vektor Malaria ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Rantau

Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2013 ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Rantau Panjang

Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 51 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Rantau

Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2013 ... 52 Tabel 4.4 Distribusi Lingkungan Luar Rumah Berdasarkan Genangan Air

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 53 Tabel 4.5 Distribusi Lingkungan Luar Rumah Berdasarkan Paret atau Selokan

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 53 Tabel 4.6 Distribusi Lingkungan Luar Rumah Berdasarkan Rawa-Rawa

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 54 Tabel 4.7 Distribusi Lingkungan Luar Rumah Berdasarkan Semak-Semak

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 54 Tabel 4.8 Distribusi Lingkungan Luar Rumah Berdasarkan ada tidak Ditemukan

Jentik Nyamuk di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 55 Tabel 4.9 Distribusi Lingkungan Dalam Rumah Berdasarkan Kawat Kasa

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

(14)

Tabel 4.10 Distribusi Lingkungan Dalam Rumah Berdasarkan Kerapatan Dinding Rumah di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai

Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 56 Tabel 4.11 Distribusi Lingkungan Dalam Rumah Berdasarkan Langit-Langit

Rumah di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 57 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan Malaria

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang tahun 2013 ... 57 Tabel 4.13 Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan Tindakan

Pencegahan Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 58 Tabel 4.14 Kategori Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan

Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 58 Tabel 4.15 Hubungan Genangan Air (Kolam, Bekas Galian) Dengan

Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai

Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 59 Tabel 4.16 Hubungan Paret atau Selokan Dengan Kejadian Malaria

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 60 Tabel 4.17 Hubungan Rawa-Rawa Dengan Kejadian Malaria di Desa

Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.18 Hubungan Semak-Semak Dengan Kejadian Malaria di Desa

Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.19 Hubungan Kawat Kasa Dengan Kejadian Malaria di Desa

Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2013 ... 62 Tabel 4.20 Hubungan Kerapatan Dinding Dengan Kejadian Malaria

di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

(15)

Tabel 4.21 Hubungan Langit-Langit Rumah Dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 ... 63 Tabel 4.22 Hubungan Tindakan Responden Dengan Kejadian Malaria di Desa

Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Kuesioner Penelitian

Lamipran 2. Lembaran Observasi Kondisi Lingkungan Luar dan Lingkungan Dalam Rumah

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data SPSS Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Surat izin Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

Lampiran 6. Balasan Surat izin Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

(17)

ABSTRAK

Desa Rantau Panjang merupakan desa yang endemis malaria di Kecamatan Pantai Labu. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu sebanyak 716 KK dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 KK.

Dari hasil penelitian diperoleh lingkungan luar rumah menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria meliputi genangan air, paret atau selokan, rawa-rawa, sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian malaria adalah semak-semak. Seluruh lingkungan dalam rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria meliputi kawat kasa, kerapatan dinding, langit-langit rumah dan tindakan responden memiliki hubungan dengan kejadian malaria.

Dapat disimpulkan bahwa tingginya kejadian malaria dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan rendahnya tindakan responden terhadap pencegahan dan pemberantasan malaria. Disarankan kepada tenaga kesehatan Puskesmas Pantai Labu agar meningkatkan kegiatan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai penyakit malaria dan bagi masyarakat agar peduli dengan lingkungan. Diharapkan memakai celana dan baju lengan panjang sebagai pelindung diri sewaktu pergi keluar rumah pad malam hari serta menggunakan kelambu sewaktu tidur.

(18)

ABSTRACT

Rantau Panjang village is malaria endemic village in the district of Pantai Labu. Malaria is communicable disease caused by parasites (protozoa) of genus Plasmodium which is transmitted by the bite of Anopheles mosquito.

The purpose of this research was to determine the factors associating with the incidence of malaria in Rantau Panjang village Pantai Labu subdistrict Deli Serdang regency in 2013.

The type of study was analytic study with cross-sectional design. The population is all households living in Rantau Panjang village as many as 716 households and the total samples used in this study were 100 households.

The results showed that the outside environment of houses showed significant correlation with the incidence of malaria include puddle, ditch, marshes, whereas the factors that do not have correlation with the incidence of malaria are shrubs. The whole inside environment of houses had significant correlation with the incidence of malaria include wire gauze, wall density, ceiling and respondents' actions have correlation with malaria incidence.

It can be concluded that the high incidence of malaria is influenced by environmental factors and low respondents’ actions in preventing and eradicating malaria. It is recommended to the health officers in Primary Health Center of Pantai Labu Subdistrict in order to improve the counseling and health promotion activities on malaria and to the community that care about the environment, family health and it is expected that they wear pants and long sleeves as protection while leaving out of the house at night and using mosquito nets while sleeping.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan prioritas yang salah satunya adalah pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular dan diikuti dengan penyehatan lingkungan (KeMenkes RI, 2012).

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia (KepMenkes, 2009). Peningkatan penularan malaria sangat terkait dengan iklim baik musim hujan maupun musim kemarau, pengaruhnya bersifat lokal spesifik. Pergantian musim akan berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap vektor pembawa penyakit. Pergantian iklim yang terdiri dari temperature, kelembaban, curah hujan, cahaya dan pola tiupan angin mempunyai dampak langsung pada reproduksi vektor, perkembangannya, longevity dan perkembangan parasit dalam tubuh vektor. Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam pertanian yang dapat mempengaruhi kepadatan populasi vektor.

(20)

Malaria merupakan penyakit tropik yang sampai sekarang tersebar luas di daerah tropis maupun subtropis, penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles ini, masih ditemukan hampir diseluruh bagian dunia, sedikitnya sekitar 2,3 milyar atau 41% dari penduduk dunia berisiko terkena malaria (Prabowo, 2008).

Berdasarkan laporan WHO penyakit yang menjadi masalah kesehatan dunia dan endemik di 105 Negara ini, setiap tahunnya dijumpai 600 juta penderita baru malaria di seluruh dunia (Soedarto, 2011). Diperkirakan sebanyak 1,5-2,7 juta orang meninggal akibat malaria setiap tahun, sekitar 70-90% diantaranya adalah anak-anak di bawah usia lima tahun.

Berdasarkan The World Malaria Report tahun 2011, melaporkan bahwa setengah dari penduduk dunia berisiko terkena malaria. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti masalah sosial, ekonomi bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional. Untuk mengatasi masalah malaria, dalam pertemuan WHA 60 tanggal 18 Mei 2007 menghasilkan komitmen Global Tentang Eliminasi Malaria bagi setiap Negara, adapun petunjuk pelaksanaan eliminasi malaria tersebut telah dirumuskan oleh WHO dalam Global Malaria Programme (GMP).

(21)

Di Indonesia, malaria masih tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat menyebar ke daerah dengan ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, sehingga malaria di Indonesia masih ditemukan sepanjang tahun (Harijanto, 2010). Menurut Sistem Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 terdapat sekitar 15 juta penderita klinis malaria yang mengakibatkan 38.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 kabupaten yang endemis malaria dari 495 kabupaten yang ada dengan perkiraan 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria, adapun jumlah penderita malaria pada tahun 2007 sebanyak 1.774.845 kasus klinis malaria (Soedarto, 2011).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011 mencatat Annual Parasite Incidence (API) malaria menurut laporan catatan yang dikumpulkan dari 33 Provinsi, Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih terjadi transmisi malaria atau berisiko malaria (Risk Malaria) dengan rincian angka API tahun 2007 (2,89/1.000 penduduk), tahun 2008 API (2,47/1.000 penduduk), dan tahun 2009 API (1,85/1.000 penduduk), sedangkan jumlah kasus dan angka kesakitan malaria pada tahun 2010 tercacat jumlah penderita malaria sebanyak 229.819 jiwa yang positif malaria dari 1.848.999 kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya, dengan Annual Parasite Incidence 1,96/1.000 penduduk (Sumber; Ditjen PP&PL, KeMenkes RI, 2012).

(22)

Insidence 1,75/1000 penduduk, sedangkan angka kematian akibat malaria tahun 2011 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2010 dari 432 jiwa menjadi 388 jiwa. Penurunan angka Annual Parasite Incidence (API) dari 4,3/1.000 penduduk tahun 2005 menjadi 1,75/1.000 penduduk tahun 2011, hal ini menunjukkan Indonesia telah berhasil menekan Annual Parasite Incidence 1,75/1.000 penduduk dan sejalan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) yang menarget pada tahun 2015 diperkirakan API menjadi 1/1.000 penduduk.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2011 sebanyak 67.314 warga Sumatera Utara ditemukan positif menderita malaria, untuk daerah yang paling banyak ditemukan penderita malaria diantaranya Nias dengan jumlah 14.165 kasus, Deli Serdang 9.124 kasus, Mandailing Natal (Madina) 7.011 kasus Padang Lawas dengan 6.942 kasus, Labuhan Batu 6.263 kasus, Nias Selatan 4.692 kasus, Batu Bara 4.340 kasus, Tapanuli Tengah (Tapteng) 3.416 kasus, dan Padang Lawas (Paluta) sebanyak 2.622 kasus (profil Dinkes SUMUT, 2011).

(23)

Desa Rantau Panjang mempunyai luas wilayah ± 480 Ha dengan daerah yang paling luas tanah rawa-rawa ± 80 Ha dan curah hujan 10 mm serta suhu udara yang

cukup panas rata-rata 38

0

C (Profil Desa Rantau Panjang, 2012). Dari laporan Puskesmas Pantai Labu desa Rantau Panjang merupakan salah satu desa yang endemis malaria di Kecamatan Pantai Labu Kabupten Deli Serdang.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, Kecamatan Pantai Labu merupakan salah satu wilayah yang masih ada ditemukan kejadian malaria dengan jumlah 2.140 penderita malaria klinis.

(24)

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui atau melihat faktor-faktor apasaja yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu

2. Untuk mengetahui lingkungan luar rumah dan lingkungan dalam rumah di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu.

3. Untuk mengetahui tindakan responden di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu.

4. Untuk mengetahui kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu.

5. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan luar rumah (genangan air, parit atau selokan, rawa-rawa, dan semak-semak) dengan kejadian malaria. 6. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dalam rumah (kawat kassa,

(25)

1.4. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan kepada pelayanan kesehatan agar memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit malaria dan bahan pertimbangan bagi puskesmas dalam program pemberantasan penyakit malaria.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit malaria, supaya masyarakat mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit malaria, agar masyarakat senatiasa menjaga membersihkan dan memperhatikan lingkungan sekitarnya.

3. Bagi Peneliti

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Malaria

2.1.1. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).

Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,

plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum

menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu:

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax

(27)

2. Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

3. Plasmodim ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri.

4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan (Achmadi, 2010).

2.1.2. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada manusia

(28)

a. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria (plasmodium) mempunyai dua siklus daur hidup, yaitu pada tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk Anopheles betina (Soedarto, 2011).

Gambar 1. Siklus hidup plasmodium penyebab malaria. 1. Siklus didalam tubuh manusia

Pada waktu nyamuk Anopheles spp infeksi menghisap darah manusia,

(29)

eksoeritrositik yang berlangsung selama 9-16 hari. Pada plasmodium falciparum dan

plasmodium malariae siklus skizogoni berlangsung lebih cepat sedangkan

plasmodium vivax dan plasmodium ovale siklus ada yang cepat dan ada yang lambat. Sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, akan tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun yang pada suatu saat bila penderita mengalami penurunan imunitas tubuh, maka parasit menjadi aktif sehingga menimbulkan kekambuhan.

2. Siklus didalam tubuh nyamuk Anopheles betina

Apabila nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung gematosit, didalam tubuh nyamuk gematosit akan membesar ukurannya dan meninggalkan eritrosit. Pada tahap gematogenesis ini, mikrogamet akan mengalami eksflagelasi dan diikuti fertilasi makrogametosit. Sesudah terbentuknya ookinet, parasit menembus dinding sel midgut, dimana parasit berkembang menjadi ookista.

Setelah ookista pecah, sporozoit akan memasuki homokel dan pindah menuju kelenjar ludah. Dengan kemampuan bergeraknya, sporozoit infektif segera menginvasi sel-sel dan keluar dari kelenjar ludah.

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk kedalam tubuh sampai timbulnya gejala klinis berupa demam. Lama masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

(30)

b. Tahapan Siklus Plasmodium

Dalam tahapan siklus plasmodium dapat berlangsung keadaan-keadaan sebagai berikut:

1. Siklus preeritrositik: periode mulai dari masuknya parasit ke dalam darah sampai merozoit dilepaskan oleh skizon hati dan menginfeksi eritrosit.

2. Periode prepaten: waktu antara terjadinya infeksi dan ditemukannya parasit didalam darah perifer.

3. Masa inkubasi: waktu antara terjadinya infeksi dengan mulai terlihatnya gejala penyakit.

4. Siklus eksoeritrositik: siklus yang terjadi sesudah merozoit terbetuk di skizoit hepatik, merozoit menginfeksi ulang sel hati dan terulangnya kembali skizogoni.

5. Siklus eritrositik: waktu yang berlangsung mulai masuknya merozoit kedalam eritrosit, terjadinya reproduksi aseksual didalam eritrosit dan pecahnya eritrosit yang melepaskan lebih banyak merozoit.

6. Demam paroksismal: Serangan demam yang berulang pada malaria akibat pecahnya skizoit matang dan masuknya merozoit kedalam aliran darah.

(31)

Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Siklus Spesies plasmodium Periode Prepaten 11-13 hari 10-14 hari 15-16 hari 9-10 hari Masa Inkubasi 12-17 hari/

sampai 12 Parasitemia per ml 20 ribu-50 ribu 9 ribu-30

ribu

Ringan Ringan Berat pada penderita non imun

Demam Berulang Tiap 8-12 jam Tiap 8-12 jam

Masa Rekuren Panjang Panjang Sangat panjang

Pendek Lama Infeksi 1,5-3 tahun 1,5-3 tahun 3-50 tahun 1-2 tahun 2.1.3. Gejala Malaria

Malaria adalah penyakit dengan gejala demam, yang terjadi tujuh hari sampai dua minggu sesudah gigitan nyamuk yang infektif. Adapun gejala-gejala awal adalah demam, sakit kepala, menggigil dan muntah-muntah (Soedarto, 2011).

Menurut Harijanto, dkk (2010) gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria) yaitu:

(32)

kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan peningkatan temperatur.

2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat. 3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,

temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.

Menurut Anies (2006) malaria komplikasi gejalanya sama seperti gejala malaria ringan, akan tetapi disertai dengan salah satu gejala dibawah ini:

- Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit). - Kejang.

- Panas tinggi disertai diikuti gangguan kesadaran. - Mata kuning dan tubuh kuning.

- Pendarahan dihidung, gusi atau saluran pencernaan. - Jumlah kencing kurang (oliguri).

- Warna air kencing (urine) seperti air teh. - Kelemahan umum.

(33)

2.1.4. Diagnosis Malaria

Soerdarto (2011) mengatakan diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukakan hasil yang positif secara mikroskopis atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test= RDT).

a. Wawancara (anamnesis)

Anamnesis atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penderita malaria yakni, keluhan utama: demam, menggigil, dan berkeringat yang dapat disertai sakit kepala, mual muntah, diare, nyeri otot, pegal-pegal, dan riwayat pernah tinggal di daerah endemis malaria, serta riwayat pernah sakit malaria atau minum obat anti malaria satu bulan terakhir, maupun riwayat pernah mendapat tranfusi darah.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terhadap penderita dapat ditemukan mengalami demam dengan suhu tubuh dari 37,50C sampai 400C, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat, pambesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).

c. Pemerikasaan laboratorium

(34)

dilakukan bedasarkan antigen parasit malaria dengan imunokromatografi dalam bentuk dipstick. Test ini digunakan pada waktu terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria pada daerah terpencil yang tidak ada tersedia sarana laboratorium. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian cepat diperoleh, akan tetapi Rapid Diagnostic Test (RDT) sebaiknya menggunakan tingkat sentitivity dan specificity lebih dari 95% (Soerdato, 2011). d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit (Widoyono, 2008).

2.1.5. Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria hendaknya dilakukan setelah diagnosis malaria dikonfirmasi melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium. Pengobatan sebaiknya memperhatikan tiga faktor utama, yaitu spesies plasmodium, status klinis penderita dan kepakaan obat terhadap parasit yang menginfeksi. Obat anti malaria yang dapat digunakan untuk memberantas malaria diantaranya malaria falcifarum adalah

(35)

2.1.6. Pencegahan Malaria

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

Pada daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk menghindari gigitan nyamuk sangat penting, di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan (tambak sangat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah, terutama pada malam hari karena nyamuk penular malaria aktif menggigit pada waktu malam hari.

Kemudian mereka yang tinggal di daerah endemis malaria sebaiknya memasang kawat kasa di jendela pada ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu saat akan tidur. Setelah itu masyarakat juga bisa memakai anti nyamuk (mosquito repellent) saat hendak tidur terutama malam hari agar bisa mencegah gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).

2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan beberapa cara yaitu:

a. Penyemprotan rumah

Penyemprotan insektisida pada rumah di daerah endemis malaria, sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan.

b. Larvaciding

(36)

c. Biological control

Biological control merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah ( panchax-panchax) dan ikan guppy/ wader cetul (lebistus retculatus), karena ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik nyamuk malaria (Anis, 2006).

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

Tempat perindukan vektor malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup dikawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, bahkan ada yang hidup di air bersih pada pegunungan. Akan tetapi pada daerah yang endemis malaria, masyarakatnya harus menjaga kebersihan lingkungan (Prabowo, 2008).

4. Pemberian obat pencegahan malaria.

Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria bertujuan agar tidak terjadinya infeksi, dan timbulnya gejala-gejala malaria. Hal ini sebaiknya dilakukan pada orang-orang yang melaksanakan perjalanan ke daerah endemis malaria (Anis, 2006).

2.1.7. Penularan Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara, yaitu alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria, sedangkan non alamiah penularan yang tidak melalui gigitan nyamuk Anopheles.

1. Penularan secara alamiah (natural infection)

(37)

Sumber infeksi malaria pada manusia selalu sangat dekat dengan seseorang, apakah sebagai penderita malaria atau karier.

2. Penularan bukan alamiah

a. Malaria bawaan (konginetal), malaria pada bayi yang baru lahir disebabkan ibunya menderita malaria. Penularan ini diakibatkan adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang menghalangi plasenta), sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan juga bisa melalui tali pusat.

b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Infeksi malaria melalui tranfusi darah menghasilkan siklus eritrositer karena tidak malalui sporozoit (siklus hati) sehingga dapat dengan mudah diobati. 2.1.8. Penyebaran Malaria

Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

1. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali dapat menimbulkan tempat perindukan nyamuk malaria.

2. Banyaknya nyamuk Anopheles spp yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (17 spesies) dari berbagai macam habitat.

3. Mobilitas penduduk yang relatif tinggi menuju daerah endemis malaria. 4. Perilaku masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan.

(38)

6. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh desa yang bermasalah malaria, karena hambatan geografis, ekonomi dan sumber daya (Soedarto, 2011)

Menurut Prabowo (2008) kemampuan bertahannya penyakit malaria disuatu daerah ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

a. Parasit malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yaitu suatu protozoa dalam darah yang termasuk genus plasmodium yang dibawa oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu

plasmodium falcifarum, plasmodium malariae, plasmodium vivax dan plasmodium

ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda.

b. Manusia

Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Dari dulu penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan tubuh sehinga rentan terinfeksi.

c. Lingkungan

(39)

tempat-d. Iklim

Suhu dan curah hujan pada suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan bandingkan kemarau karena air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria.

e. Nyamuk Anopheles

Malaria yang sebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yakni sebagai vektor penular penyakit malaria hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, meskipun dapat pula hidup beriklim sedang. Namun nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur-telurnya, sebagai tempat untuk berkembangbiak (Anis, 2006).

Akan tetapi penyebaran nyamuk Anopheles dapat dibedakan menurut lingkungan ekologi antara lain:

1. Pada daerah pantai terutama muara sungai, tambak ditepi pantai, rawa-rawa, hutan bakau yang mengandung air payau, lagon. Ditempat ini biasanya senang berkembangbiak nyamuk An. sundaicus, An. subpictus dan An. minimus.

2. Pada daerah persawahan, ladang dan hutan didekat pantai biasanya berkembangbiak nyamuk An. niggerimus, An. compestris dan An. letefer.

(40)

4. Di daerah bukit adanya persawahan bertingkat, hutan karet dan kolam-kolam yang mengandung air tawar, biasanya berkembangbiak nyamuk An. aconitus dan An. maculatus.

5. Di daerah pegunungan terdapat hutan karet, hutan buah-buahan dan hutan pegunungan yang dapat mengandung air tawar biasanya berkembangbiak nyamuk An. maculatus (Imron dan Munif, 2010).

2.1.9. Pengendalian Malaria

1. Pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan adalah suatu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia untuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak antar manusia dengan vektor.

a. Manupulasi lingkungan

Suatu pengkondisian lingkungan yang bersifat sementara sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangbiakan vektor meliputi:

1. Pemberantasan larva dengan cara source reduction; adalah upaya manipulasi lingkungan dengan penggelontoran, perubahan salinitas, membersihkan tanaman air yang mengapung, pembersihan lumut, dan lain-lain.

2. Plumbing; pembuatan saluran (pipa) penghubung tempat perindukan ke kelaut.

(41)

b. Modifikasi lingkungan

Memodifikasi lingkungan dengan menggunakan segala sesuatu merupakan suatu cara untuk memerangi malaria, pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik bersifat permanen terhadap lahan air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan. Dalam hal ini kegiatan menghilangkan genangan air (penimbunan), meningkatkan drainase merupakan strategi efektif untuk membatasi perkembangan dan perindukan vektor malaria.

2. Secara kimia

Menggunakan pestisida merupakan kegiatan yang paling banyak digunakan, dengan alasan lebih efektif, murah serta efeknya dapat segera lihat yaitu dengan cara larvaciding.

Tabel 2.2. Pemakaian insektisida terhadap larva vektor malaria.

Golongan Jenis/ merek Dosis

Per m2

(42)

3. Cara hayati

Teknik hayati pada dasarnya mencakup tentang konversi, inokulasi dan inundasi. Cara hayati dapat dilaksanakan dengan ikan pemakan jentik (larva), bakteri, dan cendawan.

1. Konversi merupakan teknik untuk pelestarian dari predator.

2. Inokulasi adalah prinsip populasi sebagai agent dapat bertambah sendiri pada suatu lokasi.

3. Inundasi adalah dengan membuat rearing, kultur masal dilepas pada suatu areal supaya mengenai sasaran, tidak tertuju pada pelestarian.

2.2. Nyamuk Anopheles

2.2.1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles

Malaria adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles, adapun klasifikasi nyamuk Anopheles spp secara umum sebagai berikut; - Kingdom : Animalia

- Phylum : Arthropoda

- Class : Insecta

- Order : Diptera

- Family : Culicidae

- Tribe : Anophelini

- Genus : Anopheles

(43)

An. Suppictus

An. Maulatus

Soedarto (2011), mengatakan sedikitnya terdapat sekitar 20 spesies Anopheles

yang menjadi penularan malaria di dunia, 17 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Vektor-vektor malaria tersebut pada umumnya menggigit manusia pada malam hari, penularan akan lebih intensif terjadi di daerah dimana nyamuk dapat hidup dalam waktu lama (yang memungkinkan plasmodium dapat berkembang menjadi infektif di dalam tubuh nyamuk) dan nyamuk lebih menyukai darah manusia dibandingkan darah hewan.

2.2.2. Siklus Hidup Nyamuk

Selama daur hidupnya (life cycle) terdapat empat stadium perkembangan nyamuk yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (imago). Tiga stadium pertama, yaitu telur, larva dan pupa hidup didalam air (akuatik) berlangsung selama 5-14 hari (tergantung pada spesies dan suhu lingkungannya). Nyamuk dewasa betina di alam umumnya berumur kurang dari 2 minggu, namun nyamuk dewasa yang dipelihara dilaboratorium dapat hidup lebih dari satu bulan.

(44)

1. Telur Nyamuk

Seekor nyamuk betina dapat mengeluarkan 50-200 butir telur setiap kali bertelur. Telur yang mempunyai pelampung dikedua sisinya berukuran 0,5 x 0,2 mm, diletakkan satu per satu secara langsung di permukaan air.

Gambar 3. Telur nyamuk Anopheles 2. Larva Anopheles

Larva atau jentik nyamuk Anopheles memiliki kepala yang tumbuh baik dilengkapi sikat mulut untuk makan, dada (thorax) yang besar dan abdomen yang terdiri dari sembilan segmen perut. Larva tidak mempunyai kaki, larva menghisap udara melalui spirakel (lubang hawa) yang terdapat pada segmen abdomen ke-8 sehingga larva Anopheles harus sering menuju kepermukaan air unuk bernapas. Larva akan mengalami metamorfosis dan berubah bentuk menjadi kepompong atau pupa.

(45)

3. Pupa Anopheles

Pupa Anopheles jika dilihat dari samping berbentuk koma, kepala dan toraknya menyatu menjadi cephalothorax sedangkan abdomennya melengkung ke bawah. Pupa harus sering berenang menuju permukaan air untuk bernafas dengan menggunakan alat pernafasan berbentuk terompet yang terdapat pada bagian

cephalothorax. Beberapa hari dalam bentuk pupa, kulit bagian dorsal cephalothorax

akan terkelupas dan nyamuk dewasa akan keluar dari kepompongnya.

Gambar 5. Pupa Anopheles

4. Nyamuk dewasa Anopheles.

(46)

permukaan tempatnya hinggap, dan tidak sejajar dengan permukaan tempat hinggap yang terjadi pada nyamuk lainnya. Jarak terbang nyamuk ini tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya, jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km.

Gambar 6. Nyamuk dewasa Anopheles 2.2.3. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik)

Menurut Hiswani (2004) biomedik nyamuk Anopheles mencakup perilaku mencari darah, perilaku istrahat, dan perilaku berkembangbiak yaitu:

a. Perilaku Mencari Darah

1. Perilaku mencari darah yang dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles umumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Apabila dipelajari dengan teliti, ternyata tiap spesies mempunyai sifat berbeda, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan ada juga sampai pagi hari.

(47)

3. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenang dapat kita bedakan atas: antropofilik yaitu nyamuk yang lebih senang dengan darah manusia, dan zoofilik nyamuk yang senang menghisap darah binatang.

4. Frekuensi menggigit, sudah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya. Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah dengan interval tergantung pada spesies, yang dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim di Indonesia memerlukan waktu sekitar 48-96 jam.

b. Perilaku Istirahat.

(48)

c. Perilaku Berkembangbiak.

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembangbiak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Ada spesies yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (An.Sundaicus) tetapi ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An.Umrosus) sementara itu ada juga species yang berkembangbiak di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An.Aconitus).

2.3. Pengertian Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.

1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa misalnya air, tanah, kelembaban, udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainya.

2. Lingkungan biologi

Lingkungan biologi adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme.

3. Lingkungan sosial

(49)

4. Lingkungan rumah.

Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang ada di dalam rumah. Lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penghunian (Supriadi, 2008). 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria

Menurut Harijanto (2000), faktor geografis di Indonesia sangat menguntungkan terjadinya transmisi malaria, seperti:

1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik merupakan faktor yang berpengaruh pada perkembangbiakan dan kemampuan hidup vektor malaria, lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap nyamuk Anopheles antara lain:

a. Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20-300C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies, pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P. falciparum

dan 8-11 hari untuk P. vivax, 14-15 hari untuk P. malariae dan P. ovale.

b. Kelembaban

(50)

tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

c. Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Curah hujan yang tidak teratur akan menyebabkan terbentuknya tempat perindukan nyamuk dan hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.

Menurut Chwatt-Bruce.L.J (1985) bila curah hujan yang normal pada suatu waktu maka permukaan air akan meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi penularan malaria dan apabila curah hujan tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau saluran air sehingga larva akan terbawa arus air.

d. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunya suhu rata-rata. Nyamuk malaria tidak bisa hidup pada ketinggian lebih dari 2.500 meter diatas permukaan laut. Karena ketinggian disuatu daerah berhubungan dengan temperatur, kelembaban dan tekanan udara. e. Angin

(51)

terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah yang ikut menentukan dan menyebabkan kontak antara nyamuk dengan manusia.

f. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan jentik (larva) nyamuk malaria berbeda-beda. Ada Anopheles yang menyukai tempat terbuka (kena sinar matahari langsung), misalnya An. hyrcanus spp dan An. pinctutatus spp dan adapula yang menyukai tempat teduh An. Sundaicus sedangkan yangdapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar matahari adalah An. Barbirostis.

g. Arus air

Ada nyamuk malaria yang menyukai air tenang (tergenang) seperti Anopheles Letifer dan ada juga nyamuk yang menyukai air mengalir lambat seperti Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau mengalir lambat serta ada pula yang menyukai air yang berarus deras seperti Anopheles Minimus.

h. Kawat kasa

Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.

i. Keadaan dinding

(52)

hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk masuknya nyamuk.

j. Langit-langit rumah

Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, asbes, maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya (Depkes RI, 1999).

2. Lingkungan Biologi.

Lingkugan biologi yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya tumbuhan bakau, lumut, ganggang ditepi rawa yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk malaria karena menghalangi sinar matahari langsung sehingga tempat perindukan nyamuk menjadi teduh dan juga melindungi serangan dari mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah (panchax spp),

(53)

3. Lingkungan Sosial Budaya

Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti: kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik

akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan (aktivitas) manusia seperti pembukaan hutan, pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, perkebunan dan pembangunan pemukiman penduduk mengakibatkan perubahan lingkungan yang mendukung terjadinya transmisi malaria. Selain itu, perpindahan penduduk dan pariwisata juga menyokong terjadinya transmisi malaria dari satu daerah ke daerah lain.

Skema : Teori Simpul Sumber Data Surveilans Malarian Terpadu Berbasis

Wilayah

Penderita Anopheles Spp Penduduk Sehat/ Sakit

Malaria Terkena Risiko

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Topografi, suhu, kelembapan, Ekosistem alamiah, Ekosistem buatan ( Simpul 5 )

(Sumber: Achmadi, 2003)

(54)

a. Simpul 1 (Sumber Penularan atau Penderita Malaria)

Berdasarkan teori simpul, simpul 1 merupakan penderita malaria yang bisa menularkan penyakit. Oleh sebab itu, keberadaannya selain “disembuhkan” harus diamati dan dicari secara aktif agar tidak menimbulkan penularan (Achmadi, 2010). b. Simpul 2 (Pengamatan atau Wahana Transmisi)

Pada simpul dua adalah pengamatan pada wahana transmisi atau penularan malaria yaitu nyamuk Anopheles spp. Pada pengamatan nyamuk yang intinya adalah pengamatan jenis nyamuk dengan bionomiknya. Beberapa teknik dan alat menilai potensi kejadian malaria baik akut maupun endemik dapat disebut disini misalnya angka kepadatan nyamuk (Man Biting Rate), Sporozoit Rate, Human Blood Index, dan MHD (Man Hour Density).

c. Simpul 3 (Perilaku Pemajanan Penduduk Terhadap Kontak Nyamuk)

Simpul tiga dapat diamati penduduk dengan berbagai karakteristik serta melihat “bioindikator” atau biomarker yang menunjukkan adanya kontak, serta berbagai variabel pola kebiasaan perilaku serta dinamika transmisi atau penularan. Teknik dalam kegiatan ini dilakukan untuk mengukur biomarker diantaranya: riwayat kontak, kebiasaan penduduk dan surveilans migrasi.

d. Simpul 4 (Kasus Malaria)

Simpul empat adalah pengukuran kasus malaria yang terjadi. Dalam konsep penularan penyakit, maka simpul 4 merupakan informasi yang menggambarkan

(55)

e. Simpul 5

Dalam proses patogenesis atau kejadian malaria, banyak variabel atau faktor yang memiliki peran besar baik terhadap vektor (lingkungan manusia) atau variabel kependudukan. Kemudian berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam simpul 5 yaitu variabel yang berperan mempengaruhi simpul 1, 2, maupun simpul 3. Variabel tersebut adalah suhu lingkungan, kelembaban, curah hujan, topografi, peruntukan lahan (ekosistem alam maupun ekosistem buatan).

2.5. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, diantaranya:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan yaitu menyangkut upaya tindakan seseorang pada saat menderita penyakit.

(56)

2.5.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan dapat berupa banyak bentuk contohnya koran, majalah, artikel, iklan, dan manusia.

Pengetahuan mencakup enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan penyakit dan pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perorangan untuk memelihara kesahatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit. 2.5.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku.

(57)

atau mendiskusikan suatu masalah, dan bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. 2.5.3. Tindakan (Praktek)

Domain terakhir dari perilaku adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan mengendalikan terjadinya kejadian penyakit malaria.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan, yaitu :

1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah berupa praktek tingkat pertama.

2. Respons terpimpin, dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai praktek tingkat tiga.

(58)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Adanya hubungan faktor lingkugan luar rumah (genangan air, paret atau selokan, rawa-rawa, dan semak-semak) dengan kejadian malaria.

2. Adanya hubungan faktor lingkungan dalam rumah (kawat kasa, kerapatan dinding, dan langit-langit rumah) dengan kejadian malaria.

3. Adanya hubungan tindakan responden dengan kejadian malaria. Lingkungan Luar Rumah;

- Genangan Air - Parit atau Selokan - Rawa-Rawa - Semak-Semak

KEJADIAN MALARIA

Tindakan Responden - Baik

- Kurang baik

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui atau melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena:

1. Desa Rantau Panjang merupakan salah satu desa yang endemis malaria di Kecamatan Pantai Labu, berdasarkan cacatan Puskesmas ditemukan sebanyak 307 penderita malaria pada tahun 2012.

2. Masih ditemukannya tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat perindukan dan peristirahatan nyamuk Anopheles spp sebagai vektor penular malaria.

3. Belum ada sebelumnya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di daerah tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

(60)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 dengan jumlah 716 Kepala Keluarga.

3.3.2. Sampel

Menurut Suyanto (2011) jika jumlah populasi pada penelitian kurang dari 10.000, maka perhitungan sampel menggunakan rumus sebagai berikut:

n = N

1 + N (d2)

Keterangan: n : Besar sampel N : Besar populasi

d : Tingkat kepercayaan/ penyimpangan yang diinginkan (0,1)

n = 716 1 + 716 (0,12)

n = 716 717(0,01)

n = 99,8 dibulatkan 100 responden

(61)

3.3.3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat dan rumah penduduk sebanyak 100 rumah.

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana)yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel,

dengan cara mengundi anggota populasi. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, observasi langsung, dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan melakukan kunjungan ke rumah masyarakat yang bertempat tinggal di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.4.2. Data Sekunder

(62)

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah lingkungan luar rumah (genangan air, paret atau selokan, rawa-rawa, semak-semak), lingkungan dalam rumah (kawat kassa, kerapatan dinding, langit-langit rumah), dan tindakan responden. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian malaria. 3.5.2. Defenisi Operasional

1. Kejadian malaria adalah masyarakat yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan Puskesmas sebagai penderita malaria yang ditunjukkan dengan gejala-gejala klinis (demam, mengigil, berkeringat, secara berkala sakit kepala, mual, atau muntah) mulai dari Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.

2. Genangan air adalah keberadaan genangan air berupa kolam, bekas galian sebagai tempat perindukan vektor malaria, dilihat ada tidaknya jentik nyamuk

Anopheles spp dengan jarak kurang dari 500 meter dari rumah responden.

3. Parit atau selokan adalah saluran air yang berfungsi sebagai pembuangan air hujan, limbah rumah tangga yang tidak lancar atau menggenang yang bisa digunakan sebagai tempat perindukan vektor malaria, dilihat dari ada tidaknya jentik nyamuk Anopheles spp yang berjarak kurang dari 100 meter dari rumah responden.

(63)

5. Semak-semak adalah keberadaan tumbuh-tumbuhan berupa rumput-rumputan atau perdu dengan ketinggian maksimal 2 meter sebagai tempat peristirahatan nyamuk dengan jarak 200 meter dari rumah responden.

6. Kawat kasa adalah keberadaan kawat kasa pada ventilasi untuk menghindari masuknya nyamuk penular malaria ke dalam rumah melalui lubang ventilasi. 7. Dinding rumah adalah kondisi dinding rumah responden yang terbuat dari semen,

kayu/papan, anyaman bambu yang dilihat dari kerapatannya, rapat apabila pada rumah responden tidak ada lubang selebar 1,5 mm2.

8. Langit-langit rumah adalah batas bagian atas ruangan dengan plafon yang terbuat dari kayu, triplex, asbes, dan plastik yang berfungsi sebagai penghalang masuknya nyamuk malaria. Dilihat dari dipasang atau tidaknya langit-langit rumah seperti ruangan keluarga, ruangan makan, kamar, dan dapur.

9. Tindakan responden adalah segala bentuk nyata dari perilaku hidup sehat responden dalam sehari-hari untuk mencegah penyakit malaria.

3.6. Metode Pengukuran

Adapun variabel yang dilakukan pengukuran adalah sebagai berikut :

1. Kejadian malaria adalah masyarakat yang pernah di diagnosis tenaga kesehatan Puskesmas sebagai penderita malaria yang ditunjukkan dengan gejala-gejala klinis (demam, mengigil, berkeringat, secara berkala sakit kepala, mual, atau muntah) mulai dari Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.

1. Sakit, masyarakat pernah menderita malaria.

(64)

2. Genangan air

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Ada, jika ditemukan genangan air dan jentik nyamuk Anopheles spp

dengan jarak < 500 meter dari rumah responden.

2. Tidak ada, tidak ditemukan genangan air dengan jarak < 500 meter dari rumah responden.

3. Parit atau Selokan

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi 2 kategori:

1. Ada, ditemukan parit atau selokan dan jentik nyamuk Anopheles spp

dengan jarak 100 meter dari rumah responden.

2. Tidak ada, tidak ditemukan parit atau selokan dengan jarak 100 meter dari rumah responden.

4. Rawa-rawa

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi 2 kategori:

1. Ada, ditemukan rawa-rawa dan jentik nyamuk Anopheles spp dengan jarak < 1 Km dari rumah responden.

(65)

5. Semak-Semak

Cara pengukuran dengan menggunakan pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi 2 kategori:

1. Ada, ditemukan semak-semak sebagai tempat istirahat nyamuk dengan jarak 200 meter dari rumah responden.

2. Tidak ada, tidak ditemukan semak-semak dengan jarak 200 meter dari rumah responden.

6. Kawat kassa

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Ada, jika ditemukan terpasangnya kawat kasa pada ventilasi rumah responden.

2. Tidak ada, jika tidak terpasang kawat kasa pada ventilasi rumah responden.

7. Dinding rumah

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi 2 kategori:

(66)

8. Langit-langit rumah

Cara pengukuran dengan menggunakan wawancara, pengamatan langsung (observasi). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang dibagi 2 kategori:

1. Ada, jika ditemukan terpasangnya langit-langit pada rumah responden. 2. Tidak ada, jika tidak ditemukan terpasangnya langit-langit pada rumah

responden.

9. Tindakan diukur dengan menggunakan skala ordinal dari 5 pertanyaan dengan skor 10, alternatif jawaban “ya” diberi skor 2 dan “tidak” diberi skor 0. Berdasarkan skala Guttmen (Sugiyono, 2008) tindakan responden dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal, yaitu :

1. Baik, jika skor diperoleh responden ≥ 65%

2. Kurang baik, jika skor yang diperoleh responden ≤ 65 % 3.7. Analisa Data

3.7.1. Analisa Univariat

(67)

3.7.2. Analisa Bivariat

Gambar

Tabel 2.1. Tahapan-Tahapan Siklus Spesies plasmodium
Tabel 2.2. Pemakaian insektisida terhadap larva vektor malaria.
Gambar 2. Siklus hidup nyamuk Anopheles
Gambar 4. Larva Anopheles
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, hasil uji korelasi antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja yang didapatkan dengan menggunakan korelasi

Representasi penyelesaian Soal nomor 1 , dari deskripsi data diperoleh bahwa terjadi hambatan semantik dan sintaksis, dimana pada ST 1. mengalami hambatan

Siswa mampu memahami soal ujian tentang berbagai bentuk pecahan (biasa, campuran, desimal, dan persen) dan hubungan diantaranyaC. Siswa mampu menjawab pertanyaan soal-soal ujian

Nilai ini merupakan kelengkapan usulan penilaian 、。ョセョ・エ。ー。ョ angka kredit yang bersangkutan dalam rangka kenaikan jabatan fungsional/

Dari gambar diatas, sedang melakukan apakah Siti4. Urutkan dari yang

Nilai ini merupakan kelengkapan usulan penilaian dan penetapan angka kredit yang bersangkutan dalam rangka kenaikan jabatan fungsional/ pangkat. Yogyakarta, November 2016 Penilai : -

Tukarlah uang berikut dengan berbagai pecahan yang nilainya sama.. Bentuk kelompok sesuai

Alat Bantu Perakitan Pesawat Udara ( Fixture) Aircraft Tools Jig and 216 2. Instalasi Hidrolik dan Pneumatik Pesawat Udara Hydraulic and Pneumatic Installation) (Aircraft 2163.